3.3. uraian materi 3.3.1. sejarah singkat dan konsepsi...

18
3.3. Uraian Materi 3.3.1. Sejarah Singkat dan Konsepsi dasar Landasan Politik Luar Negeri Indonesia Sejarah politik luar negeri Indonesia banyak mengalami periodesiasi yang di awali pada masa awal kemerdekaan, pada masa Orde Lama, pada masa Orde Baru, dan Pasca Reformasi yang terdiri dari beberapa masa pemerintahan. Penentuan arah dan tujuan politik luar negeri Indonesia sebenarnya telah ditentukan pada awal kemerdekaan yang mengusung politik luar negeri yang tidak berpihak dengan blok-blok tertentu atau gerakan non-blok terhadap dua kekuatan yakni; Uni Soviet dan Amerika Serikat. Gerakan non-blok ini kemudian dijadikan sebagai landasan politik luar negeri Indonesia bebas aktif yang disesuaikan dengan keperluan-keperluan dalam negeri (national interest) yang meliputi bidang keamanan, ekonomi, budaya dan pemulihan kondisi politik nasional (Leifer; 1983). Politik luar dapat dipahami sebagai aplikasi dari kepentingan-kepentingan politik dalam negeri atau kepentingan nasional suatu negara yang akan diperjuangkan dalam konstelasi politik global (Roy: 1991). Dengan bahasa yang lebih luas, politik luar negeri dapat dikonsepsikan sebagai tindakan dan aktivitas negara terhadap lingkungan eksternalnya yang meliputi 4 (empat) komponen yakni orientasi, peranan, tujuan dan tindakan (Holsti dalam Rahman; 2016). Berdasarkan kepentingan nasional tersebut para pengambil kebijakan disebuah negara akan mengambil sikap atau keputusan politik ketika berhubungan negara lain, unit-unit politik internasional, dan dalam dinamika politik internasional. Hal inilah yang menurut Holsti dan Wawan Juanda (1992) bahwa sesungguhnya politik luar negeri memiliki beberapa tujuan; 1. adanya Nilai (value) yang telah ditetapkan para pembuat kebijakan atau keputusan. 2. politik luar negeri pasti membutuhkan skema waktu untuk menetapkan suatu tujuan. Oleh sebab itu politik luar negeri harus memiliki tujuan jangka pendek, tujuan jangka menengah dan jangka panjang. 3. jenis tuntutan tujuan yang dibebankan atas negara lain. Saat ini, politik luar negeri bebas aktif ini tidak lagi mengacu kepada politik ketidak berpihakan terhadap dua kekuatan. Politik luar negeri bebas aktif Indonesia saat ini lebih diarahkan kepada partisipasi aktif negara Indonesia yang di awali dari kepentingan-kepentingan nasional kemudian disesuaikan kepada konstelasi dan dinamika politik internasional yang meliputi isu-isu keamanan, ekonomi, pendidikan, budaya, maupun politik. Meskipun terjadi pergeseran makna politik bebas aktif pada masa lalu dengan masa sekarang, tujuan utama politik luar negeri

Upload: trinhliem

Post on 09-Apr-2019

261 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3.3. Uraian Materi 3.3.1. Sejarah Singkat dan Konsepsi ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/27759/mod_resource... · Sebagai cacatan, gaya kepemimpinan eksplosif presiden

3.3. Uraian Materi

3.3.1. Sejarah Singkat dan Konsepsi dasar Landasan Politik Luar Negeri Indonesia

Sejarah politik luar negeri Indonesia banyak mengalami periodesiasi yang di awali pada

masa awal kemerdekaan, pada masa Orde Lama, pada masa Orde Baru, dan Pasca Reformasi yang

terdiri dari beberapa masa pemerintahan. Penentuan arah dan tujuan politik luar negeri Indonesia

sebenarnya telah ditentukan pada awal kemerdekaan yang mengusung politik luar negeri yang

tidak berpihak dengan blok-blok tertentu atau gerakan non-blok terhadap dua kekuatan yakni; Uni

Soviet dan Amerika Serikat. Gerakan non-blok ini kemudian dijadikan sebagai landasan politik

luar negeri Indonesia bebas aktif yang disesuaikan dengan keperluan-keperluan dalam negeri

(national interest) yang meliputi bidang keamanan, ekonomi, budaya dan pemulihan kondisi

politik nasional (Leifer; 1983).

Politik luar dapat dipahami sebagai aplikasi dari kepentingan-kepentingan politik dalam

negeri atau kepentingan nasional suatu negara yang akan diperjuangkan dalam konstelasi politik

global (Roy: 1991). Dengan bahasa yang lebih luas, politik luar negeri dapat dikonsepsikan sebagai

tindakan dan aktivitas negara terhadap lingkungan eksternalnya yang meliputi 4 (empat)

komponen yakni orientasi, peranan, tujuan dan tindakan (Holsti dalam Rahman; 2016).

Berdasarkan kepentingan nasional tersebut para pengambil kebijakan disebuah negara akan

mengambil sikap atau keputusan politik ketika berhubungan negara lain, unit-unit politik

internasional, dan dalam dinamika politik internasional. Hal inilah yang menurut Holsti dan

Wawan Juanda (1992) bahwa sesungguhnya politik luar negeri memiliki beberapa tujuan;

1. adanya Nilai (value) yang telah ditetapkan para pembuat kebijakan atau keputusan.

2. politik luar negeri pasti membutuhkan skema waktu untuk menetapkan suatu tujuan. Oleh

sebab itu politik luar negeri harus memiliki tujuan jangka pendek, tujuan jangka menengah

dan jangka panjang.

3. jenis tuntutan tujuan yang dibebankan atas negara lain.

Saat ini, politik luar negeri bebas aktif ini tidak lagi mengacu kepada politik ketidak

berpihakan terhadap dua kekuatan. Politik luar negeri bebas aktif Indonesia saat ini lebih diarahkan

kepada partisipasi aktif negara Indonesia yang di awali dari kepentingan-kepentingan nasional

kemudian disesuaikan kepada konstelasi dan dinamika politik internasional yang meliputi isu-isu

keamanan, ekonomi, pendidikan, budaya, maupun politik. Meskipun terjadi pergeseran makna

politik bebas aktif pada masa lalu dengan masa sekarang, tujuan utama politik luar negeri

Page 2: 3.3. Uraian Materi 3.3.1. Sejarah Singkat dan Konsepsi ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/27759/mod_resource... · Sebagai cacatan, gaya kepemimpinan eksplosif presiden

Indonesia tidak meninggalkan esensi yang penting yakni ikut menciptakan kedamaian dan

ketertiban dunia. Adapun Landasan politik luar negeri Indonesia terbagi dalam 3 (tiga) landasan

utama yang terdiri dari;

1. Landasan Idiil.

Landasan idiil ini menjadikan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara sekaligus

menjadi acuan politik luar negeri Indonesia.

2. Landasan Konstitusional.

UUD NRI 1945 merupakan konstitusi negara yang memuat tentang tujuan-tujuan negara,

seperti yang tertuang dalam pembukaan (alinea ke 4).

