aborsi di indonesia

6
In Brief Aborsi di Indonesia Walaupun bukti-bukti yang dapat dipercaya tidak tersedia, para peneliti memperkirakan bahwa setiap tahunnya sekitar dua juta aborsi yang diinduksi terjadi di Indonesia 1 dan di Asia Tenggara kematian yang disebabkan karena aborsi yang tidak aman adalah sebesar 14-16% dari semua kematian maternal. 2 Upaya pencegahan terjadinya aborsi yang tidak aman adalah sangat penting bila Indonesia ingin mencapai tujuan ke lima dari Millennium Development Goal untuk memperbaiki kondisi kesehatan ibu dan menurunkan kematian maternal. Di Indonesia saat ini hukum tentang aborsi didasarkan pada hukum kesehatan tahun 1992. 3 Walaupun bahasa yang digunakan untuk aborsi adalah samar- samar, secara umum hukum tersebut mengizinkan aborsi bila perempuan yang akan melakukan aborsi mempunyai surat dokter yang mengatakan bahwa kehamilan- nya membahayakan kehidupannya, surat dari suami atau anggota keluarga yang mengijinkan penguguran kandung- annya, test laboratorium yang menyata- kan perempuan tersebut positif dan pernyataan yang menjamin bahwa setelah melakukan aborsi perempuan tersebut akan menggunakan kontrasepsi. Laporan ini menerangkan tentang apa yang sudah diketahui sampai saat ini tentang aborsi di Indonesia. Hasil-hasil penelitian yang tertera dalam laporan ini terutama adalah berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan dimana penelitian-penelitian tersebut mempunyai karakteristik sebagai berikut: dilakukan dalam skala kecil, dilakukan di daerah perkotaan dan penelitian-penelitian yang berbasis pada klinik bersadarkan pengalaman-pengala- man perempuan yang melakukan aborsi. Walaupun ada juga hasil penelitian yang dilakukan di daerah pedesaan, dan aborsi yang dilakukan bukan di klinik, tetapi penelitian-penelitian tersebut tidak representatif secara nasional. Walaupun penelitian-penelitian ini tidak memberikan deskripsi yang lengkap tentang siapa yang melakukan aborsi di Indonesia dan bagaimana pengalaman-pengalaman mereka, bukti-bukti dari penelitian tersebut menggambarkan bahwa aborsi di Indonesia banyak terjadi dan dalam hal ini jenis aborsi yang dilakukan adalah aborsi yang tidak aman. Aborsi umum dilakukan di Indonesia. Pada tahun 2000 di Indonesia diperki- rakan bahwa sekitar dua juta aborsi terjadi. 1 Angka ini dihasilkan dari penelitian yang dilakukan berdasarkan sampel yang diambil dari fasilitas- fasilitas kesehatan di 6 wilayah, dan juga termasuk jumlah aborsi spontan yang tidak diketahui jumlahnya walaupun dalam hal ini diperkirakan jumlahnya kecil. Walaupun demikian, estimasi aborsi dari penelitian tersebut adalah estimasi yang paling komprehensif yang terdapat di Indonesia sampai saat ini. Estimasi aborsi berdasarkan penelitian ini adalah angka tahunan aborsi sebesar 37 aborsi untuk setiap 1,000 perempuan usia reproduksi (15-49 tahun). Perkiraan ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia: dalam skala regional sekitar 29 aborsi terjadi untuk setiap 1,000 perempuan usia reproduksi. 4 Sementara tingkat aborsi yang diinduksi tidak begitu jelas, namun terdapat bukti bahwa dari 4.5 juta kelahiran yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia pada waktu sekitar waktu penelitian tersebut dilakukan, 760,000 (17%) dari kelahiran yang terjadi adalah kelahiran yang tidak diinginkan atau tidak direncanakan. 5,6 Paien-pasien yang melakukan aborsi umumnya adalah perempuan yang sudah menikah dengan unmet need untuk kontrasepsi. Walaupun perempuan dari segala segi kehidupan di Indonesia kemungkinan besar telah menggunakan pelayanan aborsi, informasi tentang karakteristik perempuan-perempuan yang melakukan aborsi umumnya didapat dari penelitian- penelitian yang dilakukan di klinik-klinik Dalam Kesimpulan Seri 2008, No. 2 Setiap tahunnya di Indonesia, berjuta-juta perempuan meng- alami kehamilan yang tidak direncanakan, dan sebagian besar dari perempuan tersebut memilih untuk mengakhiri kehamilan mereka, walaupun dalam kenyataanya aborsi secara umum adalah illegal. Seperti di negara-negara berkembang lainnya dimana terdapat stigma dan pembatasan yang ketat terhadap aborsi, perempuan Indonesia sering kali mencari bantuan untuk aborsi melalui tenaga-tenaga non- medis yang menggunakan cara-cara antara lain dengan meminum ramuan-ramuan yang berbahaya dan melakukan pemijatan penguguran kandungan yang membahayakan.

Upload: shinta-lisseva

Post on 30-Dec-2015

36 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ABORTUS

TRANSCRIPT

Page 1: Aborsi Di Indonesia

In BriefAborsi di Indonesia

Walaupun bukti-bukti yang dapatdipercaya tidak tersedia, para penelitimemperkirakan bahwa setiap tahunnyasekitar dua juta aborsi yang diinduksiterjadi di Indonesia1 dan di Asia Tenggarakematian yang disebabkan karena aborsiyang tidak aman adalah sebesar 14-16%dari semua kematian maternal.2 Upayapencegahan terjadinya aborsi yang tidakaman adalah sangat penting bilaIndonesia ingin mencapai tujuan ke limadari Millennium Development Goal untukmemperbaiki kondisi kesehatan ibu danmenurunkan kematian maternal.

