a. data umum dinas ketahanan pangan dan pertanian · 2020. 2. 21. · halaman 2 pertanian adalah...

47
`` Halaman 1 A. DATA UMUM DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo sebagai salah satu OPD yang khusus menangani urusan pangan dan urusan pertanian subsektor tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan, dalam pelaksanaannya banyak berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur maupun Kementerian Pertanian RI terutama Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen Hortikultura, Ditjen Perkebunan, Badan Ketahanan Pangan Kementan RI, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, dan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan Perda No. 6 tahun 2016 tentang PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH, yang merupakan penjabaran dari PP 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah ditetapkan nomenklatur OPD yang mengurusi Urusan Pangan dan Urusan

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ``

    Halaman 1

    A. DATA UMUM DINAS KETAHANAN PANGAN DAN

    PERTANIAN

    Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian

    Kabupaten Probolinggo sebagai salah satu OPD yang

    khusus menangani urusan pangan dan urusan

    pertanian subsektor tanaman pangan, hortikultura,

    dan perkebunan, dalam pelaksanaannya banyak

    berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan

    Pangan Provinsi Jawa Timur, Dinas Perkebunan Provinsi

    Jawa Timur maupun Kementerian Pertanian RI

    terutama Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen Hortikultura,

    Ditjen Perkebunan, Badan Ketahanan Pangan

    Kementan RI, Badan Penyuluhan dan Pengembangan

    SDM Pertanian, dan Ditjen Prasarana dan Sarana

    Pertanian.

    Sesuai dengan Perda No. 6 tahun 2016 tentang

    PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH,

    yang merupakan penjabaran dari PP 23 tahun 2014

    tentang Pemerintah Daerah ditetapkan nomenklatur

    OPD yang mengurusi Urusan Pangan dan Urusan

  • Halaman 2

    Pertanian adalah Dinas Ketahanan Pangan dan

    Pertanian Kabupaten Probolinggo. Uraian Tugas dan

    Fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian

    Kabupaten Probolinggo terdapat dalam Peraturan

    Bupati nomor 66 tahun 2018 tentang KEDUDUKAN,

    SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS

    KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN KABUPATEN

    PROBOLINGGO. Dalam BAB IV pasal 5 ayat 1

    dinyatakan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan

    Pertanian mempunyai tugas pokok membantu bupati

    melaksanakan urusan pemerintahan bidang pangan

    dan pertanian serta tugas pembantuan yang

    diberikan kepada daerah. Sedang ayat 2 dinyatakan

    untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1), Kepala Dinas Ketahanan

    Pangan dan Pertanian mempunyai fungsi :

    (1) Perumusan kebijakan dibidang ketahanan

    pangan, pertanian dan perkebunan;

    (2) Pelaksanaan kebijakan dibidang ketahanan

    pangan, pertanian, dan perkebunan;

    (3) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang

    ketahanan pangan, pertanian, dan perkebunan;

    (4) Pelaksanaan administrasi Dinas Ketahanan

    Pangan dan Pertanian;

  • ``

    Halaman 3

    (5) Pembinaan terhadap UPT dan Kelompok Jabatan

    Fungsional Dinas Ketahanan Pangan dan

    Pertanian;enetapan perencanaan program

    (6) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh

    Bupati.

    Di lingkungan Dinas Ketahanan Pangan dan

    Pertanian Kabupaten Probolinggo secara keseluruhan

    mempunyai karyawan sebanyak 227 orang (Pejabat

    struktural, staf, Petugas UPT, BPP-PPL, POPT tanaman pangan,

    hortikultura, dan perkebunan, UPT PSB).

    Tabel 1.1. DATA APARATUR SIPIL NEGARA YANG MENDUKUNG

    KINERJA

    DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN TAHUN

    2019

    No. Nama Jabatan

    Eselon II, III, dan IV

    1 IR. NANANG TRIJOKO S, MM Kepala Dinas

    2 DRS. DARMAWAN, M.SI. Sekretaris

    3 IR. YULIS SETYANINGSIH, MM. Kepala Bidang Tanaman Pangan

    dan Hortikultura

    4 NURUL KOMARIL ASRI, SP.,MP Kepala Bidang Perkebunan

    5 IR. BAMBANG SUPRAYITNO, MMA Kepala Bidang Sarana dan

    Prasarana

    6 SYAFI`I, SP, MMA. Kepala Bidang Ketahanan Pangan

    7 EDI SUYOTO, SP. Kepala Bidang Pelaksanaan

    Penyuluhan dan Bina Usaha Tani

    8 NANANG SETYODJATMIKO, SP,

    MP.

    Kasi. Pengolahan dan

    Penganekaragaman Pangan

    9 SAFARUL LUKMAN FAUZI, S.P. Kasi. Alat Mesin Pertanian

    10 FEBTI SURYANI, SP Kasi. Kelembagaan

    11 HETI LISNAWATI, S.TP. Kasi. Ketersediaan dan Cadangan

    Pangan

    12 SURYANA NURING P, ST. M.SI. Kasi. Konsumsi Pangan

    13 SUHAERIYANTO, SP.MMA Kasi. Bina Usaha Tani

  • Halaman 4

    14 ARIF KURNIADI, SP Kasi. Perlindungan Tanaman

    Pangan dan Hortikultura

    15 MUCHLISIN, SP Kasi. Perlindungan Tanaman

    Perkebunan

    16 UMI NUR AZIZAH, SP.,M.MA. Kasi. Penyuluhan

    17 SUPARLAN, SP. Kasi. Pupuk dan Pestisida

    18 M. HARI AGUSTAMI, SP. Kasi. Tanaman Hortikultura

    19 DIDIK TULUS PRASETYO, SP Kasi. Tanaman Pangan

    20 IR. EVI ROSELLAWATI, MM Kasi. Tanaman Perkebunan Semusim

    21 SUYITNO, SP, MM Kasi. Tanaman Perkebunan Tahunan

    22 SITI HOESNOEL CHOTIMAH, S.P. Kasi. Tata Guna Lahan dan Irigasi

    23 ARIF YUDI PURWANTO, SE Kasubbag. Keuangan

    24 MURFI ANGGORO, STP MAP Kasubbag. Perencanaan

    25 ENDANG DWI SULISTYOWATI, SP Kasubbag. Umum dan

    Kepegawaian

    26 ARIEF RACHMAN, SP,MM Kepala UPT Produksi Benih Tanaman

    Pangan

    27 NURHADI, SP Kepala UPT Produksi Benih Tanaman

    Hortikultura

    28 ABDUL AZIS, SP. Kepala UPT Pengawasan dan

    Sertifikasi Pertanian

    Petugas Penyuluh Pertanian (PNS)

    1 ABD. RASYID, SP. MMA Penyuluh Pertanian Utama

    2 MARDI TOTO BASUKI, SP Penyuluh Pertanian Madya

    3 NUR HAFID, SP Penyuluh Pertanian Madya

    4 NURWIN, SP. Penyuluh Pertanian Madya

    5 HAMDANI, SP Penyuluh Pertanian Madya

    6 ENY PUDYASTUTI, SP. Penyuluh Pertanian Madya

    7 SULISMINI, SP. Penyuluh Pertanian Madya

    8 JOKO SUSILO, SP. Penyuluh Pertanian Madya

    9 SRI PASEMI SOFIA, SP. Penyuluh Pertanian Madya

    10 ENDANG RESINOWIYATI, SP. Penyuluh Pertanian Madya

    11 SUMADI, SP, MP. Penyuluh Pertanian Madya

    12 SLAMET, SP. Penyuluh Pertanian Madya

    13 LUSIAR AGUS, sp Penyuluh Pertanian Muda

    14 HENI IRAWATI Penyuluh Pertanian Muda

    15 YOYOK WAGIYANTO, SP Penyuluh Pertanian Muda

    16 GURITNO DWIJANTORO, SP. Penyuluh Pertanian Muda

    17 ENDANG KARSINI WATI, SP Penyuluh Pertanian Muda

    18 SUADHINI, SP Penyuluh Pertanian Muda

    19 ABD. RACHMAN, SP. Penyuluh Pertanian Muda

    20 JEMMARUDDIN Penyuluh Pertanian Pelaksana

    Lanjutan

    21 NASRUL HALIM, SP Penyuluh Pertanian Pelaksana

    Lanjutan

    22 SLAMET HARIYONO, SP Penyuluh Pertanian Pelaksana

    Lanjutan

  • ``

    Halaman 5

    23 SUROTO Penyuluh Pertanian Penyelia

    24 REKNO WAHYU WIDOWATI Penyuluh Pertanian Penyelia

    25 SYAMSUL ABDULLAH Penyuluh Pertanian Penyelia

    26 EKO BUDI SANTOSO, S.P.,MMA Penyuluh Pertanian Penyelia

    27 KURNIAWAN PRIHANDHOKO, SP Penyuluh Pertanian Pertama

    28 DILLA HERMANTO, SP Penyuluh Pertanian Pertama

    29 AKHMAD MULYONO, SP. Penyuluh Pertanian Pertama

    30 AMELIA FIRIKA RIZAL, S.TP Penyuluh Pertanian Pertama

    31 KHOLID MANSHUR, SP. Penyuluh Pertanian Pertama

    32 NANANG SETIONO, SP Penyuluh Pertanian Pertama

    33 AGUS STYAGUNG

    PURWANDONO, S.TP Penyuluh Pertanian Pertama

    34 ENDANG RAHMAWATI, SP Penyuluh Pertanian Pertama

    35 JULAIHIN, SP Penyuluh Pertanian Pertama

    36 MUHAMMAD YAHYA, S.TP. Penyuluh Pertanian Pertama

    37 YUNI INDRIAWATI, S.TP Penyuluh Pertanian Pertama

    38 ADSAN RAHYONO, SP. Penyuluh Pertanian Pertama

    39 RATIH AGUNG PRADANA,

    S.Pt,MM Penyuluh Pertanian Pertama

    40 TRI LAKSONO HENDRO

    GUWANAN, SP Penyuluh Pertanian Pertama

    41 GUNTUR EKO SETIAWAN, SP Penyuluh Pertanian Pertama

    42 YACONUS KURNIAWAN, SP. Penyuluh Pertanian Pertama

    43 MUHAMMAD MUSTAJIB, SP Penyuluh Pertanian Pertama

    44 VIVIN TYAS PAMUNGKAS, SP.MP Penyuluh Pertanian Pertama

    45 MUHAMAD TEGUH ARISTO ADHY,

    S.Pt Penyuluh Pertanian Pertama

    Staf (PNS)

