ablasio retina

44
7/18/2019 Ablasio Retina http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 1/44 BAB I PENDAHULUAN Retina merupakan lapisan membran neurosensoris yang memiliki daya pengolahan visual yang diuraikan oleh otak. Persepsi warna, kontras, kedalaman, dan bentuk berlangsung di korteks. Pengolahan informasi di retina berlangsung dari lapisan fotoreseptor melalui akson sel ganglion menuju ke saraf optikus dan otak. Retina merupakan lapisan ketiga bola mata setelah sklera dan uvea yang terdiri dari iris, badan siliar, dan koroid. Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina. Antara retina dan koroid terdapat rongga yang bisa mengakibatkan retina terlepas dari koroid. Hal ini yang disebut sebagai ablasio retina. 1 Ablasio retina adalah kelainan pada mata yang disebabkan karena terpisahnya lapisan retina dari lapisan epitel pigmen retina akibat adanya cairan di dalam rongga subretina atau akibat adanya tarikan pada retina. Biasanya ablasio retina adalah kelainan yang berhubungan dengan meningkatnya usia dan miopia tinggi, dimana terjadi perubahan degeneratif pada retina dan vitreous. 1  Prevalensi kelainan pada retina di Indonesia mencapai angka 0.13% dan merupakan penyebab kebutaan ke empat setelah katarak, glaukoma dan kelainan refraksi. 2  Terdapat tiga jenis ablasio retina, yaitu ablasio retina regmatogenosa, ablasio retina traksi dan ablasio retina serosa atau eksudat. Bentuk tersering dari ketiga jenis ablasio retina adalah ablasio retina regmatogenosa. Terjadinya ablasio retina dipicu oleh faktor predisposisi seperti miopia tinggi, pasca retinitis, afakia, pseudoafakia, trauma, dan retina yang memperlihatkan degenerasi di perifer. Diagnosis ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi, dan pemeriksaan penunjang. Gejala yang sering muncul adalah penurunan visus, gangguan lapang pandang, dan pemeriksaan fundus okuli ditemukan adanya retina yang terlepas berwarna pucat dengan pembuluh darah retina yang berkelok- kelok disertai atau tanpa adanya robekan retina. Penatalaksanaan ablasio retina adalah  pembedahan dengan tujuan melekatkan kembali bagian retina yang lepas. Pembedahan dilakukan secepat mungkin dan sebaiknya 1-2 hari. Pembedahan yang dapat dilakukan adalah dengan Scleral buck ling, Retinopeksi pneumatik, dan vitrektomi. Komplikasi yang sering terjadi pada ablasio retina adalah penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan. Prognosis ablasio retina baik bila dilakukan penanganan dengan segera namun pada ablasio retina ini  prognosis juga ditentukan kondisi makula. 3-4 1

Upload: claranatasya

Post on 01-Mar-2016

178 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

referat ablasio retina

TRANSCRIPT

Page 1: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 1/44

BAB I

PENDAHULUAN

Retina merupakan lapisan membran neurosensoris yang memiliki daya pengolahan

visual yang diuraikan oleh otak. Persepsi warna, kontras, kedalaman, dan bentuk berlangsung

di korteks. Pengolahan informasi di retina berlangsung dari lapisan fotoreseptor melalui akson

sel ganglion menuju ke saraf optikus dan otak. Retina merupakan lapisan ketiga bola mata

setelah sklera dan uvea yang terdiri dari iris, badan siliar, dan koroid. Retina berbatas dengan

koroid dengan sel pigmen epitel retina. Antara retina dan koroid terdapat rongga yang bisa

mengakibatkan retina terlepas dari koroid. Hal ini yang disebut sebagai ablasio retina.1

Ablasio retina adalah kelainan pada mata yang disebabkan karena terpisahnya lapisan

retina dari lapisan epitel pigmen retina akibat adanya cairan di dalam rongga subretina atau

akibat adanya tarikan pada retina. Biasanya ablasio retina adalah kelainan yang berhubungan

dengan meningkatnya usia dan miopia tinggi, dimana terjadi perubahan degeneratif pada

retina dan vitreous.1 Prevalensi kelainan pada retina di Indonesia mencapai angka 0.13% dan

merupakan penyebab kebutaan ke empat setelah katarak, glaukoma dan kelainan refraksi.2

 Terdapat tiga jenis ablasio retina, yaitu ablasio retina regmatogenosa, ablasio retina

traksi dan ablasio retina serosa atau eksudat. Bentuk tersering dari ketiga jenis ablasio retina

adalah ablasio retina regmatogenosa. Terjadinya ablasio retina dipicu oleh faktor predisposisi

seperti miopia tinggi, pasca retinitis, afakia, pseudoafakia, trauma, dan retina yang

memperlihatkan degenerasi di perifer. Diagnosis ablasio retina ditegakkan berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan oftalmologi, dan pemeriksaan penunjang. Gejala yang sering muncul

adalah penurunan visus, gangguan lapang pandang, dan pemeriksaan fundus okuli ditemukan

adanya retina yang terlepas berwarna pucat dengan pembuluh darah retina yang berkelok-

kelok disertai atau tanpa adanya robekan retina. Penatalaksanaan ablasio retina adalah

 pembedahan dengan tujuan melekatkan kembali bagian retina yang lepas. Pembedahandilakukan secepat mungkin dan sebaiknya 1-2 hari. Pembedahan yang dapat dilakukan adalah

dengan Scleral buck ling, Retinopeksi pneumatik, dan vitrektomi. Komplikasi yang sering

terjadi pada ablasio retina adalah penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan. Prognosis

ablasio retina baik bila dilakukan penanganan dengan segera namun pada ablasio retina ini

 prognosis juga ditentukan kondisi makula.3-4

1

Page 2: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 2/44

BAB II

ANATOMI

Gambar 1. Struktur mata

2.1 Kelopak mata

Kelopak mata berfungsi untuk melindungi mata terhadap trauma, sinar dan

 pengeringan bola mata serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata

di depan kornea. Kelompak mata terdiri lempengan tarsal yang terdiri dari jaringan fibrus

yang sangat padat, serta dilapisi kulit dan dibatasi konjungtiva. Kelopak mata ditutup oleh

otot-otot melingkar yaitu muskulus orbikularis okuli yang berfungsi untuk menutup kelopak

dan muskulus levator palpebra yang berfungsi untuk membuka kelopak.1

2.2 Sistem Lakrimal

Sistem lakrimal terdiri dari 2 bagian :1

 !Sistem produksi atau glandula lakrimal yang terdapat di temporo antero superiorrongga orbita.

 ! Sistem ekskresi yang terdiri dari pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus

lakrimal, duktus lakrimal. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam

rongga hidung di dalam meatus inferior.

Air mata dari kantus medius masuk melalui pungtum lakrimal ke sakus lakrimal. Saat

masuk ke dalam sakus lakrimal kanalikuli sedikit melebar membentuk sinus Maier. Pada

2

Page 3: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 3/44

 pintu masuk kanalikuli ke dalam sakus terdapat katup Rosenmuller yang mencegah

 berbaliknya cairan dari sakus ke kanalikuli. Sakus lakrimal terletak pada fosa lakrimal,

dinding belakang os lakrimal yang tipis.5

Air mata mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, dimana keduanya tidak

memiliki pembuluh darah karena pembuluh darah dapat mengganggu lewatnya cahaya ke

fotoreseptor. 3 lapisan air mata yaitu lemak untuk mencegah penguapan, air (mengandung

garam, glukosa, urea, protein, dan lisozim), dan musin untuk mengatur permukaan mata tidak

kering. Air mata dibentuk dengan kecepatan 5ml/hari oleh jaringan kapiler di dalam korpus

siliaris, turunan khusus lapisan koroid di sebelah anterior. Kelebihan air mata dapat

mendorong lensa ke belakang ke dalam vitreous humor, yang kemudian dapat menekan

lapisan saraf dalam retina sehingga menyebabkan kerusakan retina dan saraf optikus yang

dapat menimbulkan kebutaan.

1

2.3 Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang.

Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat

membasahi bola mata terutama kornea. Terdiri dari 3 bagian yaitu konjungtiva tarsal yang

menutupi tarsus, konjungtiva bulbi yang menutupi sklera, dan konjungtiva fornises atau

forniks yang merupakan peralihan konjungtiva tarsal dan bulbi.1

2.4 Bola Mata

2.4.1 Sklera

Sklera adalah jaringan ikat pelindung mata di bagian luar, yang hampir seluruhnya

terdiri atas kolagen. Jaringan ini padat dan berwarna putih serta berbatasan dengan kornea di

sebelah anterior dan duramater nervus optikus di posterior. Pita-pita kolagen dan jaringan

elastin membentang di sepanjang foramen sklera posterior, membentuk lamina kribosa, yang

diantaranya dilalui oleh berkas akson nervus optikus.1

Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskuler yaitu episklera, stroma dan

lamina fuska. Episklera merupakan lapisan tipis jaringan elastik halus yang terdapat pada

 permukaan anterior sklera yang mengandung banyak pembuluh darah yang mendarahi sklera.

Lapisan berpigmen coklat pada permukaan dalam sklera adalah lamina fuska, yang

membentuk lapisan luar ruang suprakoroid. Pada anterior sklera terdapat saluran melingkar

yang disebut Kanal Schlemm.1,6

3

Page 4: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 4/44

2.4.2 Kornea

Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya. Kornea

melindungi struktur halus yang berada dibelakangnya serta membantu memfokuskan

 bayangan pada retina. Kornea tidak mengandung pembuluh darah. Kornea terdiri atas 5 lapis,

yaitu :1

1. Epitel

- Sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih satu lapis sel basal, sel

 poligonal dan sel gepeng. Gangguan pada sel basal mengakibatkan erosi rekuren.

Daya regenerasi epitel cukup besar dan perbaikan dalam beberapa hari tanpa

membentuk jaringan parut.

2. Membran bowman

- Merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi sehingga

kerusakan dapat berakhir dengan terbentuknya jaringan parut.

3. Stroma

- Merupakan lapisan paling tebal dari kornea. Terdiri atas lamel yang merupakan

susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya. Terbentuknya kembali serat

kolagen memakan waktu lama kurang lebih 15 bulan.

4. Membran descement

- Merupakan membran aselular, sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup.

Selain itu membran ini merupakan pelindung infeksi dan masuknya pembuluh darah.

5. Endotel

- Endotel melekat pada membran descement melalui hemi desmosom dan zonula

okluden. Lapisan terpenting untuk mempertahankan kejernihan kornea dan mengatur

cairan di dalam stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi. Kerusakan

dapat mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompresi endotel

dan terjadi edema kornea.

