ablasio retina

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina atau selaput jala mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya (fotoresptor). Terdapat dua tipe sel fotoreseptor pada retina, yaitu sel batang dan sel kerucut. 1,2,3,4 Retina berbatasan dengan koroid dengan sel epitel pigmen retina. Epitel pigmen retina terdiri dari satu lapis sel yang terfiksasi pada membrana Bruch yang merupakan lapisan aseluler di mana bagian dalamnya berfungsi sebagai membrana basalis epitel pigmen retina. Ruang potensial antara neuroretina dan epitel pigmennya sesuai dengan rongga vesikel optik embrionik. Kedua jaringan ini melekat longgar pada mata yang matur sehingga mudah terpisah dan membentuk

Upload: yulia

Post on 02-Feb-2016

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ABLASIO RETINA

TRANSCRIPT

Page 1: ABLASIO RETINA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan multilapis

yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina atau

selaput jala mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya

(fotoresptor). Terdapat dua tipe sel fotoreseptor pada retina, yaitu sel batang dan

sel kerucut.1,2,3,4

Retina berbatasan dengan koroid dengan sel epitel pigmen retina. Epitel

pigmen retina terdiri dari satu lapis sel yang terfiksasi pada membrana Bruch

yang merupakan lapisan aseluler di mana bagian dalamnya berfungsi sebagai

membrana basalis epitel pigmen retina. Ruang potensial antara neuroretina dan

epitel pigmennya sesuai dengan rongga vesikel optik embrionik. Kedua jaringan

ini melekat longgar pada mata yang matur sehingga mudah terpisah dan

membentuk suatu ruang subretina, seperti yang terjadi pada ablasio retina.1,2,3

Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel

kerucut dan sel batang retina dengan dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan

ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan membran Bruch. Sesungguhnya

antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu perlekatan struktural

dengan koroid atau epitel pigmen, sehingga merupakan titik lemah yang

potensial untuk lepas secara embriologis. Terdapat tiga jenis utama ablasio retina

yaiut : ablasio regmatogenosa, ablasio traksi dan ablasio eksudatif.1

Page 2: ABLASIO RETINA

Bentuk tersering dari ketiga jenis ablasio retina adalah ablasio regmatogenosa.

Menurut penelitian, di Amerika Serikat insiden ablasio retina 1 dalam 15.000

populasi dengan prevalensi 0.3%. sedangkan insiden ablasio retina

regmatogenosa kira-kira 1 diantara 10.000 orang. Pasien dengan miopi yang

tinggi (>6D) memiliki 5% kemungkinan resiko terjadinya ablasio retina, afakia

sekitar 2%, komplikasi ekstraksi katarak dengan hilangnya vitreus dapat

meningktkan angkat kejadian ablasio hingga 10%.3,5,6,7

Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel epitel pigmen

retina akan mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi retina dari pembuluh

darah koroid yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi

yang menetap. Penatalaksanaan utama dari ablasio retina adalah pembedahan.

Tujuannya yaitu untuk menemukan dan memperbaiki semua robekan retina.

Diharapkan dengan mengetahui etiologi dan penatalaksanaan ablasio retina

sedini mungkin dapat mencegah komplikasi yang sering terjadi yakni penurunan

ketajaman penglihatan dan kebutaan.2

1.2 Batasan Masalah

Makalah Meet The Expert ini membahas mengenai etiologi dan

penatalaksanaan ablasio retina regmatogenosa.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dibuatnya makalah Meet The Expert ini adalah untuk menambah

wawasan mengenai etiologi dan penatalaksanaan ablasio retina regmatogenosa.

1.4 Metode Penulisan

Page 3: ABLASIO RETINA

Makalah Meet The Expert ini dibuat dengan metode penulisan tinjauan

kepustakaan yang merujuk pada berbagai literatur.

