a. latar belakang masalahrepository.uph.edu/3566/4/chapter 1.pdf · 2019. 6. 11. · aktivitas...

18
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki perekonomian global akan mengakibatkan laju perkembangan aktivitas perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang sangat pesat dan tajam, terutama dibidang hukum bisnis yang merupakan bagian dari hukum perdata. Bidang hukum bisnis antara lain berupa kegiatan transaksi jual-beli, kontrak kerja, pendirian perusahaan, sewa menyewa, ekspor impor dan lain-lain. 1 Hukum merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan oleh semua orang dalam mengisi kehidupannya terutama pada sistem perekonomian yang memasuki era globalisasi. Kebutuhan tersebut berupa undang-undang peraturan hukum yang jelas dan mempunyai kepastian hukum serta tindakan penegakan hukum yang tegas dari aparat penegak hukum. Salah satu aparat hukum di bidang keperdataan ialah Notaris sebagai pejabat umum (Openbaar Ambtenar) yang harus professional karena mewakili negara menjalankan tugas dan fungsi jabatannya didalam pembuatan akta sebagai alat bukti yang berupa “Akta Otentik”. 2 Pembuatan akta dalam wilayah hukum dibuat oleh pejabat umum. Pejabat umum merupakan suatu jabatan yang disandang atau diberikan kepada mereka yang diberi wewenang oleh aturan hukum dalam pembuatan akta otentik. Oleh karena itu Notaris sudah pasti pejabat umum, tetapi pejabat umum belum tentu 1 A.A.Andi Prajitno, Pengatahuan Praktis tentang Apa dan Siapa Notaris di Indonesia?, (Surabaya: cv. Perwira Media Nusantara,2015), hal.2. 2 Ibid.

Upload: others

Post on 27-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: A. Latar Belakang Masalahrepository.uph.edu/3566/4/Chapter 1.pdf · 2019. 6. 11. · aktivitas perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang sangat pesat dan tajam, terutama

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memasuki perekonomian global akan mengakibatkan laju perkembangan

aktivitas perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang sangat pesat

dan tajam, terutama dibidang hukum bisnis yang merupakan bagian dari hukum

perdata. Bidang hukum bisnis antara lain berupa kegiatan transaksi jual-beli,

kontrak kerja, pendirian perusahaan, sewa menyewa, ekspor impor dan lain-lain.1

Hukum merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan oleh semua orang

dalam mengisi kehidupannya terutama pada sistem perekonomian yang memasuki

era globalisasi. Kebutuhan tersebut berupa undang-undang peraturan hukum yang

jelas dan mempunyai kepastian hukum serta tindakan penegakan hukum yang

tegas dari aparat penegak hukum. Salah satu aparat hukum di bidang keperdataan

ialah Notaris sebagai pejabat umum (Openbaar Ambtenar) yang harus

professional karena mewakili negara menjalankan tugas dan fungsi jabatannya

didalam pembuatan akta sebagai alat bukti yang berupa “Akta Otentik”.2

Pembuatan akta dalam wilayah hukum dibuat oleh pejabat umum. Pejabat

umum merupakan suatu jabatan yang disandang atau diberikan kepada mereka

yang diberi wewenang oleh aturan hukum dalam pembuatan akta otentik. Oleh

karena itu Notaris sudah pasti pejabat umum, tetapi pejabat umum belum tentu

1 A.A.Andi Prajitno, Pengatahuan Praktis tentang Apa dan Siapa Notaris di Indonesia?,

(Surabaya: cv. Perwira Media Nusantara,2015), hal.2. 2 Ibid.

Page 2: A. Latar Belakang Masalahrepository.uph.edu/3566/4/Chapter 1.pdf · 2019. 6. 11. · aktivitas perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang sangat pesat dan tajam, terutama

2

Notaris, karena Pejabat umum dapat disandang pula oleh Pejabat Pembuat Akta

Tanah (PPAT) atau pejabat lelang. Jika ketentuan dalam Wet Op het Notarisambt

tersebut dijadikan rujukan untuk memberikan pengertian yang sama terhadap

ketentuan pasal 1 angka 1 Undang-Undang Jabatan Notaris yang menyebutkan

Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan

memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini

atau berdasarkan undang-undang lainnya. Definisi yang diberikan oleh UUJN ini

merujuk pada tugas dan wewenang yang dijalankan oleh notaris. Seorang Notaris

melaksanakan jabatannya semata-mata bukan hanya untuk kepentingan diri

pribadi notaris itu sendiri, akan tetapi juga untuk kepentingan masyarakat umum.3

Istilah Pejabat Umum merupakan terjemahan dari istilah Openbare

Amtbtenaaren yang terdapat pada Pasal 1 Peraturan Jabatan Nnotaris dan Pasal

1868 Burgerlijk Wetboek (BW). Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris menyebutkan

bahwa Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk

membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang

diharuskan oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu

akta autentik menjamin suatu kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya dan

memberikan grosse, salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang pembuatan akta

itu oleh suatu peraturan tidak dikecualikan. Mahkamah Konstitusi Republik

Indonesia (MKRI) dengan Keputusan Nomor 009-014/PPU-111/2005, tanggal 13

September 2005 mengistilahkan Pejabat Umum sebagai Public Official.