3. Landasan Operasional

Landasan operasional ini memang bervariasi yang disesuai dengan periode pemerintahan

saat itu, seperti Undang-Undang No 37 tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri,

Undang-Undang No 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, Undang-Undang No

25 tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional, Keputusan Presiden No 108

tahun 2003 tentang Organisasi Perwakilan Negara Indonesia di Luar Negeri Serta

Keputusan Menteri Luar Negeri No SK.06/A/OT/VI/2004/01 tahun 2004 tentang Tata

Kerja Perwakilan Negera Indonesia di Luar Negeri (Kementerian Kelautan dan Perikanan

yang diakses melalui kkp.go.ig). Untuk penjelasan lebih lengkap landasan politik luar

negeri Indonesia dapat dilihat di url http://ropeg.kkp.go.id/asset/source/2017/ujian_dinas

/Perkembangan%20politik%20luar%20negeri%20terutama%20kerjasama%20negara-

negara%20ASEAN.pdf .

3.3.2. Landasan dan Dinamika Politik Luar Negeri Indonesia

Dinamika Politik luar negeri Indonesia bergerak sangat dinamis yang dititik beratkan pada

pemerintahan yang sedang berkuasa pada saat itu, dan ditentukan dengan isu-isu politik

internasional pada saat itu. Konstelasi politik domestik (dalam negeri) Indonesia sangat

mempengaruhi politik luar negeri. Di Indonesia, dinamika politik luar negeri Indonesia dapat

dilihat dari beberapa periode; pada masa awal kemerdekaan, masa orde lama, orde baru dan pasca

reformasi yang telah melahirkan beberapa pemimpin. Berikut ini adalah dinamika politik luar

negeri yang dapat dilihat periode pemerintahan yang berkuasa pada saat itu.

1. Politik Luar Negeri Pada Awal Kemerdekaan

Page 3: 3.3. Uraian Materi 3.3.1. Sejarah Singkat dan Konsepsi ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/27759/mod_resource... · Sebagai cacatan, gaya kepemimpinan eksplosif presiden

Sejarah politik luar negeri Indonesia sangat berkaitan erat dengan terproklamirnya bangsa

Indonesia yang merdeka pada tanggal 17 Agustus tahun 1945. Ketika Negara Republik Indonesia

merdeka, maka Kementerian Luar Negeri merupakan kementerian yang paling pertama dibentuk

pada tanggal 19 Agustus 1945 usai penataan berbagai macam esensi-esensi pemerintahan pada

tanggal 18 Agustus 1945 (Hanzel ; 2015). Dibentuknya Kementerian luar negeri sebagai lembaga

kementerian pertama di Indonesia sangat mudah dipahami sebagai upaya dari bangsa Indonesia

untuk mendapatkan pengakuan dari negara-negara lain. Oleh sebab itu, kementerian luar negeri

memiliki tugas yang sangat penting pada masa awal kemerdekaan dengan tugas melakukan banyak

perundingan dan perjanjian yang dilakukan sebagai upaya memperoleh kemerdekaan yang

mendapat pengakuan luas dari dunia Internasional. Menurut Hanzel (2015) terdapat 8 (delapan)

perundingan besar yang digerakkan oleh kementerian luar negeri Indonesia pada rentang waktu

1945-1949.

1. perundingan Indonesia dengan Belanda Perserikatan Kerajaan yang dilaksanakan pada

tahun 1946.

2. perundingan Hooge Veluwe yang dilaksanakan pada tanggal 14-25 April 1946 di Belanda.

3. perundingan Sjahrir yang dilaksanakan pada tanggal 9-14 Oktober 1946.

4. perjanjian Linggar Jati yang dilasanakan pada tanggal 10-15 November 1946.

5. perjanjian Renville yang dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 1947-17 Januari 1948.

6. perjanjian Roem Royen yang dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 1949.

7. konfrensi Antar-Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 19-22 Juli 1949 dan 30 Juli

1949.

8. konferensi Meja Bundar yang dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus sampai dengan 2

November 1949.

Hatta, Ahmad Subardjo, Agus Salim, Sutan Sjahrir beberapa tokoh yang terlibat aktif

dalam penentuan cikal bakal lahirnya politik luar negeri Indonesia. Keterlibatan mereka dalam

berbagai sidang ataupun dalam bentuk perjanjian mengindikasikan bahwa politik luar negeri

Indonesia beranjak dari kepentingan nasional Indonesia yang ingin mendapatkan pengakuan

secara hukum (de jure) dari negara lain sebagai negara yang Merdeka dan berdaulat.

Tercatat dalam sejarah bahwa Mesir merupakan negara secara de facto mengakui negara

Indonesia pada tanggal 22 Maret tahun 1946, dan mengakui Indonesia secara de jure pada tanggal

10 Juni 1947. Menurut Rahman (2007) pengakuan negara Mesir ini dianggap sebagai landasan

Page 4: 3.3. Uraian Materi 3.3.1. Sejarah Singkat dan Konsepsi ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/27759/mod_resource... · Sebagai cacatan, gaya kepemimpinan eksplosif presiden

utama dari diplomasi Repbulik Indonesia sebagai bagian dari politik luar negeri Indonesia yang

ingin mendapatkan legitimasi kuat dari forum-forum internasional dan mendorong negara-negara

lain, khususnya negara-negara arab yang tergabung dalam liga arab untuk mengakui kemerdekaan

Indonesia. Setelah negara Mesir, pengakuan dari negara lain yang tergabung dalam liga Arab pun

menyusul untuk mengakui kemerdekaan Indonesia seperti negara Iraq, Lebanon, Yaman, Saudi

Arabia dan Afganistan.

2. Politik Luar Negeri pada Masa Orde Lama

Politik luar negeri bebas aktif merupakan ciri khas dari politik luar negeri pada masa Orde

Lama. Hal ini dipertegas dengan pidato Mohammad Hatta yang berjudul Berdayung di Antara

Dua Karang yang mengatakan bahwa sikap politik luar negeri Indonesia tidak memihak kepada

blok manapun baik blok Uni Soviet dan Amerika Serikat (Anwar; 2009). Arah kebijakan politik

luar negeri Indonesia lebih ditujukan untuk memperoleh pengakuan internasional atas proses

dekolonialisasi dan menentang segala bentuk penjajahan di atas dunia (Wuryandari; 2008 dalam

buku kementerian kelautan dan perikanan yang diakses dari kkp.go.id).

Selain dikenal dengan politik luar negeri yang bebas-aktif karakteristik politik luar negeri

pada masa Orde Lama di bawah kepimpinan Soekarno bercorak konfrontatif dan lebih corak high

profile (Bandoro; 1994). Sebagai cacatan, gaya kepemimpinan eksplosif presiden Soekarno, dan

hubungan Soekarno dengan pemimpin komunis dunia seperti pemimpin Uni Soviet, China dan

Kuba ternyata berimbas juga terhadap kebijakan politik luar negeri Indonesia pada saat itu.