    1 SUGI Staf UPT Produksi Benih Hortikultura

    2 FALENTINA EKAWATI DYAH P, SP Staf Seksi. Tata guna lahan dan

    Irigasi

    3 SUJONO .E Staf Seksi. Ketersediaan Pangan

    4 RP.RONY SUJATMIKO Staf Seksi. Konsumsi Pangan

    5 KUSNADI HARYONO Staf Subbag. Umum dan

    Kepegawaian

    6 SUBOWO Staf Subbag. Umum dan

    Kepegawaian

    7 PURWANINGRUM Staf Seksi. Konsumsi Pangan

    8 SUHERI, S.Sos Staf Seksi. Penyuluhan

    9 IMAM SUJARWANTO Staf Seksi. Penyuluhan

    10 ISLAMAH Staf Seksi. Distribusi Pangan

    11 LILIK PURWATI Staf Seksi. Perlindungan Tanaman

    Perkebunan

    12 OKTA PURWO INA RANY, S.TP Staf Seksi. Tanaman Hortikultura

    13 DADIK EKO SUPRAPTO, SP Staf Seksi. Tanaman Hortikultura

    14 HIDAYAT TAUFIQ, SP Staf UPT Produksi Benih Tanaman

    Pangan

  • Halaman 6

    15 NURAISYAH RAGIL

    CAHYANINGATI Staf Seksi. Pupuk dan Pestisida

    16 DIDIK KRISTIADI Staf Seksi. Tanaman Perkebunan

    Musiman

    17 HESTI WIJAYANTI, S.Hut Staf Seksi. Tanaman Perkebunan

    Musiman

    18 HERI YULIANTO Staf Seksi. Tanaman Perkebunan

    Tahunan

    19 DINI ARIYANI, S.Si Staf Sub Bagian Perencanaan

    20 ARIFANI WULANDARI, SP Staf UPT Produksi Benih Hortikultura

    21 HIMYATUL AMANAH, SP Staf Subbag. Keuangan /

    Bendahara Pengeluaran

    22 NIKE APRIAS WULANSARI, S.Sos Staf Subbag. Keuangan /

    Bendahara Pengeluaran

    23 DJUHANTORO Staf Subbag. Umum dan

    Kepegawaian

    24 ENI SUHARTI Staf Subbag. Umum dan

    Kepegawaian

    25 ABDUL ASIS Staf UPT Produksi Benih Pangan

    Staf (Non PNS)

    1 INDRIANA MILAHAYATI, SP Staf seksi tanaman pangan

    2 EDY SAPUTRO, A.MD Staf seksi Alat Mesin Pertanian

    3 MOH. FAJAR YUNUS, ST Staf UPTD Kecamatan Gading

    4 NURANI WITYASARI, S.TP Staf Subbag Perencanaan

    5 SANTI YUNIANDARI Staf Seksi Ketenagaan dan

    Pemberdayaan

    6 UMMI KHOIRUN NISA, SP Staf Seksi Pupuk dan Pestisida

    7 SHELLY ANDRANTY, S.TP Staf Seksi Ketersediaan dan Distribusi

    Pangan

    8 AGUS MULYANIK Staf Seksi Seksi Alat dan Mesin

    Pertanian

    9 ANITA WINDIAASTUTI Staf Seksi Keanekaragaman dan

    Pengolahan

    10 ARIE DWI ARDINA Staf Seksi Tata Guna Lahan dan Air

    11 ARIESTA YESY MANDELA Staf Seksi Perlindungan Tanaman

    Pangan dan Hortikultura

    12 BUDI SANTOSO Staf Seksi Tanaman Hortikultura

    13 BUDI SUSANTO Staf seksi Tanaman pangan

    14 ELIDA NURUL UMAMI Staf Seksi Tamanan Perkebunan

    Semusim

    15 ENGGAR WAHYUDIANTO Staf Seksi Programa dan Informasi

    16 IRVAN YULIANTO PUTRO PRATAMA Staf Subbag Keuangan

    17 TOMI Staf Subbag Umum Kepegawaian

    18 PRIA MUJAHIT Staf Seksi Ketersediaan dan Distribusi

    Pangan

    19 SAMUD Staf Subbag Umum Kepegawaian

    20 TAUFIK BURAHMAN Staf Subbag Umum Kepegawaian

    21 TOFAN FIRGUNTORO Staf Subbag Umum Kepegawaian

  • ``

    Halaman 7

    22 TONI CAHYO SANTOSO Staf Subbag Umum Kepegawaian

    23 YOSSY AGUS BASTIAN Staf Seksi Programa dan Informasi

    24 ZUL FITRI KANTI LESTARI Staf Seksi Konsumsi dan Keamanan

    Pangan

    25 DRS. I MADE DARMAYANA Staf Seksi Kelembagaan dan Bina

    Usaha

    26 EDY YULYUS, S.HUT. Staf Subag Perencanaan

    27 ARIEF NUR HIDAYAT, S.SOS

    Staf Seksi Kelembagaan dan Bina

    Usaha

    Penyuluh Pertanian Lapangan-Non PNS

    1 AGUNG SUPRAYITNO Alas Tengah, Sumberan, Alas Sumur

    Lor (Besuk)

    2 MAHMUD YUNUS Randu Jalak, Sindet Lami, Alas

    Kandang (Besuk)

    3 SLAMET SETIAWAN Besuk Agung, Krampilan, Matekan

    (Besuk)

    4 HARDJONO PRAWIRO, SP Sumberagung, Watuwungkuk,

    Pabean (Dringu)

    5 MISNADI Sekarkare, Sumbersuko, Kalisalam

    (Dringu)

    6 SAIFUL HAK Randu Putih, Tamansari (Dringu)

    7 SUTARMI Kaliacar, Nogosaren, Gading

    Wetan (Gading)

    8 DWI RAMANDATI Prasi, Bulu Pandak, Condong

    (Gading)

    9 YETTI HARINI WENIWATI, S.TP Wangkal, Keben, Ranu Wurung

    (Gading)

    10 INTAN TRI ASRI Gending, Bulang (Gending)

    11 VERAWATI SANTI DEWI M, SP Klaseman, Jatiadi, Brumbungan Lor

    (Gending)

    12 IWAN PRASETYO, SP Sidomulyo, Tambak Ukir (Kotaanyar)

    13 HARJONO, A. MD Kandangjati Wetan, Sumberlele,

    Kandang Jati Kulon (Kraksaan)

    14 ATMADIYANTO Taman Sari, Asembakor (Kraksaan)

    15 PRIYO BASUKI, SP Kregenan, Sidopekso, Rangkang

    (Kraksaan)

    16 SAENOL ARIFIN Kamal Kuning, Rawan (Krejengan)

    17 BIBIT Krobungan, Seneng, Betek (Krucil)

    18 DONY PRAYOGO, SP Tambenglang, Bremi, Krucil (Krucil)

    19 HERI IRAWAN Pandan Laras, Plaosan (Krucil)

    20 AGUS SURYANTO, AMD Menyono, Wonoasri, Jatisari

    (Kuripan)

    20 SUKANAN Branggah, Sapih, Palang besi

    (Lumbang)

    22 SUHERWOTO Negororejo, Lambangkuning, Boto

    (Lumbang)

    23 SATRIYONO Ganting Kulon, Suko, Pegalangan

    Kidul (Maron)

  • Halaman 8

    24 MOHAMMAD SUGIYANTO Maron Kulon, Gerongan (Maron)

    25 SULASTRI Kedungsari, Brumbungan Kidul,

    Maron Wetan (Maron)

    26 BABUN, AMD Taman, Petunjungan, Pandean

    (Paiton)

    27 ZAKIYATUL UMMAH, SP Paiton, Sumber Anyar (Paiton)

    28 ABDUL RAJAK Tanjung, Karanggeger (Pajarakan)

    29 ABDUL HARIS NASRULLAH, STP Kertonegoro, Kalidandan

    (Pakuniran)

    30 HADI PRASETYO, SP Bima, Gunggungan Kidul

    (Pakuniran)

    31 MOHAMMAD ZAMRONI Ranon (Pakuniran)

    32 ROHMADI Pakel, Kedasih, Ngepung

    (Sukapura)

    33 IFTACHOL ARIFIN, SP Pandan Sari, Sumber, Tukul,

    Cepoko, Rambaan (Sumber)

    34 RIDHO S WAHYUDI, SP Pesisir, Sumberbendo, Mentor

    (Sumberasih)

    35 MOHAMMAD SIDIK, SP Banjar sari, Lemah Kembar, Jangur

    (Sumberasih)