4

Page 5: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 5/44

Gambar 2. Lapisan kornea

Kornea dipersarafi oleh saraf sensoris yang berasal dari saraf siliar longus, saraf

nasosiliar, dan saraf V. Bulbus krause untuk sensi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya

regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi 3 bulan.1,5,6

2.4.3 Uvea

Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah

 bila terjadi perdarahan yang disebut perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea ini terdiri atas iris,

 badan siliar, dan koroid. Secara klinis dibagi atas uvea anterior (iris dan badan siliar) dan uvea

 posterior (koroid). Fungsi uvea adalah memberi nutrisi dan pengaturan gas, menyerap sinar

dan melindungi mata dari pantulan sinar dalam bola mata, dan badan siliar berperan dalam

akomodasi yang diatur saraf autonom.1

Pada iris terdapat pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk

ke dalam bola mata. Selain itu iris juga berfungsi untuk melindungi retina. Otot siliar yang

terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi.6

Badan siliar berhubungan dengan iris dan sklera yang berfungsi menghasilkan akuos

humor. Otot dalam badan siliar mengatur tegangan zonula zinn dan mempengaruhi ukuran

dan bentuk lensa. Badan siliar secara langsung mengatur kemampuan akomodasi mata. Badan

siliar langsung memberikan makanan pada retina dalam, lensa, dan kornea,1

Koroid adalah segmen posterior uvea, diantara retina dan sklera. Koroid disebelah

dalam dibatasi oleh membran bruch dan di luar oleh sklera. Koroid melekat erat ke posterior

 pada tepi-tepi nervus optikus. Anterior koroid bergabung dengan korpus siliare. Koroid

memberikan nutrisi pada retina luar. 1,6

5

Page 6: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 6/44

2.4.4 Pupil

Pupil adalah bintik tengah yang berwarna hitam yang merupakan celah dalam iris

dimana cahaya masuk melaluinya untuk mencapai retina. Pupil midriasis adalah keadaan

 pupil yang berdilatasi lebih dari 5mm, biasanya terjadi karena trauma tumpul pada uvea yang

mengakibatkan kelumpuhan otot sfingter pupil. Namun bila trauma mengakibatkan radang

 pada uvea anterior maka pupil akan berkontriksi lebih kecil dari 2mm atau pupil miosis. Pada

orang tua pupil mengecil akibat silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis. Fungsi

 pupil mengecil untuk mencegah aberasi kromatis pada akomodasi dan memperdalam

fokus.1,5,6

2.4.5 Sudut Bilik Mata

Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan

 jaringan trabelukum, kanal schelmm, baji sklera, garis schwalbe dan jonjot iris.1

Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera kornea yang

merupakan batas belakang sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliar kongitudinal. Anyaman

trabekula mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu badan

siliar dan uvea. Pada sudut filtrasi terdapat garis schwalbe yang merupakan akhir perifer

endotel dan membran decement, dan kanal schlemm yang menampung cairan mata keluar ke

salurannya.1

2.4.6 Lensa

Lensa adalah organ fokus utama yang membiaskan cahaya yang terpantul dari benda-

 benda yang dilihat menjadi bayangan yang jelas pada mata. Lensa terletak di belakang iris

dan terdiri dari zat tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti cakram yang dapat menebal

dan menipis pada saat terjadinya akomodasi. Lensa berbentuk bikonveks dan terletak di

dalam bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat

lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa membentuk serat lensa terus menerus sehingga

mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa dan membentuk nukleus

lensa. Dibagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai

korteks lensa. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa. Di

 bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula zinn yang menggantungkan lensa diseluruh

ekuatornya pada badan siliar. 1,6

6

Page 7: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 7/44

Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :1

 ! kenyal atau lentur karena saat akomodasi menjadi cembung

 !  jernih atau transparan karena sebagai media penglihatan

 ! terletak di antara posterior chamber dan vitreous body dan berada di sumbu mata.

2.4.7 Badan vitreous (badan kaca)

Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa

dengan retina untuk mempertahankan bola mata agar tetap bulat dan meneruskan sinar dari

lensa ke retina dengan kekentalan gelatin. Badan kaca memiliki struktur gel transparan yang

terdiri dari kurang lebih 99% air, sedikit kolagen dan molekul asam hialuronat yang sangat

terhidrasi. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel.

Badan kaca melekat pada ora serrata, pars plana, dan papil saraf optik. Susunan badan kaca :

air, serat kolagen, molekul besar asam hialuronat, hialosit, garam anorganik, gula, dan asam

askorbat. 1,6

2.4.8 Retina

Retina atau selaput jala merupakan lapisan paling dalam yang melapisi dua per tiga

 posterior dinding bola mata, merupakan membran yang tipis, lunak dan transparan yang dapat

menerima rangsangan cahaya. Retina berbatasan dengan koroid dan sel pigmen epitel retina.Retina meluas dari optik disk ke ora serrata (bagian anterior yang membentuk cincin

 berombak). Secara garis besar dibagi atas 2 bagian : kutub posterior dan perifer yang

dipisahkan oleh ekuator retina. Kutub posterior sampai ekuator retina merupakan area

 posterior retina. Kutub posterior retina terbagi atas 2 area: optik disk dan makula lutea. Retina

 perifer di posterior dibatasi oleh ekuator retina dan anterior oleh ora serrata. Ora serrata

merupakan batas paling perifer tempat retina berakhir yang terbagi dalam 2 bagian : anterior

 pars plikata dan posterior pars plana. Ora serrata juga tempat melekat vitreous dan koroid.

Bagian anterior retina bersifat tidak peka dan hanya terdiri atas sel-sel berpigmen dengan

lapisan silindris dibawahnya. Bagian anterior retina ini menutupi prosessus siliaris dan

 belakang iris. Pada orang dewasa, ora serata berkisar 6,5 mm dibelakang garis Schwalbe pada

sisi temporal dan 5,7 mm dibelakang garis pada sisi nasal.1,5,6

Ketebalan retina pada ora serrata 0.1 mm dan 0.23 mm pada kutub posterior.

Strukturnya sangat sederhana bila dibandingkan dengan struktur saraf yang lain seperti

korteks serebri, retina memiliki daya pengolahan yang sangat canggih. Pengolahan visual

7

Page 8: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 8/44

retina, seperti persepsi warna, kontras dan bentuk berlangsung di korteks serebri.5

Secara normal retina melekat sangat erat pada epitel pigmen retina (EPR) dan tidak

akan lepas kecuali pada beberapa keadaan patologis. Terdapat beberapa mekanisme untuk

menjaga agar retina tetap melekat, yaitu :5,7

 !Tekanan pada retina dari aliran cairan yang melintasinya dan dari vitreous. Cairan dari

vitreous sebagian kecil dikeluarkan melalui epitel pigmen retina ke khoriokapilaris.

Hal ini dimungkinkan oleh adanya tekanan intraokular dan tekanan osmotik koroid,

serta transport aktif cairan dari sel-sel epitel pigmen retina. Jaringan retina yang utuh

hanya dilewati sedikit cairan tetapi bila terdapat robekan retina dan cairan yang

dikeluarkan melalui proses ini jauh lebih besar. Oleh karena itu pada ablasio retina

sering kita temukan adanya penurunan tekanan intraokular.

 !Hubungan fisik antara segmen luar fotoreseptor dengan mikrovili epitel pigmen retina.Mikrovili dari epitel pigmen retina mampu membungkus erat ujung-ujung segmen luar

fotoreseptor untuk kemudian melakukan fagositosis terhadap fragmen-fragmen

segmen luar tersebut. Interdigitasi fisik ini membantu penempelan lebih erat antara

retina sensorik dengan epitel pigmen retina.

 ! Matriks interfotoreseptor yang mengandung molekul-molekul spesifik. Rongga

subretina berisi matriks interfotoreseptor (MIP), yaitu bahan kental yang mengandung

 berbagai macam molekul-molekul. Matriks interfotoreseptor diduga membantu

 perlekatan retina sensorik epitel pigmen retina melalui sifat kentalnya yang berfungsi

seperti perekat, serta melalui molekul-molekul sel adhesi didalamnya.

 ! Aktivitas metabolik epitel pigmen retina. Kemampuan sel-sel epitel pigmen retina

untuk memindahkan secara aktif cairan dari rongga subretina kejaringan koroid

merupakan aktivitas metabolik epitel pigmen retina terpenting dalam mempertahankan

rongga subretina tetap kering sehingga perlekatan retina sensorik epitel pigmen retina

terjaga. Selain itu sel-sel epitel pigmen retina juga aktif mengeluarkan molekul-

molekul sel adhesi kedalam matriks interfotoreseptor.

8

Page 9: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 9/44

Gambar 3. Anatomi mata dan lapisan yang ada didalamnya

Pada pertengahan posterior retina terdapat makula lutea yang merupakan area retina

dengan daya lihat paling jelas. Secara klinis makula dapat didefinisikan sebagai daerah

 pigmentasi kekuningan yang disebabkan oleh refleks pigmen carotinoid xanthofil zeaxantin

dan lutein yang terdapat pada akson kerucut lapis serabut henle, yang berdiameter 1,5 mm.

Makula merupakan daerah yang dibatasi oleh arkade-arkade pembuluh darah retina temporal.

Di tengah makula, sekitar 3.5 mm disebelah lateral diskus optikus, terdapat lekukan yang

memberikan pantulan khusus bila dilihat dengan oftalmoskopi, disebut fovea sentralis. Fovea

mempunyai peranan penting pada retina untuk dapat melihat sehingga perlu mendapat

 perlindungan untuk mencegah sinar cerah merusak seperti gelombang ultra violet. Secara

histologis, fovea ditandai dengan menipisnya lapisan inti luar dan tidak adanya lapisan-

lapisan parenkim karena akson-akson sel fotoreseptor (lapisan serat Henle) berjalan oblik dan

 pengeseran secara sentrifugal lapisan retina yang lebih dekat ke permukaan dalam retina.

Foveola adalah bagian paling tengah pada fovea, dimana fotoreseptornya adalah sel

kerucut.1,5,7

Pada sebagian besar lapisan retina dan epitelium pigmen retina mudah terpisah hingga

membentuk suatu ruangan subretina. Tetapi pada optik disk dan ora serrata, retina dengan

epithelium pigmen retina saling melekat kuat, sehingga tidak mudah terbentuk ruangan

subretina. Dengan terbentuknya ruangan subretina dapat menyebabkan adanya cairan pada

ruang tersebut sehingga terjadi ablasio retina. Hal ini berlawanan dengan ruang subkhoroid

yang terbentuk antara khoroid dan sklera. Permukaan dalam retina menghadap ke vitreus.7

Secara mikroskopis lapisan retina adalah :1

1. lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang

mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut. Sel kerucut terletak di fovea yang

9

Page 10: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 10/44

 berfungsi untuk penglihatan warna dan sel batang terletak di perifer retina yang

 berfungsi untuk penglihatan dalam gelap.

2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.

3. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang. Ketiga

lapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.

4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan tempat sinaps sel fotoreseptor

dengan sel bipolar dan sel horizontal

5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller. Lapis

ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.

6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular tempat sinaps sel bipolar, sel

amakrin dengan sel ganglion.

7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf optik. Di

dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.

9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca.

Dibentuk oleh satuan dari perluasan terminal dari serabut muller.

