a ian.doc

25
A. Latar belakang Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan, termasuk pada anak usia sekolah dasar agar tercapai derajat kesehatan secara optimal (Depkes RI, 2000). Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak yang berada pada masa ini berkisar antara usia 6-12 tahun. Menurut Titin dalam Uji Kawuryan (2008) anak adalah generasi yang akan menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan diarahkan sejak dini agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi sumber daya yang berkualitas dan dapat menghadapi tantangan dimasa datang. Menurut Zelvya (dalam Kawuryan, 2008) penyakit gigi dan mulut yang paling banyak terjadi adalah karies gigi Karies gigi merupakan suatu kerusakan jaringan keras gigi (email, dentin dan sementum) yang bersifat kronis progesif dan disebabkan aktifitas jasad renik dalam karbohidrat yang dapat diragikan dengan demineralisasi jaringan keras dan diikuti kerusakan organik. Karies gigi ini adalah penyakit infeksi yang telah dikenal sejak zaman perunggu. Penyakit ini merusak struktur gigi dan menyebabkan gigi berlubang. Dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi antara lain peradangan, abses, hipertensi, ginjal, radang otak dan jantung rematik (Ginting, 1984) bahkan dapat menyebabkan kematian. Ketua Umum PDGI, drg. Emir M. Muis mengatakan bahwa hasil dari sebuah penelitian mengenai sejumlah kasus penyakit jantung, sebanyak 54% pasien memiliki riwayat penyakit gigi (Muftihat, 2011) Karies gigi ini banyak terjadi pada anak-anak karena anak- anak cenderung lebih menyukai makanan manis-manis yang bisa menyebabkan terjadinya karies gigi. Pada umumnya keadaan kebersihan mulut anak lebih buruk karena anak lebih banyak makan makanan dan minuman yang menyebabkan karies dibanding orang dewasa. Anak-anak umumnya senang gula-gula, apabila anak terlalu banyak makan gula-gula dan jarang membersihkannya, maka gigi- giginya banyak yang mengalami karies Machfoedz dan Zein (dalam Kawuryan, 2008). Diantara kerugian yang paling banyak disorot dari pemakaian gula pasir dalam makanan bergula seperti permen,

Upload: happy-septyanmuna

Post on 27-Oct-2015

82 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: A ian.doc

A.                Latar belakangPembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan, termasuk pada anak usia sekolah dasar agar tercapai derajat kesehatan secara optimal (Depkes RI, 2000). Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak yang berada pada masa ini berkisar antara usia 6-12 tahun. Menurut Titin dalam Uji Kawuryan (2008) anak adalah generasi yang akan menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan diarahkan sejak dini agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi sumber daya yang berkualitas dan dapat menghadapi tantangan dimasa datang.  

Menurut Zelvya (dalam Kawuryan, 2008) penyakit gigi dan mulut yang paling banyak terjadi adalah karies gigi Karies gigi merupakan suatu kerusakan jaringan keras gigi (email, dentin dan sementum) yang bersifat kronis progesif dan disebabkan aktifitas jasad renik dalam karbohidrat yang dapat diragikan dengan demineralisasi jaringan keras dan diikuti kerusakan organik. Karies gigi ini adalah penyakit infeksi yang telah dikenal sejak zaman perunggu. Penyakit ini merusak struktur gigi dan menyebabkan gigi berlubang. Dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi antara lain peradangan, abses, hipertensi, ginjal, radang otak dan jantung rematik (Ginting, 1984) bahkan dapat menyebabkan kematian. Ketua Umum PDGI, drg. Emir M. Muis mengatakan bahwa hasil dari sebuah penelitian mengenai sejumlah kasus penyakit jantung, sebanyak 54% pasien memiliki riwayat penyakit gigi (Muftihat, 2011)

Karies gigi ini banyak terjadi pada anak-anak karena anak-anak cenderung lebih menyukai makanan manis-manis yang bisa menyebabkan terjadinya karies gigi. Pada umumnya keadaan kebersihan mulut anak lebih buruk karena anak lebih banyak makan makanan dan minuman yang menyebabkan karies dibanding orang dewasa. Anak-anak umumnya senang gula-gula, apabila anak terlalu banyak makan gula-gula dan jarang membersihkannya, maka gigi-giginya banyak yang mengalami karies Machfoedz dan Zein (dalam Kawuryan, 2008). Diantara kerugian yang paling banyak disorot dari pemakaian gula pasir dalam makanan bergula seperti permen, snack, minuman adalah kerusakan atau pengeroposan gigi, terutama pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan atau karies gigi, maka gula digolongkan sebagai senyawa kariogenik (Ramadhan, 2010).

