a11ahk_bab v pelaksanaan

31
24 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan magang mencakup pengamatan dan praktek langsung kegiatan- kegiatan teknis di kebun. Kegiatan teknis yang telah dilakukan meliputi kegiatan pembukaan lahan dan penanaman, pemeliharaan tanaman PC maupun tanaman ratoon, pemanenan, dan pengolahan tebu. Berikut ini kegiatan teknis yang telah dilakukan yang dikelompokkan berdasarkan urutan kegiatan. Pembukaan lahan dan penanaman tebu Pembukaan lahan adalah kegiatan pertama yang mengawali proses budidaya. Kegiatan penanaman selanjutnya dilakukan setelah proses pembukaan lahan. Beberapa kegiatan pembukaan lahan dan penanaman di wilayah PG Cepiring mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut. Gambar 1 . Alur Pembukaan Lahan dan Penanaman Tebu Peninjauan dan pengukuran lahan. Peninjauan lahan dan pengukuran merupakan kegiatan sebelum pembukaan lahan. Beberapa tujuan diantaranya adalah mengetahui jumlah luasan yang akan ditanam, pembuatan jalan tebang, pengaturan sistem irigasi, dan menentukan biaya sewa dengan petani berdasarkan luasan yang didapat pada saat pengukuran. Pengukuran lahan dilakukan menggunakan sistem Global Positioning System (GPS). Kegiatan ini menggunakan alat GPS yang dapat menentukan koordinat suatu lokasi berdasarkan garis lintang dan bujurnya. Selain alat GPS, Peninjauan dan pengukuran lahan Pembuatan got Pembuatan Juringan dan persiapan penanaman Penanaman

Upload: ary-hans-ekstraordinarypeople

Post on 03-Aug-2015

38 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

24

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Kegiatan magang mencakup pengamatan dan praktek langsung kegiatan-

kegiatan teknis di kebun. Kegiatan teknis yang telah dilakukan meliputi kegiatan

pembukaan lahan dan penanaman, pemeliharaan tanaman PC maupun tanaman

ratoon, pemanenan, dan pengolahan tebu. Berikut ini kegiatan teknis yang telah

dilakukan yang dikelompokkan berdasarkan urutan kegiatan.

Pembukaan lahan dan penanaman tebu

Pembukaan lahan adalah kegiatan pertama yang mengawali proses

budidaya. Kegiatan penanaman selanjutnya dilakukan setelah proses pembukaan

lahan. Beberapa kegiatan pembukaan lahan dan penanaman di wilayah PG

Cepiring mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

Gambar 1 . Alur Pembukaan Lahan dan Penanaman Tebu

Peninjauan dan pengukuran lahan. Peninjauan lahan dan pengukuran

merupakan kegiatan sebelum pembukaan lahan. Beberapa tujuan diantaranya

adalah mengetahui jumlah luasan yang akan ditanam, pembuatan jalan tebang,

pengaturan sistem irigasi, dan menentukan biaya sewa dengan petani berdasarkan

luasan yang didapat pada saat pengukuran.

Pengukuran lahan dilakukan menggunakan sistem Global Positioning

System (GPS). Kegiatan ini menggunakan alat GPS yang dapat menentukan

koordinat suatu lokasi berdasarkan garis lintang dan bujurnya. Selain alat GPS,

Peninjauan dan pengukuran lahan

Pembuatan got

Pembuatan Juringan dan persiapan penanaman

Penanaman

Page 2: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

25

dibutuhkan program komputer yang dapat menghitung luasan kebun berdasarkan

koordinat yang didapatkan dari GPS. Program komputer tersebut juga dapat

digunakan untuk menampilkan peta kebun yang diukur serta denahnya.

Pengukuran lahan menggunakan GPS yaitu pertama menentukan titik-titik

koordinat dari setiap petakan yang akan diukur, terutama pada bagian tepi-tepi

kebun. Selanjutnya adalah memasukkan data dari masing-masing titik koodinat

tersebut ke dalam GPS. Kemudian data-data yang didapat dilahan tersebut dapat

diolah dengan menggunakan software komputer Map Source dan ArcView. Dari

pengolahan melalui program tersebut dapat diketahui luasan serta sketsa bentuk

kebun yang diukur.

Pembuatan got. Got merupakan sistem pengaturan air di lahan tebu. Got

diperlukan dalam upaya penambahan air ketika musim kemarau dan upaya

drainase air ketika musim penghujan. Terdapat beberapa macam got, yaitu got

keliling, got mujur, got malang, serta afur.

Got keliling adalah got yang mengelilingi petakan lahan. Jika kebun

memiliki luasan yang besar, biasanya got keliling akan mengelilingi petakan

seluas 1 ha, atau biasa disebut geblekan. Nama lain got keliling ini adalah got

besar I atau grondang. Kedalaman got ini yaitu 70 cm dan lebarnya 60 cm. Got

keliling berfungsi sebagai pemasukan (inlet) dari sumber air, serta penampung

dari got yang lain pada pengeluaran (outlet).

Got mujur adalah got yang searah dengan barisan tanam tebu. Got mujur

dibuat bersamaan dengan pembutan got keliling. Got ini terletak di dalam

geblekan. Nama lain dari got mujur adalah got besar II atau Wengku. Kedalaman

got ini yaitu 60 cm dan lebarnya 50 cm. Fungsi dari got mujur adalah menampung

air dari got malang dan mengalirkannya ke saluran outlet got keliling.

Got malang adalah got yang tegak lurus dengan barisan tanam tebu. Got

malang dibuat setelah pembuatan got keliling dan got mujur selesai. Jarak antara

got malang sama dengan panjang juringan yaitu 8 m, karena PG Cepiring

menggunakan pola bukaan lahan faktor 1200. Nama lain dari got malang adalah

got kecil, karena merupakan got dengan ukuran yang paling kecil. Kedalaman got

malang yaitu 50 cm dan lebar 50 cm.

Page 3: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

26

Proses pembuatan got menggunakan alat bantu yang terdiri dari Eblek,

Tonjo, Rucik, dan Mekris. Eblek adalah alat bantu yang terbentuk bilah bambu

dengan panjang 3 m dengan papan segiempat berukuran 10 cm x 5 cm yang

dipasang mendatar di bagian atasnya. Eblek berfungsi sebagai patokan dalam

pembuatan got agar lurus dengan patokan di ujung yang lain. Proses pencetakan

got dan pemasangan alat bantu tersebut dilakukan oleh mandor dengan arahan

sinder kebun.

Tonjo adalah bilah bambu sepanjang 2 m yang dipasang diantara dua eblek

dengan meluruskannya pada kedua eblek di kedua sisi. Di antara dua eblek utama,

terdapat beberapa tonjo yang dipakai sebagai panduan untuk membuat got agar

pembuatan got dapat lurus. Tonjo juga dipakai sebagai tanda dalam pembuatan

juringan agar jumlah juringan di antara lidahan seragam dalam jumlah dan

arahnya. Tonjo kelima yang dipasang biasanya ditandai menggunakan rumput

yang disebut jumbul. Upaya ini bertujuan untuk mempermudah penghitungan

jumlah juring atau lidahan yang akan dibuat.

Rucik adalah bilah bambu sebanjang 60 cm yang dipasang mendampingi

eblek atau tonjo. Rucik berfungi untuk menunjukkan tanah yang akan didalamkan

untuk pembuatan got.

Mekris adalah alat bantu yang berbentuk “+”, dan ditempatkan secara

vertikal pada kayu lain setinggi 1.5 m. Mekris digunakan untuk menentukan got

yang tegak lurus dengan got yang telah dibuat. Alat ini digunakan untuk

pembuatan got keliling dan got mujur.

Pembuatan got dilakukan secara manual dengan menggunakan beberapa

alat, yaitu cangkul, garpu dan golok. Prestasi kerja yang didapatkan untuk

pekerjaan pembuatan got adalah 53,2 m/HOK. Sistem upah untuk pekerjaan

pembuatan got adalah sistem borongan. Upah yang diterima untuk pekerjaan

pembuatan got yaitu Rp 500,00/m.

