a. kegiatan belajar 2 : klasifikasi peserta didik...
TRANSCRIPT
Halaman 1 dari 17
A. KEGIATAN BELAJAR 2 : KLASIFIKASI PESERTA DIDIK TUNADAKSA
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan 2
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan 2 Klasifikasi Peserta Didik Tunadaksa yang
akan Anda capai setelah mempelajari modul ini meliputi penguasaan pengetahuan
dan ketrampilan (umum dan khusus). Berikut capaian-capaian pembelajarannya:
a. Penguasaan Pengetahuan
1) Menguasai konsep teoritis peserta didik tunadaksa sebagai dasar untuk
mengembangkan layanan pendidikan yang tepat
2) Menguasai konsep teoritis pendidikan (pedagogi) dan pembelajaran (didaktik-
metodik) untuk peserta didik tunadaksa
b. Penguasaan Ketrampilan
1) Umum
a) Mampu bekerja di bidang keahlian pokok untuk jenis pekerjaan yang
spesifik dan memiliki kompetensi kerja yang minimal setara dengan
standar kompetensi kerja profesinya;
b) Mampu membuat keputusan yang independen dalam menjalankan
pekerjaan profesinya berdasarkan pemikiran logis, kritis, sistematis,
dan kreatif
c) Mampu melaksanakan tugas profesional guru sesuai tuntutan
peraturan perundangan bidang pendidikan dan kode etik guru
indonesia yang berlaku
d) Mampu meningkatkan kapasitas pembelajaran secara mandiri
2) Khusus
a) Mampu merancang pembelajaran untuk peserta didik berkebutuhan
khusus secara tepat, dan efektif sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
b) Mampu melaksanakan pembelajaran untuk peserta didik berkebutuhan
khusus secara efektif dan efisien untuk memfasilitasi pengembangan
potensi peserta didik secara optimal
c) Mampu merancang dan melaksakan penilaian pembelajaran peserta didik
berkebutuhan secara tepat sesuai dengan kebutuhan peserta didik
2. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Halaman 2 dari 17
Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan 2 Klasifikasi Peserta didik Tunadaksa telah
dirumuskan untuk menunjang ketercapaian Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan 2
yang telah ditetapkan. Sub Capaian Pembelajaran meliputi:
a. Memahami klasifikasi peserta didik tunadaksa berdasarkan faktor penyebab
ketunaan
b. Memahami klasifikasi peserta didik tunadaksa berdasarkan kelainan sistem syaraf
c. Memahami klasifikasi peserta didik tunadaksa berdasarkan kelainan sistem otot
dan rangka
3. Pokok-Pokok Materi
Pokok – pokok materi yang akan Anda pelajari pada Kegiatan Pembelajaran 2 :
Klasifikasi Peserta didik Tunadaksa meliputi:
a. Klasifikasi peserta didik tunadaksa berdasarkan faktor penyebab ketunaan
b. Klasifikasi peserta didik tunadaksa berdasarkan kelainan sistem syaraf
c. Klasifikasi peserta didik tunadaksa berdasarkan kelainan sistem otot dan rangka
Apabila Anda telah menguasai materi tersebut dengan baik, Anda akan mampu
memahami klasifikasi peserta didik tunadaksa sebagai dasar melaksanakan layanan
pendidikan khusus bagi peserta didik tunadaksa sesuai.
4. Uraian Materi
Berdasarkan materi yang Anda pelajari pada Kegiatan Belajar 1, telah dijelaskan
bahwa terjadinya tunadaksa dikarenakan oleh beberapa penyebab. Variasi dari
penyebab ketunadaksaan berdampak juga dengan jenis ketunadaksaan yang dialami
peserta didik. Untuk dapat lebih mudah dalam mempelajarinya, perlu dilakukan
penggolongan dari setiap jenis tunadaksa. Pada Kegiatan Belajar 2 modul ini akan
diuraikan klasifikasi-klasifikasi peserta didik tunadaksa.