Anak memasuki usia sekolah mempunyai resiko mengalami karies makin tinggi. Pada usia 6-12 tahun diperlukan perawatan lebih intensive karena pada usia tersebut terjadi pergantian gigi dan tumbuhnya gigi baru. Banyaknya jajanan di sekolah, dengan jenis makanan dan minuman yang manis, sehingga mengancam kesehatan gigi anak. Peningkatan frekuensi konsumsi makanan kariogenik menyebabkan keberadaan pH yang rendah di dalam mulut dipertahankan sehingga terjadi peningkatan demineralisasi dan penurunan remineralisasi. Padahal anak-anak usia sekolah dasar mengkonsumsi makanan yang mengandung sukrosa ini lebih dari 3 kali sehari. Rahardjo (2007), membuktikan dalam Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 terdapat 76,2 persen anak Indonesia pada kelompok usia 12 tahun (kira-kira 8 dari 10 anak) mengalami gigi berlubang.

Karies merupakan masalah kesehatan gigi yang umum dan paling banyak terjadi di Indonesia. Dilihat dari kelompok umur, golongan umur muda lebih banyak menderita karies gigi dibanding umur 45 tahun keatas umur 10-24 tahun karies giginya adalah 66,8-69,5% umur 45 tahun keatas 53,3% dan umur 65 tahun keatas sebesar 43,8% keadaan ini menunjukkan karies gigi banyak terjadi pada golongan usia produktif (Depkes, 2000). Survey yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada pelita III dan IV menunjukkan prevalensi

Page 2: A ian.doc

penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar 80%. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Depkes tahun 2007 menunjukan, 72,1% penduduk punya pengalaman karies dan sebanyak 46,5% diantaranya merupakan karies aktif yang belum dirawat . Hal ini sesuai dengan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2004, prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. Berdasarkan Angka ini menunjukkan bahwa jumlah penderita karies di Indonesia sangat tinggi. Di Propinsi Bengkulu sendiri jumlah kasus karies gigi pada tahun 2007 sebanyak 13.569 orang. Hal ini sejalan dengan survei awal yang dilakukan di dua SDN Bengkulu. Di SDN 38 Bengkulu, terdapat 57% dari 33 anak yang menderita karies gigi sedangkan di SDN 25 bengkulu sekitar 47% dari 30 anak mengalami karies gigi.            Dari hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah karies gigi ini.

B.                 Rumusan masalahBerdasarkan uraian dan latar belakang peneliti, maka timbul masalah yakni “Tingginya

angka kejadian karies gigi.” Sehingga rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Adakah hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak di SD 38 Bengkulu.

C.                Tujuan1.         Tujuan umum

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak di SD 38 Bengkulu.

2.         Tujuan khususa)      Mengetahui gambaran konsumsi makanan kariogenik pada anak di SDN 38 Bengkulu.b)      Mengetahui mengetahui gambaran karies gigi pada anak di SDN 38 Bengkulu.c)      Mengetahui hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada

anak di SDN 38 Bengkulu.

D.                Manfaat penelitian1.                  Bagi institusi

Adapun manfaat penelitian ini bagi institusi yakni sebagai literatur KTI terutama masalah hubungan konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi.

2.                  Bagi Sekolah DasarDapat dijadikan dasar dalam program penyuluhan pencegahan dan promosi kesehatan yang tepat bagi siswa-siswi

3.                  Bagi peneliti selanjutnyaSebagai pembanding dan tambahan referensi.

E.                Keaslian penelitian1.                  Penelitian yang dilakukan oleh Wasrini (2010), yang berjudul Hubungan Pengetahuan, Sikap

Dan Praktik Orang Tua Tentang Kebersihan Gigi Dan Mulut Dengan Kejadian Karies Gigi Anak Di SD Negeri Dermaji Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas. Metode Penelitian menggunakan metode survai dengan desain cross sectional. Penelitian ini adalah semua siswa kelas 1 dan 2 yang berada di SD Negeri Dermaji I berjumlah 70 anak dengan sampel 60 anak,

Page 3: A ian.doc

ditentukan secara proporsional random sampling. Analisa statistik yang digunakan adalah uji korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian adalah Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang kebersihan gigi dan mulut (r = 0,076; p = 0,652) dan antara pengetahuan ibu dengan kejadian karies gigi anak (r = -0,163; p = 0,213). Ada hubungan bermakna antara sikap dengan praktik ibu tentang kebersihan gigi dan mulut (r = 0,262; p = 0,043), sikap ibu dengan kejadian karies gigi anak (r = -0,330; p = 0,010) dan praktik ibu dengan kejadian karies gigi anak dengan nilai (r = -0,381; p = 0,003).

2.                  Penelitian dilakukanoleh Septi Rahayu pada tahun 2009 dengan judul Hubungan kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil dengan karies gigi di puskesmas Sukamerindu tahun 2009. Dengan hasil adalah lebh dari sebagian (59,8%) kesehatan gigi dan mulut ibu hamil diwilayah kerja Puskesmas Sukamerindu tidak sehat, lebih dari sebagian besar (67,8%) ibu hamil diwilayah kerja Puskesmas Sukamerindu mengalami karies gigi, serta ada hubungan yang bermakna antara kesehtan gigi dan mulut yang sehat dengan karies gigi.