    36 ALI MUKHSIN, SP Tegalmojo, Blado Kulon

    (Tegalsiwalan)

    37 YETTI PUJI RAHAYUNINGSIH, SP Bulujaran Kidul, Tegalsiwalan

    (Tegalsiwalan)

    38 DIDIK KURNIAWAN Rejing, Tulupari (Tiris)

    39 GUNADI Tiris, Ranuagung, ranugedang (Tiris)

    40 DARTONO Tongas Kulon, Sumberrejo (Tongas)

    41 KARYANTOKO Sumberkramat, Pamatan, Klampok

    (Tongas)

    42 FAKTUL ARIFIN, SP Jrebeng, Wonorejo, Poh sangit

    ngisor (Wonomerto)

    43 TITIN AGUSTINI, SP Sepuh Gembol, Patalan

    (Wonomerto)

    44 AHMADI Kramat Agung, Kropak (Bantaran)

    45 IR. SUGIK HARIYONO

    Klenang Kidul, Gading Kulon,

    Banyuanyar Kidul, Sentulan

    (Banyuanyar)

    46 HARIYANTO Bago, Kecik, Jambangan,

    Klampokan (Besuk)

    47 AHMAD RIYADI, AMD Renteng, Duren, Sumber Secang

    (Gading)

    48 ZAENAL ARIFIN, AMD Batur, Betek Taman, Jurang Jero

    (Gading)

    49 EDY AHMAD SALEH Sumber Kerang, Pikatan (Gending)

    50 ABDUL TAWAB, SP Sambirampak Kidul, Curah Temu

    (Kotaanyar)

    51 ASWARIANTO, SP Pasembon, Sidorejo (Kotaanyar)

    52 RUSMINI, SP Kedung Rejoso, Sukorejo

    (Kotaanyar)

  • ``

    Halaman 9

    53 ALI USMAN Kebun Agung, Alassumur Kulon

    (Kraksaan)

    54 EKO YULIANTO, SP Semampir, Kalibuntu (Kraksaan)

    55 DIAH PERMATASARI, SP Sokaan, Gebangan (Krejengan)

    56 ABDUL RACHMAN, AMD Patemon, Tanjang Sari (Krejengan)

    57 MUNALI Kalianan, Watu Panjang, Guyangan

    (Krucil)

    58 NURSIADI, AMD Kedawung, Resongo (Kuripan)

    59 TITIK MUKTI RAHAYU, AMD Waru Jinggo, Clarak, (Leces)

    60 EKO SISWANTO, SP Tigasan Kulon, Malasan Kulon,

    Jorongan (Leces)

    61 IR. RAHARTO Tigasan Wetan (Leces)

    62 NURHAYATI, AMD Tandon Sentul, Purut (Lumbang)

    63 HERMANTO, SPT Puspan, Santrean, Brani Wetan

    (Maron)

    64 IR. NUR SAMSU Plampang, Pondok Kelor, Sukodadi

    (Paiton)

    65 JAMALUDDIN Binor Sumberrejo (Paiton)

    66 EKA KUSWILWATIKTANTO,SP Kalikajar Wetan, Alas Tengah,

    Kalikajar Kulon (Paiton)

    67 SURYADI Karangbong, Ketompen

    (Pajarakan)

    68 SUSI CANDRA KIRANA Selogudig Kulon, Selogudig Wetan

    (Pajarakan)

    69 MARGONO, AMD Pakuniran, Glagah (Pakuniran)

    70 SRI HASTUTI, SP Bucor Kulon, Bucor Wetan

    (Pakuniran)

    71 SYAIFUDDIN, SP Sogaan, Kedungsumur (Pakuniran)

    72 AMAN, AMD Sapikerep, Sariwani (Sukapura)

    73 EDI SUTAMAN, SP Gemito, Wonokerso, Sumber Anom,

    Ledokombo (Sumber)

    74 ARWAN PRAHARA, SP Gili Ketapang, Sumurmati,

    Laweyan, Ambulu (Sumberasih)

    75 DEDI TRI BASUKI, SP Gunung Bekel (Tegalsiwalan)

    76 RINA BUDHI WIJAYANTI, AMD Andungbiru, Segaran, Andungsari

    (Tiris)

    77 SUGENG EKO SUBANDRI, AMD Racek, Jangkang, Wedusan (Tiris)

    78 ASMADI, AMD Wringin Anom, Curah Dringu,

    Tongas Wetan (Tongas)

    79 ISTIYAR HIDAYADI, SP

    Sumber kare, Pohsangit Tengah,

    Kareng Kidul, Poh Sangit Lor

    (Wonomerto)

    Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Tanaman

    Pangan dan Hortikultura (ASN Provinsi Jatim) 1 SAENUL HADI POPT Paiton/Besuk

    2 SUGIONO POPT Kotaanyar/Pakuniran

    3 SUYONO POPT Kraksaan

    4 M. ILYAS POPT Krejengan

  • Halaman 10

    5 SADI POPT Pajarakan

    6 SUPARTO POPT Gading-Tiris-Krucil

    7 BRENY HERMANTO POPT Gending - Banyuanyar

    8 BAMBANG SUDJOKO POPT Maron

    9 SUHARSONO POPT Dringu

    10 GATOT PRAWIRO S POPT Bantaran-Wonomerto

    11 KASIADI POPT Tegalsiwalan-Leces (Koordinator)

    12 KUSNADI POPT Tongas

    13 SUPARMIN POPT Sumberasih

    14 SUGIYANTO POPT Sukapura-Sumber-Lumbang

    Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (ASN Balai Besar

    Proteksi dan Perbenihan Tan. Perkebunan Jombang)

    1 RUDY TRISNADI POPT wilayah Kabupaten

    Probolinggo

    2 IKA POPT wilayah Kabupaten

    Probolinggo

    Petugas Pembenihan tanaman pangan & hortikultura (ASN

    Diperta KP Provinsi Jatim)

    1 AGUS FIRMAN UPT-PSB Diperta Propinsi

    2 M. SYAIFUDIN MALIK UPT-PSB Diperta Propinsi

    Sumber : Sekretariat Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kab. Probolinggo

    (2019)

    B. ASPEK STRATEGIS DINAS KETAHANAN PANGAN

    DAN PERTANIAN

    Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian

    Kabupaten Probolinggo mempunyai tujuan yang

    berkaitan dengan Urusan Pangan dan Urusan

    Pertanian dimana kedua urusan ini sangat penting

    bagi kesejahteraan masyarakat Kabupaten

    Probolinggo, sehingga dalam RPJMD ditetapkan

    secara langsung yang terkait dengan urusan pangan

    (Indeks Ketahanan Pangan) dan urusan pertanian ini

    (Laju pertumbuhan ekonomi). Sebagaimana tercantum

  • ``

    Halaman 11

    dalam RPJMD Kabupaten Probolinggo tahun 2018-

    2023 Misi 2 Sasaran 10 (meningkatkan ketahanan

    Pangan) dan Misi 4 Sasaran 13 (Meningkatnya Produk

    Domestik Regional Bruto sektor Strategis).

    Dalam penjabarannya Indeks ketahanan

    pangan dapat dicapai jika bisa melaksanakan

    implementasi kegiatan yang mengacu kepada

    Standar Pelayanan Minimal (SPM) Ketahanan Pangan.

    Pencapaian SPM ketahanan Pangan akan

    menggambarkan seberapa jauh pemenuhan/

    kesejahteraan pangan masyarakat Kabupaten

    Probolinggo, yang untuk saat ini masih mencapai

    tahap 69,75 (kategori sedang). Beberapa instrument

    yang digunakan dalam meningkatkan ketahanan

    pangan di Kabupaten Probolinggo, antara lain :

    (1) Meningkatkan ketersediaan dan cadangan

    pangan ~ Secara keseluruhan wilayah

    Kabupaten Probolinggo mempunyai

    karakteristik yang berbeda-beda antara

    daerah satu dengan daerah lainnya. Sehingga

    dalam pemenuhan pangan mempunyai

    tingkat kesulitan yang berbeda. Di beberapa

    desa malahan terindikasi sebagai daerah yang

    rawan / rentan pangan atau malahan daerah

    dengan tingkat kemiskinan cukup tinggi yang

  • Halaman 12

    disebabkan oleh masalah pangan ini. Jika

    dihitung dengan ketersediaan beras sebagai

    pangan utama maka terdapat desa-desa

    yang benar-benar harus mengimpor beras,

    sedang akses mendapatkan beras bisa

    diperoleh dengan biaya yang lebih mahal.

    (2) Meningkatkan tingkat konsumsi pangan ~ profil

    Kabupaten Probolinggo yang mempunyai

    daerah pantai hingga penggunungan telah

    menyebabkan perbedaan pola konsumsi.

    Dimana hal tersebut terkait dengan jenis

    makanan yang dikonsumsi, tingkat

    pengetahuan tentang pola pangan oleh

    masyarakat, dan peredaran pangan segar

    yang aman di masyarakat.

    (3) Meningkatkan distribusi pangan~ Pangan

    yang seharusnya didapatkan setiap hari

    secara mudah dan dan terjangkau ternyata

    tidak selalu tersedia. Persoalannya adalah

    harga pangan yang tidak stabil karena dari

    waktu ke waktu. Jika melihat komoditi beras

    sebagai pangan utama maka komoditi beras

    ini bisa diperoleh dengan harga yang cukup

    stabil karena beras sendiri diperlakukan

    sebagai komoditi inelastisitas oleh pemerintah,

  • ``

    Halaman 13

    sehingga komoditi beras selalu dijaga tingkat

    harganya dari tingkat petani hingga tingkat

    pemasarannya. Namun terdapat beberapa

    komoditi pertanian lainnya yang masih sering

    mengalami fluktuasi harga yang cukup tinggi

    yang tentu saja hal ini juga memberatkan para

    petani sebagai produsen dan masyarakat

    umum secara konsumen.