Adapun klasifikasi-kasifikasi tunadaksa meliputi:
a. Berdasarkan faktor penyebab ketunaan
Tunadaksa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebab ketunaan. Adapun
jenis-jenisnya adalah sebagai berikut.
1) Cacat bawaan (congenital abnormalities)
Yaitu ketunaan yang terjadi pada saat peserta didik masih dalam kandungan
(prenatal) dikarenakan adanya kelainan gen, kromosom, dan sejenisnya. Atau
dikarenakan kecacatan yang terjadi pada saat peserta didik dilahirkan (natal)
sebagai akibat dari proses kelahiran yang lama sehingga ada gangguan
Halaman 3 dari 17
pernafasan yang menyebabkan suplai oksigen ke otak terhambat. Dapat juga
disebabkan penggunaan alat bantu kelahiran yang tidak steril dan sejenisnya.
2) Infeksi
Infeksi poliomyelitis dan osteomyelitis merupakan contoh penyebab peserta
didik mengalami kelainan pada anggota gerak atau bagian tubuh lainnya.
Kelainan pada anggota gerak ini bersifat sekunder karena merupakan akibat
dari adanya infeksi.
Gambar 1. Poliomyelitis
Sumber: http://i0.wp.com/infoimunisasi.com/wp-
content/uploads/2017/01/poliomyelitis_4.jpg
Gambar 2. Osteomyelitis
Sumber: http://www.thehealthsite.com/osteomyelitis/
Halaman 4 dari 17
3) Gangguan metabolisme
Ketunaan juga dapat terjadi pada bayi dan peserta didik yang disebabkan oleh
malnutrisi. Malnutrisi adalah kondisi yang dialami peserta didik sebagai akibat
tidak mendapatkan semua nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh sehingga
mempengaruhi perkembangan tubuh dan mengakibatkan kelainan pada
sistem ortopedi dan fungsi intelegensinya.
4) Kecelakaan
Kecelakaan dapat menyebabkan adanya trauma. Trauma bisa terjadi pada
syaraf jika yang mengalami benturan keras adalah kepala. Adanya trauma
dapat mengakibatkan kelainan ortopedi berupa kelainan koordinasi, mobilisasi
atau kelainan yang lainnya.
5) Penyakit yang progresif
Ketunaan yang terjadi dikarenakan ada masalah pada genetik (keturunan).
Selain itu juga dapat dikarenakan adanya seperti DMP (Dystrophia
Musculorum Progressiva). DMP merupakan gangguan pada otot yang
menyebabkan kelumpuhan otot dengan masa otot yang menurun. Kondisi
tersebut dapat memburuk seiring dengan bertambahnya usia. Penyakit ini tidak
bersifat menular, tetapi dapat diturunkan.
Gambar 3. Dystrophia Musculorum Progressiva
Sumber: https://www.pinterest.co.uk/pin/266838346644717576/
Halaman 5 dari 17
6) Tidak diketahui penyebabnya
Dengan adanya perkembangan IPTEKS, berbagai penyakit baru berhasil
diidentifikasi sebagai penyebab seseorang menjadi tunadaksa. Namun ada
juga yang tidak diketahui penyebabnya. Hal ini terjadi karena sulit untuk
mendeteksi faktor-faktor apa yang menyebabkan seseorang menjadi
tunadaksa, sehingga dikelompokkan ke dalam jenis yang tidak diketahui
penyebab ketunadaksaanya. Contohnya seperti Miscellaneous Causes.