Menurut Habib Adjie, Notaris sebagai Pejabat Publik:

33

Henricus Subekti, Tugas Notaris (Perlu) Diawasi, Renvoi, Nomor 26, Tahun Ketiga, tanggal, 3

April 2006, Hal. 40.

Page 3: A. Latar Belakang Masalahrepository.uph.edu/3566/4/Chapter 1.pdf · 2019. 6. 11. · aktivitas perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang sangat pesat dan tajam, terutama

3

a. Istilah Pejabat Umum merupakan terjemahan dari Openbaar Ambtenaar, dalam

konteks ini, Openbaare, tidak bermakna umum, tetapi bermakna public. Maka

Pejabat Umum yang dimaksud dalam Undang-Undang Jabatan Notaris Pasal 1

harus dibaca sebagai Pejabat Publik atau Notaris sebagai Pejabat Publik yang

berwenang untuk membuat akta otentik (Undang-Undang Jabatan Notaris

Pasal 15 ayat 1) dan kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Jabatan Notaris Pasal 15 ayat (2) dan (3).

b. Mengkategorikan Notaris sebagai Pejabat Publik sebagai khalayak umum.

Notaris sebagai Pejabat Publik tidak berarti sama dengan Pejabat Publik dalam

bidang pemerintahan yang dikategorikan sebagai Badan atau Pejabat Tata

Usaha Negara. Hal ini dapat dibedakan dari produk masing-masing Pejabat

Publik tersebut. Notaris sebagai Pejabat Publik produk akhirnya yaitu akta

otentik, yang terikat dalam ketentuan hukum perdata terutama dalam hukum

pembuktian. Akta tidak memenuhi syarat sebagai Keputusan Tata Usaha

Negara merupakan suatu jabatan tetap tidak menimbulkan akibat hukum

perdata bagi seseorang atau badan hukum perdata, karena akta merupakan

formulasi keinginan atau kehendak (wilsvorming) para pihak yang dituangkan

dalam akta Notaris yang dibuat di hadapan atau oleh Notaris dan bukan

kehendak Notaris. Sengketa dalam bidang perdata diperiksa di pengadilan

umum. Pejabat Publik dalam bidang pemerintahan produknya yaitu Surat

Keputusan atau Ketetapan yang terikat dalam Hukum Administrasi Negara

yang memenuhi syarat sebagai penetapan tertulis yang bersifat individual dan

final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum

perdata, serta sengketa dalam Hukum Administrasi Negara di periksa di

Page 4: A. Latar Belakang Masalahrepository.uph.edu/3566/4/Chapter 1.pdf · 2019. 6. 11. · aktivitas perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang sangat pesat dan tajam, terutama

4

Pengadilan Tata Usaha Negara. Dengan demikian, Notaris adalah Pejabat

Publik yang bukan pejabat atau Badan Tata Usaha Negara. Notaris dalam

kategori sebagai Pejabat Publik yang bukan wewenang yang tersebut dalam

aturan hukum yang megatur Jabatan Notaris yang sekarang berlaku.4

Melalui akta, Notaris harus dapat memberikan kepastian hukum kepada

masyarakat yang membutuhkan layanan jasa dari seorang Notaris itu sendiri.

Akta Notaris pada Pasal 1 angka 7 dalam Undang-Undang Jabatan Notaris

menyebutkan “Akta Notaris adalah Akta Otentik yang dibuat oleh atau di

hadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan di dalam

Undang-Undang ini”.

Akta yang dibuat oleh Notaris memiliki kekuatan pembuktian yang

sempurna tidak seperti akta di bawah tangan. Akta di bawah tangan adalah akta

yang dibuat sendiri oleh pihak-pihak yang berkepentingan tanpa bantuan

Pejabat Umum. Sedangkan akta otentik merupakan produk yang dibutuhkan

oleh masyarakat. Demi terciptanya suatu kepastian hukum.5

Kepastian Hukum disini menunjuk kepada pemberlakuan hukum yang jelas,

tetap, konsisten dan konsekuen, yang pelaksanaannya tidak boleh bahkan tidak

dapat dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang sifatnya subjektif. Indikator

adanya kepastian hukum disuatu Negara itu sendiri adalah adanya perundang-

undangan yang jelas dan perundang-undangan tersebut diterapkan dengan baik

oleh hakim maupun petugas hukum lainnya.6

4 Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum., Sanksi Perdata Dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai

Pejabat Publik, Cet. Pertama, Penerbit PT. Refika Aditama, Maret 2008,hal. 163-164. 5 Andi.A.A.Prajitno. Apa dan Siapa Notaris di Indonesia?. Surabaya:Citra Aditya Bakti,2010,

hal.51. 6 Abdul Rachmad Budiono, Pengantar Ilmu Hukum, Bayumedia Publishing, Malang, 2005, hal. 22

Page 5: A. Latar Belakang Masalahrepository.uph.edu/3566/4/Chapter 1.pdf · 2019. 6. 11. · aktivitas perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang sangat pesat dan tajam, terutama

5

Sebagai seorang pejabat umum Notaris harus dan wajib memahami dan

mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal

ini merupakan suatu hal yang mutlak mengingat jabatan Notaris merupakan

jabatan kepercayaan dalam proses penegakan hukum. Disamping itu Notaris

harus senantiasa berperilaku dan bertindak sesuai dengan Kode Etik Profesi

Notaris. Keberadaan Kode Etik Profesi Notaris diatur oleh Organisasi Profesi

Notaris dalam hal ini Ikatan Notaris Indonesia (I.N.I) sebagai wadah tunggak

tempat berhimpunnya Notaris Indonesia. Ditunjuk I.N.I sebagai wadah

Organisasi Profesi Notaris Indonesia diatur di dalam Undang-Undang Jabatan

Notaris. Hal ini berbeda dengan keadaan sebelum berlakunya UUJN yang

memungkinkan Notaris berhimpun dalam berbagai wadah Organisasi Notaris,

yang tentunya akan membawa konsekuensi terdapatnya berbagai kode etik

yang berlaku masing-masing bagi anggotanya. Keberadaan I.N.I sebagai satu-

satunya Organisasi Profesi Notaris semakin mantap setelah melewati judicial

review di Mahkamah Konstitusi.

Kode Etik Notaris di atur di dalam Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris

Indonesia Banten, 29-30 Mei 2015. Kode Etik wajib di taati oleh seluruh

anggota perkumpulan tanpa terkecuali, hal ini di atur di dalam Pasal 1 ayat 2

Kode Etik. Pada pasal 13 Kode Etik menjelaskan bahwa setiap anggota

Perkumpulan yang melanggar UUJN dan dikenakan sanksi sebagaimana

mestinya yang berakibat anggota yang bersangkutan berakhir keanggotaannya

dalam Perkumpulan I.N.I, hal tersebut secara tegas memberikan gambaran

nyata bahwa Kode Etik dan UUJN saling berkaitan dalam mengatur kaidah

kewajiban, larangan dan sanksi bagi Notaris maupun Notaris Pengganti.

Page 6: A. Latar Belakang Masalahrepository.uph.edu/3566/4/Chapter 1.pdf · 2019. 6. 11. · aktivitas perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang sangat pesat dan tajam, terutama

6

Suatu kode etik profesi tidak terlepas dari tujuan suatu organisasi. Dalam

Bab III Anggaran Dasar Ikatan Notaris Indonesia (I.N.I) disebutkan bahwa

tujuan perkumpulan adalah (Pasal 7 Anggaran Dasar I.N.I) :

1. Menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan serta menciptakan kepastian

hukum.

2. Memajukan dan mengembangkan ilmu hukum pada umumnya dan ilmu

serta pengetahuan dalam bidang notariat pada khususnya.

3. Menjaga keluhuran dan martabat serta meningkatkan mutu Notaris selaku

Pejabat Umum dalam rangka pengabdiannya kepada nusa, bangsa dan

negara serta Tuhan Yang Maha Esa.

4. Memupuk dan mempererat hubungan silaturahmi dan rasa persaudaraan

serta rasa kekeluargaan antara sesama anggota untuk mewujudkan persatuan

dan kesatuan serta kesejahteraan segenap anggotanya.7

Etika berasal dari kata ethos, sebuah kata dari Yunani, yang diartikan

identik dengan moral atau moralitas. Kedua istilah ini dijadikan sebagai pedoman

atau ukursn bagi tindakan manusia dengan penilaian baik atau buruk dan benar

atau salah. Etika melibatkan analisis kritis mengenai tindakan manusia untuk

menentukan suatu nilai benar dan salah dari segi kebenaran dan keadilan. 8

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan di gunakannya etika

dalam pergaulan antar elemen-elemen di dalam masyarakat pada hakikatnya agar

7 H. Budi Untung, SH, MM, Visi Global Notaris, (Yogyakarta: Andi Yogyakarta,2001), hal. 65.

8 Ibid., hal. 66.

Page 7: A. Latar Belakang Masalahrepository.uph.edu/3566/4/Chapter 1.pdf · 2019. 6. 11. · aktivitas perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang sangat pesat dan tajam, terutama