    Dalam penjabaran Peningkatan PDRB Sektor

    Strategis. PDRB sektor Lapangan Usaha Pertanian

    kabupaten Probolinggo memberikan kontribusi + 33%

    dari keseluruhan PDRB. Namun dalam

    perkembangannya PDRB sektor pertanian

    pertumbuhannya cenderung stagnan atau semakin sulit

    untuk meningkat dibanding sektor lainnya, padahal

    hingga saat ini postur PDRB Kabupaten Probolinggo

    masih didominasi oleh sektor pertanian keseluruhan

    dan sektor pertanian diperkiraan masih memberikan

    dampak ikutan kepada keberlangsungan sektor

    lainnya (pengolahan). Jika PDRB sektor pertanian ini

    mengalami penurunan maka akan memberikan

    angka penurunan yang sangat besar bagi

    pertumbuhan ekonomi yang ada di Kabupaten

    Probolinggo.

  • Halaman 14

    Di Kabupaten Probolinggo, mayoritas

    masyarakat adalah petani baik petani subsektor

    tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan

    kebanyakan mereka (77,7%) adalah petani gurem

    (kepemilikan lahan rata-rata kurang 0,5 ha), sehingga

    secara kelayakan usaha (feasibility) mereka masih

    sangat kurang. Hal inilah yang membuat perlunya

    campur tangan/ intervensi pemerintah untuk

    mengurangi beban para petani melalui

    pembangunan. Campur tangan pemerintah daerah

    melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian

    berupa pelaksanaan program dan kegiatan.

    Tabel 1.2. Komposisi Penguasaan lahan

    Pertanian Kabupaten

    Probolinggo Tahun 2013

    Luas Lahan yang dikuasai

    Jumlah Rumah Tangga Usaha

    Pertanian Persentase

    Akumulasi persentase

    < 0.1 ha 44.081 23,2% 23% 0.1 - 0.19 ha 35.906 18,9% 42% 0.2- 0.49 ha 67.634 35,7% 78% 0.5 - 0.99 ha 27.628 14,6% 92% 1 - 1.99 ha 10.523 5,5% 98% 2 - 2.99 ha 2.327 1,2% 99% 3 -3.99 ha 849 0,4% 100% 4 - 4.99 ha 308 0,2% 100% 5 - 9.99 ha 447 0,2% 100%

    Jumlah 189.703 100%

    Sumber : Sensus Pertanian tahun 2013 diolah.

  • ``

    Halaman 15

    Kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh

    Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian mengacu

    kepada Program-program yang telah ditentukan

    dalam RPJMD TA 2018-2023 Kabupaten Probolinggo

    dan program nasional utamanya Kementerian

    Pertanian. Sub sektor tanaman pangan, hortikultura

    dan perkebunan mempunyai permasalahan-

    permasalahan yang kompleks yang memerlukan

    penanganan yang sungguh-sungguh, ini disebabkan

    beragamnya kepentingan sosial, ekonomi dan

    budaya yang terjadi di bidang pertanian.

    Peningkatan produksi, dan kesejahteraan petani

    menjadi isu sentral, karena ini menjadi pijakan dari

    semua aktivitas masyarakat baik pertanian maupun

    non pertanian.

    Peran Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian

    sendiri kepada masyarakat lebih banyak pada transfer

    teknologi pertanian kepada petani, bantuan sarana

    prasarana pertanian, fasilitasi agribisnis, dan

    penerapan teknologi pertanian untuk

    pengembangan pertanian. Hasil yang diharapkan

    nampak dari kegiatan di Dinas Ketahanan Pangan

    dan Pertanian adalah peningkatan besaran produksi

    hasil pertanian baik produksi pra panen maupun

  • Halaman 16

    pasca panen. Disini Dinas Ketahanan Pangan dan

    Pertanian berusaha memperhatikan faktor-faktor yang

    mempengaruhi pencapaian besaran produksi

    tanaman pangan dan hortikultura, baik secara sosial,

    ekonomi, maupun budaya. Hasil dari kegiatan-

    kegiatan yang ada di Dinas Ketahanan Pangan dan

    Pertanian tersebut diharapkan berpangaruh positif

    pada masa sekarang maupun masa akan datang.

    Dengan struktur organisasi seperti sekarang ini

    maka diharapkan terjadi sinkronisasi Dinas Ketahanan

    Pangan dan Pertanian dengan partisipasi masyarakat

    dalam melaksanakan pembangunan pangan dan

    pertanian. Dengan adanya sistem demokrasi yang

    dianut negara ini, maka partisipasi masyarakatlah

    yang sangat diperlukan. Intervensi-intervensi yang

    dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan

    Pertanian Kabupaten Probolinggo hanya bersifat

    stimulus dan memberikan fasilitasi untuk meningkatkan

    partisipasi masyarakat yang mana hal itu diharapkan

    membawa perubahan positif yang besar. Selain itu

    dampak yang diharapkan dari program kegiatan

    yang dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan

    Pertanian adalah Pengurangan angka kemiskinan .

  • ``

    Halaman 17

    C. STRUKTUR ORGANISASI DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN

    Adapun Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten

    Probolinggo dapat dilihat pada bagan struktur organisasi berikut ini.

  • Halaman 18

    D. PERMASALAHAN UTAMA

    Terdapat beberapa Permasalahan utama dari

    pembangunan Urusan Pangan dan Pertanian secara

    umum adalah bagaimana harus menyediakan

    pangan yang berkualitas sehingga dapat

    meningkatkan indeks ketahanan pangan sedangkan

    kondisi masyarakat di Kabupaten Probolinggo masih

    banyak yang miskin dan meningkatkan nilai tambah

    produksi pertanian/ Produksi Pertanian bagi

    masyarakat Kabupaten Probolinggo, sedangkan

    lahan dan sarana pendukung produksi semakin

    terbatas.

    Beberapa permasalahan utama yang

    mempengaruhi kinerja dalam urusan pangan dan

    urusan pertanian antara lain :

    d.1. Permasalahan Urusan Pangan (Wajib non pelayanan

    dasar)

    Sesuai dengan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan

    Pertanian disebutkan terdapat tiga aspek yang ditangani

    dalam bidang Ketahanan Pangan yaitu [1] Ketersediaan

    Pangan dan Cadangan Pangan, [2] Konsumsi Pangan, dan

    [3] Distribusi dan Akses Pangan, yang melalui ketiga aspek

  • ``

    Halaman 19

    ini diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pangan

    masyarakat secara layak. Di Kabupaten Probolinggo

    indeks Ketahanan Pangan pada tataran sedang (indeks

    ketahanan pangan = 69,75). Dari angka ini dapat

    disimpulkan masih terdapat permasalahan yang perlu

    diselesaikan.

    Berikut ini disampaikan permasalahan urusan

    Pangan di Kabupaten Probolinggo melalui pendekatan 3

    Pilar Ketahanan Pangan yaitu Ketersediaan Pangan, Akses

    Pangan, dan Pemanfaatan Pangan sehingga dapat

    diidentifikasikan beberapa hal yang perlu ditangani.

    i. Ketersediaan Pangan

    Ketersediaan Pangan dapat diuraikan menjadi

    Ketersediaan Pangan dan Cadangan Pangan, dimana

    kedua hal tersebut pada intinya adalah mengukur

    keberadaan pangan bagi masyarakat di Kabupaten

    Probolinggo. Sedangn pangan yang dihitung terdiri

    pangan nabati dan hewati. Kondisi ketersediaan pangan

    yang ada di Kabupaten Probolinggo dapat diuraikan

    sebagaimana berikut ini :

    (1) Ketersediaan Pangan

    Ketersediaan pangan di Kabupaten Probolinggo

    tergantung kepada tingkat produksi, pangan yang masuk,

  • Halaman 20

    pangan yang keluar, stok pangan yang ada di pemerintah

    dan stock pangan dimasyarakat. Beberapa komoditi

    pangan didapatkan dapat diperoleh secara mandiri dari

    dalam daerah Kabupaten Probolinggo sendiri seperti

    misalnya padi, jagung, ubi kayu, kentang, ikan, dan

    lainnya. Sedang produksi seperti susu, daging unggas, dan

    pangan lainnya masih harus mendatangkan daerah

    lainnya. Untuk daging ruminansia walaupun populasi

    sangat melimpah namun sapi-sapi tersebut kebanyakan

    dikirim keluar daerah dalam keadaan hidup-hidup, dan

    pemotongan sapi di Kabupaten Probolinggo relatif sedikit

    dibanding populasi yang ada. Sehingga tidak bisa diklaim

    sebagai produksi daging sapi.

    Ketersediaan komoditi pangan di tiap-tiap daerah

    berbeda-beda, di daerah dataran tinggi ketersediaan

    ikan lebih sedikit dibanding di daerah rendah (dekat

    pantai), Hingga saat ini Ketersediaan pangan belum

    terdeteksi dan tertata secara baik, masih kurang

    kelembagaan yang menopang ketersediaan pangan

    bagi masyarakat. Di beberapa daerah (kecamatan)

    kondisi pangan dalam keadaan defisit dalam bulan-bulan

    tertentu.

