a critical review of bambang susantono 2011 (tugas 1)

5
Isro Saputra (25412049) Tinjaun Kritis Jurnal Bambang Susantono 2011, Connecting South East Asia: a Blueprint for Asean Connectivity, Jurnal Transportasi, Vol. 11 No. 2 Agustus 2011. hal 77-86 PENDAHULUAN Pada era globalisasi saat ini terjadi dinamika pertumbuhan dalam segala bentuk pembangunan yang sangat pesat, yang pada akhirnya berdampak pada perubahan sistem politik dan ekonomi global serta pola hubungan antar negara. ASEAN sebagai suatu organisasi regional telah memberi dampak positif terhadap terciptanya stabilitas regional Asia Tenggara, dengan latar belakang ekonomi, keberagaman sosisal, budaya, dan politik yang mampu menciptakan kerjasama regional yang tumbuh dinamis dan progresif dari waktu ke waktu. Susantono (2011) mengemukakan bahwa, transportasi dan ICT (Information Communication & Technology) merupakan pilar utama untuk mendukung keberhasilan konektivitas ASEAN, untuk mendukung ini Indonesia perlu memperkuat konektivitas fisik melalui penyedian infrastruktur transportasi yang lebih baik. Tidak hanya itu, infrastruktur transportasi juga perlu ditambah dengan infrastruktur ICT (Information Communication & Technology) yang sangat penting untuk memfasilitasi pertukaran informasi dan efesiensi biaya dalam transaksi bisnis. Studi ini mengeksplorasi begaimana konektivitas domestik Indonesia dapat berjalan dengan mendukung realisasi konsep Konektivitas ASEAN. Secara umum dan normatif studi ini telah dengan baik membahas apa saja yang perlu dilakukan Indonesia untuk menghadapi globalisasi dengan kasus konektivitas ASEAN, tetapi pada skala mikro masih harus banyak yang dibahas tentang kesiapan Indonesia dalam aspek infrastruktur untuk menghadapi Connecting of Southeast Asia. SUMMARY Pada dasarnya indonesia telah melakukan bebrapa upaya untuk peningkatan konektivitas demostik yaitu berupa peningkatan kualitas dan kuantitas transportasi dan infrastruktur ICT (Information Communication & Technology). Tindakan nyata yang terlihat dari peningkatan ini yaitu terbentuknya kebijakan nasional yang komprehensif dan terpadu berupa undang – undang baru beberapa sektor transportasi yang baru, salah satunya undang – undang yang memberikan kesempatan swasta untuk berpartisipasi dalam penyediaan infrastruktur trasnportasi. Dalam hal Informasi Teknologi dan 1

Upload: purwantoro

Post on 15-Jan-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

merupakan hasil dari critical reviwe untuk tgas

TRANSCRIPT

Page 1: A Critical Review of Bambang Susantono 2011 (Tugas 1)

Isro Saputra (25412049)

Tinjaun Kritis Jurnal Bambang Susantono 2011, Connecting South East Asia: a Blueprint for Asean Connectivity, Jurnal Transportasi, Vol. 11 No. 2 Agustus 2011. hal 77-86

PENDAHULUAN

Pada era globalisasi saat ini terjadi dinamika pertumbuhan dalam segala bentuk pembangunan yang sangat pesat, yang pada akhirnya berdampak pada perubahan sistem politik dan ekonomi global serta pola hubungan antar negara. ASEAN sebagai suatu organisasi regional telah memberi dampak positif terhadap terciptanya stabilitas regional Asia Tenggara, dengan latar belakang ekonomi, keberagaman sosisal, budaya, dan politik yang mampu menciptakan kerjasama regional yang tumbuh dinamis dan progresif dari waktu ke waktu. Susantono (2011) mengemukakan bahwa, transportasi dan ICT (Information Communication & Technology) merupakan pilar utama untuk mendukung keberhasilan konektivitas ASEAN, untuk mendukung ini Indonesia perlu memperkuat konektivitas fisik melalui penyedian infrastruktur transportasi yang lebih baik. Tidak hanya itu, infrastruktur transportasi juga perlu ditambah dengan infrastruktur ICT (Information Communication & Technology) yang sangat penting untuk memfasilitasi pertukaran informasi dan efesiensi biaya dalam transaksi bisnis. Studi ini mengeksplorasi begaimana konektivitas domestik Indonesia dapat berjalan dengan mendukung realisasi konsep Konektivitas ASEAN. Secara umum dan normatif studi ini telah dengan baik membahas apa saja yang perlu dilakukan Indonesia untuk menghadapi globalisasi dengan kasus konektivitas ASEAN, tetapi pada skala mikro masih harus banyak yang dibahas tentang kesiapan Indonesia dalam aspek infrastruktur untuk menghadapi Connecting of Southeast Asia.