Gambar 4. Lapisan retina

Antara lapis sel ganglion dan kerucut dan batang terdapat dua lapis plexiform luar dan

lapis plexiform dalam. Pada bagian luar kerucut dan batang berhubungan dengan sel bipolar

vertikal dan sel horizontal berhubungan dengan sel ganglion. Perjalanan horizontal dan sel

amakrin dapat saling mengatur sehingga terjadi penggabungan rangsangan. 5

Sel muller merupakan sel glial radier retina. Membran batas luar retina dibentuk oleh

 perlekatan sel muller dengan sel fotoreseptor dalam. Membran batas dalam merupakan bagian

dalam retina berbatas dengan badan kaca dan membentuk batas difusi neuroretina dengan

 badan kaca.5,7

10

Page 11: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 11/44

Saraf optik merupakan akson sel ganglion ke otak dan pembuluh darah menuju retina.

Sel ganglion terletak didalam retina dan sel fotoreseptor terletak di luarnya. Sinar yang akan

dilihat melalui seluruh tebal retina dan terhambat oleh koroid dan sel pigmen epitel retina. Sel

darah putih dalam kapiler didepan fotoreseptor akan mengeluarkan titik sinar bergerak cerah

 bila dilihat dengan sinar biru, ini dikenal sebagai fenomena bluefield entoptik dengan

fenomena scheerer.6

Papil saraf optik tidak mempunyai fotoreseptor, merupakan titik buta pada lapang

 pandangan dan merupakan batas luar retina, sedangkan batas dalam epitel pigmen retina.

Perdarahan papil yaitu prelaminar dari pembuluh darah koroid, lamina kribosa dari arteri

siliar brevis, vena balik melalui vena retina sentral dan vena vortikosa. 6

Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan iskemia,

merah pada hiperemia. Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika,arteri retina sentral masuk retina melalui papil saraf optik yang akan memberikan nutrisi pada

dua per tiga retina dalam. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang (sepertiga luar

retina) mendapat nutrisi dari koroid yang berasal dari pembuluh darah khoriokapilaria.5,7

Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subyektif retina seperti:

tajam penglihatan, penglihatan warna dan lapang pandangan. Pemeriksaan obyektif adalah

elektroretinografi (ERG), elektrookulografi (EOG), dan visual evoked respons (VER).5

2.4.9 Saraf optik

Saraf yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2 jenis serabut yaitu saraf

 penglihat dan serabut pupilomotor. Kelainan saraf optik menggambarkan gangguan yang

diakibatkan tekanan langsung atau tidak langsung terhadap saraf optik ataupun perubahan

toksik dan antoksik yang mempengaruhi penyaluran aliran listrik.1

Serabut saraf dari retina berjalan dalam saraf optik dan masuk ke korteks visual

 primer. Saraf optik terdiri atas akson sel ganglion retina. Masuk kedalam orbita melalui kanal

optik, melalui kiasma optik dan sebagian bersilangan dan masuk kedalam ganglion

genikulatum melalui serat grasiolet yang diteruskan ke korteks visual. Bintik buta merupakan

tempat saraf optik keluar dimana tidak terdapat retina.6

Peredaran darah saraf optik bagian depan dari lamina kribrosa berasal dari arteri

siliaris brevis. Dibelakang lamina kribrosa pembuluh darah didapatkan dari sirkulus zinn yang

mendapat perdarahan arteri siliaris brevis dan masuk kedalam saraf optik. Bagian orbita saraf

optik mendapatkan pembuluh darah dari pembuluh darah piamater yang merupakan

 perpanjangan arteri oftalmik dan cabangnya termasuk arteri retina sentral. Bagian saraf optik

11

Page 12: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 12/44

yang terletak didalam optik kanal mendapatkan pembuluh darah arteri oftalmik sedang bagian

intrakranial didapatkan melalui piamater.1,6

2.5 Rongga orbita

Rongga orbita bertujuan untuk melindungi bola mata. Terdapat tujuh tulang yang ikut

membentuk tulang orbital yaitu : maksilaris, zigoma, frontal, etmoid, lakrimal, palatin, dan

sfenoid. Tulang-tulang ini membentuk soket untuk bola mata yang memberi tempat untuk

masuknya otot-otot mata dan berasosiasi sangat dekat dengan sinus sekitarnya dan fosa

kranial. Banyak saraf dan pembuluh darah yang melewati foramina, fisura dan kanal dari

tulang orbital.1

Periorbita adalah membran periosteal yang menutupi tulang orbital. Pada ujung orbital

 periorbita bersatu dengan duramater menutupi saraf optik. Pada bagian depan, periorbitamenyambung dengan septum orbital dan periosteum dari tulang fasil. Garis persatuan dari

ketiga lapisan pada lingkaran orbita disebut dengan arkus marginalis.1

Gambar 5. Anatomi orbita

2.6 Otot penggerak bola mata

Terdapat enam otot penggerak mata yaitu oblik inferior, oblik superior, rektus inferior ,

rektus lateral, rektus medius, dan rektus superior.1

12

Page 13: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 13/44

Gambar 6. Otot bola mata

13

Page 14: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 14/44

BAB III

FISIOLOGI PENGLIHATAN

Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peka cahaya, karena

adanya iris yaitu suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk struktur mirip cincin di

dalam aqueous humor. Pada tengah iris terdapat lubang tempat masuknya cahaya ke interior

mata yaitu pupil. Ukuran pupil disesuaikan oleh kontraksi otot-otot iris untuk menerima sinar

lebih banyak atau lebih sedikit. Pada Iris terdapat dua otot polos yaitu sirkular dimana serat-

serat otot berjalan seperti cincin di dalam iris dan radial dimana serat mengarah keluar dari

tepi pupil. Karena serat otot memendek ketika berkontraksi maka pupil menjadi lebih kecil

ketika otot sirkular berkontraksi dan membentuk cincin yang lebih kecil. Refleks kontraksi

 pupil terjadi pada sinar terang untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata. Jika

otot radial berkontraksi maka ukuran pupil bertambah lebar. Dilatasi pupil ini terjadi pada

cahaya temaram agar sinar yang masuk ke mata lebih banyak. Otot-otot iris dikendalikan oleh

sistem saraf otonom. Serat saraf parasimpatis menyarafi otot sirkular menyebabkan kontraksi

 pupil dan serat simpatis menyarafi otot radial menyebabkan dilatasi pupil.8

Gambar 7. Kontrol ukuran pupil

Sinar dari berbagai panjang gelombang dipersepsikan sebagai sensasi warna yang

 berbeda-beda. Panjang gelombang yang lebih pendek dilihat sebagai warna ungu dan biru

sedangkan panjang gelombang yang lebih panjang diinterpretasikan sebagai oranye dan

merah. Gelombang cahaya mengalami divergensi (memancar keluar) ke semua arah dari

setiap titik sumber cahaya. Berkas cahaya divergen yang mencapai mata harus dibelokkan ke

dalam agar dapat difokuskan kembali ke suatu titik fokus di retina peka cahaya agar diperoleh

 bayangan akurat sumber cahaya.7,8

14

Page 15: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 15/44

Gambar 8. Pemfokusan berkas sinar divergen.

Berbeloknya berkas sinar dikenal sebagai refraksi atau pembiasan. Permukaan

konveks menyebabkan konvergensi berkas sinar, membawa berkas-berkas tersebut lebih dekat

satu sama lain. Karena konvergensi penting untuk membawa suatu bayangan ke titik fokus,

maka permukaan refraktif mata berbentuk konveks. Permukaan konkaf membiaskan berkas

sinar (divergensi).8

Akomodasi merupakan kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa dimana hal ini

 bergantung pada bentuknya yang selanjutnya dikendalikan oleh otot siliaris. Pada mata

normal, otot siliaris melemas dan lensa menggepeng untuk melihat jauh, tetapi otot ini

 berkontraksi agar lensa menjadi lebih konveks dan lebih kuat untuk melihat dekat. Pada mata

normal sumber cahaya jauh difokuskan di retina tanpa akomodasi, sementara dengan

akomodasi kekuatan lensa ditingkatkan untuk membawa sumber cahaya dekat ke fokus. 8

Gambar 9. Skematik ligamentum suspensorium yang berjalan dari otot siliaris ke tepi luar lensa

3.1 Sinar Harus Melewati Beberapa Lapisan Retina Sebelum Mencapai Fotoreseptor

Fungsi utama mata adalah memfokuskan berkas cahaya dari lingkungan ke sel batang

dan sel kerucut yang merupakan sel fotoreseptor retina. Fotoreseptor kemudian mengubah

energi cahaya menjadi sinyal listrik untuk ditransmisikan ke SSP. Jalur penglihatan retina

 berjalan dari sel fotoreseptor ke sel bipolar dan ke sel ganglion. Sel horizontal dan sel amakrin

 bekerja lokal untuk mengolah masukan penglihatan di retina.8

15

Page 16: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 16/44

Gambar 10. Lapisan retina

Bagian retina yang mengandung fotoreseptor sebenarnya adalah kelanjutan atau

 perluasan dari SSP dan bukan suatu organ perifer terpisah. Bagian saraf retina terdiri dari tiga

lapisan sel yang peka rangsang yaitu :7,8

1. lapisan paling luar (paling dekat dengan koroid) yang mengandung sel batang dan sel

kerucut dimana ujung-ujung peka cahayanya menghadap ke koroid (menjauhi sinar

datang)

2. lapisan tengah sel bipolar

3. lapisan dalam sel ganglion. Akson-akson sel ganglion menyatu untuk membentuk

saraf optik. Titik di retina tempat saraf optik keluar dan pembuluh darah berjalan

disebut diskus optikus. Bagian ini sering disebut sebagai bintik buta, tidak ada

 bayangan yang dapat dideteksi pada bagian ini karena tidak adanya sel kerucut dan sel

 batang.

16

Page 17: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 17/44

Gambar 11. Retina yang terlihat dari oftalmoskop

Sinar harus melewati lapisan ganglion dan bipolar sebelum mencapai fotoreseptor di

semua bagian retina kecuali di fovea. Fovea yaitu cekungan seukuran jarum yang terletak

tepat di tengah retina, lapisan sel ganglion dan bipolar tersisih ke tepi sehingga cahaya

langsung mengenai fotoreseptor. Gambaran ini, disertai oleh kenyataan bahwa hanya sel

kerucut (dengan ketajaman atau kemapuan diskriminatif yang lebih besar daripada sel batang

ditemukan di bagian ini, menyebabkan fovea menjadi titik dengan penglihatan paling jelas.

Pada kenyataannya, fovea memiliki konsentrasi sel kerucut tertinggi diretina. Karena itu, kita

memutar mata agar bayangan benda yang sedang kita lihat terfokus di fovea. Daerah tepat

disekitar fovea, makula lutea, juga memiliki konsentrasi sel kerucut yang tinggi. Namun,

ketajaman makula lebih rendah daripada fovea, karena adanya lapisan sel ganglion dan

 bipolar di atas makula.8

3.2 Fototransduksi Sel Retina Mengubah Rangsangan Cahaya Menjadi Sinyal Saraf

Fotoreseptor terdiri dari tiga bagian :7,8

1. segmen luar yang terletak paling dekat dengan eksterior mata, menghadap ke koroid.