7

supaya tercipta suatu hubungan yang harmonis, serasi dan saling

menguntungkan.9

Pelaksanaan tugas dan jabatan Notaris harus selalu dilandasi pada suatu

integritas dan kejujuran yang tinggi dari pilihan Notaris sendiri, karena hasil dari

pembuatan akta-akta maupun pemeliharaannya protokol-protokol sangat penting

dalam penerapan hukum pembuktian, yang sebagai alas bukti otentik yang dapat

menyangkut kepentingan suatu usaha sehingga pelaksanaan tugas dan jabatan

Notaris, harus didukung oleh suatu itikad moral yang dapat dipertanggung

jawabkan kelak.

Dalam menjalankan tugas dan kewenangan jabatannya tersebut terkadang

Notaris melakukan kesalahan, misalnya kesalahan mengenai ketidakwenangan

Notaris dalam membuat akta otentik, yang berakhir hilangnya otensitas bahkan

kepastian hukum terhadap akta yang dibuatnya, atau kekuatan pembuktian akta

tersebut tidak lagi sebagai alat bukti yang sempurna, di antara pihak yang

berkepentingan, melainkan menjadi akta/surat dibawah tangan, karena akta dibuat

di luar wilayah kerjanya sebagai Notaris.

Kesalahan ini dapat terjadi karena perbuatan Notaris itu sendiri yang di

sebut kesalahan profesi, sehingga berakibat Notaris dapat di perkarakan dalam

perihal tanggung jawabnya terhadap kerugian yang dialami oleh pihak-pihak yang

berkepentingan, akibatnya hilang otensitas akta yang dibuatnya tersebut ke

Pengadilan Negeri di tempat Notaris tersebut berpraktek. Sebagai konsekuensinya

maka seiring dengan adanya tanggung jawab Notaris pada masyarakat, haruslah

9 Drs. Muslich,Etika Bisnis Pendekatan Substantif dan Fungsional, (Yogyakarta: Ekonisia,1998),

hal. 1.

Page 8: A. Latar Belakang Masalahrepository.uph.edu/3566/4/Chapter 1.pdf · 2019. 6. 11. · aktivitas perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang sangat pesat dan tajam, terutama

8

dijamin dengan adanya pengawasan dan pembinaan yang terus menerus, agar

tugas Notaris selalu sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku dan terhindar dari

penyalahgunaan kewenangan dan kepercayaan yang diberikan.

Notaris hanya berkedudukan di satu tempat di kota/kabupaten dan memiliki

kewenangan wilayah jabatan seluruh wilayah provinsi dari tempat kedudukannya.

Dalam larangan Jabatan Notaris Pasal 17 huruf a Undang-Undang Jabatan Notaris

menyebutkan bahwa “Notaris dilarang menjalankan jabatan di luar wilayah

jabatannya”. Penulis memberi contoh, seorang Notaris yang memiliki wilayah

kerja di Kota Manado tidak dapat membuka praktik atau membuat akta otentik di

wilayah kerja Kota Yogyakarta.

“Pengaturan mengenai Tempat Kedudukan, Wilayah Jabatan, demikian pula

kantor Notaris bertalian dengan kewenangan Notaris yang berkaitan dengan

territorial (akta otentik) dibuat, sebagaimana dimaksud pada Pasal 19 UUJN yaitu

Notaris wajib mempunyai hanya satu kantor di tempat kedudukannya.

Domisili dan kewenangan seorang Notaris sebagaimana tercantum pada

Undang-undang Jabatan Notaris Pasal 18, tertulis sebagai berikut :

1) Notaris mempunyai tempat kedudukan di daerah kabupaten atau kota

2) Notaris mempunyai wilayah jabatan meliputi seluruh provinsi dari tempat

kedudukannya.

Kedudukan Notaris, artinya tempat kediaman hukum sebagai tempat tinggal

dan letak kantor dalam kesehariannya untuk menjalankan profesi jabatan di suatu

Daerah Kabupaten/Daerah Khusus/Daerah Istimewa/ Kota

Administratif/Kotamadya. Notaris harus memiliki hanya satu bangunan kantor

untuk praktek dan penyimpanan protokolnya, tidak boleh ada kantor cabang

Page 9: A. Latar Belakang Masalahrepository.uph.edu/3566/4/Chapter 1.pdf · 2019. 6. 11. · aktivitas perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang sangat pesat dan tajam, terutama

