a. peta struktur pmt3 b. peta struktur · pdf file... yaitu dengan mencari kesamaan ketebalan...
TRANSCRIPT
35
Gambar III.9 Peta struktur horison 3 sampai horison 8 dengan sesar-sesar
utama pembentuk cekungan
a. Peta struktur PMT3 b. Peta struktur PMT4
c. Peta struktur PMT5 d. Peta struktur PMT6
e. Peta struktur PMT7 f. Peta struktur PMT8
m-1m-1
m-1 m-1
m-1
r-1r-1
r-1 r-1
r-1
r-2
r-1
r-2
r-2 r-2
r-2 r-2
r-3 r-3
r-3 r-3
r-3
m-2 m-2
m-2 m-2
m-2
m-3 m-3
Tinggi
Rendah
U U
UU
UU
5km 5km
5km
5km
5km
36
III.3.2 Penafsiran Kinematika Struktur Paleogen
Untuk mengetahui kinematika pergerakan sesar diperlukan marker berupa
stratigrafi ataupun sekuen batuan yang sudah ada sebelum terbentuknya struktur.
Deformasi pada masa Paleogen umumnya mengakibatkan terbentuknya struktur-
struktur sesar normal pada batuan dasar dan Kelompok Pematang dengan arah
strike utara-selatan dan timurlaut-baratdaya. Struktur-struktur baratlaut-tenggara
tidak muncul secara dominan membentuk perbedaaan relief yang tinggi pada
Paleogen, namun peran struktur dengan arah ini dominan sebagai sesar transfer.
Sesar-sesar berarah timurlaut-baratdaya berkembang dengan pematahan maju
(forward breaking). Melihat arah-arah dip sesar-sesar utama yang hampir
seluruhnya ke arah timur dan tenggara maka kuat dugaan bahwa net slip pada
daerah Sub Cekungan Barumun adalah resultan dari dua arah dip sesar tersebut.
Kemungkinan net slip mengikuti arah pergerakan strike slip pada sesar-sesar
baratlaut-tenggara (Gambar III.10).
Gambar III.10 Peta struktur pada level interpretasi basement (kiri) mencakup
data seismik 2D dan 3D yang menunjukkan pola dan arah-arah struktur utama pembentuk cekungan dan penafsiran kinematika pembentukan cekungan (kanan).
Flexural Margin
Sitangko shear zone
Seismik 3D
A. Basement structure map B. Pull apart model
Half graben
Graben
Syn-rift deposit
Flexural Margin
Sitangko shear zone
Seismik 3D
A. Basement structure map B. Pull apart model
Half graben
Graben
Syn-rift deposit
U
m1
m2
37
Pencarian bukti-bukti dan penafsiran net slip pada Sub Cekungan Barumun
dilakukan pada bagian sesar border fault “m1” yang memiliki offset paling besar.
Dari pembahasan sebelumnya diketahui Pematang 1-2-3 adalah sedimen pre-rift.
Berpegang pada dugaan awal bahwa paket sedimen Pematang 1-2-3 diendapkan
sebelum terbentuknya sesar utama “m1”, maka paket sedimen pre-rift ini dapat
digunakan sebagai marker yang sangat baik untuk mendetaksi arah pergerakan
sesar utama “m1”.
Teknik yang digunakan cukup sederhana, yaitu dengan mencari kesamaan
ketebalan dan kemiripan karakter internal refleksi seismik dari paket Pematang 1-
2-3 di bagian footwall dengan bagian paket Pematang 1-2-3 yang terpotong sesar
di bagian hangingwall. Pencarian kesamaan blok footwall dan hangingwall
dimulai pada penampang seismik crossline nomor 540 dengan azimuth berarah
N156oE, dilanjutkan dengan membuat penampang seismik berputar radial yang
berselisih sudut setiap 2 derajat searah jarum jam dan sebaliknya 2 derajat
berlawanan arah jarum jam sampai ditemukan kenampakan ketebalan dan
karakter seismik paling mirip pada kedua blok sesar.
