a · web viewprogram pasca sarjana teknologi pendidikan islam iain sts jambi tahun 2011/2012 dosen...

29
TUGAS HARIAN DESAIN INTRUKSIONAL DOSEN PENGAMPUH : PROF. DR. MUKHTAR, M.Pd DISUSUN OLEH : N A M A : HASIB KARIMUDDIN. SY N I M : P.p.211.1.1383 PRODI : PENDIDIKAK ISLAM KONSENTRASI : TEKNOLOGI PENDIDIKAN ISLAM PROGRAM PASCA SARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN ISLAM IAIN STS JAMBI TAHUN 2011/2012 1

Upload: others

Post on 31-Jan-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

A

TUGAS HARIAN DESAIN INTRUKSIONAL

DOSEN PENGAMPUH : PROF. DR. MUKHTAR, M.Pd

DISUSUN OLEH :

N A M A

: HASIB KARIMUDDIN. SY

N I M

: P.p.211.1.1383

PRODI

: PENDIDIKAK ISLAM

KONSENTRASI

: TEKNOLOGI PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM PASCA SARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN ISLAM IAIN STS JAMBI

TAHUN 2011/2012

Dosen : Prof. Dr. H. Muktar. M.Pd

Tugas Harian Desain Intruksional

HASIB KARIMUDDIN SY

SOAL

1. CARILAH TEORI ATAU KONSEP DESAIN DARI PARA PAKAR MINIMAL 10 BH, LENGKAP DG SUMBER

2. CARILAH MODEL PEMBELAJARAN AKTIF ATAU KONSTRUKTIF MINIMAL 10 BUAH

3. CARILAH MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS IT MINIMAL 15 BUAH

4. SEMUA SUMBER LENGKAPI DENGAN TOERI, KONSEP DAN GAMBAR (LENGKAPI HARD DAN SOFT COPY)

TEORI –TEORI PEMBELAJARAN

1. Behavioris Oleh Aristoteles

Behavioris berdasarkan pada perubahan perilaku. Behavioris menekankan pada pola perilaku baru yang diulang-ulang sampai menjadi otomatis. Teori behavioris dalam belajar telah dikenal sejak Aristoteles mengemukakan bahwa 'ingatan' selalu difokuskan pada keterkaitan yang dibuat antara berbagai kejadian, misalnya cahaya dan petir. Pelopor teoiri behavioris yang terkenal adalah Pavlov, Watson. Thorndike, dan Skinner.

Implikasi dari teori belravioris dalam pendidikan sangat mendalam. Guru menulis tujuan instruksional dalam persiapan mengajar, yang kemudian akan diukur pada akhir pembelajaran. Guru tidak memerhatikan hal-hal apa yang telah diketahui peserta didik, atau apa yang peserta didik pikirkan selama proses pengajaran berlangsung. Guru mengatur strategi dengan memberikan ganjaran (berupa nilai tinggi atau pujian) dan hukuman (nilai rendah atau hukuman lain). Guru lebih menekankan pada tingkah laku apa yang harus dikerjakan peserta didik bukan pada pemahaman peserta didik terhadap sesuatu.2. Kognitif

Kognitif merupakan teori yang, berdasarkan proses berpikir di belakang perilaku. Peruhahan perilaku diamati dan digunakan sebagai indikator terhadap apa yang terjadi dalam otak peserta didik. Pelopor teori kognitif yang terkenal adalah Jean Piaget. Gagasan utama teori kognitif adalah perwakilan mental. semua gagasan dan citraan (image) seseorag diwakili dalam struktur mental yang disebut skema. Skema akan menentukan bagaimana data dan informasi yang diterima akan dipahami seseorang . Jika informasi sesuai dengan skema yang ada, maka peserta didik akan menyerap informasi tersebut ke dalam skema ini. Seandainya tidak sesuai dengan skema yang ada, informasi akan ditolak atau diubah, atau disesuaikan dengan skema, atau skema yang akan diubah dan disesuaikan.

Penganut teori kognitif mengakui bahwa belajar melibatkan penggabungan-penggabungan (associations) yang dibangun melalui keterkaitan atau penguatan.