Page 4: ABLASIO RETINA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Retina

Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan semitransparan

yang melapisi bagian dalam dua pertiga posterior dinding bola mata. Retina

membentang ke anterior hampir sejauh corpus ciliare dan berakhir pada ora

serrata dengan tepi yang tidak rata. Permukaan luar retina sensoris bertumpuk

dengan lapisan epitel berpigmen retina sehingga juga berhubungan dengan

membran Bruch, koroid, dan sklera. Permukaan dalam retina berhadapan dengan

vitreus.8

Gambar 1 : Anatomi Mata

Gambar 2 : Anatomi Retina

Page 5: ABLASIO RETINA

Retina berasal dari bagian dalam cawan optic yang timbul dari bagian cefal

tabung neural embrio. Bagian luar cawan ini akan menjadi satu lapisan epitel

pigmen. Sel bakal retina tersebut terus berkembang dari satu jenis sel embrional

akhirnya menjadi 5 jenis sel yang tersusun teratur.9

1. Sel-sel reseptor, Berupa sel batang dan kerucut10.

Sel kerucut (cones) paling banyak terdapat di bagian sentral yang

dinamakan sebagai daerah macula lutea. Pada sentral macula lutea, yaitu

daerah fovea sentralis yang tidak tercampuri sel-sel batang. Besar macula

lutea 1-2 mm, daerah ini daya penglihatannya paling tajam terutama di fovea

sentralis. Struktur macula lutea :

a. Tidak ada sel saraf

b. Sel sel ganglion sangat banyak di pinggir

c. Lebih banyak sel kerucut daripada sel batang. Pada fovea sentralis hanya

terdapat sel kerucut.

Pada nasal dari macula lutea terdapat papilla nervi opticum yaitu

tempat dimana nervus II menembus sclera. Papil ini hanya terdiri dari serabut

saraf, tidak mengandung sel batang atau sel kerucut sama sekali. Oleh karena

itu, tidak dapat melihat sama sekali dan disebut titik buta (skotoma fisiologis,

blind spot). Bentuk papil lonjong, berbatas tegas, pinggirnya lebih tinggi dari

retina sekitarnya. Bagian tengahnya ada lekukan yang tampak agak pucat

besarnya 1/3 diameter papil yang disebut ekskavasasi fisiologis. Dari tempat

ini keluarlah arteri dan vena retina sentral yang kemudian bercabang-cabang

ke temporal dan ke nasal, keatas dan ke bawah.

Page 6: ABLASIO RETINA

Fungsi sel kerucut adalah untuk photoptic vision (melihat warna,

cahaya intensitas tinggi dan penglihatan sentral/ketajaman penglihatan).

Persepsi detail dan warna pada cahaya yang cukup terang. Pada cahaya yang

remang-remang sel kerucut ini kurang berfungsi. Didalam sel kerucut terdapat

3 macam pigmen yang masing-masing peka terhadap sinar merah, hijau, biru.

Sel-sel batang lebih banyak di bagian perifer terutama di sekitar macula.

Fungsinya adalah untuk penglihatan di tempat gelap untuk scotoptic vision,

yaitu untuk melihat cahaya dengan intensitas rendah tidak dapat melihat

warna, untuk penglihatan perifer dan orientasi ruangan.

2. Sel-sel bipolar

Yaitu penghubung dari sel sel reseptor dengan sel ganglion.

Bentuknya ada yang khusus menyambungkan satu sel reseptor kerucut dengan

sel ganglion dan ada pula bercabang banyak yang menghubungkan beberapa

sel batang ke satu sel ganglion.10

3. Sel ganglion

Sel ganglion menyampaikan impuls ke arah otak. Aksonnya panjang

meliputi lapisan permukaan retina, yang terus berkumpul di saraf optic dan

selanjutnya sampai di badan genikulatum lateral untuk bersinaps di sini

dengan sel sel saraf yang melanjutkan impuls visual kekorteks ke daerah

fissure calcarina lobus oksipitalais.10

4. Neuron Lainnya : sel Horizontal dan sel amakrin

Diduga berfungsi mengatur atau menggabungkan dan menyaring

aliran impuls dari masing-masing sel saraf sebelumnya.10

Page 7: ABLASIO RETINA

5. Sel Muller

Bukan sel saraf tapi fungsinya penting sebagai membentuk sistem

kerangka penunjang jaringan retina. Membran limitasi interna dan eksterna

adalah bagian yang dibentuknya. Sel muller berfungsi sebagai depot glikogen

yang penting untuk energi sel lainnya.10

Histologi neuroretina dari lapisan dalamnya:8,11

Gambar 3 : Histologi Neuroretina

1. Lapisan membran limitan interna, merupakan membran hialin antara

retina dan badan kaca.

2. Lapisan serat saraf dari sel ganglion, yang mengandung akson-akson sel

ganglion yang berjalan menuju ke nervus optikus.