Dari tujuh belas (17) penampang yang berporos pada tengah sesar “m1”
diperoleh hasil bahwa kemiripan paket Pematang 1-2-3 di blok footwall dan
hangingwall yang paling tinggi diperoleh pada penampang seismik dengan
azimuth berarah N140oE + 8o. Pada penampang ini diperoleh ketebalan paket
Pematang 1-2-3 yang paling mirip dan karakter internal seismik yang paling
mendekati antara paket Pematang 1-2-3 pada blok footwall dan hangingwall
(Gambar III.11). Jika diukur jarak lateral antara paket di footwall dan paket di
hangingwall yang diperkirakan sebelumnya menyatu, diperoleh jarak pergeseran
lateral minimum yang diketahui sepanjang 3 – 3.3 kilometer mengikuti azimuth
berarah N140oE + 8o.
Berdasarkan observasi dan temuan diatas, dapat diketahui bahwa arah pergerakan
net slip dari basement Sub Cekungan Barumun pada saat rifting adalah ke arah
tenggara dengan pergeseran lateral mencapai lebih dari 3 kilometer dan
38
pergeseran vertikal sepanjang 1000 milidetik (Gambar III.11) kemungkinan
setara dengan 1-1,5 kilometer. Menggunakan hukum phytagoras diperkirakan
panjang total net slip sebenarnya pada bidang sesar “m1” bisa mencapai 3,5
kilometer.
Melihat gejala ini bahwa sesar utama yang berarah utara selatan ternyata
memiliki net slip diagonal ke arah tenggara maka diduga kuat bahwa mekanika
pembentukan Sub Cekungan Barumun melibatkan strike slip dengan arah
tenggara. Hal ini juga merupakan bukti kuat bahwa pembentukan Sub Cekungan
Barumun pada Paleogen sudah melibatkan strike slip.
Penafsiran pembentukan Sub Cekungan Barumun sebenarnya dapat dilakukan
dengan lebih baik lagi dengan melakukan palinspatic analysis pada penampang
yang sejajar dengan arah net slip. Pada penelitian ini restorasi balance cross
section tidak dilakukan karena batas waktu yang tidak lagi memungkinkan untuk
melakukan analisis ini dengan baik dan tepat waktu.
39
Gambar III.11 Teknik pencariaan net slip dengan rotasi penampang seismik.
Net slip dari patahan m1 didapatkan pada penampang seismik B dan C.
N158oE
T. PMT3 Map
T. PMT3
N144oE
N148oE
N126oE
T. PMT3 Map
T. PMT3 Map
T. PMT3 Map
T. PMT3
T. PMT3
T. PMT3
m1
m1
m1
m1
A
B
C
D
40
III.3.3 Pembuatan Peta Isopach
Untuk membahas tektonostratigrafi akan digunakan peta isopach dari masing-
masing interval dikombinasikan dengan penampang vertikal seismik untuk
mengetahui peran struktur sesar terhadap penebalan dan penipisan isopach.
Diharapkan penebalan dan atau penipisan pada peta isopach akan menunjukkan
sesar-sesar yang aktif mengontrol deposisi. Dengan mengetahui arah sesar dan
dip sesar bisa ditafsirkan arah ekstensi yang berkontribusi membentuk cekungan.
Peta isopach dibuat dengan cara mengurangkan nilai kedalaman horison-horison
seismik yang lebih muda terhadap horison-horison seismik yang lebih tua
sehingga diperoleh selisih jarak yang mewakili ketabalan interval diantara dua
horison tersebut. Gambar III.12 menunjukkan contoh peta isopach dari hasil
pengurangan peta struktur Horison Pematang 3, 4, dan 5. Peta-peta tersebut
digunakan pada tahap berikutnya sebagai alat bantu penafsiran tektonostratigrafi.
Gambar III.12 Contoh peta isopach interval hasil pengurangan Horison
Pematang 3-4 (A) dan Pematang 4-5 (B).
Tipis
Tebal
U U
5km 5km
A B
Tipis
Tebal
41
III.4 Evolusi Sub Cekungan Barumun pada Paleogen
Untuk merekonstruksi evolusi Sub Cekungan Barumun pada masa Paleogen pada
saat interval Kelompok Pematang diendapkan dilakukan dengan dua langkah.
