abses hati amebik

Upload: elizabethpurba

Post on 13-Oct-2015

56 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pendahuluan Abses hepar merupakan infeksi pada hati yang disebabkan oleh infeksi bakteri,parasit, jamur, maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem GIT, ditandai denganproses supurasi dengan pembentukan pus, terdiri dari jaringan hepar nekrotik, selinflamasi, sel darah dalam parenkim hepar.

Absesheparterbagi2secaraumum,yaituAbsesHeparAmuba(AHA)danAbsesHeparPiogenk(AHP/HepaticAbcess,BacterialLiverAbcess).AHAmerupakan salah satu komplikasi amebiasis ekstraintestinal dan paling sering terjadi di daerah tropis/subtropik. AHAlebihseringterjadiendemikdinegara berkembang dibanding AHP. AHA terutama disebabkan oleh E. Histolytica. Entamoeba histolytica juga dapat menyebabkan massa pada dinding abdomen (ameoboma) seperti halnya disentri akut dan menyebabkan abses di hepar.

Abses hepar amuba adalah lesi inflamasi yang paling umum menempati ruang hati. Agen penyebabnya adalah protozoa, Entamoeba Histolyitica. Sekitar 10% penduduk dari populasi dunia, terdapat Entamoeba Histolytica dalam usus mereka, yangkemudian dapat berkembang menjadi amebiasis invasif. 1 dari 10% pasien tersebutadalah pasien dengan abses hepar amuba. Usus besar merupakan tempat awalterjadinyainfeksi. Protozoa masuk ke hepar melalui vena portal. Amebiasis dapat terjadi padaberbagai organ tubuh tetapi Hepar merupakan organ yang paling umum untuk infeksiextra-intestinal.

Anamnesis Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara melakukan serangkaian wawancara Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamanesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis).1Pada skenario 1 tertulis laki-laki usia 38 tahun datang dengan keluhan nyeri perut atas sejak 1 hari smrs. Nyeri terutama pada sisi kanan di bawah dada. Nyeri memburuk saat tidur terlentang dan berkurang bila kaki ditekuk atau agak membungkuk. Hal-hal yang perlu ditanyakan adalah : 1. Identitas pasien meliputi nama pasien, usia (38 tahun), jenis kelamin (laki-laki)2. Keluhan utama pasien : nyeri perut kanan atas terutama bagian sisi kanan dibawah dada. 3. Riwayat penyakit sekarang yaitu menanyakan yang berhubugan dengan keluhan utama seperti : Sejak kapan : 1 hari smsrs Intensitas nyeri : terus menerus atau hilang timbul Jenis nyeri : seperti tertusuk-tusuk, panas dll Generalisata atau lokalisata Kapan nyeri dapat membaik dan memburuk? : nyeri memburuk saat tidur terlentang da berkurang bila kaki ditekuk atau membungkuk. Menanyakan apakah sebelumnya sudah mengkonsumsi obat atau pergi ke dokter dan bagaimana hasilnya Menanyakan pencetus keluhan utama : trauma, makan sembarangan dll Apakah ada keluhan penyerta/tambahan? Seperti demam, mual, muntah, anorexia, diare, ikterus dll 4. Riwayat penyakit dahulu : apakah sebelumnya pasien sudah mengalami seperti yang dikeluhan dan kapan tepatnya?5. Riwayat sosial ekonomi : tanyakan bagaimana riwayat makan pasien apakah bersih, riwayat pembersihan badan dan lingkungan. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan, alkohol atau merokok. 6. Riwayat penyakit keluarga : tanyakan penyakit yang sedang atau pernah dialami oleh keluarga yang dapat memungkinkan pasien tersebut mengalami hal yang sama dalam penyakit genetic dan tanyakan keadaan mereka. Pemeriksaan Fisik1. Tingkat kesadaran Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkatkesadaran dibedakan menjadi : Compos Mentis(conscious),yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.2 Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.2 Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.2 Somnolen(Obtundasi, Letargi),yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal. 2 Stupor(soporo koma),yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.2 Coma(comatose),yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya). 22. Melakukan penilaian gizi melalui berat dan tinggi badan pasien