9

dimanapun juga harus disatu tempat saja, dan minimal mempunyai 2 orang

karyawan.10

Dalam kaitannya dengan tempat kedudukan Notaris maka keberadaan

Notaris harus disesuaikan pula dengan kondisi wilayah yang ada di tempat

kedudukakannya. Oleh karena itu untuk mencukupi jumlah Notaris di suatu

tempat maka tetap mengacu pada, misalnya jumlah penduduk yang ada di wilayah

kabupaten/kota tersebut. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam pasal

22 UUJN. Dinyatakan bahwa formasi jabatan Notaris ditetapkan berdasarkan :

a. Kegiatan Dunia Usaha;

b. Jumlah Penduduk; dan/atau

c. Rata-rata jumlah akta yang dibuat oleh dan/atau dihadapan Notaris setiap

bulan.11

Wilayah Jabatan artinya daerah kewenangan proses pembuatan akta,

menurut Undang-Undang Jabatan Notaris Pasal 18, Notaris boleh membuat akta

diluar kantor, manapun di luar wilayah kedudukannya tetapi masih di dalam

wilayah kewenangannya yaitu provinsi. Wilayah yurisdiksi Notaris pada jaman

pemerintahan penjajahan Belanda adalah provincial yang saat itu mempunyai arti

seluruh wilayah jajahan Belanda. Setelah Indonesia Merdeka, PJN tidak mengatur

dengan jelas tentang apa yang di maksud dengan provincial, kemudian melalui

etika profesi wilayahnya ditentukan adalah Kota/Kotamadya/Daerah

Istimewa/Daerah Khusus.12

Sedangkan di dalam Kode Etik Notaris Pasal 4 ayat 1

10

A.A.Andi Prajitno, Op.Cit., hal.78.

11

DR. Sjaifurrachman, SH., MH., Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan AKta,

(Bandung: CV. Mandar Maju, 2011), hal. 97-98. 12

Ibid.,

Page 10: A. Latar Belakang Masalahrepository.uph.edu/3566/4/Chapter 1.pdf · 2019. 6. 11. · aktivitas perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang sangat pesat dan tajam, terutama

10

yang berisi tentanng Larangan berbunyi Notaris maupun orang lain (selama yang

bersangkutan menjalankan jabatan Notaris), dilarang mempunyai lebih dari 1

kantor baik kantor cabang ataupun kantor perwakilan.

Alamat kantor dan rumah Notaris yang diperiksa penting sekali untuk

mengetahui apakah Notaris yang bersangkutan memenuhi pasal 6 PJN yang tidak

hanya mewajibkan seorang Notaris mempunyai kantor dan tempat tinggal serta

menyimpan protocol dikota kedudukannya, tetapi benar-benar mengharuskan

tempat bertempat tinggal di kota itu. Ketentuan PJN berbunyi :

Ieder notaris is verplicht … om ook aldaar zijn werkelijk en gestadig verbliff te

houden.

Alasan pembuat undang-undang untuk menentukan bahwa Notaris harus

tetap berada di tempat kedudukannya adalah bahwa masyarakat harus mengetahui

tempat mereka dapat menemui Notaris dalam keadaan darurat. Alasan yang sama

dipakai oleh pembuat undang-undang untuk menentukan bahwa Notaris tidak

boleh meninggalkan tempat kedudukannya lebih dari 7 hari kerja berturut-turut

tanpa izin sah, hal tersebut tertuang di dalam Pasal 17 ayat 1 huruf b.

Setiap izin dari Notaris yang bersangkutan Pengadilan Negeri harus

mengangkat Notaris-pengganti, khususnya untuk menjamin bahwa masyarakat

setiap waktu dapat meminta bantuan Notaris. Pelanggaran atas ketentuan tentang

tempat tinggal utama seorang Notaris ini dikenai hukuman pemberhentian

sementara (schorsing) antara 3-6 bulan, suatu hukuman yang cukup berat.13

13

Tan Thong Kie, Studi Notariat & Serba-Serbi Praktek Notaris, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van

Hoeve,2013), hal. 531.

Page 11: A. Latar Belakang Masalahrepository.uph.edu/3566/4/Chapter 1.pdf · 2019. 6. 11. · aktivitas perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang sangat pesat dan tajam, terutama

11

Wilayah jabatan artinya, wilayah dimana seorang Notaris boleh membuat

akta yang oleh UUJN telah ditetapkan yaitu kewenangan membuat di seluruh

daerah yang merupakan bagian dari provinsi dimana Notaris tersebut

berkedudukan, kecuali dalam keadaan darurat atau memaksa. Perkecualian

tersebut dalam pengertian Notaris dapat menjalanakan profesi jabatannya.

