abstrak - stikesayani.ac.idstikesayani.ac.id/publikasi/e-journal/filesx/2007/200708/200708... ·...
TRANSCRIPT
Jurnal Stikes A. Yani 73
GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MENCEGAH TERJADINYA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN DAGO KECAMATAN
COBLONG WILAYAH PUSKESMAS DAGO KOTAMADYA BANDUNG Chatarina Suryaningsih
ABSTRAK
Demam berdarah disebabkan oleh Virus Dengue. (WHO, 1999). Penyakit DBD ini merupakan penyakit menular yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Adapun daerah yang menjadi endemik di kota Bandung adalah Cibeunying, Cicadas, Arcamanik dan Cijerah, Dago. Menurut data dari Puskesmas Dago, kelurahan Dago ini mempunyai jumlah kasus DBD tertinggi di daerah Dago yaitu tahun 2004 mencapai 32 orang dan Tahun 2005 terhitung dari bulan januari sampai bulan Agustus sebanyak 22 orang.
Jenis penelitian pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue, di Kelurahan Dago wilayah kerja Puskesmas Dago Bandung.
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 98 responden yaitu masyarakat di Kelurahan Dago wilayah kerja Puskesmas Dago Bandung. Teknik sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah random sampling
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Diperoleh hasil sebagai berikut: perilaku masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit DBD adalah 20,41% baik, 78,57% cukup dan 1,02% kurang. Perilaku dalam menjaga kesehatan lingkungan 54,08% cukup, 45,92% baik. Perilaku dalam kebiasaan hidup sehat sehari-hari 51,02% kurang, 44,90% cukup, dan 4,08 % baik.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perilaku masyarakat dapat di dukung dari banyak tidaknya informasi penyuluhan petugas kesehatan puskesmas pada masyarakat, mengenai pencegahan penyakit DBD, dari adanya kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan lingkungan dan perilaku kebiasaan hidup sehat, dari dukungan faktor ekonomi. Oleh karena itu diperlukan suatu penyampaian pendidikan kesehatan yang dapat meningkatkan kesadaran dari masyarakat. A. PENDAHULUAN
Demam berdarah dengue disebabkan oleh Virus Dengue. Virus tersebut termasuk
dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). (WHO, 1999). Gejala pada penyakit
demam berdarah diawali dengan: demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38°C-40°C);
manifestasi pendarahan, dengan bentuk: uji tourniquet positif puspura pendarahan,
epitaksis, hepatomegali (pembesaran hati); syok, tekanan nadi menurun, tekanan sistolik
sampai 80 mmHg atau lebih rendah; trombositopeni, pada hari ke 3-7 ditemukan
Jurnal Stikes A. Yani 74
penurunan trombosit sampai 100.000/mm³; hemokonsentrasi, meningkatnya nilai
hematokrit. Masa inkubasi virus ini terjadi selama 4-6 hari.
Menurut badan Litbang Depkes, pencegahan penyakit DBD sangat tergantung
pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu
Lingkungan. Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
perkembangbiakan nyamuk. Sebagai contoh: menguras bak mandi atau penampungan air
sekurang-kurangnya sekali seminggu; mengganti air pada vas bunga; menutup dengan
rapat tempat penampungan air; mengubur kaleng-kaleng bekas. Biologis, pengendalian
biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu atau ikan
cupang), dan bakteri (Bt.H-14). Kimiawi, cara pengendalian ini antara lain dengan:
pengasapan atau fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk
mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu; memberikan bubuk
abate pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam. Dari
kesimpulan pencegahan DBD ini ditemukan suatu Cara yang efektif dalam mencegah
penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan
“3M Plus”, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus
seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada
waktu tidur, menyemprot dengan insektisida, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik
berkala, dan lain-lain sesuai dengan kondisi setempat.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Bandung (tahun 2004-2005) Jumlah
kasus DBD di Jawa Barat mencapai 1.590 kasus, dan terhitung tanggal 1 Januari hingga
15 Februari 2005 jumlah korban meninggal mencapai 50 orang. Sedangkan penderita
demam berdarah dengue (DBD) tahun 2005 di kota Bandung sudah mencapai 182 orang,
dan ini termasuk KLB (kejadian luar biasa), mereka tersebar di sejumlah kecamatan.