Page 4: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

27

Gambar 2. Got pada Saat Pembukaan Lahan

Pembuatan juringan dan persiapan penanaman. Juringan adalah jalur

penanaman bibit tebu yang berupa bibit bagal. Juringan berbentuk seperti got

dengan kedalaman 20 cm yang terdapat diantara got malang. Dengan pola

pembukaan lahan reynoso dengan faktor 1200, panjang juringan adalah 8 m,

selebar bak tanam atau disebut juga lidahan, yang dibatasi oleh got malang.

Jumlah juringan yang umum dalam satu bak tanam adalah 60 buah.

Juringan dibuat dengan cara manual, menggunakan alat cangkul dan

garpu. Kedalaman juringan yaitu 20 cm. Tanah yang telah dipecah dengan garpu

tidak seluruhnya dinaikkan ke atas membentuk guludan. Pada juringan

ditinggalkan tanah remah dengan ketebalan 10 cm. Tanah ini nantinya akan

digunakan sebagai kasuran, yaitu tempat untuk menempatkkan bibit bagal tebu.

Sebelum penanaman, dilakukan pemberaan lahan. Setelah juringan selesai

dibuat, lahan dibiarkan selama 7 hari. Hal ini bertujuan agar tanah teroksidasi dan

tekstur tanah menjadi halus, sehingga tanah yang terdapat di dalam juringan siap

untuk dibuat menjadi kasuran.

Pembuatan juringan dilakukan secara manual dengan sistem pembayaran

borongan. Tenaga kerja yang dipekerjaan adalah laki-laki. Prestasi kerja yang

didapatkan tenaga kerja borongan yaitu 26 juringan/HOK. Besaran upah yang

diterapkan adalah Rp 1 500,00 per juringan dengan panjang 8 m.

Page 5: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

28

(a)

(b)

Gambar 3. Pembuatan Juringan Secara Manual (a) dan Juringan yang

Telah Selesai (b)

Penanaman. Kegiatan penanaman merupakan tahapan yang membutuhkan

persiapan dalam penyediaan bahan tanam, yaitu bibit. Bibit yang akan ditanam di

kebun wilayah PG Cepiring berasal dari kebun bibit milik PG (KBD) maupun

berasal dari pembelian bibit berasal dari kebun bibit P3GI

Kegiatan penyediaan bibit meliputi tebang bibit di KBD, angkut bibit,

kletek bibit, dan pemotongan bibit. Penebangan dilakukan sampai tandas ke tanah

serta memotong pucuk bibit. Setelah bibit ditebang, bibit diangkut ke truk dengan

kapasitas muat berkisar 6-7 ton, kemudian langsung diangkut ke lahan tujuan.

Pekerjaan kletek dan pemotongan bibit segera dilaksanakan maksimal satu hari

setelah bibit tiba di lahan. Bibit dipotong dengan dua mata tunas setiap

potongannya. Bidang potong bibit akan disesuaikan dengan letak mata bibit agar

mempermudah dalam penanaman bibit. Bibit yang terpotong-potong dimasukkan

kedalam karung untuk ditanam keesokan harinya. Prestasi kerja karyawan pada

perkerjaan kletek dan potong bibit yaitu 0.568 ton/HOK dengan sistem

pengupahan borongan.

Gambar 4. Bibit Bagal Tebu 2 Mata

Page 6: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

29

Penanaman dilakukkan dengan metode single planting, yaitu bibit ditanam

secara berbaris dengan jumlah 24 potongan bibit setiap juringan sepanjang 8 m.

Setiap ujung juringan ditambahkan satu potongan bibit yang digunankan sebagai

cadangan bibit untuk penyulaman, sehingga total kebutuhan potongan bibit pada

satu juringan adalah 26 buah. Penanaman dilakukan dengan pembagian tugas

yaitu petugas pengecer bibit, petugas penata bibit di juringan, dan petugas yang

menutup bibit yang telah ditanam. Petugas pengecer bibit menghitung potongan

bibit dan menempatkan di setiap juringan. Petugas penanam akan menata bibit di

juringan dengan kedua mata tunas berada di samping potongan bibit. Bibit yang

telah ditata kemudian dibenamkan ke tanah. Pekerjaan yang terakhir adalah

menutup bibit menggunakan tanah remah atau gembur setebal 5 cm. Prestasi kerja

karyawan penanaman yaitu 0.028 ha/HOK dengan sistem pengupahan borongan.

Sebelum kegiatan penanam dilakukan pemupukan pertama dengan dosis

setengah dosis 250 kg ZA/ha dan 250 kg Phonzka/ha. Pemupukan dilaksanakan

bersamaan dengan penanaman, yaitu sebelum potongan bibit ditata untuk ditanam

di juringan.

Gambar 5. Penanaman Tebu

Pemeliharaan tanaman tahun pertama

Tanaman PC (Plant Cane) adalah tanaman tahun pertama yang baru

ditanam di lahan. Beberapa kegiatan budidaya yang dilaksanakan pada tanaman

Page 7: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

30

PC antara dimulai setelah penaman sampai pemanenan. Berikut adalah berbagai

kegiatan budidaya yang dilakukan pada tanaman PC.

Gambar 6 . Alur Pemeliharaan Tebu Tahun Pertama

Pemupukan. Pemupukan yang dilakukan PG Cepiring menggunakan pupuk

tunggal dan majemuk. Pupuk yang dipakai yaitu pupuk ZA dan NPK Phozka. PG

Cepiring menggunakan dosis yang seragam pada semua kebun. Pemupukan

berdasarkan analisis hara tanah dan daun belum dapat dilakukan karena

laboratorium tanaman belum selesai dikembangkan. Dosis yang diterapkan yaitu

500 kg ZA/ha dan 500 kg Phonzka/ha. Kandungan pupuk ZA adalah 21%N,

sedangkan NPK Phozha adalah 15% N, 15%, dan 15% K2O. Maka dosis setiap

unsur yang diterapkan adalah 165 kg N/ha, 75 kg P2O5/ha dan 75 kg K2O/ha

Pemupukan dilaksanakan dua kali, yaitu pemupukan I dan pemupukan II.

Pemupukan I dilaksanakan bersamaan dengan tanam bibit atau maksimal 1

minggu setelah tanam. Dosis yang diterapkan untuk pemupukan I adalah 250 kg

ZA/ha dan 250 kg Phozka/ha. Pemupukan kedua dilaksanakan pada 4 minggu

setelah tanam. Dosis yang diterapkan sama dengan pemupukan I, yaitu adalah 250

kg ZA/ha dan 250 kg Phozka/ha. Pada pemupukan kedua bisanya ditambahkan

insektisida butir sistemik Furadan 3G sebagai upaya pengendalian hama dan

penyakit.

Aplikasi pemupukan yaitu dengan mencampurkan terlebih dahulu pupuk

ZA dan Phonzka sebanyak dosis untuk satu hektar lahan. Kemudian karyawan

harian mengambil dari campuran pupuk kemudian menempatkan pupuk di sekitar

batang tananam. Aplikasi pemupukan tidak disertai dengan penutupan pupuk.

Pemupukan Penyulaman Pemberian air

Pengendalian gulma Pencacahan gulud Pembumbunan

Pemeliharaan got Kletek Pengendalian hama

dan penyakit

Page 8: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

31

Prestasi kerja yang didapat dari karyawan adalah 169,17 kg/HOK, dengan sistem

pengupahan harian.

Penyulaman. Penyulaman adalah kegiatan menanam ulang bibit tebu yang tidak

tumbuh setelah penanaman pertama kali. Kegiatan penyulaman pada tebu dapat

menggunakan tiga macam bibit tebu, yaitu bibit bagal, bibit rayungan dan bibit

awil. Secara umum, bibit awil lebih sering digunakan

Kegiatan penyulaman pada umumnya menggunakan KHL wanita. Sistem

upah yang diterapkan pada pekerjaan penyulaman adalah pembayaran harian

dengan upah Rp 15 000,- – Rp 20 000,- per hari. Rata-rata prestasi kerja yang

didapatkan pekerja selama 1 hari yaitu 0.0376 ha/HOK.