Berfungsi untuk mendeteksi rangsangan cahaya. Segmen ini membentuk bayangan

 pada sel batang dan kerucut, terdiri dari tumpukan lempeng-lempeng membranosa

gepeng yang mengandung banyak molekul fotopigmen peka cahaya.

2. Segmen dalam yang terletak di bagian tengah fotoreseptor dan mengandung perangkat

metabolik sel.

3. Terminal sinaps, terletak paling dekat dengan bagian interior mata, menghadap ke sel

 bipolar. Berguna untuk menyalurkan sinyal yang dihasilkan fotoreseptor karena

stimulasi cahaya ke sel-sel selanjutnya.

17

Page 18: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 18/44

Fotopigmen mengalami perubahan kimiawi ketika diaktifkan oleh sinar. Perubahan

yang dipicu oleh cahaya ini dan pengaktifan fotopigmen yang kemudian terjadi menyebabkan

terbentuknya potensial reseptor yang akhirnya menghasilkan potensial aksi. Potensial aksi

menyalurkan informasi ke otak untuk pemrosesan visual. Fotopigmen terdiri dari dua

komponen : opsin, suatu protein yang terdiri dari membran diskus, dan retinen yang

merupakan turunan vitamin A yang terikat dibagian dalam molekul opsin. Retinen adalah

 bagian fotopigmen yang menyerap cahaya. Terdapat empat fotopigmen berbeda, satu di sel

 batang dan masing-masing satu di ketiga jenis sel kerucut. Rodopsin, fotopigmen sel batang,

menyerap semua panjang gelombang cahaya tampak sehingga otak tidak dapat membedakan

 berbagai panjang gelombang dalam spektrum sinar tampak. Oleh karena itu sel batang hanya

memberi bayangan abu-abu dengan mendeteksi perbedaan intensitas, bukan perbedaan warna.

Fotopigmen di ketiga jenis sel kerucut yaitu merah, hijau dan biru berespon secara selektifterhadap berbagai panjang gelombang cahaya sehingga dapat melihat warna.8

Fototransduksi adalah proses pengubahan rangsangan cahaya menjadi sinyal listrik.

Proses ini mekanismenya bertentangan dengan reseptor lain dimana fotoreseptor mengalami

hiperpolarisasi ketika menyerap cahaya.8

Membran plasma segmen luar fotoreseptor mengandung saluran Na+ dimana saluran

ini berespons terhadap GMP siklik (guanosin monofosfat siklik). Pengikatan cGMP ke saluran

 Na+ membuat saluran ini tetap terbuka. Tanpa cahaya, konsentrasi cGMP tinggi sehingga

saluran Na+ terbuka jika tidak terdapat rangsangan, yaitu dalam keadaan gelap. Kebocoran

 pasif Na+ masuk ke sel menyebabkan depolarisasi fotoreseptor. Depolarisasi dari segmen luar

(tempat lokasi saluran Na+) ke ujung sinaps (tempat penyimpanan neurotransmiter

fotoreseptor) membuat saluran Ca2+ di ujung sinaps tetap terbuka. Masuknya kalsium

memicu pelepasan neurotransmiter dari ujung sinaps selama dalam keadaan gelap.8

Pada pajanan sinar, konsentrasi cGMP menurun karena pengaktifan fotopigmen.

Retinen berubah bentuk ketika menyerap sinar sehingga mengaktifkan fotopigmen. Sel batang

dan sel kerucut mengandung suatu protein G transdusin. Fotopigmen yang telah aktif

mengaktifkan transdusin yang kemudian mengaktifkan enzim intrasel fosfodiesterase. Enzim

ini menguraikan cGMP sehingga konsentrasinya berkurang. Penurunan cGMP menyebabkan

saluran Na+ tertutup sehingga menghentikan kebocoran Na+ dan menyebabkan

hiperpolarisasi membran. Hiperpolarisasi merupakan potensial reseptor yang secara pasif

menyebar dari segmen luar ke ujung sinaps fotoreseptor. Perubahan potensial menyebabkan

 penutupan saluran Ca2+ berpintu voltase sehingga terjadi penurunan pelepasan

neurotransmiter. Potensial hiperpolarisasi dan penurunan pelepasan neurotransmiter yang

18

Page 19: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 19/44

ditimbulkan berbeda-beda sesuai dengan intensitas cahaya. Semakin terang cahaya, semakin

 besar respon hiperpolarisasi dan semakin besar penurunan pelepasan neurotransmiter. 8

3.3 Pemrosesan Cahaya Lebih Lanjut dalam Retina

Retina mengirim sinyal ke otak mengenai rangsangan cahaya melalui respons

inhibitorik. Fotoreseptor bersinaps dengan sel bipolar. Sel-sel ini selanjutnya berakhir di sel

ganglion yang akson-aksonnya membentuk saraf optik untuk transmisi sinyal ke otak.

 Neurotransmiter yang dibebaskan dari ujung sinaps fotoreseptor memiliki efek inhibitorik

 pada sel bipolar. Penurunan pengeluaran neurotransmiter dan hiperpolarisasi reseptor yang

diinduksi oleh cahaya menurunkan efek inhibitorik pada sel bipolar. Hilangnya efek

inhibitorik menimbulkan efek yang sama dengan eksitasi langsung sel bipolar. Semakin besar

 pencahayaan pada sel reseptor, semakin besar pengurangan inhibisi terhadap sel bipolar dansemakin besar efek eksitasi pada sel-sel berikutnya dalam jalur penglihatan ke otak.8

Sel bipolar seperti fotoreseptor memperlihatkan potensial berjenjang. Potensial aksi

muncul di sel ganglion, neuron pertama dalam rangkaian yang harus merambatkan pesan

visual melalui jarak yang jauh ke otak.8

Fotopigmen yang telah mengalami perubahan kembali ke formasi aslinya pada

keadaan gelap kemudian potensial membran dan kecepatan pelepasan neurotransmiter

fotoreseptor kembali ke keadaan sebelum eksitasi, dan tidak ada lagi potensial aksi yang

disalurkan ke korteks penglihatan.8

3.4 Sel Batang dan Sel Kerucut

Retina mengandung sel batang lebih banyak daripada sel kerucut. Sel kerucut lebih

 banyak di makula lutea di bagian tengah retina. Sel batang paling banyak di perifer. Sel

kerucut memiliki sensitivitas rendah terhadap cahaya, tetapi memiliki ketajaman tinggi.

Karena itu, sel kerucut memberi penglihatan tajam dengan resolusi tinggi untuk detil halus.

Sebaliknya, sel batang memiliki ketajaman rendah tetapi sensitivitasnya tinggi sehingga sel

ini berespon terhadap sinar temaram.8

Tidak banyak terjadi konvergensi neuron pada sel kerucut. Setiap sel kerucut memiliki

 jalur pribadi yang menghubungkan dengan sel ganglion tertentu. Sebaliknya, banyak terjadi

konvergensi pada sel batang. 100 sel batang dapat berkonvergensi melalui bipolar ke sebuah

sel ganglion.8

Sebelum sebuah sel ganglion dapat mengalami potensial aksi, sel harus dibawa ke

ambang melalui pengaruh potensial berjenjang di reseptor yang terhubung dengan sel

19

Page 20: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 20/44

tersebut. Karena satu sel ganglion sel kerucut dipengaruhi hanya oleh satu sel kerucut, maka

hanya sinar terang siang hari yang dapat memicu potensial reseptor di sel kerucut untuk

akhirnya membawa sel ganglion ke ambang. Karena sel kerucut memiliki jalur pribadi ke

saraf optikus, maka sel kerucut dapat mengirim informasi sebuah medan reseptif sangat kecil

di permukaan retina sehingga mampu memberi penglihatan terinci dengan mengorbankan

sensitivitas. Potensial reseptor yang ditimbulkan oleh cahaya temaram di banyak sel batang

yang berkonvergensi ke satu sel ganglion akan memiliki efek aditif untuk membawa sel

ganglion tersebut ke ambang. Karena banyak sel batang berbagi satu sel ganglion yang sama

maka jika satu potensial aksi telah terbentuk, sulit dibedakan mana dari sekian banyak

masukan sel batang yang teraktifkan yang menyebabkan sel ganglion mencapai ambang.7,8

Penglihatan bergantung pada stimulasi fotoreseptor retina oleh cahaya. Kita dapat

melihat benda-benda seperti kursi, meja, pohon, yang tidak mengeluarkan cahaya karena pigmen-pigmen di berbagai benda secara selektif menyerap panjang gelombang tertentu.

Sinar yang sampai pada benda dari sumber cahaya dan panjang gelombang yang tidak diserap

dipantulkan dari permukaan benda. Berkas cahaya yang dipantulkan inilah yang

memungkinkan kita melihat benda tersebut. Suatu benda yang terlihat biru menyerap panjang

gelombang merah dan hijau dan memantulkan panjang gelombang biru yang lebih pendek,

yang dapat diserap oleh fotopigmen di sel kerucut biru dan mengaktifkan sel tersebut.7,8

Setiap sel kerucut diaktifkan paling efektif oleh panjang gelombang tertentu dalam

kisaran warna yang ditunjukkan oleh namanya biru, hijau, atau merah. Namun, sel kerucut

 juga berespons terhadap panjang gelombang lain dengan derajat bervariasi. Panjang

gelombang yang terlihat sebagai biru tidak merangsang sel kerucut merah atau hijau sama

sekali tetapi merangsang sel kerucut biru secara maksimal. Sensasi kuning sebagai

 perbandingan berasal dari rasio stimulasi 83:83:0, dengan sel kerucut merah dan hijau

masing-masing dirangsang hingga 83% maksimal, sementara sel kerucut biru tidak

terangsang sama sekali.8

3.5 Lapang pandang

Sewaktu cahaya masuk ke mata, berkas sinar dari separuh kiri lapang pandang jatuh

diseparuh kanan retina kedua mata (separuh medial retina kiri dan separuh lateral retina

kanan) dan berkas sinar dari separuh kanan lapang pandang mencapai separuh kiri kedua

retina (separuh lateral retina kiri dan separuh medial retina kanan). Setiap saraf optikus yang

keluar dari retina membawa informasi dari kedua paruh retina yang dipersafinya. Informasi

ini terpisah ketika dua saraf optikus bertemu di kiasma optikum yang terletak dibawah

20

Page 21: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 21/44

hipotalamus. Di dalam kiasma optikum, serat-serat dari separuh medial masing-masing retina

menyeberang ke sisi kontralateral, tetapi dari separuh lateral tetap disisi semula. Reorganisasi

 berkas-berkas serat yang meninggalkan kiasma optikum dikenal sebagai traktus optikus.

