document9

15
Pembahasan Pers merupakan wahana dan sarana bagi hak-hak rakyat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi serta hak untuk tahu, sehingga pers harus merdeka. Kemerdekaan pers bersumber dari hak asasi manusia, yang dikelola untuk memenuhi hak-hak rakyat sebagai pemegang kedaulatan. Kemerdekaan pers diwujudkan dalam lembaga industri pers, yang didalamnya membawa nilai-nilai profesionalisme yang berisi kualitas profesi, tanggung jawab sosial, dan etika. Tata nilai, norma, dan etika adalah pranata sosial yang memadu dinamika sosial. Oleh karena itu, dalam dimensi kelembagaan pers terkandung norma etika yang menjamin pertanggungjawaban moral dan kepentingan semua pihak, yaitu lembaga dan personel yang ada di dalamnya serta masyarakat. Dalam memperjuangkan prinsip-prinsip kemerdekaan, lembaga pers mengutamakan kepentingan publik, menghormati kode etik profesi, bersikap jujur dan adil, dengan mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan lembaga dan perseorangan, setia kepada profesi dan bidang tugasnya, serta menggunakan supremasi hukum. A. Punya Standar Profesi Untuk menjadi wartawan, seseorang wajib memiliki skill atau keterampilan menulis (writing skill) dan/atau kemahiran berbicara (speaking skill) bagi wartawan radio dan televisi. 1

Upload: university-of-andalas

Post on 20-Nov-2014

247 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Document9

Pembahasan

Pers merupakan wahana dan sarana bagi hak-hak rakyat untuk

berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi serta hak untuk tahu,

sehingga pers harus merdeka. Kemerdekaan pers bersumber dari hak asasi

manusia, yang dikelola untuk memenuhi hak-hak rakyat sebagai pemegang

kedaulatan.

Kemerdekaan pers diwujudkan dalam lembaga industri pers, yang

didalamnya membawa nilai-nilai profesionalisme yang berisi kualitas profesi,

tanggung jawab sosial, dan etika. Tata nilai, norma, dan etika adalah pranata

sosial yang memadu dinamika sosial. Oleh karena itu, dalam dimensi

kelembagaan pers terkandung norma etika yang menjamin pertanggungjawaban

moral dan kepentingan semua pihak, yaitu lembaga dan personel yang ada di

dalamnya serta masyarakat.

Dalam memperjuangkan prinsip-prinsip kemerdekaan, lembaga pers

mengutamakan kepentingan publik, menghormati kode etik profesi, bersikap

jujur dan adil, dengan mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan

lembaga dan perseorangan, setia kepada profesi dan bidang tugasnya, serta

menggunakan supremasi hukum.

A. Punya Standar Profesi

Untuk menjadi wartawan, seseorang wajib memiliki skill atau keterampilan

menulis (writing skill) dan/atau kemahiran berbicara (speaking skill) bagi

wartawan radio dan televisi.

Selain itu, harus menguasai teknik reportase dan wawancara, memahami

bidang liputan, dan terpenting: menaati kode etik jurnalistik.

Idealnya wartawan memenuhi pula kriteria sebagai berikut:

1. Well Selected

Terseleksi dengan baik. Menjadi wartawan semestinya tidak mudah karena

harus memenuhi kriteria profesionalisme antara lain keahlian (expertise)

atau keterampilan jurnalistik serta menaati kode etik jurnalistik.

2. Well Educated

1

Page 2: Document9

Terdidik dengan baik. Wartawan seyogianya melalui tahap pendidikan

kewartawanan, setidaknya melalui pelatihan jurnalistik yang terpola dan

terarah secara baik.

3. Well Trained

Terlatih dengan baik. Akibat kurang terlatihnya wartawan kita, banyak

berita muncul di media yang bukan kurang cermat, tidak enak dibaca, dan

bahkan menyesatkan.

4. Well Equipped

Dilengkapi dengan sarana, prasarana, atau peralatan yang memadai.

Pekerjaan wartawan butuh fasilitas seperti alat tulis, alat rekam, kamera,

alat komunikasi (HP), laptop/komputer, alat transportasi, dan sebagainya.

