abstrak nama : janthi rifqijati nim : 106051001837 judul...
TRANSCRIPT
ABSTRAK
Nama : Janthi Rifqijati Nim : 106051001837 Judul : Respon Jamaah Terhadap Pantun Humor Dalam Dakwah Ustad
Taufiqurrahman (Studi Kasus Pada Pengajian Di Majelis Taklim Abiturien al-Falah Kelurahan Ujung Menteng Jakarta Timur)
Humor memiliki daya tarik tersendiri bagi seorang da’i karena mampu memberikan kesan positif terhadap keberlangsungan proses dakwah, namun kuantitas humor tidaklah berlebihan karena akan menghilangkan inti dari pesan dakwah. Sebagaimana Ustad Taufiqurrahman menerapkan pantun sebagai salah satu humornya dalam berdakwah. Mengungkap respon jamaah Majelis Taklim Abiturien menjadi menarik bagi penulis dalam judul pada skripsi ini. Dalam penelitian ini, pembatasannya adalah pantun pada saat di Majelis Taklim Abiturien al-Falah dan perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana fungsi pantun dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman? Dan Bagaimana respon jamaah terhadap pantun dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman ?
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan model Field Research atau penelitian lapangan melalui angket yang diberikan kepada para jamaah Majelis Taklim Abi Turen al-Falah, untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis melakukan proses pengumpulan data dengan: penyebaran angket, observasi dan wawancara dengan pimpinan pengurus majelis taklim, jamaah dan Ustad Taufiqurrahman
Berdasarkan hasil penelitian, responden menyetujui jika pantun sebagai salah satu bentuk humor Ustad Taufiqurrahman dalam berdakwah. Pantun Ustad Taufiqurrahman memiliki fungsi dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman. Diantaranya : pantun memberikan perasaan terhibur atau senang, menghilangkan kejenuhan dari dakwah yang monoton, meningkatkan perhatian, membantu pendekatan secara emosional, dan membantu dalam memahami isi dakwah.Respon jamaah terhadap pantun dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman. Mengklasifikasikan pada tiga katagori respon, pertama, respon afektif: meberikan perasaan senang, menyenangi pantun Ustad Taufiqurrahman, menyukai dakwah ustad Taufiqurrahman. Kedua, respon kognitif: pantun memberikan nasihat atau kata bijak, memahami dakwah Ustad Taufiqurrahman. Ketiga, respon konatif: mendengarkan dengan serius dan fokus, aktif dalam sesi Tanya jawab, mengaplikasikan pesan dakwah Islam dalam kehidupan sehari-hari.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Dzat yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang,yang telah memberikan banyak nikmat dan senantiasa memberikan
hidayahnya kepada setiap makhluk ciptaan-Nya. Sehingga dengan izinnya
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda besar Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya minadzulumati illa nur ,dan
kesejahtraan semoga selalu tercurahkan kepada keluarga besar beliau, sahabat-
sahabatnya-Nya, tabi’in-tabi’uttabiin, dan kita sebagai umatnya semoga
mendapatkan syafaatnya kelak.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih jauh dari sempurna
baik dalam proses maupun isinya. Namun berkat bantuan serta dukungan dari
berbagai pihak, Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan target
yang diharapkan.
Dengan penuh kerendahan hati dan kesadaran diri, penulis sadar bahwa
skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril
maupun materil, sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan demi terselesaikannya
penulisan skripsi ini. Maka penulis berterima kasih kepada:
1. Orang tua tercinta, H.R Sabeni, dan Hj. Marhanih yang sangat berperan
dalam mendidik penulis,dengan penuh kesabaran dan pengertian dan tiada
henti memberikan dukungan baik secara moril maupun materil, semoga
ii
Allah selalu melindungi dan memberkahi mereka dengan nikmat rohani
dan kesehatan jasmani.
2. Dr. Arief Subhan, MA, selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, dan beserta staf-staf nya.
3. Ketua jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Drs. Jumroni, M.Si
dan sekretaris jurusan KPI , Umi Musyarofah, MA, sekaligus sebagai
dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
membimbing dan memberikan pengarahan serta dorongan kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Dosen dan staf pengajar Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah banyak memberikan banyak ilmu pengetahuan dan kesabaran
dalam mendidik penulis selama penulis melakukan studi.
5. Bagian administrasi dan tata usaha yang telah banyak membantu
memberikan kelancaran kepada penulis dalam proses penyelesaian
prosedur kemahasiswaan, serta pimpinan dan segenap karyawan
perpustakaan umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan khususnya
perpustakaan FDK, terima kasih atas penyediaan buku-buku penunjang
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Ustad Taufiqurrahman dan ibu Siti Rahmayanti sebagai pimpinan Majlis
Taklim Abiturien al-Falah dalam hal ketersediaanya menjadi narasumber
dalam proses wawancara, demi kelengkapan data dalam skripsi ini.
7. Jamaah Majelis Taklim Abiturien al-Falah sebagai responden dalam
penelitian ini dalam proses pengisian angket dalam proses penelitian,
untuk memenuhi keabsahan data.
iii
8. Sahabat-sahabat seperjuangan, khususnya KPI angkatan 2006, sahabat
kepompong, penghuni asrama BEC, dan partner setia yang selalu
mendukung dalam pembuatan skripsi ini. Semoga setiap mimpi dan cita-
cita akan menjadi nyata. Allah memiliki rahasia dari takdir kita,
berusahalah terbaik dan tawakallah padanya.
Demikianlah beberapa pihak yang mendukung skripsi ini, terima kasih
penulis ucapkan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat besar bagi keperluan
pengembangan ilmu dakwah dan ilmu komunikasi.
Ciputat, 07 Juni 2010
Janthi Rifqijati
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................... 4
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .................................. 4
D. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 5
E. Metode Penelitian ....................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan ................................................................. 11
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Respon ........................................................................... 13
B. Pantun Humor ............................................................................. 18
C. Konsep Dakwah .......................................................................... 22
D. Majelis Taklim ............................................................................ 32
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Biografi Ustad Taufiqurrahman .................................................. 36
1. Riwayat Hidup Ustad Taufiqurahman .................................. 36
2. Latar Belakang Pendidikan Ustad Taufiqurrahman.............. 37
3. Aktivitas Dakwah Ustad Taufiqurrahman ............................ 37
v
vi
4. Contoh-Contoh Pantun Ustad Taufiqurrahman .................... 39
B. Sekilas Gambaran Majelis Taklim Abiturien al-Falah................ 42
1. Sejarah Berdiri Majlis Taklim Abiturien al-Falah ................ 42
2. Tujuan dan Program Kerja Majelis Taklim Abiturien al-
Falah...................................................................................... 42
3. Struktur Organisasi Majelis Taklim Abiturien al-Falah........ 44
BAB IV ANALISIS PANTUN HUMOR DALAM DAKWAH USTAD
TAUFIQURAHMAN
A. Fungsi Pantun Dalam Dakwah Ustad Taufiqurrahman .............. 49
B. Respon Jamaah Majelis Taklim Abiturien Terhadap Pantun
Dalam Dakwah Ustad Taufiqurrahman ...................................... 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 62
B. Saran............................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 67
LAMPIRAN–LAMPIRAN
RESPON JAMAAH TERHADAP PANTUN HUMOR
DALAM DAKWAH USTAD TAUFIQURRAHMAN (Studi Kasus Pada Pengajian Di Majelis Taklim Abiturien
Al-Falah Kelurahan Ujung Menteng Jakarta Timur)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam(S.Kom.I.)
Oleh
Janthi Rifqijati NIM: 106051001837
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H./2010 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ciputat, 07 Juni 2010
Janthi Rifqijati
RESPON JAMAAH TERHADAP PANTUN HUMOR
DALAM DAKWAH USTAD TAUFIQURRAHMAN
(Studi Kasus Pada Pengajian Di Majelis Taklim Abiturien
Al-Falah Kelurahan Ujung Menteng Jakarta Timur)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam(S.Kom.I)
Disusun oleh
Janthi Rifqijati NIM: 106051001837
Pembimbing
Umi Musyarafah, MA NIP: 197108161997032002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H./2010 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul: “RESPON JAMAAH TERHADAP PANTUN HUMOR DALAM DAKWAH USTAD TAUFIQURRAHMAN (Studi Kasus Pada Pengajian Di Majelis Taklim AbiturienAl-Falah Kelurahan Ujung Menteng Jakarta Timur)” telah diujikan dalam siding munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal : 7 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Jakarta, 7 Juni 2010 Sidang Munaqasah,
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota Drs. Wahidin Saputra, MA Dr. Moh. Ali Wafa, M.Ag NIP. 19706903 1 99603 1 001 NIP. 150 321 584
Anggota :
Penguji I Penguji II Prof. Dr. H. M. Yunan Yusuf, MA Prof. Dr. Murodi, MA 19490119 1 98003 1 001 196407051992031 003
Pembimbing
Umi Musyarofah, MA NIP : 19710816 199 703 2 002
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah suatu risalah yang harus diperjuangkan oleh umatnya agar
bisa menyebar ke seluruh pelosok dan penjuru bumi ini, tentu dengan
memperhatikan peran utamanya sebagai mudzakir (pemberi peringatan) bukan
sebagai musaitir (pemaksa). Untuk itu Islam disebut sebagai agama tabligh,
yaitu agama yang didalamnya terdapat usaha menyebarluaskan kebenaran dan
mengajak orang-orang yang belum mempercayainya sebagai tugas suci.
Sebagaimana terangkai dalam firman Allah dalam surat Yaasin 17:
☺
Artinya: Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas".
Dalam ayat tersebut diharapkan agar seorang muslim menyampaikan
ajaran Islam kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman dan dilaksanakan
untuk memperoleh kebahagian dunia dan akhirat. Islam adalah agama
dakwah.1 Artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa
aktif melakukan kegiatan dakwah, bahkan maju mundurnya umat Islam sangat
bergantung terhadap kegiatan dakwah yang dilakukannya, karena itu kegiatan
dakwah dengan ahsanul qaula, ucapan dan perbuatan yang paling baik
sebagaimana tertera dalam surat Fushilat ayat 33:
☺ ☺
1 M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Jakarta: Al-Amin Press, 1997),
h.8.
1
2
Artinya: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
Dakwah merupakan suatu proses berkesinambungan yang ditangani
oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia
masuk ke jalan Allah dan secara bertahap menuju perikehidupan yang Islami.2
Di dalam melakukan dakwah bukanlah perkara mudah karena seorang da’i
yang membawa pesan dakwah harus mampu memiliki metode yang tepat, agar
terjadi proses dakwah yang efektif. Terjadinya respon pada mad’u terhadap
pesan dakwah yang disampaikan merupakan indikator terjadinya proses
penerimaan pesan.
Dengan memahami segala unsur-unsur yang terhimpun dalam kegiatan
dakwah, yaitu pesan dakwah, unsur manusia yang dihadapi, unsur medan
dakwah, ruang dan waktu, metode yang sesuai, sehingga daya penggerak
untuk suatu langkah yang tepat, dengan itulah seorang da’i dapat menentukan
dan menjalankan dakwah efektif.3
Dalam menyampaikan materi dakwah, ada berbagai macam metode
yang digunakan oleh seorang da’i atau seseorang yang menyampaikan pesan,
dalam hal ini tentunya mengenai pesan dakwah. Hal ini agar memberikan daya
tarik bagi mad’u sehingga pesan yang disampaikan tidak berkesan monoton,
yang akan berakibat terhadap penurunan perhatian mad’u dan menimbulkan
aksi–aksi negatif yang dapat menganggu proses penyampaian dakwah, baik
2 Didin Hafidhudin, Dakwah Aktual,Jakarta, (Jakarta:Gema Insani Press, 1998), h.76-77. 3 Mukti Ali, Faktor-Faktor Penyiaran Islam , (Jakarta:YPTDI, 1971), h.73.
3
dengan cara mengobrol dengan mad’u lainnya atau kegiatan lain yang dapat
mengganggu kekhusukan pada saat ceramah.
Salah satu cara yang dapat meningkatkan perhatian mad’u adalah
dengan seni mengolah bahasa yang dikemas dengan humor. Humor dapat
menjadi alat positif untuk menarik perhatian mad’u namun jika humor
digunakan berlebihan pun akan berakibat fatal, karena akan menghilangkan
makna atau hakikat pesan dakwah yang disampaikan. Dalam hal ini, akan
membahas pantun yang merupakan bagian dari teknik humor.
Menjadi hal menarik bagi penulis, karena mengangkat sosok mubaligh
yang memiliki ciri khas dalam penggunaan pantun dalam penyampaian
dakwahnya. Beliau adalah Ustad Taufiqurrahman, beliau merupakan salah
satu mubaligh yang tidak asing dalam media TV karena beliau kerap kali
menjadi narasumber terhadap permasalahan kontemporer yang ada di
masyarakat dengan pembahasan secara hukum berbasis Islam. Di antara
aktivitas dakwah beliau pada media massa televisi:menjadi juri pada acara
Pildacil, Cahaya Hati di ANTV, Titian Kalbu di TV ONE. Dalam beberapa
tayangan TV yang pernah mengundang beliau, kerap kali menjadikan Pantun
sebagai senjata pamungkas dalam pengkemasan humor beliau. Namun dalam
penelitian ini, penulis tidak melakukan penelitian Ustad Taufiqurrahman
dalam media TV, namun lebih melihat terhadap aktivitas beliau diluar yaitu
khususnya pada responden yang telah ditentukan oleh peneliti pada jamaah di
Majelis Taklim Abiturien al-Falah
4
Karena melihat pengajian tersebut sudah cukup lama ada sejak tahun
1980an, maka judul dalam penelitian ini adalah: RESPON JAMAAH
TERHADAP PANTUN HUMOR DALAM DAKWAH USTAD
TAUFIQURRAHMAN (Studi Kasus Pada Pengajian Di Majelis Taklim
Abiturien al-Falah Kelurahan Ujung Menteng Jakarta Timur).