b. Berdasarkan kelainan sistem serebral (Cerebral System)
Tunadaksa yang mengalami kelainan pada sistem syaraf atau otak dikenal dengan
istilah Cerebral Palsy (CP). CP secara umum adalah suatu kelainan pada gerak
tubuh sebagai akibat dari adanya kerusakan/kelainan otak atau sistem syaraf yang
bersifat menetap. CP tidak bersifat progresif. Muslim & Sugiarmin (1996:75), CP
dapat diklasifikasi berdasarkan beberapa aspek sebagai berikut:
1) CP berdasarkan letak kelainan di otak dan fungsi geraknya
a) Spastik
Peserta didik CP jenis spastik mengalami kesulitan dalam menggunakan
otot-otot untuk bergerak. Kesulitan terjadi karena adanya kekejangan pada
otot sehingga gerak tubuh terbatas dan terkesan lambat. Otot-otot yang
berlawanan akan berkontradiksi jika sendinya dibengkokkan. Selanjutnya,
kekejangan otot akan semakin parah jika peserta didik dalam kondisi kaget,
takut, cemas, atau marah. Namun kekejangan otot akan berkurang jika
peserta didik merasa nyaman atau tenang.
b) Athetoid
Gangguan yang ditandai dengan adanya gerakan yang tidak terkendali
pada lengan, kaki, jari tangan dan jari kaki. Bahkan juga kadang terjadi
pada lidah, bibir, dan wajah. Tidak terjadi kekakuan atau kekejangan otot.
Otot dapat digerakkan dengan mudah tetapi gerakan tersebut tidak dapat
dikendalikan oleh peserta didik.
c) Rigid
Kekakuan otot pada seluruh tubuh sehingga anggota gerak tubuh sulit
untuk dibengkokkan. Gerakannya sangat lambat dan kasar, berjalan
seperti robot, serta tertatih-tatih.
d) Tremor
Halaman 6 dari 17
Gerakan-gerakan kecil pada tangan/kaki/kepala yang terjadi secara terus
menerus dengan irama yang tetap. Tremor merupakan gerak tanpa
disadari dan sulit untuk dikendalikan sebagai akibat dari gerakan otot-otot
yang berkontraksi secara bergantian dan terus menerus sehingga
menyebabkan peserta didik sulit untuk melaksanakan aktifitas/kegiatan.
e) Ataxia
Kondisi dimana peserta didik CP mengalami gangguan keseimbangan
sehingga jalannya sempoyongan atau gontai (terhuyung-huyung). Peserta
didik CP jenis ataxia juga memiliki masalah pada koordinasi mata dan
tangan sehingga sering kesulitan dalam menentukan ukuran dan jarak.
Contohnya: tangan peserta didik terlalu jauh dari barang yang sebenarnya
berada di dekatnya.
f) Mixed type (campuran)
Merupakan jenis CP yang terdiri dari gabungan 2 atau lebih dari jenis-jenis
di atas.
2) CP berdasarkan jumlah anggota badan yang mengalami kelainan atau luas
jaringan otak yang mengalami kerusakan.
a) Monoplegia, kelumpuhan pada salah satu anggota gerak tubuh
b) Diplegia, kelumpuhan pada keempat anggota gerak tubuh. Dampak
kelumpuhan pada kaki lebih berat daripada pada tangan. Atau dengan kata
lain, dampak kelumpuhan pada tangan lebih ringan daripada kaki.
c) Paraplegia, kelumpuhan pada kedua anggota gerak bawah tubuh (kedua
kaki).
d) Triplegia, kelumpuhan pada kedua anggota gerak bawah dan satu anggota
gerak atas.
e) Tetraplegia/Quadriplegia, kelumpuhan pada keempat anggota gerak tubuh.