Langkah pertama adalah melihat hubungan perkembangan cekungan dengan
interval stratigrafi atau tektonostratigrafi. Langkah kedua adalah menafsirkan
secara lebih detil proses sedimentasi dan konfigurasi lingkungan pengendapan
masing-masing interval stratigrafi pada saat interval tersebut diendapkan
berdasarkan data seismik dan data sumur.
III.4.1 Tektonostratigrafi Sub Cekungan Barumun
Prosser (1993) mengajukan bahwa secara umum tahap-tahap pembentukan
cekungan rifting dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: pre- rift (s1), rift initiation (s2),
rift climax (s3) dan post rift (s4). Saat laju pergerakan pada sesar mencapai
maksimum disebut sebagai rift climax. Pada tahap ini laju sedimentasi lebih
rendah dibanding laju subsidence dan laju pembentukan relief sepanjang bidang
sesar. Pada cekungan yang tidak terbuka terhadap air laut maka pada rifting
maksimum ini dapat dibagi menjadi 3 system tract yaitu :
a. Early rift climax system tract.
b. Onset rift cllimax system tract.
c. Late rift climax system tract.
Pembagian tahap-tahap pembentukan cekungan diatas dicoba untuk diadopsi
pada penelitian ini dengan beberapa perubahan. Sub Cekungan Barumun
memiliki ciri khusus seperti yang sudah dibahas sebelumnya yaitu sub cekungan
ini memiliki lebih dari satu border fault berbentuk dogleg dan net slip blok
hangingwall ke arah tenggara. Paket-paket sedimen yang sudah dibahas
sebelumnya diteliti lebih lanjut menurut ciri-ciri seismik, litologi, dan urutan
posisi-nya terhadap perkembangan cekungan, kemudian dikelompokkan menjadi
tiga kelompok utama yaitu pre-rift, syn-rift dan post rift. Di dalam tiga kelompok
besar tersebut masih dapat dikenali beberapa sub kelompok yang mencirikan
tahap-tahap perkembangan cekungan.
42
Pengelompokan secara lebih lengkap adalah sebagai berikut:
1. Pre-rift
2. Syn-Ruft :
a. Rift initiation dan Early Maximum Rift
b. Mid Maximum rift
c. Late maximum rift
3. Post Rift :
a. Early post rift
b. Late post rift
Pembahasan secara mendetil mengenai karakter masing-masing sekuen
perkembangan pembentukan Sub Cekungan Barumun dibahas lebih lanjut dalam
sub bab berikut.
III.4.1.1 Sekuen Pre-Rift – Sekuen Pematang 1, 2 dan 3
Sekuen pre-rift pada Sub Cekungan Barumun terlihat dengan jelas dan memiliki
ketebalan yang signifikan dengan ciri-ciri sedimen pre rift yang meyakinkan pada
refleksi seismik. Untuk itu sekuen pre rift ini dibahas secara tersendiri sebagai
satu sekuen sedimentasi.
Karakter seismik dari urutan paket refleksi seismik Pematang 1-2-3 ini secara
vertikal adalah paket refleksi beramplitudo kuat dan kontinyu di bawah, paket
refleksi amplitudo lemah dengan pola progradasi toplap dan downnlap, dan di
bagian atas ditumpangi oleh paket refleksi seismik beramplitudo kuat dan
kontinyu. Dengan ketebalan total seluruh paket di bagian footwall antara 300-700
milidetik pada kedalaman rata-rata dibawah 2000 milidetik.
Berdasarkan karakter kontinyuitas refleksi diperkirakan paket ini diendapkan
oleh lingkungan sedimentasi yang berenergi rendah, disusul oleh lingkungan
dengan energi tinggi dan diakhiri oleh sedimentasi pada lingkungan berenergi
rendah.