Indikasi itu dapat dilihat dari kebijakan konfrontasi Indonesia kepada negara Malaysia yang

dianggap Soekarno sebagai new imperialisme di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, Presiden

Soekarno juga menyelenggarakan even olah raga GANEFO pada tahun 1962 di Jakarta (Games of

New Emerging Force). Meskipun dalam kegiatan olah raga, ternyata penyelenggaraan even ini

sangat bernuansa politis. GANEFO sendiri lahir dari semangat negara-negara yang baru merdeka

yang memang anti terhadap kolonialisasi (penjelasan lebih lengkap yang berkaitan dengan sejarah

politik GANEFO dapat dilihat di url majalah historia dihttp://historia.id/olahraga/articles/ganefo-

olimpiadenya-bangsa-asia-afrika-DWV9M).

Sikap politik luar negeri Soekarno yang bercorak konfrontatif adalah ketika Soekarno

dengan lantang ingin melakukan konfrontasi dengan Malaysia dengan slogan ‘mengganyang

proyek neo-kolonialisme Malaysia’ (Penjelasan lengkap tentang politik soekarno yang menentang

proyek federasi Malaysia dapat dilihat melalui http://historia.id/modern/articles/percikan-awal-

Page 5: 3.3. Uraian Materi 3.3.1. Sejarah Singkat dan Konsepsi ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/27759/mod_resource... · Sebagai cacatan, gaya kepemimpinan eksplosif presiden

sebuah-konfrontasi-v27Ya). Soekarno menolak keras pembentukan wilayah Federasi Malaysia

yang dianggap sebagai proyek kolonialisme baru di kawasan Asia Tenggara.

3. Politik Luar Negeri Pada Masa Orde Baru

Politik luar negeri Indonesia pada masa Orde Baru tetap mengusung kepada politik luar

negeri bebas-aktif. Hanya saja, politik bebas-aktif tidak lagi dimaknai dengan politik keberpihakan

terhadap suatu kekuatan dunia melain berpartisipasi aktif terhadap dinamika politik internasional

yang berkontribusi besar terhadap kepentingan nasional Indonesia.

Pada masa kepemimpinan Soeharto, Politik Luar Negeri Indonesia lebih difokuskan

kepada pembangunan Ekonomi dalam negeri. Kerjasama-kerjasama dengan negara-negara barat.

Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto lebih memfokuskan kepada pencarian sumber

bantuan, oleh sebab itu politik luar negeri Indonesia dapat dikatakan sebagai low politics, suatu

politik luar negeri yang berorientasi pada pembangunan dan kesejahteraan rakyat (Bandoro ;1994).

Dengan bahasa lain, Wuryandari (2008 dalam buku Kementerian Kelautan dan Perikanan yang

diakses melalui kkp.go.ig) politik luar negeri pada masa orde baru juga dikenal dengan kebijakan

Polugri yaitu membangun hubungan ekonomi dengan negara-negara barat dan good

neighbourhood policy melalui Association South East Asia Nation. Imbas dari kebijakan ini adalah

mengalirnya sumber-sumber keuangan dari pihak luar negeri untuk pembangunan ekonomi dalam

negeri. Oleh sebab itu presiden Soeharto disebut dengan bapak pembangunan.

Konsekuensi logis perubahan politik luar negeri Indonesia pada masa Orde Lama ke Orde

Baru adalah perubahan style diplomasi. Diplomasi Pembangunan merupakan istilah yang dipakai

untuk menunjukkan sifat low policy dari politik luar negeri Indonesia (Bandoro; 1994). Bandoro

juga menambahkan bahwa prioritas utama “diplomasi pembangunan” adalah mendapatkan

pengikatan diri dari Amerika Serikat, Jepang dan mitra perdagangan untuk memulihkan

perekonomian Indonesia (Bandoro; 1994).

Di Kawasan Asia Tenggara, sosok presiden Soeharto begitu disegani dengan

keberhasilannya membangun ekonomi Indonesia. Replita pembangunan Seoharto dianggap begitu

berhasil untuk memajukan ekonomi Indonesia pada sehingga kebjikan politik luar negeri Seoharto

yang sangat akomodatif dalam menanggapi politik internasional membuat politik luar negeri

Indonesia cukup berhasil meyakinkan bahwa bangsa Indonesia merupakan salah satu negara

berkembang yang patut diperhitungkan. Hal inilah yang disebutkan Shambazy (dalam Kompas;

02/01/2010) bahwa politik luar negeri pak Seoharto berhasil menjaga kesinambungan

Page 6: 3.3. Uraian Materi 3.3.1. Sejarah Singkat dan Konsepsi ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/27759/mod_resource... · Sebagai cacatan, gaya kepemimpinan eksplosif presiden

kepemimpinan di Asia Tengga dengan melanjutkan gagasan Bung Karno mengenai kerjasama

regional melalui pembetukan ASEAN lewat deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Mei 1967.

Sayangnya sifat Soeharto yang sangat akomodatif dalam kancah politik internasional tidak

berbanding lurus dengan sifatnya ke dalam negeri. Soeharto justru lebih melakukan tindakan

refresif terhadap tindakan-tindakan yang dapat mengganggu kestabilan ekonomi.

4. Politik Luar Negeri Indonesia pada masa Reformasi (B.J. Habibie)

B. J Habibie merupakan presiden yang menggantikan presiden Soeharto yang

mengundurkan diri pada tahun 1998. Periode singkat B. J Habibie ternyata memberikan kontribusi

besar terhadap pelatakan pembangunan demokrasi sebagai isu utama dalam politik internasional.

Keterpurukan ekonomi dan belum stabilnya politik dalam negeri pasca lengsernya presiden

Soeharto merupakan tanggung jawab besar yang harus diemban oleh B.J. Habibie. Dapat dikatakan

bahwa kebijakan politik luar negeri yang dibangun oleh B.J Habibie melaui Soft Diplomacy untuk

memulihkan kepercayaan dunia luar terhadap negara Indonesia mengingat keterpurukan ekonomi

Indonesia cukup berimbas kepada seluruh lini kehidupan negara. Lepasnya Timor Leste dari

Indonesia, dan Lepasnya Sipadan dan Ligitan menjadi menjadi indikasi bagaimana dinamika

politik dalam negeri belum benar-benar di bawah titik nadir.

Sosok B.J Habibie yang dikenal sebagai teknokrat dibidang dirgantara memudahkan beliau

untuk melaksanakan soft diplomacy untuk kembali mendapatkan simpati dan dukungan dari

negara-negara maju untuk memperbaiki ekonomi Indonesia yang terpuruk dan membangun

pondasi demokrasi Indonesia. Selain memperbaiki keadaan ekonomi yang terpuruk, politik luar

negeri yang dikembangkan oleh B.J Habibie juga mengarah kepada kebijakan luar negeri yang

sifat nya kearah pembangunan teknologi untuk percepatan pembangunan infra struktur yang dapat

mempercepat pembangunan ekonomi.