Di Indonesia saat ini hukum tentangaborsi didasarkan pada hukum kesehatantahun 1992.3 Walaupun bahasa yangdigunakan untuk aborsi adalah samar-samar, secara umum hukum tersebutmengizinkan aborsi bila perempuan yangakan melakukan aborsi mempunyai suratdokter yang mengatakan bahwa kehamilan-nya membahayakan kehidupannya,surat dari suami atau anggota keluargayang mengijinkan penguguran kandung-annya, test laboratorium yang menyata-kan perempuan tersebut positif dan

pernyataan yang menjamin bahwasetelah melakukan aborsi perempuantersebut akan menggunakan kontrasepsi.

Laporan ini menerangkan tentang apayang sudah diketahui sampai saat initentang aborsi di Indonesia. Hasil-hasilpenelitian yang tertera dalam laporan initerutama adalah berdasarkan hasil daripenelitian-penelitian yang pernahdilakukan dimana penelitian-penelitiantersebut mempunyai karakteristik sebagaiberikut: dilakukan dalam skala kecil,dilakukan di daerah perkotaan danpenelitian-penelitian yang berbasis padaklinik bersadarkan pengalaman-pengala-man perempuan yang melakukan aborsi.Walaupun ada juga hasil penelitian yangdilakukan di daerah pedesaan, dan aborsiyang dilakukan bukan di klinik, tetapipenelitian-penelitian tersebut tidakrepresentatif secara nasional. Walaupunpenelitian-penelitian ini tidak memberikandeskripsi yang lengkap tentang siapayang melakukan aborsi di Indonesia danbagaimana pengalaman-pengalamanmereka, bukti-bukti dari penelitian tersebutmenggambarkan bahwa aborsi di Indonesia

banyak terjadi dan dalam hal ini jenis aborsiyang dilakukan adalah aborsi yang tidak aman.

Aborsi umum dilakukan di Indonesia.Pada tahun 2000 di Indonesia diperki-rakan bahwa sekitar dua juta aborsiterjadi.1 Angka ini dihasilkan daripenelitian yang dilakukan berdasarkansampel yang diambil dari fasilitas-fasilitas kesehatan di 6 wilayah, dan jugatermasuk jumlah aborsi spontan yangtidak diketahui jumlahnya walaupundalam hal ini diperkirakan jumlahnyakecil. Walaupun demikian, estimasi aborsidari penelitian tersebut adalah estimasiyang paling komprehensif yang terdapatdi Indonesia sampai saat ini. Estimasiaborsi berdasarkan penelitian ini adalahangka tahunan aborsi sebesar 37 aborsiuntuk setiap 1,000 perempuan usiareproduksi (15-49 tahun). Perkiraan inicukup tinggi bila dibandingkan dengannegara-negara lain di Asia: dalam skalaregional sekitar 29 aborsi terjadi untuksetiap 1,000 perempuan usia reproduksi.4

Sementara tingkat aborsi yang diinduksitidak begitu jelas, namun terdapat buktibahwa dari 4.5 juta kelahiran yang terjadisetiap tahunnya di Indonesia pada waktusekitar waktu penelitian tersebutdilakukan, 760,000 (17%) dari kelahiranyang terjadi adalah kelahiran yang tidakdiinginkan atau tidak direncanakan.5,6

Paien-pasien yang melakukan aborsiumumnya adalah perempuan yangsudah menikah dengan unmet needuntuk kontrasepsi.Walaupun perempuan dari segala segikehidupan di Indonesia kemungkinanbesar telah menggunakan pelayananaborsi, informasi tentang karakteristikperempuan-perempuan yang melakukanaborsi umumnya didapat dari penelitian-penelitian yang dilakukan di klinik-klinik

Dalam KesimpulanSeri 2008, No. 2

Setiap tahunnya di Indonesia, berjuta-juta perempuan meng-alami kehamilan yang tidak direncanakan, dan sebagianbesar dari perempuan tersebut memilih untuk mengakhirikehamilan mereka, walaupun dalam kenyataanya aborsisecara umum adalah illegal. Seperti di negara-negaraberkembang lainnya dimana terdapat stigma dan pembatasanyang ketat terhadap aborsi, perempuan Indonesia sering kalimencari bantuan untuk aborsi melalui tenaga-tenaga non-medis yang menggunakan cara-cara antara lain denganmeminum ramuan-ramuan yang berbahaya dan melakukanpemijatan penguguran kandungan yang membahayakan.

Page 2: Aborsi Di Indonesia

dan rumah sakit. Oleh karenaitu perempuan yang melakukanaborsi di luar fasilitas tersebuttermasuk mereka yangmelakukan upaya aborsi sendiritidak terwakili dalam penelitian-penelitian tersebut.

Dari penelitian-penelitian yangtelah dilakukan terbukti bahwasebagian besar perempuan yangmelakukan aborsi atau induksihaid di klinik atau rumah sakitmemiliki profil khusus: merekacenderung sudah menikah danberpendidikan.1,7,8 Sebagaicontoh, dalam sebuah peneli-tian yang dilakukan di tahun2000, menunjukkan bahwa dua-pertiga dari klien yangmelakukan aborsi sudah menikah,dan hampir dua-pertiga sudahpernah duduk di bangku SekolahMenengah atas (Gambar 1,halaman 2).1 Padahal bertentang-an dengan kenyataan tersebut,di Indonesia hanya terdapat 38%dari perempuan pernah kawinyang pernah duduk di bangkuSekolah Menengah.6 Dalampenelitian terbaru ditemukanbahwa, 54% klien aborsi adalahlulusan Sekolah Menengah

dan 21% dari mereka adalahlulusan akademi atau universi-tas, dan 87% dari klien aborsiyang tinggal di daerahperkotaan sudah menikah.7Selanjutnya ditemukan bahwahampir setiap klien yangmelakukan aborsi berusia lebihdari 20 tahun (58% berusialebih tua dari 30 tahun), danhampir separuh dari perem-puan-perempuan tersebut sudahmemiliki paling sedikit dua anak.