Halaman 7 dari 17
Gambar 4. Monoplegia
Sumber:
https://care24.co.in/blog/paralysis
-recovery-time
Gambar 5. Diplegia
Sumber:
https://care24.co.in/blog/paralysis-
recovery-time
Gambar 6. Paraplegia
Sumber:
https://care24.co.in/blog/paralysis
-recovery-time
Gambar 7. Hemipelgia
Sumber:
https://care24.co.in/blog/paralysis
-recovery-time
Halaman 8 dari 17
Gambar 8. Quardipelgia
Sumber:
https://care24.co.in/blog/paralysis
-recovery-time
3) CP berdasarkan derajat gangguan fungsi
Yang dimaksud dengan derajat gangguan adalah tingkat keparahan atau
besaran dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari ketunaan yang dialami
seseorang baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Berdasarkan derajat
gangguan, CP dapat dibedakan menjadi 3, yaitu ringan, sedang dan berat.
a) CP ringan
CP ringan ditandai dengan peserta didik mampu berjalan tanpa alat bantu
khusus, dapat berbicara dengan jelas, serta dapat hidup mandiri (dapat
menolong diri) atau tidak bergantung dengan orang lain. Sehingga peserta
didik tunadaksa ringan, meskipun mengalami ketunaan tetapi tidak
menggangu kehidupan dan pendidikannya.
b) CP sedang
Berbeda dengan peserta didik CP ringan yang dapat menolong diri,
peserta didik CP sedang membutuhkan bantuan orang lain untuk latihan
berjalan, mengurus diri, berjalan, serta latihan-latihan untuk menggunakan
alat bantu khusus seperti crutch, brace, walker, kruk, dan sebagainya.
Halaman 9 dari 17
Gambar 9. Long Leg Brace
Sumber: http://ortho-frey.tripod.com/id2.html
Gambar 10. Walker
Sumber: https://independentlyyours.org/product/dual-release-walker-
with-wheels/
Halaman 10 dari 17
Gambar 11. Kruk
Sumber: https://www.walmart.com/ip/Carex-Adult-Push-Button-
Aluminum-Crutches-1-Pair/19200324
c) CP berat
CP berat ditandai dengan adanya kebergantungan dengan pertolongan
orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu, peserta didik
tunadaksa berat juga membutuhkan perawatan yang bersifat tetap dalam
ambulasi, bicara, serta menolong diri. Ambulasi adalah tindakan berjalan
atau bergerak dari satu tempat ke tempat lain tanpa perangkat seperti
tongkat atau kruk.
c. Berdasarkan kelainan sistem otot dan rangka (Musculus Skeletal System)
1) Poliomyelitis
Merupakan suatu infeksi pada sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh
virus polio yang mengakibatkan kelumpuhan dan pengecilan otot (atropi)
anggota gerak tubuh yang bersifat menetap. Ada beberapa jenis poliomyelitis,
yaitu:
a) Spinal
Kelemahan atau kelumpuhan otot leher, perut, tubuh, sekat rongga, dada,
dan yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak tubuh bagian
bawah, otot tungkai bawah (musculus quadriceps femoris) serta otot lengan
(musculus deltoideus). Tidak disertai dengan gangguan sensibilitas (rasa)
dan memiliki sifat kelumpuhan yang asimetris. Artinya, salah satu anggota
gerak tubuh saat diperiksa, refleks sendinya hilang atau berkurang.
b) Bulbair
Halaman 11 dari 17
Ditandai dengan adanya ganguan gerak pada salah satu atau lebih saraf
otak. kelumpuhan dapat terjadi pada area otot mata atau otot wajah yang
kadang juga disertai gangguan pernafasan dan gangguan peredaran
darah.
c) Bulbospinal
Merupakan gejala gabungan dari bentuk spinal dan bulbair dengan
kemungkinan gejala yang lebih berat/parah.
d) Encephalitis
Gangguan pada fungsi otak dengan akibat yang ditimbulkan lebih berat
daripada bentuk CP poliomylitis yang lain. Poliomylitis encephalitis disertai
dengan gejala demam, tremor, kesadaran menurun, dan pada beberapa
kasus sampai dengan kejang.
Gambar 12. Poliomyelitis
Sumber: https://medlab.id/virus-polio/
2) Muscle Dystrophy
Suatu kondisi yang menyebabkan terjadinya kemunduran atau kelemahan otot
lurik. Belum diketahui apakah kelainan yang terjadi pada saraf pusat atau saraf
tepi. Muscle Dystrophy disebabkan oleh faktor keturunan atau herediter dan
sering terdapat pada laki-laki.