    Upaya back up tata kelola ketersediaan dan

    cadangan pangan adalah membangun gudang

  • ``

    Halaman 21

    cadangan pangan, dimana dalam pelaksanaannya

    adalah pembangunan gudang, lantai jemur, dan RMU.

    Tabel 3.2 Jumlah estimasi Ekspor dan Impor pangan di Kab.

    Probolinggo Tahun 2017

    Jenis Pangan

    Jumlah Estimasi

    Impor (ton)

    Jumlah Estimasi Ekspor (ton)

    Jenis Pangan

    Jumlah Estimasi

    Impor (ton)

    Jumlah Estimasi Ekspor (ton)

    Beras 49.917 Susu 18.609 -

    Jagung 246.263,5 Minyak Kelapa sawit

    10.973,6 -

    Terigu 41.723,5

    - Kelapa 696 -

    Ubi Kayu 35.839 Kacang tanah - 756,2

    Ubi Jalar 1.131,6 - Kacang kedelai 13.533 -

    Kentang - 49.054 Gula pasir 4.111,3 -

    Ikan - 868,5 Gula merah 283,3 -

    Daging Ruminansia

    74,2 - Sayuran - 47.167,7

    Daging Unggas

    3.370,8 - Buah-buahan 27.228,1 -

    Telur 4.183,3 -

    Sumber : Laporan Akhir Analisis Pola Konsumsi dan Suplai Pangan Kabupaten Probolinggo Tahun 2018

    (2) Cadangan pangan

    Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun

    2012 tentang Pangan, pada pasal 23 menyatakan bahwa

    dalam mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian

    pangan dan ketahanan pangan, pemerintah

    menetapkan cadangan pangan nasional. Cadangan

    pangan nasional terdiri dari atas cadangan pangan

    pemerintah, cadangan pangan pemerintah daerah dan

    cadangan pangan masyarakat. Pengembangan

  • Halaman 22

    cadangan pangan nasional dimaksudkan untuk

    mengantisipasi kekurangan ketersediaan pangan,

    kelebihan ketersediaan pangan, gejolak harga pangan

    dan atau keadaan darurat.

    Cadangan Beras Nasional (CBN) sebesar 20% dari

    total kebutuhan beras nasional. Cadangan tersebut

    terbagi atas 11,5% di masyarakat, 8% dikuasai oleh

    pemerintah pusat, dan 0,5 % di pemerintah daerah.

    Sedangkan Kebutuhan konsumsi beras nasional 33,47 juta

    ton. Survei BPS (2015) beras tersebar di rumah tangga

    (47,57%), Bulog (19,30%) pedagang (18,32%), penggilingan

    (8,22%), dan Horeka (6,59%).

    Tentang lumbung pangan yang ada di Kabupaten

    Probolinggo sebagaimana berikut ini :

    Lumbung Pangan Pemerintah Daerah

    Lumbung Pangan Pemerintah Daerah di Kabupaten

    Probolinggo terletak di Desa Sukodadi Paiton Kabupaten

    Probolinggo. Dimana pengelolaan lumbung tersebut

    sesuai dengan UU 23/2014 tentang Pembagian Urusan

    Pemerintahan Bidang Pangan, pemerintah daerah baik

    provinsi, maupun kabupaten/kota bertanggungjawab

    untuk melaksanakan pengembangan cadangan pangan

    pemerintah. Pemerintah dan masyarakat bertanggung

  • ``

    Halaman 23

    jawab terhadap pengelolaan Cadangan Pangan

    Nasional, penguatan cadangan pangan sebagai

    antisipasi terhadap dampak anomali iklim yang semakin

    sulit diprediksi, seperti terjadinya pergeseran masa tanam,

    masa pemanenan yang tidak merata sepanjang tahun,

    dan meningkatnya bencana yang tidak terduga (banjir,

    longsor, kekeringan, gempa) sehingga memerlukan sistem

    cadangan pangan yang kuat.

    i. Kerawanan Pangan

    Kerawanan Pangan terdapat di Kabupaten

    Probolinggo, dimana Kerawanan Pangan bisa diidentifikasi

    melalui metode Food Security and vulnerability Atlas

    (FSVA). Terdapat Indikator yang digunakan untuk

    penentuan wilayah tahan dan rentan terhadap

    kerentanan pangan antara lain :

    1. Ketersediaan pangan

    a. Rasio warung terhadap rumah tangga

    b. Rasio toko terhadap rumah tangga

    2. Keterjangkauan pangan

    a. Rasio penduduk dengan tingkat kesejahteraan

    terendah

    b. Rasio rumah tangga tanpa akses listrik

    c. Desa tanpa akses penghubung yang memadai

    3. Pemanfaatan pangan

  • Halaman 24

    a. Rasio anak tidak sekolah terhadap semua anah

    umur 7-15 tahun

    b. Rasio rumah tangga tanpa akses ke air bersih

    c. Rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk

    d. Rasio rumah tangga tanpa fasilitas buang air

    besar.

    Dengan menggunakan data dari Potensi Desa

    (Podes) yang dimiliki oleh BPS Kabupaten Probolinggo

    maka dapat disusun Peta ketahanan dan Kerentanan

    Pangan di Kabupaten Probolinggo. Dengan data

    tersebut bisa diperoleh indeks ketahanan pangan tiap-tiap

    desa sehingga dapat disusun peringkat desa di

    Kabupaten Probolinggo. dari Peta dan Data berikut ini

    dapat disimpulkan bahwa desa Kalianan Krucil, desa

    Renteng Gading, desa Plaosan Krucil, dan desa

    Bulupandak Gading merupakan daerah dengan

    kerawanan pangan tertinggi.

  • ``

    Halaman 25

    Berdasarkan data tingkat ketahanan dan

    kerentanan pangan di Kabupaten Probolinggo,

    masih terdapat wilayah yang sangat rawan

    sebagaimana data berikut ini.

    Tabel 3.5. Data Tingkat ketahanan dan kerentanan pangan di Kabupaten Probolinggo

    No Tingkat Ketahanan dan Kerentanan

    Pangan Jumlah desa

    1 Sangat rawan 12 desa

    2 Rawan 103 desa

    3 Tahan pangan 168 desa

    4 Sangat tahan pangan 47 desa

    Sumber : Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Tingkat Desa Provinsi Jawa Timur (2016)

  • Halaman 26

    ii. Akses Pangan

    Distribusi pangan secara real time, belum

    menggambarkan distribusi ketersediaan dan konsumsi

    pangan nabati, pangan hewani di seluruh wilayah

    Kabupaten Probolinggo hingga tingkat desa;

  • ``

    Halaman 27

    Tabel 3.7. Perbandingan Produksi dan Konsumsi Beras (ton) per per bulan

    No Kecamatan Surplus dan Difisit antara Produksi dan Konsumsi Beras (Ton) per per Bulan Tahun 2017

    Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okto Nop Des

    1. Sukapura -107,5 -141,8 -141,5 -114,1 -105,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -142,0

    2. Sumber -184,1 -130,1 -164,2 -111,9 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,7 -183,6

    3. Kuripan -173,0 587,9 789,1 335,8 -79,7 67,1 -117,6 -212,4 -212,4 -212,5 -216,6 -224,0

    4. Bantaran -309,6 29,6 983,5 212,0 -201,6 -290,7 -274,7 -303,4 -303,4 -303,4 -306,3 -309,7

    5. Leces -399,4 -293,5 295,8 435,6 -256,5 -406,6 -332,0 -407,0 -406,6 -400,1 -357,2 -411,8

    6. Tegalsiwalan -232,4 -125,7 926,4 1.124,7 -53,4 -235,9 -258,0 -258,0 -257,0 -256,9 -254,9 -246,6

    7. Banyuanyar -381,4 609,2 2.864,1 979,5 -21,0 -358,3 -286,3 -388,6 -370,6 -394,3 -404,4 -421,5

    8. Tiris 865,2 3.486,3 -111,0 54,5 25,9 -353,4 -223,0 -260,9 -167,8 -278,5 -204,4 363,3

    9. Krucil -397,5 -387,4 1.047,4 711,4 295,4 7,6 -251,1 -382,7 -337,5 -311,1 -373,3 -362,9

    10. Gading 1.411,1 1.748,3 1.662,7 1.335,5 1.450,6 1.502,2 1.644,1 1.527,1 1.527,4 1.495,2 1.720,2 1.313,9

    11. Pakuniran -144,1 212,7 1.254,7 1.312,8 413,9 1.096,3 714,8 -298,9 -275,7 -92,6 -216,0 -240,0

    12. Kotaanyar -287,1 -180,1 1.678,8 1.912,3 -164,6 -132,3 44,6 -248,1 -96,3 -264,2 -264,4 -271,0

    13. Paiton -423,3 -436,2 935,4 3.677,6 387,6 -251,8 232,4 63,0 -466,4 -476,5 -476,5 -483,2

    14. Besuk 522,6 2.324,4 3.136,8 2.190,2 2.673,4 2.349,0 1.886,8 691,7 40,4 -136,7 -160,5 -296,9

    15. Kraksaan -288,4 -247,4 -205,7 3.443,6 891,5 86,2 1.216,4 867,7 -121,9 -40,8 638,9 774,2

    16. Krejengan -165,3 481,3 3.496,3 2.428,1 2.783,2 2.401,9 885,3 211,1 -45,6 -49,4 -20,8 -34,3

    17. Pajarakan -23,5 -17,7 317,0 1.149,2 1.293,1 509,0 408,8 744,4 424,1 397,1 671,4 168,0

    18. Maron -326,2 1.007,3 3.503,4 1.468,3 -344,6 464,1 1.084,7 567,6 100,0 -313,7 11,3 130,6

    19. Gending 96,0 294,8 415,6 990,7 414,2 670,1 854,7 546,3 394,7 101,8 74,9 78,4

    20. Dringu -305,0 367,4 881,1 985,5 141,4 -322,2 -366,6 -264,3 -242,2 -355,3 -346,6 -365,9

    21. Wonomerto -295,2 115,7 287,5 1.347,7 1.047,1 243,0 -216,3 -264,8 -282,2 -282,2 -283,6 -303,5

    22. Lumbang -235,8 -164,1 484,2 707,0 67,4 366,3 70,7 -229,5 -228,3 -170,4 -77,0 -241,8

    23. Tongas -150,8 -274,7 1.655,7 4.488,3 219,1 -429,5 -389,8 510,9 -267,2 -424,0 -407,0 149,5

    24. Sumberasih -455,7 -360,5 1.100,0 3.484,0 -278,2 -263,2 -373,0 -115,4 -392,9 -392,4 -376,0 -378,2

    Jumlah -2.390,0 8.505,7 27.093,2 34.548,3 10.415,2 6.394,2 5.630,3 1.771,1 -2.312,0 -3.485,6 -1.954,1 -1.939,0