Temuan-temuan dari penelitianyang sudah dilakukanmengindikasikan bahwasebagian perempuan yangmelakukan aborsi sudahmelakukan upaya aktifsebelumnya untuk mencegahkehamilannya pada waktukonsepsi. Dalam salah satupenelitian disebutkan bahwa,sekitar 19% dari klien-klien diperkotaan dan 7% dari klien-klien di pedesaan yangmelakukan aborsi melaporkanbahwa mereka sudah menggu-nakan alat kontrasepsi sebelummereka hamil.1 Dalam peneliti-an lain, ditemukan proporsiyang lebih tinggi-sekitar

sepertiga dari klien melaporkanmengalami kegagalan kon-trasepsi.7 Walaupun demikian,hampir seluruh klien yangmelakukan aborsi mengalamiunmet need dari kontrasepsi,karena mereka tidak inginsegera mempunyai anak lagiatau mereka tidak menginginkantambahan anak sama sekalisedangkan mereka tidak memakaialat kontrasepsi apapun.

Salah satu alasan yang seringdiungkapkan oleh perempuanyang mengupayakan aborsiadalah bahwa mereka sudahmencapai jumlah anak yangdiinginkan.1 Selain itu, banyakdari perempuan yang belummenikah melakukan aborsikarena mereka ingin meneruskanpendidikanya sebelum merekamenikah. Dalam salah satupenelitian ditemukan bahwa,hanya 4% dari klien yangmelakukan aborsi mengakhirikehamilannya karena alasan untukmenjaga kesehatan fisik mereka.7

Banyak aborsi yangdilakukan di Indonesiaadalah tidak aman.Tidak seperti aborsi yangaman, aborsi yang tidak amandapat membahayakan kese-

hatan dan nyawa perempuanyang melakukannya, danderajat keamanannya tergan-tung dari prosedur dan metodeyang digunakan oleh pemberilayanan kesehatan.9,10Pemilihan perempuan untukjenis pelayanan aborsi yangakan digunakannya bervariasitergantung dari tempat tinggalperempuan tersebut. Parapeneliti mengestimasikanbahwa rumah sakit dan stafyang memberikan pelayananalat kontrasepsi, dokter spesialiskebidanan dan kandungan danbidan melakukan sekitar 85%dari aborsi yang dilakukan ditempat pelayanan kesehatan didaerah perkotaan, dan dukunbersalin melakukan sekitar 15%dari aborsi.1 Dilain pihak, didaerah pedesaaan, dukunbersalin diestimasikanmelakukan lebih dari empatperlima aborsi yang terjadi.Secara keseluruhan, hampirsetengah dari semua perem-puan yang mencari pelayananaborsi di Indonesia lari padadukun bersalin, dukun tradi-sional atau ahli pijat yangmenggunakan cara pemijatanuntuk menggugurkan kandun-gan. (Perempuan-perempuanyang mengupayakan untuk

Aborsi di Indonesia 2 Guttmacher Institute

Aspirasi vakum atau D&K

Medikasi oral dan pijatan

Medikasi aborsi yang disuntikan

Benda asing dimasukkan dalam vagina/rahimJamu-jamuan/ramuan lain dimasukkan dalam vagina/rahim

Akupunktur

Paranormal

Di Indonesia metode aspirasi vakum dipakai kurang dari setengahaborsi yang dilakukan.

Metode-metode aborsi

13%

38%

25%

5%

4%8%

8%

Keterangan: D&K=dilatasi dan kuret. Persentasi total tidak sama dengan 100 persenkarena pembulatan. Sumber: Daftar Pustaka 1.

Gambar 2

Aborsi yang dilakukan di tempat-tempatpelayanan, 2000

Hampir semua klien yang melakukan aborsi sudah menikah danberpendidikan, tetapi beberapa melakukan aborsi karena kegagalanalat kontrasepsi.

Siapa yang melakukan aborsi?%perempuan-perempuanyangmelakukanaborsi

ditempat-tempatpelayanankesehatan,2000

19

20–29

30–39

40

Menikah

Belum Menikah

Cerai

SD

SMP

SMA

Tidak pernahpakaiPernah pakai

Current user

75

PemakaianKontrasepsi

Pendidikan*Status PerkawinanUmur

46

8

66

37

33

43

50

33

14

22

1021 18

Aka/Uni

0

20

40

60

80

100

Keterangan: * SD=Sekolah Dasar; SMP=Sekolah Menengah Tingkat Pertama;SMA=Sekolah Menengah Tingkat Atas; Aka/Uni=Akademi/Universitas. Persentasitotal tidak sama dengan 100 persen karena pembulatan. Sumber: Daftar Pustaka 1.

Gambar 1

Page 3: Aborsi Di Indonesia

melakukan aborsi sendiri tidaktermasuk dalam perkiraan ini).

