documenta

76
1. A. Konsep Dasar Medis 2. 1. Definisi Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001). Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut : - Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang- tulang panjang yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995). - Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990). - Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997) - Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang- tulang panjang yang disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae, infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus. Klasifikasi Osteomielitis Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu: 1. Osteomielitis Primer. Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.

Upload: goonerss-alie

Post on 26-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1. A. Konsep Dasar Medis2. 1. DefinisiOsteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001).Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :-Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).-Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).-Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997)-Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae, infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus.Klasifikasi OsteomielitisDari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:1.Osteomielitis Primer.Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.2.Osteomielitis Sekunder.Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:1.Osteomielitis akutYaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen)Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:a.Osteomielitis hematogenMerupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.b.Osteomielitis direkDisebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.2.Osteomielitis sub-akutYaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.3.Osteomielitis kronisYaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :1.Staphylococcus (orang dewasa)2.Streplococcus (anak-anak)3.Pneumococcus dan Gonococcus1. 2. Etiologi2. 3. Patofisiologi1. Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh streptococcus hemolitikus.2. Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organism yang lain seperti : bakteri coli, salmonella thyposa dan sebagainya.3. Proses spesifik (M.Tuberculosa)4. Penyebaran hematogen dari pusat infeksi jauh (tonsilitis, bisul atau jerawat, ISPA)1. Proses penyakitStaphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan stadium 1) dan sering berhubngan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksiawitan lambat (stadium 2)terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitisawitan lama(stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati(sequestrum)tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum)dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.1. 4. Manifestasi klinis1. Fase akutFase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Makin panas tinggi, nyeri tulang dekat sendi, tidak dapat menggerakan anggota tubuh.b.Fase kronikRasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.1. 5. Pemeriksaan penunjang1. Pemeriksaan darah Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap darah2. Pemeriksaan titer antibody anti staphylococcus Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas3. Pemeriksaan feses Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri salmonella4. Pemeriksaan biopsy tulang Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk serangkaian tes.5. Pemeriksaan ultra sound Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.6. Pemeriksaan radiologisPemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru. Pemeriksaan tambahan :1. Bone scan: dapat dilakukan pada minggu pertama2. MRI: jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.1. 6. Penatalaksanaan medis1. TerapiOsteomielitis hematogen akut paling bagus di obati dengan evaluasi tepat terhadap mikroorganisme penyebab dan kelemahan mikroorganisme tersebut dan 4-6 minggu terapi antibiotic yang tepat.Debridement tidak perlu dilakukan jika telah cepat diketahui. Anjuran pengobatan sekarang jarang memerlukan debridement. Bagaimana jika terapi antibiotic gagal, debridement dan pengobatan 4-6 minggu dengan antibiotic parenteral sangat diperlukan. Setelah kultur mikroorganisme dilakukan, regimen antibiotic parenteral (nafcillin[unipen] + cefotaxime lain [claforan] atau ceftriaxone [rocephin]) diawali untuk menutupi gejala klinis organism tersangka. Jika hasil kultur telah diketahui, regimen antibiotic ditinjau kembali. Anak-anak dengan osteomielitis akut harus menjalani 2 minggu pengobatan dengan antiniotik parenteral sebelum anak-anak diberikan antibiotic oral.Osteomielitis kronis pada orang dewasa lebih sulit disembuhkan dan umumnya diobati dengan antibiotic dan tindakan debridement. Terapi antibiotik oral tidak dianjurkan untuk digunakan. Tergantung dari jenis osteomielitis kronis. Pasien mungkin diobati dengan antibiotik parenteral selama 2-6 minggu. Bagaimanapun,tanpa debridement yang bagus, osteomielitis kronis tidak akan merespon terhadap kebanyakan regiment antibiotic, berapa lama pun terapi dilakukan. Terapi intravena untuk pasien rawat jalan menggunakan kateter intravena yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama (contohnya : kateter hickman) akan menurunkan masa rawat pasien di rumah sakit.Terapi secara oral menggunakan antibiotic fluoroquinolone untuk organism gram negative sekarang ini digunakan pada orang dewasa dengan osteomielitis. Tidak ada fluoroquinolone yang tersedia digunakan sebagai antistaphylococcus yang optimal, keuntungan yang paling penting dari insidensi kebalnya infeksi nosokomial yang didapat dengan bakteri staphylococcus. Untuk lebih lanjutnya, sekarang ini quinolone tidak menyediakan pengobatanDaerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidak nyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuran terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.Pemberian antibiotic dapat dilakukan :1. Melalui oral (mulut)2. Melalui infuse : jika diberikan melalui infus, maka diberikan selama 2 minggu, kemudian diganti menjadi melalui mulut. Jika dalam 24 jam pertama gejala tidak membaik, maka perlu dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan operasi untuk mengurangi tekanan yang terjadi dan untuk mengeluarkan nanah yang ada. Etelah itu dilakukan irigasi secara kontinyu dan dipasang drainase. Teruskan pemberian antiniotik selama 3-4 minggu hingga nilai laju endap darah (LED) normal.1. 