Pada pengukuran BMI ( Body Mass Indeks) didapatkan pasien tersebut dalam kisaran normal (gizi baik). Perhitungan yang dilakukan menggunakan rumus BMI yaitu 3 : Rumus BMI BMI = (BB) / (TB) * (TB)Berdasarkan kasus : BB = 60 kg dan TB = 174 cm, maka BMI = (60) / (1.74) * (1.74) = 19. 82

Arti BMI bagi orang dewasa :Kurang dari18.5 dibawah normal 318.5 - 24.9 berat badan normal 325 to 29.9 kelebihan berat badan 330 to 34.9 Obesitas 1 335 to 39.9 Obesitas 2 3lebih dari 40 Obesitas 3 3

3. Pemeriksaan tanda-tanda vital 4. Tanda-tanda vitala. Tekanan darah4KriteriaTekanan Darah

SistolikDiastolik

Normal< 130< 85

Perbatasan (high normal)130 - 13985 - 89

Hipertensi :

Derajat 1 : ringan (mild)140 - 15990 - 99

Derajat 2 : sedang (moderate)160 - 179100 - 109

Derajat 3 : berat (severe)180 - 209110- 119

Derajat 4 : sangat berat (very severe)> 210> 120

Pada kasus : tekanan darah pasien adalah 100/60 mmHg. Pasien termasuk dalam kategori tekanan darah hypotension.b. Suhu4OralAksilaRektal

Suhu rata-rata37oC36,4oC37,6oC

Rentang suhu36,5oC - 37,5oC36oC - 37oC37oC - 38,1oC

Pada kasus : suhu tubuh pasien adalah 36,5oC.Pasien termasuk dalam kategori suhu tubuh normal.c. Denyut nadi4UsiaNadi (denyut/menit)

Normal60 - 80

Brakikardi< 60

Takikardi> 100

Pada kasus : denyut nadi pasien adalah 86 kali permenit.Pasien termasuk dalam kategori batas normal.d. Frekuensi nafasUsiaPernapasan (kali/menit)

Normal16-20

Bradipneu< 10

Takipneu> 24

Pada kasus : frekuensi nafas pasien adalah 19 kali permenit.Pasien termasuk dalam kategori normal.

Inspeksi : Melihat bagaimana kulit sekitar abomen kanan tepatnya organ hati berada, apakah terdapat lesi, benjolan, bekas operasi dll. Melihat kondisi abdomen cekung, datar atau cembung dan simetris atau tidak simetris.Palpasi : Mencari perbesaran hati di dua tempat , bila ada perbesaran hati kita lihat ukuran, tepi, konsistensi, permukaan dan nyeri nya.Kita juga bisa lakukan pemeriksaan khusus cholesistitis yaitu pemeriksaan Murphy sign. Kita lakukan pemeriksaan ini untuk menyingkirkan diagnosis banding yang ada yaitu kolesistitis.Pada abses hati pemeriksaan positif ditandai dengan adanya nyeri tekan pada region abdomen dextra bagian atas dan biasanya terdapat perbesaran hati hingga 2-4 jari. Perkusi : Kita bisa lihat dan cari peranjakan paru hatinya, bila sudah ada kelainan pada hati atau bila terjadi perbesaran hati, maka akan terdapat peranjakan paru hai yang tidak terlalu jelas. Karena bila sudah terjadi komplikasi pada hati, paru-paru pun akan terganggu, karena letak yang bedekatan dan hanya dibatasi oleh selaput pembungkus paru dan pembungkus hati.Auskultasi : Untuk mendengarkan di setiap kuadran abdomen bising usus yanga da, apakah ada kelainan pada bising usus? Ada beberapa jenis bising usus yang patologis, di antaranya adalah : metallic sound ( Ileus obstruktif), Bruit Hepar ( Hepatoma) , systolic aorta abdominal (aneurisma aorta abdominalis)