3. Lapisan inti sel ganglion

Page 8: ABLASIO RETINA

4. Lapisan molikuler (flexiform) dalam, yang mengandung sambungan-

sambungan (sinaps) sel ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar.

5. Lapisan nukleus dalam, merupakan lapisan aselular yang merupakan

tempat sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.

6. Lapisan flexiform luar, merupakan lapisan aselular mengandung

sambungan-sambungan sel bipolar dan sel horizontal dengan fotoreseptor.

7. Lapisan nuklearis luar, merupakan susunan lapis nucleus sel kerucut dan

sel batang

8. Lapisan membrane limitan eksterna, merupakan membrane ilusi

9. Lapisan segmen luar dari sel reseptor

10. Epitel pigmen

Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri

retina sentral masuk retina melalui papil syaraf optik yang akan memberikan

nutrisi pada retina dalam. Dari ekskavasasi fisiologis papilla nervi optisi

keluarlah arteri dan vena retina sentral yang kemudian bercabang-cabang ke

temporal dan ke nasal, juga ke atas dan ke bawah. Arteri ini merupakan arteri

terminal dan tidak ada anastomose (end artery). Kadang-kadang didapat

anastomose antara pembuluh darah arteri siliaris dan arteri retina sentral yang

disebut arteri silioretina yang biasanya terletak di daerah makula.10

Pada pemeriksaan funduskopi, dinding pembuluh darah tidak dapat dilihat.

Pembuluh darah arteri diameter lebih kecil dengan perbandingan a:v = 2:3.

Warnanya lebih merah, bentuknya lebih lurus di tengah-tengahnya terdapat

Page 9: ABLASIO RETINA

reflex cahaya. Sedangkan pembuluh darah vena lebih besar, warna lebih tua dan

bentuk lebih berkelok-kelok10.

Retina menerima darah dari 2 sumber :

1. Koriokapilaris yang mendarahi 1/3 luar retina termasuk lapisan flexiform luar

dan lapisan inti luar, fotoreseptor dan lapisan epitel pigmen retina.

2. Arteri retina sentral yang mendarahi 2/3 sebelah dalam retina.

Fovea sepenuhnya diperdarahi oleh koriokapilaris. Pembuluh darah retina

mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang yang membentuk sawar darah

retina. Sawar darah retina sebelah luar terletak setinggi lapisan epitel pigmen

retina.10

2.2 Fisiologi Retina

Retina adalah jaringan mata yang paling kompleks. Mata berfungsi sebagai

suatu alat optik, suatu reseptor yang kompleks, dan suatu transduser yang

efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mengubah rangsangan

cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh jaras-jaras penglihatan

ke korteks penglihatan oksipital.12

Fotoreseptor tersusun sedemikian rupa sehingga kerapatan sel kerucut

meningkat di pusat makula (fovea), semakin berkurang ke perifer, dan kerapatan

sel batang lebih tinggi di perifer. Di foveola, terdapat hubungan hampir 1:1

antara fotoreseptor kerucut, sel ganglionnya, dan serat-serat saraf yang keluar,

sedangkan di retina perifer, sejumlah fotoreseptor dihubungkan ke sel ganglion

yang sama. Fovea berperan pada resolusi spasial (ketajaman penglihatan) dan

penglihatan warna yang baik, keduanya memerlukan pencahayaan ruang yang

Page 10: ABLASIO RETINA

terang (penglihatan fotopik) dan paling baik di foveola; sementara retina sisanya

terutama digunakan untuk penglihatan gerak, kontras, dan penglihatan malam

(skotopik).12

Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar retina sensorik yang

avaskular dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang mengawali

proses penglihatan. Setiap sel fotoreseptor kerucut mengandung rhodopsin, suatu

pigmen penglihatan yang fotosensitif dan terbenam di dalam diskus bermembran

ganda pada fotoreseptor segmen luar. Pigmen ini tersusun atas dua komponen,

sebuah protein opsin dan sebuah kromofor. Opsin dalam rhodopsin adalah

scotopsin. Opsin tersebut mengelilingi kromofornya, retinal, yang merupakan

turunan dari vitamin A. Saat rhodopsin menyerap foton cahaya , 11-cis-retinal

akan mengalami isomerisasi menjadi all-trans-retinol. Perubahan bentuk itu akan

mencetuskan terjadinya kaskade penghantar kedua (secondary messenger

cascade). Puncak absorbsi cahaya oleh rhodopsin terjadi pada panjang

gelombang sekitar 500 nm, yang merupakan daerah biru-hijau spektrum cahaya.