7. Komplikasi1. Dini :1) Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)2) Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya sembuh3) Atritis septik2. Lanjut :1) Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi tubuh yang terkena2) Fraktur patologis3) Kontraktur sendi4) Gangguan pertumbuhan1. B. Konsep Dasar Keperawatan1. PengkajianPengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi:a) Identifikasi klienTerdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.b) Riwayat keperawatan1) Riwayat kesehatan masa laluIdentifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.2) Riwayat kesehatan sekarang Apakah klien terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan demam.3) Riwayat kesehatan keluarga Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.4) Riwayat psikososial Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.5) Kebiasaan sehari-haria) Pola nutrisi: anoreksia, mual, muntah.b) Pola eliminasi: adakah retensi urin dan konstipasi.c) Pola aktivitas: pola kebiasaan6) Pemeriksaan fisika) Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.b) Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.c) Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada osteomielitis akut)d) Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan purulen.e) Identisikasi peningkatan suhu tubuhf) Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di palpasi.2. Diagnosa keperawatanDiagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang respon manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara akountabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan. Diagnosa pada pasien dengan osteomielitis adalah sebagai berikut (Marlyn E. Doengoes : hal ) :a) Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.b) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeric) Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ; imobilisasi.d) Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang, kerusakan kulit3. Rencana Keperawatan1. a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dan ketidaknyamanan berkurang, serta tidak terjadi kekambuhan nyeri dan komplikasi Kriteria hasil :Tidak ada nyeri, klien tampak rileks, tidak ada mengerang dan perilaku melindungi bagian yang nyeri, frekuensi pernapasan 12-24 per menit, suhu klien dalam batas normal (36C-37C) dan tidak adanya komplikasi.Intervensi :1)Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring2)Tinggikan ekstermitas yang mengalami nyeri3)Hindari penggunaan sprei atau bantal plastic dibawah ekstermitas yang mengalami nyeri4)Evaluasi keluhan nyeri atau ketidak nyamanan. Perhatikan lokasi dan karakteristik, termasuk intensitas (skala nyeri 1-10). Perhatikan petunjuk nyeri perubahan pada tanda vital dan emosi atau perilaku.5)Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan infeksi pada tulang.6)Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif atau akfif7)Beri alternative tindakan kenyamanan seperti pijatan, punggung atau perubahan posisi.8)Dorong menggunakan tehnik managemen stress, seperti relaksasi progresif, latihan napas dalam, imajinasi visualisasi, dan sentuhan terapeutik.9)Selidiki adanya keluhan nyeri yang tak biasa atau tiba-tiba, lokasi progresif atau buruk tidak hilang dengan analgesik.10)Jelaskan prosedur sebelum melakukan tindakan keperawatan.11)Lakukan kompres dingin 24-48 jam pertama dan sesuai kebutuhan.Kolaborasi :12)Berikan obat analgesik seperti hidroksin,siklobenzaprin sesuai indikasi.13)Awasi analgesic yang diberikan.1. b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeriTujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan mobilitas fisik yaitu klien mampu beradaptasi dan mempertahankan mobilitas fungsionalnyaKriteria hasil :Meningkatkan atau mempertahankan mobilitas, mempertahankan posisi fungsional, meningkatkan kekuatan atau fungsi yang sakit dan mengkompensasikan bagian tubuh.Intervensi :1)Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan adalah cedera atau pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap mobilisasi2)Bantu atau dorong perawatan diri atau keberihan diri (mandi,mencukur)3)Awasi tekanan darah klien dengan melakukan aktivitas fisik, perhatikan keluhan pusing4)Tempatkan dalam posisi terlentang atau posisi nyaman dan ubah posisi secara periodic5)Awasi kebiasaan eliminasi dan berikan ketentuan defekasi rutin6)Berikan atau bantu mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat sesegera mungkin7)Konsul dengan ahli terapi fisik atau rehabilitasi spesialis8)Rujuk ke perawat spesialis psikiatrik klinik atau ahli terapi sesuai indikasi1. c. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ; imobilisasi.Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan masalah gangguan infeksi kulit teratasi dan kembali dalam batas normal.Kriteria hasil :Klien tampak rileks dank lien menunjukan perilaku atau tekhnik untuk mencegah kerusakan kulit, memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.Intervensi :1)Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing kemudian perdarahan dan perubahan warna kulit2)Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan3)Tempatkan bantalan air atau bantalan lain dibawah siku atau tumit sesuai indikasi4)Perawatan, bersihkan kulit dengan sabun air, gosok perlahan dengan alcohol atau bedak dengan jumlah sedikit berat5)Gunakan telapak tangan untuk memasang, mempertahankan atau lepaskan gips, dan dukung bantal setelah pemasangan6)Observasi untuk potensial area yang tertekan, khususnya pada akhir dan bawah beban atau gips.1. d. Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang, kerusakan kulitTujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka diharapkan penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat dan tidak terjadinya infeksi yang berkelanjutan.Kriteria hasil :Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan demam dan juga tidak terjadinya infeksi yang berkepanjanganIntervensi :1)Inspeksi kulit atau adanya iritasi atau adanya kontinuitas2)Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya edema atau eritema atau drainase atau bau tidak sedap3)Berikan perawatan luka4)Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit kecoklatan bau drainase yang tidak enak atau asam5)Kaji tonus otot, reflek tendon6)Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema lokal atau enterna ekstermitas cederaKolaborasi :7)Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokter8)Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasiJ.EvaluasiEvaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan perencanaan berhasil di capai.Ada dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan :1.Proses ( sumatif )Fokusnya adalah aktifitas dari proses keperawatan dan kualitas tindakan evaluasi dilaksanakan sesudah perencanaan keperawatan.2.Hasil ( formatif )fokusnya adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan keperawatan.Evaluasi yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi :a.Mengalami peredaan nyeri1)Melaporkan berkurangnya nyeri2)Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi3)Tidak mengalami ketidak nyamanan bila bergerakb.Peningkatan mobilitas fisik1)Berpartisipasi dalam aktifitas perawatan diri2)Mempertahankan fungsi penuh ekstermitas yang sehat3)Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan amanc.Tidak terjadi perluasan infeksi1)Memakai antibiotic sesuai resep2)Suhu badan normal3)Tidak ada pembengkakan4)Tidak ada pus5)Angka leukosit dan laju endap darah (LED) kembali normald.Integritas kulit membaik1)Menyatakan kenyamanan2)Mempertahankan intergritas kulit3)Mempertahankan proses penyembuhan dalam batas normale.Mematuhi rencana terapeutik1)Memakai antibiotic sesuai resep2)Melindungi tulang yang lemah3)Melakukan perawatan luka yang benar4)Melaporkan bila ada masalah segera