Masing-masing traktus optikus membawa informasi dari separuh lateral satu retina dan

separuh medial retina lain. Karena itu, persilangan parsial ini menyatuan serat-serat dari

kedua mata yang membawa informasi dari separuh lapang pandang yang sama. Masing-

masing traktus optikus, selanjutnya, menyalurkan informasi ke separuh otak di sisi yang sama

tentang separuh lapang pandang kontralateral.7,8

3.6 Proses Visual dalam Talamus dan Korteks

Perhentian pertama di otak untuk informasi di jalur penglihatan adalah nukleus

genikulatum lateral di talamus. Bagian ini memisahkan informasi yang diterima dari mata danmenyalurkannya melalui radiasi optik ke berbagai daerah di korteks, yang masing-masing

memproses berbagai aspek dari rangsang penglihatan. Setiap saraf optikus membawa

informasi dari fotoreseptor di retina. Nukleus genikulatum lateral dan masing-masing zona

korteks yang memproses informasi penglihatan memiliki peta topografi yang

merepresentasikan retina titik demi titik.8

Sel korteks melepaskan muatan jika menerima pola iluminasi yang telah terprogram di

sel tersebut. Pola-pola ini dibentuk dengan menyatukan koneksi-koneksi yang berasal dari sel-

sel fotoreseptor. Korteks mengubah pola mirip titik dari fotoreseptor yang dirangsang oleh

cahaya menjadi informasi tentang kedalaman, posisi, orientasi, gerakan, kontur, dan panjang.8 

21

Page 22: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 22/44

BAB IV

ABLASIO RETINA

4.1 Definisi

Ablasio retina (retinal detachment ) adalah terpisahnya sel kerucut dan batang retina

dari sel epitel pigmen retina. Namun, sel epitel pigmen retina masih melekat erat dengan

membran Bruch. Antara sel kerucut dengan sel batang retina tidak terdapat suatu perlekatan

struktur dengan koroid atau pigmen epitel sehingga merupakan titik lemah yang potensial

untuk lepas secara embriologis. Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau

sel pigmen akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina pembuluh darah yang bila

 berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi penglihatan.1,3,5

Robekan retina secara umum disebut retinal break , robekan retina yang disebabkan

karena traksi vitreretina disebut retinal tear , robekan retina yang timbul sekunder dari suatu

atropi disebut retinal hole.3

4.2 Epidemiologi

Ablasio retina jarang terjadi pada populasi umum, tetapi terdapat beberapa populasi

memiliki bakat dan peluang besar mengalami ablasio retina, misalnya mata dengan miopia

tinggi, pasca retinitis, afakia, pseudoafakia, trauma, dan retina yang memperlihatkan

degenerasi di bagian perifer. Sekitar 40-50% dari semua pasien dengan ablasio adalah miopia

tinggi, 30-40% mengalami pengangkatan katarak, dan 10-20% telah mengalami trauma okuli.

Ablasio retina yang terjadi akibat trauma lebih sering terjadi pada orang muda, dan pada

miopia tinggi terjadi paling sering pada usia 25-45 tahun. Insidens ablasio retina meningkat

seiring bertambahnya umur dan mencapai maksimum pada kelompok usia 50-60 tahun.

Kejadian ablasio retina sedikit meningkat pada usia pertengahan (usia 20-30 tahun) akibat

trauma.4,9,10

Menurut penelitian, di Amerika Serikat insiden ablasio retina 1 : 15.000 populasi

dengan prevalensi 0,3%. Sedangkan insiden per tahun kira-kira 1 : 10.000 orang dan lebih

sering terjadi pada usia lanjut. Pasien dengan miopia yang tinggi memiliki 5% kemungkinan

resiko terjadinya ablasio retina, afakia sekitar 2%, komplikasi ekstraksi katarak dengan

hilangnya vitreus dapat meningkatkan angka kejadian ablasio 10%. 9

22

Page 23: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 23/44

4.3 Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya ablasio retina dibagi menjadi:

1. Ablasio Retina Primer (Ablasio Retina Regmatogenosa)

Ablasio regmatogenosa berasal dara kata Yunani rhegma, yang berarti diskontuinitas

atau istirahat. Merupakan bentuk tersering dari ablasio retina. Pada ablasio retina

regmatogenosa terjadi robekan pada retina atau lubang retina yang biasanya terjadi pada

retina bagian perifer, jarang pada makula sehingga mengakibatkan cairan (vitreus yang

mengalami likuifikasi) masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan retina. Hal ini

mengakibatkan pendorongan retina oleh badan kaca cair ( fluid vitreus) yang masuk melalui

robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan

terlepas dari lapis epitel pigmen koroid. Ablasio regmantogenosa spontan biasanya didahului

oleh pelepasan korpus vitreum posterior.

1,2,8

Ablasi terjadi pada mata yang mempunyai faktor predisposisi untuk terjadinya ablasi

retina. Trauma merupakan faktor pencetus untuk terjadinya ablasi retina pada mata berbakat.

Faktor predisposisi terjadinya ablasio retina regmatogenosa : 1,4,9

a. Usia dimana kondisi ini paling sering terjadi pada umur 40 – 60 tahun. Namun

usia tidak menjamin secara pasti karena masih banyak faktor yang mempengaruhi.

 b. Jenis kelamin. Ablasio paling sering terjadi pada laki – laki dengan perbandingan

laki- laki : perempuan adalah 3 : 2

c. Miopia. Sebagian besar ablasio retina regmatogenosa terjadi pada pasien dengan

miopia tinggi. Sklerosis dan sumbatan pembuluh darah koroid senil akan

menyebabkan berkurangnya perdarahan ke retina. Hal ini dapat terjadi pada

miopia karena teregangnya dan menipisnya pembuluh darah retina. Terjadinya

degenerasi retina pada miopia lebih awal daripada pada emetropia. Pada mata

miopia dapat terjadi sineresis dan pencairan badan kaca. Dimana pencariran badan

kaca ini dapat menyebabkan ablasio retina.

d. Afakia. Pasien bedah katarak dapat mengalami ablasio akibat vitreus ke anterior

selama atau setelah pembedahan. Ruptur kapsul saat bedah katarak dapat

mengakibatkan pergeseran materi lensa atau seluruh lensa jatuh ke dalam vitreus.

Setelah ekstraksi katarak intrakapsular, gerakan badan kaca pada gerakan mata

lebih kuat sehingga bila terjadi robekan retina maka cairan akan masuk ke

subretina sehingga neuroepitel terlepas dari epitel pigmen dan koroid.

e. Trauma.

f.  Fenile Posterior Vitreous Detachment (PVD). PVD merupakan pelepasan

23

Page 24: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 24/44

 jaringan vitreous posterior dari membran limitans interna. Usia lanjut

menyebabkan kadar asam hialuronidase dalam vitreous menurun sehingga

topangan anyaman kolagen berkurang dan kolagen kolaps sehingga vitreous

 posterior lepas. Vitreous yang mengkerut tersebut didalam rongga vitreous akan

 bergerak-gerak sehingga menimbulkan traksi vitreoretinal pada bagian yang

masih melekat dengan retina. Traksi ini akhirnya dapat menimbulkan robekan

retina. Lokasi robekan biasanya di depan ekuator, karena dibelakang ekuator

lapisan retina lebih tebal serta diperkuat dengan adanya pembuluh darah retina.

g. Pasca sindrom nekrosis akut retina dan sitomegalovirus (CMV). Retinitis pada

 pasien AIDS berupa nekrosis retina dapat mengakibatkan cairan dari rongga

vitreous mengalir melalui subretina dan melepas retina tanpa ada hadir traksi

vitreoretinal terbuka.h. Retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer seperti Lattice

degeneration, Snail track degeneration, White-with-pressure and white-without

oroccult pressure, acquired retinoschisis

Gejala Ablasio retina yaitu gangguan penglihatan yang kadang – kadang terlihat

sebagai tabir yang menutupi (floaters) akibat dari vitreous cepat degenerasi dan terdapat

riwayat adanya pijaran api (fotopsia) pada lapangan penglihatan akibat sensasi berkedip

cahaya karena iritasi retina oleh gerakan vitreous.1,4

Ablasi retina yang berlokalisasi di daerah superotemporal berbahaya karena dapat

mengangkat makula. Penglihatan akan turun secara akut bila lepasnya retina mengenai

makula lutea. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna

 pucat dengan pembuluh darah diatasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah.

Bila bola mata bergerak akan terlihat retina yang lepas bergoyang. Kadang – kadang terdapat

 pigmen didalam badan kaca. Pada pupil terdapat adanya defek aferen pupil akibat penglihatan

menurun. Tekanan bola mata rendah dan dapat meninggi bila telah terjadi neovaskuler

glaukoma pada ablasi yang telah lama.1,3,4

Gambar 12. Ablasio retina tipe regmatogenosa (horseshoe tear). Warna merah merupakan warna koroid yang

tidak ditutup retina. Lepasnya retina yang berwarna kuning menunjukkan ablasi retina akibat ruptur.

24

Page 25: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 25/44

Letak pemutusan retina bervariasi sesuai dengan jenis : Robekan tapal kuda sering

terjadi pada kuadran superotemporal, lubang atrofi di kuadran temporal, dan dialisis retina di

kuadran inferotemporal. Apabila terdapat robekan retina multipel maka defek biasanya

terletak 90" satu sama lain.1,3

Gambar 13. Robekan tapal kuda

2. Ablasio Retina Sekunder (Non regmatogenosa)

a. Ablasio Retina Eksudatif

Ablasio retina eksudatif terjadi akibat adanya penimbunan cairan eksudat di bawah

retina (subretina) dan mengangkat retina. Penimbunan cairan subretina terjadi akibat

ekstravasasi cairan dari pembuluh retina dan koroid. Penyebab Ablasio retina eksudatif dibagi

menjadi dua yaitu penyakit sistemik dan penyakit mata. Penyakit sistemik meliputi toksemia

gravidarum, hipertensi renalis, dan poliartritis nodosa. Penyakit mata dapat berasal dari

 pembuluh retina atau koroid meliputi penyakit degeneratif, kelainan kongenital, tumor pada

koroid, miopia tinggi yang disertai lubang makula pada pemeriksaan funduskopi, vaskulopati

(misalnya hipertensi maligna, toksemia gravidarum atau eklampsia, dan penyakit kolagen),

inflamasi (skleritis posterior, uveitis dan selulitis orbita), penyakit vaskular (central serous

retinophaty  dan exudative retinophaty of coats), neoplasma (malignant neoplasma koroid,

hemangioma dan retinoblastoma), trauma dan perforasi bola mata pada operasi intraokuler.1,4

Gejala klinis ablasio retina eksudatif :3

a. Tidak ada fotopsia, lubang atau air mata, lipatan dan undulations.

 b. Ablasio retina eksudatif halus dan cembung. Puncak tumor bulat dan tetap

serta dapat menunjukkan gangguan pigmen.

c. Pola pembuluh retina terganggu akibat adanya neovaskularisasi di puncak

tumor.

d. Pergeseran cairan ditandai dengan mengubah posisi daerah yang terpisah

dengan gravitasi adalah ciri khas dari retina eksudatif. Adanya  sifting fluid

merupakan karateristik ablasio retina eksudatif karena cairan subretina

25

Page 26: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 26/44

dipengaruhi oleh gaya gravitasi maka dimana cairan ini menumpuk disana

terjadi abasio retina.