43
Pada penampang seismik baratlaut-tenggara (Gambar III.13) karakter internal
reflektor seismik pada paket pre-rift yang sepadan dengan Pematang 1-2-3 ini
menunjukkan karakter progradasi toplap dan downlap ke arah tenggara di bagian
tengah paket yang memiliki amplitudo rendah. Karakter internal seismik ini mirip
dengan karakter internal pada sedimen delta pada penampang dipline. Bagian
dasar paket ini, seperti terlihat pada Gambar III.13, mengalami deformasi bersifat
kontraksi dengan lipatan rebah dan sesar-sesar naik.
Gambar III.13 A. Penampang seismik inline 454 yang menunjukkan
karakter internal sedimen “pre-rift” , dalam arsiran kuning. B. penampang seismik XLN# 650 yang menunjukkan paket Pematang1-2-3 yang lengkap dan paling tebal, terpotong sesar “m1” dan tergeser secara diagonal slip ke arah tenggara.
Perbedaaan gaya struktur ini memunculkan keyakinan bahwa paket sekuen
Pematang 1-2-3 adalah paket yang telah diendapkan jauh sebelum rifting pada
Contractional structures
SSE
Sesar “m1”
NNW
A
B
North of Footwall-1
44
sebuah cekungan yang lebih tua dan telah mengalami deformasi yang tidak
mungkin bersamaan dengan rifting terakhir. Gaya struktur kontraksi pada
sedimen pra rifting bertolak belakang dengan gaya struktur ekstensi yang terjadi
selama pembentukan Sub Cekungan Barumun.
Bentuk arsitektur cekungan pada saat sebelum dimulainya rifting ditafsirkan
sebagai paparan yang relatif luas dengan slope rendah (Gambar III.14). Hal ini
ditafsirkan dari karakter seismik pada bagian atas dari sekuen pre-rift yang
menunjukkan amplitudo yang kuat dan kontinyu yang mengindikasikan energi
pengendapan yang relatif rendah. Bentuk arsitektur cekungan selama
pengendapan Pematang 1-2-3, tidak mudah diketahui oleh karena paket sedimen
Pematang 1-2-3 telah terdeformasi oleh struktur-struktur sesar pembentuk
cekungan.
Gambar III.14 Ilustrasi model Sub Cekungan Barumun sebelum dimulainya
rifting dialasi oleh sekuen Pematang 1-2-3, diperkirakan berada pada daerah dataran rendah. Lokasi data seismik 3D dalam kotak merah.
46
Secara ringkas bukti-bukti penunjang bahwa Pematang 1, 2 dan 3 adalah pre rift
untuk Barumun adalah sebagai berikut:
1. Sedimen Pematang 1, 2, dan 3 melampar melampaui sesar batas terluar
dari Sub Cekungan Barumun.
2. Peta isopach dan penampang seismik vertikal tidak menunjukkan
pertumbuhan ketebalan paket ini sebagai respon atas pergerakan border
fault.
3. Interval ini didominasi oleh amplitudo reflektor yang kuat di bagian
bawah dan atas, kontinyu, dan sejajar dengan basement. Kemungkinan
diendapkan pada lingkungan berenergi rendah, sedangkan sedimen syn-
rift di bagian atas cenderung tidak kontinyu dengan kuat amplitudo
bervariasi tergantung posisi dalam cekungan
4. Bagian atas interval Pematang 3 di beberapa blok footwall tampak tererosi
akibat pengangkatan oleh rotasi blok-blok sesar, diilustrasikan pada
Gambar III.15 bagian kanan bawah.
III.4.1.2 Sekuen Rift Initiation dan Early Maximum Rift Pematang 4
Sekuen inisiasi rifting tidak mudah dikenali dan sulit dipisahkan pada Sub
Cekungan Barumun. Paket sedimen rift initiation memiliki ketebalan yang relatif
sangat tipis dengan penyebaran sangat terbatas sehingga tidak mudah untuk
dipetakan. Oleh karena rekaman rift initiation ini diduga kuat merupakan bagian
dasar dari sekuen awal rifting maka sekuen rift initiation ini dibahas menjadi satu
dengan kelanjutan sekuen early maximum rift.