Bibit awil adalah tunas tebu dari bibit bagal cadangan yang ditanam di

kebun. Metode penyulaman menggunakan bibit ini membutuhkan tenaga

pendongkel bibit cadangan, pemotong daun bibit cadangan, pembuat lubang

tanam dan penanam bibit. Kegiatan menyulaman pada kebun rata-rata menanam

bibit sulaman 1-5 bibit setiap juringan.

Penggunaan bibit rayungan yang berasal dari kebun bibit memiliki cara

penanaman yang berbeda. Bibit yang didapatkan dari kebun bibit berupa batang

tebu 2 ruas dengan satu tunas yang telah tumbuh. Penanaman dengan bibit

tersebut ditanam dengan batang tebu vertikal.

Pemberian air. Tanaman tebu membutuhkan air untuk pertumbuhannya terutama

pada fase tumbuhnya tunas dari bibit dan fase awal pertumbuhan vegetatif.

Ketersediaan air yang tidak mencukupi dapat terjadi karena irigasi teknis yang

tidak lancar pada tebu lahan sawah atau tidak ada hujan pada tebu lahan tegalan.

Kekurangan air pada vase tersebut dapat diatasi dengan pemberian air secara

khusus.

Pemberian air di PG Cepiring dilakukan setelah penanaman bibit sampai

umur tanaman 2 MST. Pemberian air juga dilakukan pada tebu sulaman ketika

irigasi tidak mencukupi atau tidak ada hujan. Pemberian air yang dilakukan PG

Cepiring menggunakan sistem penyiraman dan sistem pengairan melalui got

(furrow irrigation). Pekerjaan ini dilakukan dengan menutup outlet dan mengairi

Page 9: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

32

got-got hingga kapasitas lapang. Apabila air dari irigasi teknis tidak mencukupi

dapat diupayakan untuk memompa air dari sumber air terdekat.

Pemberian air bibit sulaman biasanya dilakukan dengan cara penyiraman.

Penyiraman bisanya menggunakan sumber air dari sumur yang sengaja dibuat di

kebun untuk mempermudah pengambilan sumber air.

Gambar 7. Pengairan Tebu dengan Metode Furrow Irrigation

Pemberian air dikebun menggunakan pompa air ketika tidak terdapat air

irigasi yang mengalir ke kebun. Sumber air diambil dari saluran irigasi yang

terdekat dari kebun. Air akan dipompa dari saluran irigasi dan dialirkan ke dalam

got kebun. Kegiatan ini biasanya dilanjutkan dengan penyiraman juringan-

juringan yang telah ditanami bibit mengunakan air yang mengalir di got. Prestasi

kerja pekerjaan penyiraman ini adalah 0.13 ha/HOK.

Pengendalian gulma. Pengendalian gulma merupakan upaya untuk mengurangi

populasi gulma yang sudah mengganggu pertumbuhan tanaman tebu. Terdapat

dua macam pengendalian gulma yang diterapkan di kebun, yaitu pengendalian

secara kimia dan secara manual.

Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan menggunakan

herbisida. Bahan aktif herbisida yang digunakan adalah 2,4-D dan Ametryn.

Kedua bahan aktif tersebut adalah jenis bahan aktif herbisida sintemik. Aplikasi

herbisida pada lahan menggunakan campuran kedua bahan aktif tersebut.

Konsentrasi herbisida yang diaplikasian berdasarkan pengamatan adalah 60 ml

Page 10: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

33

herbisida yang mengandung bahan aktif 2,4-D 826 g/l dan 160 ml herbisida yang

mengandung bahan aktif ametryn 500 g/l untuk 1 tangki semprot dengan volume

17 liter. Berdasarkan pengamatan, sekali penyemprotan rata-rata dapat

menyemprot 83 juringan, atau kira-kira 0,00682 ha. Dengan aplikasi tersebut,

volume semprot yang diterapkan adalah sebesar 245,66 l/ha. Dengan konsentrasi

yang digunakan, dosis yang diaplikasikan adalah 711,186 g 2,4-D/ha dan 1 156 g

ametryn/ha. KHL yang digunakan untuk penyemprotan herbisida ini disesuaikan

dengan besarnya luasan kebun serta target penyelesaian pekerjaan aplikasi

herbisida tersebut.

Upaya pengendalian gulma yang diterapkan selain cara kimia adalah cara

manual. Pekerjan ini dikenal dengan nama pembubutan. Alat yang digunakan

adalah sabit. Tenaga kerja yang digunakan pada umumnya adalah wanita.

Pencacahan gulud. Pencacahan guludan atau penggemburan adalah suatu

kegiatan yang bertujuan untuk memecah tanah yang padat sehingga menjadi tanah

yang halus dan remah sehingga nanti memudahkan untuk melakukan

pembumbunan.

Pencacahan gulud dilakukan sebelum pekerjaan pembumbunan dimulai.

Sistem upah yang diterapkan adalah sistem borongan. Rata-rata dalam 1 hari KHL

mendapat 60 juringan atau 1 lidah, sehingga PK untuk pekerjaan cacah gulud

adalah 0.05 ha/HOK. Efektivitas pekerjaan cacah gulud dipengaruhi oleh

kekerasan tanah. Kondisi tanah yang keras akan sangat menyulitkan para KHL

untuk melakukan pencacahan, sehingga PK yang didapatkan lebih rendah.

Pembumbunan. Pembumbunan adalah pekerjaan menambahkan tanah pada

kedua sisi juringan sebagai upaya dalam memperbanyak anakan dan

meningkatkan pertumbuhan tanaman tebu. Pembumbunan di PG Cepiring

dilakukan sebanyak tiga kali. Pembumbunan pertama dilakukan pada umur 1.5

BST. Pembumbunan kedua dilakukan pada umur 3.5 BST. Pembumbunan ketiga

dilakukan pada umur 6 BST. Sistem pembayaran yang diberlakukan adalah sistem

borongan. Upah yang diterima pekerja sebesar Rp 600,- per laci. PK yang

didapatkan oleh KHL sebesar 60 laci/HOK atau 0.05 ha/HOK.

Page 11: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

34

Pemeliharaan got. Got adalah alat untuk pemberian irigasi sekaligus drainase

pada lahan tebu. Keberadaan got sangat penting untuk pertumbuhan tebu karena

mempempengaruhi keadaan perakaran tebu. Perakaran yang baik akan

menyebabkan tebu tumbuh dengan baik serta proses kematangan tebu dapat

berjalan dengan baik (Supriadi, 1992)

Pemeliharaan got antara lain pendalaman got dan pembersihan gulma yang

ada di dalam got. Pekerjaan pemeliharaan got dilakukan secara manual dengan

tenaga manusia menggunakan peralatan cangkul dan garpu. Sistem kerja yang

digunakan adalah borongan, yaitu upah dihitung per meter got yang telah

diperbaiki. Prestasi kerja karyawan harian lepas yang diamati pada pekerjaan

pemeliharaan got adalah 27 m got/HOK.

Kletek. Kletek adalah pekerjaan membuang daun tebu yang telah mengering.

Tujuan utama pekerjaan kletek agar tebu dalam keadaan bersih pada saat ditebang

dan digiling di pabrik.

Kegiatan kletek pada umunnya dikerjakan oleh KHL wanita. Pada

umumnya, pekerjaan kletek diberlakukan sistem pembayaran borongan. Standar

yang diterapkan pekerjaan kletek selama 1 HOK dapat melakukan kletek pada 20

laci. Sehingga standar PK yang diperoleh KHL pada pekerjaan kletek adalah

0.0375 ha/HOK. Setelah diamati di lapang, PK yang didapatkan karyawan adalah

sebesar 0.0167 ha/ HOK sedangkan PK yang didapatkan mahasiswa adalah

0.0113 ha/HOK. Prestasi kerja kletak sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca dan

keadaan kebun. Kebun dengan populasi gulma yang tinggi juga dapat

menurunkan prestasi kerja karena mempersulit pekerjaan. Pekerjaan kletek

dilakukan apabila terdapat 7-9 daun kering. Pekerjaan kletek dilakukan dua kali,

yaitu pada umur 5 bulan untuk kletek satu dan 10 bulan atau sebelum panen untuk

kletek kedua.