Pemeriksaan penunjangKelainan pemeriksaan hematologi pada amoebiasis hati didapatkan Hb antara 10,4-11,3g%, sedangkan leukosit berkisar antara 15.000-16.000/mm3.Pada pemeriksaan faal hati didapatkan albumin 2,76-3,05 g%, globulin 3,62-3,75 g%,total bilirubin 0,9-2,44 mg%, fosfatase alkali 270,4-382,0 u/l sedangkan SGOT 27,8-55,9u/l dan SGPT 15,7-63,0u/l.Pada laboratorium didapatkan leukositosis, anemia, laju endap darah, alkali fosfatase, transaminase dan serum bilirubin meningkat. Meskipun terkadang dilaporkan leukosit penderita dalam kisaran normal. Konsentrasi albumin serum menurun dan waktu protrombin yang memanjang.

Jadi kelainan laboratorium yang dapat ditemukan pada amoebiasis hati adalah anemiaringan sampai sedang, leukositosis. Sedangkan kelainan faal hati didapatkan ringansampai sedang. 5

Pemeriksaan Penunjang Lain

1. Foto dadaKelainan foto dada pada amoebiasis hati dapat berupa : peninggian kubah diafragmakanan, berkurangnya gerak diafragma, efusi pleura, kolaps paru dan abses paru.52.Foto polos abdomenKelainan yang didapat tidak begitu banyak, mungkin dapat berupagambaran ileus,hepatomegali atau gambaran udara bebas di atas hati jarang didapatkan berupa air fluidlevel yang jelas.53.UltrasonografiUntuk mendeteksi amoebiasis hati, USG sama efektifnya dengan CT atau MRI.Gambaran USG pada amoebiasis hati adalah :1. bentuk bulat atau oval2. tidak ada gema dinding yang berarti3. ekogenisitas lebih rendah dari parenkim hati normal4. bersentuhan dengan kapsul hati5. peninggian sonic distal 5

4. Tomografi komputerSensitivitas tomografi komputer berkisar 95-100% dan lebih baik untuk melihat kelainandi daerah posterior dan superior. 55. Pemeriksaan serologi Ada beberapa uji yang banyak digunakan antara lainindirecthaemaglutination (IHA),counter immunoelectrophoresis (CIE), dan ELISA. Yang banyak dilakukan adalah tesIHA. Tes IHAmenunjukkan sensitivitas yang tinggi. Titer 1:128 bermakna untukdiagnosis amoebiasis invasive. 56. Kultur darah memperlihatkan bacterial penyebab menjadi standar emas penegakan diagnosis secara mikrobiologik. 5

Diagnosis Banding1. Abses Hepar Piogenik

Abses hepar piogenik dapat berasal dari radang bilier, dari daerah splanknikmelalui v. porta, atau sistemik dari manapun di tubuh melalui a. hepatika. Sebagian sumber tidak diketahui. Kadang disebabkan oleh trauma atau infeksi E. coli atau sistem di sekitarnya.Gambaran klinis abses Hepar piogenik menunjukkan manifestasisistemikyang lebih berat dari abses hepar amuba.6Secara klinis, ditemukan demam yang naik turun,rasa lemas, penurunan berat badan dan nyeri perut. Nyeri terutama di bawah iga kanan atau pada kuadran kanan atas. Dapat dijumpai gejala dan tanda efusi pleura. Nyeri sering berkurang bila penderita berbaring pada sisi kanan. Demam hilang timbul atau menetap bergantung pada jenis abses atau kuman penyebabnya. Dapat terjadi ikterus,ascites dan diare. Ikterus, terutama terdapat pada abses hepar piogenik karena penyakitsaluran empedu disertai dengan kolangitis supurativa dan pembentukan abses multiple .Jenis iniprognosisnya buruk. Pada pemeriksaan mungkin didapatkan hepatomegali atau ketegangan pada perut kuadran lateral atas abdomen atau pembengkakan pada daerah intercosta. Ketegangan lebih nyata pada perkusi. Apabila abses terdapat pada lobus kiri,mungkin dapat diraba massa di epigastrium.6Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit meningkat dengan jelas (>10.000/mm3) didapatkan pada 75-96% pasien, walaupun beberapa kasus menunjukkannilai normal. Laju endap darah biasanya meningkat dan dapat terjadi anemia ringanyang didapatkan pada 50-80% pasien. Alkali fosfatase dapat meningkat yangdidapatkan pada 95-100 pasien. Peningkatan serum aminotransferase aspartat dan serumaminotransferase alanin didapatkan pada 48-60% pasien. Prognosis buruk bila kadarserum amino transferase meningkat. Peningkatan bilirubin didapatkan pada 28-73% pasien. Penurunan albumin (3 g/dL) masihdiamati. Protrombin time meningkat pada 71-87 pasien.6