Mereka juga mengakui pentingnya penguatan (reinforcement) walaupun lebih menekankan pada pemberian balikan (feedback) pada tanggapan yang benar dalam perannya sebagai pendorong (motivator). Walaupun menerima sebagian konsep dari behavioris, para penganut teori kognitif memandang belajar sebagai perbuatan penguasaan atau penataan kembali struktur kognitif di mana seseorang memproses dan menyimpan informasi (Good dan Brophy, 1990, hal. 187).

Kognitif: (a) Semua gagasan dan citraan (image) diwakili dalam skema (b) Jika informasi sesuai dengan skema akan diterima, jika tidak akan disesuaikan atau skema yang disesuaikan (c) Belajar merupakan pelibatan penguasaan atau penataan kembali struktur kognitif di mana seseorang memproses dan menyimpan informasi.

3. Konstruktivis

Bertitik tolak dari teori kognitif maka lahirlah pandangan baru tentang teori belajar yaitu konstruktif. Menurut para penganut konstruktif, pengetahuan dibina secara aktif oleh seseorang yang berpikir. Seseorang tidak akan menyerap pengetahuan dengan pasif. Untuk membangun suatu pengetahuan baru, peserta didik akan menyesuaikan informasi suatau pengetahuan yang disampaikan guru dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimilikinya melalui berinteraksi sosial dengan peserta didik lain atau dengan gurunya.

Menurut Schuman (1996), konstruktif dikemukakan dengan dasar pemikiran bahwa semua orang membangun pandangannya terhadap dunia melalui pengalaman individual atau skema. Konstruktif menekankan pada menyiapkan peserta didik untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi yang tidak tentu atau ambigus.

Sedangkan Merril (1991) dan Smorgansbord (1997) menyatakan beberapa hal tentang konstruktif yaitu:

1. Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya.

2. Belajar merupakan proses yang aktif di mana makna dikembangkan berdasarkan pengalaman.

3. Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan (negosiasi) makna melalui berbagi informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam berinteraksi atau bekerja sama dengan orang lain.

4. Belajar harus disituasikan dalam latar (setting) yang realistik, penilaian harus terintegrasi dengan tugas dan bukan merupakan kegiatan yang terpisah. Konstruktivis: (a) Belajar merupakan pembangunan pengetahuan berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya, (b) Belajar merupakan penafsiran seseorang tentang dunianya, (c) Belajar merupakan proses yang aktif di mana pengetahuan dikembangkan berdasarkan pengalaman dan perundingan (negosiasi) makna melalui berbagai informasi atau mencari kesepakatan dari berbagai pandangan melalui interaksi atau kerja sama dengan orang lain. Kekuatan dan Kelemahan Teori Belajar Untuk memahami bahwa ketiga teori yang dikemukakan di depan dapat saling melengkapi serta menguatkan, dapat dipelajari kekuatan dan kelemahan masing-masing teori pada tabel berikut:

Peserta didik dpat berada dalam situasi di mana rangsangan (stimulus) dari jawaban yang benar tidak tersedia. Contoh: peserta didik harus membuang sampah pada tempatnya, tetapi tidak tersedia tempat dan sistem pembuangan sampah.Peserta didik difokuskan pada tujuan yang jelas sehingga dapat menanggapi secara otomatis.Contoh: peserta didik mampu menjelaskan sifat-sifat air, maka diharapkan peseerta didik mampu menjawab pertanyaan tentang sifat air.

4. Kognitif

Peserta didik belajar suatu cara menyelesaikan tugas, tetapi cara yang dipilih belum tentu yang terbaik. Contoh: peserta didik belajar cara menulis surat dengan cara yang sama, perlu diperhatikan perbedaan selera dalam menulis surat. Penerapan teori kognitif bertujuan untuk melatih peserta didik agar mampu mengerjakan tugas dengan cara yang sama dan konsisten. Contoh: cara belajar peserta didik berbeda-beda, mereka perlu secara rutin dilatih untuk mencapai cara umum yang tepat. Konstruktif Dalam keadaan dimana kesepakatan sangat diutamakan, pemikiran dan tindakan terbuka dapat menimbulkan masalah. Contoh: mengikuti aturan sekolah tidak dapat ditawar dan didiskusikan agar peraturannya dibuat berbeda bagi sekelompok peserta didik tertentu. Mungkin hal itu merupakan gagasan yang konstruktif tetapi akan sulit untuk dilaksanakan kelompok tertentu yang memerlukan layanan khusus.