3.                  Penelitian dilakukan oleh Uji Karwuyan pada tahun 2008 dengan judul Hubungan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi pada anak di SDNKleco II kelas V dan VI kecamatan Laweyan Surakarta. Penelitian dilakukan dengan desain proporsional random sampling. Dengan hasil penelitian ada hubungan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah  pengambilan sampel secara claster ramdom sampling, tempat penelitian dan dimasukannya variabel konsumsi makanan kariogenik.

Page 4: A ian.doc
Page 5: A ian.doc

BAB IITINJAUAN TEORI

A.           KONSEP KARIES GIGI1.             Anatomi dan fisiologi gigi

Gigi mempunyai beberapa fungsi yang penting didalam organ tubuh kita, antara lain sebagai alat pengunyah makanan. Pengunyahan yang tidak sempurna menyebabkan kerja ekstra pada usus kita. Selain itu gigi juga berfungsi sebagai alat untuk menjaga agar ucapan dan kata-kata yang keluar dari mulut kita seperti huruf T, V, D, dll. Tanpa gigi, bunyi huruf-huruf tersebut tidak akan terdengar dengan sempurna, contohnya pada lansia yang sudah ompong. Serta alat untuk menjaga kecantikan atau estetika (Ramadhan, 2010)

Gigi kita terdiri dari dua macam bagian yakni mahkota gigi dan akar gigi, serta terdiri dari dua jaringan, ada jaringan keras dibagian luar atau yakni  email yang berwarna putih dan sangat keras yang berfungsi sebagai alat pelindung gigi bagian dalam dan dentil atau tulang gigi berwarna kuning yang memiliki tubulus dentil serta jaringan lunak didalamnya yaitu pulva. Bagian gigi paling dalam ini mempunyai fungsi yang penting dalam pertumbuhan dentin. Pulva merupakan jaringan lunak yang didalamnya terdapat jaringan ikat, limfe, saraf dan pembuluh darah.

Menurut Ramadhan (2010) gigi yang ada dalam mulut kita termasuk golongan gigi yang heterodont karena bentuknya bermacam-macam dan fungsinya yang berbeda-beda. Secara umum gigi dibagi menjadi empat jenis yakni:

a.       Gigi insisifus atau gigi seriGigi ini berbentuk persegi panjang dan berfungsi untuk memotong makanan. Gigi insisifus ini terletak dibagian paling depan ditengah lengkung gigi. Gigi ini berjumlah empat buah.

b.      Gigi kaninus atau gigi taringGigi taring terletak disebelah gigi seri. Gigi ini berbentuk lebih panjang dan lebih runcing. Gigi ini berfungsi memotong makanan.

c.       Gigi premolar Terletak dibelakang gigi kaninus yang berfungsi menyobek dan membantu menghaluskan makanan.

d.      Gigi molarGigi ini terletak dibagian paling belakang. Bentuknya kotak dan ukurannya besar. Berperan dalam menghaluskan makanan.

Menurut Ramadhan (2010) pada saat manusia berumur  7,5 – 9 bulan gigi insisifus manusia mulai tumbuh,menyusul gigi kaninus saaat berusia 18 bulan. Gigi susu manusia akan lengkap berjumlah 20 buah saat berusia 24 bulan atau tiga tahun. Gigi ini kemudian akan goyang dan lepas saat berusia enam tahun. Gigi pengganti gigi susu ini disebut dengan tetap. Gigi ini berjumlah tigapuluh buah.

2.        Pengertian karies gigiGigi berlubang atau karies gigi berasal dari bahasa Yunani yakni “ Ker” yang berarti

kematian. Dalam bahasa Latin berarti kehancuran atau lubang (Srigupta, 2004). Menurut  Sunawinata (2009) karies gigi berasal dari bahasa Latin yang berarti  kebusukan.  Kebusukan ini

Page 6: A ian.doc

berasal dari kematian tulang yang kemudian melunak , berubah warna dan menyebabkan inflamasi. Pembentukan lubang pada gigi ini disebabkan oleh kuman yang disebut Streptococcus. Steptococus ini mengikis daerah email gigi, apabila daerah email gigi sudah berlubang maka bakteri mulut lainnya terutama lactobakterius akan menerobos kebagian dentil dibawahnya dan menyebabkan kehancuran gigi yang lebih lanjut melalui bakteri campuran.  Tempat-tempat yang mudah terkena karies gigi biasanya adalah pada daerah-daerah gigi yang sukar dibersihkan, seperti mahkota geraham pada parit-parit yang kecil. Selain itu juga pada daerah celah gigi yang sulit dicapai oleh sikat gigi.

Proses terjadinya karies oleh plak merupakan rantai biologis yang tidak terputus. Bila karbohidrat memasuki plak yang ada pada permukaan gigi, mikroorganisme yang terdapat dalam plak akan mengeluarkan enzim sehingga terjadi proses fermentasi karbohidrat yang menghasilkan asam, asam ini akan melarutkan bahan-bahan anorganik gigi terutama kalsium (demineralisasi) dan jaringan organik gigi yang lunak akan mudah rusak, dengan demikian proses karies mulai terjadi (Tarigan, 1991).