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah, maka penulis
membatasi pantun yang diteliti adalah pantun pada saat dakwah Ustad
Taufiqurrahman di Majelis Taklim Abiturien al-Falah.
Sedangkan perumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Apa fungsi pantun dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman?
2. Bagaimana respon jamaah Majelis Taklim Abiturien terhadap pantun
humor Ustad Taufiqurrahman?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui fungsi pantun dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman.
2. Untuk mengetahui respon jamaah Majelis Taklim Abiturien dalam dakwah
Ustad Taufiqurrahman terhadap pantun humor.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui seberapa besar respon jamaah terhadap pantun humor
di Majelis Taklim Abiturien al-Falah.
2. Menambah wawasan terutama bagi para penceramah dalam melakukan
aktifitas dakwah di Majelis Taklim Abiturien al-Falah ataupun lainnya.
5
3. Sebagai bahan evaluasi bagi pengurus Majelis Taklim Abiturien al-Falah
dalam merencanakan program kerja ke depannya.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, penulis melakukan pembelajaran dan
perbandingan dengan penelitian sebelumnya terutama yang berbasis humor.
Diantaranya skripsi pertama berjudul, ”Humor sebagai Daya Tarik Dakwah”
yang ditulis oleh Makmun Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1426 H / 2005 M. Dalam skripsi ditemukan
data, bahwasanya humor dalam dakwah hanya disajikan sebagai pelengkap,
bukan sesuatu kebutuhan. Humor dalam dakwah hanyalah strategi dalam
berdakwah dengan tujuan agar apa yang disampaikan lebih mudah diterima
pendengar.
Kedua, pada judul skripsi ”Peranan Humor Dalam Dakwah dan
Pengaruhnya Terhadap Kehadiran Jama’ah (Studi Kasus Pada Pengajian Ibu-
Ibu Di Majelis Taklim Khairul Umam Kelurahan Balekambang Jakarta
Timur), yang ditulis oleh Neneng Hasanah pada tahun 2007. Jika dipahami
lebih jauh, maka akan dapat ditemukan persamaan dalam penelitian ini,
diantaranya :
1. Menjadikan humor sebagai daya tarik dakwah dalam penyampaian materi
dakwah agar lebih menarik perhatian jama’ah.
2. Pada skripsi kedua, humor menjadi nilai positif kehadiran jama’ah di
Majelis Taklim Khairul Umam Kelurahan Balekembang Jakarta Timur.
6
E. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan model Field Research atau penelitian
lapangan pada Majelis Taklim Abiturien al-Falah dengan metode kuantitatif.
Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut:
1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah pantun, Ustad Taufiqurrahman,
dan jamaah Majelis Taklim Abiturien al-Falah sedangkan objeknya adalah
isi pantun.
2. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
a. Wawancara
Penulis melakukan wawancara dengan pimpinan Majelis
Taklim Abiturien al-Falah, jamaah dan Ustad Taufiqurrahman, guna
memperoleh keabsahan data dalam penelitian.
b. Angket
Penulis menyebarkan angket dengan sejumlah pertanyaan
kepada 50 orang. Dalam angket tersebut penulis memberikan sejumlah
pertanyaan yang ada kaitannya dengan judul penelitian, untuk
mempermudah proses hasil penelitian, penulis mengklasifikasikannya
ke dalam dua sub, yaitu fungsi pantun dalam dakwah Ustad
Taufiqurrahman dan respon jamaah Majelis Taklim Abiturien terhadap
pantun humor. Hal ini disesuaikan dengan perumusan masalah,
sehingga lebih jelas dan terarah.
7
c. Observasi
Penulis melakukan observasi di majelis taklim Abiturien al-
Falah dari tanggal 5 maret – 15 mei 2010. Ustad Taufiqurrahman
mendapatkan jadwal dalam pemberian materi dakwah setiap dua kali
dalam sebulan.
d. Dokumentasi
Dokumentasi dipakai guna melengkapi data-data yang diperlukan,
juga untuk mengetahui segala sesuatu yang ada kaitannya dengan
permasalahan yang sedang diteliti. Di antaranya dokumentasi dari pihak
pengurus Majelis Taklim Abiturien al-Falah terhadap kebutuhan proses
kelengkapan data.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Peneliti melakukan pengamatan di Majlis Taklim Abiturien al-
Falah yang beralamat di Jl. Kandang Besar No 06 Cakung Jakarta Timur
mulai dari tanggal 5 Maret 2010 sampai dengan 15 Mei 2010.
4. Populasi dan Sampel
Menurut data yang diperoleh penulis, jumlah keseluruhan jamaah
yang aktif sejumlah 200 orang.4 Berpedoman kepada pendapat Suharsimi
Arikunto: “Apabila subyek kurang dari 100 orang, lebih baik diambil
semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya, jika jumlah jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-
15% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti
4 Data Dokumentasi Majelis Taklim Abi Turen al-Falah tahun 2010.
8
dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana”.5 maka sample yang digunakan
pada penelitian ini adalah 25% dari jumlah populasi, yaitu berjumah 50
responden.
Sample yang digunakan pada penelitian ini adalah sample random
acak. Teknik sampling ini diberi nama demikian karena didalam
pengambilan sampelnya, peneliti “mencampur” subjek-subjek didalam
populasi sehingga semua subjek dianggap sama.6 Dengan demikian maka
penulis memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh
kesempatan dipilih menjadi sampel.
5. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif,
yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan
tujuan menggeneralisir serta menguji teori. Data-data yang diperoleh
melalui angket, wawancara dan dokumentasi ini kemudian diproses
dengan beberapa tahapan, yaitu:
a. Editing, yaitu memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti,
ditelaah dan dirumuskan pengelompokannya untuk memperoleh data-
data yang benar sempurna.
b. Tabulating, yaitu menstabulasikan atau memindahkan jawaban-
jawaban responden dalam tabel, kemudian dicari prosentasenya untuk
dianalisa.
c. Kesimpulan, yaitu memberikan kesimpulan dari hasil analisa dan
penafsiran data.
5 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 107.
6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 111.
9
d. Analisa data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, yaitu analisa
yang dilakukan terhadap data yang terwujud angka dengan cara
mengklasifikasikannya, menstabulasikan dan dilakukan dengan
perhitungan data statistik. Adapun teknik analisanya menggunakan
rumusan presentase yaitu:
P = %100×NF
Keterangan:
P : Prosentase
F : Frekuensi
N : Nilai
6. Definisi Operasional
Dalam penelitian definisi operasional penelitian yaitu; variabel
independent dan dependent. Variabel yang mempengaruhi disebut variable
penyebab, variabel bebas atau independent (X), sedangkan variabel akibat
disebut variabel tidak bebas, terikat atau dependent variebel (Y). dalam
penelitian ini, ada sesuatu hal yang akan dilihat berdasarkan variabel yang
ada. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Variabel Independent Variabel Dependent
Respon Jamaah Pantun Humor
Respon Kognitif
Respon Afektif
Respon Behavior
10
a. Variabel Independent
Pantun Humor
Pantun humor merupakan karya seni sastra, didalamnya
terkandung kata-kata lucu dan membuat orang yang mendengarkan
merasa terhibur. Pantun humor ini biasanya memiliki makna khusus
namun dalam penyampaiannya menggunakan kalimat yang menarik,
pantun humor merupakan salah satu jenis pantun, dan kalimat pada
pantun humor ini disesuaikan dengan syarat-syarat ketetapan pantun.
b. Variabel dependent
Peningkatan Perhatian
Merupakan Respon yang terjadi pada jamaah, dalam
pembahasan ini, maka peneliti mengklasifikasikan pada beberapa
respon yaitu respon kognitif, respon afektif, dan respon behavior.
Respon Kognitif
1) Definisi Konseptual
Adalah efek secara pengetahuan, terjadi bila ada perubahan pada
apa yang diketahui, difahami atau dipersepsi khalayak.
2) Indikator
a) Jamaah mendapat pengetahuan dari pesan dakwah yang
disampaikan
b) Mengetahui kata-kata bijak atau nasihat
Respon afektif
1) Definisi Konseptual
Merupakan perasaan yang timbul bila ada perubahan pada apa
yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak.
11
2) Indikator
a) Menimbulkan perasaan senang dan semangat mendengarkan
dakwah yang disampaikan
b) Menyenangi pantun humor dalam dakwah tersebut.
c) Menyenangi dakwah Ustad Taufiqurrahman.
Respon Konatif
1) Definisi Konseptual
Merupakan tingkah laku atau sikap yang merujuk pada prilaku
nyata yang dapat diamati; yang peliputi pola-pola tindakan,
kegiatan atau kebiasaan berperilaku:
2) Indikator
a) Fokus dan serius mendengarkan isi pesan dakwah
b) Aktif dalam sesi Tanya jawab
c) Mengaplikasikan isi pesan dakwah dalam kehidupan sehari-
hari
Selanjutnya di dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan buku
pedoman penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi yang berlaku untuk seluruh
UIN, STAIN, Pertais dan sejenisnya yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press
pada tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I: Merupakan bagian pendahuluan yang memuat: Latar Belakang
Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan
Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
12
BAB II: Mengenai Landasan Teoritis, yang berisi: Konsep Respon, Pantun
Humor, Konsep Dakwah, dan Definisi Majelis Taklim
BAB III: Membahas mengenai biografi Ustad Taufiqurrahman, yang berisi:
Riwayat Hidup, Latar Belakang Pendidikannya, dan Aktivitas
Dakwahnya serta Kumpulan Pantunnya. Tentang Gambaran
Umum Majelis Taklim Abiturien al-Falah yang didalamnya berisi
mengenai: Sejarah Berdirinya, Tujuan Serta Program Kerja, dan
Struktur Organisasi.
BAB IV: Tentang Analisis Data: Fungsi Pantun Dalam Dakwah Ustad
Taufiqurrahman, dan Respon Jamaah Terhadap Pantun Humor
dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman.
BAB V: Merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang berisi tentang:
Kesimpulan dan Saran-saran yang Bersifat Membangun.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Respons
1. Pengertian Respons
Respon berasal dari kata respone, yang berarti jawaban, balasan
atau tanggapan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa
“respon adalah tanggapan, reaksi atau jawaban terhadap suatu gejala atau
peristiwa yang terjadi.1
Menurut Jalaludin Rakhmat, respon adalah suatu kegiatan (activity)
dari organisme itu bukanlah semata-mata suatu gerakan yang positif,
setiap jenis kegiatan (activity) yang ditimbulkan oleh suatu perangsang
dapat juga disebut respon. Secara umum respon atau tanggapan dapat
diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat (yang tinggal) dari
pengamatan tentang subjek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan-pesan.2
Istilah respon dalam komunikasi adalah kegiatan komunikasi yang
diharapkan mempunyai hasil atau dalam setelah komunikasi dinamakan
efek. Suatu kegiatan komunikasi itu memberikan efek berupa respon dari
komunikasi terhadap pesan yang dilancarkan oleh komunikator. Menurut
Steven M. Chaffe respon dibedakan menjadi tiga bagian:3
1 Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka,
2002), edisi ke-3, h. 585. 2 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung:Remaja Rosda Karya, 1999), h.
51. 3Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung. Remaja Rosda Karya, 1999), h.
118.
13
14
a. Kognitif: Yang dimaksud dengan respon Kognitif adalah respon yang
berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang
mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap
yang dipahami oleh khalayak.
b. Afektif: Yang dimaksud dengan respon Afektif adalah respon yang
berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu.
c. Konatif (Psikomotorik): Yang dimaksud dengan psikomotorik adalah
respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan
atau kebiasaan.
Dapat diambil kesimpulan bahwa respon itu terbentuk dari proses
rangsangan atau pemberian aksi atau sebab yang berujung pada hasil reaksi
dan akibat dari proses rangsangan tersebut. Respon akan muncul dari
penerimaan pesan setelah sebelumnya terjadi serangkaian komunikasi. Ahmad
Subandi mengemukakan respon dengan istilah feedback atau (umpan balik)
yang memiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau
tidaknya suatu komunikasi.4
2. Proses Terjadinya Stimulus-Respons
Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response.
Teori S-O-R berasal dari psikologi, kemudian menjadi teori komunikasi.
Karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu
manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen, sikap, opini, perilaku,
Kognisi. Afeksi dan Konatif (psikomotorik).
Dalam proses komunikasi berkenaan dengan sikap adalah aspek
“How” bukan “What” atau “Why” How To Change The Attitude, bagaimana
4 Ahmad Subandi, Psikologi Sosial, ( Jakarta:Bulan Bintang 1982), h.20.
15
mengubah sikap komunikan dalam proses perubahan sikap. Stimulus atau
pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak.
Komunikasi akan berlangsung jika ada peRhatian dari komunikan.
Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi
khususnya terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan
dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi,
unsur-unsur dalam model ini adalah:
a. Pesan (stimulus, S)
b. Komunikan (organism, O)
c. Efek (respone, R)
Mar’at dalam bukunya “sikap manusia perubahan serta
pengukurannya” mengutip pendapat Houland, Janis dan Kelley yang
menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada 3 variable penting
yaitu:
a. Perhatian
b. Pengertian
c. Penerimaan
Response
Stimulus
Organisme:
Perhatian
Pengertian
Penerimaan
Gambar 1.1
16
Gambar di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada
proses yang terjadi pada individu.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin
diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada
perhatian dari komunikan, proses berikutnya komunikan mengerti.
Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya, setelah
komunikan mengolahnya dan menerimanya maka terjadilah kesediaan untuk
merubah sikap.
Prinsip stimulus respon pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar
yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulti tertentu.
Dengan demikian seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu
kaitan erat antara pesan-pesan dan reaksi audien. Elemen-elemen utama dari
teori ini adalah pesan stimulus, seseorang atau receiver (organism) dan efek
(respon)
3. Faktor Terbentuknya Respon
Tanggapan yang dilakukan seseorang dapat terjadi jika terpenuhi
faktor penyebabnya. Hal ini perlu diketahui supaya individu yang
bersangkutan dapat menanggapi dengan baik. Pada proses awalnya individu
mengadakan tanggapan tidak hanya dari stimulus yang ditimbulkan oleh
keadaan sekitar. Tidak semua stimulus itu mendapat respon individu, sebab
individu melakukan stimulus yang ada persesuaian atau yang menarik dirinya.
Dengan demikian maka akan ditanggapi adalah individu selain tergantung
pada stimulus juga bergantung pada keadaan individu itu sendiri.
17
Dengan kata lain, stimulus akan mendapatkan pemilihan dan individu
akan bergantung pada 2 faktor: yaitu:
a. Faktor Internal: yaitu faktor yang ada dalam diri individu manusia itu
sendiri dari dua unsur yakni rohani dan jasmani. Seseorang yang
mengadakan tanggapan terhadap sesuatu stimulus tetap dipengaruhi oleh
eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu salah satu unsur saja,
maka akan melahirkan hasil tanggapan yang berbeda intensitasnya pada
diri individu yang melakukan tanggapan atau akan berbeda tanggapannya
tersebut antara satu orang dengan orang lain.
Unsur Jasmani atau fisiologis meliputi keberadaan, keutuhan dan cara
kerja alat indera, urat syaraf dan bagian-bagian tertentu pada otak. Unsur-
unsur rohani dan fisiologisnya yang meliputi keberadaan dan perasaan
(feeling) akal, fantasi, pandangan jiwa, mental, pikiran, motivasi dan
sebagainya.
b. Faktor eksternal: yaitu faktor yang ada pada lingkungan. Faktor ini
intensitas dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya dengan
fakor stimulus. Bimo Walgito dalam bukunya menyatakan bahwa faktor
pikis berhubungan dengan objek menimbulkan stimulus dan stimulus akan
mengenai alat indera.5
4. Macam-macam Respons
Menurut Agus Sujanto, ada bermacam-macam tanggapan yaitu:
a. Tanggapan menurut indera yang mengamati yaitu:
1) Tanggapan auditif, yakni tanggapan terhadap apa-apa yang telah
didengarnya, baik berupa suara, kekuatan dan lain-lain.
5 Bimo Walsito, Pengantar Psikolgi Umum , (Yogyakarta: UGM 1996), h.55.
18
2) Tanggapan visual, yakni tanggapan terhadap sesuatu yang lihat
3) Tanggapan perasa, yakni tanggapan terhadap sesuatu yang dialaminya.
b. Tanggapan menurut terjadinya, yaitu:
1) Tanggapan ingatan, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang diingatnya
2) Tanggapan fantasi, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang
dibayangkannya
3) Tanggapan pikiran, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang
dipikirkannya.
c. Tanggapan menurut lingkungannya, yaitu:
1) Tanggapan benda, yaitu tanggapan terhadap benda yang
menghampirinya atau berada didekatnya.
2) Tanggapan kata-kata, yaitu tanggapan terhadap kata-kata yang
didengarkan dan dilihatnya.6
B. Pantun Humor
1. Pengertian Humor
Menurut bahasa, humor memiliki arti ”kemampuan merasai
sesuatu yang lucu atau menyenangkan, atau keadaan dalam cerita dan
sebagainya yang menimbulkan rasa lucu, kejenakaan, atau keadaan yang
menggelikan hati”.7
Dalam bahasa Inggris apabila berbentuk kata kerja, humor
memiliki arti ”menyenangkan hati atau menghibur”. Humor, lain dari lucu
yang merupakan kata sifat adalah kata benda. Humor menurut Meriem
6 Agus Suyanto, Psikologi Umum, (Jakarta bumi aksara 2004 ), hal. 31-32. 7 John M. Echol dan Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta : PT. Gramedia,
1996) Cet. Ke-23, h. 296.
19
Webster Dictionary sebagaimana dikutip oleh Umar Khayam adalah suatu
kemampuan untuk melihat sesuatu yang lucu atau berbeda dengan persepsi
umum. Jadi, humor bukanlah yang lucu tetapi kemampuan untuk memiliki
persepsi mengenali yang lucu, yang tidak umum.8
Humor juga bisa diartikan tingkah, perilaku yang tidak biasanya
yang mengeluarkan emosi seseorang dengan melihat hal tersebut, sehingga
orang yang melihatnya mampu untuk tertawa atau tersenyum.
Dalam ensiklopedi nasional Indonesia, James Danandjaya menulis
bahwa humor akan menimbulkan tawa bagi pendengarnya apabila
memiliki salah satu sifat di bawah ini :
a. Mengandung kejutan atau sesuatu yang tidak terduga. b. Dapat mengecoh orang. c. Mengungkapkan kata yang tidak senonoh oleh adat masyarakat seperti
yang berhubungan dengan seks. d. Menampilkan sesuatu yang aneh dan tidak biasa. e. Tidak masuk akal dan tidak logis. f. Mengandung kenakalan untuk mengganggu orang. g. Mempunyai arti ganda untuk suatu kata yang sama.9
”Humor yang disebutkan diatas ini biasanya terjadi pada humor
teka-teki yang bersifat permainan kata. Namun, kadang-kadang humor
dapat memiliki beberapa sifat sekaligus.”10
Bagi orang yang sudah mendengar, sebuah humor menjadi kurang
atau bahkan tidak lucu lagi. Ketika ada seseorang yang sedang
mengungkapkan sebuah humor, terkadang pendengarnya sudah dapat
menebak akhir sebuah humor yang kebanyakan merupakan kejutan di
akhir.
8 Umar Khayam, “Kita dan Humor”, KOMPAS, 17 Januari 1996, h. 4. 9 James Danandjaya, “Humor” Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta : PT Adi Cipta
Pustaka, 1998), Jilid 6, h.198. 10 Ibid, h. 199.
20
2. Pengertian, Tekhnik, Syarat, dan Jenis Pantun
a. Pengertian dan Tekhnik Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas
dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa,
misalnya, dikenal sebagai parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal
sebagai paparikan. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau
empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak
boleh a-a-a-a, a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan
sastera lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.11
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi.
Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam
(mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya
tidak punya hubungan dengan bahagian kedua yang menyampaikan
maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir
merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. Karmina
dan talibun merupakan bentuk kembangan pantun, dalam artian
memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina merupakan pantun "versi
pendek" (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah "versi panjang"
(enam baris atau lebih).12
b. Syarat-Syarat Pantun
Syarat-syarat pantun diantaranya: a) Terdiri atas empat baris b) Tiap-tiap baris terdiri dari 8 sampai 10 suku kata. c) Dua baris pertama disebut “sampiran”dan baris berikutnya disebut
“isi”pantun d) Pantun mementingkan rima akhir,maksudnya baris bunyi akhir
baris pertama (1)sama dengan bunyi akhir baris ketiga (3) dan
11 Inur Hidayati, Kumpulan Pantun, (Jakarta: Transmedia Pustaka, 2010), Cet.Ke-7, h. 19. 12 Andi Soenaryo, Buku Pintar Pantun dan Puisi, (Jakarta : Kartika, 2008), h. 10.
21
bunyi akhir baris kedua(2)sama dengan bunyi akhir baris keempat(4), Contohnya: Kalau ada sumur diladang(a) Boleh aku menumpang mandi(b) Kalau ada umurku panjang(a) Boleh kita berjumpa lagi(b)
c. Jenis-Jenis Pantun
Menurut isinya pantun dapat dibedakan: 1) Pantun anak-anak 2) Pantun orang muda 3) Pantun jenaka 4) Pantun teka-teki Menurut bentuknya pantun dibedakan menjadi : 1) Pantun biasa
Contoh: Kalau ada sumur diladang Boleh aku menumpang mandi Kalau ada umurku panjang Boleh kita berjumpa lagi
2) Pantun berkait Disebut juga pantun berantai ,ada pula yang menamakan
seloka. Pantun berkait terdiri atas beberapa bait sambung menyambung. Larik kedua dan keempat pada tiap baitnya menjadi larik pertama dan ketiga bait berikutnya.13 Contoh dari pantun berkait: Bunga melur cempaka putih Bunga rampai di dalam puan Tujuh malam semalam rindu Belum sampai padamu tuan Bunga rampai di dalam puan Ruku-ruku dari peringit Belum sampai padamu tuan Rindu sahaya bukan sedikit
3) Talibun Talibun semacam pantun juga,tetapi terdiri atas enam,
delapan atau sepuluh baris. Bila terdiri enam baris, maka yang tiga baris merupakan sampiran dan yang tiga baris berikutnya menggunakan isi. Contoh dari talibun: Bukan hamba takutkan mandi Takut hamba berbasah-basah Mandi di lubuk pariangan Bukan hamba takutkan mati Takutkan hamba kan patah-patah Hamba di dalam bertunangan
13 Inur Hidayati, Kumpulan Pantun, (Jakarta: Transmedia Pustaka, 2010), Cet.Ke-7, h. 22.
22
4) Pantun kilat(karmina) Ialah pantun yang terdiri hanya dua baris saja, baris
pertama merupakan sampiran dan baris kedua isi. Contoh dari pantun kilat: Dahulu parang sekarang besi Dahulu sayang sekarang benci
C. Konsep Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi kata dakwah sebagai bentuk mashdar yang
artinya adalah memanggil (to call), mengundang (to invite), mengajak (to
summer), menyeru (to propa), mendorong (to urge) dan memohon (to
pray).14
Dakwah dalam pengertian tersebut dapat dijumpai dalam ayat-ayat
Al-Qur’an, antara lain:
☺
⌧
Artinya : “Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih Aku sukai
daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu Aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah Aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Yusuf: 33)15
14 Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2000),
Cet. 1, h. 1. 15 Depag RI, Al-qur’an dan Terjemah, (Semarang : Toha Karya, 1992), h. 353.
23
Artinya: “Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).” (QS. Yunus: 25)16
Arti kalimat darussalam ialah: tempat yang penuh kedamaian dan
keselamatan. pimpinan (hidayah) Allah berupa akal dan wahyu untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sedangkan orang yang melakukan seruan dan ajakan tersebut
adalah da’i (isim fa’il) artinya orang yang menyeru. Dengan demikian
secara etimologi pengertian dakwah merupakan suatu proses penyampaian
pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar
orang lain memenuhi ajakan tersebut.
Sedangkan pengertian dakwah menurut terminologi (istilah),
banyak para ahli yang berbeda dalam memberikan pengertian dakwah
seperti :
Pendapat Prof. Thoha Yahya Omar M.A yang dikutip oleh Toto
Tasmara menyebutkan bahwa, definisi dakwah menurut Islam ialah :
mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai
dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagian mereka di
dunia dan akhirat.17 Sedangkan pendapat S.M Nasruddin Latif yang
dikutip oleh Siti Muriah menyebutkan bahwa dakwah adalah usaha atau
aktivitas dengan lisan atau tulisan dan lainnya yang bersifat menyeru,
mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah
SWT sesuai dengan garis-garis aqidah syari’at serta akhlak Islamiyah.18
16 Ibid, h. 310. 17 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997), Cet. Ke-2,
h. 32 18 Siti Muria, Op. Cit, h. 4.
24
Meskipun nampak adanya perbedaan dalam kedua perumusan di
atas, namun esensinya tetap sama, yaitu bahwa dakwah merupakan suatu
kegiatan mengajak umat manusia agar dapat melaksanakan perintahNya
dan menjauhi segala laranganNya sesuai dengan petunjuk Allah (Islam),
agar nantinya mereka mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
2. Tujuan Dakwah
Dakwah sebagai suatu aktifitas dan usaha pasti mempunyai tujuan
yang hendak dicapai. Sebab tanpa tujuan maka segala bentuk pengorbanan
dalam rangka kegiatan dakwah itu menjadi sia-sia belaka. Oleh karena itu
tujuan dakwah harus jelas dan konkrit, agar usaha dakwah itu dapat diukur
berhasil atau gagal. Kalau di lihat dari segi objek dakwah, maka tujuan
dakwah itu dapat di bagi menjadi empat macam :
a. Tujuan perorangan, yaitu terbentuknya pribadi muslim yang
mempunyai iman yang kuat, berperilaku sesuai dengan hukum-hukum
di syariatkan Allah SWT dan berakhlak karimah. Diharapkan agar
pribadi-pribadi umat manusia itu menjadi muslim secara tuntas, dari
ujung rambut sampai ke tumit telapak kakinya.
b. Tujuan untuk keluarga, yaitu terbentuknya keluarga bahagia, penuh
ketentraman dan cinta kasih antara anggota keluarga.
c. Tujuan untuk masyarakat, yaitu terbentuknya masyarakat sejahtera
yang penuh dengan suasana keislaman. Suatu masyarakat di mana
anggota-anggota mematuhi peraturan-peraturan yang telah disyariatkan
oleh Allah SWT, baik yang berkaitan antara hubungan manusia dengan
Tuhannya, manusia dengan sesamanya maupun manusia dengan alam
25
sekitarnya, saling bantu-membantu, penuh rasa persaudaraan,
persamaan dan senasib sepenanggungan.
d. Tujuan untuk umat manusia seluruh dunia, yaitu terbentuknya
masyarakat dunia yang penuh dengan kedamaian dan ketenangan
dengan tegaknya keadilan, persamaan hak dan kewajiban, tidak adanya
diskriminasi dan eksploitasi, saling tolong-menolong dan saling
hormat-menghormati. Dengan demikian alam semesta ini seluruhnya
dapat menikmati Islam sebagai rahmat mereka.