Sementara jumlah dari upayapenguguran kandungan yangdilakukan sendiri tidak dike-tahui, salah satu penelitianmenemukan bahwa hampirsemua dari perempuan yangmencari upaya aborsi padatempat pelayanan kesehatan,pertama melakukan upayaaborsi sendiri. Dalam penelitiantentang klien yang mencariupaya induksi haid di salahsatu klinik di daerah perkotaanditemukan bahwa, langkahpertama yang diambil oleh paraperempuan tersebut adalahuntuk memakai obat-obatanyang dapat dibeli tanpa resepatau minum jamu-jamuan untukmelancarkan menstruasi.11Setelah itu banyak yangkemudian melakukan testkehamilan. Bila kehamilannyadinyatakan positif, upaya yangpaling banyak dilakukan olehperempuan-perempuan tersebutdalam usaha pengugurankandungannya adalah denganminum lebih banyak jamu-jamuan atau dengan upayapemijatan untuk aborsi yangdilakukan oleh dukun tradi-sional. Bila upaya aborsitersebut belum juga berhasil,perempuan tersebut barukemudian mengugurkankandungannya di klinik.

Dalam penelitian tentangperempuan yang melakukanaborsi di klinik, hanya 38%melaporkan bahwa proseduryang digunakan adalah aspirasivakum, yang merupakanprosedur yang aman danmetode yang sudah terjaminuntuk aborsi pada kehamilandini, atau dilatasi dan kuret,metode yang effektif tetapitidak seaman metode aspirasivakum (Gambar 2).1 Sebanyak25% dari klien menggunakanpengobatan oral dan dipijatagar terjadi penguguran; 13%menerima suntikan untuk

penguguran kandungan; 13%memasukan benda asing kedalam vagina atau rahim dan4% melakukan aborsi dengancara akupunktur.

Aborsi yang tidak amandapat menyebabkankomplikasi-komplikasiyang tak terduga dankematian.Di Indonesia estimasi terbaruuntuk kematian yang berkaitandengan aborsi tidak tersedia.Badan Kesehatan Dunia (WHO)mengestimasikan bahwa aborsiyang tidak aman bertanggungjawab terhadap 14% darikematian ibu di Asia Tenggara,tetapi untuk negara-negara diAsia Tenggara dengan hukumaborsi yang sangat ketat, makaangka kematian ibu karenaaborsi meningkat menjadi 16%(termasuk Indonesia).2

Diduga bahwa terjadinyakomplikasi-komplikasi dariaborsi yang tidak aman adalahjauh lebih tinggi dari kemung-kinan terjadinya kematian.Dalam hal ini jumlah untukIndonesia juga tidak tersedia,tetapi untuk Asia Tenggaradiestimasikan bahwa tiga darisetiap 1,000 perempuan yangberusia 15-44 tahun dirawat dirumah sakit setiap tahunnyakarena komplikasi yangberhubungan dengan aborsi.12Bila dihitung maka haltersebut sama dengan 130perawatan di rumah sakituntuk setiap 1000 perempuanyang melakukan aborsi yangtidak aman. Angka komplikasiyang sebenarnya, yangtermasuk komplikasi yangterjadi pada perempuan yangmengalami komplikasi tetapitidak berobat ke rumah sakit,dipercaya lebih tinggi dariangka perawatan di rumahsakit terbebut. Komplikasiaborsi yang paling seringterjadi adalah pendarahan yangberat, infeksi dan keracunandari bahan yang digunakanuntuk penguguran kandungan;

banyak perempuan jugamengalami kerusakan padaalat kemaluannya, rahim, danperforasi rahim.9

Karena kebanyakan aborsi diIndonesia dilakukan olehtenaga yang tidak terlatih danbanyak juga (yang jumlahnyatidak diketahui) yang mengu-payakan penguguran kandungansendiri, angka dari komplikasimedis dan kematian maternaldari aborsi yang tidak amandapat diperkirakan cukuptinggi. Dan karena aborsi yangdilakukan oleh tenaga yangtidak terlatih cenderung lebihmurah biayanya bila dibanding-kan dengan biaya aborsi yangdilakukan di bawah kondisiyang lebih higenis oleh tenagakesehatan yang professional,perempuan yang berasal darigolongan ekonomi rendah—yang mungkin tidak mampuuntuk menggunakan tenagakesehatan yang terlatih—mempunyai kemungkinan yanglebih besar untuk mengalamipenderitaan yang cukup beratkarena terjadinya komplikasi-komplikasi yang disebabkanoleh aborsi (lihat box).

Aborsi yang tidak amandapat menjadi mahal.Biaya untuk aborsi yang tidakaman dapat dilihat dariberbagai sudut: biaya yangdigunakan untuk aborsi itusendiri; biaya yang lebih luas:termasuk hilangnya pendapat-an dan biaya yang digunakanuntuk pelayanan setelah aborsidilakukan; trauma fisik danpsikologis yang dialamiperempuan tersebut; biayasosial, termasuk stigma danpengucilan; dan biaya-biayayang mungkin terkait dengansistem perawatan kesehatandan masyarakat. Umumnyabiaya-biaya tersebut sangatsulit untuk dihitung; data yangtersedia umumnya hanyamengacu pada biaya keuanganyang langsung dikeluarkan olehperempuan tersebut dankeluarganya.

