abses parafaring

8
ABSES PARAFARING DEFINISI Abses Parafaring adalah kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang parafaring (khairani, 2012) ETIOLOGI Ruang parafaring dapat mengalami infeksi (Soepardi,2012) : 1. Langsung yaitu Akibat tusukan jarum pada saat melakukan tonsilektomi dengan analgesia. Peradangan terjadi karena ujung jarum suntik yang telah terkontaminasi kuman menembus lapisan otot tipis (M. konstriktor faring superior) yang memisahkan ruang parafaring dari fosa tonsilaris. 2. Proses sukarasi kelenjar kimfa leher bagian dalam gigi, tonsil, laring, hidug, sinus paranasal, mastoid dan vertebra servikal dapat merupakan sumber infeksi untuk terjadinya abses ruang parafaring.

Upload: wike-dwysre

Post on 11-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

fdfgdhgfg

TRANSCRIPT

ABSES PARAFARINGDEFINISI Abses Parafaring adalah kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang parafaring (khairani, 2012)ETIOLOGIRuang parafaring dapat mengalami infeksi (Soepardi,2012) :1. Langsung yaitu Akibat tusukan jarum pada saat melakukan tonsilektomi dengan analgesia. Peradangan terjadi karena ujung jarum suntik yang telah terkontaminasi kuman menembus lapisan otot tipis (M. konstriktor faring superior) yang memisahkan ruang parafaring dari fosa tonsilaris. 2. Proses sukarasi kelenjar kimfa leher bagian dalam gigi, tonsil, laring, hidug, sinus paranasal, mastoid dan vertebra servikal dapat merupakan sumber infeksi untuk terjadinya abses ruang parafaring. 3. Penjalaran infeksi ruang peritonsil, retrofiring atau submandibula.Kuman penyebab biasanya campuran aerob dan anaerob (Mansjoer,1999).

PATOFISIOLOGI Abses parafaring dapat terjadi setelah infeksi faring, tonsil, adenoid, gigi, parotis, atau kelenjar limfatik. Pada banyak kasus abses parafaring merupakan perluasan dari abses leher dalam yang berdekatan seperti; abses peritonsil, abses submandibula, abses retrofaring maupun mastikator. Infeksi terjaid secara langsung : proses supurasi yang menjadi sumber infeksi atau penjelaran infeksi dari ruang teritonsil retrofiring atau sub mandibular (Mansjoer, 1999)Patofisioogi dimulai pada daerah prastiloid sebagai suatu selulitis, jika tidak diobati akan berkembang menjadi suatu thrombosis dari vena jugularis interna. Infeksi dapat menyebar dari anterior ke bagian posterior, dengan peluasan ke bawah sepanjang sarung pembuluh-pembuluh darah besar, disertai oleh thrombosis v. jugularis atau suatu mediastinitis Sekali terjadi infeksi dimulai pada jaringan lunak leher, jika tidak segera terdeteksi, akan meluas ke salah satu ruang fasia leher yang paling lemah. Dari sana dapat mengalir ke atas, ke bawah atau ke lateral, mengikuti ruang-ruang fasia. Infeksi leher dalam merupakan selulitis fregmentosa dengan tanda-tanda setempat yang sangat mencolok atau menjadi tidak jelas karena tertutup jaringan yang melapisinya. Seringkali dimulai pada daerah prastiloid sebagai suatu selulitis, jika tidak diobati akan berkembang menjadi suatu trombosis dari vena jugalaris interna. Abses dapat mengikuti m.stiloglosus ke dasar mulut dimana terbentuk abses. Infeksi dapat menyebar dari anterior ke bagian posterior, dengan perluasan ke bawah sepanjang sarung-sarung pembuluh darah besar, disertai oleh trombosis v.jugularis atau suatu mediastinitis. Infeksi dari bagian posterior akan meluas ke atas sepanjang pembuluh-pembuluh darah dan mengakibatkan infeksi intrakranial atau erosi a.karotis interna. (khairani, 2012)