Tujuan utama dakwah sebagaimana telah dirumuskan ketika
memberikan pengertian tentang dakwah adalah perwujudannya
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat yang diridhai
oleh Allah SWT.
3. Unsur-Unsur Dakwah
a. Da’i
Dalam tinjauan terminologis bahwa dakwah adalah menyeru
atau mengajak umat manusia baik perorangan ataupun kelompok
kepada agama Islam. Dari pengertian diatas, maka dapat diambil kata
da’i sebagai subjek dari dakwah itu sendiri.
Da’i yaitu orang yang berdakwah kepada orang lain bagaimana
atau hal apa saja yang seharusnya terdapat pada seorang da’i dan
bagaimana hubungan antara pernyataan yang disampaikan pada objek
dakwah dengan perilaku da’i itu sendiri. Seorang da’i wajib
mengetahui hakekat dirinya bahwa dirinya seorang da’i. Artinya,
sebelum menjadi da’i, ia perlu mengetahui apa tugas-tugas da’i, modal,
26
syarat-syaratnya, bekalnya, senjatanya serta bagaimana akhlak yang
harus dimiliki seorang da’i.19
b. Media
Salah satu unsur dakwah yang dapat memberikan
sumbangsihnya terhadap susksesnya dakwah adalah penggunaan
media yang tepat. Mengenai pembahasan tentang media ini dapat
dibagi ke dalam tiga fase atau golongan, yaitu :
1) Media tradisional, bahwa masing-masing dipahami tentang
masyarakat tradisional yang pada kenyataannya selalu
menggunakan media yang disesuaikan dengan kebudayaannya,
sesuai dengan komunikasi yang terjadi di dalamnya.
2) Media modern, hal ini biasanya sejalan dengan kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, di aman kita
ketahui masyarakat di saat sekarang telah menemukan dan
sekaligus memakai berbagai fasilitas guna dimanfaatkan untuk
mencapai tujuannya, begitu juga halnya, seperti Radio, Televisi,
Telepon, Internet, Fax, serta lainnya bisa digunakan sebagai media
dakwah sejalan dengan cara pemanfaatannya secara tepat.
3) Perpaduan antara media tradisional dengan modern menghasilkan
satu tujuan,agar bagaimana penyampaian dakwah tepat pada
sasaran yang dikehendakinya.20
19 Said bin Ali Al-qahtani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta: Gema Insani Press,
1994), Cet. Ke-3, h. 96. 20 Ahmad Subandi, Ilmu Dakwah Pengantar Ke Arah Metodologi, (Bandung : Yayasan
Syahida, 1997), h. 89
27
Melihat kenyataan yang berkembang di masa modern, tentu
efektifitas media lebih diperlukan sesuai dengan dan tepat untuk
dipakai, di mana kemajuan ilmu, teknologi yang dapat manusia
pergunakan ternyata memberikan nilai tambah yang lebih berarti dan
bermakna.
Adapun yang dimaksud dengan media dakwah ialah alat
objektif yang menjadi saluran, yaitu menghubungkan ide dengan
ummat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam
totalitas dakwah.21
Baik media elektronik maupun media cetak keduanya
mempunyai peran dalam upaya menyampaikan pesan dakwah di
tengah-tengah masyarakat. Pembagian media yang merupakan sarana
di dalam penyampaian dakwah dapat di lihat sebagai berikut :
1) Media Auditif, yaitu alat-alat yang di operasionalkan sebagai
sarana penunjang dakwah yang dapat di dengar oleh indera
pendengaran, seperti halnya : Radio, Tape Recorder, Telepon serta
telegram.
2) Media Visual, yaitu alat ataupun sarana yang dapat digunakan
untuk kepentingan dakwah yang dapat ditangkap oleh indera
penglihatan. Perangkat visual tentunya untuk kepentingan dakwah,
seperti : film, slide, transparansi, over head, projector, gambar dan
lainnya.
21 Hamzah Ya’kub, Publisistik Islam Teknik Dakwah Leadership, (Bandung :
Diponegoro, 1992), Cet. Ke-1, h.47.
28
3) Media Audio Visual, media ini dapat di lihat dan di dengar,
bentuknya antara lain : film, televisi, radio, dan video serta yang
lainnya.
Dengan demikian media sebagai salah satu unsur dakwah
adalah sesuatu yang membantu terlaksananya dakwah di dalam
mencapai tujuannya, karena media merupakan sarana yang dapat
menghantarkan manusia kepada sesuatu dan dapat membantu da’i
dalam menyampaikan dakwahnya.
c. Mad’u
Mad’u adalah objek, yaitu manusia, mulai dari individu,
keluarga, kelompok, golongan, kaum, massa. Setiap orang yang
normal biasanya mempunyai cita-cita mencapai kebahagiaan hidup,
dengan demikian pesan dakwah mesti mengarah kepada persoalan
hidup manusia seluruhnya.22
Objek dakwah pada intinya adalah manusia, baik individu
maupun kelompok (masyarakat). Pemahaman mengenai masyarakat
sangatlah beragam, sangat tergantung dari cara memandangnya, sebab
dari sudut sosiologi masyarakat mempunyai struktur yang selalu
mengalami perubahan sebagai akibat interaksi yang terjadi di
dalamnya ataupun antar kelompok dengan kelompok lainnya. Sebagai
objek dakwah seharusnya da’i dapat memahami terlebih dahulu
permasalahan yang ada di masyarakat.23
22 Jamaludin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya : Offiset Indah, 1993), h. 32. 23 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Ciputat : Logos Wacana Ilmu,
1997), Cet. Ke-2, h. 35.
29
Dalam hal ini dapat dikemukakan tiga angkatan manusia yang
harus di sikapi untuk kelancaran penyampaian dakwah antara lain :
1) Golongan Cendekiawan, biasanya golongan ini mendapat julukan
kaum terpelajar (intelektual) yang mempunyai daya kritis yang
tinggi dan memiliki ilmu pengetahuan untuk membandingkan dari
pengalaman yang banyak diterimanya terutama dari aspek
penglihatannya yang peka.
2) Golongan awam, golongan ini biasanya berpikirnya lemah, jelas
pemahaman yang diberikan golongan ini lebih dikhususkan pada
pemahaman yang mudah yakni dengan membawanya kepada rasa
berpikir.
3) Golongan menengah, dalam menghadapi golongan ini jangan
terlalu menonjolkan ilmu dan rasio, tetapi jangan pula seperti
golongan awam, namun di titikberatkan kepada bertukar pikiran
secara mudah, diskusi dalam meningkatkan pengertian dan
keyakinan dalam kehidupan masyarakat.24
Memahami berbagai tingkatan manusia sebagai objek dakwah
memberikan gambaran yang spesifik bagi setiap da’i untuk
mengantisipasi pelaksanaan dakwahnya dan berusaha untuk
menerapkan cara dan metode yang tepat, begitu pula dalam
menghadapi kaum intelektual yang berpikir kritis dan praktis.
d. Metode Dakwah
24 M. Yunan Nasution, Islam dan Problem-Problem Kemasyarakatan, (Jakarta : Bulan
Bintang, 1988), h.203.
30
Ushlub (metode) menurut tinjauan bahasa berarti jalan dan
seni. Sedangkan yang dimaksud dengan Asalibu Dakwah (Metode
Dakwah) ialah ilmu yang menghantarkan seseorang kepada
pengetahuan tentang cara penyampaian dakwah (ilmu tentang retorika
dakwah dan ceramah), sekaligus menghilangkan rintangan-rintangan
dari jalan dakwah.25
Berbicara mengenai pemahaman tentang metode dari sejumlah
cara memberikan gambaran untuk mengambil metode secara tepat
yang mengarah kepada sasaran dakwah itu sendiri.
Abdur Rohman Ar-Roisi, mengemukakan beberapa metode
yang bisa diterapkan dalam berdakwah antara lain :
1) Dakwah bil hikmah, yang mana mempunyai pengertian perkataan
yang benar, lurus dan disertai dengan penggunaan dalil-dalil yang
menyatakan akan kebenaran dan menghilangkan keragu-raguan.
2) Dakwah bil mau’idzotil hasanah, tutur kata yang baik penuh
kelembutan yang dapat menyentuh hati, selaras dengan ajaran al-
Quran dan tidak membebani manusia, kecuali dengan kemampuan
sendiri.
3) Dakwah bil mujadalah, bertukar pikiran dengan cara yang terbaik
dalam upaya menguak tentang kebenaran yang dapat diambil nilai
kebenarannya secara utuh, terutama hal ini yang berhubungan
25 Said bin Ali Al-qathani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta: Gema Insani Press,
1994), Cet. Ke-3, h.101.
31
dengan nilai Islam, juga dapat diaplikasikan di dalam kehidupan
sehari-hari di bermasyarakat.26
Beberapa pemahaman mengenai ragam metode, ternyata
semuanya merujuk kepada landasan pokok, yakni al-Quran dan al-
Hadits sehingga apapun bentuk yang digunakan atau yang dipakai
tidak satu pun yang keluar dari pokoknya yang utama tersebut,
dipahami pula bahwasanya penerapan metode akan lebih mengena
pada objek sasarannya.
e. Materi Dakwah
Dakwah yang berarti mengajak dan menyeru manusia agar
mengamalkan ajaran Islam, tentu berisi pesan-pesan ajaran Islam yang
harus disampaikannya. Materi dakwah bersumber dari al-Qur’an dan
al-Hadits, penjabarannya terbagi kedalam tiga kelompok bahasan,
yaitu : aqidah, syariah, dan akhlaq. Semua unsur itulah yang menjadi
materi pokok bahasan dakwah.27
Sebagai materi pokok al-Qur’an dan al-Sunnah, hendaknya
seorang da’i mampu menyampaikannya kepada orang lain sesuai
dengan bahasa yang dipahaminya. Di dalamnya terkandung petunjuk,
pedoman, hukum, sejarah, permasalahan, keyakinan, peribadatan,
pergaulan dan akhlak serta ilmu pengetahuan.
Secara umum pokok kandungan al-Qur’an meliputi berbagai
aspek yang menuntun manusia untuk dapat memahami, meyakini dan
26 Abdurahman Arroisi, Laju Zaman Menentang Dakwah, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1993), h. 3. 27 Ahmad Subandi, Ilmu Dakwah Pengantar Ke Arah Metodologi, (Bandung : Yayasan
Syahida, 1997), h. 85
32
sekaligus mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-hari, antara lain
yaitu : aqidah, ibadah, mua’malah, akhlak, sejarah, dasar-dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi serta uraian mengenai anjuran, janji, dan
ancaman.
Secara garis besar, materi dakwah adalah seluruh ajaran Islam
secara kaffah yang tidak dapat dipisahkan atau dipecah-pecah,
sebagaimana yang dijabarkan dalam al-Qur’an dan al-Hadits serta
dikembangkan secara luas lagi sesuai kultur Islam yang murni serta
bersumber dari keduanya. Namun sekalipun demikian, harus disadari
bahwa dalam penyampaian materi dakwah juga memerlukan prioritas-
prioritas lainnya, seperti situasi dan kondisi kemasyarakatan secara
tepat.
D. Majelis Taklim
1. Pengertian Majelis Taklim
Kata Majelis Taklim terdiri dari dua kata, yaitu “Majelis” dan
“Ta’lim”. Kata “Majelis” dalam bahasa arab berasal dari kata “Jalasa-
Yajlisu” yang berarti duduk sedangkan kata “Majelis” merupakan “Ism
Masdar” yang mengandung arti tempat duduk. Di dalam kamus bahasa
Arab Munjid dikatakan bahwa kata ”Majelis” berarti tempat duduk yang
didalamnya berkumpulnya orang-orang. Secara terminology, Majelis
Taklim memiliki arti tempat untuk melakukan syiar dakwah Islam. Di
dalam ensiklopedi Islam dikatakan juga secara definisi Majelis Taklim
33
adalah suatu tempat yang di dalamnya berkumpul sekelompok manusia
untuk melakukan aktivitas atau perbuatan.
Dengan demikian penulis berargumen tentang Majelis Taklim
adalah tempat berkumpulnya orang-orang untuk melakukan kegiatan-
kegiatan yang positif, mengenai tempatnya itu dapat berupa masjid,
rumah, mushollah atau juga tempat khusus yang di bangun suatu kegiatan.
Kini, majelis taklim terorganisasi dalam struktur tingkat nasional yang
disebut Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) yang diketuai oleh Hj.
Tuti Alawiyah, dan mampu menyelenggarakan beberapa kali kegiatan
yang positif.28
2. Fungsi Majelis Taklim
Majelis Taklim mempunyai fungsi sebagai berikut :
d. Meluruskan akidah e. Memotivasi umat untuk beribadah kepada Allah SWT dengan baik dan
benar f. Amar ma’ruf nahi munkar g. Menolak kebudayaan negatif yang dapat merusak akidah umat h. Sebagai media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi
pembangunan umat dan bangsa pada umumnya.