Adapun daerah yang menjadi daerah endemik di kota Bandung adalah Cibeunying,
Cicadas, Arcamanik dan Cijerah, Dago. Menurut data dari Puskesmas Dago, kelurahan
Dago ini mempunyai jumlah kasus DBD tertinggi di daerah Dago yaitu tahun 2004
mencapai 32 orang dan Tahun 2005 terhitung dari bulan januari sampai bulan Agustus
sebanyak 22 orang.
Jurnal Stikes A. Yani 75
Faktor-faktor yang berhubungan erat dengan penyebaran penyakit DBD,
diantaranya adalah kebiasaan perilaku masyarakat dalam menampung air bersih untuk
keperluan sehari-hari, perilaku kesehatan dalam menjaga sanitasi atau kebersihan
lingkungan yang kurang baik, penyediaan air bersih yang langka, jarak rumah yang
berdekatan, dan adanya perubahan musim. (Hendarwanto, 1999). Dari segi biologis,
perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang
bersangkutan. Jadi perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik
yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut
Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons
atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Teori ini disebut teori S-
O-R atau stimulus-organisme-respons. Skinner membedakan adanya dua respons, yaitu:
1Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-
rangsangan (stimulus) tertentu dan termasuk perilaku emosional. Stimulus ini disebut
eliciting stimulation, karena menimbulkan renpons tetap; 2Operant respons atau
instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh
stimulus tertentu. Stimulus ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena
memperkuat respons. Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1Perilaku tertutup (covert behavior) adalah respons
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons
terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran,
dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus, dan belum dapat diamati
secara jelas oleh orang lain. 2Perilaku terbuka (overt behavior) adalah respons seseorang
terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus
tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat
dilihat orang lain. ( Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan hasil study pendahuluan di kelurahan Dago Bandung yang berada di
jantung perkotaan dan merupakan daerah yang padat penduduknya. Dengan jumlah
penduduk 25302 orang, 5516 KK terdiri dari 13 RW. Melalui observasi lingkungan fisik
didapatkan data, banyak sekali rumah yang berdempetan, kumuh, kurang pencahayaan,
banyak genangan air, terdapat selokan didepan rumah. Melalui wawancara dengan
petugas kesehatan dan kader puskesmas Dago didapatkan data bahwa kelurahan Dago
Jurnal Stikes A. Yani 76
ini merupakan salah satu daerah endemis. Menurut mereka upaya yang dilakukan
semenjak kejadian sampai sekarang sudah sering dilakukan yaitu dengan menggalakan
PSN (pemberantasan sarang nyamuk) secara terus menerus, program 3-M, penyuluhan
tentang DBD di Kelurahan Dago oleh petugas puskesmas 1 bulan satu kali yang sudah
dilakukan kurang lebih 8 kali di hitung dari bulan januari tahun 2005, usulan fogging ke
Dinkes jika ada kasus DBD, pemberdayaan posyandu di Kelurahan Dago yang berjalan
setiap hari dengan baik. Melalui wawancara dengan warga di Kelurahan Dago, warga
mengatakan bahwa daerahnya sering terkena DBD secara berulang tiap tahun dan
mereka mengatakan tahu tentang penyakit DBD dan cara-cara mencegahnya, tetapi pada
kenyataannya mereka tidak dapat mempraktekkan karena kebersihan rumah mereka
tampak kurang baik, mereka mempunyai perilaku hidup sehat yang sangatlah kurang
karena mereka mencuci baju di halaman rumah sehingga banyak genangan air, jendela
rumah hanya 1 bahkan ada rumah yang tidak ada jendela, di dalam rumah banyak
tergantung baju-baju, mereka membuang sampah ke sembarang tempat. Melalui angket
berisikan tentang pertanyaan mengenai pengetahuan dan sikap (covert behavior)
masyarakat dalam mencegah penyakit DBD, yang disebarkan ke 15 responden yang di
ambil secara acak di Kelurahan Dago, didapatkan hasil bahwa 14 responden menjawab
pertanyaan dengan benar mengenai pengetahuan dalam mencegah penyakit DBD, dan 11
responden menjawab pertanyaan dengan benar mengenai sikap dalam mencegah
penyakit DBD. Sehingga dapat disimpulkan covert behavior masyarakat di Kelurahan
Dago ini sudah baik. Sedangkan melalui angket berisikan tentang pertanyaan mengenai
perilaku masyarakat (overt behavior) dalam mencegah penyakit demam berdarah dengue,
sebanyak 28 pertanyaan. Angket ini diedarkan ke-15 responden warga di Kelurahan Dago,
dilakukan secara random. Dan didapatkan hasil bahwa 11 responden mempunyai perilaku
hidup yang kurang baik dalam menjaga kebersihan lingkungan hidup mereka.
