abses mastoid.doc

10
HALAMAN PENGESAHAN Laporan diskusi kelompok dengan judul: ABSES MASTOID Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti program Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang periode 25 Januari 2010- 1 Maret 2010. Palembang, Februari 2010 dr. Yuli Doris Memy, Sp.THT-KL i

Upload: saputra-tri-nopianto

Post on 29-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

vz

TRANSCRIPT

Page 1: abses mastoid.doc

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan diskusi kelompok dengan judul:

ABSES MASTOID

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti program Kepaniteraan

Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok Fakultas Kedokteran

Universitas Sriwijaya/Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang periode 25 Januari 2010- 1

Maret 2010.

Palembang, Februari 2010

dr. Yuli Doris Memy, Sp.THT-KL

i

Page 2: abses mastoid.doc

BAB I

PENDAHULUAN

Abses mastoid adalah suatu perjalanan penyakit dari mastoiditis, dimana terjadi

penumpukkan eksudat berupa pus dalam sel mastoid, sebagai bagian proses peradangan dari

mukosa sel-sel mastoid. Mastoiditis terjadi karena adanya perluasan peradangan pada telinga

tengah (Otitis Media) melalui aditus ad antrum ke dalam sel-sel tulang mastoid.

Pada zaman sebelum adanya antibiotik masoidektomi dilkukan pada hamper dari 20% kasus

otitis media akut. Sejak tahun 1948 angka ini semakin menurun menjadi kurang dari 3% dan

sekarang diperkirakan tindakan ini dilakukan pada kurang dari 5 kasus per 100.000 penderita otitis

media akut. Namun belakangan ini terjadi peningkatan komplikasi otits media yang diperkirakan

terjadi karena adanya peningkatan prevalensi pneumokokus yang resisten terhadap antibiotic.

Mastoiditis dianggap sebagai komplikasi dari otitis media yang berbahaya karena

penyebaran proses radang tidak hanya terbatas pada tulang mastoid saja namun dapa meluas ke

tempat lain; posterior ke sinus sigmoid (yang dapat menyebabkan thrombosis), penyebaran ke

posterior juga dapat mencapai tulang oksipital yang kemudian menyababkan osteomielitis calvaria

atau abses Citelli. Penyebaran ke superior dapat mencapai fossa posterior cranium, subdural, dan

meningen. Penyebaran ke anterior pus menyebar melalui aditus ad antrum ke telinga tengah, ke

lateral dapat membentuk subperiosteal abses, ke inferior dapat terbetuk Bezold abscess; suatu abses

pada bagian belakan insertion muskulus sternocleidomastoideus, dan medial menyebar ke apex

petrous menyebabkan petrositis. Komplikasi mastoiditis intratemporal dapat berupa gangguan pada

nervus facialis dan atau labirin.

2

Page 3: abses mastoid.doc

BAB II

PERMASALAHAN

1. Apa yang dimaksud dengan abses mastoid?

2. Mengapa sering terjadi pada anak-anak?

3. Bagaimanakah penatalaksanaannya?

3

Page 4: abses mastoid.doc

BAB III

PEMBAHASAN

1. Apa yang dimaksud dengan abses mastoid?

Secara harfiah abses mastoid adalah terkumpulnya nanah atau pus di dalam sel-sel mastoid

tulang temporal. Proses eksudasi pus dalam sel-sel mastoid ini merupakan kelanjutan dari

proses mastoiditis. Hampir pada seluruh anak yang menderita otitis media baik akut maupun

kronis terjadi proses peradangan pada sel-sel mastoid, sehingga dapat dikatakan bahwa abses

mastoid merupakan salah satu komplikasi yang timbul dari otitis media akut ataupun otitis

media supuratif kronik.

Jika proses peradangan dalam tulang-tulang mastoid berlanjut disertai dengan edem

mucosa pada aditus ad antrum yang mencegah drainase dan aerasi ke cavum tymphani maka

dapat terjadi osteitis yang menyebabkan destruksi trabekula-trabekula yang memisahkan sel-sel

mastoid sehingga terjadi penyatuan (coalescence) sel-sel tersebut. Pada tahap ini, terjadi

penumpukan eksudat pada sel-sel yang bersatu tersebut. Tahap ini disebut sebagai

Acute”Coalecenset” Mastoiditis, Acute Mastoid Osteitis, atau Acute Surgical Mastoiditis

(ASM) karena dibutuhkan penatalaksaan bedah pada stadium ini.

Secara klinis gejala utama dari ASM berupa gambaran proses inflamasi berupa rubor,

kalor, dolor, nyeri tekan pada tulang mastoideus. Aurikular terdorong keluar dan kebawah.

Discharge yang purulen mungkin keluar melalui perforasi membrane tymphani, dan liang

telinga terisi pus dan debris. Pada membran tymphani dapat terjadi protrusi seperti puting. Pada

regio retroaurikular terdapat abses subperiosteal yang berfluktuasi, atau bahkan terdapat fistula

yang menghubungkan sel-sel mastoid dengan region retroaurikula. Biasanya muncul gambaran

sistemik radang akut berupa demam.