SUMMARY

Pada dasarnya indonesia telah melakukan bebrapa upaya untuk peningkatan konektivitas demostik yaitu berupa peningkatan kualitas dan kuantitas transportasi dan infrastruktur ICT (Information Communication & Technology). Tindakan nyata yang terlihat dari peningkatan ini yaitu terbentuknya kebijakan nasional yang komprehensif dan terpadu berupa undang – undang baru beberapa sektor transportasi yang baru, salah satunya undang – undang yang memberikan kesempatan swasta untuk berpartisipasi dalam penyediaan infrastruktur trasnportasi. Dalam hal Informasi Teknologi dan komunikasi, pemerintah menyadari bahwa pembangunan infrastruktur ICT (Information Communication & Technology) terjadi kesenjangan antara Indonesia bagian barat dan timur sehingga harus ada pembenahan kesenjangan ini dengan memperbaiki konektivitas domestik. TINJAUAN KRITIS

Umumnya pembahasan Connecting of Southeast Asia ini telah membahas cukup baik tentang gambaran kesiapan dan persiapan Indonesia untuk menghadapi Connecting of Southeast Asia 2015. Dikemukakan secara komprehensif pentingnya pembenahan konektivitas domestik guna mendukung perekonomian nasional, karena jika konektivitas domestik tidak baik dapat menyebabkan perekonomian nasional juga menjadi tidak baik. Dari aspek kebijakan juga telah dijelaskan bahwa sudah ada undang – undang yang mengatur bentuk partisipasi swasta dalam penyedian infrastruktur transportasi dan ICT (Information Communication & Technology), sehingga peran swasta ini dapat membantu dalam mengintegrasikan konektivitas infrastruktur domestik. Pada peningkatan konektivitas sektor transportasi telah dibahas tentang cetak biru transportasi intermoda/multimoda dalam bentuk PP Nomor 12/2010, cetak biru yang berperan sebagai arah perencanaan dan pembangunan sektor transportasi yang terintegrasi di Indonesia untuk meningkatkan kelancaran arus barang dan penumpang dan mendukung terciptanya sistem logistik nasional efektif dan efesien.

1

Page 2: A Critical Review of Bambang Susantono 2011 (Tugas 1)

Isro Saputra (25412049)

Secara spesifik telah dibahas kesenjangan pembangunan yang terjadi di Indonesia dengan mahalnya biaya transportasi domestik di Indonesia dibandingkan transportasi ke negara tetangga dan adanya kesenjangan harga kebutuhan biaya hidup antara Indonesia bagian timur dan barat. Solusi yang dihasilkan hanya berupa pemerataan pembangunan dan konektivitas domestik, tanpa adanya solusi dengan kajian yang lebih spesifik tentang konektivitas domestik di Indonesia. Indonesia merupakan negara kepulauan yang besar dan luas secara geografis sehingga memiliki jarak pembangunan yang relatif jauh, jika dikaitkan dengan infrastruktur secara menyeluruh jelas pemerintah belum mampu untuk menyediakan konektivitas infrastruktur se-Indonesia. Ketidakmampuan pemerintah ini diantisipasi dengan lahirnya undang – undang yang memperbolehkan swasta untuk berpartisipasi dalam penyediaan infrastruktur, tetapi lahirnya undang – undang ini menyebabkan konsentrasi investasi infrastruktur hanya berkembang di Indonesia bagian barat (khususnya Pulau Jawa) dengan alasan kelayakan (feasibility investment) yang tidak terpenuhi sehingga tidak menyelesaikan masalah yang ada. Fenomena ini dapat diatasi dengan peran pemerintah pusat maupun daerah untuk mengembangkan perekonomian lokal secara mandiri terlebih dahulu, jika telah terbentuk pusat ekonomi yang baik maka pihak swasta baru akan berani untuk berinvestasi infratruktur dalam pemenuhan konektivitas domestik. Contohnya, Kabupaten Wakatobi yang dulu kurang dikenal sekarang telah menjadi objek wisata yang sangat diminati wisatawan, setelah wakatobi ditetapkan sebagai kawasan wisata oleh pemerintah berikut dengan promosi dan dukungannya perusahan penerbangan besaing untuk menyediakan layanan penerbangan ke Wakatobi karena sudah layak untuk diinvestasikan. Selain itu jika daerah di perbatasan lebih layak secara ekonomi untuk berkonektivitas dengan negara tetangga dibandingkan dengan Ibukota (Jakarta) maka pemerintah harus mendukung ini dengan cara menjalin kerjasama antar negara, contohnya Provinsi Gorontalo yang menjalin kerjasama dengan Malaysia dalam ekspor – impor komoditas jagung sehingga perekonomian Gorontalo meningkat dengan baik yang berimplikasi pada meningkatnya investasi infrastruktur di Gorontalo.