3. Klasifikasi Majelis Taklim
Keberadaan Majelis Taklim bagi kehidupan masyarakat
memberikan keadaan positif karena nilai-nilai ajaran Islam perlahan-lahan
meresap kedalam perilaku positif masyarakat dan sangat signifikan dalam
menciptakan dan membina kesehatan mental mereka sendiri.
Majelis Taklim merupakan lembaga yang bersifat informal,
sehingga pelaksanaannya tidak hanya di tempat peribadatan saja. Namun
28 Azyumardi Azra, Konteks Berteologi di Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 1990), h.
186.
34
terkadang pada tempat-tempat umum lainnya kerap terjadi. Seperti halnya
kantor, hotel, balai pertemuan dan lain-lain. Hal ini memberikan gambaran
bahwa perbedaan itu bukan dikarenakan fungsinya tetapi mengikuti
lingkungan anggota Majelis Taklim itu sendiri.
Dalam hal ini, dijelaskan mengenai pengklasifikasian berdasarkan
lingkungan dan kegiatan-kegiatan organisasi, diantaranya:
a. Majelis Taklim pinggiran. Istilah ini menunjukkan pada masyarakat
ekonomi lemah yang pada umumnya.
b. Majelis Taklim gedongan. Istilah gedongan ini,menunjukkan pada
tataran masyarakat ekonomi menengah keatas dan terpelajar.
c. Majelis Taklim kompleks. Istilah kompleks ini menunjukkan pada
instansi tertentu yang memfasilitasi karyawannya.
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Biografi Ustad Taufiqurrahman
1. Riwayat Hidup Ustad Taufiqurrahman
Dalam pembahasan skripsi ini, penulis mencoba memaparkan
berbagai hal yang berhubungan dengan da’i muda ini, beliau adalah Ustad
Taufiqurrahman. Beliau dilahirkan di kota Jakarta, tepatnya pada tanggal 4
Juni 1980. Kultur Betawi cukup kental mengalir dalam dirinya, karena
lahir dari orang tua, yang kedua-duanya asli Betawi yaitu (Alm) Bapak H.
Moh Sidup dan Ibu Hj. Rohaya. Beliau anak kelima dari enam bersaudara.
Ustad Taufiqurrahman berstatus menikah dengan seorang gadis
yang berasal dari kultur Betawi pula, istri beliau bernama Maspupah,
beliau dikaruniai seorang anak laki-laki, yang bernama Muhamad Azril al-
Ghifari. Usianya kini genap 4 tahun, keluarga kecil Ustad Taufiqurrahman
sangatlah harmonis dan penuh dengan kasih sayang.1
Pada tahun 2004, beliau berhasil mendapat gelar Sarjana Hukum
Islam di Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ) Fakultas Syariah. Hal
itu memberikan gambaran bahwa profesi da’i memiliki kesinambungan
dengan tamatan pilihan jurusan beliau pada saat kuliah. Beliau merupakan
seorang aktivis terutama di bidang keagamaan. Hal ini dapat dibuktikan
dari beberapa pengalaman organisasi yang beliau aktif di dalamnya. Di
antaranya ketua umum Ikatan Da’i Muda (IDAM) pada tahun 2000 dan
1 Wawancara Pribadi dengan Ustad Taufiqurrahman, Jakarta, 15 April 2010.
35
36
beberapa aktivitas yang masih digelutinya hingga sekarang pimpinan
yayasan santunan yatim piatu dan fakir miskin (SYAFAR-Berdiri tahun
1998), ketua Ubudiyah di musholla al-Hidayah di Bilangan Jakarta
Selatan, Pembimbing Jama’ah Haji Khusus Pacto, beralamat di Hotel Park
View, Kemang Jakarta Selatan.
Selain sebagai da’i, beliau pun dalam hal kepemimpinan pun
memiliki berbagai perjalanan emas, diantaranya pada masa di bangku
sekolah, beliau kerap kali mendapat kepercayaan sebagai ketua,
diantaranya Ketua Osis MTsN-1 Jakarta (1995), Ketua Osis Madrasah
Aliyah Keagamaan (1997), Ketua Muharik al-Lughoh Arab di Pesantren
Syamsul Ulum(1998). Dan berbagai pengalaman kepemimpinannya telah
memberikan pengalaman positif pada perjalanan hidup beliau.
Beliau adalah salah satu da’i yang berasal dari suku Betawi
sehingga tidak heran baginya mengangkat pantun sebagai gaya humor
khas beliau, hal ini tidak dirasakan asing bagi para jamaah pengajian
beliau. Beliau pun tidak asing bagi penulis karena kiprahnya di lingkungan
sekitar daerah penulis, beliau merupakan satu tokoh agama yang memiliki
aktivitas dakwah yang bersifat rutinitas. Selain itu, beliau memiliki Majlis
Taklim sendiri namun usia pengajian tersebut masih terbilang muda,
berjalan sekitar tiga tahun. Maka dalam penelitian ini mencoba
menjadikan Masjid Taklim Abiturien al-Falah sebagai sumber responden
karena kiprah beliau di masjid taklim ini pun tidak perlu diragukan.
37
2. Latar belakang Pendidikan Ust.Taufiqurrahman
Beliau mengawali karier pendidikannya pada tahun 1987-1993,
dengan bersekolah di Sekolah Dasar Negeri 4 Kalibata. Setelah
menyelesaikan pendidikannya di sekolah tersebut, beliau melanjutkan
studinya di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Jakarta dari tahun 1993-1996.
Kemudian untuk jenjang sekolah menengah atas, Ustad
Taufiqurrahman menyelesaikan pendidikannya di Madrasah Aliyah
(keagamaan) Syamsul ’Ulum Sukabumi. Untuk studi perkuliahannya,
beliau meneruskan karier pendidikannya di Perguruan Tinggi Ilmu al-
Qur’an (PTIQ) Fakultas Syariah dari tahun 2000-2004.2
3. Aktivitas Dakwah Ust.Taufiqurrahman
Dengan kesibukannya yang padat di aktivitas dakwahnya, beliau
merupakan salah satu da’i yang sering menjadi narasumber di berbagai
stasiun TV. Di bawah ini merupakan beberapa kegiatan dakwahnya yang
berhasil penulis dapatkan, yaitu sebagai berikut :
a. Komentator pada acara Pildacil 4, yang diselenggarakan oleh stasiun
LATIVI
b. Acara ”Dorce Show”, komentator secara agama sebagai bintang tamu
(2006) di TRANS TV
c. Acara ”Tutur Hikmah”sebagai narasumber di TV7 (2006)
d. Acara Kalam bersama Sandrina Malakiano sebagai narasumber (2007)
di ANTV
2 Wawancara Pribadi dengan Ust. Taufiqurrahman. Jakarta, 15 April 2010.
38
e. Pengisi acara rutin ”Ceria Ramadhan” bersama Ustad Ahmad
Habasyi(2007) di SCTV
f. Komentator tetap pada acara ”Seleb Kena Batunya” yang diadakan
oleh LATIVI (2007)
g. Komentator tetap pada acara ”Ramadhannya Farhan” (2007) di ANTV
h. Narasumber pada acara Titian Kalbu” (2008) di TVONE
i. Presenter sekaligus narasumber pada ”Kalam Special Idul Adha”
(2008) di ANTV
j. Sebagai narasumber tetap dalam acara live ”Curhat Bareng Ustad”
(2008) di ANTV
k. Sebagai narasumber di "acara ”Menuju Kemenangan” yang
diselenggarakan oleh GLOBAL TV (2008)
l. Pengisi acara dan narasumber tetap di acara “Sahur Cagur” selama
Bulan Ramdhan 2009 yang diselenggarakan oleh Global TV
m. Narasumber pada acara “ Ramadhannya Farhan” (2008) di ANTV
n. Sebagai narasumber di acara “Titian Qolbu”di TV ONE, pada tahun
2009 sampai sekarang3
Beberapa kegiatan yang penulis rangkumkan di atas, merupakan
aktivitas beliau di media TV, namun aktivitas di luar media TV
diantaranya sebagai ketua di masjid as-Syasul Falah. Beliau menjadi
perencana terhadap kegiatan dan dakwah di daerah sekitar masjid tersebut
yang tidak jauh dari tempat beliau tinggal. Dalam aktivitas dakwah beliau
3 Wawancara Pribadi dengan Ust. Taufiqurrahman. Jakarta, 15 April 2010.
39
cukup luas, hal itu dibuktikan dengan jam terbang beliau ke berbagai
propinsi di luar pulau Jawa.
Beliau mengawali karir bermula sebagai seorang qori’ kemudian
karena kealiman dan kepahaman beliau dibidang agama membuat beliau
tertantang untuk mencoba menjadi seorang mubaligh atau Da’i dan pada
akhirnya mendapat perhatian masyarakat hingga sekarang.
4. Contoh Pantun Ust. Taufiqurrahman
Buah manggis dibawa-bawa
Anak pitung makan ketumbar
Jamaah sini manis bila tertawa
Membuat hati saya berdebar-debar
Barang antik di kursi goyang
Kepunyaan opah dan omah
Perempuan cantik bilang sayang
Tapi cinta Papa hanya untuk Mamah
Naik kereta turun tegal
Makan roti dibelah dua
Kalau cinta bang saya jangan ditinggal
Sehidup semati kita berdua
Kelapa puan ada setangkai
Boleh beli di pasar Slipi
Ilmu apa yang abang pakai
Siang malam saya kebawa mimpi
Beribu ribu burung Gelatik
Hanya satu yang terbang melayang
Beribu ribu gadis cantik
Hanya Istriku yang palingku sayang
Kalau anda punya keris
Tancapkan saja ke ikan Hiyou
Kalau kamu mengerti bahasa Inggris
Terus terang saja I Love You
Beli kopiya dipasar Tanah Abang
Dipakainya tuk sembahyang
Rasa rindu saya kepada Abang
Membuat hati jadi terbayang-bayang
Menuntut ilmu jangan kapok-kapok
Walaupun sampai dewasa
Kalau Cinta jangan kata baru Depok
Biar jauh juga juga tak terasa
Jalan-jalan ke Sukutani Kelapa puan ada setangkai
40
Sampai Cisaat beli kelapa
Amalan apa sih yang dijalani
Sehingga setiap saat tak Lupa
Boleh dibagi sama tetamu
Ilmu apa sih yang abang pakai
Kok saya rasanya jadi pengen ketemu
Burung gelatik turun kebawa
Burung merpati lagi di umbar
Jamaah disini manis bila tertawa
Membuat hati jadi berdebar
Buah manggis buah belewa
Dimakannya setelah berenang
Jamaah disini manis kalau tertawa
Membuat kita jadi pada senang
Beli sorban jumlahnya lima
Di kramat jati naik taksi
Ibadah qorban yang keterima
yang dilandasi hati bersi
Barang antik dibawa-bawa
Boleh dibagi orang Blitar
Jamaah disini manis bila tertawa
Membuat hati jadi gemetar
Burung merpati dari Pak Selamat
Terbangnya melayang-layang
Kalau hidup mau selamat
Jangan tinggalkan sembahyang
Pergi sekolah naik sepedah
Bawa lakban dan bonekah
Jangan salah menafsirkan ibadah
Karena qorban juga termasuk sedekah
Pergi haji ke Mekah
Mau melontar mencari batu
Biar hidup tambah Barokah
Sayangilah Yatim piatu
Pergi haji ke Mekah
Lagi disana ketemu Pak Lurah
Kalau hidup mau tambah barokah
Jadilah hamba yang pemurah
Beli merpati di Kampung Keramat
Warnanya putih dan biru
Kalau hidup mau selamat
Marilah kita laksanakan nasihat Guru
Jalan-jalan ke Kampung Keramat
Perginya naik sepedah
Kalau hidup mau selamat
Biar pandai menjaga lidah
41
Minum jamu bareng Pa Hasan
Yang baru ketemu di Pondok Indah
Menuntut ilmu tidak boleh bosan
Karena dengan ilmu segalanya mudah
Ada tamu tidak boleh gelisah
Kalau perlu ajak tamu naik dokar
Hidup tanpa ilmu bukan hanya susah
Tapi tanpa ilmu segalanya sukar
Dari pondok indah ke empang tiga
Di Empang tiga liat orang sedang cukur
Terasa indah berumah tangga
Ketika semuanya pada akur
Sumur zam zam sumur keramat
Airnya segar dan jadi obat
Kalau hidup mau selamat
Harus selalu tegar untuk bertaubat
Membeli kacamata di pangkalan jati
Liat orang berenang minumnya kendih
Istri yang cintanya benar-benar sejati
Yang siap menemani suami disaat sedih
Dari Mekah langsung ke Madina
Di Madina juga biar rajin tuk ziarah
Kalau hidup mau berkah dan bermakna
Janganlah jadi orang pemarah
Aye pengen makan mi
Tapi mi nya yang di Cilambar
Aye pengen punya suami
Tapi suami yang penyabar
Pagi-pagi makan mentega
Makannya didalam rumah
Mudah-mudahan kita bisa masuk sorga
karena gemar mendengar ceramah
Dari jauh kayak pohon randu
Sudah deket ternyata hanya benalu
Aye sebenarnya uda bener2 rindu
Sudah deket kok jadi malu
Aye pengen ke Sikabumi
Tapi jalannya lewat jalan layang
Aye pengen punya suami
Tapi suami yang penyayang
Orang arab makan urap
Penjual urap pake kain
Siang kuharap, malam kuharap
Eh, ternyata jatuhnya ke orang lain
Aye pengen makan emping
Tapi emping yang di Samarindah
Aye pengen punya pendamping
Tapi pendamping yang rajin ibadah
42
B. Sekilas Gambaran Umum Majelis Taklim Abiturien al-Falah
1. Sejarah Berdiri Majelis Taklim Abiturien al-Falah
Majelis Taklim Abiturien al-Falah yang beralamat di Jl. Kandang
Besar No.6 Kecamatan Cakung, kelurahan Ujung Menteng Jakarta Timur
merupakan lembaga dakwah yang memiliki tujuan untuk mewujudkan
kehidupan yang harmonis dan dinamis serta menjunjung tinggi nilai-nilai
ajaran agama Islam yang menyeluruh dan hakiki di ruang lingkup
masyarakat yang heterogen. Pada awalnya Majelis Taklim ini hanya
merupakan pengajian kecil namun karena antusias masyarakat meningkat
maka didirikanlah Majelis Taklim ini.