Rift Initiation – dasar sekuen Pematang 4
Tahap pembukaan Sub Cekungan Barumun diawali oleh pemotongan sedimen
pre rift dan basement oleh sesar-sesar yang sebagian besar memanjang berarah
utara-selatan. Sesar-sesar utama pembentuk cekungan ini terdiri dari beberapa
segmen yang sejajar membentuk pola syntethic sesar tangga. Di bagian utara Sub
Cekungan Barumun cenderung berbentuk half graben sedangkan ke arah selatan
tampak jejak-jejak geometri full graben pada data seismik 2D pada awal sekuen
Pematang 4 namun terinversi pada tahap berikutnya (Gambar III.16).
47
Sebagian sedimen yang terendapkan pada tahap sebelumnya tererosi pada blok
sesar yang terangkat tinggi, diilustrasikan dalam model oleh gambar III.16.
Pemancungan sekuen Pematang 1-2-3 pada blok-blok sesar yang terotasi dapat
dilihat pada beberapa penampang seismik 3D di bagian barat cekungan. Pada
tahap ini erosi bagian footwall ataupun daerah drainase cekungan yang terangkat
belum berlangsung efektif sehingga cekungan masih kelaparan sedimen.
Gambar III.16 Ilustrasi perkembangan geometri inisiasi rifting sampai awal
rifting maksimum pada sekuen Pematang 4.
Struktur pembentuk cekungan sebelum pengendapan Pematang 4 didominasi oleh
peergerakan sesar-sesar strike slip dengan arah baratlaut-tenggara (lihat Gambar
III.10). Sesar-sesar berarah utara-selatan terbuka dan membentuk cekungan kecil,
beberapa segmen timurlaut-baratdaya bergerak dengan kontak tegas bersama
dengan kelompok sesar “m” yang berarah utara-selatan.
Interpretasi pembentukan cekungan diperkirakan merupakan ekstensi yang dipicu
oleh pergeseran horisontal pada segmen-segmen strike slip dextral right stepping
sesar baratlaut-tenggara (lihat Gambar III.10) menimbulkan efek ekstensi. Sesar -
sesar berarah utara-selatan dan timurlaut-baratdaya tertarik dan membentuk sesar
normal kemudian membentuk ruang akomodasi. Panjang gabungan sesar-sesar
N
Pre-Pematang Unit 4 Structural Model
NN
Pre-Pematang Unit 4 Structural Model Transpresionalanticline
N
Pre-Pematang Unit 4 Structural ModelTranspresionalanticline
NN
Pre-Pematang Unit 4 Structural Model
Unit 1.2 &3
N
Early Pematang Unit 4 Deformation
NW-SE Transtentional fault stopped/decreased and changed to more N-S Transtentionalfaults resulting compression/contraction for NW_SE trending structure
Kisaran & New PSC Team, ASN,260404,
Unit 1.2 &3
N
Early Pematang Unit 4 Deformation
NW-SE Transtentional fault stopped/decreased and changed to more N-S Transtentionalfaults resulting compression/contraction for NW_SE trending structure
Kisaran & New PSC Team, ASN,260404,
Pematang Unit 3 Erosion at Early Pematang 4 Time
Any uplifted pre-deposited sediments and or basement above the base level of erosion will be eroded and creating erosional sequence boundary.
Unit 1.2 &3
N
Potential erosional line
Kisaran & New PSC Team, ASN,260404,
Pematang Unit 3 Erosion at Early Pematang 4 Time
Any uplifted pre-deposited sediments and or basement above the base level of erosion will be eroded and creating erosional sequence boundary.
Unit 1.2 &3
NN
Potential erosional linePotential erosional line
Kisaran & New PSC Team, ASN,260404,
48
pada pembukaan cekungan diperkirakan mencapai lebih dari 30 kilometer
memanjang dari utara ke selatan. Ruang akomodasi yang terbentuk pada tahap
awal ini tidak dapat langsung terisi oleh sedimen karena pembentukan relief
daerah aliran sungai belum terbentuk secara berarti.
Di bagian tengah cekungan, rekaman sedimen inisiasi rifting tidak terekam
dengan baik, kemungkinan sebagian besar berada di bawah resolusi seismik.