       Karies gigi bisa terjadi dengan bentuk yang bermacam-macam (Ginting, 1984) yakni:a.    Karies gigi yang lubangnya masih kecil tapi sudah dalam dan menyebabkan gigi sering sakit.

b.      Karies gigi yang dari luar tampak masih kecil tapi didalam sudah berlubang besar.c.       Karies gigi yang dari luar sudah besar dan makin kedalam makin besar lagi.d.      Karies gigi yangterjadi dibanyak tempat disatu gigi.

3.                  Penyebab karies gigiMenurut Ginting (1992) faktor-faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya

karies gigi antara lain adalah sebagai berikut :a.       Bakteri atau kuman

Pada percobaan dengan binatang pada tahun limapuluhan Orland dan Keyes memperlihatkan besarnya peran bakteri dalam pembentukan karies. Pada tahun 1960 Keyes melakukan ujicoba lagi dengan memasukan kuman sejenis streptococcus dan jenis kuman strain lactobasilus pada kera yang bebas kuman dan telah diketahui kadar fluornya, pada percobaan ini hewan kera diberi makanan yang mengandung gula tinggi. Sterptococus dan lactobasilus  merupakan kuman yang kariogenik karena mampu membentuk asam dari karbohidrat yang dapat diragikan.

Kuman tersebut dapat tumbuh subur pada suasana yang asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya polisakarida ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Didalam mulut kita terdapat banyak kuman, akan tetapi ada dua jenis kuman yang sangat mempengaruhi terjadinya karies gigi yakni kuman Streptococus dan Stapilococus. Kedua bakteri ini membentuk asam yang berasal dari gula yang terkandung dalam makanan, yang melengket pada permukaan gigi. Asam ini kemudian melarutkan email gigi dan menyebabkan gigi berlubang (Srigupta, 2004).

b.      Faktor keturunan dan bawaan lahirIbu, ayah, atau keluarga bisa menurunkan keadaan giginya kepada seorang anak. Gigi mulai

terbentuk saat seseorang masih didalam kandungan. Makin sehat makanan yang dikonsumsin ibu saat hamil maka kemungkinan gigi anaknya akan bagus, kuat dan tidak mudah berlubang. Makanan seperti buah-buahan segar, sayuran segar, kacang-kacangan dan susu adalah contoh makanan yang bisa dikonsumsi oleh ibu saat sedang hamil agar anaknya mempunyai gigi yang sehat.

c.         Faktor kesehatan anakSeorang anak yang belum selesai perkembangan giginya selalu sakit dan mengkonsumsi

obat antibiotik yang berlebihan akan mempengaruhi perkembangan pembentukan gigi anak itu

Page 7: A ian.doc

sendiri. Beberapa penyakit seperti cacar bisa melemahkan struktur kekuatan gigi. Sedangkan obat-obatn tertentu seperti tetracycline apabila terlalu banyak diberikan pada anak dibawah sepuluh tahun akan menyebabkan gigi anak cokelat, kuning sampai kehitam-hitaman. Biasanya gigi anak tersebut rapuh sehingga lebih mudah berlubang.

d.             Makanan kariogenikMakanan manis mempengaruhi terbentuknya karies gigi. Di Amerika serikat saat produksi

makanan berbahan gula mulai marak jumlah penderita gigi berlubang juga mulai mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi makanan jenis gula atau sukrosa manambah cepat terjadinya karies gigi, terutama pada anak-anak yang senang mengkonsumsi makanan manis ini. Susu terutama susu coklat yang diminum sebelum tidur tanpa membersihkan mulut atau menyikat gigi juga mempengaruhi terjadinya karies gigi. Selain itu makanan lain seperti sirup, minuman soda atau softdrink juga harus dihindari. Hubungan gula dalam snack dengan karies lebih besar dari total diet karena snack lebih sering dimakan dalam frekuensi tinggi.

e.               Makanan asam  Makanan dan minuman yang bersifat asam lama kelamaan juga bisa merusak gigi

(Ramadhan, 2010). Berbeda dengan makanan lain, bila kita mengkonsumsi makanan asam seperti cuka, permen asam, jus asam dll sebaiknya jangan menyikat gigi terlebih dahulu karena gigi melunak saat kita mengkonsumsi makanan tersebut sehingga jika menggosok gigi, gigi akan lebih mudah terkikis. Setelah mengkonsumsi makanan asam, sebaiknya hanya berkumur saja, setelah satu jam baru kemudian sikat gigi. Dibutuhkan waktu minimum tertentu bagi karbohidrat untuk membentuk asam dan mengakibatkan demineralisasi.

f.          Umur             Menurut Tarigan (1993) sepanjang hidup dikenal 3 fase umur dilihat dari sudut gigi

geligi :1)        Periode gigi campuran, disini gigi geraham paling sering terkena karies. Menurut Wong (2009)

umur yang paling rentan terjadi karies gigi adalah pada saat anak berusia 4 s/d 8 tahun dimana anak mengalami gigi campuran.