2. Hepatoma

Hepatoma (karsinoma hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari sel-sel hati. Hepatoma merupakan kanker hepar primer yang paling sering ditemukan.Terjadinya penyakit ini belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa faktor yang diduga sebagai penyebabnya antara lain virus hepatitis B dan C, sirosis hepar,aflatoksin, infeksi beberapa macam parasit, keturunan maupun ras. Keluhan dan gejala yang timbul sangat bervariasi. Pada awalnya penyakit kadang tanpa disertai keluhan atau sedikit keluhan seperti perasaan lesu, dan berat badan menurun drastis. Penderita sering mengeluh rasa sakit atau nyeri tumpul (rasa nyeri seperti ditekan jari atau benda tumpul) yang terus menerus di perut kanan atas yang sering tidak hebat tetapi bertambah berat jika digerakkan.7Pada pemeriksaan fisis didapatkan hepar membesar dengan konsistensi keras dan sering berbenjol-benjol, terjadi pembesaran limpa, serta perut membuncit karena adanya asites. Kadang-kadang dapat timbul ikterus dengan kencing seperti air teh dan mata menguning. Keluhan yang disertai demam umumnya terjadi akibat nekrosis pada sentral tumor. Penderita bisa tiba-tibamerasa nyeri perut yang hebat, mual,muntah, dan tekanan darah menurun akibat pendarahan pada tumornya. Diagnosis KHS selain memerlukan anamesis dan pemeriksaan fisik juga beberapa pemeriksaaan tambahan seperti pemeriksaan radiologi (rontgen), ultrasonografi (USG), computed tomography scanning (CT scan), peritneoskopi, dan test laboratrium. Diagnosa yang pasti ditegakkan dengan biopsi Hepar untuk pemeriksaan jaringan.7Hepatoma selain menimbulkan gangguan faal hepar juga membentuk beberapajenis hormon yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin, kalsium, kolesterol, dan alfafeto protein di dalam darah. Gangguan faal hepar menyebabkan peningkatan kadar SGOT, SGPT, fosfatase alkali, laktat dehidrogenase, dan alfa-L-fukosidase.Pengobatan KHS yang telah dilakukan sampai saat ini adalah dengan obat sitostatik,embolisasi, atau pembedahan. Prognosis umumnya jelek. Tanpa pengobatan, kematian penderita dapat terjadi kurang dari setahun sejak gejala pertama.7

Diagnosis Untuk diagnosis amoebiasis hati dapat digunakan criteria Sherlock (1969),kriteriaRamachandran (1973) atau kriteria Lamont dan Pooler.Criteria Sherlock :1.Hepatomegali yang nyeri tekan2.Respon baik terhadap obat amoebisid3.Leukositosis4.Peninggian diafragma kanan dan pergerakan yang kurang5.Aspirasi pus6. Pada USG didapatkan rongga dalam hati7.Tes hemaglutinasi positif

Kriteria Ramachandran (bila didapatkan 3 atau lebih dari) :1.Hepatomegali yang nyeri2.Riwayat disentri3.Leukositosis4.Kelainan radiologis5.Respon terhadap terapi amoebisid