Fotopigmen sel kerucut terdiri atas 11-cis-retinal yang terikat pada protein opsin

selain scotopsin.13

Penglihatan skotopik seluruhnya diperantarai oleh fotoreseptor batang.

Sewaktu retina telah beradaptasi penuh terhadap cahaya, sensitivitas spektrum

retina bergeser dari puncak dominasi rhodopsin 500 nm ke sekitar 560 nm, dan

muncul sensasi warna. Suatu objek akan berwarna apabila objek tersebut secara

selektif memantulkan atau menyalurkan sinar dengan panjang gelombang

tertentu dalam kisaran spektrum cahaya tampak (400-700 nm). Penglihatan

Page 11: ABLASIO RETINA

siang hari (fotopik) terutama diperantarai oleh fotoreseptor kerucut, senjakala

(mesopik) oleh kombinasi sel kerucut dan batang, dan malam hari (skotopik)

oleh fotoreseptor batang.13

Fotoreseptor dipelihara oleh epitel pigmen retina, yang berperan penting

dalam proses penglihatan. Epitel ini bertanggung jawab untuk fagositosis segmen

luar fotoreseptor, transportasi vitamin, mengurangi hamburan sinar, serta

membentuk sawar selektif antara koroid dan retina. Mmbran basalis sel-sel epitel

pigmen retina membentuk lapisan dalam membran Bruch, yang juga tersusun

atas matriks ekstraselular khusus dan membran basalis koriokapilaris sebagai

lapisan luarnya. Sel-sel epitel pigmen retina mempunyai kemampuan terbatas

dalam melakukan regenerasi.13

2.3 Definisi

Ablasio berasal dari bahasa latin ablation yang berarti pembuangan atau

terlepasnya salah satu bagian badan. Ablasio retina merupakan suatu kelainan

pada mata yang disebabkan terpisahnya lapisan Neurosensorik retina dari lapisan

epitel pigmen Retina hal ini mengakibatkan terjadinya akumulasi cairan subretina

di ruang potensial antara lapisan neurosensorik retina dengan epitel pigmen

retina.1,8

Secara umum, terdapat tiga jenis ablasio retina yaitu :8,13

1. Ablasio retina regmatogenosa

Kata regmatogenosa berasal dari bahasa Yunani ”rhegma” yang berarti

robek atau terputus. Pada tipe ini, terjadi robekan pada retina sehingga cairan

yang masuk ke belakang antara sel pigmen dengan sel fotoreseptor. Terjadi

Page 12: ABLASIO RETINA

pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreous) seperti yang masuk

melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga

mengapungkan retina dan terlepas dari lapisan epitel pigmen.1,14

Ablasio retina regmatogenosa ditandai dengan pemutusan total (full-

thickness) dari lapisan neurosensorik retina, traksi vitrous dengan derajat yang

bervariasi dan korpus vitreus cair melalui defek retina sensorik ke dalam

ruang subretina. Ablasio retina regmatogenosa spontan biasanya didahului

oleh pelepasan korpus vitreus. Miopia, afakia, lattice degeneration (kelemahan

retina perifer dasar), dan trauma mata biasanya berkaitan dengan ablasio

retina jenis ini.8,13

2. Ablasio Retina Traksional

Keadaan ditandai terlepasnya lapisan neurosensorik retina dari epitel pigmen

retina akibat tarkan jaringan parut pada vitreous.1

3. Ablasio Retina eksudat

Tertimbunnya eksudat di bawah lapisan neurosensorik retina sehingga

melepaskan lapisan retina tersebut.1

2.4 Epidemiologi

Insiden ablasio retina di Amerika Serikat adalah 1:15.000 populasi dengan

prevalensi 0.3%. Umur yang terbanyak menderita Ablasio Retina adalah 40

sampai 70 tahun dan lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita, hal ini

mungkin disebabkan seringnya pria mendapat trauma dibanding wanita. Pada

keadaan tertentu ablasio retina sering menyerang kedua mata terutama pada mata

afakia. 5,6

Page 13: ABLASIO RETINA

Ablasio retina regmatogenosa merupakan ablasio retina yang paling sering

terjadi. Sekitar 1 dari 10.000 populasi normal akan mengalami ablasio retina

regmatogenosa. Selain itu ablasio ini bisa terjadi pada kedua mata pada 10%

pasien. Kejadian ablasio retina sedikit meningkat pada usia pertengahan (usia 20-