2)        Periode pubertas (remaja) umur antara 14 s/d 20 tahun       Pada masa pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan pembengkakan gusi,

akibatnya adalah penderita malas menyikat gigi, sehingga kebersihan mulut kurang terjaga.3)        Umur antara 40 s/d 50 tahun

Pada usia ini sudah terjadi resesi atau penurunan gusi sehingga sisa makanan lebih sukar dibersihkan.

g.         Lingkungan gigi ( saliva, fluor dancairan celah gusi)Menurut Edwina dan Selly (1992) dalam keadaan normal gigi selalu dibasahi oleh saliva.

Saliva ini mampu meremineralisasi karies yang masih dini karena banyak mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva meremineralisasi akan bertambah dengan adanya ion fluor. Keberadaan fluor ini menahan terjadinya karies gigi, oleh karena itu walaupun kita mengkonsumsi makanan kariogenik maka tidak akan terjadi karies pada waktu sehari atau sebulan melainkan dalam hitungan tahun.

h.         Sikat gigiMenurut Ramadhan (2010) ada cara menyikat gigi yang benar, yakni ;

1)      Bersihkan permukaan gigi bagian luar yang menghadap kebibir dan pipi. Mulai dari rahang atas dahulu baru kemudian kerahang bawah.

Page 8: A ian.doc

2)      Bersihkan seluruh permukaan kunyah pada lengkung gigi sebelah kanan dan kiri dengan gerakan maju mundur sebanyak 10-20 kali. Lakukan pada rahang atas terlebih dahulu kemudian dilanjutkan pada rahang bawah. Letakan bulu sikat tegak lurus menghadap permukaan kunyah gigi.

3)      Bersihkan permukaan gigi yang menghadap kelidah dan langit-langitdengan menggunakan teknik modifikasi Bass untuk bagian lengkung gigi. Untuk lengkung gigi bagian depan sikat gigi dengan cara memegang sikat gigi secara vertical menhadap kedepan. Lalu gunakan ujung sikat dengan gerakan menarik dari gusi kearah mahkota gigi.

4)      Terahir sikat lidah untuk membersihkan bakteri yang berada dipermukaan lidah.Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyikat gigi, diantaranya, waktu

menyikat gigi. Dokter gigi sering menyarankan untuk menyikat gigi sebelum tidur dikarenakan pada saat tidur, air ludah berkurang sehingga asam yang dihasilkan oleh plak menjadi lebih pekat sehingga kemampuan untuk merusak gigi menjadi lebih besar. Selain itu sikat gigi juga harus dilakukan pada saat sesudah makan (Ramadhan, 2010). Sikat gigi ini dilakukan dengan urutan yang sama setiap hari minimal dua menit. Misalnya, dimulai dari permukaan luar gigi di lengkung rahang, dilanjutkan dengan rahang sampai semua bagian mulut. Urutan ini dilakukan setiap hari dengan urutan yang sama. Hal ini dilakukan untuk menghindari ada bagian gigi yang tidak disikat giginya.

4.                  Proses terjadinya karies gigiDidalam mulut kita terdapat berbagai macam bakteri. Salah satu bakteri tersebut adalah

Streptococus. Bakteri ini  berkumpul membentuk suatu lapisan lunak dan lengket yang disebut dengan plak yang menempel pada gigi. Sebagian plak dalam gigi ini mengubah gula dan karbohidrat yang berasal dari makanan dan minuman yang masih menempel di gigi menjadi asam yang bisa merusak gigi dengan cara melarutkan mineral-mineral yang ada dalam gigi. Proses menghilangnya mineral dari struktur gigi ini disebut dengan demineralisasi, sedangkan bertambahnya mineral dalam struktur gigi disebut dengan remineralisasi. Karies gigi terjadi karena proses demineralisasi lebih besar daripada remineralisasi. Pada tahap awala terbentuknya karies gigi adalah terbentuknya bintik hitam yang tidak bisa dibersihkan dengan sikat gigi. Apabila bintik ini dibiarkan maka akan bertambah besar dan dalam. Apabila karies ini belum mencapai email gigi maka belum terasa apa-apa. Akan tetapi apabila sudah menembus email gigi baru akan terasa sakit (Ramadhan, 2010)

5.                  Manifestasi klinis          Menurut tanda dan gejala karies gigi Tarigan (2004) antara lain adalah:

a.    Terdapat lesi.b.    Tampak lubang pada gigi.

c.       Bintik hitam pada tahap karies awal.d.      Kerusakan leher gigi ( pada karies botol susu).e.       Sering terasa ngilu jika lubang sampai ke dentil.f.       Sakit berdenyut-denyut di gigi sampai kepala.g.      Timbul rasa sakit jika terkena air dingin, dan kemasukan makanan terutama pada waktu malam.h.      Jika sudah parah akan terjadi peradangan dan timbul nanah

6.             Komplikasi karies gigiMenurut Ginting (1984) apabila karies ini dibiarkan tanpa diatasi maka akan terjadi

beberapa komplikasi seperti:a.       Timbulnya peradangan dan nanah pada gusi.b.      Abses pada jaringan gusi dan otot.