Pembuatan akta di luar wilayah jabatan Notaris dapat dilaksanakan dalam keadaan

sangat terpaksa dimaksudkan apabila ditempat kejadian saat itu tidak ada Notaris

yang berwenang atau pejabat yang setara dengan Notaris dan saat itu ada Notaris

kebetulan berada ditempat itu dan jabatan sebagai Notaris sangat

dibutuhkan,misalnya :

Dalam kondisi nyawanya kritis/sekarat, akan meninggal dunia;

Dalam keadaan bahaya, kecelakaan atau kapal laut akan karam;

Dalam keadaan perang atau huru hara, dan lain-lain.

Bahkan bilamana di dalam kapal atau pesawat itu tidak ada Notaris dan ada

yang membutuhkan jasa Notaris (wasiat, sekarat dan lain-lain) maka kapten dari

kapal atau pesawat tersebut berfungsi sebagai pejabat umum atau Notaris. Tatkala

hendak membuat wasiat darurat dan lain-lain dalam keadaan terpaksa dan

memaksa sebagaimana dimaksud KUHPerdata dalam Pasal 1869 jo. Pasal 1875.14

Keberadaan kode etik notaris bertujuan agar suatu profesi Notaris dapat

dijalankan dengan professional, motivasi dan orientasi pada keterampilan

intelektual serta beragumentasi secara rasional serta menjunjung tinggi nilai

moral. Ikatan Notaris Indonesia (INI) sebagai perkumpulan organisasi bagi para

Notaris mempunyai peranan yang sangat vital dalam penegakkan pelaksaan kode

14

Ibid., hal.79.

Page 12: A. Latar Belakang Masalahrepository.uph.edu/3566/4/Chapter 1.pdf · 2019. 6. 11. · aktivitas perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang sangat pesat dan tajam, terutama

12

etik profesi bagi Notaris, melalui Dewan Kehormatan yang mempunyai tugas

utama untuk melakukan pengawasan dalam pelaksanan kode etik Notaris.

Adanya hubungan antara Kode Etik Notaris dengan UUJN memberi arti

terhadap profesi Notaris itu sendiri. Kode Etik Notaris dan UUJN menghendaki

agar Notaris dalam menjalankan tugas dan jabatannya sebagai pejabat umum,

selain tunduk pada UUJN harus taat pada Kode Etik Profesi serta harus

bertanggungjawab terhadap masyarakat yang dilayaninya, Organisasi Profesi

(Ikatan Notaris Indonesia) maupun terhadap Negara. Dengan adanya hubungan ini

maka terhadap Notaris yang mengabaikan keluhuran dan martabat jabatannya

selain dapat dikenai sanksi moril, ditegur atau dipecat dari keanggotaan

profesinya juga dapat dipecat dari jabatannya sebagai Notaris.

Menurut Lumban Tobing bahwa Notaris harus berwenang sepanjang

mengenai tempat dimana akta dibuat maksudnya setiap Notaris ditentukan

wilayah jabatanya sesuai dengan tempat kedudukanya. Untuk itu Notaris hanya

berwenang membuat akta yang berada di dalam wilayah jabatanya. Akta yang

dibuat diluar wilayah jabatanya hanya berkedudukan seperti akta di bawah

tangan.15

Pembatasan atau larangan Notaris ditetapkan untuk menjaga Notaris dalam

menjalankan praktiknya dan tentunya akan lebih bertanggung jawab terhadap

segala tugas serta kewajibanya. Apabila persyaratan kewenangan tidak terpenuhi

maka Notaris akan diberhentikan sementara hal ini terlihat jelas dalam Pasal 9

ayat (1) huruf d dalam UUJN menyebutkan bahwa Notaris diberhentikan

15

G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Cet 3, Erlangga, Jakarta, 1996, hal. 49-50.

Page 13: A. Latar Belakang Masalahrepository.uph.edu/3566/4/Chapter 1.pdf · 2019. 6. 11. · aktivitas perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang sangat pesat dan tajam, terutama

13

sementara dari jabatanya karena melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dan

larangan jabatanya. Dari penjelasan diatas maka jelas bahwa pembuatan akta

Notaris harus dilaksanakan di wilayah jabatan Notaris yang telah disahkan sesuai

oleh Undang-Undang.

Dalam penelitian ini, penulis ingin meneliti tentang pelanggaran Kode Etik

dan Undang-Undang Jabatan Notaris yang tidak sesuai dengan wilayah kerjanya.

Sebenarnya sudah cukup jelas Kode Etik dan Undang-Undang Jabatan Notaris

mengatur tentang Wilayah Kerja Notaris dan sudah ada pula sanksi yang

mengatur jika terjadi pelanggaran. Selain itu cukup jelas pula tentang pengaturan

bagaimana prosedur yang dilakukan jika terjadi pelanggaran terhadap Undang-

Undang Jabatan Notaris. Pengawasan terhadap Kode Etik Notaris juga cukup

jelas tercantum dalam peraturan yang ada. Pelanggaran Wilayah kerja Notaris

yang tidak sesuai dengan Kode Etik dan Undang-Undang Peraturan Jabatan

Notaris masih sering terjadi yang sesungguhnya sudah sangat jelas tidak di

perbolehkan.