Penelitian yang dilakukan disebuah klinik pada tahun 2004mengukur biaya total yangdikeluarkan pasien-pasienuntuk penguguran kandungan-nya, dimana banyak diantaramereka yang sudah melakukanupaya untuk mengugurkankandungannya paling sedikit

Aborsi di Indonesia 3 Guttmacher Institute

Pengalaman-pengalaman dari aborsi yang tidak amanWawancara mendalam dengan 50 perempuan yang kurang beruntung tentangpengalaman mereka melakukan aborsi memberi pengertian tentang resikoyang harus diambil perempuan pada waktu menggugurkan kandungannya.1Salah satu dari perempuan yang diwawancara memberi gambaran sebagaiberikut: “Pertama, perut saya dipijat, dari pijatan dengan tekanan yang tidakterlalu kuat sampai pijatan yang sangat keras dan sakit sekali. Kemudiankedua kaki saya ditekuk dan dukun tersebut memasukan jari-jarinya kedalamvagina saya dan mengkorek seluruh bagian dalam vagina. Pada saat dukuntersebut mengeluarkan tangannya dari vagina saya, saya merasakan ada sesu-atu yang keluar dari vagina saya, dan saya merasa lemas sekali. Sejam kemu-dian, saya diminta untuk minum ramuan dan dipijat lagi. Saya berteriakkarena saya tidak tahan merasakan rasa sakit yang mendalam…Setelah 10menit, ibu dukun berhenti memijat dan lagi-lagi saya merasakan ada sesuatuyang keluar dari vagina saya.

Perempuan lain mengkisahkan tentang pengalaman sahabatnya: “Setelahmeminum ramuan dari ibu dukun, dia merasa pusing yang sangat. Karena rasasakit yang tak terkirakan sahabat saya harus memukulkan kepalanya ketembok berkali-kali. Kemudian keadaannya memburuk; sahabat saya langsungpanas, suhu tubuhnya menjadi sangat tinggi, dan setelah perutnya dipijat,pendarahan mulai terjadi dan pendarahannya tidak berhenti-henti...dia kesakit-an dan menjadi semakin lemas…kemudian sahabat saya meninggal dunia.”

Page 4: Aborsi Di Indonesia

Aborsi di Indonesia 4 Guttmacher Institute

dua kali sebelum mereka datangke klinik tersebut.11 Denganmemasukkan biaya transportasiyang digunakan dan biaya yangdikeluarkan untuk setiap kaliperempuan tersebut mengu-payakan penguguran kandung-an, maka dapat diperhitungkanbahwa biaya yang dikeluarkanoleh perempuan tersebut untukmengugurkan kandungannyaadalah sekitar Rp. 530,000-Rp.3.6 juta. Bila dihitung, rata-rata biaya yang dikeluarkanuntuk penguguran kandunganadalah sebesar Rp. 1,2 juta,biaya untuk pengugurankandungan tersebut cukup besarterutama bila dibandingkandengan rata-rata pendapatanmereka yang hanya sebesarRp. 2 juta per bulan.

Dari hasil penelitian lain yangdilakukan pada tahun 2000,aborsi yang dilakukan olehtenaga yang terlatih dapatbertarif beberapa kali lipat biladibandingkan dengan biayayang dikenakan oleh dukunbersalin. Biaya yang dikenakanoleh dukun tradisional untukmengugurkan kandungan adalahsekitar Rp. 7,000-Rp. 350,000,sementara bidan mengenakanbiaya antara Rp. 35,000-Rp.526,000, dokter di rumah sakit

mengenakan biaya RP.420,000-Rp. 876,000 dandokter yang berpraktek di klinikswasta mengenakan biayasekitar Rp. 700,000-Rp. 1,8 juta.1

Di Indonesia banyak yangmembutuhkan alat kon-trasepsi yang efektif.Sementara pemakaian alatkontrasepsi di Indonesiaselama dua dekade terakhir inimeningkat, dalam hal ini telahterjadi perubahan yang relatifsangat kecil sejak pertengahantahun 1990 an (Gambar 3).6,13Banyak perempuan yang sudahmenikah (61%) memakaikontrasepsi, tetapi hampir 1dalam setiap 10 perempuantidak memakai kontrasepsiapapun walaupun merekamasih dalam keadaan suburdan tidak ingin menambahanak saat ini atau sama sekalitidak ingin mempunyai anaklagi. Tingkat unmet need untukkontrasepsi diantara perempuanyang sudah menikah masih tetapkonstan dalam waktu lebih darisatu dekade. Bukti-bukti darinegara-negara berkembanglainnya mengindikasikan bahwasebagian besar dari kehamilanyang tidak direncanakaanterjadi dikalangan perempuandengan unmet need,14 dan

penelitian-penelitian tersebutdilakukan bersama denganpenelitian di Indonesia.1 Adalahsuatu perbedaan yang kontrasdengan penelitian-penelitianyang telah dilakukan tentangkontrasepsi dikalangan perem-puan yang sudah menikah,penelitian tentang aktivitasseksual dan penggunaankontrasepsi dikalangan perem-puan yang belum menikahbelum pernah dilakukan diIndoensia baik di tingkatregional ataupun national.

Bila dibandingkan dengannegara-negara berkembanglainnya, perempuan Indonesiadengan unmet need untukkontrasepsi secara relatifjarang menolak untuk menggu-nakan kontrasepsi ataudilarang menggunakan kon-trasepsi oleh suaminya, tetapimereka lebih sering didapatkanmerasa khawatir terhadapresiko kesehatan atau efeksampingan yang dapat ditim-bulkan dari penggunaankontrasepsi.15 Mengingatprevalensi dari kekhawatiran-kekhawatiran tersebut, banyakperempuan akan menikmatikeuntungan dari tersedianyapelayanan kontrasepsi yangmenawarkan berbagai jenis alatkontrasepsi, tersedianyapendidikan mengenai penggu-naan alat kontrasepsi danberbagai pilihan alat kon-trasepsi yang ada, dan jugatermasuk tersedianya konselingyang mendalam untuk mem-bantu perempuan untukmengidentifikasikan alatkontrasepsi yang sesuai.