5. Politik Luar Negeri Indonesia pada masa Reformasi (Abdurrahman Wahid)

Abdurrahman Wahid atau yang dikenal dengan Gusdur merupakan presiden keempat

Indonesia yang berhasil dipilih melalui MPR. Menurut Wuryundari (2008 dalam buku Materi

Perkembangan Politik Luar negeri Indonesia oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan yang

diakses melalui kkp.go.ig) politik luar negeri yang dibangun oleh Abdurrahman Wahid sangat

mirip dengan presiden Soekarno yang mengedapan pencitraan kepada dunia Internasional untuk

mendapatkan simpati dan kepercayaan dari dunia internasional.

Page 7: 3.3. Uraian Materi 3.3.1. Sejarah Singkat dan Konsepsi ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/27759/mod_resource... · Sebagai cacatan, gaya kepemimpinan eksplosif presiden

Sosok Abdurrahman Wahid sebagai penganut agama Islam yang taat sekaligus berjiwa

demokrat ingin memadukan hubungan Indonesia dengan negara-negara timur tengah lebih dekat

yang sekaligus juga ingin menjalin komunikasi dengan hubungan dengan negara demokrasi Barat.

Presiden Abdurrahman Wahid lah presiden Indonesia yang pertama mampu menghabiskan 23 dari

40 hari pertamanya untuk “tur keliling dunia” (Kompas; 02/01/2010). Diplomasi luar negeri yang

terkenal pada masa Abdurrahman Wahid dikenal dengan “diplomasi persatuan” yang bertujuan

untuk memperoleh dukungan Internasional terhadap wilayah kedaulatan Indonesia yang telah

mengalami gejolak disintegrasi (dalam buku Materi Perkembangan Politik Luar negeri Indonesia

oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan yang diakses melalui kkp.go.ig).

Isu-isu dalam negeri yang berkaitan tentang pembangunan demokrasi seperti, kontrol sipil

terhadap militer, pencabutan UU yang mendiskriminasikan etnis tertentu, dan isu-isu pengekan

HAM (Hak Asasi Manusia) semata-mata dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan dunia

internasional terhadap Indonesia. Bahkan, untuk mendapatkan simpati lebih dari negara luar,

Abdurrahman Wahid pun pernah mewacakan untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel

yang mendapatkan begitu banyak pertentangan dalam negeri.

Sayangnya dalam masa kepemimpinan Abdurrahman Wahid politik luar negeri Indonesia

tidak terlalu fokus untuk menentukan arah kebijakan luar negeri. Maklum saja, dinamika politik

dalam pada masa Abdurrahman Wahid banyak terjadi pergolakan, seperti kabinet pemerintahan

yang sering berganti, penghapusan beberapa lembaga negara (penghapusan departemen sosial dan

departemen penerangan, dan seringnya Abdurrahman Wahid berkunjung ke luar negeri.

6. Politik Luar Negeri Indonesia pada masa Reformasi (Megawati Soekarno Putri)

Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarno Putri atau yang dikenal dengan Megawati

Soekarno Putri resmi menjadi presiden perempuan pertama di Indonesia sekaligus menjadi

presiden ke 5 (Lima) di Indonesia. Megawati diangkat menjadi presiden melalui sidang istimewa

MPR pada tanggal 21 Juli yang kemudian dilantik pada tanggal 23 Juli tahun 2001. Secara singkat,

Megawati Seokarno Putri diangkat menjadi presiden tatkala hubungan yang kurang harmonis

antara Abdurrahman Wahid dengan poros tengah di DPR. DPR kemudian mengeluarkan

memorandum I dan II untuk menjatuhkan Abdurrahman Wahid dari kursi presiden.

Selain perbaikan dalam bidang ekonomi, isu-isu keamanan seperti terorisme, dan

serangkaian bom di tanah air menjadi perhatian serius presiden Megawati. Untuk menjalan politik

luar negeri, Megawati Soekarno mempercayakan sepenuhnya kepada kementerian luar negeri serta

Page 8: 3.3. Uraian Materi 3.3.1. Sejarah Singkat dan Konsepsi ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/27759/mod_resource... · Sebagai cacatan, gaya kepemimpinan eksplosif presiden

mengangkat diplomat-diplomat karir untuk menjalankan diplomasi Indonesia (Wuryundari; 2008

dalam Kementerian Kelautan dan Perikanan yang diakses melalui www.kkp.go.id). Wuryundari

juga menambahkan bahwa corak khas diplomasi yang dibangun oleh Megawati cenderung kepada

diplomasi konservatif ditengah politik dalam negeri yang sedang berbenah dan konstelasi politik

internasional yang cepat berubah.

Kabinet gotong royong adalah ciri khas dari pemerintahan Megawati. Fokus utama politik

luar negeri pada masa Megawati Soekarno putri menurut Hamidah (2009) dapat dilihat dari pidato

kenegaraan yang disampaikan Megawati pada tanggal 16 Agusutus 2001 yang mengatakan bahwa

fokus utama politik luar negeri Indonesia menekankan kepada “perbaikan imej bangsa dan negara”

serta mengembalikan kepercayaan pihak luar, maka unsur stabilas keamanan di bawah

pengawasan pemerintah harus memegang 3 (tiga) kata kunci penting yakni; keamanan,

pemerintah, dan masyarakat itu sendiri. Jika dilihat dalam aspek politik internasional, kebijakan

politik luar negeri yang diambil oleh Megawati Soekarno Putri sangat tepat, mengingat pada masa

pemerintahan Megawati teror bom marak terjadi.

7. Politik Luar Negeri Indonesia pada masa Reformasi (Susilo Bambang Yudhoyono)

Susilo Bambang Yudhoyono adalah presiden Indonesia yang lahir dari sistem pemilihan

presiden dan wakil presiden yang dilakukan secara langsung. Oleh sebab itu, keberhasilan bangsa

Indonesia dalam penyelenggaraan demokrasi dengan damai pada tahun 2004 mendapat sambutan

positif dimata Intenasional.

Politik luar negeri Indonesia pada masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono

dijalankan dengan menggunakan prinsip pembangunan humanis/komunitas regional yang lebih

komprehensif terutama pada ASEAN (dalam buku Kementerian Kelautan dan Perikanan yang

diakses melalui kkp.go.id). Selain itu, politik luar negeri yang di bawah kepemimpinan Susilo

Bambang Yudhoyono difokuskan pada pada lingkaran konsentris II yaitu kemitraan strategis

dengan negara-negara tetangga di Selatan seperti negara Australia, Timor Leste, dan Selandia Baru

dan negara dunia ketiga melalui beberapa even-even besar seperti konfrensi dengan kepala negara

Asia dan Afrika serta memperbaiki hubungan lebih erat dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa

(Inyati; 2016).