BAB IILANDASAN TEORITIS

2.1. DEFINISIOsteomielitis adalah infeksi tulang.Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan dari pada infdeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi. Tinggi tekanan jaringan dan pembentukan involukrum ( pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati ). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.Infeksi disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fukos infeksi di tempat lain ( misalnya : tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas ). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat trauma atau di mana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas). Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya : ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang ( misalnya : fraktur terbuka, cedera traumatic seperti luka tembak, pembedahan tulang).Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi. ( Brunner & Suddarth,2001 )Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997)Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).

2.2. ETIOLOGI Staphylococcus aureus 70% 80 % Proteus Pseudomonas Escerehia Coli Awitan Osteomielitis : Setelah pembedahan ortopedi terjadi 3 bulan pertama (Akut Fulminan-Stadium 1) Antara 4-24 bulan setelah pembedahan (Awitan Lambat-Stadium 2) Penyebaran hematogen lebih dari 2 tahun setelah pembedahan (Awitan Lama-Stadium 3) ( Brunner & Suddarth,2001 )

2.3. PATOFISIOLOGIStaphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan stadium 1) dan sering berhubngan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronis.

2.4. KLASIFIKASI Osteomielitis dapat diklasifikasikan dua macam yaitu: Osteomielitis PrimerPenyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah. Osteomielitis Sekunder (Osteomielitis Perkontinuitatum)Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

2.5. MANIFESTASI KLINISGambaran klinis osteomielitis tergantung dari stadium patogenesis dari penyakit, dapat berkembang secara progresif atau cepat. Pada keadaan ini mungkin ditemukan adanya infeksi bacterial pada kulit dan saluran napas bagian atas. Gejala lain dapat berupa nyeri yang konstan pada daerah infeksi dan terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang bersangkutanJika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awaitan mendadak, sering terjadi dengan manifetasi klinis septikema (misalnya : menggigil, demam tinggi, tachycardia dan malaise umum). Gejala sistemik pada awalnya dapat menutupi gejala local secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai posterium, dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak, dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah terinfeksi membengkak, hangat, nyeri, dan nyeri tekan.Pada pasein dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.( DR. Faisal Yatim, 2006 )

2.6. KOMPLIKASI Dini :1. Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)2. Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya sembuh3. Atritis septik

Lanjut :1. Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi tubuh yang terkena2. Fraktur patologis3. Kontraktur sendi4. Gangguan pertumbuhan

2.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan darahSel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.2. Pemeriksaan titer antibodi anti staphylococcusPemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.3. Pemeriksaan fesesPemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella.4. Pemeriksaan Biopsi tulang.5. Pemeriksaan ultra soundPemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.6. Pemeriksaan radiologisPemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.

2.8. PENCEGAHANPencegahan Osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan infeksi fokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatikan terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.Antibioika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan Selma 24 sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi superficial dan potensial terjadinya osteomielitis.

2.9. PENATALAKSANAANDaerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi. Kultur darah, swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu pathogen.Begitu spesimen kultur diperoleh dimulai terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap peningkatan semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus-menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibioka, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik dinagkat dan daerah itu diirigasi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Terapi antibiotika dilanjutkan.Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pangangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk menjalankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan grunulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpenghisap untuk mengontrol hematoma dan membuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dangan pemberian irigasi ini.Rongga yang didebridemen dapat diisi dangan grafit tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flap otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah, perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, yang kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.

2.10. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN OSTEOMIELITIS2.10.1 Pengkajian a) Riwayat keperawatanDalam hal ini perawat menanyakan faktor-faktor resiko sehubungan dengan osteomielitisHal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan operasi khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi.Faktor-faktor tersebut adalah sumber potensial terjadinya infeksi.b) Pemeriksaan fisikArea sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah bengkak, nyeri, maupun eritema.c) Riwayat psikososialPasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.

d) Pemeriksaan diagnostikHasil laboratorium menunjukan adanya leukositosis dan laju endap darah meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat pula dengan biopsi tulang atau MRI

2.10.2 Diagnosa Keperawatan1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan.3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.4. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang.

2.10.3 Intervensi dan RasionalDx1 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakanTujuan / Hasil Pasien :Mendemonstrasikan bebas dari nyeri dan Peningkatan rasa kenyamananKriteria Evaluasi : Tidak terjadi nyeri,Napsu makan menjadi normal,ekspresi wajah rileks dan suhu tubuh normal

Intervensi dan Rasionalisasi :NoIntervensiRasionalisasi

1.

2.

3.

4.

5.

6. Mandiri :

Mengkaji karakteris- tik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan meng- gunakan skala nyeri (0-10)

Mempertahankan im- mobilisasi (back slab)

Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka

Amati perubahan suhu setiap 4 jam

Kompres air hangat

Kolaborasi :

Pemberian obat-obatan analgesik

Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat me- nentukan jenis tindak annya

Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaring- an yang luka.

Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan me- ngurangi nyeri

Untuk mengetahui penyimpangan penyimpangan yang terjadi

Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman

Mengurangi rasa nyeri

Dx 2 : Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan.Tujuan / Hasil Pasien :Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatanKriteria Hasil :Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkinMempertahankan posisi fungsionalMeningkatkan / fungsi yang sakitMenunjukkna teknik mampu melakukan aktivitasIntervensi dan Rasionalisasi :No.IntervensiRasionalisasi

1.

2.

3.

4.

5.

6.Mandiri :

Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan

Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit

Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak

Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitasBerikan dorongan pada klien untuk melakukan AKS dalam lingkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan

Ubah posisi secara periodik

Kolabortasi :

Fisioterapi / aoakulasi terapi

Agar gangguan mobilitas fisik dapat berkurang

Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas fisik yang dialami klien

Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas yang dialami klien

Agar klien tidak banyak melakukan gerakan yang dapat membahayakan Mengurangi terjadinya penyimpangan penyimpangan yang dapat terjadi

Mengurangi gangguan mobilitas fisik

Mengurangi gangguan mobilitas fisik

Dx 3: Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasiTujuan / Hasil Pasien :Mendemonstrasikan bebas dari hipertermiaKriteria Evaluasi : Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut, suhu tubuh normal, tidak mual, suhu tubuh normal Intervensi dan RasionalisasiNoIntervensiRasionalisasi

1.

2.

3.

4.

5.Mandiri :

Pantau :- Suhu tubuh setiap 2 jam- Warna kulit - TD, nadi dan pernapasan- Hidrasi (turgor dan kelembapan kulit

Lepaskan pakaian yang berlebihan

Lakukan kompres dingin atau kantong es untuk menurunkan kenaikan suhu tubuh.

Motivasi asupan cairan

Kolaborasi :

Beriakn obat antipiretik sesuai dengan anjuran

Memberikan dasar untuk deteksi hati

Pakaian yang tidak berlebihan dapat mengurahi peningkatan

suhu tubuh dan dapat memberikan rasa nyaman pada pasienMenurunkan panas melalui proses konduksi serta evaporasi, dan meningkatkan kenyaman pasien.

Memperbaiki kehilangan cairan akibat perspirasi serta febris dan meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.

Antipiretik membantu mengontrol peningkatan suhu tubuh

Dx 4: Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulangTujuan / Hasil Pasien :Tidak terjadi pesiko perluasan infeksi yang dialamiKriteria Hasil:Mencapai waktu penyembuhanIntervensi dan rasionalisasi:No.IntervensiRasionalisasi

1.