Pelanggaran Kode Etik dan Jabatan Notaris yang dilakukan oleh Notaris

yang dilaporkan oleh masyarakat kepada Majelis Pengawas, yaitu putusan Majelis

Pemeriksa Wilayah Notaris Provinsi DKI Jakarta Nomor : 02 Pts/Mj. PWN Prov.

DKI Jakarta/VII/2012 putusan terhadap Notaris H.S, Notaris dengan jabatan

wilayah jabatan Kota Administrasi Jakarta Barat (untuk selanjutnya disebut

terlapor) dilaporkan oleh kliennya yaitu T.B, S.H (untuk selanjutnya disebut

pelapor).

Pelapor awalnya melaporkan terlapor kepada Majelis Pengawas Pemeriksa

Daerah Kota Administrasi Jakarta Barat Nomor 195/10/MPDN.JB/2010 laporan

Page 14: A. Latar Belakang Masalahrepository.uph.edu/3566/4/Chapter 1.pdf · 2019. 6. 11. · aktivitas perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang sangat pesat dan tajam, terutama

14

tersebut lalu di teruskan kepada Majelis Pengawas Wilayah Notaris Provinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta atas perbuatan pelanggaran jabatan notaris yang

dilakukan terlapor dalam merubah harga obyek jual beli atas permintaan salah

satu pembeli, yaitu kakak pelapor serta penandatanganan akta diluar wilayah

jabatan Notaris.

Kasus ini bermula pada saat pelapor berniat membeli sebuah rumah, karena

sertifikat atas tanah tersebut sedang dalam proses balik nama ke atas nama

pemilik lahan, maka atas kesepakatan pemilik lahan dengan pembeli mereka

bersepakat untuk membuat Perjanjian Pengikatan Jual Beli. Biaya serta harga

obyek tanah yang telah disepakati kedua belah pihak sebesar Rp. 450.000.000,-

(empat ratus lima puluh juta rupiah) . Bahwa dari kesepakatan tersebut pelapor

lalu membayar cicilan pertama diberikan uang tunai sebesar Rp. 110.000.000.-

(seratus sepuluh juta rupiah) lalu sisanya akan diberikan setelah pengurusan

sertifikat atas tanah ke atas nama pelapor selesai dilakukan. Bahwa setelah

pelapor melakukan pelunasan lalu timbul perbedaan nilai yang semula Rp.

450.000.000,- (empat ratus lima puluh juta rupiah) berubah menjadi Rp.

550.000.000,- (lima ratus lima puluh juta rupiah), hal ini menyebabkan kerugian

dari pelapor karena tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu mengenai perubahan

nilai tersebut dari terlapor kepada pelapor. Perubahan harga obyek jual beli ini

hanya atas permintaan salah satu pembeli yaitu kakak pelapor.

Terlapor mengungkapkan bahwa pembeli rumah tersebut pada mulanya

berjumlah 4 (empat) orang, yaitu: B.B, I.B, T.B dan P.B namun dari 4 (empat)

orang kemudian berubah menjadi 3 (tiga) orang, penandatanganan akta tersebut

dilakukan di Cianjur oleh para pihak. Akta perjanjian jual beli tersebut juga

Page 15: A. Latar Belakang Masalahrepository.uph.edu/3566/4/Chapter 1.pdf · 2019. 6. 11. · aktivitas perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang sangat pesat dan tajam, terutama

15

ditandatangani secara bergantian pada hari pertama ditandatangani oleh T.B,

keesokan harinya barulah akta tersebut di tandatangani oleh B.B dan P.B.

Majelis Pengawas Daerah Notaris Jakarta Barat telah melihat salinan akta

yang ditunjukkan oleh terlapor dan selembar kwitansi dengan nilai Rp.

450.000.000 (empat ratus lima puluh juta rupiah) yang ditunjukkan oleh pelapor.

Majelis Pengawas Daerah Notaris Jakarta Barat menemukan hal yang seharusnya

tidak dilakukan oleh terlapor yaitu merubah harga obyek jual beli atas permintaan

satu pembeli, yaitu kakak dari pelapor tanpa sepengetahuan pembeli yang lain

termasuk pelapor serta terlapor dinyatakan melanggar peraturan hukum yang

tertuang di dalam Undang-Undang Jabatan Notaris yaitu Notaris dilarang

menjalankan jabatan di luar wilayah kerjanya, Notaris seharusnya wajib bertindak

jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak dan menjaga kepentingan pihak yang

terkait dalam perbuatan hukumnya serta tunduk pada semua peraturan hukum yag

berlaku.