Muslim & Sugiarmin (1996:90) menjelaskan bahwa terdapat 4 jenis Muscle
Dystrophy berdasarkan jenis dan bagian otot yang mengalami
kemunduran/kelemahan. Jenis-jenisnya meliputi:
a) Progresiva
Muscle Dystrophy jenis ini mengalami kelemahan otot yang cepat.
Kelemahan otot dimulai pada otot tungkai bawah yang menjalar sampai
dengan seluruh tubuh. Sehingga peserta didik akan memiliki gerakan yang
terlihat canggung, sulit naik tanga, dan sering jatuh saat berjalan. Pada
Halaman 12 dari 17
peserta didik Muscle Dystrophy Progresiva usia lebih dari 10 tahun sudah
mengalami kesulitan dalam berjalan. Muscle Dystrophy Progresiva
memiliki sebutan lain yaitu dechenne atau pseudohipertropi. Karena selain
terjadi atropi pada otot yang mengalami kelainan, tetapi juga pembesaran
yang disebabkan oleh lemak yang berdegenerasi.
b) Fasio Scapulohumeral
Kelemahan otot terjadi secara perlahan-lahan, dimulai pada otot muka
sehingga memperlihatkan ekspresi kaku sampai dengan belikat yang
menjadi lemah. Terjadi pada peserta didik usia 7 – 20 tahun.
c) Limb Girdle
Otot yang mengalami kelemahan adalah area panggul, paha, bahu, dan
lengan bagian atas. Kelemahan otot pada bagian tersebut mempengaruhi
kemampuan gerak sehingga membutuhkan alat bantu untuk berjalan.
d) Miotonik Atropi
Kelemahan otot terjadi pada otot lengan bagian atas, tunkai, leher, dan otot
atas leher yang dapat menyebabkan gangguan gerakan kepala dan
kemampuan mobilitas.
Gambar 13. Muscle Dystrophy
Sumber: http://www.jdshospital.com/muscular-dystrophy-mayopathy/
3) Spina Bifida
Merupakan jenis kelainan yang terjadi pada bagian tulang belakang yang
ditandai dengan 1 atau 3 ruas tulang belakang yang terbuka dan tidak tertutup
kembali selama proses perkembangan. Hal tersebut menyebabkan
terganggunya fungsi jaringan saraf yang berakibat terjadinya kelumpuhan
Halaman 13 dari 17
dan/atau terjadi pembesaran kepala karena produkasi cairan yang berlebihan
(hydrocepalus).
Gambar 14. Spina Bifida
Sumber: http://blog.dinopt.com/spina-bifida/
5. Rangkuman
a. Tunadaksa dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebab ketunaan yaitu cacat
bawaan, infeksi, gangguan metabolisme, kecelakaan, penyakit yang proresif,
dan sebagian yang tidak diketahui sebabnya.
b. Cerebral Palsy adalah suatu kelainan pada gerak tubuh sebagai akibat dari
adanya kerusakan/kelainan otak atau sistem syaraf yang bersifat menetap
tetapi tidak bersifat progresif,
c. Cerebral Palsy dapat dibedakan berdasarkan letak kelainan di otak dan fungsi
geraknya menjadi tipe spastik, athetoid, rigid, tremor, ataxia, dan campuran
d. Cerebral Palsy dapat dibedakan berdasarkan jumlah anggota badan yang
mengalami kelainan atau luas jaringan otak yang mengalami kerusakan,
meliputi monoplegia, diplegia, paraplegia, triplegia, tetraplegia
e. Cerebral palsy juga dapat dibedakan berdasarkan derajat gangguan fungsi,
yaitu kategori ringan, sedang, dan berat.
f. Tunadaksa diklasifikasikan berdasarkan kelainan sistem otot dan rangka
meliputi: poliomyelitis, muscle dystrophy, dan spina bifida
6. Tugas
Guna memperdalam pemahaman Anda terkait dengan materi di atas, kerjakanlah
tugas sebagai berikut !