Page 12: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

35

(a)

(b)

Gambar 8. Pekerjaan Kletek Tebu (a) dan Tebu yang Telah Dikletek (b)

Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit adalah upaya

untuk meminimalkan serangan hama dan penyakit yang dapat mengakibatkan

kerusakan bahkan kematian pada tebu. Pengendalian hama di PG Cepiring

dilakukan secara manual, kimia, dan kultur teknis. Hama utama yang terdapat di

wilayah PG Cepiring antara lain penggerek batang, penggerek pucuk, kutu bulu

putih dan tikus.

1. Penggerek Batang (Chilo auricilius Dudg.)

Serangan penggerek batang yang dominan terjadi pada siklus hidup tebu

yang sudah beruas. Serangan ini membentuk lubang pada ruas tebu. Serangan ini

menyebabkan kerusakan ruas, pertumbuhan terhambat, batang mudah patah, dan

dapat menyebabkan kematian batang bila menyerang titik tumbuh. Kerugian yang

ditimbulkan adalah kehilangan produksi pada tebu-tebu yang mati dan penurunan

bobot dan rendemen pada batang tebu yang terserang. Upaya yang dilakukan

adalah upaya pencegahan dengan menggunakan bibit yang bebas dari penggerek

dan menjaga kebersihan kebun.

2. Penggerek Pucuk (Tryporyza nivella F.)

Penggerek pucuk menyerang tanaman tebu pada titik tumbuh. Apabila

serangan sudah mencapai titik tumbuh, pertumbuhan apikal tebu terhenti dan

tumbuh tunas baru pada mata tunas di bagian sekitar pucuk tebu, sehingga

pertumbuhan tebu menjadi tidak normal dan merusak rendemen tebu. Gejala

Page 13: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

36

serangan hama ini yaitu terdapat deretan lubang berwarna coklat pada daun dan

terlihat lorong gerek yang berwarna coklat pada tulang daun.

Kegiatan pengendalian dilakukan secara manual dengan cara memotong

pucuk tebu dimulai dari pucuk tebu hingga ke bawah sedikit demi sedikit

sepanjang 2 cm sampai mendapat larva penggerek pucuk. Pengendalian secara

kimia dilakukan dengan aplikasi insektisida sistemik Furadan 3G. Dosis aplikasi

yang diberikan adalah 25 kg/ha. Aplikasi furadan dilakukan bersamaan dengan

pemupukan kedua pada 4 MST, dengan cara mencampurkannya dengan pupuk

yang akan diaplikasikan.

3. Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna lanigera Zehnt.)

Kutu bulu putih adalah hama yang membentuk koloni di bawah

permukaan daun dan menghisap sari makanan pada daun. Kutu ini juga

mengeluarkan cairan (embun madu) yang jatuh pada permukaan daun di

bawahnya, kemudian akan menjadi media pertumbuhan cendawan jelaga yang

berwarna hitam. Serangan kutu bulu putih terdapat pada kebun tegalan, sedangkan

serangan pada kebun tebu sawah tidak terjadi.

Upaya pengendalian hama ini adalah memotong daun yang terserang.

Pengendalian secara kimia juga dilakukan yaitu dengan penyemprotan insektisida

berbahan aktif clorpirifos dengan penyemprotan hanya pada tanaman yang

terserang.

4. Tikus sawah (Rattus argentivente Rob & Kloss)

Hama tikus dominan terdapat di lahan sawah namun terdapat pula pada

lahan tegalan. Hama tikus menyerang tebu pada awal pertumbuhan bibit dengan

memakan mata tunas bibit, sehingga bibit tebu tidak dapat tumbuh. Serangan

tikus juga terdapat pada batang tebu yang telah beruas, khususnya tebu-tebu yang

rebah.

Pengendalian tikus dilakukan melalui upaya preventif. Pengendalian

dilakukan sejak pembukaan lahan, yaitu dengan memberikan premi kepada

pekerja pembukaan lahan apabila berhasil membunuh tikus di lahan. Pengendalian

tikus juga dilakukan secara kimia. Jenis racun yang digunakan adalah racun tikus

berbahan aktif racumin. Racumin adalah bahan aktif jenis sistemik.

Page 14: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

37

Terdapat beberapa kebun tebu di wilayah PG Cepiring yang terserang

penyakit. Penyakit yang ditemukan antara lain penyakit luka api, dan karat daun.

Pengendalian penyakit luka api dilakukan dengan mencabut seluruh tanaman yang

terserang. Hal ini untuk menghindari penyebaran penyakit ke batang tebu yang

lain. Upaya pengendalian dilakukan pada masa awal pertumbuhan tanaman

pertama atau tanaman keprasan karena gejala penyakit luka api sudah terlihat pada

masa pertumbuhan awal.

Upaya pengendalian penyakit secara umum dilakukan dengan pencegahan.

Beberapa upaya pencegahan adalah memilih bibit yang sehat, serta menjaga

sanitasi kebun. Upaya pengendalian dilakukan pada masa pertumbuhan vegetatif

awal.

Pemeliharaan tanaman keprasan

Tanaman keprasan adalah tanaman tahun kedua dan seterusnya. Tanaman

ini disebut dengan Ratoon Cane (RC). Tanaman ini dimulai setelah tanaman PC

telah ditebang sampai tebangan-tebangan selanjutnya. Beberapa kegiatan

budidaya yang dilaksanakan pada tanaman ratoon antara dimulai dari

pemeliharaan kebun setelah tebangan sampai pemanenan. Secara umum kegiatan

pemeliharaan tanaman keprasan sama dengan pemeliharaan tanaman tahun

pertama (PC). Berikut adalah berbagai kegiatan budidaya yang dilakukan pada

tanaman keprasan.

Gambar 9 . Alur Pemeliharaan Tebu Keprasan

Bersih kebun

Kepras

Potong akar

Kegiatan pemeliharaan lain seperti

tebu tahun pertama (PC)

Page 15: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

38

Bersih kebun. Bersih kebun adalah kegiatan membuang kotoran berupa daun

tebu, pucuk tebu, gulma, atau batang tebu yang tertinggal setelah tebang. Kegiatan

ini bertujuan mengupayakan sanitasi untuk mencegah berkembangnya hama dan

penyakit. Bersih kebun dilakukan dengan cara manual. Kotoran kebun

dikumpulkan kemudian dibakar.

Kepras. Kepras adalah kegiatan memotonng sisa batang tebu yang telah dipotong

pada saat pemanenan. Kegiatan ini bertujuan untuk merangsang inisiasi tunas baru

sebagai bakal batang tebu RC. Pengeprasan dilakukan secara manual dengan

memotong batang tertinggal tebu pada pangkal batangnya, sehingga tunas akan

tumbuh dari mata tunas di bawah permukaan tanah agar tunas tumbuh normal dan

kuat. Kegiatan pengeprasan dilakukan segera setelah tebang, yaitu maksimal 7

hari setelah tebang.

Potong akar. Potong akar adalah kegiata memotong perakaran pada rumpun tebu

untuk merangsang munculnnya akar baru. Perakaran baru akan berguna dalam

penyerapan unsur hara dan air yang efisien. Perakaran baru juga akan merangsang

pertumbuhan tunas keprasan. Kegiatan potong akar juga akan menggemburkan

tanah sehingga dapat memperbaiki aerasi di daerah perakaran tanaman agar akar

dapat berrespirasi dengan baik. Kegiatan potong akar dilakukan secara manual

menggunakan golok. Golok akan diayunkan di kedua sisi juringan untuk

memotong perakaran tebu.