Wartawan tidak akan dapat bekerja optimal tanpa dukungan fasilitas

memadai.

5. Well Paid

Digaji secara layak sehingga tidak terjadi “penyalahgunaan profesi

wartawan”.

6. Well Motivated

Memiliki motivasi yang baik ketika menerjuni dunia kewartawanan.

Motivasi di sini lebih pada idealisme, bukan materi. Jika motivasiya berlatar

uang, maka tidak bisa diharapkan menjadi wartawan profesional atau

wartawan sejati. (www.romeltea.com).

B. Tata Krama Periklanan

1. a. Bahasa

Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif seperti “paling”, “nomor

satu”, “top”, atau kata-kata berawalan “ter”, dan atau yang bermakna sama, tanpa

secara khas menjelaskan keunggulan tersebut yang harus dapat dibuktikan

dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang otentik.

b. Penggunaan Kata “Satu-satunya”

Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata “satu-satunya” atau yang

bermakna sama, tanpa secara khas menyebutkan dalam hal apa produk tersebut

menjadi yang satu-satunya dan hal tersebut harus dapat dibuktikan dan

dipertanggungjawabkan.

Contoh: Iklan Toko Bagus

2

Page 3: Document9

Toko Bagus mengklaim bahwa Toko Bagus adalah situs jual beli terbesar

di Indonesia. Pada iklan yang ditayangkan, Toko Bagus tidak menampilkan

pembuktian yang jelas, yang dapat meyakinkan para konsumen bahwa Toko

Baguslah situs jual beli terbesar di Indonesia.

2. Tanda Asteris (*)

Tanda asteris pada iklan di media cetak maupun elektronik tidak boleh

digunakan untuk menyembunyikan, menyesatkan, membingungkan atau

membohongi khalayak tentang kualitas, kinerja atau harga sebenarnya dari

produk yang di iklankan, ataupun tentang ketidaksediaan suatu produk.

Contoh: Iklan Shampoo Head and shoulder

Tanda asteris sering kita jumpai pada produk-produk shampoo, salah

satunya adalah produk shampoo Head and Shoulder, mula-mula iklan shampoo

head and shoulder ini menampilkan sebuah produk shampoo yang dapat

menghilangkan ketombe. Pastinya, para konsumen yang kurang cermat, percaya

bahwa shampoo ini dapat menghilangkan semua jenis ketombe pada semua jenis

rambut. Tetapi, jika diperhatikan secara cermat pada iklan shampoo ini terdapat

tanda asteris *hanya ketombe yang tampak pada pemakaian teratur yang

terdapat pada pojok kiri bawah iklan ini, yang ternyata shampoo ini hanya dapat

menghilangkan ketombe yang tampak dan dengan pemakaian secara teratur,

dan hal ini dapat membingungkan para konsumen.

3

Page 4: Document9

3. Pencantuman Harga

Jika harga suatu produk dicantumkan dalam iklan, maka ia harus

ditampakkan dengan jelas, sehingga konsumen mengetahui apa yang akan

deperolehnya dengan harga tersebut.

Contoh: Iklan Lifebuoy Shampoo Double Sachet

Di akhir Iklan Lifebuoy Shampoo Double Sachet tertera jelas harga dari

shampoo ini. Hanya dengan Rp 500,- konsumen akan mendapatkan 2 sachet

lifebuoy shampoo.

4. Keselamatan

Iklan tidak boleh menampilkan adegan yang mengabaikan segi-segi

keselamatan, utamanya jika ia tidak berkaitan dengan produk yang di iklankan.

Contoh: Iklan Ice Cream Magnum

Iklan ini menceritakan tentang seorang wanita yang terjebak dalam

kemacetan, lalu ia melihat mobil box ice cream magnum tak jauh dari mobilnya.

Untuk mendapatkan ice cream magnum tersebut sang wanita melompati atap-

atap mobil di depannya, dan apa yang dilakukan wanita di dalam iklan ini cukup

membahayakan.