Page 9: A ian.doc

c.       Peradangan pada tulang rahang bahkan kematian pada tulang rahang.d.      Sellulitis e.       Pembengkakan dan peradangan di kerongkongan sehingga menyebabkan kesulitan menelan dan

tidak bisa membuka mulut.f.       Ginjalg.      Hipertensih.      Radang otaki.        Jantung rheumatik

7.             Pencegahan dan penatalaksanaan       Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya karies gigi (Ramadhan, 2010) antara lain

adalah, menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor, menjaga kebersihan gigi dengan menyikat gigi dengan benar, fissure sealant atau menutup celah gigi, dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang dapat memperlambat terjadinya karies seperti ikan, teh dan apel.

       Menurut Ginting (1984) penatalaksanaan karies gigi antara lain adalah sebagai berikut:a.       Munutup lubang gigi ( tambal gigi)b.      Pencabutan gigic.       Pulp capping atau pemberian kalsium hidrogsida untuk mempertebal lapisan dentil (Ramadhan,

2010)d.      Endodontic atau perawatan untuk mengatasi dan mengobati lubang gigi yang mengalami infeksi

(Ramadhan, B.                KONSEP MAKANAN KARIOGENIK

1.             Pengertian makanan kariogenikMenurut Setiowati dan Furqnita (2007) makanan kariogenik adalah makanan manis yang

lengket yang dapat menyebabkan karies gigi.2.             Jenis makanan kariogenik

Ada banyak macam makanan yang dijual bebas sebagai makanan cemilan, akan tetapi ada jenis makanan tertentu yang dapat menyebabkan karies gigi makanan manis yang banyak mengandung gula atau sukrosa. makanan-makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat merusak gigi seperti permen, coklat, biskuit dan lain sebagainya (Tarigan, 1993). Gula adalah istilah umum untuk karbohidrat yang punya sifat khas misalnya larut dalam air dan manis. Dalam arti sempit disebut sukrosa akan tetapi dalam arti luas merupakan monosakarida dan disakarida yakni: glukosa atau gula tebu atau gula pasir, maltose atau gula gandum, fruktosa atau gula buah bisa juga terdapat dalam madu, laktosa atau gula susu dan gula inverse atau campuran 50:50 glukosa dan fruktosa yang diperoleh dari hidrolisis sukrosa, tingkat kemanisan gula inverse ini 130% lebih tinggi dibandingkan dengan sukrosa. Didalam makanan coklat terdapat 99,8% sukrosa dengan kadar air 0.01-0,02%, mineral 0,006-0,3% dan gula invert 0,03-0,2%, sedangkan didalam susu terkandung 62,5% sukrosa dan 4,8% laktosa. Makanan lain yang sering dimakan adalah es krim dan permen, didalam es krim terkandung 12-16% sukrosa dan 55-64% susu sedangkan permen mengandung 65,25% sukrosa(Mahdiyah,2003)

Menurut Sutrisna dan Rizal (2007) jika tingkat kemanisan sukrosa diberi angka 100 makan kandungan masing-masing tingkat kemanisan gula adalah sebagai berikut:

Table 2.2 Tingkat kemanisan gulaNo Jenis gula Tingkat kemanisan1 Fruktosa 1732 Gula inverse 1303 Sukrosa 100

Page 10: A ian.doc

4 Glukosa 745 Maltose 336 Laktosa 16

            Sumber          : Sutrisna dan Rizal (2007)Percobaan pada tikus tahun 1954 yakni dengan memberikan beberapa makanan yang

mengandung sukrosa, fruktosa, maltose, glukosa, laktosa dan galaktosa pada hewan yang berbeda. Pada percobaan ini hewan tersebut mengalami karies. Semua makanan tersebut dapat menyebabkan karies gigi, akan tetapi yang paling kariogenik adalah fruktosa. Akan tetapi sintesa polisakarida dari sukrosa lebih cepat dibandingkan glukosa, fruktosa dan laktosa. Oleh karena itu sukrosa merupakan gula kariogenik yang paling berperan dalam pembentukan karies gigi, walaupun gula yang lainya juga berbahaya. Dan oleh karena sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi maka gula jenis sukrosa ini penyebab karies paling utama (Edwina dan Sally, 1992).