Pemanenan

Panen merupakan kegiatan mengambil batang tebu di lapang untuk

diproses di pabik menjadi gula. Kegiatan ini merupakan kegiatan terakhir dalam

kegiatan budidaya tebu. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi waktu

pemanenan, yaitu keadaan tebu di lapang dan jadwal giling PG. Beberapa

kegiatan panen antara lain taksasi produksi, pengukuran kemasakan tebu, tebang

dan angkut.

Page 16: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

39

Gambar 10. Alur Pemanenan Tebu

Taksasi produksi. Taksasi produksi adalah upaya memperkirakan besarnya

produksi yang akan dicapai pada saat panen. Taksasi produksi dibutuhkan untuk

merencanakan kebutuhan bahan, alat, tenaga, serta lamanya hari giling serta

menampung hasil produksi.

Kegiatan taksasi yang dilakukan PG Cepiring adalah taksasi Maret.

Taksasi maret dilakukan mulai pertengahan bulan Maret. Hasil yang didapat akan

digunakan untuk memperkirakan produksi yang akan didapat setiap kebun pada

waktu panen. Variabel yang diamati dalam kegiatan taksasi maret adalah jumlah

batang per juringan, tinggi batang, dan diameter batang. Tinggi batang diukur dari

permukaan tanah sampai daun ketiga. Diameter batang yang diukur adalah

diameter di ruas batang tengah. Rumus taksiran produksi adalah sebagai berikut.

Produksi= Jumlah batang x Tinggi batang x Bobot batang/m x Faktor kebun

Bobot batang/m ditentukan dari besarnya diameter batang dan varietas

tebu. Nilai bobot batang/m didapatkan dari tabel konversi bobot tebu yang berasal

dari penelitian PG Sragi (Lampiran 4). Faktor kebun adalah jumlah juringan

kebun per hektar. Besarnya fektor kebun pada umunya berkisar antara

1 100 – 1 200, hal ini dikarenakan pembukaan lahan sawah di PG Cepiring

menggunakan faktor pembukaan 1 200.

Pengamatan terhadap variabel taksasi dilakukan pada semua kemitraan

pola A dan B. Setiap kebun diambil 5 lidah contoh yang dipilih secara visual

dapat mewakili keseluruhan kebun tersebut. Setiap lidah diambil 3 juringan

contoh, yaitu juringan contoh nomor 15, 30 dan 35.

Taksasi

Pengukuran Brix

Penebangan

Angkut tebu

Page 17: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

40

Pengukuran brix. Pengukuran brix adalah salah satu upaya untuk mengetahui

kadar sukrosa tebu pada kebun yang berguna untuk penentuan waktu tebang pada

kebun tersebut. Pengukuran brix dilakukan dengan metode survey pada lahan

yang ingin diketahui briksnya dengan mengambil beberapa tebu dan mengukur

kadar brix nira dengan menggunakan hand refractometer.

Metode dalam pengukuran brix tebu antara lain:

1. Mengambil batang tebu contoh dengan metode pengambilan sampel secara

diagonal.

2. Memotong tebu dengan menjadi tiga bagian.

3. Mengukur brix nira setiap bagian tebu dengan hand refractometer.

4. Merata-ratakan nilai brix setiap bagian tebu sebagai nilai brix batang tebu.

5. Merata-ratakan nilai brix batang tebu semua batang contoh sebagai nilai brix

kebun.

Jumlah sampel yang diambil dalam pengamatan brix adalah tiga batang

tebu per kebun yang diamati. Batang tebu yang diambil adalah tebu yang tidak

berada di pinggir got dan bukan batang tebu sogolan. Nilai rata-rata brix dari

ketiga batang tebu akan menjadi nilai brix kebun yang digunakan sebagai

pertimbangan dalam waktu penebangan. Standar PG Cepiring dalam penebangan

adalah brix kebun telah mencapai nilai 24.

Gambar 11. Hand Refractometer untuk Pengukuran Brix Nira Tebu di Lapang

Penebangan. Penebangan adalah kegiatan mengambil batang tebu yang telah

masak untuk diolah ke PG. Kegiatan dilakukan dengan cara penebangan batang

Page 18: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

41

tebu dari pangkal batang, sehingga kegiatan ini sering disebut dengan istilah

penebangan.

Tebangan tebu dilakukan setelah batang tebu memenuhi syarat untuk

digiling di PG, yaitu umur mencukupi dan batang tebu telah masak. Tebu telah

masak apabila nilai brix nira rata-rata dari ketiga bagian batang yang diukur

minimal sebesar 24. Selain itu, selisih antara nilai brix batang bawah dan batang

atas tidak melebihi 2 poin. Jika nilai brix batang bawah dan batang atas sama,

maka batang tebu dapat dikatakan masak dan siap untuk ditebang.

Kegiatan penebangan biasanya didahului dengan kegiatan persiapan jalan

tebang. Kegiatan yang dilakukan meliputi perbaikan jalan atau jembatan sehingga

angutan tebu dapat masuk ke lokasi kebun.

Kegiatan tebangan dimulai dengan menebang tebu di wilayah yang dapat

membuka akses untuk keseluruhan kebun. Pada awal kegiatan tebangan ini,

bisaanya tidak diperlukan tenaga kerja yang banyak karena hanya sedikit

angkutan yang dapat masuk ke wilayah kebun karena jalan tebang di dalam kebun

sedang dikerjakan.

Gambar 12. Penebangan Tebu

Penebangan tebu dilakukan secara manual dengan sistem pengupahan

borongan. Alat yang digunakan adalah golok. Penebangan dilakukan dari pangkal

batang di atas permukaan tanah. Batang tebu yang telah ditebang dibersihkan dari

daun kemudian memotong pucuk batang pada titik patah. Batang tebu yang telah

bersih dikumpukan oleh setiap penebang. Kumpulan batang tebu yang terdiri dari

30-40 batang diikat menggunakan kulit batang tebu.

Page 19: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

42

Angkut tebu. Ikatan-ikatan batang tebu yang berada dilapang akan diangkut ke

PG menggunakan angkutan truk. Penebang akan menaikkan kumpulan batang

tebu yang telah mereka tebang ke truk setelah dirasa cukup untuk memenuhi truk

tersebut. Kapasitas truk pengangkut tebu antara 6-7 ton. Batang tebu yang telah

dinaikkan ke truk dipotong sebagian agar tidak ada ruang kosong di dalam

angkutan, sehingga batang yang diangkut lebih banyak. Setelah truk memenuhi

kapasitasnya, truk langsung membawa angkutan tebu ke PG untuk segera diproses

menjadi gula.

Sistem manajemen dan pengupahan antara tebang dan angkut

digabungkan. Hal ini mencegah ketidaksingkronan antara tenaga penebang dang

truk angkutan. Sistem manajemen tebang angkut yang diterapkan adalah setiap

truk angkutan tebu harus mempunyai penebangnya sendiri dengan jumlah 7-10

orang. Pengupahan diterapkan secara borongan, yaitu dihitung setiap 100 kg tebu

tertebang.

(a) (b)

Gambar 13. Pengangkutan Tebu ke Truk Angkutan (a) dan Kapasitas

Muatan Truk Angkutan (b)

Pengolahan gula

PG Cepiring menerapkan pengolahan gula menggunakan dua macam

bahan baku. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi gula adalah raw

sugar dan tebu. Raw sugar adalah gula setengah jadi yang berwarna kecoklatan

dan memiliki struktur yang mirip dengan gula kristal putih. Pada masa di luar

masa panen tebu, PG Cepiring tetap memproduksi gula menggunakan bahan baku

raw sugar. Pada saat musim panen tebu, PG Cepiring menproduksi gula

Page 20: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

43

menggunakan bahan baku tebu dengan tetap menggunakan raw sugar sebagai

campurannya.