30 tahun) akibat trauma.3 Beberapa populasi memiliki bakat dan peluang besar

mengalami ablasio retina, misalnya mata dengan miopia tinggi, pasca retinitis,

dan retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer.7

2.5 Etiologi

Etiologi yang terkait dengan ablasio retina adalah miopia , katarak removal,

dan trauma. Sekitar 40 - 50 % dari semua pasien dengan ablasio retina memiliki

miopia. Ablasio retina yang berhubungan dengan miopia cenderung terjadi pada

pasien berusia 25 - 45 tahun, sementara non-miopia cenderung terjadi pada orang

tua. Pasien dengan miopia tinggi ( > 6 D ), lebih sering terjadi pada laki-laki

daripada perempuan, memiliki resiko seumur hidup 5 % dari ablasio retina.

Ablasio retina terjadi kira-kira 5-16 per 1000 kasus diikuti oleh penyebab operasi

katarak, dan ini terdiri dari sekitar 30 - 40 % dari semua ablasio retina yang

dilaporkan. Faktor-faktor resiko yang terkait dengan ablasio retina dalam katarak

removal yang tidak disengajakan (accidental) adalah posterior kapsul pecah pada

saat operasi, usia muda, panjang aksial meningkat, ruang bilik mata depan yang

dalam, dan jenis kelamin laki-laki. Kira-kira 10 - 20% dari ablasio retina

dikaitkan dengan trauma mata langsung 1,5,15

Ablasio retina yang diakibatkan oleh trauma lebih sering terjadi pada orang

yang lebih muda. Meskipun tidak ada penelitian telah memperkirakan kejadian

Page 14: ABLASIO RETINA

ablasio retina dalam olahraga, olahraga tertentu (misalnya, tinju dan bungee

jumping ) berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya ablasio retina. Ada

juga beberapa laporan bahwa Laser capsulotomy dikaitkan dengan peningkatan

resiko ablasio retina. Di Amerika Serikat, kelainan struktural, operasi

sebelumnya, trauma dan uveitis adalah faktor resiko utama untuk ablasio retina.

Miopia yang tinggi, trauma, kelainan struktural dan operasi sebelumnya adalah

faktor resiko utama di Asia.16

2.5 Klasifikasi

Ablasio retina regmatogenosa dapat diklasifikasikan berdasarkan patogenesis,

morfologi dan lokasi.

a. Berdasarkan patogenesisnya, dibagi menjadi; (1) Tears, disebabkan oleh traksi

vitreoretina dinamik dan memiliki predileksi di superior dan lebih sering di

temporal daripada nasal.(2) Holes, disebabkan oleh atrofi kronik dari lapisan

sensori retina, dengan predileksi di daerah temporal dan lebih sering di

superior daripada inferior, dan lebih berbahaya dari tears.

b. Berdasarkan morfologi, dibagi menjadi; (1) U-tearsm, terdapat flap yang

menempel pada retina di bagian dasarnya, (2) incomplete U-tears, dapat

berbentuk L atau J, (3) operculated tears, seluruh flap robek dari retina, (4)

dialyses: robekan sirkumferensial sepanjang ora serata, (5) giant tears

c. Berdasarkan lokasi, dibagi menjadi; (1) oral, berlokasi pada vitreous base, (2)

post oral, berlokasi di antara batas posterior dari vitreous base dan equator,

(3) equatorial, (4) post equatorial: di belakang equator (5) macular, di

fovea.17

Page 15: ABLASIO RETINA

2.6 Patogenesis

Ablasio jenis ini terjadi akibat adanya rhegma atau robekan pada lapisan

retina sensorik (full thickness) sehingga cairan vitreus masuk ke dalam ruang

subretina. Pada tipe ini, gaya yang mencetuskan lepasnya perlekatan retina

melebihi gaya yang mempertahankan perlekatan retina. Tekanan yang

mempertahankan perlekatan retina, antara lain tekanan hidrostatik, tekanan

onkotik, dan transpor aktif. Hal yang mempertahankan perlekatan retina yaitu (1)

Tekanan intraokular memiliki tekanan hidrostatik yang lebih tinggi pada vitreus

dibandingkan koroid. (2) Koroid memiliki tekanan onkotik yang lebih tinggi

karena mengandung substansi yang lebih dissolved dibandingkan vitreus. (3)