C.           HUBUNGAN MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KARIES GIGIBeberapa jenis karbohidrat termasuk sukrosa dan glukosa, dapat diragikan oleh bakteri

tertentu (Edwina dan Sally, 1992) penurunan pH dalam waktu tertentu akan demineralisasi permukaan gigi yang menyebabkan terjadinya karies gigi. Menurut Edwina dan Sally (1992) plak akan tetap bersifat asam pada waktu tertentu . untuk dapat kembali ke pH normal.  Makanan manis atau makanan kariogenik bertahan 20- 30 menit tidak berbahanya. Akan tetapi apabila lebih dari 20 menit makanan tersebut akan bersifat asam dan gigi akan mengalami kerusakan lebih cepat karena keadaan ini. Setelah memakan makanan kariogenik pH plak akan menurun dengan cepat yang dapat menghancurkan email . pH ini akan bertahan dalam waktu 30 sampai 60 menit sebelum mencapai pH normal. Sebaiknya dalam sehari kebiasaan mengemil dibatasi 4 kali/ hari untuk total makanan kariogenik dan 3 kali/minggu agar gigi mempunyai waktu untuk menetralisir asam yang ada dalam mulut (Ramadhan, 2010).

Kebiasaan mengemil makanan manis diluar jam makan utama yakni makan pagi, siang dan malam juga mempengaruhi terjadinya karies gigi. Karena pada waktu jam makan utama, air ludah yang dihasilkan cukup banyak sehingga mambantu membersihkan gula dan bakteri yang menempel pada gigi (Edwina dan Sally, 1992). Mengkonsumsi permen loli juga mempunyai resiko lebih tingi terjadi karies dibandingkan dengan mengkonsumsi coklat batangan karena adanya gula sukrosa tersembunyi dalam permen loli serta permen loli lebih bersifat lengket dan keras dibandingkan dengan coklat batangan (Wong, 2009).

D.      KERANGKA KONSEP

Bakteri atau kumanKeturunan dan bawaan lahirKesehatan anakUmurLingkungan gigiSikat gigiMakanan asam           

Karies gigi

Page 11: A ian.doc

Makanan kariogenik 

Bagan 2.1 kerangka konsep                                                                                                Tidak diteliti                                                                                                Diteliti

E.       HIPOTESIS1.      Ha: ada hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak

di SD 38 Bengkulu.2.      Ho: tidak ada hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada

anak di SD 38 Bengkulu.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A.                Desain Penelitian KariesMetode penelitian yang digunakan dalam peneletian ini adalah penelitian secara deskriktif analitik dengan menggunakan desain cross-sectional yang merupakan rencana penelitian dengan menggunakan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali sewaktu) antara variabel bebas  dengan variabel tergantung, (Hidayat, 2002). Tidak karies

Tidak karies  Siswa-siswi SDN 38 kota BengkuluKonsumsi makanan kariogenikKonsumsi makanan non kariogenik

Karies

 

Page 12: A ian.doc

Bagan 3.1 Desain penelitian

B.     Variabel penelitian Konsumsi makanan kariogenikKaries gigi

Bagan 3.2 variabel penelitianC.    Definisi Operasinal

Tabel 3.1 Definisi Operasonal

No Variabel Definisi operasional

Alat ukur Cara ukur Hasil ukur skala ukur

1 Konsumsi makanan kariogenik

Konsumsi makanan manis dilihat dari frekuensi, jenis dan waktu mengkonsumsinya

Lembar kuesioner 

Wawancara Sering : bila jawaban ≥ median

Jarang : bila jawaban < median

Ordinal

2 Karies gigi Semua lubang gigi yang telah di diagnose karies gigi oleh dokter atau terdapat tanda-tanda karies gigi

Check list Observasi Karies : bila terdapat lubang pada gigi dan sudah didiagnosa oleh dokter atau terdapat tanda-tanda karies gigi.

Tidak karies:  bila tidak terdapat lubang pada gigi

Nominal

D.    Populasi dan Sampela)      Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SDN 38 Bengkulu yang berjumlah 325 siswa-siswi.

b)      SampelPenelitian ini menggunakan purpusive sampling

1.      Bersedia menjadi responden.2.      Rumahnya berada disekitar sekolah dengan jarak ±750 m.

   Jadi sampel dari penelitian ini berjumlah 76 siswa-siswi.E.     Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di SDN 38 Bengkulu.F.     Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan April.G.    Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak institusi dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini

Page 13: A ian.doc

diajukan kepada Kepala Sekolah SDN 38 Bengkulu yang bersangkutan. Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukannya penelitian dengan menekankan masalah  etika penelitian meliputi :

1.    Informed consent Lembar persetujuan yang akan diberikan responden yang akan diteliti.

2.    Anonymity (Tanpa Nama) Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden,  tetapi lembar

tersebut diberikan kode.3.    Confidential (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan hasil penelitian.

H.    Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis Data1.      Cara pengumpulan data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer. Data yang diperoleh dengan cara melakukan wawancara pada siswa-siawi SDN 38 Bengkulu untuk memperoleh data tentang makanan kariogenik dan secara observasi untuk mengetahui data tentang karies gigi.