Berdasarkan data bahwa perilaku kesehatan masyarakat dago yang kurang baik
maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui gambaran secara jelas mengenai perilaku
masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit Demam Berdarah dengue, sehingga
penyakit DBD ini tidak terjadi lagi.
Jurnal Stikes A. Yani 77
B. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan merupakan suatu
penelitian kuantitatif. Penelitian deskriptif ini adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan
variabel-variabel utama subyek studi (Budiarto, 2003). Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui
hal-hal yang berhubungan dengan keadaan sesuatu secara jelas, yaitu mengenai gambaran perilaku
masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue. (Arikunto, 2002). Dengan
variabel dalam penelitian ini adalah perilaku masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit
demam berdarah dengue, sub variabel adalah perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan
lingkungan dan kebiasaan hidup sehat.
2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah sejumlah individu yang memiliki satu sifat atau ciri yang sama (Hadi,
1994). Dari populasi nantinya akan diambil suatu contoh atau sampel yang diharapkan dapat
mewakili populasi. Subyek yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah masyarakat di
kelurahan Dago wilayah kerja puskesmas Dago, Bandung yang terdiri dari 5516 KK dan dibagi 13 RW.
Teknik sampling dalam penelitian ini random sampling atau pengambilan sampel secara
acak. Random sampling ini digunakan apabila anggota populasi ini bersifat homogen, setiap anggota
populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Random sampling ini
juga dapat memberikan data kuantitatif yang lebih representatif dari populasi yang besar.
(Notoatmodjo, 2002). Sehingga diperoleh jumlah sampel adalah 98 responden. Sedangkan penentuan
banyaknya sampel tiap RW dialokasikan dengan alokasi proporsional.
3. Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Kelurahan Dago RWI sampai RWI3 sedangkan
waktu penelitian akan dilaksanakan selama 1 bulan.
Jurnal Stikes A. Yani 78
4. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data. Instrumen dalam penelitian ini yaitu kuisioner (daftar rertanyaan).
Sebelum dianalisis, kuisioner mengenai gambaran perilaku masyarakat dalam mencegah
terjadinya penyakit demam berdarah dengue diuji ketepatan sebagai alat ikur dengan uji
validitas dan uji reabilitas. Kuisioner diuji cobakan pada masyarakat yang mempunyai karakteristik
sama dengan daerah yang akan diteliti.
Untuk menentukan kevalidan dari item kuesioner digunakan korelasi product moment
pearson yaitu dengan mengkorelasikan skor total subvariabel yang dihasilkan oleh masing-
masing responden dengan skor masing-masing butir item. Sedangkan untuk uji reliabilitas
digunakan metode koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket atau
kuesioner. Angket yaitu cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau daftar
pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal
menandainya dengan mudah dan cepat (Sudjana, 1989). Bentuk kuesioner yang digunakan berupa
pertanyaan dengan pilihan tertutup artinya semua jawaban sudah disediakan dan responden
tinggal memilih jawaban yang telah ada. Komponen kuesioner terdiri atas perilaku masyarakat dalam
menjaga kesehatan lingkungan dan kebiasaan hidup sehat dalam mencegah terjadinya
penyakit demam berdarah dengue, sebanyak 28 pertanyaan.
C. HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan disajikan data hasil penelitian terhadap 98 responden
masyarakat di Kelurahan Dago wilayah kerja Puskesmas Dago Bandung, yang diolah dan
dianalisis untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat dalam mencegah terjadinya
penyakit demam berdarah dengue. Berdasarkan hasil penelitian dapat digambarkan
karakteristik responden berupa tingkat pendidikan, pekerjaan yaitu sebagai berikut :
Jurnal Stikes A. Yani 79
1. Karakteristik Responden
Tabel 1 Tingkat Pendidikan Responden
Dari tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (42.86%)
berpendidikan terakhir SMP, hampir sebagian responden lainnya (32.65%) berpendidikan
terakhir SD dan sebagian kecil responden lainnya (24.49%) berpendidikan terakhir SMA.
Tabel 2 Pekerjaan Responden
PekerjaanResponden f %
Pedagang 27 27.55
Wiraswasta 29 29.59
Ibu Rumah Tangga 22 22.45
Pembantu Rumah Tangga 20 20.41
Total 98 100.00
Dari tabel 1.2 di atas dapat diketahui bahwa pekerjaan responden adalah hampir
sama banyaknya yaitu wiraswasta (29,59%), pedagang (27,55%), Ibu rumah tangga
(22.45%) dan pembantu rumah tangga (20.41%).
2. Variabel Perilaku Masyarakat
Hasil penelitian mengenai variabel perilaku masyarakat dalam mencegah
terjadinya penyakit demam berdarah dengue, di Kelurahan Dago wilayah kerja Puskesmas
Dago Bandung akan disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
Pendidikan Terakhir f %
SD 32 32.65
SMP 42 42.86
SMA 24 24.49
Total 98 100.00
Jurnal Stikes A. Yani 80
Diagram 1 Perilaku masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit DBD
Variabel Perilaku Masyarakat
Cukup
78,57%
(70 orang)
Kurang
1,02%
(1 orang)
Baik
20,41%
(20 orang) Kurang
Cukup
Baik
Berdasarkan Diagram 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
mempunyai perilaku yang cukup baik dalam mencegah terjadinya penyakit demam
berdarah dengue, dan hampir sebagian responden mempunyai perilaku yang baik, dan
hanya sebagian kecil responden mempunyai perilaku yang masih kurang dalam mencegah
terjadinya penyakit demam berdarah dengue.
3. Sub Variabel Perilaku Masyarakat dalam Menjaga Kesehatan Lingkungan
Hasil penelitian mengenai sub variabel perilaku masyarakat dalam menjaga
kesehatan lingkungan untuk mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue di
kelurahan Dago wilayah kerja Puskesmas Dago Bandung akan disajikan dalam bentuk
diagram sebagai berikut :
Diagram 3.1 Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan lingkungan untuk mencegah terjadinya DBD
Sub Variabel Perilaku
Menjaga Kesehatan Lingkungan
Cukup
54,08%
(53 orang)
Baik
45,92%
(45 orang)
Kurang
Cukup
Baik
Jurnal Stikes A. Yani 81
Berdasarkan diagram 3.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
mempunyai perilaku yang cukup baik dalam menjaga kesehatan lingkungan untuk
mencegah terjadinya demam berdarah dengue, dan hampir sebagian responden
mempunyai perilaku yang baik, dan tidak ada responden mempunyai perilaku yang kurang
dalam menjaga kesehatan lingkungan untuk mencegah terjadinya demam berdarah
dengue.