2. Mengapa sering terjadi pada anak-anak?

Seringnya abses mastoid terjadi pada anak-anak berhubungan dengan tingginya insiden otitis

media pada anak-anak. Hal ini disebabkan karena imaturitas sistem pertahanan tubuh, serta sifat

anatomis dari tuba eustachius yang belum matur.

Tidak seperti pada orang dewasa yang 2/3 anterior tuba disusun oleh kartilago, dan 1/3

posterior adalah tulang, tuba eustahius pada anak-anak porsi tulang lebih panjang. Pada orang

dewasa tuba membentuk sudut 45◦ dengan garis horizontal, pada anak-anak sudut ini hanya 10◦,

4

Page 5: abses mastoid.doc

sehingga produk infeksius pada nasofaring lebih mudah masuk telinga tengah. Selain itu

isthmus tuba pada anak-anak lebih besar dibandingkan pada orang dewasa, ditambah dengan

panjang tuba yang tentu saja lebih pendek daripada orang dewasa, sehingga proses infeksi

telinga tengah lebih mudah terjadi pada anak-anak.

Beberapa penelitian menunjukkan adanya peningkatan insiden otitis media setelah masa

neonatus (28 hari), hal ini mungkin disebabkan karena mulai menurunnya titrasi imunitas pasif

dari ibu pada usia ini. Teele menemukan bahwa hampir 2/3 anak kurang dari 12 bulan

sekurang-kurangnya mengalami satu kali episode otitis media akut. Pada usia 3 tahun, 46%

anak memiliki sekurang-kurangnya 3 kali episode OMA. Onset OMA selama tahun pertama

kehidupan penting untuk diperhatikan karena kebanyakan anak dengan episode OMA berulang

memiliki episode OMA pertama pada usia kurang dari 12 bulan.

Pada anak-anak dengan episode OMA berulang terjadi pembengkakan disertai

pembentukkan jaringan granulasi pada mukosa cavum tymphany serta sel-sel mastoid. Begitu

pula pada antrum cavum mastoid, sehingga jalan tempat drainase dan aerasi sel-sel mastoid ke

cavum timpani aka tertutup dan terjadi obstruksi, akibatnya produk-produ dari mukosa sel-sel

mastoid terjebak di dalamnya. Hal ini yang kemudian menyebabkan mastoiditis serta abses

mastoid.

Pneumatisasi mastoid paling aktif terjadi pada usia 5-10 tahun. Proses ini kan terhenti

atau mundur jika terjadi otitis media pada masa muda. Jika infeksi kronis terus berlanjut, maka

mastoid akan mengalami proses sklerotik, sehingga ukuran processus mastoideus berkurang.

Antrum menjadi lebih kecil dan pneumatisasi terbatas, hanya ada sedikit sel udara saja sekitar

antrum. Seseorang dengan pneumatisasi terbatas akan lebih rentan dianggap lebih rentan

menderita penyakit telinga kronis.

3. Bagaimanakah penatalaksanaannya?

Medikamentosa

Antibiotik merupakan prinsip utama pengobatan abses mastoid. Hasil kultur dan

resistensi sangat menentukan pemilihan antibiotik. Sampai hasil kultur dan resistensi

maka harus dipilih antibiotic yang; (1) Cocok dengan strai bakteri bakteri yang paling

sering menyebabkan otitis media akut, yaitu S pneumoniae, H. influenza dan

Streptococcus pyogenes grup A, (2) Antibiotik harus dapat melewati sawar darah otak,

dan (3) antibiotic terpilih harus menyempertimbangkan adanya multi drug resistan.

5

Page 6: abses mastoid.doc

Medikasi lain yang digunakan adalak analgesic, antipiretik, dan kombinasi

antibiotic/steroid topical untuk mengurang edem mukosa sehingga antibiotic topical

dapat mencapai telinga dan sistem mastoid.

Miringotomi/timpanosentesis

Tujuan tindakan ini untuk mengambil spesiamen dalan kavum telinga tengah dang

menguragi keluhan rasa tidak nyaman pada otitis media akut. Proses penyembuhan

setelah prosedur ini akan dicapai dalam beberapa hari.

Tympanostomy tube placement

Tympanostomy tube menyebabkan terjadinya drainase dari pus yang terjebak di dalam

kavum tymphani dan aerasi, serta membantu memasukkan antibiotic topical liang

telinga tengah. Prosedur ini biasanya dilakukan bersamaan dengan mastoidektomi.

Mastoidektomi

Prosedur ini dilakukan dengan membuka sel udara tulang mastoid dengan membuat

insisi pada region retroaurikular dan membuka korteks mastoid. Semua subperiosteal

abses dibuka pada prosedur ini. Pada prosedur ini sel-sel mastoid yang berisi pus dibuka

dan dibesihkan serta membuka kembali akses drainase dan aerasi ke meatus media. Hal

ini dilakukan dengan mengangkan jaringan granulasi serta mukosa yang oedem dan

polipoid akibat infeksi berulang pada aditus ad antrum. Prosedur terakhir adalh irigasi

telinga dan pemasangan drain, yang dipertahankan sekurang-kurangnya 2 hari.

6