Jika hal tersebut termasuk dalam pelanggaran Kode Etik dan Undang-

Undang Jabatan Notaris dimana ada sanksi yang bisa diberikan kepada Notaris

yang melanggar apakah sanksi tersebut sudah di laksanakan. Berdasarkan uraian

tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dangan judul

“PELANGGARAN KODE ETIK DAN UNDANG-UNDANG JABATAN

NOTARIS YANG TIDAK SESUAI DENGAN WILAYAH KERJA

(Studi Kasus Putusan 02/Pts/Mj.PWN Prov DKI Jakarta/VII/2012)”

B. RUMUSAN MASALAH

Page 16: A. Latar Belakang Masalahrepository.uph.edu/3566/4/Chapter 1.pdf · 2019. 6. 11. · aktivitas perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang sangat pesat dan tajam, terutama

16

1. Bagaimana penerapan Kode Etik Dan Undang-Undang Jabatan Notaris

terhadap larangan pembuatan akta otentik Notaris di luar wilayah jabatan

Notaris?

2. Bagaimana pelaksanaan sanksi hukum terhadap Notaris yang melakukan

pelanggaran pembuatan akta autentik diluar wilayah kerjanya?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian hukum ini ingin mendapatkan jawaban dari

permasalahan yang ada pada rumusan masalah, yaitu:

1. Untuk menganalisis penerapan Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik

Notaris terhadap larangan pembuatan akta otentik Notaris diluar wilayah

jabatan Notaris.

2. Untuk mengetahui sanksi hukum terhadap pelanggaran oleh Notaris yang

membuat akta diluar wilayah kerja Notaris.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Kegunaan Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau sumber

pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya serta yang

berhubungan dengan hukum kenotariatan. Selain itu juga bisa menjadi bahan

kepustakaan bagi peneliti dengan permasalahan yang berhubungan dengan

pelaksaan atau penerapan Kode Etik Notaris sesuai judul dari tesis ini.

2. Kegunaan Praktis

Page 17: A. Latar Belakang Masalahrepository.uph.edu/3566/4/Chapter 1.pdf · 2019. 6. 11. · aktivitas perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang sangat pesat dan tajam, terutama

17

Hasil dari penelitian ini penulis berharap bisa menjadi masukan bagi para pihak

yang berhubungan atau terkait dengan profesi Notaris, maupun profesi Notaris itu

sendiri, sehingga ke depannya bisa menjadi lebih sesuai dengan peraturan yang

berlaku sesuai dengan Undang-Undang.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penyusunan tesis ini, peneliti menjelaskan permasalahan di dalam 5

(lima) bab. Masing-masing bab dan sub-bab tersebut saling berhubungan dan

terkait satu sama lain, serta bertujuan agar setiap permasalahan dapat dijelaskan

dan diuraikan dengan baik. Sistematika penulisan dari tesis ini dibagi menjadi 5

(lima) bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini yang merupakan pendahuluan, penulis ingin

menjelaskan tentang latar belakang dari penulisan tesis ini, lalu

rumusan masalah, selanjutnya tujuan penelitian. Lalu juga

dijelaskan tentang manfaat dari penelitian ini serta sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini dijelaskan tentang Tinjauan Umum Undang-Undang

Jabatan Notaris, Kode Etik Profesi Notaris, Organisasi Notaris,

Pengawasan Dan Pembinaan Terhadap Notaris Dalam

Menjalankan Tugas Jabatannya, Pelanggaran Notaris Pasal 19 butir

Page 18: A. Latar Belakang Masalahrepository.uph.edu/3566/4/Chapter 1.pdf · 2019. 6. 11. · aktivitas perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang sangat pesat dan tajam, terutama

18

(3) Undang-Undang Jabatan Notaris, serta Pelanggaran Kode Etik

Notaris Pasal 3 butir (8) Kongres Luar Biasa I.N.I.

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode penelitian hukum normatif. Dalam hal ini yang

menjadi objek dari penelitian ini adalah norma hukum itu sendiri.

Dalam penelitian ini Kode Etik Dan Undang-Undang Jabatan

Notaris yang mengatur tentang wilayah kerja Notaris yang telah di

tentukan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang hasil dari

penelitian serta pembahasannya yang berhubungan dengan

permasalahan yang telah dirumuskan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang kesimpulan dari bab-

bab yang sudah dijelaskan, selain itu dalam bab ini penulis juga

akan menjelaskan jawaban dari rumusan permasalahan yang

dituliskan dalam rumusan masalah, lalu memberikan saran-saran

yang berhubungan dengan rumusan masalah yang terdapat pada

bab I.