Mandiri:

Pertahankan system kateter steril; berikan perawatan kateter regular dengan sabun dan air, berikan salep antibiotic disekitar sisi kateter.

Mencegah pemasukan bakteri dari infeksi/ sepsis lanjut.

2.

Ambulasi dengan kantung drainase dependen.Menghindari refleks balik urine, yang dapat memasukkan bakteri kedalam kandung kemih.

3

.Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi dan pernapasan cepat, gelisah, peka, disorientasi.Pasien yang mengalami sistoskopi/ TUR prostate beresiko untuk syok bedah/ septic sehubungan dengan manipulasi/ instrumentasi

4.

Observasi drainase dari luka, sekitar kateter suprapubik.Adanya drain, insisi suprapubikmeningkatkan resiko untuk infeksi, yang diindikasikan dengan eritema, drainase purulen.

5.

Ganti balutan dengan sering (insisi supra/ retropublik dan perineal), pembersihan dan pengeringan kulit sepanjang waktuBalutan basah menyebabkan kulit iritasi dan memberikan media untuk pertumbuhan bakteri, peningkatan resiko infeksi luka.

6.Gunakan pelindung kulit tipe ostomi

Memberikan perlindungan untuk kulit sekitar, mencegah ekskoriasi dan menurunkan resiko infeksi.

7.Kolaborasi:

Berikan antibiotic sesuai indikasiMungkin diberikan secara profilaktik sehubungan dengan peningkatan resiko infeksi pada prostatektomi.

Daftar PustakaArif Mansyur, dkk. 2000 Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Jakarta: FKUIBrunner & Suddarh. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Volume 3. Jakarta: EGC KedokteranDoenges, Marilynn E, dkk. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC Kedokteran

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Anatomi Fisiologi MuskuloskeletalSistem musculoskeletal merupakan suatu system yang dibentuk oleh tulang, sendi dan otot.a. Tulang (system skelet)Ada206 tulang dalam tubuh manusia, terbagi 4 kategori :1.Tulang panjangTulang ini agak melengkung tujuannya agar kuat menahan beban dan tekanan. Contohnya humerus, radius, ulna, femur, tibia, dan fibula.Bagian tulang panjanga) Diafisis : bagian tengah tulang berbentuk silinder dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan besarb) Matafisis : bagian tulang yang melebar dekat ujung akhir batang. Daerah ini terutama disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang mengandung sumsum merah. Sumsum merah terdapat juga dibagian epifisis dan diafisis tulang. Pada anak-anak sumsum merah mengisi sebagian besar bagian dalam tulang panjang tetapi kemudian diganti olah sumsum kuning setelah dewasa.c) Epifisis : lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Bagian ini akan menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis yang letaknya dekat sendi tulang panjang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang tulang terhenti.2.Tulang pendekParbandingan tebal dan panjang hampir sama, terdapat pada pergelangan tangan dan kaki, bentuknya seperti kubus. 3.Tulang pipih : iga, tengkorak, panggul dan scapula. Bentuknya pipih berfungsi untuk perlindungan.4.Tulang tak teratur, tulang pada wajah dan vertebra.Tulang diliputi dibagian luar oleh membrane fibrus padat dinamakan periosteum yang memberi nutrisi ke tulang dan memungkinnya tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligament.Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblas yang merupakan sel pembentuk tulang.Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-sel tulang terdiri atas :a) Osteoblast , yang berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan/asam polisakarida dan proteoglikan)b) Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang yang terletak dalam osteon (unit matriks tulang)c) Osteoklast adalah multinuclear yng berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remodelling tulang.Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang sangat baik. Tulang kanselus menerima asupan darah yang sangat banyak melalui pembuluh metafisis dan epifisis. Pembuluh periosteum mangangkut darah ke tulang kompak melalui kanal Volkmann ang sangat kecil. Selain itu, ada arteri nutrient yang menembus periosteum dan memasuki rongga meduar melalui foramina. Arteri nutrient memasok darah ke sumsum dan tulang.Pembentukan tulangOssifikasi adalah proses dimana matriks tulang terbentuk dan pengerasan mineral ditimbun dalam serabut kolagen dalam suatu lingkungan elektronegatif.2 model dasar ossifikasi : i. Intramembran : tulang tumbuh di dalam membrane, terjadi pada tulang wajah dan tengkorak. ii. Endokondal : pembentukan tulang rawan terlebih dahulu kemudian mengalami resorpsi dan diganti oleh tulang.Kebanyakan tulang terbentuk dan mengalami penyembuhan melalui ossifikasi endokondal.Pemeliharaan tulangFactor yang mengatur pembentukan dan resorpsi tulang :a) Stress terhadap tulangb) Vitamin D, meningkatkan jumlah kalsium dengan meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran pencernaan.c) Hormone paratiroid dan kalsitoninHormone paratiroid mengatur konsentrasi kalsium dalam darah. Kalsitonin meningkatkan penimbunan kalsium dalam tulang.d) Pasokan darahPenyembuhan tulange) InflamasiBila fraktur, terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera dan terjadi pembentukan hematoma. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi. Tempat cedera akan diinvasi makrofag, terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.f) Proliferasi selTerbentuk benang-benang fibril, jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan osteoid.g) Pembentukan kalusPertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan 7 tulang serat imatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang aan atau jaringan fibrus.h) OsifikasiPembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalui proses penulangan endokondral. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dank keras.i) RemodelingTahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya.Fungsi system skelet1) Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh2) Melindungi bagian tubuh tertentu seperti hati, ginjal, otak dan paru-paru3) Tempat melekatnya otot dan tendon4) Sumber mineral seperti garam dan fosfat5) Tempat produksi sel darah merah