Cairan dibawah retina tidak dipengaruhi oleh posisi kepala. Permukaan retina yang

terangkat terlihat seperti cincin. Ablasio retina jenis ini dapat hilang atau menetap setelah

 penyebabnya hilang.3

Gambar 14. Ablasio retina eksudatif akibat dari hasil metastase karsinoma payudara .

Gambar 15. Ablasio retina serosa

 b. Ablasio retina traksi

Ablasio retina traksi adalah lepasnya jaringan retina akibat tarikan jaringan parut pada

korpus vitreus atau badan kaca yang menyebabkan retina terangkat dari epitel pigmennya.

Pada badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan diabetes melitus

 proliferative, vitreoretinopati prolifeatif, retinopati pada prematuritas, trauma, dan perdarahan

 badan kaca akibat bedah atau infeksi. Selain itu, ablasio tipe ini juga dapat terjadi karena

komplikasi ablasio retina regmatogensa. Merupakan jenis ablasio retina tersering kedua

setelah regmatogenosa. 1,3,4

Ablasio retina regmatogenosa yang berlangsung lama menyebabkan retina semakin

halus dan tipis sehingga dapat terbentuk  proliferatif vitreotinopathy  (PVR) yang sering

ditemukan pada tipe regmetogenosa yang lama. Selain itu,  proliferatif vitreotinopathy  juga

26

Page 27: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 27/44

dapat terjadi karena kegagalan dalam penatalaksanaan ablasio retina regmatogenosa. Pada

 proliferatif vitreotinopathy, epitel pigmen retina, sel glia, dan sel lainya yang berada di dalam

dan luar retina pada badan vitreus akan membentuk membran. Kontraksi dari membran

tersebut menyebabkan retina tertarik, sehingga mengakibatkan terjadi robekan baru menjadi

ablasio retina traksi. Ablasio retina karena traksi khas memiliki permukaan yang lebih konkaf

dan cenderung lebih lokal, biasanya tidak meluas ke ora seratta. Gambaran karakteristiknya

yaitu permukaan retina yang licin dan imobile.1,3,10

Gambar 16. Ablasio retina traksi

 

Gambar 17. Ablasio retina traksi dengan proliferatif vitreoretinopati

4.4 Diagnosis

Diagnosis ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi,

dan pemeriksaan penunjang.

4.4.1 Anamnesis

Gejala yang sering muncul pada ablasio retina adalah :1,3

a. Floaters, terjadi karena kekeruhan di vitreus karena adanya darah, pigmen retina

yang lepas atau degenerasi vitreus sendiri. Penderita merasa adanya tabir atau

 bayangan yang datang dari perifer (biasanya dari nasal) meluas dalam lapngan

 pandang. Tabir ini bergerak bersama dengan gerakan mata dan menjadi lebih nyata.

Pada stadium awal, penglihatan membaik di malam hari dan memburuk di siang

27

Page 28: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 28/44

hari terutama setelah stress fisik atau saat mengendarai mobil di jalan

 bergelombang.

 b. Fotopsia. Umumnya terjadi saat mata digerakkan dalam keadaan gelap atau kurang

cahaya. Hal ini disebabkan tarikan pada retina dan dapat terjadi pada orang normal

dengan cedera tumpul.

c. Penurunan tajam penglihatan

Selain gejala diatas dapat juga ditanyakan adanya riwayat trauma, pembedahan (ekstraksi

katarak dan pengangkatan korpus alienum inoukler), penyakit mata (uveitis, perdarahan

vitreus, amblopia, glaukoma, dan retinopati diabetik), dan riwayat keluarga dengan penyakit

mata serta penyakit sistemik yang berhubungan dengan ablasio retina (diabetes melitus,

tumor, sickle cell  leukimia, eklamsia, dan prematuritas).1,3,4,11

Regmatogenus Traksi Eksudatif  

Riwayat penyakit Afakia, myopia,

trauma tumpul,

 photopsia, floaters,

gangguan lapangan

 pandang yang

 progresif, dengan

keadaan umum baik.

Diabetes,

 premature,trauma

tembus, penyakit sel

sabit, oklusi vena.

Factor-faktor sistemik

seperti hipertensi

maligna, eklampsia,

gagal ginjal.

Kerusakan retina Terjadi pada 90-95 %

kasus

Kerusakan primer

tidak ada

Tidak ada

Perluasan ablasi Meluas dari oral ke

discus, batas dan

 permukaan cembung

tergantung gravitasi

Tidak meluas

menuju ora, dapat

sentral atau perifer 

Tergantung volume

dan gravitasi,

 perluasan menuju oral

 bervariasi, dapat

sentral atau perifer 

Pergerakan retina Bergelombang atau

terlipat

Retina tegang, batas

dan permukaan

cekung, Meningkat

 pada titik tarikan

Smoothly elevated

bullae, biasanya tanpa

lipatan

Bukti kronis Terdapat garis

 pembatas, makrosisintra retinal, atropik

retina

Garis pembatas Tidak ada

Pigmen pada

vitreous

Terlihat pada 70 %

kasus

Terlihat pada kasus

trauma

Tidak ada

Perubahan

vitreous

Sineretik, PVD, tarikan

 pada lapisan yang

robek 

Penarikan

vitreoretinal

Tidak ada, kecuali

 pada uveitis

Cairan sub

retinal

Jernih Jernih atau tidak ada

 perpindahan

Dapat keruh dan

 berpindah secara cepat

tergantung pada

 perubahan posisi

28

Page 29: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 29/44

kepala.

Massa koroid Tidak ada Tidak ada Bisa ada

Tekanan

intraocular 

Rendah Normal Bervariasi

Transluminasi Normal Normal Transluminasi terblok

apabila ditemukan lesi

 pigmen koroidKeaadan yang

menyebabkan

ablasio

Robeknya retina Retinopati

diabetikum

 proliferative, post

traumatis vitreous

traction 

Uveitis, metastasis

tumor, melanoma

maligna,

retinoblastoma,

hemangioma koroid,

makulopati eksudatif

senilis, ablasi

eksudatif post

cryotherapi atau

dyathermi.

4.4.2 Pemeriksaan oftalmologi1,3,4.,12

a. Pemeriksaan visus.

Penurunan tajam penglihatan dapat terjadi akibat terlibatnya makula atau kekeruhan

 badan kaca yang menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat terganggu

 bila makula ikut terangkat.

 b. Periksa reaksi pupil. Dilatasi pupil yang menetap mengindikasikan adanya trauma.

c. Pemeriksaan lapangan pandang.

Terjadi defek lapangan pandang seperti tertutup tabir dan dapat terlihat skotoma relatif

sesuai dengan kedudukan ablasio retina.

d. Pemeriksaan slit lamp

Anterior segmen biasanya normal, pemeriksaan vitreous untuk mencari tanda pigmen

atau “tobacco dust ” merupakan patognomonis ablasio retina.

e. Pemeriksaan funduskopi (pupil dilatasi)

Merupakan salah satu cara terbaik mendiagnosis ablasio retina dengan menggunakanoftalmoskopi indirek binokuler. Pada pemeriksaan ini retina yang mengalami ablasio

tampak sebagai membran abu-abu merah muda yang menutupi gambaran vaskuler

koroid. Jika terdapat akumulasi cairan bermakna pada ruang subretina, didapatkan

 pergerakan undulasi retina ketika bergerak. Pembuluh darah retina yang terlepas dari

dasarnya berwarna gelap, berkelok-kelok, dan membengkok di tepi ablasio. Pada

retina yang mengalami ablasio terlihat lipatan-lipatan halus. Suatu robekan pada retina

terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid di bawahnya. Mungkin

29

Page 30: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 30/44

didapatkan debris terkait pada vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen atau

operculum dapat ditemukan mengambang bebas.

f. Pemeriksaan tekanan bola mata

Pada ablasio retina regmentosa tekanan bola mata dapat sedikit lebih rendah dari

normal. tekanan intraokuler sedikit lebih atau mungkin normal

4.4.3 Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta

antara lain glaukoma, diabetes, dan kelainan darah.13

 b. Pemeriksaan USG. Dilakukan bila retina tidak dapat tervisualisasi oleh karena

 perubahan kornea, katarak, atau perdarahan. Menggunakan gelombang suara dengan

frekuensi tinggi (8-10 MHz). B-scan USG digunakan untuk mendiagnosis ablasioretina dan keadaan patologis lain yang menyertai seperti proliferatif vitreoretinopati,

 benda asing intraokuler dengan membuat potongan melalui seluruh jaringan, dengan

demikian didapat lokasi dan bentuk dari kelainan dalam dua demensi. Selain itu USG

 juga digunakan untuk mengetahui kelainan yang menyebabkan ablasio retina eksudatif

misalnya tumor dan posterior skleritis.13

4.5 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah pembedahan. Tujuan utama pembedahan

 pada ablasi retina adalah untuk melekatkan kembali bagian retina yang lepas. Sebelum

 pembedahan mata pasien dirawat dengan mata ditutup. Pembedahan dilakukan secepat

mungkin dan sebaiknya 1-2 hari. Pada ablasi retina dapat dilakukan krioterapi atau laser untuk

menimbulkan adhesi antara epitel pigmen dan retina sensorik sehingga mencegah influks

cairan lebih lanjut kedalam ruang subretina dan meredakan traksi vitreoretina. Krioterapi

dapat berupa krioterapi permukaan atau surface diatermy dan krioterapi setengah tebal sklera

atau partial penetrating diatermy yang dilakukan sesudah reseksi sklera. 3,4

Prinsip bedah pada ablasio retina yaitu :10

a. Menemukan bagian yang terlepas

 b. Membuat iritasi korioretinal sepanjang daerah retina yang terlepas.

c.Menghubungkan koroid dan retina untuk menghasilkan adhesi dinding

korioretinal yang permanen pada daerah subretinal.

30

Page 31: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 31/44

4.5.1 Scleral buckling  

Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina rematogenosa terutama tanpa

disertai komplikasi lainnya. Prosedurnya meliputi lokalisasi posisi robekan retina, menangani

robekan dengan cryoprobe, dan selanjutnya dengan scleral buckle atau sabuk. Scleral buckle

terbuat dari spons silikon atau silikon padat. Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan

tergantung posisi, lokasi dan jumlah robekan retina. Pertama robekan pada retina ditandai

 pada luar sklera kemudian dilakukan cryoprobe atau laser untuk memperkuat perlengketan

antara retina sekitar dan epitel pigmen retina. Setelah itu, Sabuk dijahit mengelilingi sklera

sehingga terjadi tekanan (fiksasi) pada robekan retina sehingga terjadi penutupan pada

robekan tersebut. Penutupan retina ini akan menyebabkan cairan subretinal menghilang secara

spontan dalam waktu 1-2 hari. 3,4,10

Keuntungan teknik ini adalah menggunakan peralatan dasar, waktu rehabilitasi pendek, resiko iatrogenic yang menyebabkan kekeruhan lensa rendah, dan mencegah

komplikasi intraokular seperti perdarahan dan inflamasi.