Pada tinggian di bagian barat, baratlaut dan baratdaya terletak pada daerah sesar
tangga, dicirikan erosi sedimen pre-rift di bagian footwall oleh pengangkatan
akibat rotasi blok-blok sesar.
Di bagian timur cekungan (hinge margin), tinggian terbentuk oleh rotasi blok
hangingwall yang mengangkat basement dan atau paket Pematang 1-2-3 di tepian
timur cekungan, yang kemudian menjadi daerah asal suplai sedimen. Rekaman
sedimentasi dari arah timur tampak pada penampang seismik 454 (lihat Gambar
III.2 dan III.3) tampak progradasi sekuen Pematang 4. Pada bagian bawah sekuen
Pematang 4 di tengah cekungan (lihat Gambar III.2 dan III.3) tampak suatu paket
sedimen yang kemungkinan merupakan paket sedimen dari inisiasi rifting. Paket
sedimen ini kemudian tenggelam secara cepat oleh tubuh air dan ditumpangi
tidak selaras oleh paket bagian atas sekuen Pematang 4. Sangat terbatasnya
penyebaran sedimen inisiasi rifting dengan tidak ditemukannya refleksi seismik
yang dapat dipetakan, dimungkinkan jika awal pembentukan cekungan dimulai
dengan laju subsidence yang lebih tinggi dibanding suplai sedimen.
Suplai material sedimen dari daerah drainase yang masih muda, hanya mampu
mengisi bagian-bagian tepi cekungan yang terdiri dari beberapa depresi akibat
rotasi blok-blok sesar, sedangkan bagian tengah cekungan diyakini relatif
kekurangan suplai sedimen. Gambaran kondisi arsitektur Sub Cekungan
Barumun pada awal pengendapan sekuen Pematang 4 digambarkan berupa
cekungan yang dalam dengan blok-blok sesar tangga yang terotasi di bagian
barat. Bagian timur cekungan merupakan tinggian hinge margin yang terbentuk
oleh rotasi blok hangingwall. Bagian tenggara cekungan merupakan tinggian
49
dengan bentuk blok sesar naik yang tererosi. Gambar III.17 memperlihatkan
model arsitektur Sub Cekungan Barumun dalam bentuk diagram blok.
Gambar III.17 Ilustrasi arsitektur cekungan pada awal pengendapan sekuen
Pematang 4
Sekuen Early maximum rift
Pembukaan Sub Cekungan Barumun berlanjut dengan laju pergerakan sesar
border fault yang lebih tinggi dan mengakibatkan pembentukan ruang akomodasi
yang sangat besar pada saat mulainya pengendapan sekuen Pematang 4. Sesar-
sesar yang aktif pada masa ini berarah utara-selatan dengan arah pergerakan
diagonal slip. Sedangkan sesar timurlaut-baratdaya mengakomodasi ekstensi
dengan arah pergerakan dip slip. Sesar-sesar berarah baratlaut-tenggara berfungsi
sebagai sesar-sesar transfer untuk mengakomodasi ekstensi dengan pergerakan
strike slip.
Rekaman seismik menunjukkan dominasi sedimentasi pada tahap ini berasal dari
arah hinge margin dan sebagian berasal dari arah sumbu cekungan. Sedimentasi
dari arah blok footwall tidak dominan dan hanya mampu mengisi bagian-bagian
depresi diantara sesar tangga. Lokasi terdalam pada tahap ini justru ditunjukkan
oleh ketebalan sedimen sekuen Pematang 4 yang paling tipis di tengah cekungan
Pematang Unit 4 Paleo-topographic Model
Subsidence, Accommodation Space Forming for Unit 4 Deposition, 2nd deep lake.
Unit 1.2 &3
N
Kisaran & New PSC Team, ASN,260404,
Pematang Unit 4 Paleo-topographic Model
Subsidence, Accommodation Space Forming for Unit 4 Deposition, 2nd deep lake.