Peserta didik diajak untuk memahami dan menafsirkan kenyataan dan pengalaman yang berbeda, ia akan lebih mampu untuk mengatasi masalah dalam kehidupan nyata.

Contoh: bila peserta didik dapat menyelesaikan masalah dengan berbagai cara, peserta didik akan terlatih untuk dapat menerapkannya dalam situasi yang berbeda atau baru

Berdasarkan tabel di atas, jelaslah bahwa ketiga teori tersebut dapat saling melengkapi. Dalam menyusun tujuan pembelajaran masih diperlukan penerapan teori behavioris agar tujuan dapat dirumuskan dengan jelas. Perubahan perilaku yang diinginkan dan pengkondisian dalam pembelajaran perlu direncanakan. Tetapi hanya menggunakan teori ini belum tepat karena skema berpikir kognitif peserta didik perlu dibangun secara lebih baik.

5. Teori Koneksionisme Thorndike

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu ineraksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari defenisi ini maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati.

6. Teori Conditioning Watson

Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan.

7. Teori Conditioning Edwin Guthrie

Dijelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar perserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respon tersebut.

8. Teori Operant Conditioning Skinner

Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku. Teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respon serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner.

Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :

1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.

2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning

9. Teori Systematic Behavior Clark Hull

Dalam teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.

10. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget

Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational.

Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person takes material into their mind from the environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation”

Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

11. Teori belajar bermakna  (meaningful learning): Teori David Ausubel (1968)

Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Proses interkatif antara materi yang baru dipelajari dengan subsumer-subsumer inilah yang menjadi inti teori belajar asimilasi Ausubel. Proses ini disebut proses subsumsi.

Bila dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep yang relevan atau subsumer-subsumer relevan, maka informasi baru dipelajari secara hafalan. Begitu pula bila tidak ada usaha dilakukan untuk mengasimilasikan pengetahuan baru pada konsep-konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif, akan terjadi belajar hafalan. Peta konsep, Ausubel sangat menekankan agar para guru mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki para siswa supaya berlangsung belajar bermakna. Tetapi Ausubel belum menemukan suatu alat atau cara  bagi para guru yang dapat digunakan untuk terjadinya belajar bermakna.  Novak dan Gowin (1985)  dengan bukunya “Learning how to learn” mengemukakan bahwa belajar bermakna dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep

12. Teori elaborasi (Degeng, 1989: 114)

          Teori elaborasi mempreskripsikan cara pengorganisasian pengajaran dengan mengikuti urutan umum ke khusus (rinci). Menurut Reigeluth dan Stein (1983)  ada 7 komponen strategi yang diintegrasikan ke dalam teori elaborasi ini: (1) urutan elaborasi, (2) urutan prasyarat belajar, (3) rangkuman, (4) sintesis, (5) analogi, (6) pengaktif strategi kognitif, dan (7) kontrol belajar

13. Teori belajar penemuan (Discovery learning) Teori Bruner (1915-…)

Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada  dua asumsi Rosser (1984): (1) Perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interkatif. Berlawanan dengan teori perilaku, Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan, tetapi juga dalam diri orang itu sendiri. (2) orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya. Model Bruner ini mendekati sekali struktur kognitif Ausubel.

     

Belajar sebagai proses kognitif, Bruner (1973)  mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan, yaitu: (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi informasi, dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh dari Burner (1966) dikenal dengan belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri  untuk mencari pemecahan masalah, serta pengetahuan yang menyertainya, sehingga menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

MODEL – MODEL PEMBELAJARAN

1. Model Pembelajaran

Menurut Ryder (2003), model seperti mitos dan metafor, dapat membantu kita memahami sesuatu. Apakah model itu diturunkan oleh seseorang atau merupakan hasil dari penelitian, setiap model menawarkan pemahaman tertentu secara lebih mudah. Model desain pembelajaran menawarkan struktur dan pemahaman tentang desain pembelajaran. Membuat para pengembang pembelajaran memahami masalah, merinci masalah ke dalam unit-unit yang lebih mudah diatasi dan menyelesaikan masalah pembelajaran.