Gambar 18. Spons silikon dijahit pada bola mata untuk menekan sklera di atas robekan retina setelah drainasecairan sub retina dan dilakukan crioterapi

Gambar 19. Penekanan yang didapatkan dari spons silikon, retina sekarang melekat kembali dan traksi pada

robekan retina oleh vitreus dihilangkan

31

Page 32: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 32/44

Gambar 20. Skleral buckling

4.5.2 Retinopeksi pneumatik

Retinopeksi pneumatik merupakan metode yang sering digunakan juga pada ablasio

retina regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada bagian superior retina.

Teknik pelaksanaannya adalah dengan menyuntikkan gelembung gas ke dalam rongga vitreus.

Gelembung gas ini akan menutupi robekan retina dan mencegah pasase cairan lebih lanjut

melalui robekan. Jika robekan dapat ditutupi oleh gelembung gas, cairan subretinal biasanya

akan hilang dalam 1-2 hari. Robekan retina dapat juga dilekatkan dengan kriopeksi atau laser

sebelum gelembung disuntikkan. Pasien harus mempertahankan posisi kepala tertentu selama

 beberapa hari agar gelembung terus menutupi robekan retina.3,10

Gambar 21. Setelah pengangkatan gel vitreus pada drainase cairan sub retina, gas fluorokarbon inert disuntikanke dalam rongga vitreus

32

Page 33: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 33/44

Gambar 22. Retinopeksi pneumatic

4.5.3 Vitrektomi atau  Pars Plana Vitrectomy

Merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio retina akibat diabetes dan

ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau perdarahan vitreus. Pelaksanaannya

dengan membuat insisi kecil pada dinding bola mata kemudian memasukkan instrumen ingá

cavum vitreous melalui pars plana. Setelah itu dilakukan vitrektomi dengan vitreus cutre

untuk menghilangkan atau mengeluarkan berkas badan kaca (viteuos stands), semua

komponen penarikan epiretinal dan subretinal, membran, dan perlengketan. Lalu retina

dilekatkan kembali dengan cairan perfluorocarbon. Defek pada retina ditutup dengan

endolaser atau aplikasi eksokrio. Teknik dan instrumen yang digunakan tergantung tipe dan

 penyebab ablasio.3,10

Keuntungan Pars Plana Vitrectomy :

a) Dapat menentukan lokasi defek secara tepat

 b) Dapat mengeliminasi media yang mengalami kekeruhan karena teknik ini dapat

dikombinasikan dengan ekstraksi katarak.

c) Dapat langsung menghilangkan penarikan dari vitreous.

Kerugian Pars Plana Vitrectomy :a) Membutuhkan tim yang berpengalaman dan peralatan yang mahal.

 b) Dapat menyebabkan katarak.

c) Kemungkinan diperlukan operasi kedua untuk mengeluarkan silicon oil  

d) Perlu follow up segera karena dapt terjadi reaksi fibrin pada kamera okuli anterior

yang dapat meningkatkan tekanan intraokuler.

33

Page 34: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 34/44

Gambar 23. Vitrektomi

Gambar 24. Gambaran hasil sebelum dan sesudah vitrektomi

Penatalaksanaan non pembedahan ablasio retina dilakukan pada ablasio retina

eksudasi. Pada jenis ini dilakukan terapi sesuai dengan penyebab ablasio retina tersebut

terjadi. Pada penderita dengan ablasi retina non regmatogen, jika penyakit primernya sudah

diobati tetapi masih terdapat ablasi retina, dapat dilakukan operasi cerclage yaitu dengan

mengurangi tarikan badan kaca. Pada keadaan cairan sub retina yang cukup banyak, dapat

dilakukan pungsi lewat sklera. 14

4.6 Diagnosis Banding

Diagnosis banding ablasio retina adalah retinoskisis senil dimana pada penyakit ini

retina terlihat terlihat lebih transparan, separasi koroid dimana retina terlihat lebih gelap dan

dapat melewati ora serrata dan tumor koroid atau melanoma maligna perlu pemeriksaan USG

untuk mengetahui adanya tumor tersebut.12

34

Page 35: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 35/44

4.7 Komplikasi

Penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan merupakan komplikasi yang paling

sering terjadi pada ablasio retina. Penurunan penglihatan terhadap gerakan tangan atau

 persepsi cahaya adalah komplikasi yang sering dari ablasio retina jika melibatkan makula.1,3

4.7.1 Komplikasi selama operasi14

 ! Kekeruhan kornea

Disebabkan oleh edema epitel akibat peninggian tekanan intraokular saat indentasi

sklera. Epitel dapat juga mengalami kerusakan oleh karena terlalu lama dibiarkan

kering atau oleh trauma mekanik yang tidak disengaja. Kekeruhan ini dapat diatasi

dengan melakukan debridemen epitel.

 !MiosisTerjadi akibat dilatasi sebelum operasi yang tidak memadai, hipotoni saat drainase

atau inflamasi setelah krioterapi. Dapat diatasi dengan penambahan tetes midriarikum.

Bila tidak berhasil, pada mata afakia atau pseudoafakia dapat diberkan 0.2 ml

epinephrin 1/10000 intrakameral. Seperti pada operasi katarak, miosis dapat

dihindarkan dengan pemberian tetes mata obat anti radang non steroid 2 jam prabedah.

 ! Perforasi sklera

Sklera dapat tertembus secara tidak sengaja saat dilakukan jahitan pada sklera. Terlihatdengan munculnya darah, pigmen atau cairan subretina pada jalur jahitan. Segera

lakukan penekanan pada daerah tersebut dengan kapas untuk meninggikan tekanan

intraokular dan menghentikan perdarahan koroid yang mungkin timbul. Kemudian

lakukan oftalmoskopi indirek untuk melihat sedalam apa perforasi yang terjadi. Bila

terjadi robekan retina ldiakukan krioterapi disekeliling robekan dan posisi bakel

disesuaikan agar robekan baru tersebut dapat tertunjang. Bila terjadi perdarahan

koroid masif, harus diatasi dengan tindakan vitrektomi dan drainase transvitreal.

 ! Komplikasi drainage

Komplikasi yang dapat terjadi yaitu, perforasi retina, inkarserasi retina, dan

 perdarahan koroid. Perforasi dapat terjadi apabila cairan subretinal daerah pungsi yang

dipilih terlalu dangkal atau penetrasi jarum pungsi terlalu dalam. Lakukan krioterapi

dan penyesuaian letak bakel.

 !  Fishmouthing robekan retina

Akibat pemasangan pita sirklase yang terlalu kuat sehingga menyebabkan

35

Page 36: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 36/44

 pemendekan relatif lingkaran sklera dan koroid dari retina. Permukaan retina yang

 berlebih ini akan mengakibatkan lipatan-lipatan retina diatas bakel. Fishmouth terjadi

 bila lipatan pada robekan retina, sehingga menyebabkan elongasi robekan berbentuk

lonjong, meridian anteroposterior. Dapat diatasi dengan menambahkan elemen radial

diatas daerah yang melipat atau dengan mengganti pita yang lebih lebar.

 ! Kriopeksi pada makula atau nervus optikus

Terjadi bila terdapat kesalahan indentasi dengan batang kriopeksi sehingga lokasi

ujung kriopeksi terletak lebih posterior.

 ! Ruptur sklera

Terjadi akibat penekanan sklera yang berlebihan atau pengangkatan tip kriopeksi

sewaktu masih melekat.

4.7.2 Komplikasi sesudah operasi 14

 ! Glaukoma

Glaukoma yang terjadi umumya sudut tertutup dengan atau tanpa blok pupil. Terjadi

 peninggian tekanan intraokular, edema kornea dan pendangkalan sudut bilik mata

depan. Bila ada blok pupil akan terlihat adanya iris bombe. Mekanisme terjadinya

 penyempitan sudut bilik mata depan akibat desakan korpus siliaris yang sedikit

terlepas. Lepasnya korpus siliaris akibat tertimbunnya cairan dirongga suprakoroidal.Umumnya terjadi 2 -7 hari pasca bedah tapi dapat juga terjadi pada hari pertama pasca

 bedah. Terapi awal yaitu dengan obat-obatan penurun tekanan bola mata dan steroid

topikal untuk mengurangi reaksi radang dan memperkecil terjadinya sinekia. Bila

 beberapa hari belum berhasil, lakukan operasi pungsi atau drainage cairan suprakoroid

sambil menyuntikkan Balance Saline Solution kedalam bilik mata depan. Bila ada

sinekia lepaskan dengan spatula atau suntikan sodium hyaluronate.

 ! Iskemia segmen anterior 

Gejala klinis yang terlihat adalah edema stroma kornea, flare cairan akuos, tekanan

tinggi bola mata dan kadang-kadang penangkalan bilik mata depan. Perubahan yang

terjadi kemudian adalah atropi iris, sinekia anterior dan posterior, katarak dan

neovaskularisasi iris. Kadang-kadang sulit membedakan secara klinis antara iskemia

segmen anterior dengan penutupan sudut bilik mata depan. Iskemia umumya

 berhubungan dengan adanya gangguan peredaran darah arteri menju korpus siliaris

akibat rusaknya arteri siliaris longus bila dilakukan reseksi otot lebih dari satu atau

36

Page 37: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 37/44

 peredaran darah vena yang keluar dari korpus siliaris akibat penekanan pita sirklase.

Bila gejala ringan dapat diterapi dengan streoid topikal atau sistemik. Bila berat pita

sirklase perlu dilepas.

 ! Infeksi

Bakel sklera merupakan benda asing bagi tubuh, kemungkinan infeksi dapat terjadi.

Gejala klinis akut yang timbul adalah nyeri, proptosis, vitritis dan abses sklera.

Umumnya timbul pada hari ke 4 – 9 sesudah operasi. Infeksi setelah kriopeksi

eksplant timbul umumnya 2 minggu sampai 2 bulan pasca bedah. Gejala berupa

hiperemia konjungtiva, kemosis, fistula, granuloma, sekret purulen, dan perdarahan

konjungtiva. Kuman penyebab tersering adalah stafilokokus. Pencegahan dilakukan

dengan merendam bakel yang akan digunakan dalam larutan antibiotik. Terapi dengan

antibiotik topikal dan sistemik dapat mengurangi gejala tetapi tidak menyembuhkansehingga seringnya bakel perlu dikeluarkan.