Corak diplomasi dari politik luar negeri Indonesia pada masa Susilo Bambang Yudhonyo

cenderung high-profile yang juga mengusung Soft-diplomacy. Tindakan-tindakan preventif dan

persuasif lebih dikedepankan dalam berkomunikasi dengan negara-negara lain yang dianggap

Page 9: 3.3. Uraian Materi 3.3.1. Sejarah Singkat dan Konsepsi ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/27759/mod_resource... · Sebagai cacatan, gaya kepemimpinan eksplosif presiden

lebih menguntungkan kepentingan nasional dari pada hard-diplomacy, seperti tindakan

konfrontasi dengan Malaysia diganti dengan kemitraan strategis dari Indonesia, sehingga politik

luar negeri Indonesia pada masa Susilo Bambang Yudhoyono lebih bersifat netral dan humanis

terhadap negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, dan hal inilah yang disebutkan

Susilo Bambang Yudhoyono sebaga “Thaousand Friends, Zero Enemy” (dalam buku Materi

Perkembangan Politik Luar negeri Indonesia oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan yang

diakses melalui kkp.go.ig). Oleh sebab itu, dampak perubahan politik luar negeri yang dilakukan

Susilo Bambang Yudhoyono bahwa Bangsa Indonesia telah muncul sebagai negara yang memiliki

global responsibilities dan global interest dimana tidak ada satupun isu global yang luput dari

perhatian politik luar negeri Indonesia (Situmorang; 2014).

8. Politik Luar Negeri Indonesia pada masa Reformasi (Joko Widodo)

Politik luar negeri pada masa kepemimpinan Jokowi Widodo tetap menggunakan politik

luar negeri bebas aktif. Kemenlu telah mengeluarkan Rentra 2015-2019 dalam capaian untuk lima

tahun ke depan, dimana politik luar negeri Indonesia akan difokuskan pada beberapa hal yang di

antaranya adalah; mengedepankan identitas sebagai negara kepulauan dalam pelaksanaan

diplomasi dan membangun kerja sama internasional, menguatkan diplomasi middle power yang

menempatkan Indonesia sebagai kekuatan regional dengan keterlibatan global secara selektif dan

memperluas keterlibatan regional di kawasan Indo Pasifik (Renstra Kemenlu 2015-2019).

Jika pada masa pemerintahan sebelumnya Indonesia dikenal dengan high-profile maka

presiden Joko Widodo cenderung kepada low profile yang lebih mengedepankan perbaikan-

perbaikan dalam negeri. Oleh sebab itu, presiden Joko Widodo kerap melakukan blusukan ke

berbagai daerah di Indonesia untuk melihat dan mendengarkan masalah-masalah apa yang

dihadapi pada tiap-tiap daerah. Pembangunan infrastruktur besar-besaran diberbagai daerah, dan

mengeluarkan berbagai paket kebijakan ekonomi dan membangun Indonesia sebagai poros

maritim yang kompetitif ditujukan untuk pembangunan Indonesia yang lebih baik yang dapat

memainkan peran dalam konstelasi politik internasional. Adapun landasan rumusan politik luar

negeri Indonesia pada masa Joko Widodo didasarkan pada Ideologi Pancasila dan Tri Sakti yakni,

Berdaulat dalam Bidang Politik, Berdikari dalam Bidang Ekonomi, dan Berkepribadian dalam

Kebudayaan (buku Materi Perkembangan Politik Luar negeri Indonesia oleh Kementerian

Kelautan dan Perikanan yang diakses melalui

Page 10: 3.3. Uraian Materi 3.3.1. Sejarah Singkat dan Konsepsi ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/27759/mod_resource... · Sebagai cacatan, gaya kepemimpinan eksplosif presiden

http://ropeg.kkp.go.id/asset/source/2017/ujian_dinas/Perkembangan%20politik%20luar%20neg

eri%20terutama%20kerjasama%20negara-negara%20ASEAN. pdf).

Landasan dari rumusan tersebut kemudian diterjamahkan dalam tujuan politik luar negeri

Indonesia dalam kabinet kerja Joko Widodo yang meliputi (Prioritas Politik Luar Negeri Dalam

Kabinet Kinerja; 2016);

a. menjaga kedaulatan indonesia

b. meningkatkan perlindungan Warga Negara dan Badan Hukum Indonesia

c. meningkatkan diplomasi ekonomi

d. peningkatan peran aktif Republik Indonesia dalam forum regional dan multilateral

e. menegaskan Indonesia sebagai poros maritim dunia, sebagai kekuatan yang berada

diantara dua samudera: samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Khusus pada bagian poros maritim, presiden Joko Widodo memang sangat

memprioritaskan pada diplomasi maritim yang berguna untuk mempercepat penyelesaian

perbatasan dengan 10 negara tetangg, yang juga termasuk perbatasan darat (untuk lebih lengkap

berkaitan tentang diplomasi maritim dapat dilihat di url

https://www.kemlu.go.id/AKIP/Laporan%20Kinerja%20Kemenlu%202016.pdf dan juga dapat

dilihat di url https://www.kemlu.go.id/AKIP/Rencana%20Strategis %20Kemlu%202015-

2019.pdf). Bagi Indonesia hal ini sangat penting untuk menjaga keamanan dan integritas wilayah

Indonesia (Renstra Kemenlu; 2015). Selain ciri khas negara. Negara Indonesia memang dikenal

sebagai maritim yang sebagian teritorial wilayahnya adalah laut. Oleh sebab itu, presiden Joko

Widodo dengan kabinet kerjanya ingin memfokuskan untuk membangun ekonomi kelautan secara

maksimal dengan mengoptimalkan sumber-sumber kekayaan laut secara berkelanjutan serta

membangun konektivitas dan pertahan maritim.

Sikap politik presiden Joko Widodo untuk menanggapi isu-isu yang berkembang dalam

konstelasi politik internasional dapat dikatakan cukup berani. Indikasi itu dapat dilihat dari

beberapa hal seperti, pidato pembukaan konfrensi Asia-Afrika pada tahun 2015 dimana prisiden

Joko Widodo menyentil negara-negara maju dan mengkritisi lembaga-lembaga Internasional

seperti PBB, dan lembaga keuangan dunia yakni World Bank, IMF yang dianggapnya tidak akan

mampu menyelesaikan apa-apa. Sikap yang ditunjukkan oleh presiden Joko Widodo tersebut

ternyata mendapatkan simpati yang luar biasa bagi negara-negara Asia-Afrika. Selain itu, presiden

Page 11: 3.3. Uraian Materi 3.3.1. Sejarah Singkat dan Konsepsi ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/27759/mod_resource... · Sebagai cacatan, gaya kepemimpinan eksplosif presiden

Joko Widodo juga secara terbuka untuk mendukung kemerdekaan Palestina dan serta mengecam

agresi militer yang dilakukan oleh Israel.

Selain sikap politik yang berani, presiden Joko Widodo juga memiliki sikap humanis yang

ditunjukkannya ketika menanggapi isu-isu kemanusiaan, seperti kerusuhan yang terjadi di

Myanmar dimana presiden langsung menginstruksikan menteri luar negeri Retno Marsudi untuk

memberikan bantuan kepada muslim Rohingya dan menyerukan perdamaian untuk mengatasi

konflik yang terjadi di negara Myanmar.