Nilai sebuah model pembelajaran ditentukan dalam konteksss yang digunakan. Model mengandung maksud tertentu bagi pengguna, menawarkan penyelesaian dari beban pembelajaran dan menyajikan fokus dan arahan untuk mencapai hasil yang lebih baik.

2. Model Petunjuk/Resep

Model ini dimaksudkan untuk memudahkan para guru melaksanakan pembelajaran. Pola pikir yang digunakan adalah perumusan tujuan, penyusunan kegiatan belajar, dan penyusunan kegiatan penilaian untuk mencapai tujuan serta memahami keefektifan kegiatan belajar yang telah dilaksanakan. Termasuk dalam kategori model objektif, behavioris, dan pendekatan modern adalah taksonomi Benyamin Bloom dan desain pembelajaran Robert Gagne pada publikasi bukunya yang pertama: The Conditions of Learning (Gagne, 1965). Penjelasan mengenai model objektif diuraikan pada bagian taksonomi Bloom. Khusus mengenai Gagne, buku-bukunya yang terakhir The Conditions of Leaming (Gagne, 1970, 1977, 1985) memberikan dasar yang kuat bagi model kognitif yang juga kemudian menjadi acuan bagi para penelaah model pemrosesan informasi. Dalam hal ini teori Robert Gagne berkembang pada teori dasar kognitif yang merupakan bagian dan model posmodern dan pendekatan posmodem. Penjelasan mengenai hal ini diuraikan pada model kondisi pembelajaran Robert Gagne dan model pemrosesan informasi.

Aplikasi model petunjuk adalah penyusunan berbagai petunjuk mengajar dengan rincian: (1) tujuan mengajar yang dirumuskan secara konkret, jelas, dan terukur; (2) kegiatan mengajar yang mencerminkan hal-hal yang perlu dilakukan guru dalam membimbing peserta didik; (3) sarana dan sumber belajar; serta (4) rincian soal-soal penilaian.

3. Model Penomenologi

Model ini menekankan pada pengalaman-pengalaman pemrosesan informasi yang perlu diupayakan dalam kegiatan belajar peserta didik. Beberapa ahli yang mengupas model penomenologi adalah John Branstord dengan pembelajaran jangkar (anchored instruction); Bruner, Ausubel, dan Gagne (kognitif); George Miller (pemrosesan informasi); Joseph Novak (peta konsep): Albert Bandura (teori pembelajaran sosial budaya); Martin Ryder (pembelajaran generatif); Jerome Brunner(pembelajaran diskoveri): Montessory (minimalis model): serta para ahli lain yang mengupas model proyek, model pemecahan masalah, model inkuari, model percakapan, model bermain peran, model partisipasi, dan penelitian aksi (action research).

4. Model Komparasi

Model komparasi mengabungkan model behavioris, kognitif, dan konstruktif dalam suatu kerangka pemikiran. Model komparasi ini tidak mengotak-ngotakkan secara tegas untuk kemudian memilih salah satu secara terpisah, tetapi menentukan kombinasi yang tepat untuk aplikasi yang sesuai dengan keadaan dan konteksss pembelajaran.

Kerangka dasar dari situasi belajar melibatkan pebelajar dan instruktur dalam situasi pemecahan masalah. lnstruktur yang berpengalaman biasanya akan bertanya: Apakah yang perlu diketahui, dilakukan, dan diyakini peserta didik setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran? Ia kemudian akan menyusun strategi pembelajaran, isi pelajaran yang tepat, dan penilaian yang tepat untuk mendeteksi sejauh mana pembelajaran telah terjadi dengan bermakna.

5. Model Petunjuk/Resep

Model ini dimaksudkan untuk memudahkan para guru melaksanakan pembelajaran. Pola pikir yang digunakan adalah perumusan tujuan, penyusunan kegiatan belajar, dan penyusunan kegiatan penilaian untuk mencapai tujuan serta memahami keefektifan kegiatan belajar yang telah dilaksanakan. Termasuk dalam kategori model objektif, behavioris, dan pendekatan modern adalah taksonomi Benyamin Bloom dan desain pembelajaran Robert Gagne pada publikasi bukunya yang pertama: The Conditions of Learning (Gagne, 1965). Penjelasan mengenai model objektif diuraikan pada bagian taksonomi Bloom. Khusus mengenai Gagne, buku-bukunya yang terakhir The Conditions of Leaming (Gagne, 1970, 1977, 1985) memberikan dasar yang kuat bagi model kognitif yang juga kemudian menjadi acuan bagi para penelaah model pemrosesan informasi. Dalam hal ini teori Robert Gagne berkembang pada teori dasar kognitif yang merupakan bagian dan model posmodern dan pendekatan posmodem. Penjelasan mengenai hal ini diuraikan pada model kondisi pembelajaran Robert Gagne dan model pemrosesan informasi.