4. Sub Variabel Perilaku Kebiasaan Hidup Sehat Masyarakat Hasil penelitian mengenai sub variabel perilaku kebiasaan hidup sehat masyarakat
sehari-hari dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue di kelurahan
Dago wilayah kerja Puskesmas Dago Bandung akan disajikan dalam bentuk diagram
sebagai berikut :
Diagram 4.1 Perilaku kebiasaan hidup sehat masyarakat sehari-hari dalam mencegah terjadinya demam berdarah dengue
Sub Variabel Perilaku
Kebiasaan Hidup Sehat
Kurang
51,02%
(50 orang)
Cukup
44,90%
(44 orang)
Baik
4,08%
(4 orang)
Kurang
Cukup
Baik
Berdasarkan diagram 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
mempunyai perilaku kebiasaan hidup sehat sehari-hari yang kurang dalam mencegah
terjadinya penyakit demam berdarah dengue, dan hampir sebagian responden
mempunyai perilaku yang cukup baik, dan hanya sebagian kecil responden mempunyai
perilaku kebiasaan hidup sehat sehari-hari yang sudah baik dalam mencegah terjadinya
penyakit demam berdarah dengue.
Jurnal Stikes A. Yani 82
D. PEMBAHASAN
1. Perilaku Masyarakat dalam Menjaga Kesehatan Lingkungan untuk Mencegah
Terjadinya DBD
Berdasarkan diagram 3.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat
mempunyai perilaku yang cukup baik dan hampir sebagian masyarakat mempunyai
perilaku yang baik dalam menjaga kesehatan lingkungan, hal ini dapat dilihat dari hasil
analisa angket menunjukan bahwa sebagian besar responden mempunyai kriteria baik
dalam melakukan kegiatan kerja bakti di lingkungan rumah, membuang sampah pada
tempatnya atau dibakar, menutup rapat tempayan atau tempat minum di rumah, menjaga
kebersihan dalam dan luar rumah, dan masyarakat juga berusaha lebih meningkatkan
kebersihan rumah dan lingkungan luar rumah di musim hujan. Masyarakat ini mempunyai
kriteria cukup baik dalam menyediakan tempat penampungan sampah dihalaman rumah,
membersihkan bak mandi atau WC dengan menguras air dan menyikat dindingnya 1
minggu 2 kali, mengubur atau membuang barang bekas dan barang yang sudah tidak
terpakai, menempatkan ban-ban bekas di tempat tertutup, dan membersihkan selokan
dekat rumah. Masyarakat sudah dapat mempraktekkan secara langsung bagaimana
menjaga kesehatan lingkungan dalam mencegah penyakit demam berdarah dengue
didukung dengan data hasil observasi.
Hendrawan 1999, menyatakan bahwa penyakit demam berdarah dengue ini bisa
terjadi akibat adanya penyebaran penyakit dari suatu sumber di kota besar, sehingga bisa
menularkan penyakit DBD ini ke daerah-daerah di sekitarnya karena nyamuk aedes
aegypti ini mempunyai kemampuan terbang antara 40 m sampai 100 meter sehingga
penyebaran penyakit DBD ini bisa cepat menyebar. Jarak rumah juga mempengaruhi
penyebaran nyamuk dari satu rumah ke rumah lain, semakin dekat jarak antar rumah
semakin mudah nyamuk menyebar ke rumah sebelah, bahan-bahan pembuat rumah,
kontruksi rumah, warna dinding dan pengaturan barang-barang dalam rumah
menyebabkan rumah tersebut disenangi oleh nyamuk. Berbagai penelitian penyakit
menular membuktikan bahwa kondisi perumahan yang berdesak–desakan dan kumuh
mempunyai kemungkinan yang lebih besar. Termasuk kontainer disini adalah jenis atau
bahan kontainer, letak kontainer, bentuk, warna, dan kedalaman air. Asal air
Jurnal Stikes A. Yani 83
mempengaruhi nyamuk dalam pemilihan tempat bertelur. Ketinggian tempat tinggal
berpengaruh terhadap syarat-syarat ekologis yang diperlukan oleh vektor penyakit. Di
Indonesia nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus dapat hidup pada daerah dengan
ketinggian 1500 meter diatas permukaan laut. Iklim merupakan salah satu komponen
pokok lingkungan fisik, yang terdiri dari suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, dan
kecepatan angin.