3.3.3. Arah Politik Luar Negeri Indonesia

Dinamika politik internasional yang cepat berubah dan polarisasi kekuatan ekonomi,

militer, teknologi, yang tidak lagi didominasi oleh negara-negara barat memberikan dampak baik

secara langsung maupun tidak langsung terhadap arah politik luar negeri Indonesia. Munculnya

negara China, Jepang, India, sebagai kekuatan baru pada abad 21 juga berdampak munculnya

tatanan politik inernasional yang baru. Derasnya arus globalisasi menyebabkan begitu banyak

perubahan-perubahan dengan peningkatan saling keterkaitan dan ketergantungan diseluruh dunia

melalui melalui peningkatan perdagangan, investasi, dan berbagai interaksi lainnya (Sudjono

dalam Wuryundari; 2016).

Seperti yang telah disinggung pada bagian sebelumnya, bahwa arah politik luar negeri

Indonesia sangat ditentukan oleh kepentingan nasional dalam negeri dan juga ditentukan siapa

pemimipin yang sedang berkuasa. Oleh sebab itu, pada bagian ini, penentuan arah politik luar

negeri Indonesia dilihat dari pemimpin yang berkuasa saat ini, yakni presiden Jokowi Widodo.

Selain kepentingan nasional yang dijadikan patokan untuk penentuan arah politik luar negeri

Indoneisa, ada 4 (empat) komponen acuan yang kerap menjadi arah penentuan politik luar negeri

setelah era reformasi (Wuryundari; 2016).

a. politik luar negeri Indonesia diarahkan untuk memperbaiki citra bangsa Indonesia

dikancah internasional

b. politik luar negeri Indonesia untuk membantu program stabilitas ekonomi, terutama

untuk menarik investasi dari luar negeri dan mendapatkan pasar peluang ekspor produk

Indonesia

c. politik luar negeri Indonesia ditujukan untuk mencegah meluasnya internasionalisasi

masalah politik domestik Indonesia yang berkaitan dengan ancaman sparatisme,

seperti konflik Papua.

Page 12: 3.3. Uraian Materi 3.3.1. Sejarah Singkat dan Konsepsi ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/27759/mod_resource... · Sebagai cacatan, gaya kepemimpinan eksplosif presiden

d. politik luar negeri Indonesia diarahkan untuk mendorong terciptanya keamanan dan

stabilitas regional serta terpeliharanya perdamaian dunia.

Untuk Indonesia sendiri, arah politik luar negeri Indonesia telah ditetapkan dengan politik

luar negeri bebas-aktif yang meskipun pada prakteknya dapat disesuaikan dengan konstelasi

tatanan politik global yang sedang berkembang. Menurut Wuryundari (2016) Politik luar negeri

Indonesia dimasa mendatang diwarnai dengan berbagai perkembangan tantangan baru, bukan saja

karena dunia terglobalisasi dan terliberalisasi, namun Indonesia dihadapkan dengan perkembangan

ekonomi politik internasional dan isu-isu yang berkembang seperti terorisme dan isu-isu nuklir.

Oleh sebab itu, Indonesia harus segera berbenah untuk menghadapi arus perubahan yang begitu

cepat dan salah satu sarana yang tepat untuk melakukan hal itu adalah dengan penentuan prioritas

politik luar negeri yang jelas dan kongkrit karena politik luar negeri tersebut merupakan bagian

dari kebijakan nasional. Menurut Dewi Fortuna Anwar bahwa arah politik luar negeri Indonesia

saat ini harusnya memusatkan pada target-target yang penting dan diharapkan memenuhi

kepentingan rakyat.

Arah politik luat negeri Indonesia harus diselaraskan dengan kepentingan-kepentingan

nasional yang berkontribusi terhadap kedaulatan politik, kedaulatan ekonomi, dan kedaulatan

wilayah NKRI. Melihat konstelasi tatanan politik internasional yang cepat berubah maka arah

kebijakan politik luar negeri Indonesia harus selaras dengan arah kebijakan dan strategi nasional.

Saat ini Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke tiga (2015-2019),

disusun sebagai penjabaran dari Visi Misi, Program Aksi Presiden/Wakil Presiden Jokowi dan

Jusuf Kalla serta berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)

2005-2025 (Renstra Kemenlu; 2015). Dengan memperhatikan Tantangan pembangunan yang

dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka visi pembangunan nasional untuk tahun

2015-2019 adalah; “TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN

BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG” (Renstra Kemenlu; 2015).

Upaya untuk mewujudkan visi tersebut adalah melalui 7 Misi Pembangunan yang telah

tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke tiga (2015-2019)

yaitu: a. mewujudkan keamnan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang

kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritime dan mencerminlan

kepribadian Indonesia sebagai kepualauan; b. mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan,

dan demokratis berlandaskan negara hukum; c. mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan

Page 13: 3.3. Uraian Materi 3.3.1. Sejarah Singkat dan Konsepsi ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/27759/mod_resource... · Sebagai cacatan, gaya kepemimpinan eksplosif presiden

memperkuat jati diri sebagai negara maritim; d. mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia

yang tinggi, maju, dan sejahtera; e. mewujudkan bangsa yang berdaya saing; f. mewujudkan

Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan

nasional; g. mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Merujuk dari Renstra yang dituliskan Kemenlu tahun 2015 sasaran utama yang ingin

dicapai adalah Indonesia secara konsisten dapat melaksanakan kebijakan politik luar negeri yang

bebas dan aktif dan jati dirinya sebagai negara maritim untuk mewujudkan tatanan dunia yang

semakin baik, dan memperjuangkan kepentingan nasionalnya dalam rangka mencapai tujuan

nasional Indonesia yang diukur dari target sasaran sebagai berikut;

a. karakter kebijakan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif yang dilandasi

kepentingan nasional dan jati diri sebagai negara maritim.

b. menguatnya diplomasi maritim untuk mempercepat penyelesaian perbatasan Indonesia

dengan 10 negara tetangga, menjamin integritas wilayah NKRI, kedaulatan maritime

dankeamanan/kesejahteraan pulau-pulau terdepan, dan mengamankan sumber daya

alam dan ZEE.

c. meningkatnya peran dan kontribusi Indonesia dalam mendorong penyelesaian sengketa

teritorial di kawasan.

1.3.4. Peran Indonesia dalam Mewujudkan Perdamaian Dunia

Seperti yang telah termaktub dalam pembukaan UUD NRI 1945 aline ke 4 bahwa

”kewajiban bangsa Indonesia tidak hanya melindungi segenap tumpah darah Indonesia semata,

melainkan juga ikut berpartisipasi melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Amanah UUD NRI 1994 ini tampaknya seleras dengan

politik luar negeri Indonesia bebas aktif yang dijalankan dengan menggunakan pendekatan all-

direction foreign policy atau politik luar negeri ke segala arah dan sangat mengedepankan

semangat a million friends, zero enemy (Effendi; 2017). Pendekatan inilah yang digunakan

Indonesia untuk berkontribusi bagi ketertiban dunia, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Politik luar negeri Indonesia secara konsisten untuk menciptakan perdamaian dunia. Di

tengah arus perubahan politik global yang cepat, Indonesia dituntut berperan aktif untuk

menciptakan pedamaian dunia serta mencegah timbulnya konflik yang dapat merugikan banyak

pihak. Optimalisasi diplomasi dalam menjalankan politik luar negeri menjadi kewajiban yang

harus diperankan oleh Indonesia, karena peran dan kepemimpinan Indonesia dirasakan semakin

Page 14: 3.3. Uraian Materi 3.3.1. Sejarah Singkat dan Konsepsi ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/27759/mod_resource... · Sebagai cacatan, gaya kepemimpinan eksplosif presiden

penting dalam berbagai macam kerjasama, baik dalam kawasan Regional maupuan kawasan

Global yang bertujuan untuk memberikan ruang bagi berjalan dan efektifnya proses pembangunan

di Indonesia demi kesejahteraan rakyat Indonesia (Renstra Kemenlu; 2015).