2.      Pengolahan data.Data yang dikumpulkan  selanjutnya di olah dengan beberapa tahap yaitu:

a.         Pengeditan Data (Editing).Langakah ini dilakukan peneliti untuk memeriksa kembali kelengkapan data yang

diperlukan untuk mencapai tujuan penenelitian dilakukan pengelompokan dan penyusunan data.b.        Pengkodean Data (Coding)

Coding adalah pengalokasian jawaban – jawaban yang ada menurut macamnya kebentuk kode-kode agar lebih mudah dan sederhana.

c.         Memberikan Skore (Scoring )Setelah dilakukan koding data, maka dilakukan pemberian skore pada  masing-masing sub

variabel dan dijumlahkan.d.        Memproses Data (processing)

Setelah data dikumpukan kemudian diproses dengan computer untuk dianalisis.e.         Pembersihan Data (Cleaning)

Pembersihan data dilakukan untuk mengoreksi jika ada kesalahan pengolahan data sehingga dapat diperbaiki.

Page 14: A ian.doc

3.      Analisis Data.Dalam penelitian ini digunakan analisis data univariat dan analisis bivariat.

a.    Analisis Univariat.Analisis univariat adalah seluruh variabel yang akan digunakan dalam analisis ditampilkan

dalam distribusi frekuensi, analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-masing variabel dependen dan independen dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

FP =                X 100%

N

      

Keterangan:      P  : Jumlah persentase yang dicari                          F  : Jumlah frekuensi untuk setiap kategori                          N : Jumlah populasi (Arikunto, 1998)

b.   Analisis Bivariat.Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

dependen dengan variabel independen secara bersamaan dengan menggunakan analisis statistic chi - square (X2), dengan derajat kemaknaan (α) 0,05, dan tingkat signifikan 95%.

Page 15: A ian.doc

Rumus :                                             

n{(AD–BC)}–n/2}2

X2 =                                               (A+B)(C+D)(A+C)(B+D)

Keterangan :X                  :    Chi-squaren                   :    SampelA,B,C,D       :    Nilai ObservasiDengan hasil hipotesis sebagai berikut :

a.        Ha : diterima apabila  p < 0,05. b.        Ha : ditolak apabila  p > 0,05.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Edwina dan Sally. 1992. Dasar-dasar karies dan penanggulangannya. Jakarta: EGC(diakses dari books.google.co.id 10 oktober 2011)

Ginting. 1984. Mulut sehat gigi kuat. Bandung: Indonesia Publising House

Muftifah. 2011. Karies gigi dapat mengakibatkan sakit jantung (Diakses dari http://muftihat.blogspot.com/2011/07/karies-gigi-dapat-mengakibatkan-sakit.html)

Notoadmojo, S. 1993. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Reineka Cipta: Jakarta

Pendit, Brahm. 2000. Biokimia kedokteran dasar:sebuah pendekatan klinis. Jakarta: EGC (diakses dari books.google.co.id 10 oktober 2011)

Ramadhan, Ardyan. 2010. Serba serbi kesehata gigi dan mulut. Jakarta: Bukune

Setiowati, Tetty dan Furqonita, Deswaty. 2007. Biologi interaktif untuk SMA/MA kelas IX. Jakarta: Azka Press (diakses dari books.google.co.id jam 15.49)

Page 16: A ian.doc

Srigunta, Aziz. 2004. Perawatan gigi dan mulut. Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser

Sumawinata, Narlan. Senarai istilah kedokteran gigi. Jakarta. EGC (diakses darin books.google.co.id 14 oktober 2011 jam 10.37)

Sutrisna, Nana dan Rizal, Moh. 2007. Cerdas belajar kimia untuk kelas XII Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliah program Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Gratindo Media Pratama (diakses dari books.google.co.id tanggal 03 nopember 2011 jam 15.20)

                     Tarigan, Rasinta. 2004. Perawatan pulva gigi (endodontil) edisi 2. Jakarta: EGC (diakses dari

books.google.co.id tanggal 09 Nopember 2011)

Tarigan, Rasinta. Perawatan pulva gigi (endodontil). 1991. Jakarta: EGC (diakses dari books.google.co.id tanggal 09 Nopember 2011)

Wong, Donna. 2009. Buku ajar keperawatan pediatric wong, Ed 6 vol 1. Jakarta: EGC(diakses dari books.google.co.id 10 oktober 2011)

Page 17: A ian.doc

LEMBAR KUESIONERNama responden         :Jenis Kelamin              :Kelas/ umur                 :No Pertanyaan Sering (>3

kali/minggu)Kadang-kadang (1-3 kali/minggu)

Tidak pernah

1. Berapa kali adik minum susu dalam seminggu?

2. Berapa kali adik makan coklat dalam seminggu?

3. Berapa kali adik makan permen dalam seminggu?

4. Berapa kali adik makan es krim dalam seminggu?

5. Berapa kali adik makan apel dalam seminggu?

6. Berapa kali adik makan ikan dalam seminggu?

7. Berapa kali adik minum teh dalam seminggu?

8. Berapa kali adik memakan makanan tersebut berbarengan dengan makan utama?

LEMBAR CHECK LIST

Page 18: A ian.doc

No Nama Karies Jumlah gigi yang

karies

Tindak lanjutTanda-tanda

karies Ya Tidak Ditampal Dicabut