Agama banyak mempeng-aruhi pandangan-pandang-an tentang aborsi diIndonesia.Di Indonesia, agama membantumempengaruhi terbentuknyapendapat publik untuk isuseperti aborsi. Penelitianterhadap 105 tokoh agamaIslam, Katholik dan agama-

agama Kristen lainnya diYogyakarta mencerahkanpandangan tentang aborsi darikelompok-kelompok agama diIndonesia. Walaupun tidakrepresentatif secara nasional,penelitian tersebutmengindikasikan keberadaanberbagai pandangan tentangaborsi, dimana sebagian daripandangan-pandangan paratokoh agama yang diwawancaraitidak sekonservatif kebijakannasional tentang hal ini.

Sebagian dari totoh-tokohagama (82%) setuju bila aborsidilakukan karena membahayakannyawa perempuan.16 banyakyang berpendapat bahwanyawa sang ibu lebih pentingdibanding nyawa fetus yangdikandungnya, karena sang ibudiperlukan untuk merawatanak-anak yang lain dan jugakeluarganya.

Tokoh-tokoh agama Islam,walau pada umumnya konser-vatif, cenderung mempunyaipandangan yang lebih toleranterhadap aborsi dibandingkandengan tokoh-tokoh agamadari agama Kristen.16Contohnya, bila banyak tokohagama yang tidak setujudengan aborsi karena alasanakan mengganggu sekolah ataudapat mempengaruhi keadaankesehatan kejiwaan sang ibu,lebih banyak proporsi tokohagama Islam dibanding Kristenyang menyetujui tentang halini. Tidak ada tokoh agamaKristen yang setuju denganpenguguran kandungan karenaalasan kegagalan kontrasepsi,tetapi beberapa tokoh agamaIslam menyetujui hal ini.Diantara tokoh agama Islam,pandangan mereka tentangaborsi berbeda tergantungaliran yang diikutinya: aliranImam Hanafi menyetujuidilakukannya aborsi sampai120 hari setelah konsepsi,sementara aliran Syafi’i percayabahwa aborsi hanya dapat

Walaupun pemakaian kontrasepsi di Indonesia meningkat, terdapat satuuntuk setiap 10 perempuan mempunyai unmet need untuk kontrasepsi

Kebutuhan untuk Kontrasepsi%perempuanmenikahyangberusia15-49

21 18

0

20

40

60

80

100

Tidak KontrasepsiPrevalensememerlukan

Unmet need

20072003199719941991

38 35 33 31 30

50 55 57 60 61

13 10 9 9 9

Keterangan: Persentase total tidak sama dengan 100 persen karena pembulatan.Sumber: Survei Demographi dan Kesehatan Indonesia.

Gambar 3

Page 5: Aborsi Di Indonesia

Perhitungan biaya yangdigunakan untuk aborsi yangtidak aman—dalam hal initermasuk biaya keuangan yangdikeluarkan dan juga biayasosial—untuk perempuan yangbersangkutan, keluarga, sistempelayanan kesehatan danpemerintah adalah juga sangatpenting untuk diteliti agardampak dari aborsi yang tidakaman yang terjadi di masyakatdapat dimengerti.

Lebih lanjut, para pengambilkebijakan di Indonesiamungkin dapat mendapatkanmanfaat dengan membanding-kan keadaan di Indonesiadengan negara-negara Islamlainnya dalam hal insidenaborsi, angka dari komplikasidan kematian maternal yangdisebabkan karena aborsi, dankebijakan serta program yangtelah diimplementasikan dinegara-negara tersebut untukmengurangi terjadinya aborsiyang tidak aman.

Para pengambil kebijakanharus mengambil langkahuntuk mengakhiri aborsiyang tidak aman.Walaupun dengan berkembang-nya penelitian tentangaborsi, aborsi yang tidak amanakan terus menjadi hal yangmengancam kesehatan perem-puan Indonesia dan kesejahteraan-nya, dan akan terus menambahmisteri bertambahnya angkakematian maternal danperawatan di rumah sakitkarena aborsi yang tidak amantersebut, terkecuali bilalangkah-langkah yang sesuaisegera diambil untuk mengatasimasalah ini. Saran-saran berikutbertujuan untuk membantupemerintah Indonesia untukmenghindari terjadinya aborsiyang tidak aman dan memenuhitujuan Millenium DevelopmentGoal untuk dapat menurunkanratio kematian maternal sampaitiga perempat antara tahun1990 dan 2015.

• Menghindari terjadinyakehamilan yang tidakdiinginkan adalah langkahpertama yang perlu diambiluntuk dapat menurunkan angkaaborsi yang tidak aman.Pemerintah seharusnya mengi-dentifikasi langkah-langkahyang perlu diambil untukmenghentikan terjadinyapenurunan pemakaian keluargaberencana, menurunkan unmetneed alat kontrasepsi danmempromosikan investasidalam pelayanan keluargaberencana pada tingkatkabupaten. Usaha-usaha iniharus dapat menjamin agarperempuan dapat memperolehinformasi yang akurat tentangberbagai jenis alat kontrasepsidan juga termasuk efeksampingan yang mungkinditimbulkan dari alat kon-trasepsi tersebut.

• Tersedianya informasi danpendidikan kesehatan repro-duksi dan seksualitas untukpara kaula muda dapatmembantu memberi pengertianpada mereka tentang resikoyang berkaitan denganhubungan seksual yang tidakaman, dan tersedianya penge-tahuan tentang cara-cara untukmencegah terjadinya kehamilanyang tidak diinginkan dapatmengurangi terjadinya aborsi.Diberikannya pendidikanseksual adalah sesuatu yangsangat kontraversial, tetapiperlu dicacat bahwa sudah adaprogram-program pendidikanyang dilakukan melalui bidandi daerah pedesaan dan jugamelalui sekolah dan organisasiIslam.