Proses pengolahan nira menjadi gula di PG Cepiring menggunakan proses

karbonatasi. Sumber karbon yang digunakan adalah gas CO2 sebagai hasil

sampingan pada boiler. Proses pengolahan tebu dan raw sugar berbeda pada tahap

awal dan sama pada tahapan selanjutnya. Tahapan pengolahan raw sugar antara

lain stasiun afinasi, stasiun purifikasi, stasiun kristalisasi, stasiun sentrifugal, dan

stasiun packing. Tahapan proses pengolahan tebu meliputi stasiun gilinngan,

stasiun purifikasi, stasiun evaporator, stasiun kristalisasi, stasiun sentrifugal,

kemudian masuk ke stasiun afinasi dan mengalami proses selanjutnya bersama

dengan nira raw sugar.

Gambar 14. Skema Proses Pengolahan Tebu dan Raw Sugar PG Cepiring

Stasiun gilingan. Proses yang terjadi pada stasiun gilingan adalah memeras tebu

untuk mendapatkan nira tebu. Bahan baku yang memasuki stasiun ini hanya bahan

baku tebu, sedangkan untuk bahan baku raw sugar tidak melalui stasiun ini.

Terdapat dua cara yang dipakai untuk memasukkan batang tebu ke stasiun

gilingan di PG Cepiring, yaitu menggunakan alat tappler dan alat crane. Tappler

adalah alat yang memungkinkan batang tebu yang berada di truk langsung

Tebu

Stasiun Gilingan

Raw sugar

Stasiun Purifikasi

Stasiun Evaporator

Stasiun Kristalisasi

Stasiun Sentrifugal

Stasiun Afinasi

Stasiun Purifikasi

Stasiun Kristalisasi

Stasiun Sentrifugal

Stasiun Tahap Akhir

Gula Kristal Putih

(icumsa<200)

Molases

Raw

sugar

Molases

Page 21: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

44

ditempatkan ke meja tebu dengan cara mengangkat bagian depan truk

menggunakan sistem hidrolik. Crane adalah alat untuk mengangkat tebu dari truk

kemudian meletakkannya pada bak penampungan tebu yang kemudian bergerak

menuju meja tebu menggunakan rel seperti kereta (lori). Setelah tebu berada di

meja tebu kemudian masuk ke gilingan tebu yang terdiri dari empat gilingan. Pada

proses ini nira akan dicampurkan dengan air imbibisi dari proses gilingan

sebelumnya dan dilakukan penggilingan berulang untuk mengurangi kehilangan

nira. Pada gilingan pertama akan dianalisis rendemen nira dari tebu yang digiling

(Analisis Nira Perahan Pertama).

Stasiun afinasi. Stasiun afinasi adalah stasiun pelarutan raw sugar menjadi nira

dengan penambahan gula dari tebu yang telah mengalami proses sentrifugal.

Diluar musim giling, stasiun ini hanya melarutkan raw sugar. Pada stasiun ini,

proses pengolahan nira dari tebu dan dari raw sugar bertemu. Hasil dari stasiun

afinasi adalah nira yang berasal dari raw sugar dan tebu yang telah mengalami

pengolahan.

Stasiun purifikasi. Proses yang terjadi pada stasiun purifikasi adalah

membersihkan kotoran yang terbawa dalam nira serta menambahkan kapur

(Ca(OH)2) dan/atau gas CO2. Tardapat dua macam stasiun purifikasi, yaitu stasiun

purifikasi khusus untuk nira tebu dan stasiun purifikasi untuk nira dari raw sugar

dan campuran gula dari tebu.

Stasiun purifikasi khusus nira tebu hanya beroperasi ketika musim giling

tebu. Nira tebu dari stasiun gilingan akan dibawa ke timbangan nira kemudian

dipanaskan. Kemudian ditambahkan Ca(OH)2 pada nira. Nira kemudian

diendapkan. Nira akan terpisah menjadi nira bersih dan nira kotor yang akan

mengendap. Nira kotor yang mengendap diteruskan untuk proses pengolahan

menjadi blotong. Nira dari tebu akan diteruskan ke stasiun evaporator.

Stasiun purifikasi untuk nira dari raw sugar dan campuran gula dari tebu

beroperasi pada musim giling tebu maupun di luar masa liling tebu saat giling raw

sugar. Selain menambahkan Ca(OH)2, pada stasiun purifikasi ini ditambahkan gas

CO2. Nira dari stasiun ini akan diteruskan ke stasiun kristalisasi.

Page 22: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

45

Stasiun evaporator. Stasiun evaporator adalah stasiun yang khusus mengolah nira

yang berasal dari tebu. Proses yang terjadi dalam stasiun ini adalah penguapan

nira tebu menjadi nira kental. Hasil nira kental tebu akan dialirkan ke stasiun

kristalisasi.

Stasiun kristalisasi. Stasiun kristalisasi akan mengkristalkan nira kental melalui

pan dengan suhu dan tekanan tinggi. Terdapat empat pan kristalisasi di PG

Cepiring, yaitu W PAN, A PAN, B PAN, dan C PAN. Setiap pan akan

menghasilkan gula yang dapat dikristalkan (magma) dengan kualitas yang berbeda

dan mengkasilkan gula yang tak dapat dikristalkan (molasses) yang akan

dimasukkan sebagai bahan ke pan berikutnya. Nira kental yang berasal dari

stasiun purifikasi raw sugar akan diolah di W PAN. Nira kental tebu dari stasiun

evaporator akan diolah di A PAN. Hasil pengolahan dari stasiun kristalisasi akan

dikirim ke stasiun sentrifugal untuk proses selanjutnya.

Stasiun sentrifugasi. Stasiun sentrifugasi merupakan pengolahan nira masak dari

pan kristalisasi untuk memisahkan kristal gula dari larutan induknya. Terdapat

empat alat sentrifugal sesuai dengan pan kristalisasi, yaitu LGF W, LGF A, LGF

B, dan LGF C. LGF W akan menampung nira masak dari W PAN dan

menghasilkan gula kristal yaitu gula yang siap untuk pengepakan dan gula tak

dapat dikristalkan (white moll) yang akan dialirkan ke A PAN untuk pemasakan

selanjutnya. LGF A akan menampung nira masak A PAN dan menghasilkan gula

a yaitu gula yang kurang memenuhi persyaratan yang akan dikirim ke stasiun

afinasi untuk bahan campuran pengenceran raw sugar. LGF A akan memproduksi

a-moll yang akan dialirkan ke B PAN. LGF B akan memproduksi gula b (b-

magma) yang akan dialirkan ke A PAN dan menghasilkan b-moll yang dialirkan

ke PAN C. LGF C akan memproduksi c-magma yang dialirkan ke PAN B dan

menghasilkan c-moll yang akan akan ditampung di penampungan akhir sebagai

tetes.

Stasiun tahap akhir. Gula yang dihasilkan LGF W akan dikeringkan dan

didinginkan. Gula yang dihasilkan akan diamati kembali kualitasnya. Gula yang

Page 23: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

46

tidak sesuai dengan standar kualitas dalam ukuran kristal dan warna akan dilebur

kembali dan diproses ulang di stasiun afinasi. Gula yang berukuran normal

dengan warna yang putih sesuai standar akan dimasukkan kedalam karung dengan

ukuran 50 kg kemudian diangkut ke gudang penyimpanan gula.

Aspek Manajerial

Pengelolaan kegiatan lapang

Kegiatan manajemen utama bagian tanaman adalah budidaya tanaman

tebu di lapang. Sistem manajemen yang diterapkan dalam budiaya tebu di lapang

adalah pembagian berdasarkan luasan dan kategori kebun tertentu. Pengawasan

yang ketat untuk pola kemitraan B dilakukan pada aspek finansial yang

menyangkut kredit petani, namun untuk aspek teknis budidaya kebun, pihak PG

hanya mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang diajukan pembiayaanya dengan

kredit.