FAKTOR PREDISPOSISI1. Diabetes mellitus 2. Lupus eritematosus (Mansjoer, 1999), MANIFESTASI KLINIS Gejala dan tanda yang utama ialah (Soepardi,2012) : 1. Trismus 2. Indurasi atau pembengkakan disekitar angulus mandibular3. Demam tinggi 4. Pembengkakan dinding lateral faring sehingga menonjol kearah medialPada infeksi dalam ruang parafaring terdapat pembengkakan dengan nyeri tekan di daerah submandibula terutama pada angulus mandibula, leukositosis dengan pergeseran ke kiri dan adanya demam. Terlihat edem uvula, pilar tonsil, palatum dan pergeseran ke medial dinding lateral faring. Sebagai perbandingan pada abses peritonsil, hanya tonsl yang terdorong ke medial. Trismus yang dapat disebabkan oleh meregangnya m.pterigoid internus merupakan gejala yang menonjol, tetapi mungkin tidak terlihat jika infeksi jauh di dalam sampai prosesus stiloid dan struktur yang melekat padanya sehingga tidak mengenai m.pterigoid internus (Fadillah,2013)

DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan pada riwayat penyakit, gejala dan tanda klinik. Bila meragukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang foto rontgen jaringan lunak AP atau CT-Scan (Soepardi,2012) Foto jaringan lunak AP menunjukkan penebalan jaringan lunak parafaring dan pendorongan trakea kesamping depan. Dengan tomografi computer terlihat jelas abses dan penjalarannya. (Mansjoer, 1999)KOMPLIKASI Proses peradangan dapat menjalar secara hematogen, linfogen atau langsung (perkontinuitatum) kedaerah sekitarnya. Pejalaran keatas dapat mengakibatkan peradangan intra cranial, kebawah menyelusuri selubung carotis mencapai media stenum. Abses juga dapat menyebabkan perusakan dinding pembuluh darh. Bila pembuluh jarotis mengalami carotis, dapat terjadi rupture, sehingga terjadi perdarahan hebat. Bila terjaid perifleditis atau endofleditis, dapat timbul trombofleditis dan septicemia. (Soepardi,2012) DIAGNOSA BANDING 1. Parotitis 2. Abses submandibular3. Tumor (khairani, 2012)TERAPI Untuk terapi diberikan antibiotic dosis tinggi secara parenteal terhadap kuman aerob dan anaerob. Evakuasi abses harus harus segera dilakukan bila tidak ada perbaikan dengan antibiotic dalam 24-48 jam dengan cara eksplorasi dalam narcosis. Caranya melalui insisi dari luar dan intra oral. Insisi dari luar dilakukan 2 jari di bawah dan sejjar mandibular. Secara tumpul eksplorasi di lanjutkan dari batas anterior m. sternokledomastoideus kea rah atas belakang menyususri bagian medial mandibular dan m. pterigoid interna mencapai ruang parafaring dengan terabanya prosesus stiloid. Bila nanah terdapat di dalam selubung karotis, insisi horizontal ke bawah di depan m.sternokledomastoideus . Insisi intraoral dilakukan pada dinding lateral faring. Dengan memakai klem arteri eksplorasi dilakukan dengan menembus m. konstriktor faring superior ke dalam parafaring anterior. Insisi intraoral dilakukan bila perlu dan sebagai terapi tambahan terhadap insisi eksterna. Pasien di rawat inap sampai gejala dan tanda infeksi reda. (Soepardi, 2012)

DAFTAR PUSTAKA Mansjoer, 1999. Kapta Solekta Kedokteran. FKUI Jakarta Indonesia edisi 3 jilid 1 Soepardi, 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Ternggorok Kepala & Leher. FKUI Jakarta. Khairani, 2012. Referat Abses Parafaring. Dalam Rangka mengikuti kepamitraan klinik madya di bagian ilmu penyakit THT. FKU Mataram RSUP NTB .