    Sumber : Bidang Ketahanan Pangan DKPP di olah (2017)

  • Halaman 28

    Dari tabel di atas secara keseluruhan Kabupaten

    Probolinggo mengalami surplus beras sebesar 82.277 ton

    beras, namun terdapat beberapa mengalami defisit

    seperti Sukapura, Sumber, Bantaran, Leces, Tegalsiwalan,

    Krucil, dan Dringu.

    Dilihat dari persebaran persediaan setiap bulan maka

    dapat diketahui bahwa masyarakat untuk memenuhi

    kebutuhan beras (pangan) harus mengambil beras dari

    daerah lain (sekitar/ lain), disini peran distribusi pangan

    dan cadangan pangan menjadi sangat penting.

    Contohnya adalah daerah seperti Sukapura

    menggantungkan pasokan beras dari luar , Peran

    penyimpanan beras oleh masyarakat sendiri sangat

    penting.

    iii. Pemanfaatan Pangan

    Pola komsumsi pangan akan mempengaruhi status

    gizi individu. Permasalahan gizi di Kabupaten Probolinggo

    cenderung pada gizi kurang, Hal ini ini terlihat dengan

    banyaknya jumlah balita kurus, pendek dan wanita

    (ibu/calon ibu) yang beresiko kurang energi kronis. Hasil

    Pemantauan status gizi (PSG) 2017, terdapat balita dengan

    gizi kurang dan buruk (underweight) sebesar 16%, balita

    pendek dan sangat pendek (stunting) sebesar 32 %, balita

    kurus dan sangat kurus (wasting) 6.1% dan balita gemuk

  • ``

    Halaman 29

    4%. Balita yang mendapat ASI eksklusif hanya sebesar

    33,6%, ibu hamil beresiko KEK (Kurang Energi Kronis) sebesar

    25,1% dan wanita usia subur beresiko KEK sebesar 14,9%.1

    Tabel 3.8. Desa yang diprioritaskan dalam penanganan balita stunting

    No Kecamatan Desa No Kecamatan Desa

    1 Krejengan Widoro 10 Gading Batur

    2 Pakuniran Alaspandan 11 Banyuanyar Banyuanyar Tengah

    3 Dringu Mranggon Lawang

    12 Paiton Kalikajar Kulon

    4 Paiton Petunjungan 13 Krejengan Kedung Caluk

    5 Gending Klaseman 14 Dringu Randuputih

    6 Krejengan Opo-opo 15 Paiton Sukodadi

    7 Gending Bulang 16 Gading Nogosaren

    8 Pakuniran Betektaman 17 Sumber Pandansari

    9 Gading Bucor wetan 18 Sumber Cepoko

    Sumber : Bappeda Kabupaten Probolinggo

    Konsumsi pangan penduduk Kabupaten

    Probolinggo sudah mencukupi secara kuantitas namun

    belum berkualitas. Konsumsi energi dan protein di

    Kabupaten Probolinggo tahun 2016 sebesar 2.078

    kkal/kap/hari (96,6% AKE) dan 55,9 g/kap/hari (98% AKP).

    Adapun konsumsi energi dan protein tahun 2017 sebesar

    2.055 kkal/kap/hari (95,5% AKE) dan 55,5 gr/kap/hari (97,3

    AKP). Konsumsi energi menurun sebesar 1.1% konsumsi

    1 Laporan akhir analisis pola konsumsi dan suplai pangan Kabupaten Probolinggo tahun 2018 DKPP & MWA

  • Halaman 30

    protein menurun sebesar 0,72% dari tahun 2017 terhadap

    tahun 2016. Skor PPH Kabupaten Probolinggo tahun 2016

    adalah 69, meningkat sebesar 4,3% menjadi 72 pada tahun

    2017. Konsumsi padi-padian dan gula sudah mencukupi

    standar ideal. Kelompok pangan lainnya yaitu umbi-

    umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji

    berminyak, kacang-kacangan, serta sayur dan buah

    masih belum memenuhi standar ideal.

    Pada tahun 2016, pola konsumsi pangan sumber

    karbohidrat penduduk adalah beras (71%), terigu (16%),

    dan jagung (10%). Pada tahun 2017, pola konsumsi

    pangan sumber karbohidrat adalah beras (70%) dan

    terrigu (21%). Jagung tidak lagi menjadi konsumsi pangan

    sumber karbohidrat. Selain ikan dan kacang kedelai, pola

    konsumsi pangan sumber protein pada tahun 2016 adalah

    kacang kedelai (45%), ikan (19%), daging unggas (10%),

    telur (10%), dan susu (9%). Adapun pola konsumsi pangan

    sumber protein pada tahun 2017 memiliki pola yang sama

    dengan tahun sebelumnya yaitu kacang kedelai (40%),

    ikan (22%), daging unggas (13%) , telur (11%), susu (6%) dan

    daging ruminansia (5%). Pola konsumsi vitamin dan mineral

    pada tahun 2016-2017 adalah sayuran dan buah-buahan.

    Minyak sawit adalah sumber kelompok minyak dan lemak

    yang paling banyak dikonsumsi. Hal ini terlihat dari

    kontribusi konsumsi energi minyak sawit tahun 2016 dan

  • ``

    Halaman 31

    2017 sebesar 90% dan 93% berturut-turut. Gula pasir

    menjadi pola konsumsi pangan sumber gula dengan

    kontribusi energi sebesar 98%.

    Tabel 3.9. Konsumsi Pangan Penduduk Kabupaten Probolinggo Tahun 2017

    No Kelompok Pangan Gram/ kapita/

    hari

    Kkal/ Kapita/ hari

    % AKE 2

    g/kapita/ hari

    % AKP 3

    1 Padi-padian 326,5 1.329 61,8 29,5 51,6

    2 Umbi-umbian 48,5 54 2,5 0,5 0,9

    3 Pangan hewani 71,3 111 5,2 11,5 20,2

    4 Minyak dan Lemak 23,6 213 9,9 0,0 0,0

    5 Buah/ Biji berminyak

    2,1 12 0,6 0,2 0,4

    6 Kacang-kacangan 34,0 86 4,0 8,7 15,3

    7 Gula 33,1 121 5,6 0,0 0,0

    8 Sayur dan buah 152,9 85 3,9 2,8 4,9

    9 Lain-lain 70,8 45 2,1 2,3 4,0

    Total 2.055 95,6 55,5 97,3

    Sumber : Laporan Akhir Analisis Pola Konsumsi dan Suplai Pangan Kabupaten Probolinggo Tahun 2018

    Kemandirian pangan di suatu wilayah dianalisis

    berdasarkan perspektif swasembada pangan dimana

    pemenuhan kebutuhan (konsumsi) pangan diutamakan

    berasal dari kemampuan produksi pangan wilayah.

    Kemandirian energi di Kabupaten Probolinggo adalah

    3.527 kkal/kapita/hari (147% AKE), protein sebesar 94,3

    g/kapita/hari (94,3 %AKE) dan skor PPH 55,8. Kondisi ini

    2 Angka Kecukupan Energi : 2.150 kkal/ kapita/ hari 3 Angka Kecukupan Protein : 57 g /kapita /hari

  • Halaman 32

    menunjukkan bahwa secara umum Kabupaten

    Probolinggo tergolong surplus pangan (>110% AKE) 57

    gram namun pangan yang diproduksi keragamannya

    masih rendah. Produksi pangan padi-padian (beras,

    jagung), umbi-umbian dan sayuran sudah mampu

    memenuhi kebutuhan penduduknya dan berpotensi

    ekspor. Namun produksi kelompok pangan lainnya masih

    belum mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk

    secara ideal dan harus dipenuhi dari pasokan (impor)

    pangan.