Kontribusi Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia telah banyak dilakukan. Hal

itu dapat dilihat dari keterlibatan Indonesia untuk mengirimkan personil Peacekeeping Operations

(PKO) yang menempatkan bangsa Indonesia sebagai peringkat ke 12 terbesar dari 125 negera yang

mengirimkan 2.840 personil untuk menjaga perdamaian di bawah kordinasi PBB (buku II Laporan

Kinerja Kementerian Luar Negeri; 2015). Sampai saat ini, keterlibatan personil Peacekeeping

Operations untuk menciptakan perdamaian berada di 9 (Sembilan) misi perdamaian di 6 (enam)

negara yakni (Renstra Kemenlu; 2015). Untuk melihat keterlibatan Indonesia dalam peacekeeping

operations silahkan klik url yang tertera di bawah ini.

https://www.kemlu.go.id/AKIP/Rencana%20Strategis% 20Kemlu%202015-2019.pdf.

Upaya bangsa Indonesia untuk terlibat aktif dalam menciptakan perdamaian dunia semakin

kuat ketika presiden Joko Widodo menginstruksikan melalui Kemenlu agar pemerintah Indonesia

terus meningkatkan partisipasi dalam UN PKO sebagai net contributor dari perdamaian dunia

dengan mewujudkan 4000 Indonesia Peacekeepers pada tahun 2019 (Renstra Kemenlu; 2015).

Selain terlibat mengirimkan pasukan perdamaian, keterlibatan Indonesia untuk berperan

aktif dalam menjaga perdamaian adalah berperan aktif dalam kerjasama di forum regional

termasuk ASEAN dimana Indonesia sebagai pelopor forum Asean Community dengan sub-

ordinasi yakni Asean Security Community, Asean Economic Community dan Asean Socio-Cultural

Community, kemudian Indonesia juga terlibat dalam APEC, FEALAC, ASIA COOPERATION

DIALOGUE (ACD), Asia Middle-East Dialogue (AMED), New Asian-African Strategic

Partnership (NASSP), Southwest Pacific Dialogue (SwPD) dan Indian Ocean Rim Association

(IORA) Untuk melihat keterlibatan Indonesia dalam kegiatan forum ASEAN silahkan klik url

yang tertera di bawah ini.

https://www.kemlu.go.id/AKIP/Rencana%20Strategis%20Kemlu%202015-2019.

Peran Indonesia untuk mencipatakan perdamaian dunia yang lain adalah keterlibatan

Indonesia secara konsiten dalam upaya membangun Palestina melalui UNESCO, UNWRA

(United Nations Relief and Works Agency, dan OIC (Organization of The Islamic Cooperation).

Selain Palestina, Indonesia juga terlibat untuk mencipatakan perdamaian di Suriah melalui

perundingan perdamaian yang dihadiri oleh Indonesia di Montreaux Swiss pada tahun 2014.

Page 15: 3.3. Uraian Materi 3.3.1. Sejarah Singkat dan Konsepsi ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/27759/mod_resource... · Sebagai cacatan, gaya kepemimpinan eksplosif presiden

Bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim dianggap memiliki peran penting upaya perdamaian di

Suriah. Tak hanya itu, pada tahun 2016 Indonesia kembali menyerukan perdamaian atas konflik

yang terjadi di Aleppo Suriah dengan mendorong Dewan Keamanan PBB dapat mengambil

langkah secara jelas dan kongkrit terhadap tercapainya gencatan senajat dan penghentian

kekerasan.

Indonesia juga telibat aktif untuk menciptakan perdamaian di Afganistan, dimana hal itu

dapat dilihat dari kunjungan presiden Joko Widodo untuk bertemu secara langsung presiden

Mamnoon Hussein di Afganistan pada tahun 2018. Inti pertemuan tersebut, presiden Joko Widodo

mengusulkan bahwa untuk menyelesaikan konflik di Afganistan harus diselesaikan dengan

menggunakan komite ulama tripartit (Afganistan, Pakistan, dan Indonesia) (Republika/1/03/2018).

Di wilayah Asia Pasifik, Indonesia yang dianggap sebagai negara yang netral juga terlibat

untuk menyelesaikan konflik di Laut Tiongkok Selatan yang melibatkan yakni Filipina, Vietnam,

Malaysia, serta Taiwan yang mengancam stabilitas kemanan di kawasan Asia Pasifik. Di Wilayah

Asia Tenggara, Indonesia juga terlibat untuk menjaga perdamaian atas konflik etnis Muslim

Rohingya di Rakhine State Myanmar dengan menggunakan Diplomasi Kemanusiaan. Selain

bertemu dengan pemimpin Myanmar, Indonesia salah satu negara yang cepat memberikan bantuan

terhadap etnis Rohingya yang menderita akibat konflik tersebut.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa politik luar negeri Indonesia memiliki

komitmen yang tinggi untuk menciptakan perdamaian baik di kawasan regional maupun di

kawasan global. Semangat untuk menciptakan perdamaian ini selaras dengan tujuan hidup

berbangsa dan bernegara sebagaimana telah tertuang dalam pembukaan UUD NRI 1945.

Rangkuman

1. Sejarah lahirnya politik luar negeri Indonesia sangat berkaitan erat dengan kemerdekaan

bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus tahun 1945. Hal ini itu dilihat dari berdirinya

Kementerian Luar Negeri pada tanggal 19 Agustus 1945 yang diberikan amanah untuk

mengemban misi politik luar negeri yang akan mengakomodasi kepentingan nasional

untuk mendapat pengakuan kemerdekaan Indonesia. Landansan dari tujuan politik luar

negeri Indonesia di awal kemerdekaan adalah politik luar negeri yang tidak berpihak

dengan blok-blok tertentu atau non-blok terhadap dua kekuatan yakni Uni Soviet dan

Amerika Serikat.