Majelis Taklim didirikan pada Tahun 1980-an oleh keluarga H.
Radjung dan Hj. Marhanih.4 Majelis Taklim Abiturien ini merupakan
bagian dari Majelis Taklim al-Falah yang berlokasi tidak jauh dari Majelis
Taklim Abiturien al-Falah. Bangunan yang dijadikan Majlis Taklim ini
adalah tanah dari keluarga Bapak H. Radjung yang merespon positif
terhadap peningkatan nilai-nilai keagamaan di masyarakat agar terbina
dakwah Islamnya.
2. Tujuan dan Program Kerja Majelis Taklim Abiturien al-Falah
Agar kegiatan Majelis Taklim berjalan dengan lancar, maka harus
memiliki tujuan dan program kerja. Begitu juga dengan Majelis Taklim
Abiturien al-Falah ini. Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh Majelis
Taklim Abiturien al-Falah melalui kegiatan-kegiatannya antara lain :
4 Wawancara Pribadi dengan Siti Rahmayanti, Pimpinan Majelis Taklim Abiturien al-
Falah, Jakarta, 24 April 2010.
43
a. Mewujudkan kehidupan yang harmonis dan dinamis yang menjunjung
tinggi nilai-nilai ajaran Islam yang kental dan hakiki.
Dalam rangka membina serta mengembangkan kegiatan-
kegiatan di Majelis Taklim Abiturien al-Falah, diperlukan adanya
program kerja dan kegiatan yang konkrit dan sistematis. Sehingga
dapat bermanfaat dan berdaya guna bagi masyarakat sekitar, serta
menguatkan tali silaturahmi yang terjalin diantara para jamaah Majelis
Taklim Abiturien al-Falah.
Adapun program-program kerja dari Majelis Taklim Abiturien
al-Falah adalah sebagai berikut :
1) Departemen Sosial dan Kemasyarakatan5 a) Mengadakan Santunan Yatim Piatu b) Khitanan Massal
2) Departemen Pendidikan dan Dakwah c) Pengajian mingguan pada hari Sabtu d) Peringatan Hari Besar Islam e) Kegiatan Ramadhan
3) Departemen Dana Investasi a) Pengelola Tabungan Jamaah Majelis Taklim Abiturien al-Falah b) Pengelola Dana BMT
b. Mempererat tali Ukhuwah Islamiyah
Dengan adanya Majelis Taklim Abiturien al-Falah ini,
masyarakat memiliki sarana untuk mempererat tali Ukhuwah
Islamiyah. Masyarakat sekitar dapat berkumpul, tatap muka serta
bertukar pikiran dalam kegiatan pengajian rutin. Dengan intensitas
yang cukup dalam pengajian di Majelis Taklim Abiturien al-Falah ini,
masyarakat dapat lebih sering membaur dan berkecimpung dalam
kegiatan-kegiatan sosial, khususnya dalam bidang keagamaan.
5 Data Dokumentasi, Majelis Taklim Abi Turen al-Falah, 2010.
44
Selain itu, ada manfaat lain yang dapat diambil. Dengan
seringnya masyarakat berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan
keagamaan yang diadakan di Majelis Taklim Abiturien al-Falah, maka
motivasi dan rasa gotong royong para jamaah Majelis Taklim
Abiturien al-Falah semakin bertambah dan berlipat seiring rutinnya
kegiatan keagamaan yang sering diadakan.
Dalam kegiatan Majelis Taklim ini mengadakan kegiatan rutin
pengajian setiap hari Sabtu pukul 09.00-11.00 WIB, kegiatan
pengajian tersebut berisi shalawatan, pembacaan surah Yasin dan
terpenting adalah ceramah keagamaannya.6 Salah satunya adalah
Ustad Taufiqurrahman sebagai peceramah dalam kegiatan pengajian di
Majelis Taklim tersebut dua kali dalam sebulan.
3. Struktur Organisasi Majelis Taklim Abiturien al-Falah
Dalam mewujudkan program kerja yang konkrit dan sistematis,
juga diperlukan adanya sumber daya manusia yang tergabung dalam
struktur organisasi Majelis Taklim Abiturien al-Falah. Dengan adanya
susunan struktur organisasi dengan pembagian kerja yang jelas, maka
diharapkan program-program kerja yang dicanangkan dapat berjalan
sebagaimana mestinya sesuai dengan tujuan dari dibentuknya Majelis
Taklim Abiturien al-Falah.
Adapun susunan struktur organisasi dari Majelis Taklim Abiturien
al-Falah adalah sebagai berikut :
6 Ibid.
45
Pelindung : Ibu Hj.Aisyah Thoyib
Penasehat : Ibu Hj.Marhanih
Ketua : Ibu Siti Rahmayanthi
Wakil Ketua : Ibu Masrofah
Sekretaris : Ibu Yeyet Supriati
Bendahara : Ibu Maspupah
Divisi Departemen Sosial Kemasyarakatan: Ibu Iyus Sulistiawati
Divisi Pendidikan dan Dakwah: Ibu Ida Rosyidah
Divisi Dana dan Investasi: Ibu Latifah
Divisi Pengajar: a. Ustad Taufiqurrahman
b. Ustad Dedi Wahyudi
c. Ustadzah Lilis Muslihah
BAB IV
ANALISA PANTUN HUMOR DALAM DAKWAH
USTAD TAUFIQURRAHMAN
Kegiatan kerohanian terutama dalam bentuk pengajian rutinan sudah
cukup lama dilaksanakan secara efektif di Majelis Taklim Abiturien al-Falah ini.
Waktu pelaksanaannya setiap hari Sabtu sekitar pukul 09.00-11.00. Di dalam
kegiatan dakwah, ada beberapa da’i atau da’iah yang memiliki tanggung jawab
menyampaikan materi keislaman, dan Ustad Taufiqurrahman termasuk salah satu
diantaranya.
Dalam hal ini, Ustad Taufiqurrahman memiliki keunikan tersendiri dalam
penyampaian dakwahnya. Beliau menggunakan pantun sebagai bentuk pilihan
humornya. Dengan menyisipkan pantun, berharap jamaah dapat merasakan kesan
berbeda terhadap pantun dan dakwahnya.
Penyampaian dakwah Ustad Taufiqurrahman berkaitan dengan materi
yang disampaikan berkisar tentang aqidah, fiqh, ibadah, dan lainnya. Materi ini
disampaikan dengan metode yang menarik agar jamaah termotivasi untuk terus
mengikuti materi yang disampaikan, hal ini berperan terhadap peningkatan
perhatian jamaah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel di bawah ini
mengenai peranan pantun dalam ceramah Ustad Taufiqurrahman dan dampaknya
terhadap peningkatan perhatian jamaah.
Untuk mengetahui peran pantun dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman,
penulis telah menyebarkan angket sebanyak 50 kepada jamaah atau 25% dari
jumlah jamaah tetap yang hadir. Dalam penelitian ini, angket yang disebarkan
46
47
kepada jamaah Majelis Taklim Abiturien al-Falah dikelompokkan ke dalam tiga
bagian, yang terdiri dari :
1. Identitas responden terdiri dari 3 (tiga) pertanyaan.
2. Fungsi pantun dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman yang terdiri dari 9
(Sembilan) pertanyaan.
3. Respon Jamaah terhadap pantun dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman yang
terdiri dari 9 (Sembilan) pertanyaan.
Dari 50 angket yang disebarkan kepada jamaah Majelis Taklim Abiturien
al-Falah hasilnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
A. Identitas responden terdiri dari 3 tabel
Tabel 1
Kategorisasi Usia Jamaah Yang Sering Mengikuti Pengajian
Majelis Taklim Abiturien al-Falah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1 20-30 (tahun) 10 20 %
2 31-40 15 30 %
3 41-50 12 24 %
4 51-60 13 26 %
Jumlah 50 100 %
Dari data tabel di atas menunjukkan bahwa para responden yang paling
banyak mengikuti pengajian Majelis Taklim Abiturien al-Falah dari segi
umur, adalah 30 % berkisar antara usia 31-40 tahun, 26 % antara usia 51-60
tahun, 24 % antara usia 41-40 tahun, dan 20 % antara usia 20-30 tahun.
Maka dari data di atas, usia 31-40 tahun merupakan jumlah tertinggi
dalam kategori ini. Hal ini dikarenakan keberadaan Majelis Taklim ini sudah
48
cukup lama keberadaanya, sehingga jamaahnya pun mengalamai proses
regenerasi dari jamaah sebelumnya.
Tabel 2
Tamatan Pendidikan Responden
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1 SD / Madrasah 5 10 %
2 Tsanawiyah / SMP 10 20 %
3 Aliyah / SMA 20 40 %
4 Kuliah / Universitas 15 30 %
Jumlah 50 100 %
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan para
responden beragam dan yang paling banyak antara lain : 40 % lulusan
Aliyah/SMA, 30 % lulusan S I, 20 % lulusan Tsanawiyah/SMP, dan 10 %
lulusan SD/Madrasah.
Dari data diatas, lulusan tertinggi adalah Aliyah/SMA. Hal ini
dikarenakan, lingkungan sekitar Majelis Taklim berada pada level menengah
ke bawah, sehingga alternatif jawaban lulusan Aliyah/SMA merupakan
tamatan pendidikan terbanyak bagi jamaah Majelis Taklim Abiturien al-Falah.
Tabel 3
Karakteristik Latar Belakang Pendidikan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Umum 15 30 %
2 Agama 35 70 %
Jumlah 50 100 %
49
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa karakteristik latar pendidikan
tertinggi adalah 70 % berlatar belakang pendidikan agama dan 30 % dari latar
belakang pendidikan umum.
Dari data tersebut diatas, karakteristik latar belakang pendidikan
tertinggi di Majleis Taklim Abiturien al-Falah adalah latar belakang dibidang
agama. Hal ini dikarenakan jamaah Majelis Taklim yang mayoritas
masyarakat Betawi, umumnya bersekolah di pesantren, masyarakat Betawi
memiliki lingkungan yang sangat menerima positif terhadap berbagai aktivitas
keagamaan sehingga tidaklah heran jika masyarakat Betawi sangatlah kental
nilai-nilai agama islamnya dalam kehidupan keseharian mereka, hal ini
tercermin dari jamaah Majelis Taklim Abiturien al-Falah
B. Fungsi pantun dalam dakwah Ustad Taufiqurahman
Tabel 1
Pantun Merupakan Salah Satu bentuk Humor Ustad Taufiqurrahman
No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase
1 Sangat Setuju 12 24 %
2 Setuju 38 76 %
3 Tidak Setuju 0 0 %
4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %
Jumlah 50 100 %
Dari tabel diatas terlihat bahwa, 24 % responden menjawab sangat
setuju pantun sebagai salah satu bentuk humor dalam dakwah Ustad
Taufiqurrahman, 76 % responden menjawab setuju, dan tidak ada orang yang
menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Pantun sudah menjadi salah
50
satu gaya humor Ustad Taufiqurrahman dan kerap kali figur beliau di media
TV sebagai da’i menjadi akrab bagi pemirsa karena pantunnya, namun hal
tersebut tidak menghilangkan mengenai inti dari materi yang disampaikan dan
begitu pun jamaah Majelis Taklim Abituren al-Falah.
Tabel 2
Pantun Ustad Taufiqurrahman dikemas secara menarik
No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase
1 Sangat Setuju 16 32 %
2 Setuju 34 68 %
3 Tidak Setuju 0 0 %
4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %
Jumlah 50 100 %
Dari data tabel diatas, 32 % responden menjawab sangat setuju pantun
karya Ustad Taufiqurrahman dikemas secara menarik. 68 % responden
menjawab setuju, dan tidak ada orang yang menjawab tidak setuju dan sangat
tidak setuju. Selain menjadi ciri khas dalam setiap humor dakwahnya, pantun
karya Ustad Taufiqurrahman juga dikemas secara menarik agar dapat
menghilangkan kejenuhan yang dirasakan para jamaah Majelis Taklim Abi
turien al-Falah.
51
Tabel 3
Pantun Dalam Dakwah Ustad Taufiqurrahman Sangat Menghibur
No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase
1 Sangat Setuju 27 54 %
2 Setuju 23 46 %
3 Tidak Setuju 0 0 %
4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %
Jumlah 50 100 %
Dari data tabel diatas, 54 % responden menjawab sangat setuju pantun
dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman sangat menghibur. 46 % responden
menjawab setuju, dan tidak ada orang yang menjawab tidak setuju dan sangat
tidak setuju. Hal ini dikarenakan humor memiliki daya tarik tersendiri bagi
seorang komunikator / da’i. selain itu, pantun merupakan warisan budaya
melayu yang ternyata mampu memberikan suasana menyenangkan bagi
jamaah dalam kegiatan ceramah.