Manajemen yang intensif dilakukan pada kebun dengan pola kemitraan A

(KMA). Hal ini dikarenakan PG merupakan penaggung jawab budidaya secara

teknis maupun pembiayaan pekerjaan tersebut dari segi finansial. Pembagian

manajemen pada kebun KMA berdasarkan luasan areal. Terdapat seorang sinder

kebun yang bertanggung jawab terhadap luasan besar, yang membawahi beberapa

mandor yang bertanggung jawab atas luasan yg lebih kecil.

Sinder kebun. Sinder kebun merupakan seorang manajer kebun yang bertanggung

jawab pada luasan kebun tertentu. Sinder kebun PG Cepiring difokuskan untuk

memanajemen kabun pola kemitraan A. Tugas seorang sinder adalah menerapkan

prinsip dasar manajemen pada kebunnya dengan tujuan dapat menghasilkan tebu

dengan kualitas, kuantitas dan waktu panen yang ditetapkan oleh PG. Beberapa

prinsip dasar manajemen yang diterapkan seorang sinder, yaitu perencanaan,

pengaturan, pelaksanaan, dan pengawasan.

Prinsip manajemen perencanaan yang dilakukan oleh sinder meliputi

perencanaan perluasan areal serta perencanaan tindak budidaya yang akan

diterapkan. Untuk perluasan areal, seorang sinder memiliki tanggung jawab untuk

mencari lahan areal kemitraan baru dengan petani. Dalam tugas perluasan areal

Page 24: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

47

ini, seorang sinder melakukan pendekatan dan penyuluhan secara informal

maupun secara formal. Perencanaan yang penting dilakukan mencakup

perencanaan teknis budidaya maupun kebutuhan finansialnya sebelum dibukanya

suatu kebun.

Prinsip pengaturan yang dilaksanakan oleh Sinder Kebun meliputi

pengaturan tahapan kegiatan budidaya di lapang, serta pengaturan biaya yang

diperlukan. Dalam melaksanakan fungsi ini, sinder kebun akan dibantu mandor

sebagai bawahannya. Seorang sinder akan memeriksa rencana kegiatan dan

pengajuan biaya pekerjaan tersebut dari mandor. Setelah menyetujuinya,

pekerjaan terbut dilaksanakan oleh mandor kebun.

Sistem pengawasan dilaksanakan dengan pengecekan lapang secara rutin

oleh sinder. Dalam pengawasan lahan ini diamati pekerjaan yang ada di kebun

serta keadaan umum kebun. Pengawasan lahan ini akan menjadi hal yang dapat

mengontrol pelakasanaan pekerjaan oleh mandor baik secara teknisnya maupun

finansial.

Mandor kebun. Mandor kebun merupakan jabatan yang dipegang oleh seseorang

yang bertanggung jawab atas budidaya tebu mulai dari penanaman sampai

pemanenan pada luasan kebun tertentu. Seorang mandor kebun mempunyai

seorang penyelia, yaitu sinder kebun. Dalam menjalankan tugas budidaya kebun,

mandor akan memimpin pekerja harian lepas serta mengarahkan pekerjaan dan

bertindak sebagai pengawas. Mandor kebun akan berkoordinasi dengan sinder

kebun dalam melaksanakan tugasnya. Setiap pelaksanaan suatu pekerjaan, mandor

akan mengajukan rencana teknis dan finansial pelaksanaan pekerjaan yang telah

direncanakan oleh Sinder Kebun. Pengajuan rencana tersebut akan dikoreksi oleh

Sinder Kebun. Apabila pekerjaan disetujui oleh Sinder Kebun, maka pengajuan

pekerjaan tersebut akan diteruskan ke bagian administrasi untuk pencairan dana

kebutuhan pelaksanaan pekerjaan.

Selama proses administrasi untuk pencairan dana, mandor kebun akan

melaksanakan pekerjaan yang telah diajukan. Pekerjaan dimulai dari pencarian

karyawan harian lepas (KHL) dan negosisasi besarnya upah dan sistem

pengupahan untuk pekerjaan tersebut. Pekerjaan akan dilaksanakan dengan

Page 25: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

48

pengarahan dan pengawasan oleh mandor. Setelah pencairan dana, mandor

bertugas sebagai pengelola keuangan untuk diberikan kepada KHL.

Aspek Khusus

Aspek khusus yang dipelajari adalah modifikasi teknik budidaya,

pertumbuhan, produksi, dan analisis usaha tebu di lahan salin. Pengamatan

dilakukan di kebun Pidodo dengan luasan 24.801 ha yang terdiri dari tiga blok,

yaitu Pidodo A dengan luasan 10.000 ha, Pidodo B dengan luasan 14.264 ha, dan

Pidodo C dengan luasan 0.537 ha. Kebun Pidodo terletak di pesisir pantai utara

Jawa dengan jarak sekitar 1 km dari bibir pantai. Kebun Pidodo terletak di muara

Sungai Bodri yang sering mengalami banjir pasang air laut dan meluap ke kebun

dengan membawa kandungan air laut. Kebun pidodo terletak di kecamatan

Patebon dengan curah hujan yang cukup tinggi yaitu antara 1 500 – 3 500

mm/tahun dan termasuk ke daerah dengan iklim basah (humid). Ciri salinitas yang

tinggi pada kebun Pidodo juga dilihat dari terbentuknya efflorescense atau kerak

garam yang terjadi pada musim kering.

Kondisi salinitas kebun

Pengamatan salinitas pada kebun dilakukan melalui analisis daya hantar

listrik tanah dan konsentrasi garam. Analisis tanah dilakukan pada saat tebu

berumur 35 MSK dengan kondisi tidak terdapat hujan selama 14 hari. Selain

melakukan analisis tanah kebun Pidodo, dilakukan analisis tanah kebun Gondang

sebagai pembanding untuk lahan tidak tercekam salinitas. Hasil pengamatan dapat

dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Analisis Salinitas Tanah Saat Tebu Berumur 31 MSK

Kebun Daya Hantar Listrik

(dS/m)

Salinitas

(mg/l)

Pidodo 0.168 79

Gondang 0.108 50

Page 26: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

49

Teknis budidaya tebu di lahan salin

Teknis budidaya tebu yang diterapkan di lahan tercekam salinitas secara

umum sama dengan kebun lain yang tidak terkendala salinitas. Semua teknis

budidaya diterapkan sesuai dengan standar perusahaan, mulai dari pembukaan

lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman hingga tebang dan angkut. Teknis

budidaya yang berbeda di lahan salin adalah sistem tata air melalui got kebun.

Sistem tata air yang berbeda diterapkan pada kebun yang terkendala

salinitas yang tinggi. Kebun dengan kendala salinitas biasanya terdapat di daerah

pesisir pantai utara. Kebun ini kadang mengalami banjir air laut pasang (rob) yang

membawa air laut masuk ke kebun sehingga meningkatkan kadar garam tanah.

Upaya yang dilakukan oleh PG Cepiring adalah pembuatan got besar dengan

ukuran lebar 2 m dengan kedalaman 3 m, sementara untuk kebun pada umunya

got berukuran 50 cm pada lebar dan kedalaman 60 cm (Tabel 8). Panjang juringan

tetap 8 m sehingga jumlah got tetap sama dengan lahan sawah irigasi, namun

lebar dan dalamnya got jauh lebih besar.

Tabel 8. Ukuran Got di Lahan Salin dan Nonsalin

Got

Kebun Pidodo

(salin)

Kebun Gondang

(nonsalin)

Lebar Dalam Lebar Dalam

……………………..……… cm ……….……………………

Got Keliling 200 300 60 70

Got Malang 200 300 50 60

Got Mujur 200 300 50 50

Pembuatan got pada lahan tercekam salinitas dirancang untuk mengurangi

efek salinitas dengan pencucian garam melalui irigasi dan drainase. Ukuran got

yang besar dapat menampung dan mengalirkan air yang lebih banyak serta

meningkatkan drainase. Got akan mengalirkan air ke kebun untuk mencuci garam

yang terkandung di tanah secara berangsur-angsur. Air yang mengalir biasanya

akan tertampung di got dan menggenang selama beberapa waktu. Air yang

dimasukkan untuk mencuci garam tersebut akan ditampung kembali oleh got

untuk dapat dibuang keluar kebun melalui drainase yang baik.