    Tabel 3.10. Perbandingan Produksi dan Konsumsi Pangan di Kabupaten Probolinggo berdasarkan komoditi pertanian Tahun 2017

    No Komoditi Produksi

    (ton) Konsumsi

    (ton)

    Surplus/ Defisit (ton)

    1 Beras 179.832 97.549,75 82.282

    2 Jagung 229.366 4.082,74 184.115

    3 Ubi kayu 44.795 16.110,25 28.685,35

    4 Kedelai 126 13.682,68 -13.556

    5 Daging sapi 3.913 2.202,03 1.711,53

    6 Daging ayam Tidak ada

    data 2.202,03

    Tidak ada data

    7 Daging Kambing 121 2.202,03 (2.080,72)

    8 Daging Kambing Domba

    259 2.202,03 (1.942,04)

    9 Daging ayam ras 1.558 2.202,03 (643,96)

    10 Daging ayam buras 15 2.202,03 (2.186,54)

    11 Telur ayam buras 797 2.202,03 (1.404,26)

  • ``

    Halaman 33

    12 Telur itik 2.454 2.202,03 252,07

    13 Telur ayam ras 1.801 2.202,03 (400,09)

    14 Daging sapi 24.096 2.202,03 21.893,97

    15 Daging ayam 3.913 2.202,03 1.711,53

    16 Daging Kambing Domba

    121 2.202,03 (2.080,72)

    Sumber : Bidang Ketahanan Pangan DKPP (2018)

    Keamanan Pangan bagi masyarakat masih belum

    dapat dipenuhi, karena perlakuan proses produksi

    pangan segar masih belum dapat dipantau secara baik

    dan pendidikan bagi produsen pangan masih belum

    terselenggara secara optimal.

    Salah satu proses meningkatkan keamanan pangan

    adalah dengan meningkat standar keamanan produksi

    hasil pangan segar yang diproduksi oleh para petani di

    Probolinggo, hal ini dilakukan UPT Pengawasan dan

    Sertifikasi Hasil Pertanian. Untuk saat ini UPT ini masih dalam

    tahap pembangunan gedung UPT. Sehingga tidak banyak

    yang bisa diperoleh dari UPT ini.

    d.2. Permasalahan Urusan Pertanian (Pilihan)

    Secara umum masalah Urusan pertanian berkaitan

    dengan bagaimana mendapatkan nilai tambah pada

    subsektor bahan pangan, hortikultikultura, dan

    perkebunan. Nilai tambah dapat diketahui dengan

    menggunakan indikator Produksi sektor Tanaman

  • Halaman 34

    Pertanian. Sebagaimana kecenderungan pada tahun-

    tahun terakhir sektor Pertanian semakin sulit untuk

    meningkatkan laju pertumbuhannya. Indikator Produksi

    tanaman pertanian ini juga terkait secara langsung

    pendapatan para petani. Baik produksi tanaman

    pertanian maupun pendapatan petani saling

    mempengaruhi secara langsung. Namun peningkatan

    produksi tidak selalu meningkatkan pendapatan petani,

    selama beberapa tahun terakhir ini semakin banyak faktor

    yang berpengaruh seperti kebijakan impor komoditi

    pertanian, persaingan komoditi yang sama antar daerah,

    kelembagaan petani yang belum menunjang, tata niaga

    lokal komoditi pertanian yang kurang menguntungkan,

    dan kapasitas pasca panen yang masih rendah.

  • ``

    Halaman 35

    Sedangkan untuk produksi pertanian mengalami

    kesulitan yang sangat besar di 2 (dua) tahun terakhir

    (tahun 2017-

    2018), dimana

    produksi

    pertanian

    mengalami

    penurunan

    yang sangat

    drastis akibat

    serangan

    hama

    penyakit dan

    kurangnya air untuk pertanian. Sebagaimana terlihat

    pada tabel 3.2. dimana tanaman padi mengalami

    penurunan yang signifikan. Untuk tanaman lainnya dari

    tahun ke tahun secara perlahan mengalami penurunan

    produksi (tanaman ubi kayu, tembakau, mangga, tebu,

    kedelai, kelapa, dan lainnya). Berdasarkan data yang ada

    penurunan ini terjadi karena alih komoditi (ke padi atau ke

    jagung atau ke sengon) atau terjadi alih fungsi lahan

    pertanian ke non pertanian (pemukiman, jalan, dan

    lainnya).

    Gambar 3.2. Produksi Pertanian Tahun 2003

  • Halaman 36

    Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Dinas

    Pertanian

    Kabupaten

    Probolinggo

    tahun 2016

    bersama

    dengan

    Universitas

    Airlangga

    menunjukkan

    bahwa

    bahwa

    permasalahan

    terbesar yang

    dirasakan petani di Kabupaten Probolinggo adalah

    masalah Stabilitas Harga. Hingga sekarang harga komoditi

    pertanian belum memuaskan dan belum dapat

    memberikan kesejahteraan kepada petani secara layak.

    Secara umum ketidakseimbangan antara

    permintaan dan penawaran masih menjadi

    permasalahan. Ketidakseimbangan ini merugikan

    produsen (petani) dan konsumen (masyarakat) karena

    ketidakpastian yang tinggi menyebabkan barang /

    komoditi pertanian tidak tepat waktu panen dan konsumsi,

    dan menimbulkan kerugian akibat kerusakan-kerusakan

    Sumber: Evaluasi Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Dinas Pertanian Unair (2016)

    Gambar 3.3. Tingkat permasalahan dirasakan petani

  • ``

    Halaman 37

    yang dialaminya selama masa tunggu antara panen

    dengan masa konsumsi.

    Masalah harga ini juga disebabkan oleh petani tidak

    bisa mengelola hasil produksinya, dimana petani secara

    umum tidak mempunyai kemampuan untuk menyimpan

    hasil panennya secara maksimal beberapa sebab antara

    lain :

    o Petani terikat untuk segera menjual dengan para

    pemodal yang memberikan sarana produksi saat

    budidaya

    o Petani membutuhkan dana untuk kehidupan sehari-

    hari;

    o Hasil panen tidak maksimal (rusak akibat serangan

    OPT), sehingga dijual dengan dengan umur tanaman

    tidak maksimal

    o Biaya panen semakin mahal, misalnya ketiadaan

    prasarana (jalan usaha tani)

    o Petani tidak memanen hasil panennya sendiri, petani

    tidak mau mengalami keruwetan dalam masalah

    panen dan pemasaran.

    Stabilitas harga komoditi pertanian, Harga komoditi

    pertanian setiap tahun selalu mengalami fluktuasi, dimana

    hal tersebut telah menyulitkan bagi produsen dan

    konsumen. Tingkat harga komoditi pertanian terkait

    dengan tingkat produksi yang selalu berubah setiap waktu

  • Halaman 38

    dan keadaan. Selama lima tahun terakhir (2014-2018)

    terjadi lonjakan inflasi beberapa kali akibat tingkat harga

    komoditi pertanian, utamanya tanaman pangan (padi)

    dan tanaman hortikultura (bawang merah dan cabe).

    Beberapa sebab utama fluktuasi harga komoditi pertanian

    yang tinggi antara lain :

    o Produksi komoditi yang sama di daerah lain,

    dengan sering terjadinya bencana alam yang

    mengakibatkan puso menyebabkan lonjakan

    harga komoditi;

    o Petani kebanyakan sangat tergantung kepada

    pola pemasaran tradisional. Sebagaimana

    contohnya terjadi pola kemitraan tradisional

    pemasaran bawang merah yang melibatkan

    petani, kios pertanian, pedagang lokal, pengepul,

    pedagang besar dimana proses pembiayaan

    yang didapatkan oleh petani pada awal

    budidaya membawa konsekuensi pada

    penjualan hasil panen yang tidak

    menguntungkan para petani dibandingkan

    potensi keuntungan yang seharusnya didapatkan.

    o Kualitas yang menurun akibat perubahan cuaca

    dan serangan hama penyakit;

  • ``

    Halaman 39

    o Semakin mudahnya akses teknologi informasi

    mempengaruhi perubahan harga komoditi

    secara cepat;

    o Kebijakan impor komoditi pertanian, isue impor

    bagi petani sering dianggap tidak berpihak

    kepada para petani, pada beberapa kasus

    petani tebu sering melakukan proses terhadap

    kebijakan impor gula oleh pemerintah. Sistem

    pasar bebas menyebabkan hasil lelang gula harus

    berhadapan dengan gula impor, sehingga

    menyulitkan peningkatan harga gula lokal;

    o Tidak tersedianya sarana pasca panen dan

    pengolahan komoditi pertanian yang memadai

    dalam mendongkrak daya saing komoditi

    pertanian. Hal ini terjadi pada komoditi tebu,

    dimana animo petani tebu dalam budidaya

    sering terkendala dengan proses penggilingan

    tebu di pabrik gula. Harapan yang tinggi sering

    tidak tercapai karena hasil proses penghitungan

    rendemen dianggap rendah, dengan beberapa

    sebab seperti antrian penggilingan yang

    panjang.

    o Kurang sesuainya mutu komoditi dengan

    permintaan pasar, Hal ini terjadi pada tanaman

    jagung, Dimana hasil panen jagung Kabupaten

  • Halaman 40

    Probolinggo kurang memenuhi mutu produk yang

    diharapkan beberapa perusahaan pembeli

    karena dianggap masih kotor, tingkat kerusakan

    yang besar. Disini pengaruh varietas benih jagung

    dengan produktivitas yang tinggi kadang tidak

    bagus jika diolah dengan teknologi pasca panen

    yang dimiliki perusahaan tersebut, akibatnya

    jagung Probolinggo dibeli dengan harga yang

    lebih rendah dari jagung wilayah lain (Banyuwangi

    atau Situbondo)

    Disamping permasalahan yang dirasakan oleh petani

    sebagaimana hasil survei diatas maka terdapat persoalan

    besar yaitu masalah perubahan iklim, kerusakan

    lingkungan, dan bencana alam yang membawa

    konsekuensi kinerja bidang pertanian. Sedangkan untuk

    menjaga tingkat kestabilan harga komoditi (terutama

    komoditi hortikultura) diperlukan kemitraan, namun hal

    tersebut tidak mudah. Selama ini para petani kesulitan

    mencari pihak yang dapat diajak bermitra secara

    langsung dalam menampung hasil panen mereka.