Halaman 14 dari 17
a. Buatlah kelompok yang terdiri dari 3-4 orang
b. Lakukan observasi lapangan untuk mendapatkan data terkait dengan profil
peserta didik tunadaksa.
c. Berdasarkan profil peserta didik tunadaksa hasil observasi tersebut, buatlah
tabel untuk mengelompokkan data peserta didik tunadaksa berdasarkan jenis
ketunadaksaannya.
d. Presentasikan dan diskusikan bersama kelompok yang lain
7. Tes Formatif (10 soal objektif)
Berilah tanda Silang (X) pada salah satu huruf A, B, C, D, atau E pada
jawaban yang kamu anggap benar.
1. Kekakuan otot pada seluruh tubuh sehingga anggota gerak tubuh sulit untuk
dibengkokkan disebut….
a. Ataxia
b. Cerebral palsy
c. Kram otot
d. Rigid
e. Athetoid
2. Tindakan berjalan atau bergerak dari satu tempat ke tempat lain tanpa perangkat
seperti tongkat atau kruk disebut…..
a. Berlari
b. Mandiri
c. Ambulasi
d. Merangkak
e. Semua benar
3. Nama lain dari dechenne atau pseudohipertropi adalah….
a. Limb girdle
b. Miotonik atropi
c. Spina bifida
d. Cerebral palsy
e. Muscle dystrophy progresiva
4. Ketunaan yang terjadi pada saat peserta didik masih dalam kandungan
dikarenakan kelainan gen, kromosom, dan sejenisnya disebut….
a. Cacat bawaan
b. Infeksi orang tua
Halaman 15 dari 17
c. Gangguan metabolisme orang tua
d. Cacat saat lahir
e. Cacat yang disebabkan oleh orang lain
5. Ciri-ciri sifat dari dystrophia muscolorum progressive adalah….
a. Ditularkan melalui kontak fisik
b. Ditularkan oleh virus dan didapatkan dari keturunan/bawaan
c. Tidak menular tetapi dapat diturunkan dari orang tua
d. Tidak menular dan tidak dapat diturunkan dari orang tua
e. Semua jawaban salah
6. Kelumpuhan pada kedua anggota tubuh gerak bawah tubuh disebut
a. Monoplegia
b. Triplegia
c. Tetraplegia
d. Diplegia
e. Paraplegia
7. Jenis kelainan yang terjadi pada bagian tulang belakang yang ditandai dengan
1 atau 3 ruas tulang belakang yang terbuka dan tidak tertutup kembali selama
proses perkembangan disebut…
a. Polio
b. Spina bifida
c. Miotonik atropi
d. Bulbospinal
e. Fasio Scapulohumeral
8. Suatu infeksi pada sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh virus polio
yang mengakibatkan kelumpuhan dan pengecilan otot (atropi) anggota gerak
tubuh yang bersifat menetap.
a. Fasio Scapulohumeral
b. Spina bifida
c. Polio
d. Cerebral palsy
e. Muscle dystrophy
9. Kelumpuhan pada keempat anggota gerak tubuh. Dampak kelumpuhan pada
kaki lebih berat daripada pada tangan. Atau dengan kata lain, dampak
kelumpuhan pada tangan lebih ringan daripada kaki disebut…
a. Tetraplegia
Halaman 16 dari 17
b. Diplegia
c. Monoplegia
d. Paraplegia
e. Ataxia
10. Pada usia berapa ciri-ciri MDP (Muscle dystrophy progressiva) terlihat Nampak
jelas…
a. Usia lebih dari 40 tahun
b. Usia lebih dari 30 tahun
c. Usia lebih dari 20 tahun
d. Usia lebih dari 10 tahun
e. Usia kurang dari 10 tahun