Aplikasi model petunjuk adalah penyusunan berbagai petunjuk mengajar dengan rincian: (1) tujuan mengajar yang dirumuskan secara konkret, jelas, dan terukur; (2) kegiatan mengajar yang mencerminkan hal-hal yang perlu dilakukan guru dalam membimbing peserta didik; (3) sarana dan sumber belajar; serta (4) rincian soal-soal penilaian.

6. Model Penomenologi

Model ini menekankan pada pengalaman-pengalaman pemrosesan informasi yang perlu diupayakan dalam kegiatan belajar peserta didik. Beberapa ahli yang mengupas model penomenologi adalah John Branstord dengan pembelajaran jangkar (anchored instruction); Bruner, Ausubel, dan Gagne (kognitif); George Miller (pemrosesan informasi); Joseph Novak (peta konsep): Albert Bandura (teori pembelajaran sosial budaya); Martin Ryder (pembelajaran generatif); Jerome Brunner(pembelajaran diskoveri): Montessory (minimalis model): serta para ahli lain yang mengupas model proyek, model pemecahan masalah, model inkuari, model percakapan, model bermain peran, model partisipasi, dan penelitian aksi (action research).

7. Model Komparasi

Model komparasi mengabungkan model behavioris, kognitif, dan konstruktif dalam suatu kerangka pemikiran. Model komparasi ini tidak mengotak-ngotakkan secara tegas untuk kemudian memilih salah satu secara terpisah, tetapi menentukan kombinasi yang tepat untuk aplikasi yang sesuai dengan keadaan dan konteksss pembelajaran.

Kerangka dasar dari situasi belajar melibatkan pebelajar dan instruktur dalam situasi pemecahan masalah. lnstruktur yang berpengalaman biasanya akan bertanya: Apakah yang perlu diketahui, dilakukan, dan diyakini peserta didik setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran? Ia kemudian akan menyusun strategi pembelajaran, isi pelajaran yang tepat, dan penilaian yang tepat untuk mendeteksi sejauh mana pembelajaran telah terjadi dengan bermakna.

8. Model PAIKEM

Mengandung 6 konsep makna yang mendasari model pembelajaran ini, berikut isinya :1. Pembelajaran merupakan proses mewujudkan situasi dan kondisi dimana

peserta didik dapat dan mampu belajar secara optimal.

2. Aktif mengandung makna bahwa belajar memang sebuah proses aktif dari

pembelajar untuk membangun pengetahuan, sikap, dan ketrampilannya, bukan

pasif menerima apa yang diberikan pengajar. 3. Inovatif merupakan pemaknaan atas realitas kehidupan yang dipelajari,

sehingga mampu merespon keadaan dengan nilai yang lebih bermakna dan

bernilai. 4. Kreatif diharapkan mampu mengembangkan pola pikir kritis yang berakhir

dengan kreatifitas untuk memperbaiki kekurangan bahkan sesuatu yang baru

dan unik.

5. Efektif merupakan nilai pembelajaran yang berdaya saing dan berdaya guna,

sehingga menghasilkan peserta didik yang unggul.

6. Menyenangkan adalah inisasi kesumua konnsep di atas bagaimana harusnya

diolah agar peserta didik mampu menyerapnya dengan enjoy dan asik,

sehingga pikirannya mudah terfokus saat proses pembelajaran

9. Model Group Investigation

Model pembelajaran geroup investigation bermula dari perpsektif filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan atau teman. Pada tahun 1916, John Dewey, menulis sebuah buku Democracy and Education (Arends, 1998). Dalam buku itu, Dewey menggagas konsep pendidikan, bahwa kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan (Jacob, et al., 1996), adalah: (1) siswa hendaknya aktif, learning by doing; (2) belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik; (3) pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap; (4) kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa; (5) pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami dan saling menghormati satu sama lain, artinya prosedur demokratis sangat penting; (6) kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata.