b. Sistem PersendianTulang dalam tubuh dihubungkan satu sama lain dengan sendi atau artikulasi yang memungkinkan berbagai macam gerakan.Ada3 macam sendi yaitu :1) Sendi sinartrosis merupakan sendi yang tidak dapat digerakkan misalnya pada persambungan tulang tengkorak.2) Sendi amfiartrosis, seperti sendi pada vertebra dan simfisis pubis yang memungkinkan gerakan terbatas.3) Sendi diartrosis adalah sendi yang dapat digerakkan secara bebasPada sendi yang dapat digerakkan, ujung persendian tulang ditutupi oleh tulang rawan hialin yang halus. Persendian tulang tersebut dikelilingi oleh selubung fibrus kuat kapsul sendi. Kapsul dilapisi oleh membrane, sinovium, yang mensekresi cairan pelumas dan peredam getaran ke dalam kapsul sendi.Ligamen, mengikat tulang dalam sendi. Ligamen dan tendon otot yang melintasi sendi, menjaga stabilitas sendi.Bursaadalah suatu kantung yang berisi cairan sinovial, biasanya merupakan bantalan bagi pergerakan tendon, ligamen dan tulang di siku, lutut dan beberapa sendi lainnya.c. Sistem otot1) Kira-kira 40% tubuh adalah otot rangka dan 5-10% lainya adalah otot polos atau otot jantung2) Otot dihubungkan oleh tendon tau aponeurosis ke tulang, jaringan ikat atau kulit3) Otot bervariasi ukuran dan benuknya bergantung aktivitas yang dibutuhkan4) Otot tubuh tersusun oleh kelompok sel otot yang paralel (fasikuli) yang terbungkus dalam jaringan fibrus dinamakan epimisium atau fasia5) Otot mengandung sebagian besar mioglobulin yang berkontraksi lebih lambat dan lebih kuat6) Tiap sel otot (serabut otot) mengandung myofibril. Yang tersusun atas sekelompok sarkomer (aktin dan myosin) yang merupakan unit kontraktil otot skeletOtot berfungsi sebagai : Pergerakan Membentuk postur Produksi panas karna adanya kontraksi dan relaksasiFisiologi ototOtot merupakan jaringan peka rangsang (eksitabel) yang dapat dirangsang secara kimia, listrik dan mekanik untuk menimbulkan suatu aksi potensial.Adatiga jenis otot yaitu otot rangka, otot jantung dan otot polos.Otot rangkaa. Sarkolemab. Myofibrilc. T tubulusd. Reticulum sarkoplasmae. Terminal cisterna (junctional sarcoplasmic reticulum)Mekanisme kontraksi otot1) Aksi potensial pada motor neuron2) Aksi potensial pada otot3) Pelepasan ion calsium dari rs4) Mengaktifkan ca channel pada tubulus t5) Ion ca akan berikatan dengan troponin c6) Menubah konfigurasi aktin-tropomiosin-troponin kompleks7) Aktif site dari aktin akan terbuka sehingga dapat terikat dengan miosin8) Ikatan inilah yang mengakibatkan kontaksi otot karna tertariknya aktin kearah myosin oleh struktur cross-bridge yang keluar dari myosinRelaksasi1) Ion calsium akan dikembalikan ke dalam RS secara transport aktif mempengaruhi struktur aktin-troponin-tropomiosin sehingga aktif site aktin kembali ditutupi oleh tropomiosin2) Lepasnya ikatan antara aktin dan myosin ini menyebabkan relaksasinya otot3) Troponin yang kehilangan ion Ca akan dan ikatan antara aktin dan myosin tidak terjadi lagiOtot polosOtot polos mempunyai struktur yang lebih kecil dari otot rangka dan tidak ada gambaran striata. RS juga tidak berkembang dengan baik seperti pada otot rangka. Juga terdapat aktin, myosin, dan tropomiosin, tetapi tidak terdapat troponin. Pada otot polos juga mengandung sedikit mitokondria, dan ini tergantung dari aktivitas metabolismenya. otot polos unit ganda (multi unit) otot polos unit tunggal (single unit)Kontraksi Dan Relaksasi Otot PolosOtot polos juga mempunyai filamen aktin dan myosin dengan karakteristik kimia yang sama dengan filamen aktin dan moisin pada otot rangka. Pada otot polos toak terdapat troponin, sehingga mekanisme pengaturan kontraksinya berbeda. Secara aktin dan myosin berinteraksi satu sama lainnya seperti halnya pada otot rangka, dan pada proses ini diaktifasi oleh ion Ca dan ATP sebagai sumber energi. Ikatan Ca-calmodulin akan mengaktifkan enzim myosin kinase yang akan menyebabkan fosforilase ATP pada kepala myosin. Fosforilase kepala myosin akan menyebabkan aktin membentuk cross-bridge dengan myosin dan terjadilah kontraksi.Bila kontraksi ion Ca turun dibawah konsentrasi yang cukup untuk menimbulkan kontraksi, maka akan terjadi proses defosforilase dari kepala myosin yang dikatalisa oleh enzim myosin fosfatase. Enzim ini akan memisahkan gugus fosfat dari kepala myosin sehingga interaksi filamen aktin dan myosin akan berhenti, dan terjadilah relaksasi.2.2 Landasan Teoritis OsteomyelitisA. DefenisiOsteomielitis (osteo berasal dari bahasa yunani, yang berarti tulang, mielo-yang berarti sum-sum tulang, dan it is adalah inflamasi) yang berarti suatu infeksi dari tulang dan sumsum tulang.Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001).Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :a. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).b. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).c. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997)Jadi pengertian osteomyelitis yang paling mendasar adalah infeksi jaringan tulang yang mencakup sumsum atau kortek tulang yang disebabkan oleh bakteri piogenik. Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan baik (Price, 1995:1200).B. tiologia. Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh streptococcus hemolitikus.b. Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organism yang lain seperti : bakteri coli, salmonella thyposa dan sebagainya.c. Proses spesifik (M.Tuberculosa)d. Penyebaran hematogen dari pusat infeksi jauh (tonsilitis, bisul atau jerawat, ISPA)

C. PatofisiologiStaphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik. Osteomyelitis eksogen terjadi oleh karena luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang, akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramuskulus. Pada mulanya terdapat suatu embolus bacteri yang umumnya terjadi dibagian metaphyse dari tulang. Bacteri yang bersarang pada metaphyse tadi berkembang biak.Jika daya tahan tubuh kuat maka berkembang biaknya bakteri tidak akanbertahan dan akhirnya akan ada keseimbangan diantara kekuatan bakteri dan kekuatan daya tahan tubuh. Sementara itu jaringan-jaringan dan bakteri telah musnah sehingga merupakan benda cair yang kita kenal sebagai nanah (pus),terletak di dalam lobang pada metaphyse tulang panjang. Dalam keadaan keseimbangan tadi kumpulan nanah dapat bertahun-tahun ada di tempat itu tanpa mengadakan perubahan-perubahan. Keadaan ini dikenal dengan nama Brodies abscess.Jika daya tahan tubuh lemah, maka peradangan yang mula-mula ada dimetaphyse tidak bertahan ditempat itu saja akan tetapi dapat segera menjalar kelain tempat, diantaranya ia bisa melalui epiphyse menerobos ke dalam sendi didekatnya sehingga menimbulkan peradangan sendi. Peradangan ini tidak hanyadapat menerobos pada sendi saja namun dapat menerobos pula pada diaphysesehingga seluruh sumsung tulang akan terserang peradangan ini, menerobosperiost sehingga terdapat periostitis, peradangan menerobos pada jaringan-jaringan diatas tulang, peradangan juga dapat menerobos ke dalam pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan sepsis. Peradangan dapat berjalan lama sehingga proses tersebut menjadi suatu proses kronisDisamping itu dapat juga terjadi bahwa ada tulang-tulang yang terputus daripembuluh darah sehingga mati karenanya. Tulang-tulang tadi merupakan sequestra (jaringan tulang yang mati) yang harus dikeluarkan (sequestrotomy) sebelum penyakit menjadi sembuh agar tidak mengganggu pertumbuhan tulangbaru dan mempercepat proses penyembuhan itu sendiri.

D. Manifestasi Klinis/ Tanda dan GejalaInfeksi Hematogen :a. Awitan mendadak, terjadi dengan menifestasi klinis septikemiab. Menggigil, demam tinggi, nadi cepat, dan malaise umumc. Ekstremitas menjadi sangat sakit, enggan menggerakkan anggota badan yangsakit, bengkak dan nyeri tekand. Pasien mungkin menggambarkan nyeri berdenyut yang konstan yang menguat dengan gerakan (akibat tekanan pus yang tertumpuk)e. Infeksi saluran nafas, saluran kemih, telinga atau kulit sering mendahului osteomyelitis hematogen

Infeksi Berbatasan atau Kontaminasi Langsung :a. Tidak terdapat gejala septikemiab. Area tampak bengkak, hangat, sangat nyeri, dan nyeri tekan saat disentuhc. Biasanya disertai tanda-tanda cedera dan peradangan ditempat nyeri.d. Terjadi demam dan pembesaran kelenjar getah bening regional.

Fase Akut :Fase akut ialah fase sejak terjadinya infeksi sampai 10-15 hari. Pada stadium akut dimana daya peradangan belum tertahan oleh daya tahan tubuh maka anakyang terserang osteomyelitis akan merasa sangat nyeri pada tulang-tulang yang terkena dan selanjutnya akan terdapat pula gejala-gejala panas tinggi dan syndroma yang menunjukkan bahwa anak sakit keras, seperti gelisah, pols tinggi dan cepat, leucocytosis yang hebat, dan mungkin anak tersebut tidaksadar. Anggota tubuh yang terdapat osteomyelitis tidak akan dapat digunakan/digerakkan karena sakit, nyeri tekan, kulit berwarna merah, bengkaklokal dan juga panas.

E. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik

1. RontgenMenunjukkan pembengkakan jaringan lunak sampai dua minggu kemudian tampak bintik-bintik dekalsifikasi pada batang tulang, yang kemudian dapat meluas dan diikuti oleh tanda-tanda pembentukan involukrom (Overdoff, 2002:572).2. Pemeriksaan darah Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap darah3. Pemeriksaan titer antibody anti staphylococcusPemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas4. Pemeriksaan feses Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri salmonella5. Pemeriksaan biopsy tulangMerupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk serangkaian tes.6. Pemeriksaan ultra soundYaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.7. Pemeriksaan radiologisPemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru. Pemeriksaan tambahan :1. Bone scan: dapat dilakukan pada minggu pertama2. MRI: jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.F. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

Sasaran awal adalah untuk mengontrol dan memusnahkan proses infeksi (Boughman, 2000:389). 1. Imobilisasi area yang sakit : lakukan rendam salin noral hangat selama 20 menit beberapa kali sehari.2. Kultur darah : lakukan smear cairan abses untuk mengindentifikasi organisme dan memilih antibiotik. 3. Terapi antibiotik intravena sepanjang waktu. 4. Berikan antibiotik peroral jika infeksi tampak dapat terkontrol : teruskan selama 3 bulan. 5. Bedah debridement tulang jika tidak berespon terhadap antibiotik pertahankan terapi antibiotik tambahan.Osteomielitis hematogen akut paling bagus di obati dengan evaluasi tepat terhadap mikroorganisme penyebab dan kelemahan mikroorganisme tersebut dan 4-6 minggu terapi antibiotic yang tepat.Debridement tidak perlu dilakukan jika telah cepat diketahui. Anjuran pengobatan sekarang jarang memerlukan debridement. Bagaimana jika terapi antibiotic gagal, debridement dan pengobatan 4-6 minggu dengan antibiotic parenteral sangat diperlukan. Setelah kultur mikroorganisme dilakukan, regimen antibiotic parenteral (nafcillin[unipen] + cefotaxime lain [claforan] atau ceftriaxone [rocephin]) diawali untuk menutupi gejala klinis organism tersangka. Jika hasil kultur telah diketahui, regimen antibiotic ditinjau kembali. Anak-anak dengan osteomielitis akut harus menjalani 2 minggu pengobatan dengan antiniotik parenteral sebelum anak-anak diberikan antibiotic oral.Osteomielitis kronis pada orang dewasa lebih sulit disembuhkan dan umumnya diobati dengan antibiotic dan tindakan debridement. Terapi antibiotik oral tidak dianjurkan untuk digunakan. Tergantung dari jenis osteomielitis kronis. Pasien mungkin diobati dengan antibiotik parenteral selama 2-6 minggu. Bagaimanapun,tanpa debridement yang bagus, osteomielitis kronis tidak akan merespon terhadap kebanyakan regiment antibiotic, berapa lama pun terapi dilakukan. Terapi intravena untuk pasien rawat jalan menggunakan kateter intravena yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama (contohnya : kateter hickman) akan menurunkan masa rawat pasien di rumah sakit.Terapi secara oral menggunakan antibiotic fluoroquinolone untuk organism gram negative sekarang ini digunakan pada orang dewasa dengan osteomielitis. Tidak ada fluoroquinolone yang tersedia digunakan sebagai antistaphylococcus yang optimal, keuntungan yang paling penting dari insidensi kebalnya infeksi nosokomial yang didapat dengan bakteri staphylococcus. Untuk lebih lanjutnya, sekarang ini quinolone tidak menyediakan pengobatanDaerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidak nyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuran terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.Pemberian antibiotic dapat dilakukan :1. Melalui oral (mulut)2. Melalui infuse : jika diberikan melalui infus, maka diberikan selama 2 minggu, kemudian diganti menjadi melalui mulut. Jika dalam 24 jam pertama gejala tidak membaik, maka perlu dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan operasi untuk mengurangi tekanan yang terjadi dan untuk mengeluarkan nanah yang ada. Etelah itu dilakukan irigasi secara kontinyu dan dipasang drainase. Teruskan pemberian antiniotik selama 3-4 minggu hingga nilai laju endap darah (LED) normal.G. KomplikasiKomplikasi yang sering terjadi adalah berlangsungnya infeksi dengan eksaserbasi akut. Infeksi yang terus menerus akan menyebabkan amioloidiosis, anemia, penurunan berat badan,kelemahan. Selain itu juga dapat terjadi abses tulang, meregangnya implant prosthetic, selolitis pada jaringan lunak sekitar, abses otak pada osteomilitis di daerah cranium, dan Kematian.a. Komplikasi tahap Dini :1) Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)2) Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya sembuh3) Atritis septikb. Komplikasi tahap Lanjut :a) Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi tubuh yang terkenab) Fraktur patologisc) Kontraktur sendid) Gangguan pertumbuhan