Kriteria Lamont dan Pooler (bila didapatkan 3 atau lebih dari ) :1.Hepatomegali yang nyeri2.Kelainan hematologis3.Kelainan radiologis4.Pus amoebik5.Tes serologic positif6.Kelainan sidikan hati7.Respon yang baik dengan terapi amoebisid

EtiologiAbses hati amebic merupakan salah satu komplikasi amebiasis ekstraintestinal, paling sering terjadi did aerah tropis/subtropik. Abses hari amebic lebih sering terjadi endemic di negara berkembang dibanding abses hati piogenik. Abses hari amebic terutama disebabkan oleh Entamoeba histolytica yang dapat menyebabkan pus dalam hati. E. histolytica mempunyai 2 stadium yaitu trofozoit dan kista. Bila kista matang tertelan, kista tersebut tiba di lambung masih dalam keadaan utuh karena dinding kista tahan terhadap asam lambung. 8Tropozoit adalah bentuk yang aktif bergerak dan bersifat invasif, dapat tumbuh dan berkembang biak, aktif mencari makanan,dan mampu memasuki organ dan jaringan. Ukuran E. histolytica bentuk trofozoit sekitar 10-60 mikron, mempunyai inti entamena yang di endoplasma. Stadium trofozit dapat bersifat pathogen dan menginvasi jarinagn usus besar. Dengan aliran darah, meyebar ke jaringan hati, paru, otak, kulit dan vagina. Hal tersebut disebabkan sifatnya yang dapat merusak jaringan. 8

Gambar 1.1.Entamoeba histolyticabentuk trofozoit

Bentuk kistaEntamoeba Histolyticabulat, dengan dinding kista dari hialin, tidak aktif bergerak. Stadium ini berasal dari stadium trofozoid yang berada di rongga usus besar. Ukuran kista 10-20 mikron. Stadium kista tidaklah pathogen tetapi merupakan stadium yang infektif. Dengan adanya dinding kista, stadium kista dapat bertahan, terhadap pengaruh buruk di luar badn manusia. Infeksi terjadi dengan menelan kista matang. 8

Gambar 2 Entamoeba histolytica bentuk kistaEpidemiologi Abses hati amebik didapatkan secara endemic dan jauh lebih sering dibandingkan abses hati piogenik. Abses hati amebic lebih banyak menyerang pria dibanding wanita dengan perbandingan 3 : 1 sampai 22 : 1. Usia berkisar antara 20-50 tahun, terutama dewasa muda, dan jarang ditemukan pada anak-anak. Penularannya dapat melalui oral-anal-fekal ataupun melalui vector (lalat dan lipas). Individu yang mudah terinfeksi adalah penduduk di daerah endemis, wisatawan ke daerah endemis atau para homoseksual. Perlu diingat bahwa abses hati amebik didapatkan lebih endemik dan lebih sering dibandingkan dengan abses hati piogenik. 9Patofisiologi Penularan abses hepar amebik terjadi secara fekal-oral, dengan masuknya kista infektif bersama makanan atau minuman yang tercemar tinja penderita atau tinja karier amebiasis.Di dalam usus, oleh pengaruh enzim tripsin dinding kista pecah. Di dalam sekum atau ileum bagian bawah terjadi proses eksitasi, eksitasi adalah proses transformasi dari bentuk kista ke bentuk tropozoit. Dalam proses eksitasi, satu kista infektif yang berinti empat tumbuh menjadi delapan amubula, amubula menuju ke jaringan submukosa usus besar, lalu tumbuh dan berkembang menjadi trofozoit. Bentuk trofzoit dapat menginvasi jaringan dan pada akhirnya amoeba dapat menjadi pathogen dengan mensekresi enzim cysteine protease, sehingga dapat melisiskan jaringan maupun eritrosit dan menyebar ke seluruh organ secara hematogen dan perkontinuinatum.9