4

Page 5: Document9

5. Waktu Tenggang (elapse time)

Iklan yang menampilkan adegan hasil atau efek dari penggunaan produk

dalam jangka waktu tertentu, harus jelas mengungkapkan memadainya rentang

waktu tersebut.

Contoh: Iklan Sunsilk Hair Fall Solution Shampoo

Sunsilk soft and smooth shampoo membantu menjaga kekuatan rambut

dan rambut rontok akan berkurang setelah 7 hari pemakaian secara teratur.

6. Penampilan Pangan

Iklan tidak boleh menampilkan penyia-nyiaan, pemborosan, atau perlakuan

yang tidak pantas terhadap makanan atau minuman.

Contoh: Iklan Pediasure

Pada iklan pediasure menampilkan seorang anak yang tidak mau makan

padahal sang ibu sudah menyuguhkan sepiring nasi dengan lauk pauk yang lezat.

Kesimpulannya sang anak telah menyia-nyiakan makanan tersebut.

7. Merendahkan

Iklan tidak boleh merendahkan produk pesaing secara langsung maupun

tidak langsung.

Contoh: Iklan Adem Sari

Pada iklan Adem Sari sangat jelas bahwa iklan ini merendahkan produk

Segar Dingin. Di dalam iklan Adem Sari ini terdapat sindiran yang ditujukan pada

5

Page 6: Document9

produk Segar Dingin yang hanya mengandung 1mg madu yang jumlahnya hanya

setetes.

8. Peniruan

Iklan tidak boleh dengan sengaja meniru iklan produk pesaing sedemikian

rupa sehingga dapat merendahkan produk pesaing, ataupun menyesatkan atau

membingungkan khalayak. Peniruan tersebut meliputi  baik ide dasar, konsep

atau alur cerita, setting, bentuk merek, logo, judul, atau subjudul, slogan,

komposisi huruf dan gambar, komposisi musik baik melodi maupun lirik, ikon

atau atribut khas lain, dan properti.

Contoh: Iklan V-fresh

Iklan V-fresh hanya dengan 3 kali oles, menirukan iklan Fresh Care

minyak angin pertama yang membuat inovasi terbaru dengan aroma yang harum

dengan 8 kali oles. Lalu munculah produk sejenis tidak lama setelah Fresh Care

muncul yaitu V-fresh  dengan 3 kali oles yang seolah-olah lebih unggul dan lebih

irit.

6

Page 7: Document9

9. Khalayak Anak-Anak

Film iklan yang ditujukan kepada, atau tampil pada segmen waktu siaran

khalayak anak-anak dan menampilkan adegan kekerasan, aktivitas seksual,

bahasa yang tidak pantas, dan atau dialog yang sulit wajib mencantumkan kata-

kata “Bimbingan Orangtua” atau simbol yang bermakna sama.

Contoh: Axe Provoke Deodorant Body Spray

Iklan ini menampilkan adegan yang kurang layak disaksikan anak-anak

karena menampilkan beberapa wanita memakai kostum bidadari yang tidak

layak dilihat oleh anak-anak. Hal ini akan memberikan pengaruh buruk kepada

khalayak anak-anak.

C. Jujur Dan Hormat Terhadap Mitra Kerja Dan

Organisasi Pers

Organisasi pers ini tentu saja ingin melindungi anggota-anggotanya. Jadi,

apabila anggota-anggota dari organisasi pers ini (baik itu wartawan maupun

perusahaan pers) mendapat perlakuan yang tidak baik dari pihak lain, organisasi

pers inilah yang akan membantu wartawan maupun perusahaan pers untuk

menyelesaikan kasus mereka. Organisasi pers menghormati mitra-mitranya dan

siap maju saat ada masalah yang menimpa mitra mereka. Untuk lebih

memantapkan pemahaman tentang “Hormat dan Jujur Terhadap Organisasi

Pers”.

Contoh kasus sebagai berikut :

Lampiran berita

Tiga Organisasi Pers Sampaikan Keberatan Perampasan Kamera

Wartawan-Aceh

Kamis, 29 MAret 2012 00:01 WIB

Sumber: http://www.amalisadaily.com

7

Page 8: Document9

Banda Aceh, (Analisa). Tiga organisasi pers yaitu PWI cabang Aceh, AJI

Kota Banda Aceh dan AJTI Aceh menyampaikan syarat keberatan terkait kasusu

perampasan kamera.