    Banyak tanaman buah dan tanaman perkebunan

    tahunan (misalnya mangga, alpokat, kelapa, dan kopi)

    yang mengalami penurunan produktivitas-beberapa

  • ``

    Halaman 41

    penyebabnya antara lain tanaman tua atau rusak akibat

    diserang penyakit sehingga perlu dilakukan eradikasi.

    Gambar 3.4. Grafik Produktivitas tanaman buah di Kabupaten Probolinggo tahun 2002-2017

    Sumber : Statistik Pertanian DKPP (2002-2017)

    Serangan hama penyakit, Sejak beberapa tahun

    terakhir sering terjadi serangan organisme pengganggu

    tanaman secara masif sehingga menimbulkan kerugian

    yang sangat besar. Terjadinya serangan OPT yang masif

    ini bersamaan dengan perubahan iklim yang tidak pasti

    (hujan sepanjang tahun ataupun cuaca yang sangat

    panas) sehingga mendorong perkembangbiakan OPT

    yang ekstrim. Penyebab lain adalah pola budidaya

    tanaman pertanian yang masif sehingga mengganggu

    ekosistem, seperti misalnya tahun 2017 terjadi ledakan

    (outbreak) serangan hama wereng coklat pada tanaman

  • Halaman 42

    padi sehingga menyebabkan ratusan hektar mengalami

    penurunan produktivitas dan puso. Pada kasus ini terjadi

    resurjensi karena hama tidak mempan dikendalikan

    secara kimia, proses terjadi karena sejak tahun 2015

    dilakukan penamaman padi secara masif. Kejadian pada

    tanaman padi juga terjadi pada tanaman bawang

    merah, dimana petani harus mengeluarkan biaya ektra

    untuk pengendalian hama ulat bawang (spodoptera

    exiqua).

    Serangan hama penyakit pada tanaman padi –

    berdasarkan kawasan padi terdapat perbedaan karakter

    seranngan OPT seperti misalnya Kecamatan Gading yang

    lebih banyak mengalami serangan hama tikus

    dibandingkan jenis OPT lain.

    Pada tanaman kelapa banyak terjadi serangan

    hama kwangwung, pada daerah sepanjang pantai

    utara, sehingga sepanjang pantai utama tidak layak untuk

    pengembangan tanaman kelapa.

    Ketersediaan air semakin terbatas, Para petani

    dalam melakukan budidayanya tergantung kepada

    ketersediaan air, Selama kurun waktu 2010-2017 budidaya

    pertanian cenderung mengalami penurunan. Salah satu

    faktor yang sangat mempengaruhi adalah ketersediaan

    air, sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini yang

  • ``

    Halaman 43

    menunjukkan adanya kecenderungan penurunan indeks

    penanaman padi selama 4 tahun terakhir. Penanaman

    padi 3 kali menurun menjadi 2 atau 1 kali tanam.

    Penurunan luas tanam padi ini disebabkan oleh peralihan

    ke komoditi non padi yang lebih sedikit memerlukan air,

    seperti tanaman jagung, tembakau, ataupun tanaman

    hortikultura (cabe dan bawang merah).

    Subsidi pupuk, Para petani sering mengalami

    permasalahan dengan ketersediaan pupuk, dimana

    waktu tanam dan ketesediaan pupuk tidak selalu sinkron.

    Di wilayah yang agak jauh dari pusat perkotaan, petani

    sering tidak mendapatkan pupuk yang berimbang atau

    hanya menggunakan pupuk urea saja akibatnya

    produktivitasnya sangat rendah (hal ini dibuktikan dengan

    data ubinan yang ada). Penyebabnya adalah petani

    belum memiliki pengetahuan dan kemampuan / akses

    dalam mengaplikasikan teknologi pemupukan.

    Upaya pemerintah dalam memperbaiki distribusi

    pupuk bersubsidi melalui kartu tani masih belum optimal

    akibat belum selesainya pendataan para petani secara

    akurat sehingga bisa diaplikasikan oleh pihak bank

    sebagai penyalur dana.

    Penggunaan alsintan, masih belum optimal, selama

    5 (lima) tahun terakhir ini bantuan alsintan sangat banyak

  • Halaman 44

    dan telah dibentuk kelompok-kelompok tanam panen

    (brigade alsintan). Namun seringkali alat mesin pertanian

    yang dibantukan tidak dapat diaplikasi secara optimal,

    penyebabnya adalah ketidaksesuaian alsintan mesin

    dengan kondisi lahan, suku cadang yang rusak. Bantuan

    alsintan yang terdahulu belum didukung kesiapan yang

    memadai tentang kelembagaan, ketrampilan kelompok,

    kesiapan prasarana utamanya jalan usaha tani.

    Berkurangnya lahan pertanian baik lahan sawah

    maupun non sawah, permasalahan alih fungsi lahan

    pertanian merupakan permasalahan yang terjadi di

    mana-mana, dan mengancam tingkat produksi hasil

    pertanian. Dari data penggunaan lahan terlihat bahwa

    terdapat penurunan penggunaan lahan untuk budidaya

    pertanian. Perubahan ini tidak bisa dihindari, namun yang

    perlu dilakukan adalah penataan alih fungsi lahan melalui

    penetapan RTRW dan RDTR, sehingga perubahan alih

    fungsi tidak liar dan merusak lahan pertanian yang masih

    berpotensi. Untuk saat ini telah ditetapkan LP2B yang

    berfungsi sebagai kendali perubahan lahan pertanian.

    1. Semakin banyak alih fungsi lahan pertanian ke non

    pertanian. Pada tahun 2018 dilakukan identifikasi

    dan verifikasi luas sawah tanaman pangan,

    hortikultura, dan perkebunan oleh BPN dimana hasil

  • ``

    Halaman 45

    akhir ditemukan luasan 39.525 Ha, angka ini

    menjadi bahan bagi pemerintah pusat dalam

    mengambil kebijakan tentang PLP2B;

    Alih fungsi lahan pertanian yang terjadi adalah

    diluar LP2B, sebagaimana diketahui bahwa luas

    LP2B yang ditetapkan adalah 38.692 Ha sehingga

    untuk mengendalikan luasan LP2B itu dibentuk

    TKPRD (Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah) yang

    secara teknis menilai pemanfaatan tata ruang

    khususnya lahan-lahan pertanian yang akan

    dialihfungsikan.

    Dalam prakteknya walaupun Luas LP2B masih tetap

    namun masih ada penurunan luas lahan pertanian

    di area non LP2B, dan sawah tersebut adalah

    sawah yang cukup produktif. Hal inilah yang

    secara langsung mengurangi kinerja produksi

    tanaman pertanian. Peruntukan paling banyak

    adalah Permukiman, industri pengolahan, dan

    gudang.

    Namun pengendalian lahan ini masih banyak

    kendala diantaranya adalah belum adanya data

    kepemilikan LP2B by name by adress. Berdasarkan Perda

    nomor 10 tahun 2015 tentang PLP2B, dalam pelaksanaan

    harus mempunyai data kepemilikan lahan pertanian di

    kawasan PLP2B dalam bentuk by name by adress.

  • Halaman 46

    Berkembangnya secara pesat pohon sengon di

    wilayah Kabupaten Probolinggo telah mengikis produksi

    tanaman pangan, hortikultura, dan tanaman perkebunan.

    Perkembangan lima tahun terakhir ini telah terjadi alih

    fungsi tananam jagung, tanaman mangga, tanaman ubi

    kayu ke tanam sengon. Selain itu tanaman sengon di

    sinyalir sebagai penyebab penurunan kualitas tanaman

    pertanian lainnya, karena tanaman sengon dianggap

    mendominasi penyerapan unsur lain tanaman lainnya

    disekitarnya dan tingginya pohon sengon yang menutupi

    tanaman lainnya.

    Kelembagaan petani yang masih lemah, Jika

    dibandingkan dengan kelompok tani di Jawa Timur maka

    Kelompok tani di Kabupaten Probolinggo masih bisa

    dianggap tertinggal. Persoalan ini kelembagaan ini tentu

    saja sangat menentukan kinerja bidang pertanian di

    Kabupaten Probolinggo terutama bagaimana petani

    secara umum menerapkan teknologi pertanian yang ada.

    Sebaran kelas kelompok tani ini yang perlu

    diperhatikan adalah kelompok tani Pemula yang masih

    banyak di Kabupaten Probolinggo, jika dilihat korelasi

    antara kelompok pemula dengan kinerja maka terlihat

    bahwa daerah dengan kelompok pemula yang dominan

    juga mengalami kinerja yang tidak bagus.

  • ``

    Halaman 47

    Jika dilihat grafik disamping terlihat kelompok tani

    pemula mempunyai

    komposisi mencapai 69 %

    hal ini saja menjadi

    perhatian bagaimana

    mengangkat kelompok

    tani pemula menjadi

    kelompok tani lanjutan.

    Tentu saja ini berkorelasi

    dengan hasil survey yang telah dilakukan perlu

    meningkatkan kunjungan para petugas lapangan kepada

    para petani. Selain itu terdapat kelompok petani yang

    berpotensi sehingga diharapkan dapat mengembangkan

    agribisnis lebih lanjut di masa akan datang.

    Gambar 3 5. Perbandingan % kelas kelompok tani