Pompa pada sel epitel pigmen retina secara aktif mentranspor larutan dari ruang

subretina ke koroid. Robekan retina terjadi sebagai akibat dari interaksi traksi

dinamik vitreoretina dan adanya kelemahan di retina perifer dengan faktor

predisposisi nya yaitu degenerasi. synchysis, yaitu pada traksi vitreoretina

dinamik, terjadi likuefaksi dari badan vitreus yang akan berkembang menjadi

lubang pada korteks vitreus posterior yang tipis pada fovea. Cairan synchytic

masuk melalui lubang ke ruang retrohialoid. Akibatnya terjadi pelepasan

permukaan vitreus posterior dari lapisan sensori retina. Badan vitreus akan

menjadi kolaps ke inferior dan ruang retrohialoid terisi oleh cairan synchitic.

Proses ini dinamakan acute rhegmatogenous PVD with collapse (acute PVD).

Selain itu juga dapat terjadi sebagai akibat dari komplikasi akut PVD (posterior

vitreal detachment). Robekan yang disebabkan oleh PVD biasanya berbentuk

Page 16: ABLASIO RETINA

huruf U, berlokasi di superior fundus dan sering berhubungan dengan perdarahan

vitreus sebagai hasil dari ruptur pembuluh darah retina perifer.

Gambar 4. Vitreous syneresis

Kebanyakan robaekan terjadi di daerah perifer retina. Hal tersebut dapat

berhubungan dengan degenerasi retina perifer. Terdapat berbagai macam

degenerasi, antara lain:

1. Degenerasi lattice

Biasa ditemukan pada pasien dengan sindrom Marfan, sindrom Stickler, sindrom

Ehler-Danlos. Ditandai dengan bentuk retina yang sharply demarcated,

circumferentially orientated spindle shaped areas. Biasanya terdapat bilateral dan

lebih sering di daerah temporal dan superior.

2. Degenerasi snailtrack

Degenerasi ini berbentuk snowflakes atau white frost like appearance.

3. Degenerasi retinoschisis

Page 17: ABLASIO RETINA

Pada degenerasi ini terjadi pemisahan antara lapisan sensori retina menjadi 2

lapisan, yaitu lapisan koroidal dan lapisan vitreus. Kejadian ini banyak

berhubungan dengan hipermetrop.

4.“White-with-pressure”, “White-without-pressure”.

2.7 Manifestasi Klinis

Pertimbangkan pasien yang khas mengalami ablasio retina, seperti pasien

dengan miopia tinggi dengan usia berkisar 50 tahun, baik laki-laki ataupun

perempuan, yang tiba-tiba mengalami gejala “flashes dan floaters”, yang

biasanya terjadi secara spontan atau sesaat setelah menggerakkan kepala.