Page 27: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

50

Menurut Santoso (1993), sistem irigasi dan got yang diterapkan di lahan

tercekam salinitas oleh PG Cepiring disebut dengan metode reklamasi lahan salin

dengan metode kolam-alur (basin-furrow method). Metode ini akan mengalirkan

air irigasi melalui parit (got) yang dibuat di sekeliling lahan. Air akan

dipertahankan sekitar seminggu sampai seluruh lahan dapat diresapi air.

(a)

(b)

Got Mujur

(lebar 2m, dalam 3m)

Juringan

Got keliling

(lebar 2m, dalam 3m)

(c)

Got Mujur

(lebar 50cm, dalam 60cm)

Juringan

Got Keliling

(lebar 60cm, dalam 70cm)

(d)

(e)

(f)

Gambar 15. Got Lahan Salin (a), Got Lahan Nonsalin (b), Penampang

Melintang Got Lahan Salin (c), Penampang Melintang Got Lahan

Nonsalin (d), Got Lahan Salin Tampak Atas (e), dan Got Lahan

Nonsalin Tampak Atas (f).

… …

Page 28: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

51

Kondisi tebu di lanah salin

Kondisi tebu diamati pada fase vegetatif akhir sampai dengan fase

generatif, ditandai dengan munculnya bunga pada tebu (Tabel 9). Pengamatan

dilakukan pada blok dengan varietas BL (Bululawang) keprasan pertama (RC 1).

Pengamatan dilakukan setiap 4 minggu, dimulai 27 MSK (minggu setelah

keprasan) sampai 38 MSK. Pengamatan juga dilakukan pada tebu yang tidak

tercekam salinitas sebagai pembanding, yaitu kebun Gondang. Kebun Gondang

merupakan kebun tidak tercekam salinitas dengan varietas dan umur yang sama

dengan kebun Pidodo. Variabel pengamatan tebu yang diamati adalah tinggi

tanaman, diameter batang, jumlah ruas, bobot batang, jumlah batang per meter,

jumlah sogolan per meter , dan brix nira tebu.

Tabel 9. Tinggi Tanaman Tebu, Jumlah Ruas, Diameter, dan Bobot

Batang pada 27 MSK sampai 41 MSK

Pengamatan Kebun Umur Tebu (MSK)

27 31 `35 39

Tinggi tanaman

(cm)

Pidodo

(Salin) 192.90a 219.55a 233.60a 240.60a

Gondang

(Nonsalin) 283.15b 305.85b 319.00b 334.10b

Jumlah ruas

(ruas)

Pidodo

(Salin) 17.20a 19.25a 21.50a 22.70a

Gondang

(Nonsalin) 19.35a 22.65a 24.80a 26.80a

Diameter batang

(cm)

Pidodo

(Salin) 2.24a 2.32a 2.38a 2.39a

Gondang

(Nonsalin) 2.57a 2.66a 2.69a 2.71a

Bobot batang

(kg)

Pidodo

(Salin) 0.79a 0.94a 1.03a 1.06a

Gondang

(Nonsalin) 1.33b 1.49b 1.58b 1.67b

Keterangan : Nilai pada kolom pada pengamatan yang sama yang diikuti oleh huruf

yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada

taraf 5 %

Pengamatan jumlah batang tebu permeter juringan diamati pada 27 MSK,

sedangkan jumlah sogolan per meter juringan diamati pada 41 MSK. Hasil

pengamatan disajikan pada Tabel 10.

Page 29: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

52

Tabel 10. Jumlah Batang Tebu per Meter dan Jumlah Sogolan per Meter

Kebun Jumlah batang per meter Jumlah Sogolan per meter

Pidodo (Salin) 11.08a 2.63a

Gondang (Nonsalin) 10.04a 2.18a

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada

taraf 5 %

Pengamatan brix nira dilakukan dua kali, yaitu pada umur tebu 27 MSK

dan pada umur 41 MSK. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Brix Nira Tebu di Lapang pada Umur 27 MSK dan 41 MSK

Kebun Umur (MSK)

27 41

Pidodo (Salin) 14.87a 24.13a

Gondang (Nonsalin) 15.60a 24.13a

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada

taraf 5 %

Pertumbuhan dan pembungaan tebu di lahan salin

Pertumbuhan tebu di lahan salin diamati pada fase vegetatif akhir sampai

fase generatif dengan ditandai tebu berbunga. Pengamatan pertumbuhan dilakukan

pada veriabel tinggi batang, jumlah ruas, diameter batang, dan bobot batang

(Tabel 12). Nilai pertumbuhan dari masing-masing variabel adalah selisih nilai

variabel pada pengamatan 41 MSK dan 27 MSK.

Pembungaan tebu yang diamati pada kedua kebun menunjukkan sifat

pembungaan tebu sporadis. Tebu di lahan salin Pidodo mulai berbunga secara

sporadis pada 33 MSK, sedangkan tebu di lahan nonsalin Gondang mulai

berbunga secara sporadis pada 37 MSK.

Page 30: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

53

Tabel 12. Pertumbuhan Tebu di Kebun Salin dan Nonsalin pada 27

MSK sampai 41 MSK

Peubah Kebun Pidodo

(Salin)

Kebun Gondang

(Nonsalin)

Tinggi tanaman (cm) 47.70a 50.96a

Diameter batang (cm) 0.15a 0.14a

Jumlah ruas 5.50a 7.45a

Bobot batang (kg) 0.27a 0.34a

Jumlah batang per meter juringan

(batang/ m juring) 11.08a 10.04a

Keterangan : Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada

taraf 5 %

Produktivitas tebu dan analisis usaha tani kebun tebu di lahan salin

Produksi tebu di lahan salin diamati sejak masa tanam pertama di kebun

pengamatan bersadarkan data sekunder (Tabel 13). Produksi untuk masa tanam

2010/2011 didapatkan berdasarkan taksasi maret. Sebagai pembanding, dilakukan

pengamatan yang sama pada kebun nonsalin.

Tabel 13. Produktivitas Tebu (ton/ha) di Lahan Salin dan Nonsalin Selama

Tiga Musim Tanam

Kebun Kategori Tanaman Rata-rata

Produktivitas PC RC 1 RC 2

………………….………. ton/ha ……..……………………..

Pidodo

(Salin) 45.02 57.36 70.03 57.47a

Gondang

(Nonsalin) 84.54 104.35 107.22 98.54b

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada

taraf 5 %

Pengamatan melalui data sekunder juga dilakukan pada analisis usaha tani

kebun salin (Tabel 14). Analisis dilakukan pada masa tanam 2010/2011 pada

kebun Pidodo (salin) dan kebun Gondang (nonsalin).

Page 31: A11ahk_BAB v Pelaksanaan

54

Tabel 14. Keuntungan Usaha Tani Tebu di Kebun Salin dan Nonsalin

Masa Tanam 2010/2011

Kategori

tanaman Rincian usaha tani

Kebun

Pidodo (Salin) Gondang (Nonsalin)

…………………….. Rp …..…………………

PC

Biaya 21 359 982.43 40 782 615.66

Pendapatan 27 072 059.23 43 553 880.19

Keuntungan 5 712 076.80 2 771 264.53

RCI

Biaya 19 299 706.84 32 843 869.35

Pendapatan 26 915 799.14 46 704 218.40

Keuntungan 7 616 092.30 13 860 349.05

RCII

Biaya 19 962 214.46 30 630 539.30

Pendapatan 30 626 976.09 34 815 673.26

Keuntungan 10 664 761.63 4 185 133.96

Rata-rata

Biaya 20 207 301.25 34 752 341.44

Pendapatan 28 204 944.82 41 691 257.28

Keuntungan 7 997 643.58 6 938 915.85

Sumber : Kantor Tanaman, PT Industri Gula Nusantara