Amoeba yang masuk ke submukosa memasuki kapiler darah, ikut dalam aliran darah melalui vena porta ke hati. Di hatiEntamoeba Histolyticamensekresi enzim proteolitik yang melisiskan jaringan hati dan membentuk abses. Lokasi yang tersering adalah lobus kanan (70%-90%), kecenderungan ini diperkirakan akibat penggabungan dari beberapa tempat infeksi mikroskopik, serta disebabkan karena cabang vena porta kanan lebih lebar dan lurus dari pada cabang vena porta kiri. Ukuran abses bervariasi, yaitu dari diameter 1-25 cm, dinding abses bervariasi tebalnya, bergantung pada lamanya penyakit. Didaerah sentral dari abses terjadi pencairan yang berwarna coklat kemerahan, yang disebutanchovy sauceyang terdiri dari jaringan hati nekrotik dan berdegenerasi. Amoebanya dapat ditemukan pada dinding abses dan sangat jarang ditemukan di dalam cairan di bagian sentral abses. Kira-kira 25 % abses hati amoebik mengalami infeksi sekunder sehingga cairan absesnya menjadi purulen dan berbau busuk.Terdapatperiode laten yaitu jarak waktu yang lamanya bervariasi kadang-kadang sampai bertahun-tahun diantara kejadian infeksi pada usus dengan timbulnya abses hati. Jarak waktu antara serangan di intestinal dengan timbulnya kelainan di hati berbeda-beda. Bentuk yang akut dapat memakan waktu kurang dari 3 minggu, tetapi bentuk yang kronis lebih dari 6 bulan, bahkan mungkin sampai 57 tahun. Disamping itu hanya lebih kurang 10 % penderita abses hati yang dapat ditemukan adanya kistaE.histolyticadalam tinjanya pada waktu yang bersamaan, bahkan dilaporkan 2-33 %. Faktor yang berperan dalam keaktifan invasi amoeba ini belum diketahui dengan pasti tetapi mungkin ada kaitannya dengan virulensi parasit, diit flora bakteri usus dan daya tahan tubuh sesorang baik humoral maupun seluler.9

Gambar 3 Patogenesis dan siklus hidup E. histolytica

Manifestasi klinik Gejala dapat timbul secara mendadak (bentuk akut), atau secara perlahan-lahan (bentuk kronik). Dapat timbul bersamaan dengan stadium akut dari amebiasis intestinal atau berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah keluhan intestinal sembuh. Pada bentuk akut, gejalanya lebih nyata dan biasanya timbul dalam masa kurang dari 3 minggu. Keluhan yang sering diajukan yaitu rasa nyeri di perut kanan atas. Rasa nyeri terasa seperti tertusuk tusuk dan panas, demikian nyerinya sampai ke perut kanan dan ditandai biasanya pasien membungkuk ke depan dengan memegang perut kanan. Dapat juga timbul rasa nyeri di dada kanan bawah, yang mungkin disebabkan karena iritasi pada pleura diafragmatika. Pada saat timbul rasa nyeri di dada dapat timbul batuk batuk. Keadaan serupa ini timbul pada waktu terjadinya perforasi abses hepatis ke paru paru. Sebagian penderita mengeluh diare. Hal seperti itu memperkuat diagnosis yang dibuat.9Gejala demam intermitten atau remitten juga dilaporkan pada abses hepar amebic walau terkadang gejala demam kadang tidak ditemui pada penyakit ini. Gejala yang non spesifik seperti menggigil, anoreksia, mual dan muntah, perasaan lemah badan dan penurunan berat badan merupakan keluhan yang biasa didapatkan. Lebih dari 90 % didapatkan hepatomegali yang teraba nyeri tekan. Hati akan membesar kearah kaudal atau kranial dan mungkin mendesak kearah perut atau ruang interkostal. Pada perkusi diatas daerah hepar akan terasa nyeri. Konsistensi biasanya kistik, tetapi bisa pula agak keras seperti pada keganasan. Pada tempat abses teraba lembek dan nyeri tekan. Dibagian yang ditekan dengan satu jari terasa nyeri, berarti tempat tersebutlah tempatnya abses. Rasa nyeri tekan dengan satu jari mudah diketahui terutama bila letaknya di interkostal bawah lateral. Ini menunjukkan tandaLudwig positifdan merupakan tanda khas abses hepatis. Abses yang besar tampak sebagai massa yang membenjol didaerah dada kanan bawah. Batas paru-paru hepar meninggi. Pada kurang dari 10 % abses terletak di lobus kiri yang sering kali terlihat seperti massa yang teraba nyeri di daerah epigastrium.Ikterus jarang terjadi, kalau ada biasanya ringan. Bila ikterus hebat biasanya disebabkan abses yang besar atau multipel, atau dekat porta hepatik. Pada pemeriksaan toraks didaerah kanan bawah mungkin didapatkan adanya efusi pleura atau friction rub dari pleura yang disebabkan iritasi pleura.9Gambaran klinik abses hati amebik mempunyai spektrum yang luas dan sangat bervariasi, hal ini disebabkan lokasi abses, perjalanan penyakit dan penyulit yang terjadi. Pada satu penderita gambaran bisa berubah setiap saat. Dikenal gambaran klinik klasik dan tidak klasik.Gambaran klinik klasik didapatkan penderita mengeluh demam dan nyeri perut kanan atas atau dada kanan bawah, dan didapatkan hepatomegali yang nyeri. Gambaran klasik didapatkan pada 54-70 % kasus.Gambaran klinik tidak klasik ditemukan benjolan di dalam perut (seperti bukan kelainan hati misalnya diduga empiema kandung empedu atau tumor pankreas), Gejala renal (keluhan nyeri pinggang kanan dan ditemukan masa yang diduga ginjal kanan), ikterus obstruktif, kolitis akut, gejala kardiak bila ruptur abses ke rongga perikardium, gejala pleuropulmonal, abdomen akut.9