Tabel 4
Dakwah Tanpa Humor Tidak Menarik
No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase
1 Sangat Setuju 15 30 %
2 Setuju 20 40 %
3 Tidak Setuju 15 30 %
4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %
Jumlah 50 100 %
Dari data tabel diatas, 30 % responden menjawab sangat setuju
ceramah tanpa humor tidak menarik. 40 % responden menjawab setuju, dan 30
52
% menjawab tidak setuju. Bagi para jamaah yang berkategori usia 50-60
tahun, terutama yang memiliki latar pendidikan tinggi menganggap bahwa
mereka sangat mementingkan isi pesan dakwah daripada humor itu sendiri.
Hal ini ditunjukkan dengan data bahwa 15 responden atau 30 % dari
jamaah mengatakan tidak setuju jika dakwah tanpa humor tidak menarik.Oleh
karena itu Ustad Taufiqurrman atau penceramah lain pun harus mampu
meningktkan isi materi dakwah sehingga terdapat muatan hikmah yang lebih
banyak.
Tabel 5
Pantun Ustad Taufiqurrahman Dapat Menghilangkan Kejenuhan
Terhadap Dakwah Yang Monoton
No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase
1 Sangat Setuju 30 60 %
2 Setuju 18 36 %
3 Tidak Setuju 2 4 %
4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %
Jumlah 50 100 %
Dari data tabel diatas, 60 % responden menjawab sangat setuju jika
pantun Ustad Taufiqurrahman dapat menghilangkan kejenuhan terhadap
dakwah yang monoton. 36 % responden menjawab setuju, dan 4 % menjawab
tidak setuju. Sebagai seorang da’i, Ustad Taufiqurrahman perlu melakukan
kreatifitas agar mampu menstabilkan terhadap keberagaman latar belakang
jamaah dan mampu memberikan kontribusi positif bagi tersampaikannya
pesan dakwah Islam.
53
Tabel 6
Pantun Ustad Taufiqurrahman dapat Meningkatkan Perhatian
No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase
1 Sangat Setuju 11 22 %
2 Setuju 29 58 %
3 Tidak Setuju 7 14 %
4 Sangat Tidak Setuju 3 6 %
Jumlah 50 100 %
Dari data tabel diatas, 22 % responden menjawab sangat setuju dakwah
Ustad Taufiqurrahman dengan pantunnya dapat meningkatkan perhatian, 58
% responden menjawab setuju, 14 % menjawab tidak setuju dan 6 %
menjawab sangat tidak setuju.
Tabel 7
Humor Pantun Dapat Membantu Pendekatan Secara Emosional
Pada Dakwah Ustad Taufiqurrahman
No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase
1 Sangat Setuju 17 34 %
2 Setuju 30 60 %
3 Tidak Setuju 3 6 %
4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %
Jumlah 50 100 %
Dari data tabel diatas, 34 % responden menjawab sangat setuju humor
pantun dapat membantu pendekatan secara emosional pada dakwah Ustad
Taufiqurrahman. 60 % responden menjawab setuju, dan 6 % menjawab tidak
setuju. Hal ini dikarenakan humor pantun begitu disukai oleh kalangan
54
jamaah, sehingga dapat lebih memudahkan melakukan pendekatan secara
emosional dalam ceramah Ustad Taufiqurrahman.
Tabel 8
Pantun Ustad Taufiqurrahman Dapat Membantu Dalam Memahami Isi Dakwah
No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase
1 Sangat Setuju 20 40 %
2 Setuju 25 50 %
3 Tidak Setuju 5 10 %
4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %
Jumlah 50 100 %
Dari data tabel diatas terlihat bahwa, 40 % responden menjawab
sangat setuju jika pantun Ustad Taufiqurrahman dapat membantu dalam
memahami isi ceramah. 50 % responden menjawab setuju, 10 % menjawab
tidak setuju dan tidak ada orang menjawab sangat tidak setuju. Dalam
memahami isi pesan dakwah diperlukan suasana yang kondusif dan tidak
dalam kondisi membosankan, sehingga pantun Ustad Taufiqurrahman
diperlukan untuk menciptakan suasana kondusif. Sehingga isi pesan dakwah
dapat tersampaikan dengan baik kepada jamaah.
Tabel 9
Pantun Ustad Taufiqurrahman Merupakan Seni Berbicara/ Pengolahan kata
No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase
1 Sangat Setuju 12 24 %
2 Setuju 35 70 %
3 Tidak Setuju 3 6 %
4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %
Jumlah 50 100 %
55
Dari data tabel diatas, 24 % responden menjawab sangat setuju bahwa
pantun Ustad Taufiqurrahman merupakan seni berbicara atau pengolahan kata.
70 % responden menjawab setuju, 6 % menjawab tidak setuju dan tidak ada
yang menjawab sangat tidak setuju. Hal ini terlihat dalam pantun yang
disampaikan, mengandung unsur seni sebagai kreatifitas dalam berbicara.
Sehingga pesan dakwah yang tersampaikan bersifat menghibur,
menghilangkan kejenuhan dan dakwah Islam pun dapat tersampaikan dengan
baik.
C. Respon Jamaah Terhadap Pantun dalam Dakwah Ustad Taufiqurahman
Tabel 1
Jamaah Menyukai Dakwah Ustad Taufiqurrahman
No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase
1 Sangat Setuju 11 22 %
2 Setuju 34 68 %
3 Tidak Setuju 5 10 %
4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %
Jumlah 50 100 %
Dari hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa jamaah menyukai
dakwah Ustad Taufiqurrahman, terbukti dengan banyaknya jumlah responden
22 % menjawab sangat setuju, 68 % menjawab setuju dan 10 % menjawab
tidak setuju.
56
Tabel 2
Pantun Ustad Taufiqurrahman Memberikan Rasa Senang
No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase
1 Sangat Setuju 27 54 %
2 Setuju 23 46 %
3 Tidak Setuju 0 0 %
4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %
Jumlah 50 100 %
Dari data tersebut menunjukkan bahwa humor pantun dalam dakwah
Ustad Taufiqurrahman memberikan rasa senang bagi para jamaah. Hal ini
dapat dilihat dari perolehan data diatas dengan jawaban 54 % menjawab
sangat setuju, 46 % menjawab setuju dan tidak ada orang yang menjawab
tidak setuju dan sangat tidak setuju. Antusias jamaah merupakan dampak dari
perasaan senang dengan penyampaian dakwah Ustad Taufiqurrahman.
Tabel 3
Pantun Merupakan Gaya Humor Ustad Taufiqurrahman Yang Ibu Senangi
No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase
1 Sangat Setuju 36 72 %
2 Setuju 10 20 %
3 Tidak Setuju 4 8 %
4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa ibu-ibu jamaah Majelis Taklim
Abiturein al-Falah menyenangi gaya humor pantun Ustad Taufiqurrahman,
57
dengan data yang diperoleh antara lain: 72 % menjawab sangat setuju, 20 %
menjawab setuju, dan 8 % menjawab tidak setuju.
Setiap penceramah memiliki ciri khas tersendiri terhadap gaya
penyampaiannya. Begitupun Ustad taufiqurrahman menjadikan humor pantun
sebagai ciri khas humornya, hal itu untuk memberikan perbedaan antara
penceramah lainnya dan hasilnya jamaah Majelis Taklim Abiturein pun
merespon positif, terlihat dari data penelitian ini.
Tabel 4
Pantun Ustad Taufiqurrahman Dapat Memberikan Nasehat / Kata Bijak
No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase
1 Sangat Setuju 17 34 %
2 Setuju 23 46 %
3 Tidak Setuju 7 14 %
4 Sangat Tidak Setuju 3 6 %
Jumlah 50 100 %
Dari tabel diatas, terlihat bahwa pantun Ustad Taufiqurrahman dapat
memberikan nasehat atau kata bijak, dengan data yang diperoleh antara lain:
34 % menjawab sangat setuju, 46 % menjawab setuju, 14 % menjawab tidak
setuju dan 6 % menjawab sangat tidak setuju.
Menurut hasil penelitian di lapangan, dalam beberapa pantun Ustad
Taufiqurrahman bernuansa agama dan bersifat ajakan untuk berperilaku
positif. Dalam pantunnya terdapat istilah-istilah keislaman dan kata-kata bijak,
yang dapat memberikan pengetahuan baru bagi para jamaah.
58
Tabel 5
Jamaah Aktif Dalam Sesi Tanya Jawab
No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase
1 Sangat Setuju 13 26 %
2 Setuju 35 70 %
3 Tidak Setuju 2 4 %
4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %
Jumlah 50 100 %
Dari data tersebut menunjukkan bahwa pantun Ustad Taufiqurrahman
dapat membuat jamaah aktif dalam sesi tanya jawab. Hal ini dapat dilihat dari
perolehan data diatas dengan jawaban 26 % menjawab sangat setuju, 70 %
menjawab setuju, dan 4 % menjawab tidak setuju.
Tidaklah dapat dihindarkan, bahwa penguasaan emosional jamaah
secara baik, mampu memberikan kontribusi positif terhadap antusias jamaah
mendengarkan ceramah dan membuat jamaah aktif dalam sesi tanya jawab.
Oleh karena itu, pantun sebagai ciri khas humor Ust Taufiqurahman dapat
memberikan perasaan terhibur dan senang bagi para jamaah, hal itu
memberikan kesan positif sebagai hasil akhir.
Tabel 6
Mendengarkan Dengan Serius dan Fokus
Merupakan Bentuk Peningkatan Perhatian Jamaah
No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase
1 Sangat Setuju 30 60 %
2 Setuju 15 30 %
3 Tidak Setuju 0 0 %
4 Sangat Tidak Setuju 5 10 %
Jumlah 50 100 %
59
Dari data diatas menunjukkan bahwa mendengarkan ceramah dengan
serius dan fokus merupakan bentuk peningkatan perhatian jamaah, hal ini
dilihat dari perolehan data diatas dengan jawaban 60 % menjawab sangat
setuju, 30 % menjawab setuju dan 10 % menjawab sangat tidak setuju. Jamaah
merespon positif bahwa peningkatan perhatian dapat teraplikasikan dengan
proses mendengarkan ceramah dengan serius dan fokus sehingga pesan
dakwah dapat tersampaikan dengan baik.
Tabel 7
Pantun Memberikan Dampak Positif Terhadap Dakwah Ustad Taufiqurrahman
No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase
1 Sangat Setuju 20 40 %
2 Setuju 25 50 %
3 Tidak Setuju 2 4 %
4 Sangat Tidak Setuju 3 6 %
Jumlah 50 100 %
Dari tabel diatas, terlihat bahwa pantun Ust. Taufiqurrahman dapat
memberikan dampak positif, dengan data yang diperoleh antara lain: 40 %
menjawab sangat setuju, 50 % menjawab setuju, 2 % menjawab tidak setuju
dan 3 % menjawab sangat tidak setuju. Karena dengan mendengarkan pantun
dalam ceramah Ustad Taufiqurrahman, perhatian jamaah terhadap isi ceramah
menjadi sangat signifikan.
60
Tabel 8
Peningkatan Perhatian Berpengaruh Terhadap Pemahaman Isi Ceramah
No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase
1 Sangat Setuju 35 70 %
2 Setuju 13 26 %
3 Tidak Setuju 2 4 %
4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %
Jumlah 50 100 %
Dari data diatas menunjukkan bahwa peningkatan perhatian
berpengaruh terhadap pemahaman isi pesan dakwah, dengan data yang
diperoleh antara lain : 70 % menjawab sangat setuju, 26 % menjawab setuju,
dan 4 % menjawab tidak setuju.
Hal ini merupakan hal yang sangat mendasar jika pesan dakwah dapat
tersampaikan dengan baik kepada para jamaah, maka perlu ada peningkatan
kualitas baik materi dakwah yang disampaikan, seni berbicara atau retorika
penyampaian pun perlu diperhatikan. Responden bersifat heterogen dan dari
latar belakang berbeda sehingga daya tangkap pemahaman masing-masing
pun terdapat perbedaan. Pantun merupakan ciri khas humor yang bersifat
universal atau umum kepada semua pihak, sehingga berpengaruh terhadap
peningkatan perhatian jamaah.
61
Tabel 9
Pemahaman Isi Ceramah Dapat Berdampak Peningkatan Kualitas Kehidupan
Sehari-hari Bagi Para Jamaah
No Jawaban Responden Frekuensi Prosentase
1 Sangat Setuju 27 54 %
2 Setuju 20 40 %
3 Tidak Setuju 3 6 %
4 Sangat Tidak Setuju 0 0 %
Jumlah 50 100 %
Dari data tersebut menunjukkan bahwa pemahaman isi ceramah dapat
berdampak peningkatan kualitas kehidupan sehari-hari bagi para jamaah. Hal
ini dilihat dari perolehan data diatas 54 % menjawab sangat setuju, 40 %
menjawab setuju dan 6 % menjawab tidak setuju. Ini merupakan tujuan dari isi
pesan dakwah yang disampaikan, berharap agar jamaah dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari menjadi kebiasaan yang
dapat merubah perilaku tercela menjadi terpuji.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian, responden menyetujui jika pantun sebagai
salah satu bentuk humor Ustad Taufiqurrahman dalam berdakwah. Pantun
Ustad Taufiqurrahman memiliki fungsi dalam dakwah Ustad
Taufiqurrahman. Diantaranya : pantun memberikan perasaan terhibur atau
senang, menghilangkan kejenuhan dari dakwah yang monoton,
meningkatkan perhatian, membantu pendekatan secara emosional, dan
membantu dalam memahami isi dakwah.