Gagasan-gagasan Dewey akhirnya diwujudkan dalam model group-investigation yang kemudian dikembangkan oleh Herbert Thelen. Thelen menyatakan bahwa kelas. hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial antar pribadi (Arends, 1998). Model group-investigation memiliki enam langkah pembelajaran (Slavin, 1995), yaitu: (1) grouping (menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan sumber, memilih topik, merumuskan permasalahan), (2) planning (menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajari, siapa melakukan apa, apa tujuannya), (3) investigation (saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan informasi, menganalisis data, membuat inferensi), (4) organizing (anggota kelompok menulis laporan, merencanakan presentasi laporan, penentuan penyaji, moderator, dan notulis), (5) presenting (salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain.

10. Model Inquiry Training

Model ini, terdapat tiga prinsip kunci, yaitu pengetahuan bersifat tentatif,

manusia memiliki sifat ingin tahu yang alamiah, dan manusia mengembangkan indivuality secara mandiri. Prinsip pertama menghendaki proses penelitian secara berkelanjutan, prinsip kedua mengindikasikan pentingkan siswa melakukan eksplorasi, dan yang ketiga kemandirian, akan bermuara pada pengenalan jati diri dan sikap ilmiah.

Model inquiry training memiliki lima langkah pembelajaran (Joyce & Weil, 1980), yaitu: (1) menghadapkan masalah (menjelaskan prosedur penelitian, menyajikan situasi yang saling bertentangan), (2) menemukan masalah (memeriksa hakikat obyek dan kondisi yang dihadapi, memeriksa tampilnya masalah), (3) mengkaji data dan eksperimentasi (mengisolasi variabel yang sesuai, merumuskan hipotesis), (4) mengorganisasikan, merumuskan, dan menjelaskan, dan (5) menganalisis proses penelitian untuk memperoleh prosedur yang lebih efektif.

Sistem sosial yang mendukung adalah kerjasama, kebebasan intelektual, dan kesamaan derajat. Dalam proses kerjasama, interaksi siswa harus didorong dan digalakkan. Lingkungan intelektual ditandai oleh sifat terbuka terhadap berbagai ide yang relevan. Partisipasi guru dan siswa dalam pembelajaran dilandasi oleh paradigma persamaan derajat dalam mengakomodasikan segala ide yang berkembang.

Prinsip-prinsip reaksi yang harus dikembangkan adalah: pengajuan pertanyaan yang jelas dan lugas, menyediakan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki pertanyaan, menunjukkan butir-butir yang kurang sahih, menyediakan bimbingan tentang teori yang digunakan, menyediakan suasana kebebasan intelektual, menyediakan dorongan dan dukungan atas interaksi, hasil eksplorasi,formulasi, dan generalisasi siswa. Sarana pembelajaran yang diperlukan adalah berupa materi konfrontatif yang mampu membangkitkan proses intelektual, strategi penelitian, dan masalah yang menantang siswa untuk melakukan penelitian. Sebagai dampak pembelajaran dalam model ini adalah strategi penelitian dan semangat kreatif. Sedangkan dampak pengiringnya adalah hakikat tentatif krilmuan, keterampilan proses keilmuan, otonomi siswa, toleransi terhadap ketidakpastian dan masalah-masalah non rutin.

3. GAMBAR-GAMBAR MEDIA PENDIDIKAN

Seperangkat Komputer

VCD Pembelajaran

LCD dan Proyektot dan Layar

Google Maf

Camera

Ineternet

Multi Media

TV

DVD

Heand set

Note book

Modem

Flash Disc

Kamera Digital

Buku – buku

Scanner

Sumber : Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.2008. Media Pembelajaran dan Sumber Belajar. Materi Diklat Calon Pengawas Sekolah/Pengawas Sekolah. Jakarta

Sumber:http://desainwebsite.net/pendidikan/aliran-pendidikan-konstruktivisme?jsn_setcolor=red#ixzz1r1uo7SWL

Artikel ini disalin dari : http://blog.tp.ac.id/tag/makalah-sosial-teori-dalam-pembelajaran#ixzz1r1tpxkwc

PAGE

1