Pada pembahasan data dan diskusi hanya menjelaskan kondisi yang terjadi di Indonesia, sehingga tidak ada pembanding dari negara ASEAN lainnya dalam kesiapan penyediaan konektivitas domestiknya. Pembahasan Connecting of Southeast Asia sebaiknya menyertakan data dan diskusi gambaran tentang kondisi infrastruktur yang ada di negara ASEAN lainnya, penyediaan gambaran ini untuk melihat kesiapan negara ASEAN lainnya dalam menghadapi Connectivity Southeast Asia 2015 sehingga dapat diantisipasi apa yang harus dilakukan Indonesia. Berikut adalah gambaran perbandingan investasi telekomunikasi di Asia Tenggara dan Asia Selatan.

Gambar 1 Investasi Tahunan Telekomunikasi di Asia Selatan dan Asia Tenggara (Juta USD) (1985-2002)Sumber : Rohan Samarajiva, 2008

2

Page 3: A Critical Review of Bambang Susantono 2011 (Tugas 1)

Isro Saputra (25412049)

Sebagai contoh gambar di atas terlihat bahwa di Asia Tenggara negara Indonesia merupakan negara paling rendah investasi infrastruktur telekomunikasi dalam rentang tahun 1985-2002, dengan adanya data ini pemerintah harus meningkatkan investasi infrastruktur telekomunikasi. Begitu juga dengan infrastruktur transportasi.

KESIMPULAN

Pembahasan Connecting of Southeast Asia cukup baik untuk dipahami secara umum, yang telah mengemukakan secara komprehensif pentingnya terbentuknya konektivitas infrastruktur domestik, dan kondisi konektivitas domestik di Indonesia, serta dukungan kebijakan untuk memperbaiki konektivitas infrastruktur domestik berupa undang – undang dan peraturan pemerintah. Tetapi pembahasan ini tidak menjelaskan secara spesifik bagaimana untuk membentuk konektivitas infrastruktur domestik di negara dengan geografis yang sangat luas seperti Indonesia, bahwa terdapat beberapa komponen yang mempengaruhi untuk mendukung konektivitas infrastruktur domestik ini. Salah satu cara agar konektivitas domestik terpenuhi dengan mengembangkan pusat-pusat perekonomian daerah, dengan itu dapat menarik minat investor untuk berinvestasi dalam penyediaan infrastruktur yang akan membantu tugas pemerintah sehingga konektivitas infrastruktur domestik dapat terpenuhi untuk menghadapi Connecting of Southeast Asia 2015.

REFERENSI

Audretsch, D & Feldman, M. 1996. R & D Spillovers and the Geography of Innovation and Production. The American Economic Review, June 1996. Hal 630 – 640

Saeed, K & Honggang, X. 1998. Infrastructur Planning In A Dualist Agricultural Economy: A Search For A Policy Framework, WPI Worcester MA 01609, USA.

Samarajiva, R & Zainudeen, A. 2008. ICT Infrastucture in Emerging Asia. India, SAGE Publications India Pvt Ltd.

Susantono, B. Connecting Southeast Asia: a Blueprint for Asean Connectivity, Jurnal Transportasi, Vol. 11 No. 2 Agustus 2011. hal 77 – 86

3