Lakukan penggalian secara lebih detail terhadap gejala yang dialami. 8

1. Flashes (photopsia)

Ketika ditanya, pasien biasanya menjawab gejala ini bisa terjadi

sepanjang waktu, tetapi paling jelas saat suasana gelap. Gejala ini cenderung

terjadi terutama sebelum tidur malam. Kilatan cahaya (flashes) biasanya

terlihat pada lapangan pandang perifer. Gejala ini harus dibedakan dengan

yang biasanya muncul pada migrain, yang biasanya muncul sebelum nyeri

kepala. Kilatan cahaya pada migrain biasanya berupa garis zig-zag, pada

tengah lapangan pandang dan menghilang dalam waktu 10 menit. Pada pasien

usia lanjut dengan defek pada sirkulasi vertebrobasilar dapat mendeskripsikan

tipe lain fotopsia, yakni kilatan cahaya cenderung muncul hanya saat leher

digerakkan setelah membungkuk.18

Page 18: ABLASIO RETINA

2. Floaters

Titik hitam yang melayang di depan lapangan pandang adalah gejala

yang sering terjadi, tetapi gejala ini bisa menjadi kurang jelas pada pasien

gangguan cemas. Tetapi jika titik hitamnya bertambah besar dan muncul tiba-

tiba, maka ini menjadi tanda signifikan suatu keadaan patologis. Untuk

beberapa alasan, pasien sering menggambarkan gejala ini seperti berudu atau

bahkan sarang laba-laba. Ini mungkin karena adanya kombinasi gejala ini dan

kilatan cahaya. Kilatan cahaya dan floaters muncul karena vitreus telah

menarik retina, menghasilkan sensasi kilatan cahaya, dan sering ketika

robekan terjadi akan terjadi perdarahan ringan ke dalam vitreus yang

menyebabkan munculnya bayangan bintik hitam. Ketika kedua gejala ini

muncul, maka mata harus diperiksa secara detail dan lengkap hingga

ditemukan dimana lokasi robekan retina. Terkadang, robekan kecil dapat

menyebabkan perdarahan vitreus yang luas yang menyebabkan kebutaan

mendadak.18

3. Black curtain,

Defek lapang penglihatan dirasakan oleh pasien mulai dari perifer

yang lama-lama hingga ke sentral. Keluhan ini dapat saja tidak muncul di pagi

hari karena cairan subretina diabsorbsi secara spontan pada saat malam hari.

Arah munculnya defek membantu dalam menentukan lokasi dari robekan

retina. Hilangnya penglihatan sentral mungkin dikarenakan keterlibatan

fovea.18

Page 19: ABLASIO RETINA

Saat anamnesis, penting juga untuk menanyakan riwayat trauma, apakah

terjadi bebrapa bulan sebelum gejala muncul atau bertepatan dengan timbulnya

gejala. Perhatikan juga riwayat operasi, termasuk ekstraksi katarak, pengangkatan

benda asing intraokuler atau prosedur lain yang melibatkan retina. Tanyakan juga

mengenai kondisi pasien sebelumnya, seperti pernah atau tidak menderita uveitis,

perdarahan vitreus, ambliopia, glaukoma, dan retinopati diabetik. Riwayat

penyakit mata dalam keluarga juga penting untuk diketahui

2.8 Tatalaksana

Tujuan dari tatalaksana ablasio retina adalah mengembalikan kontak antara

neurosensorik retina yang terlepas dengan RPE dan eliminasi kekuatan traksi.

Berbagai metode operasi yang akan dilakukan bergantung dari lokasi robekan, usia

pasien, gambaran fundus, dan pengalaman ahli bedah.20

a. Scleral Buckling

Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina regmatogenosa

terutama tanpa disertai komplikasi lainnya. Prosedur meliputi lokalisasi posisi

robekan retina, menangani robekan dengan cryoprobe, dan selanjutnya dengan

scleral buckle (sabuk). Sabuk ini biasanya terbuat dari spons silikon atau silikon

padat. Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan tergantung lokasi dan jumlah

robekan retina. Pertama-tama dilakukan cryoprobe atau laser untuk memperkuat

perlengketan antara retina sekitar dan epitel pigmen retina. Sabuk dijahit

mengelilingi sklera sehingga terjadi tekanan pada robekan retina sehingga terjadi

Page 20: ABLASIO RETINA

penutupan pada robekan tersebut. Penutupan retina ini akan menyebabkan cairan

subretinal menghilang secara spontan dalam waktu 1-2 hari.21

Gambar 5 : Scleral Buckling

b. Pneumatic retinopexi

Pneumatic retinopexi merupakan metode yang juga sering digunakan

pada ablasio retina regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada

bagian superior retina. Teknik pelaksanaan prosedur ini adalah dengan

menyuntikkan gelembung gas ke dalam rongga vitreus. Gelembung gas ini akan

menutupi robekan retina dan mencegah pasase cairan lebih lanjut melalui

robekan. Jika robekan dapat ditutupi oleh gelembung gas, cairan subretinal

biasanya akan hilang dalam 1-2 hari. Robekan retina dapat juga dilekatkan

dengan kriopeksi atau laser sebelum gelembung disuntikkan. Pasien harus

mempertahankan posisi kepala tertentu selama beberapa hari untuk meyakinkan

gelembung terus menutupi robekan retina.21

Page 21: ABLASIO RETINA

Gambar 7: Pneumatic Retinopexy

2.8 Komplikasi

Bila retina tidak dapat direkatkan kembali, maka mata akan terus menurun

penglihatannya dan akhirnya menjadi buta.