• Perempuan yang memerlukanaborsi karena kehamilannyamembahayakan jiwanya dan halini sejalan dengan hukum yangberlaku di Indonesia seharus-nya dapat mendapatkanprosedur aborsi yang aman.Badan Kesehatan Duniamerekomendasikan tersedianya

aborsi yang aman yangterjamin ketersediannya dandiperbolehkan oleh hukumyang berlaku, dalam hal initermasuk untuk melakukantraining bagi pemberi layanantentang praktek aborsi yangaman dan aborsi yang dilakukandalam keadaan steril,menjamin tersedianya alat-alatdan bahan-bahan yangdibutuhkan, dan mempro-mosikan digunakannya metode-metode yang aman untukaborsi pada trimester pertama,termasuk aborsi yang dilakukansecara medis dan denganaspirasi vakum manual.17

• Ada baiknya untuk memper-timbangkan dirumuskannyakebijakan yang dapat menurun-kan insiden aborsi yang tidakaman. Hal ini termasukdipertimbangkannya kondisidimana perempuan dapatmendapatkan aborsi yang amandan langkah-langkah yangdiperlukan untuk dapatmendapatkan persetujuanuntuk melakukan aborsi yangaman tersebut.

• Perawatan pasca aborsiseharusnya dapat denganmudah tersedia sehinggaperempuan yang mengalamikomplikasi karena aborsi yangtidak aman dapat mendapatkanperawatan yang tepat. Jenisperawatan tersebut seharusnyakomprehensif dan termasukkonseling untuk pemakaian alatkontrasepsi, pelayanankontrasepsi dan ketersediaanalat kontrasepsi. Untukmenjamin agar setiap tempatpelayanan kesehatan yangmelayani perawatan pascaaborsi memakai teknik yangaman, maka disarankan agarkurikulum untuk sekolahkedokteran memasukkantraining cara pemakainanaspirasi vakum manual, danagar semua fasilitas mempun-yai akses untuk mendapatkankelangsungan bantuan teknis

Aborsi di Indonesia 5 Guttmacher Institute

dilakukan dalam kurun waktu40 hari setelah masa konsepsi.

Lebih banyak informasidibutuhkan.Sudahlah jelas bahwa banyakperempuan Indonesia meng-alami kehamilan yang tidakdiinginkan dan banyak dariperempuan-perempuan tersebutmencoba untuk menghindariterjadinya kehamilan yang tidakdiinginkan dengan caramelakukan aborsi. Namun,berapa insiden tepatnya yangterjadi dan dampak keparahandari konsekuensi yang ditim-bulkan karena aborsi yang tidakaman tidak diketahui. Prioritaspenelitian yang paling utamauntuk dilakukan di Indonesiamenurut para pengambilkebijakan, para pemberilayanan kesehatan dan insti-tusi-institusi lainnya adalahuntuk dapat mendapatkan datanasional yang terbaru tentanginsiden dari aborsi dan kesakit-an dan kematian maternal yangdisebabkan karena aborsi yangtidak aman. Estimasi subna-tional dari keadaan ini jugasangat penting, sejalan dengandesentralisasi dari fungsi-fungsipemerintahan.

Selain itu, penelitian mendalamtentang pengalaman-pengala-man perempuan—hambatan-hamabatan yang dialaminyasehingga perempuan mengalamiketerbatasan untuk memakaikontrasepsi secara efektif,proses pengambilan keputusanbila dihadapkan pada kehamil-an yang tidak diinginkan, sikapperempuan terhadap aborsi danlangkah-langkah yang merekaambil bila akan melakukanaborsi—akan membantu parapemimpin mengerti sehinggapara pemimpin dapat mengam-bil langkah untuk mengatasimasalah yang dihadapi perem-puan dalam usaha-usahanyauntuk membatasi kelahiran.

Page 6: Aborsi Di Indonesia

dan penambahan alat yangdibutuhkan untuk dapatmelakukan teknik ini.18

DAFTAR PUSTAKA1. Utomo B dkk., Insiden dan AspekSosial-Psikologis dari Aborsi diIndonesia: Survei Komunitas di 10Kota dan 6 Kabupaten, Tahun 2000(Insidence and Social-PsychologicalAspects of Abortion in Indonesia: ACommunity-Base Survey in 10 MajorCities and 6 Districts, Year 2000),Jakarta Indonesia: Pusat PenelitianKesehataan, Universitas Indonesia,2001.

2. Badan Kesehatan Dunia (WHO),Aborsi Tidak Aman: Estimasi Globaldan Regional dari Insiden AborsiTidak Aman dan Kematian yangBerkaitan pada tahun 2003. (UnsafeAbortion: Global and RegionalEstimates of the Incidence of UnsafeAbortion and Associated Mortality in2003), edisi kelima, Geneva:WHO,2007.

3. Hukum Kesehatan 23/1992.(1992).

4. Sedgh G dkk., Aborsi induksi:estimasi rates dan kecendurungan-nya untuk seluruh dunia (Inducedabortion: estimated rates and trendsworld wide), Lancet, 2007,370(9595):1338-1345.

5. United Nations Department ofEconomic and Social Affairs,Population Division, ProspekKependudukan Dunia: Revisi 2006(World Population Prospects: the2006 Revision), New York: UnitedNations, 2007.

6. Badan Pusat Statistik (BPS) danORC Macro, Survei Demographi danKesehatan Indonesia 2002-2003(Indonesia Demographic and HealthSurvey 2002-2003), Calverton,MD.USA: BPS dan ORC Macro, 2003.