Page 16: 3.3. Uraian Materi 3.3.1. Sejarah Singkat dan Konsepsi ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/27759/mod_resource... · Sebagai cacatan, gaya kepemimpinan eksplosif presiden

2. Mesir merupakan negara secara de facto mengakui negara Indonesia pada tanggal 22 Maret

tahun 1946, dan mengakui Indonesia secara de jure pada tanggal 10 Juni 1947. Setelah

negara Mesir, pengakuan dari negara lain yang tergabung dalam liga Arab pun menyusul

untuk mengakui kemerdekaan Indonesia seperti negara Iraq, Lebanon, Yaman, Saudi

Arabia dan Afganistan

3. Secara umum politik luar negeri dapat dikatakan sebagai pengejewantahan dari

kepentingan-kepentingan nasional suatu negara terhadap negara lain yang akan

diperjuangkan dalam tatanan politik global. Pelaksanaan kebijakan politik luar negeri

dilakukan dengan rangkaian kegiatan diplomasi. Oleh karena itu politik luar negeri

memiliki beberapa tujuan yakni: 1) adanya Nilai (value) yang telah ditetapkan para

pembuat kebijakan atau keputusan; 2) politik luar negeri pasti membutuhkan skema waktu

untuk menetapkan suatu tujuan; 3) jenis tuntutan tujuan yang dibebankan atas negara lain.

4. Landasan politik luar negeri Indonesia terbagi dalam 3 (tiga) landasan utama: 1) landasan

Idiil; landasan Konstitusional; landasan Operasional.

5. Pada masa Orde Lama. Politik luar negeri bebas aktif merupakan ciri khas dari politik luar

negeri pada masa Orde Lama. Arah kebijakan politik luar negeri Indonesia lebih ditujukan

untuk memperoleh pengakuan internasional atas proses dekolonialisasi dan menentang

segala bentuk penjajahan di atas dunia. Selain dikenal dengan politik luar negeri yang

bebas-aktif karakteristik politik luar negeri pada masa Orde Lama di bawah kepimpinan

Soekarno bercorak konfrontatif dan lebih corak high profile.

6. Pada masa Orde Baru Politik luar negeri Indonesia pada masa Orde Baru tetap mengusung

kepada politik luar negeri bebas-aktif. Hanya saja, politik bebas-aktif tidak lagi dimaknai

dengan politik keberpihakan terhadap suatu kekuatan dunia melain berpartisipasi aktif

terhadap dinamika politik internasional yang berkontribusi besar terhadap kepentingan

nasional Indonesia. Pada masa kepemimpinan Soeharto, Politik Luar Negeri Indonesia

lebih difokuskan kepada pembangunan Ekonomi dalam negeri. Kerjasama-kerjasama

dengan negara-negara barat. Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto lebih

memfokuskan kepada pencarian sumber bantuan, oleh sebab itu politik luar negeri

Indonesia dapat dikatakan sebagai low politics, suatu politik luar negeri yang berorientasi

pada pembangunan dan kesejahteraan rakyat

Page 17: 3.3. Uraian Materi 3.3.1. Sejarah Singkat dan Konsepsi ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/27759/mod_resource... · Sebagai cacatan, gaya kepemimpinan eksplosif presiden

7. Pada masa Reformasi politik luar negeri Indonesia terbagi ke dalam beberapa

pemerintahan. Kebijakan politik luar negeri yang dibangun oleh B.J Habibie melalui Soft

Diplomacy untuk memulihkan kepercayaan dunia luar terhadap negara Indonesia

mengingat keterpurukan ekonomi Indonesia cukup berimbas kepada seluruh lini kehidupan

negara. Pada masa Abdurrahman Wahid dikenal dengan “diplomasi persatuan” yang

bertujuan untuk memperoleh dukungan Internasional terhadap wilayah kedaulatan

Indonesia yang telah mengalami gejolak disintegrasi.

8. Pada masa Megawati Soekarno fokus utama politik luar negeri menekankan kepada

“perbaikan imej bangsa dan negara” serta mengembalikan kepercayaan pihak luar, maka

unsur stabilas keamanan di bawah pengawasan pemerintah harus memegang 3 (tiga) kata

kunci penting yakni, keamanan, pemerintah, dan masyarakat itu sendiri.

9. Pada masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono politik luar negeri dijalankan

dengan menggunakan prinsip pembangunan humanis/komunitas regional yang lebih

komprehensif terutama pada ASEAN dan politik luar negeri juga difokuskan pada pada

lingkaran konsentris II yaitu kemitraan strategis dengan negara-negara tetangga di Selatan

seperti negara Australia, Timor Leste, dan Selandia Baru dan negara dunia ketiga melalui

beberapa even-even besar seperti konfrensi dengan kepala negara Asia dan Afrika serta

memperbaiki hubungan lebih erat dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa. Pada masa

pemerintahan Joko Widodo politik luar negeri Indonesia difokuskan pada beberapa hal

yang di antaranya adalah; mengedepankan identitas sebagai negara kepulauan dalam

pelaksanaan diplomasi dan membangun kerja sama internasional, menguatkan diplomasi

middle power yang menempatkan Indonesia sebagai kekuatan regional dengan keterlibatan

global secara selektif dan memperluas keterlibatan regional di kawasan Indo Pasifik.

10. Arah politik luat negeri Indonesia harus diselaraskan dengan kepentingan-kepentingan

nasional yang berkontribusi terhadap kedaulatan politik, kedaulatan ekonomi, dan

kedaulatan wilayah NKRI. Oleh sebab itu, pada bagian ini, penentuan arah politik luar

negeri Indonesia dilihat dari pemimpin yang berkuasa saat ini, yakni presiden Jokowi

Widodo. Ada 4 (empat) komponen acuan yang kerap menjadi arah penentuan politik luar

negeri setelah era reformasi hingga sampai saat ini;

Politik luar negeri Indonesia diarahkan untuk memperbaiki citra bangsa Indonesia

dimata internasional

Page 18: 3.3. Uraian Materi 3.3.1. Sejarah Singkat dan Konsepsi ...ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/27759/mod_resource... · Sebagai cacatan, gaya kepemimpinan eksplosif presiden

Politik luar negeri Indonesia untuk membantu program stabilitas ekonomi, terutama

untuk menarik investasi dari luar negeri dan mendapatkan pasar peluang ekspor

produk Indonesia

Politik luar negeri Indonesia ditujukan untuk mencegah meluasnya

internasionalisasi masalah politik domestik Indonesia yang berkaitan dengan

ancaman sparatisme, seperti konflik Papua.

Politik luar negeri Indonesia diarahkan untuk mendorong terciptanya keamanan

dan stabilitas regional serta terpeliharanya perdamaian dunia.

11. Peran Indonesia untuk menciptakan perdamain dunia sebenarnya telah termaktub dalam

pembukaan UUD NRI 1945 aline ke 4 bahwa”kewajiban bangsa Indonesia tidak hanya

melindungi segenap tumpah darah Indonesia semata, melainkan juga ikut berpartisipasi

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan

keadilan sosial”. Bentuk partipasi Indonesia untuk menciptakan perdamaian dunia telah

banyak dilakukan yang di antaranya adalah; pengiriman pasukan keamanan dunia melalui

UN PKO di PBB, terlibat dalam forum-forum ASEAN, dalam APEC, FEALAC, ASIA

COOPERATION DIALOGUE (ACD), Asia Middle-East Dialogue (AMED), New Asian-

African Strategic Partnership (NASSP), Southwest Pacific Dialogue (SwPD) dan Indian

Ocean Rim Association (IORA), keterlibatan perdamaian di Palestina, Suriah, penyelesain

konflik di kawasan Asia Pasifik, dan perdamaian di Myanmar.