 ! Pelepasan koroid

Penumpukan cairan dirongga suprakoroid sering terjadi setelah pemasangan bakel

sklera karena obstruksi vena vortikosa. Pelepasan koroid ini dipengaruhi oleh panjang

keliling dan letak posterior dari bakel sklera. Posisi bakel segmental dan tidak lebih

dari 14 mm, umumnya memperkecil terjadinya pelepasan koroid. Pelepasan koroid

umumnya terjadi 2 - 4 hari setelah operasi. Permukaan umumnya rata, warna pucat

kemerahan, pelepasan melewati ora serrata dan disertai virtritis yang dapat

menimbulkan kekeruhan vitreous. Selain itu, bentuk dan ukuran tidak berubah dengan

 pergerakan kepala atau mata. Pelepasan koroid yang ringan atau sedang diserap dalam

 beberapa minggu. Steroid dapat mempercepat penyerapan.Pada pelepasan yang berat

dapat menimbulkan aposisi retina dan glaukoma sudut tertutup sehingga harus

dilakukan pembedahan.

 ! Edema makula kistoid

Timbul 4 – 6 minggu pasca bedah sebagai respon terhadap inflamasi okular. Inflamasi

timbul akibat prostaglandin banyak diproduksi oleh trauma manipulasi saat

 pembedahan. Prostaglandin meninggikan permeabilitas kapiler perifoveal sehingga

timbul gejala edema makula kistoid. Terapi umumnya diberikan streroid atau NSAID

topikal, subkonjungtiva atau sistemik.

 !  Macular pucker 

Merupakan membran epiretina yang tipis dan transparan diatas makula yang dapat

37

Page 38: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 38/44

mengalami kontraksi sentripetal akibat kerutan retina berbentuk striae. Faktor

resikonya adalah proliferatif vitreotinopathy, usia, ablasio total, dan prolaps vitreous

saat drainage.

 ! Diplopia pasca bedah

Terjadi pada pemasangan implan atau eksplan berukuran besar dibawah otot rektus.

Kerusakan traumatik otot rektus dapat terjadi selama pemasangan dan pelepasan

 bakel. Terapinya konservatif karena kebanyakan kasus mengalami resolusi spontan.

 ! Perubahan anomali refraksi

Bakel segmental sangat kecil pengaruhnya terhadap kelainan refraksi, kecuali bakel

radial besar yang melewati ora serrata ke anterior yang dapat mengubah kelengkungan

kornea.

Besar dan arah perubahan refraksi tergantung tingginya pendesakan yang ditimbulkan pita sirklase. Indentasi rendah atau sedang memperpanjang aksis, sebaliknya indentasi

tinggi memperpendek aksis sehingga mata menjadi hipermetrop. Perubahan ini

umumnya menjadi stabil setelah 2 -3 bulan pasca operasi.

 ! Kegagal penempelan retina

Disebabkan karena vitreoretinopati proliferatif, robekan yang tidak tertunjang karena

tidak terlihat waktu operasi, dan kedudukan bakel yang tidak tepat.

4.8 Prognosis

Terapi yang cepat akan mendapatkan prognosis yang lebih baik. Perbaikan anatomis

kadang tidak sesuai dengan perbaikan fungsi. Jika makula melekat dan pembedahan berhasil

melekatkan kembali retina perifer, maka hasil penglihatan sangat baik. Jika makula lepas

lebih dari 24 jam sebelum pembedahan, maka tajam penglihatan sebelumnya mungkin tidak

dapat pulih sepenuhnya. Pembedahan yang melibatkan makula dapat mengembalikan fungsi

visual sekitar 20/50 dimana makula yang terlibat hanya sepertiga atau setengah dari makula

tersebut. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor seperti irreguler astigmat akibat

 pergeseran pada saat operasi, katarak progresif, dan edema makula. Jika retina tidak berhasil

dilekatkan kembali dan pembedahan mengalami komplikasi, maka dapat timbul perubahan

fibrotik pada vitreous (vitreoretinopati proliferatif).1,3,4

Pasien dengan ablasio retina yang melibatkan makula dan berlangsung kurang dari 1

minggu, memiliki kemungkinan sembuh post operasi sekitar 75% sedangkan yang

 berlangsung 1-8 minggu memiliki kemungkinan 50 %.3

38

Page 39: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 39/44

BAB V

KESIMPULAN

Ablasio retina adalah terpisahnya sel kerucut dan batang retina dari sel epitel pigmen

retina. Namun, sel epitel pigmen retina masih melekat erat dengan membran Bruch. Ablasio

retina jarang terjadi pada populasi umum, tetapi terdapat beberapa populasi yang memiliki

faktor predisposisi berpeluang besar mengalami ablasio retina, misalnya mata dengan miopia

tinggi, pasca retinitis, afakia, pseudoafakia, trauma, dan retina yang memperlihatkan

degenerasi di bagian perifer. Ablasio retina diklasifikasikan menjadi 2 yaitu ablasio

regmatogenosa dan ablasio non regmatogenosa, dimana ablasio non regmatogenosa ini dibagi

lagi menjadi dua yaitu ablasio retina serosa atau eksudat dan ablasio retina traksi.

Pada ablasio retina regmatogenosa terjadi karena robekan atau lubang pada retina

sehingga mengakibatkan cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel retina sehingga

menyebabkan retina terlepas dari epitel pigmen retina. Ablasio retina eksudatif terjadi akibat

adanya penimbunan cairan eksudat di bawah retina (subretina) dan mengangkat retina.

Ablasio retina traksi adalah lepasnya jaringan retina akibat tarikan jaringan parut pada korpus

vitreus atau badan kaca yang menyebabkan retina terangkat dari epitel pigmennya. Yang

membedakan ketiga jenis ablasio retina ini adalah pada ablasio retina regmatogenosa terdapat

gejala floaters dan fotopsia dimana ablasio jenis ini merupakan ablasio retina primer

sedangkan dua jenis ablasio retina lain adalah sekunder. Perbedaan dua jenis ablasio sekunder

tersebut adalah pada ablasio retina eksudat terdapat cairan subretina yang dipengaruhi oleh

gaya gravitasi sedangkan pada ablasio retina traksi gambaran karakteristiknya yaitu

 permukaan retina yang licin dan imobile.

Diagnosis ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi,

dan pemeriksaan penunjang. Gejala yang sering muncul adalah penurunan visus, gangguan

lapang pandang, dan pada pemeriksaan fundus okuli ditemukan adanya retina yang terlepas berwarna pucat dengan pembuluh darah retina yang berkelok-kelok disertai atau tanpa adanya

robekan retina. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan

laboratorium dan USG bila dibutuhkan.

Penatalaksanaan ablasio retina adalah pembedahan dengan tujuan melekatkan kembali

 bagian retina yang lepas. Pembedahan dilakukan secepat mungkin dan sebaiknya 1-2 hari.

Pembedahan yang dapat dilakukan adalah dengan Scleral buckling, Retinopeksi pneumatik,

dan Vitrektomi. Pada ablasio retina regmatogenosa sering dilakukan scleral buckling   atau

39

Page 40: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 40/44

retinopeksi pneumatik. Pada ablasio retina traksi sering dilakukan vitrektomi. Sedangkan pada

ablasio eksudat diberikan terapi untuk mengobati penyebab terjadinya ablasio.

Komplikasi yang sering terjadi pada ablasio retina adalah penurunan ketajaman

 penglihatan dan kebutaan. Komplikasi yang dapat timbul selama operasi adalah kekeruhan

kornea, miosis, perforasi sklera,  fishmounthing   retina, kriopeksi pada makula, dan ruptur

sklera. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi setelah operasi adalah glaukoma, iskemia

segmen anterior, infeksi, pelepasan koroid, edema makula kostoid, macular pucker , gangguan

refraksi, dan kegagalan penempelan retina.

Prognosis ablasio retina baik apabila penatalaksanaan dilakukan dengan cepat.

 Namun, jika makula melekat dan pembedahan berhasil melekatkan kembali retina perifer,

maka hasil penglihatan sangat baik tetapi jika makula lepas lebih dari 24 jam sebelum

 pembedahan, maka tajam penglihatan sebelumnya mungkin tidak dapat pulih sepenuhnya.

40

Page 41: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 41/44

BAB V

GAMBAR FUNDUS

Gambar 25. Gambaran fundus normal 15

Gambar 26. Retinal tear  perifer sebelum dan sesudah koagulasi sinar laser 

Gambar 27. Sobekan perifer ireguler bentuk tapal kuda Gambar 28. Fundus pasca operasi ablasi

  diterapi dengan koagulasi sinar laser 

41

Page 42: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 42/44

Gambar 29. Retinal hole perifer sebelum dan sesudah koagulasi laser 

  Gambar 30. Lubang retina perifer Gambar 31. Ablasio retina total

Gambar 32. Ablasio retina traumatik Gambar 33. Ablasio retina lama dengan giant tear 

42

Page 43: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 43/44

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta.  Ilmu Penyakit Mata edisi keempat. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia: Jakarta. 2011.1-13;187-90

2. Freeman WR, Practical Atlas of Retinal Disease and Therapy. Edition 2. Lippincott-

Raven, Hongkong. 1998.

3. Khurana.  Diseases of retina in comprehensive ophthalmology 4th  edition. New Age

International Limited Publisher: India. 249- 79.

4. Vaughan, Daniel G. Asbury, Taylor.Oftalmologi umum (General ophthalmology) edisi

17. EGC: Jakarta. 2000. 12-199

5. Lang, GK. Ophtalmology, A Pocket Textbook Atlas. 2nd Edition. Thieme. Germany.

2006. 305-44.

6. Ilyas H. Sidarta.  Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata.  Jakarta : Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. 3-7; 33-34; 39; 87-8; 95-6; 125-7; 143-4;

155; 165-9; 195-6; 211-2.

7. Reynolds,J. Olitsky,S.  Anatomy and Physiology of Retina In : Pediatric retina.

Springer-verlag : Berlin Heidelberg. 2011. 39-50.

8. Sherwood, L. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta : Penerbit buku

kedokteran EGC. 2012. 211-30.

9. Sundaram venki. Training in Ophthalmology. Oxford university press: New York.

2009.118-19

10. American Academy Ophtalmology. Retina and Vitreous: Section 12. Singapore: LEO;

2008. 9-299

11. Larkin, L. Gregory. Retinal Detachment.[serial online] 20th

 september 2010 [cited 20th

June 2014]. Available from : http//emedicine.medscape.com/article/1226426

12. Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag /

SMF Ilmu Penyakit Mata. Ed. 3. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga; 2006. 106-9.

13. Wu, L. Retinal Detachment, Exudative. 2007. [cited 20th June 2014]. Available from:

http://www.emedicine.com/oph/ophRETINA.htm.

43

Page 44: Ablasio Retina

7/18/2019 Ablasio Retina

http://slidepdf.com/reader/full/ablasio-retina-56d4c7a2cb8f2 44/44

14. Ryan.SJ, Glaser.BM, Michels.RG : Retina, vol 3, Surgical Retina. St. Louis, The CV

Mosby Company, 1989.

15. Sautter. H, Straub W, Turss R. Atlas Fundus Okuli. Edisi 3. EGC: Jakarta. 1986. 6; 70-

1; 121-9.