Pada hakekatnya, dakwah yang diselingi humor memiliki
kelebihan terhadap keefektifan dakwah terhadap mad’u, namun hal itu
bukanlah nilai utama dalam penyampaian ceramah. Materi dakwah
merupakan esensi utama dari pesan yang harus tersampaikan dalam
dakwah dan humor merupakan alat / media pendukung (pada tabel 1-9
fungsi pantun dalam dakwah Ustad Taufiqurahman)
2. Respon jamaah terhadap pantun dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman.
Mengklasifikasikan pada tiga katagori respon, pertama, respon afektif:
meberikan perasaan senang, menyenangi pantun Ustad Taufiqurrahman,
menyukai dakwah ustad Taufiqurrahman. Kedua, respon kognitif: pantun
memberikan nasihat atau kata bijak, memahami dakwah Ustad
Taufiqurrahman. Ketiga, respon konatif: mendengarkan dengan serius dan
fokus, aktif dalam sesi Tanya jawab, mengaplikasikan pesan dakwah Islam
62
63
dalam kehidupan sehari-hari. (Sesuai pada tabel 1-9 respon jamaah
terhadap pantun dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman)
B. Saran
1. Ust. Taufiqurrahman lebih variatif dan menarik dalam mengkemas
pantunnya. Mampu memberikan pengetahuan atau wawasan lebih bagi
pendengarnya, Agar jamaah mendapat nilai lebih dari pantun yang
disampaikan. Pesan dakwah pun harus ditingkatkatkan baik dari materi
dan referensi yang jelas.
2. Alangkah baiknya dalam rangka mengembangkan dakwah dan syiar Islam,
pengurus Majelis Taklim dapat meningkatkan kegiatan bernuansa
keagamaan yang lebih inovatif. Dan perlu melakukan kerja sama dengan
Majelis Taklim lain, sebagai ajang silaturahmi dan peningkatan kualitas
terhadap program.
3. Responden atau jamaah pun harus memberikan respon aktif terhadap
kegiatan dakwah, sehingga hubungan timbal balik dapat menyebabkan
komunikasi efektif antar kedua belah pihak. Agar visi dan misi Majelis
Taklim dapat berjalan dengan baik
Semoga dengan diadakannya penelitian ini dapat berguna bagi
berbagai macam pihak. Khususnya bagi penulis, guna meningkatkan dakwah
Islam di Lingkungan Majelis Taklim.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Subandi,Psikologi Sosial, Jakarta:bulan bintang 1982
Ali, Mukti, Faktor-Faktor Penyiaran Islam, Jakarta: YPTDI, 1971.
Al-qathani, Ali, bin Said, Dakwah Islam Dakwah Bijak, Jakarta: Gema Insani Press, 1994).
Amin, M. Mansyur, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Jakarta: Al-Amin Press, 1997.
Anderson, R. John, Kognitif Psikologi dan Implikasi, America: Worth Publishers, 2004.
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
_________________, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Arroisi, Abdurahman, Laju Zaman Menentang Dakwah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993.
Azra, Azyumardi, Konteks Berteologi di Indonesia, Jakarta: Paramadina, 1990.
Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Danandjaya, James, “Humor” Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta: PT Adi Cipta Pustaka, 1998.
Data Dokumentasi Jamaah, Majelis Taklim Abi Turen al-Falah tahun, 2010.
Depag RI, Al-qur’an dan Terjemah, Semarang: Toha Karya, 1992.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998.
Echol, M. John dan Sadily, Hasan, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia, 1996.
Effendy, Onong Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra AdityaBakti, 2003
Hafidhudin, Didin, Dakwah Aktual Jakarta, Jakarta: Gema Insani Press, 1998.
Hidayati, Inur, Kumpulan Pantun, Jakarta: Transmedia Pustaka, 2010.
64
65
Kafie, Jamaludin, Psikologi Dakwah, Surabaya: Offiset Indah, 1993.
Khayam, Umar, “Kita dan Humor”, KOMPAS, 17 Januari 1996.
Muriah, Siti, Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000.
Nasution, Yunan, H.M. Islam dan Problem-Problem Kemasyarakatan, Jakarta : Bulan Bintang, 1988.
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, edisi ke-3
Rakhmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung. Remaja Rosda Karya, 1999
Soenaryo, Andi, Buku Pintar Pantun dan Puisi, Jakarta: Kartika, 2008.
Solso, L.Robert, dkk, Psikologi Kognitif, Jakarta: Erlangga, 2007.
Subandi, Ahmad, Ilmu Dakwah Pengantar Ke Arah Metodologi, Bandung: Yayasan Syahida, 1997.
Suyanto, Agus, Psikologi Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 2004
Tasmara,Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.
Walsito, Bimo, Pengantar Psikolgi Umum , Yogyakarta: UGM 1996
Wawancara Pribadi dengan Siti Rahmayanti, Pimpinan Majelis Taklim Abi Turen al-Falah, Jakarta, 24 April 2010.
Wawancara Pribadi dengan Ust. Taufiqurrahman. Jakarta, 15 April, 2010.
Winarni, Komunikasi Massa, Malang: UMM Press, 2002
Ya’kub, Hamzah, Publisistik Islam Teknik Dakwah Leadership, Bandung: Diponegoro, 1992.
ANGKET
RESPON JAMAAH TERHADAP PANTUN HUMOR PADA DAKWAH
USTAD TAUFIQURRAHMAN
Petunjuk pengisian Angket:
1. Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih salah satu alternatif jawaban SS, S, TS dan STS dengan memberi tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai.
2. Bacalah lembar berikutnya sebelum anda mengisi angket.
3. Kami mengharapkan kesediaan anda untuk mengisi angket dengan sebenar-benarnya, karena kejujuran anda sangat membantu kami dalam mengumpulkan data untuk penelitian ini.
4. Jawaban anda dijamin kerahasiannya
5. Selamat mengerjakan
Keterangan:
SS = sangat setuju TS = tidak setuju
S = setuju STS = sangat tidak setuju
Identitas Responden 1. Katagori umur anda?
a. 20-30thn
b. 31-40thn
c. 41-50thn
d. 50-60/keatas
2. Apa Tamatan Pendidikan terakhir anda?
a. SD/Madrasah
b. Tsanawiyah/SMP
c. Aliyah/ SMA
d. Kuliah /universitas
3. Latar belakang pendidikan anda?
a. Umum
b. agama
A. Fungsi Pantun
No Daftar Pertanyaan SS S TS STS SKOR
1 Pantun merupakan salah satu bentuk humor dalam dakwah Ustad Taufiqurrahman
2 Ustad Taufiqurrahman sangat menarik dalam mengkemas pantun sebagai humor beliau dalam berdakwah
3 Humor pantun Ustad Taufiqurrahman sangat menghibur jamaah
4 Dakwah yang tidak diselingi humor, tidak menarik 5 Pantun pada dakwah ust.Taufiqurrahman sangat
membantu menghilangkan kejenuhan dari dakwah yang monoton
6 Dakwah Ustad Taufiqurrahman dapat meningkatkan perhatian
7 Pantun dalam dakwah ust Taufiqurrahman dapat membantu dalam pendekatan secara emosional dengan jamaah
8 Pantun ust Taufiqurrahman dapat membantu jamaah dalam memahami isi pesan dakwah dengan baik
9 Pantun ust Taufiqurrahman merupakan salah satu daya pikat dalam seni berbicara/pengolahan kata
B. Respon Jamaah Terhadap Pantun Ustad Taufiqurrahman
No Daftar Pertanyaan SS S TS STS SKOR 1 Jamaah menyukai dakwah Ustad Taufiqurrahman 2 Pantun ust Taufiqurrahman memberikan
perasaan senang
3 Ibu sangat menyenagi pantun ust Taufiqurrahman 4 Pantun Ustad Taufiqurrahman Dapat
Memberikan Nasehat / Kata Bijak
5 Jamaah Aktif Dalam Sesi Tanya Jawab 6 Mendengarkan dengan serius dan fokus
merupakan bentuk peningkatan perhatian jamaah
7 Pantun memberikan dampak positif terhadap dakwah Ustad Taufiqurrahman
8 Peningkatan perhatian berpengaruh terhadap pemahaman isi pesan dakwah
9 Pemahaman isi pesan dakwah dapat berdampak peningkatan kualitas kehidupan sehari-hari bagi para jamaah
Transkip Wawancara
Nama : Ibu Novianti
Jabatan : Jamaah Majlis Taklim Abi Turen al-Falah
Hari/Tanggal : Sabtu/24 April 2010
Tempat : Majlis Taklim
1. Apakah ibu sering menghadiri pengajian rutin Majlis Taklim Abiturien al-
Falah?
Ya,saya usahakan untuk setiap sabtu untuk mengikuti pengajian. Selain
untuk menambah pengetahuan agama sekaligus saya dapat bersilaturahmi
dengan jamaah lainnya.
2. Bagaimana pendapat ibu tentang dakwah Ustad Taufiqurrahman?
Sosok Ustad Taufiqurahman sangat terkenal baik di media TV maupun
masyarakat sekitar sini karena banyaknya aktivitas dakwah beliau.
Mengenai masalah ceramah Ustad Taufiqurrahman biasanya seputar
materi fiqh dan problematika masyarakat kontemporer,ceramah yang
disampaikan sangat menarik karena dikemas cukup baik.
3. Apakah dakwah Ustad Taufiqurrahman sangat menarik? jelaskan
Ya, terutama terhadap gaya humornya yaitu pantun. Materi yang
disampaikan cukup berkualitas dengan merefererensikan dengan kitab-
kitab Islam yang cukup terkenal.
4. Bagaimana pendapat ibu tentang pantun sebagai bentuk humor dalam
dakwah ustad taufiqurrahman?
Menarik dan memasukannya dalam berdakwah, dan melihat jamaah
cukup merespon dengan positif sekali.
5. Apa fungsi pantun dalam dakwah ustad Taufiqurrahman?
Sebagai media menghibur atau daya tarik agar jamaah tidak jenuh dalam
proses mendengarkan ,humor dirasa cukup perlu untuk menyatukan
perbedaan latar belakang namun tidak menghilangkan esensi penting dari
pesan dakwah yang harus disampaikan.
6. Bagaimana respon jamaah terhadap pantun?
Ya , melihat dari antusias positif jamaah terhadap pantun ust
Taufiqurrahman.
7. Bagaima menurut ibu jika dakwah ust Taufiqurrahman tanpa disertai
dengan pantun?
Menurut saya untuk menjadi seorang pembicara, perlu rasanya memiliki
daya pikat yang menarik agar dakwah Islam tidak ditinggalkan oleh
masyarakat. Tetap menarik namun alangkah baiknya jika dipakai.
8. Apakah pantun mempengaruhi peningkatan dalam aspek
kognitif(pengetahuan)?
Ya, pantun ust Taufiqurrahman dalam kata-kata yang dipakai, selain
menggunakan istilah atau gaya bahasa Betawi, ada juga istilah atau nasihat
dakwahnya.
9. Apakah pantun mempengaruhi peningkatan dalam aspek
afektif(perasaan)?
Ya, membuat senang atau terhibur.
10. Apakah pantun mempengaruhi peningkatan dalam aspek
behavior(penrilaku)?
Ya, Karena dikemas secara menarik maka saya menjadi fokus dalam
mendengarkan,mencatat materi yang disampaikan ustad dan aktif
bertanya.
11. Apakah dakwah ust Taufiqurrahman dapat dengan mudah dipahami dan
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari?
Ya, terutama hal-hal bagi seorang wanita, seperti bersuci saat haid,nifaz
maupun hal-hal penting lainnya.
Transkip Wawancara
Nama : Ibu Indriwati
Jabatan : Jamaah Majlis Taklim Abi Turen al-Falah
Hari/Tanggal : Sabtu/24 April 2010
Tempat : Majlis Taklim
1. Apakah ibu sering menghadiri pengajian rutin Majlis Taklim Abiturien al-
Falah?
Ya , selain dekat dengan rumah, suamipun mengizinkan.
2. Bagaimana pendapat ibu tentang dakwah Ustad Taufiqurrahman?
Sangat bagus dan menarik terutama referensi kitab yang dipakai.
3. Apakah dakwah Ustad Taufiqurrahman sangat menarik?jelaskan
Ya , baik metode maupun materi yang disampaikan.
4. Bagaimana pendapat ibu tentang pantun sebagai Sebagai salah satu bentuk
humor Ustad Taufiqurrahman?
Ya ,saya rasa humor itu cukup perlu. Selama humor dikemas secara tidak
berlebihan, saya sangat merespon positif.
5. Apa fungsi pantun dalam dakwah ust Taufiqurrahman?
Pantun sebagai salah satu bagian dari humor, yang dapat memberikan rasa
senang dan terhibur terhadap materi dakwah yang terkesan formil.
6. bagaimana respon jamaah terhadap pantun?
Ya , jamaah sangat menerima positif terhadap pantun yang disampaikan
dan jamaah cukup fokus dalam memberi perhatian terhadap dakwah yang
disampaikan.
7. Bagaima menurut ibu jika dakwah ustad Taufiqurrahman tanpa disertai
dengan pantun?
Pantun bagi saya hanya penunjang tapi esensi utamanya pesan dakwah
yang disampaikan.
8. Apakah pantun mempengaruhi peningkatan dalam aspek
kognitif(pengetahuan)?
Ya , baik nasihat maupun istilah Islam.
9. Apakah pantun mempengaruhi peningkatan dalam aspek
afektif(perasaan)?
Ya, menimbulkan perasaan senang.
10. Apakah pantun mempengaruhi peningkatan dalam aspek
behavior(penrilaku)?
Ya , saya menjadi antusias dan tidak sibuk mengobrol ketika ceramah
berlangsung.
11. Apakah dakwah ustad Taufiqurrahman dapat dengan mudah dipahami dan
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari?
Ya, karena dikemas dengan menarik dan mudah dipahami kata-katanya
dan berhubungan materi yang urgen di masyarakat.