Unit 1.2 &3
NN
Kisaran & New PSC Team, ASN,260404,
50
seperti tampak pada Gambar III.18. Sekuen Pematang 4 di bagian sumur
Footwall dijumpai sebagai sedimen delta danau sedangkan di bagian terdalam di
muka sesar “m1” sekuen ini menjadi sedimen kipas bawah air atau turbidit.
Flattening pada reflektor seismik yang onlap terhadap sedimen delta di footwall
menuju ke arah cekungan terdalam bisa menjadi indikasi palaeo water depth.
Dengan teknik ini diperkirakan kedalaman danau pada titik terdalam saat akhir
pengendapan sekuen Pematang 4 antara 250-400 meter. Mempertimbangkan
penafsiran tersebut dapat ditafsirkan bahwa prograding downlap di bagian dasar
cekungan di muka sesar “m1” bukanlah fan delta pada kedalaman air tersebut
diatas. Penafsiran turbidit atau ujung terluar dan terdalam delta (delta toe) atau
kipas danau dalam lebih mudah diterima.
Alasan-alasan penafsiran sekuen Pematang 4 adalah sedimen starved basin:
1. Berdasarkan data sumur dan geometri atribut seismik di bagian blok
footwall interval ini diendapkan pada lingkungan delta danau yang
dangkal. Pada bagian hangingwall yang secara struktur lebih dalam
refleksi yang sepadan dengannya menunjukkan penipisan ke arah blok
hangingwall dengan berbentuk kipas dan berasosiasi dengan downlap ke
dasar pengendapan di bagian tengah cekungan.
2. Penipisan sekuen Pematang 4 ditemukan justru di depan sesar utama
“m1” pada bagian dengan offset sesar yang besar yang membentuk ruang
akomodasi maksimum. Fakta ini menunjukkan cekungan yang kelaparan
sedimen di bagian tengah cekungan yang mungkin dicirikan oleh
condensed section di bagian tengah cekungan.
3. Ciri-ciri pola log yang mengkasar dan menebal ke atas pada sumur
Footwall-1 menunjukkan awal kondisi pengendapan yang relatif dalam di
bagian footwall kemudian berangsur-angsur mendangkal oleh karena laju
sedimen yang meningkat. Di bagian blok hangingwall pada saat yang
sama bahkan belum menerima suplai sedimen.
51
Early rift climax system tract dicirikan oleh agradasi sedimen yang berasal dari
blok footwall, offlap dan progradasi material sedimen yang berasal dari
hangingwall (Prosser, 1993). Pada penampang seismik, jejak sistem awal rifting
maksimum idealnya dapat dibedakan dari jejak sistem inisiasi rifting dibawahnya
oleh adanya permukaan downlap. Ciri-ciri tersebut berasosiasi dengan agradasi
reflektor didekat footwall dan progradasi serta offlap dari hangingwall .
Dari peta isopach Pematang 4 (Gambar III.18) dan data penampang seismik (lihat
Gambar III.2) paket sedimen Pematang 4 merupakan paket sedimen yang
memiliki ciri-ciri yang disebutkan diatas. Paket ini dicirikan oleh subsidence
yang sangat tinggi dengan suplai sedimen kecil ditunjukkan oleh minimnya
ketebalan sedimen di muka border fault yang justru menyediakan ruang
akomodasi sedimen paling besar namun tidak memiliki rekaman sedimen yang
setebal ruang akomodasi.
Karakter tipisnya sedimen dimuka border fault menunjukkan karakter cekungan
yang lapar akan sedimen. Suplai sedimen berasal dari bagian tepian cekungan di
bagian barat, sepanjang sumbu cekungan dan bagian timur di cekungan dari arah
tepian cekungan . Bagian tengah cekungan tidak cukup mendapat suplai sedimen
sehingga ruang akomodasi yang ada tidak terisi dan tetap ada sampai deformasi
setelahnya di Pematang 5. Sesar utama ter-reaktifasi kembali pada Pematang 5
sehingga ruang akomodasi bertambah menjadi sangat besar dan karena suplai
sedimen yang mulai tinggi pada waktu Pematang 5 maka rekaman stratigrafi
sangat tebal.