2.3 Landasan Teoritis Asuhan KeperawatanA. Pengkajiana) Identitas KlienNama :Tempat dan tanggal lahir:Umur :Jenis kelamin :Alamat :No. Rekam medik :Status perkawinan:Agama:Pendidikan terakhir:Pekerjaan :Tanggal masuk RS:

b) Riwayat kesehatan1) Riwayat kesehatan masa laluIdentifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.2) Riwayat kesehatan sekarangApakah klien terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan demam.3) Riwayat kesehatan keluargaAdakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.4) Riwayat psikososial Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.

B. Pemeriksaan Fisik1) Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.2) Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.3) Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada osteomielitis akut)4) Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan purulen.5) Identisikasi peningkatan suhu tubuh6) Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di palpasi.

C. Pola Gordon1) Pengkajian 11 pola fungsional Gordon1. Persepsi dan Penanganan KesehatanKaji sehat-sejahtera yang di rasakan klien dan bagaiman pengetahuan tentang gaya hidup pasien yang berhubungan dengan sehat. Dan bagaimana ketaatan klien pada ketentuan pengobatan.Biasanya penderita penyakit ini tidak memiliki pengetahuan mengenai penyakit yang dideritanya. 2. Nutrisi dan MetabolikBagaimana pola makan biasa dan masukan cairan klien. Apakah ada peningkatan/ penurunan berat badan.Biasanya klien mengalami penurunan nafsu makan karena demam yang terjadi pada penderita osteomielitis.3. EliminasiPada umumnya, penderita tidak mengalami perubahan pada frekuensi BAB dan BAK.4. Aktifitas dan LatihanBiasanya Penderita penyakit ini mengalami keterbatasan dalam bergerak, karena nyeri yang dirasakanya dan tingkat ketergantungan penderita terhadap orang lain meningkat.5. Istirahat dan TidurPenderita penyakit ini, pada umumnya mengalami gangguan saat tidur yang di akibatkan oleh rasa nyeri akibat infeksi tulang.6. Kognitif dan PersepsiBiasanya penderita penyakit ini tidak mengalami gangguan dalam penglihatan, pendengaran, penciuman, dan pengecapan. Pola kognitif juga normal.7. Persepsi / Konsep DiriBiasanya penderita penyakit ini, mengalami gangguan pada konsep diri. Penderita penyakit ini juga mengalami kecemasan yang di akibatkan penyakit yang di deritanya.8. Peran dan HubunganBiasanya pola hubungan penderita penyakit ini tidak terganggu, hanya saja peran penderita akan sedikit terganggu karena sakit.dan tidak bisa menjalankan perannya sebagaimana mestinya.9. Seksual dan ReproduksiBiasanya penderita penyakit ini mengalami gangguan dalam hubungan seksualnya. Karena nyeri yang dirasakannya.10. Koping daaan Toleransi StresBiasanya penderita penyakit ini akan mengalami stress akibat penyakit yang di deritanya.11. Nilai dan KepercayaanKalau dalam beribadah biasanya agak sedikit terganggu karena biasanya pada penderita penyakit ini akan mengalami gangguan mobilitas dan nyeri.

D. Rencana Asuhan Keperawatan

No. NANDANOCNIC

1.Nyeri berhubungan dengan pembentukan abses tulang Tingkatan nyeria. Melaporkan Nyerib. Persen respon tubuhc. Frekuensi nyerid. Panjangnya episode nyerie. Ekspresi nyeri lisanf. Ekspresi wajah saat nyerig. Kegelisahan h. Berkeringati. Perubahan frekuensi pernapasanj. Perubahan frekuensi nadik. Perubahan Tekanan darahl. Perubahan ukuran pupil m. Ketegangan Otot

kontrol nyeria. Menilai factor penyebabb. Recognize lamanya Nyeric. Gunakan ukuran pencegahand. Penggunaan mengurangi nyeri dengan non analgesice. Penggunaan analgesic yang tepatf. Gunakan tanda tanda vital memantau perawatang. Laporkan tanda / gejala nyeri pada tenaga kesehatan professionalh. Menilai gejala dari nyerii. Laporkan bila nyeri terkontrol

Manajemen nyeria. Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif dimulai dari lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan penyebab.b. Pastikan Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif dimulai dari lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan penyebab.c. Tentukan dampak nyeri terhadap kehidupan sehari-hari (tidur, nafsu makan, aktivitas, kesadaran, mood, hubungan sosial, performance kerja dan melakukan tanggung jawab sehari-hari)d. Tentukan tingkat kebutuhan pasien yang dapat memberikan kenyamanan pada pasien dan rencana keperawatane. Menyediakan informasi tentang nyeri, contohnya penyebab nyeri, bagaimana kejadiannya, mengantisipasi ketidaknyamanan terhadap prosedurf. Kontrol faktor lingkungan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien (suhu ruangan, pencahayaan, keributan) g. Menyediakan analgesic yang dibutuhkan dalam mengatasi nyerih. Gunakan cara mengontrol nyeri sebelum menjadi menyakitkan (puncak nyeri)i. Evaluasi efektifitas metoda yang digunakan dalam mengontrol nyeri secara berkelanjutan j. Modifikasi metode kontrol nyeri sesuai dengan respon pasienk. Anjurkan untuk istirahat/tidur yang adekuat untuk mengurangi nyeril. Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri ynag diberikan dalam interval yang ditetapkan