2. Perilaku Kebiasaan Hidup Sehat Masyarakat
Berdasarkan diagram 3.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
mempunyai perilaku kebiasaan hidup sehat sehari-hari yang kurang dalam mencegah
terjadinya penyakit demam berdarah dengue. Untuk berperilaku hidup sehat sehari-hari
masyarakat mempunyai banyak hambatan yaitu dalam kebiasaan hidup sehat memakai
obat nyamuk setiap malam, memakai krim anti nyamuk di rumah sebagian besar
masyarakat mempunyai kriteria kurang, hal ini disebabkan faktor ekonomi yaitu dapat
dilihat dari karakteristik pekerjaan responden sebagai pembantu rumah tangga, ibu rumah
tangga, pedagang kecil, dan wiraswata, sehingga masyarakat kurang mampu untuk
membeli obat dan krim anti nyamuk. Menurut Notoatmodjo, 2003 meskipun perilaku
adalah bentuk respons terhadap stimulus dari luar, namun dalam memberikan respons
tergantung pada faktor-faktor lain yang disebut determinan perilaku. Determinan ini
diantaranya yaitu determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan ekonomi, faktor ini
merupakan faktor dominan yang dapat mempengaruhi perilaku. Masyarakat ini juga
kurang mempunyai kesadaran dalam berperilaku hidup sehat sehari-hari dapat dilihat dari
sebagian besar responden mempunyai kriteria kurang dalam melakukan penyemprotan
nyamuk sehingga banyak nyamuk yang berterbangan di dalam rumah, pemberian bubuk
ABATE di bak mandi sehingga dapat menimbulkan hidupnya jentik nyamuk, memberikan
usulan pengasapan fogging jika ada warga yang terkena demam berdarah, melakukan
pemeriksaan jentik nyamuk secara rutin. Menurut teori Snehandu B. Kar. menganalisa
perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari niat atau
kesadaran seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatan. (behavior intention).
Jurnal Stikes A. Yani 84
Hampir sebagian masyarakat mempunyai perilaku hidup sehat sehari-hari cukup
baik, hal ini disebabkan walaupun mereka mempunyai faktor penghambat dalam ekonomi
tetapi hampir sebagian masyarakat ini mampu mengatasi hambatan tersebut dengan
menggunakan alternative lain yaitu tidak mampu membeli obat nyamuk dan krim anti
nyamuk mereka menggunakan kelambu di tempat tidur sehingga tidak ada nyamuk yang
menggigit pada saat mereka tidur. Menurut Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi
pendidikan yang membagi perilaku dalam berbagai tingkatan diantaranya yaitu Adaptasi
adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan
itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut. Pada
masyarakat ini juga kesadaran mengikuti kegiatan penyuluhan tentang pencegahan
demam berdarah dari petugas kesehatan mempunyai kriteria baik, sehingga walaupun
masyarakat mempunyai karakteristik tingkat pendidikan SD, SMP, SMA, namun
masyarakat ini mau menambah informasi mengenai DBD ini dengan sering mengikuti
kegiatan penyuluhan. Dengan adanya informasi dari penyuluhan, masyarakat diharapkan
mengerti dan dapat berperilaku yang baik dalam kebiasaan hidup sehat sehari-hari.
Seperti yang dilakukan di Puskesmas Dago yang didapatkan melalui hasil wawancara
langsung dengan petugas puskesmas, upaya yang dilakukan semenjak kejadian
berjangkitnya penyakit demam berdarah dengue sampai sekarang sudah sering dilakukan
yaitu dengan menggalakan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) secara terus menerus,
program 3-M, penyuluhan tentang DBD di Kelurahan Dago oleh petugas puskesmas 1
bulan satu kali yang sudah dilakukan kurang lebih 12 kali di hitung dari bulan januari tahun
2005, usulan fogging ke Dinkes jika ada kasus DBD, pemberdayaan posyandu di
Kelurahan Dago yang berjalan setiap hari dengan baik. Dari hasil observasi Di puskesmas
Dago ini juga dipasang poster-poster yang berisikan tentang bagaimana mencegah
terjadinya penyakit demam berdarah yang dapat dilihat dan dibaca oleh masyarakat yang
datang ke puskesmas. Menurut Skinner perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Dengan adanya upaya-upaya ini diharapkan
akan menimbulkan suatu rangsangan positif bagi masyarakat untuk berperilaku yang
cukup baik dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah.