Penatalaksaan Medikamentosa Metrodinazole adalah ambisid jaringan yang saat ini merupakan pilihan pertama. Dosisnya bervariasi antara 3x750mg hingga 3x800mg per hari selama 10 hari. Amebisid jaringan lainnya ialah klorokuin. Dosisnya yang diberikan 600mg klorokuin basa (4 tablet), lalu 6 jam kemudian 300 mg (2 tablet) selanjutnya 2x150mg/hari selama 28 hari. Cara lain adalah klorokuin 1 gr/hari (4 tablet) selama 2 hari, diteruskan 500mg/ hari (2 tablet) sampai 21 hari.9Dapat pula menggunakan analgesik seperti asam mefenamat 3 x 500mg untuk mengurangi rasa nyeri. 9Aspirasi terapeutik dilakukan dengan tuntunan USG bila ada indikasi abses yang dikhawatirkan pecah, dalam 48-72 jam tidak respons terhadap terapi medikamentosa, abses lobus kiri karena abses disini mudah pecah ke rongga pericardium atau peritoneum, abses dengan serologi ameba negative, atau abses multiple.9Tindakan pembedahan jarang dilakukan karena mortalitas tinggi, tindakan pembedahan dilakukan jika ada indikasi abses yang sangat besar dan menonjol ke dinding abdomen atau ruang interkostal, bila terapi medikamentosa dan aspirasi tidak berhasil, rupture abses ke dalam rongga pleura/intraperitoneal/prekardial.9Nonmedikamentosa Dapat menganjurkan pasien untuk tirah baring apabila sakit yang dirasakan tidak dapat diatasi dan semakin menjadi. Tetap diberikan gizi yang seimbang serta mengkonsumsi makanan dan minuman yang bersih dan matang. Menghindari faktor pencetus kerusakan hati seperti minum alkohol atau minuman bersoda dan mengkonsumsi rokok.