7. Widyantoro N and Herna Lestari,Laporan Penelitian PenghentianKehamilan tak Diinginkan yangAman Berbasis Konseling: Penelitiandi 9 Kota Besar, JakartaIndonesia:Yayasan KesehatanPerempuan, 2004.

8. Perkumpulan Keluarga BerencanaIndonesia (PKBI). Studi RetrospektifInduksi Haid di 9 Kota di Indonesia:2000-2003 (Retrospective Study onMenstrual Regulation in 9 Cities inIndonesia: 2000-2003), Jakarta,Indonesia: PKBI, 2005.

9. Grimes DA dkk., Aborsi yangtidak aman: pandemik yang dapatdihindari (Unsafe abortion: thepreventable pandemic), Lancet,2006, 368(9550):1908-1919.

10. Badan Kesehatan Dunia (WHO),Aborsi yang Tidak Aman: EstimasiGlobal dan Regional Insiden dariAborsi yang Tidak Aman danKematian yang Berhubungan padaTahun 2000 (Unsafe Abortion:Global and Regional Estimates ofIncidence of Unsafe Abortion andAssociated Mortality in 2000), edisikeempat, Geneva: WHO, 2004.

11. Sucahya PK, Biaya pelayananpenghentian kehamilan menurutperspektif klien dan institusipenyedia pelayanan penghentiankehamilan, dalam: Yayasan MitraInti, Temuan Terkini UpayaPenatalaksaan Kehamilan takDirencanakan: Hasil dari SeminarSehari, Jakarta, Indonesia: YayasanMitra Inti, 2005, pp.65-84.

12. Singh S, Perawatan di rumahsakit karena aborsi yang tidakaman: estimasi dari 13 negaraberkembang (Hospital admissionsresulting from unsafe abortion:estimate from 13 developingcountries), Lancet, 2006,368(9550):1887-1892.

13. BPS dan ORC Macro, LaporanAwal Survei Demographi danKesehatan Indonesia 2007(Indonesian Demographic andHealth Survey 2007 PreliminaryReport), Jakarta, Indonesia: BPSand ORC Macro, 2008.

14. Singh S dkk., Hal-hal yangMenguntungkan: Keuntungan dariInvestasi Pelayanan Sesksual danKesehatan Reproduksi (Adding it Up:The Benefits of Investing in Sexualand Reproductive Health Care),New York: The Alan GuttmacherInstitute, 2003.

15. Sedgh G dkk., Perempuandengan unmet need untukkontrasepsi di negara-negaraberkembang dan alasan-alasanmereka untuk tidak menggunakanalat kontrasepsi (Women with anunmet need for contraception indeveloping countries and theirreasons for not using a method),Occasional Report, New York:Guttmacher Institute, 2007, No. 37.

16. Andari B dkk., Aborsi dalamPerspektif Lintas Agama, Yogyakarta,Indonesia: Kerjasama FordFoundation dengan Pusat StudiKependudukan dan Kebijakan,Universitas Gadjah Mada, 2005.

17. Badan Kesehatan Dunia (WHO),Aborsi yang aman: Tutunan Teknisdan Kebijakan untuk SistemKesehatan (Safe Abortion: Technicaland Policy Guidance for HealthSystems), Geneva: WHO, 2003.

18. Departmen KesehatanMasyarakat, Universitas Indonesia,Laporan Hasil Penelitian: AssessmenPerawatan Pasca Aborsi (StudyReport: Post Abortion CareAssessment), Jakarta, Indonesia:Universitas Indonesia, 2008.

PUSTAKA BOX1. Thanenthiran S dan Khan A, eds.,Hak dan Kenyataan: MemonitorLaporan-laporan tentang StatusSeksualitas dan KesehatanReproduksi Perempuan dan Hak-hakyang Dimiliki Perempuan (Rightsand Realities: Monitoring Reports onthe Status of Indonesian Women’sSexual and Reproductive Health andRights), Kuala Lumpur, Malaysia:Asian-Pacific Resource & ResearchCentre for Women, 2008.

PENGHARGAANLaporan ini disusun oleh GildaSedgh dan Haley Ball. Iwu Utomomenterjemahkan tulisan ini kedalamBahasa Indonesia. Para penulisingin mengucapkan terima kasihpada Akin Bankole, Leila Darabi danSusheela Singh, dan semua rekan-rekan di Guttmacher Institute untukkomentar-komnetar dan saran-saran yang diberikan. Mereka jugaingin mengucapkan terima kasihkepada para pembahas yang telahmemberikan masukkan yang sangatberharga pada draft laporan ini: Dr.Djajadilaga, POGI; Laily Hanifah,Yayasan Mitra Inti; Pilar Jimenez,Ford Foundation, Indonesia; BudiUtomo, Pusat Penelitian Kesehatan,Universitas Indonesia; Iwu Utomo,Australian Demographic and SocialResearch Institute, AustralianNational University; dan NinukWidyantoro, Yayasan KesehatanPerempuan.”

Saran untuk kutipan: Sedgh G andBall H, Abortion in Indonesia, InBrief, (Aborsi di Indonesia, Laporanini) New York: Guttmacher Institute,2008, No. 2.

©Guttmacher Institute, 2008Meningkatan pengertian dunia dalam bidang seksual dan kesehatan reproduksimelalui penelitian, analisa kebijakan dan pendidikan masyarakat

www.guttmacher.org

New York125 Maiden LaneNew York, NY 10038Tel: 212.248.1111, Fax: [email protected]

Washington D.C.1301 Connecticut Avenue N.W., Suite 700Washington, DC 20036Tel: 202.296.4012, Fax: [email protected] 9/2008

Aborsi di Indonesia 6 Guttmacher Institute