Bila ablasinya sudah berlangsung lama, maka pada retina timbul gangguan

metabolisme. Zat-zat toksik yang ditimbulkan, menyebabkan degenerasi dan

atrofi dari retina, karena batang dan kerucut mendapat makanan dari kapiler

koroid, sehingga menjadi rusak sebab makanannya terputus. Juga dapat

menimbulkan uveitis dengan glaucoma dan katarak sebagai penyulit.22

2.9 Prognosis22

Ablasio ini dapat hilang atau menetap bertahun-tahun setelah penyebabnya

berkurang atau hilang. Bila retina berhasil direkatkan kembali, mata akan

mendapatkan kembali sebagian fungsi penglihatan dan kebutaan total dapat

dicegah. Tetapi seberapa jauh penglihatan dapat dipulihkan dalam jangka enam

bulan sesudah tindakan operasi tergantung pada sejumlah faktor. Pada umumnya

Page 22: ABLASIO RETINA

fungsi penglihatan akan lebih sedikit pulih bila ablasio retina telah terjadi cukup

lama atau muncul pertumbuhan jaringan di permukaan retina.

Prognosis ablasio retina:

1. Baik sekali, bila pertama kali operasi berhasil 50-60%

2. Bila operasi pertama tak berhasil, diulang lagi dua kali, prognosis 15%

3. Opeasi yang berulang kalu atau ablasio yang lama, prognosis buruk sekali

BAB III

Page 23: ABLASIO RETINA

ANALISIS SITUASI

3.1 Kesimpulan

Ablasio retina adalah suatu kelainan pada mata yang disebabkan karena

terpisahnya lapisan Neuroretina dari lapisan Epitel Pigmen retina akibat adanya

cairan di dalam rongga subretina atau akibat adanya suatu tarikan pada retina

oleh jaringan ikat atau membran vitreoretina. Ablasio retina merupakan suatu

kegawat daruratan karena dapat menyebabkan kebutaan bagi penderitanya.

Ablasio retina berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi tiga, ialah ablasio

retina regmantogenosa, Ablasio retina traksional dan Ablasio retina eksudatif.

Kata regmatogenosa berasal dari bahasa Yunani ”rhegma” yang berarti robek

atau terputus. Pada tipe ini, terjadi robekan pada retina sehingga cairan yang

masuk ke belakang antara sel pigmen dengan sel fotoreseptor. Etiologi yang

terkait dengan ablasio retina tipe ini adalah miopia , katarak removal, dan trauma.

Sekitar 40 - 50 % dari semua pasien dengan ablasio retina memiliki miopia.

Ablasio retina yang berhubungan dengan miopia cenderung terjadi pada pasien

berusia 25 - 45 tahun, sementara non-miopia cenderung terjadi pada orang tua.

Pasien dengan miopia tinggi ( > 6 D ), lebih sering terjadi pada laki-laki daripada

perempuan, memiliki resiko seumur hidup 5 % dari ablasio retina. Ablasio retina

terjadi kira-kira 5-16 per 1000 kasus diikuti oleh penyebab operasi katarak, dan

ini terdiri dari sekitar 30 - 40 % dari semua ablasio retina yang dilaporkan.

Faktor-faktor resiko yang terkait dengan ablasio retina dalam katarak removal

yang tidak disengajakan (accidental) adalah posterior kapsul pecah pada saat

operasi, usia muda, panjang aksial meningkat, ruang bilik mata depan yang

Page 24: ABLASIO RETINA

dalam, dan jenis kelamin laki-laki. Kira-kira 10 - 20% dari ablasio retina

dikaitkan dengan trauma mata langsung

Penatalaksanaan ablasio retina saat ini hanya dapat dilakukan dengan operasi,

penatalaksanaan medikamentosa biasa tidak dapat mengobati penyakit ini.

Penanganan ablasio retina regmatogen dilakukan dengan tindakan pembedahan

dengan teknik scleral buckling atau pneumatic retinopexy. Pada kedua teknik ini

dilakukan cryotherapy atau laser terlebih dahulu untuk membentuk adhesi antara

epitel pigmen dan sensorik retina.

Sklera buckling yang mendekatkan sklera pada retina yang robek, menjadikan

reposisi retina lebih dekat ke epitel pigmen retina dengan mengurangi tarikan

vitreus pada retina yang robek, pneumatic retinopexi yang digunakan digunakan

pada ablasio retina tertentu yang disebabkan robekan pada 2/3 superior yang

tampak pada fundus dimana prosedur ini memakai gelembung gas yang

disuntikkan dalam ruang intravitreal untuk menekan retina yang robek sampai

retina itu melekat kembali.