Komplikasi Saat diagnosis ditegakan, menggambarkan keadaan penyakit yang berat, seperti septikaemia/bakteriemia dengan mortalitas 85%, ruptur abses hati disertai peritonitis generalisata dengan mortalitas 6-7% kelainan plueropulmonal sekitar 10-20%, gagal hati, kelainan didalam rongga abses, henobilia, empiema, fisistula hepatobronkial, ruptur kedalam perikard atau retroperitoneum. Sistem plueropulmonum merupakan sistem tersering terkena. Secara khusus, kasus tersebut berasal dari lesi yang terletak di lobus kanan hepar. Abses menembus diagfragma dan akan timbul efusi pleura, empyema abses pulmonum atau pneumonia. Fistula bronkopleura, biliopleura dan biliobronkial juga dapat timbul dari reptur abses amuba. Pasien-pasien dengan fistula ini akan menunjukan ludah yang berwarna kecoklatan yang berisi amuba yang ada.9PencegahanUntuk abses hati amebik, pencegahan dapat dilakukan dengan meminum air murni dan tidak makan sayuran mentah atau buah dikupas ketika bepergian di negara-negara tropis dengan sanitasi yang buruk. Pola hidup sehat tidak merokok ataupun minum alkohol untuk menjaga kesehatan hati juga penting. 8Prognosis Prognosis yang buruk, apabila terjadi keterlambatan diagnosis dan pengobatan, jika hasil kultur darah yang memperlihatkan penyebab bacterial organisme multiple, tidak dilakukan drainase terhadap abses, adanya ikterus, hipoalbuminemia, efusi pleural atau adanya penyakit lain. 9

Kesimpulan Abses hati amebik adalah abses yang disebabkan oleh parasit E. histolytica yang dimana seseorang mengkonsumsi sesuatu kurang matang dan kurang bersih yang ternyata terdapat kista E. histolytica dan pada akhirnya menjadi trofozoit yang bermigrasi sampai ke hepar. Abses hati amebik mempunyai gambaran klinis yang khas seperti nyeri pada bagian bawah abdomen kanan terutama di bawah dada sehingga pasien harus membungkuk untuk mengurangi rasa nyerinya tetapi tidak menutup kemungkinan dapat ditemukan penyakit lain maka dari itu perlu anamnesis yang jelas, pemeriksaan fisik tepat sasaran dan pemeriksaan penunjang yang akurat untuk menggeser diagnosis banding. Obat amebisid yang sering dipakai adalah metronidazole dan terapi bedah serta aspirasi terapeutik dapat dilakukan apabila terdapat komplikasi yang parah.Pencegahan dapat dilakukan dengan pola hidup yang sehat, menghindari pencetus kerusakan hati seperti rokok,minum alkohol dan bersoda. Apabila penyakit ini cepat ditangani dengan cepat dan pengobatan yang tepat maka dapat mengatasi penyakit ini.

Daftar Pustaka 1. Hardjodisastro D. Menuju seni ilmu Kedokteran. 1st ed. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama; 2006. h.217.2. Uliyah M. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika; 2008.h.153. 3. NIH. BMI Calculator. 2011. Diunduh dari http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/obesity/BMI/bmicalc.html. 5 Juni 2013 4. Schwartz MW. Pedoman klinis pediatri. Jakarta: EGC; 2004.h. 26. 5. Bukhari AJ, Abid KJ. Amebic liver abscess: Clinical Presentation and Diagnostic Difficulties.Kuwait Medical Journal 2003. p.183-186.6. Pubmeb Health. Pyogenic Liver Abscess.2010. Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001307/diakses pada tanggal 5 Juni 2013.7. Pubmeb Health. Hepatoma. 2010. Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001307/diakses pada tanggal 5 Juni 2013.8. Susanto I, Suhariah Ismid. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2008.9. Ndraha S. Bahan Ajar Gastroenterologi. Cetakan 1. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UKRIDA.2013.

Sasaran pembelajaran : 1. Memahami dan mempelajari gambaran klinis abses hati2. Memahami dan mendalami penengakan diagnosis dan pengelolaan kasus abses hati3. Mengetahui diferensial diagnosis abses hati amebik4. Mengetahui tatalaksana abses hati amebik18