Pemberian Analgesic

a. Menentukan lokasi , karakteristik, mutu, dan intensitas nyeri sebelum mengobati pasienb. Periksa order/pesanan medis untuk obat, dosis, dan frekuensi yang ditentukan analgesikc. Cek riwayat alergi obatd. Dokumentasikan respon pasien tentang analgesik, catat efek yang merugikane. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian obat narkotik dengan dosis pertama atau jika ada catatan luar biasa.f. Cek pemberian analgesik selama 24 jam untuk mencegah terjadinya puncak nyeri tanpa rasa sakit, terutama dengan nyeri yang menjengkelkang. Tentukan jenis analgesik yang digunakan (narkotik, non narkotik atau NSAID) berdasarkan tipe dan tingkat nyeri.h. Tentukan analgesik yang cocok, rute pemberian dan dosis optimal.

2.Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan beban berat badan- Tingkat Mobilitasa. Keseimbangan penampilanb. Posisi tubuhc. Perpindahan ototd. Perpindahan sendie. Perpindahan penampilanf. Ambulansi : berjalang. Ambulansi dengan kursi roda

- Posisi badan : inisiatif sendiria. Telentang ke telentangb. Telentang ke dudukc. Duduk ke telentangd. Duduk ke berdirie. Berdiri ke dudukf. Berdiri ke berlututg. Berlutut ke berdirih. Berdiri ke jongkoki. Jongkok ke berdirij. Melengkungkan punggungk. Sisi ke sisi

Terapi latihan: Mobilitas Sendia. Tentukan batasan dari perpindahan sendi dan dampak dari fungsinyab. Tentukan tingkat motifasi pasien untuk perawatan dan pemulihan perpindahan sendic. lindungi pasien dari trauma selama latihand. bantu pasien untuk posisi tubuh yang optimal baik itu berpindah pasif/aktife. Aktifitas pasif (PROM) atau membantu latihan (AROM), sebagai indikasif. bantu peningkatan sendi secara berkala dengan batasan nyeri, kesabaran dan mobilitas sendig. bantu untuk bangun dari tempat tidur atau dari kursi rodah. kontrol lokasi dan ketidaknyamanan dan nyeri selama beraktifitas/berpindahi. mulai pengontrolan ukuran nyeri sebelum memulai latihan sendi Posisia. sediakan tempat tidur yang terapeutikb. Posisi dalam mempersiapkan kesajajaran tubuhc. instruksikan kepada pasien bagaimana menggunakan posisi yang bagus dan gerak tubuh yang bagus dalam beraktifitasd. posisikan untuk mengurangi dyspnea (mis. posisi semi melayang), jika diperlukane. pelihara posisi akan integritas dari sistemf. bantu imobilisasi setiap 2 jam, sesuai jadwalg. tempatkan posisi tempat tidur yang nyaman agar mudah dalam perpindahan posisih. Tempatkan dalam posisi yang terapeutik

2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi Termoregulasia. Temperatur kulit b. Temperatur tubuhc. Tidak adanya sakit kepalad. Melaporkan kenyamanan tingkat panase. Tidak adanya iritabilitasf. Tidak adanya perasaan mengantukg. Tidak adanya perubahan warna kulith. Tidak adanya kejang pada ototi. Berkeringat ketika panasj. Menggigil ketika dingink. Kecukupan hidrasil. Tidak adanya ngilu pada otot

Pemantauan tanda-tanda vital Mengukur tekanan darah, denyut nadi, temperature, dan status pernafasan, jika diperlukan Mencatat gejala dan turun naiknya tekanan darah Mempertahankan suhu alat pengukur, jika diperlukan Memantau dan mencatat tnda-tanda dan syimptom hypothermia dan hyperthermia Mengukur warna kulit, temperature, dan kelembaban Meneliti kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vital Memeriksa keakuratan alat yang digunakan untuk mendapatkan data pasien secara periodic Pengobatan demam Pantau suhu berkali-kali jika diperlukan Pantau kehilangan cairan yang tidak sadarAdakan pemantauan suhu secara berkelanjutan, jika diperlukan Pantau warna kulit dan suhu Pantau aktivitas berlebihanTempatkan pasien pada bagian hipotermia Pantau adanya abnormalitas elektrolit Atur cairan IV, jika diperlukanAnjurkan peningkatkan asupan cairan oralAtur oksigen Pantau intake dan output

3.Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan pus dan nekrosis jaringan Penyembuhan luka : sekunderPenyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan demam dan juga tidak terjadinya infeksi yang berkepanjangana. Inspeksi kulit atau adanya iritasi atau adanya kontinuitasb. Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya edema atau eritema atau drainase atau bau tidak sedapc. Berikan perawatan lukad. Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit kecoklatan bau drainase yang tidak enak atau asame. Kaji tonus otot, reflek tendonf. Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema lokal atau enterna ekstermitas cederag. Kolaborasi :a. Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokterb. Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasi

DAFTAR PUSTAKAHerdman, heather.2009.Nursing Diagnosis definition and classification.USA: wiley BlackwellMoorhead, sue dkk.2008.Nursing Outcomes Classification (NOC).USA: Mosby ElsevierBulechek,gloria dkk.2008. Nursing Interventions Classification (NIC). USA: Evolve ElsevierBrunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGCRasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit Yarsif Watampone. 2003. Halaman 132-141.Sjamsuhidajat.R; De Jong.W, Editor.1997. Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi Revisi, Cetakan Pertama.Jakarta: EGCSchwartz.SI; Shires.GT; Spencer.FC.2000. Intisari Prinsip Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGCwww.wikipedia.com di akses tanggal 19 januari 2013http://nurse87.wordpress.com/2012/05/09/askep-osteomielitis/t di akses tanggal 20 januari 2013http://www.dewinuryanti.com/2010/03/anatomi-fisiologi-sistem-muskuloskeletal.html di akses tanggal 20 januari 2013