Jurnal Stikes A. Yani 85
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perilaku kebiasaan hidup sehat masyarakat sehari-hari dalam mencegah
terjadinya penyakit demam berdarah dengue di kelurahan Dago wilayah kerja Puskesmas
Dago Bandung sebagian besar (51,02%) mempunyai perilaku yang kurang, hal ini
disebabkan karena faktor ekonomi yang kurang dengan karakteristik pekerjaan
responden sebagai pembantu rumah tangga, ibu rumah tangga, pedagang kecil,
wiraswasta. Hampir sebagian (44,90%) masyarakat mempunyai perilaku hidup sehat
sehari-hari cukup baik, hal ini disebabkan walaupun mereka mempunyai faktor
penghambat dalam ekonomi tetapi sebagian masyarakat ini mampu mengatasi hambatan
tersebut dengan menggunakan alternative lain yaitu mengganti penggunaan obat nyamuk
dengan menggunakan kelambu tidur.
Saran
Sebagai tindak lanjut hasil penelitian, untuk meningkatkan perilaku dalam
mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue di Kelurahan Dago wilayah kerja
Puskesmas Dago Bandung, penulis menganjurkan saran sebagai berikut:
1. Bagi tenaga kesehatan di puskesmas Dago Kelurahan Dago Bandung untuk
senantiasa meningkatkan upaya penyuluhan di puskesmas dan di posyandu serta
memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat mengenai pencegahan
terjadinya penyakit demam berdarah dengue secara rutin, berkesinambungan dan
mengenai pentingnya menjaga kesehatan lingkungan yang akan berpengaruh
terhadap timbulnya penyakit demam berdarah dengue. Sehingga masyarakat lebih
banyak mendapatkan informasi dan dapat mempraktekannya dalam kehidupan sehari-
hari. Selain itu juga petugas kesehatan senantiasa lebih menggalakan program PSN,
program 3-M dan lebih sering melakukan foging. Sehingga penyakit demam berdarah
dengue ini dapat dicegah.
2. Penelitian ini memberikan gambaran perilaku masyarakat dalam pencegahan
terjadinya penyakit demam berdarah dengue. Maka dapat ditindak lanjuti dengan
meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruh terjadinya penyakit demam berdarah
dengue.
Jurnal Stikes A. Yani 86
DAFTAR PUSTAKA 1. Alimul. A. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba
Medika. 2. Azhali dkk. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Penyakit Infeksi Tropik. Bagian/ UPF
Kesehatan Anak FK Unpad. RSHS Bandung.S 3. Effendy. N. 1998. Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. 4. FKUI. 1997. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius. 5. Http: //www. dinkes-dki.go.id/db.html 6. Http: //biomed.ee.itb.ac.id/pkmputer/demam_berdarah.htm 7. Noer. S. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai penerbit FKUI. 8. Notoatmojo. S. 1996. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip dasar. Jakarta : PT
Rineka Cipta. 9. _____________ 2003. Pendidikan dan perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka
Cipta. 10. _____________. 2002. Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. 11. Nasir. Moh. 1983. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. 12. Suharsimi. Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
PT Rineka Cipta. 13. Unpad. 2004. Panduan Penyusunan dan Penulisan Skripsi Program Sarjana. Bandung
: Unpad. 14. WHO. 1998. Demam Berdarah Dengue. Edisi II. Jakarta : EGC. 15. WWW. Sumber-alkes. Com