Muhammad Fadhil kontributor ANTV oleh aparat inteol polresta Banda

Aceh, saat meliput unjuk rasa mahasiswa menolak kenaikan BBM di Gedung

DPRA, Selasa (27/3). Surat Nomor: 01/031SBJA/2012 tertanggal 28 MAret 2012

itu dilayangkan kepada Kapolresta Banda Aceh, Kombes Pol Moffan MK dengan

tembusan kepada Kapolda Aceh dan Dewan Pers di Jakarta. Surat keberatan ini

bertujuan untuk melakukan advokasi terhadap ancaman pembungkaman

terhadap pers di Aceh.

Dalam surat yang ditandatangani Ketua PWI Cabang Aceh, Tarmilin

Usman, Ketua AJI Kota Banda Aceh, Maimun Saleh dan KEtua IJTI Aceh, Didik

Ardiansyah juga meminta kepada Kapolresta Banda Aceh untuk menindak tegas

oknum polisi yang telah melakukan tindakan perampasan kamera Fadhil secara

internal.

Meminta agar polisi dapat memahami dan menghormati kerja jurnalis

dilapangan. Kepada anggota polisi yang bertugas di lapangan peril di didik untuk

mempelajari UU Pokok Pers no. 40 Tahun 1999 dan Kode Etik Jurnalistik, agar

mereka dapat memahami kerja-kerja jurnalis. Tidak terulang “Kami berharap

kasus perampasan kamera damn menghalangi tugas jurnalis ini menjadi yang

terakhir dan tidak terulang di kemudian hari. Sebagai aparat penegak hukum,

polisi semestinya memberikan perlindunga, bukan malah menghambat dan

mengancam kerja jurnalis, “kata Ketua Divisi Advokasi AJI Kota banda Aceh, Riza

Nasser, Rabu (28/3).

Dia menjelaskan, pada 27 Maret 2012 sekitar pukul 12.30 WIB, telah

terjadi aksi perampasan kamera kontributor ANTV di Banda Aceh, Muhammad

Fadhil, yang dilakukan anggota intelPolresta Banda Aceh.

Perampasan itu terjadi saat polisi sedang mengamankan untujk rasa

mahasiswa yang menolak rencana kenaikan BBM, denga berupaya memblokir

jalan Tengku Daud Beureuh, tepatnya didepan Gedung DPR Aceh.

Polisi berpakaian preman itu meminta Fadhil menghapus gambar yang

memuat aksi polisi mengamankan pendemo.

8

Page 9: Document9

Dia mengancam Fadhil denghan cara merangkulnya. “Ayo kita ke

belakang. Kita selesaikan berdua. Hapus itu gambar,” kata intel polisi itu kepada

Fadhil.

Namun setelah didesak beberapa wartawan lainnya yang melihat aksi

perampasan itu, oknum polisi yang disebut namanya Arif Ambon itu

menyerahkan kembali kamera Fadhil.

Beberapa menit setelah periastiwa perampasan, Kabid Humas Polda

Aceh, Kombes Pol Gustav Leo menemui beberapa wartawan dan meminta maaf

atas tindakan oknum polisi itu.

“Aksi perampasan kamera oleh anggota polisi itu bertentangan dengan

UU 40 Tahun 1999 tentang pers, sebagaimana diatur dalam pasal 4 poin 3.

Tindakan perampasan kamera itu dapat dipidana paling lama 2 tahun

atau denda Rp 500 juta, sebagaimana dituangkan dalam pasal 18 UU Pers,”

jelasnya. Sebagai jurnalis, Fadhil telah bekerja sesuai dengan UU dan Kode Etik

Jurnalistik.

Pasal 2

Kode Etik Jurnalistik mewajibkan wartawan menempuh cara-cara

professional dalam melaksanakan tugas jurnalistiknya. Salah satunya dengan

menunjukkan atau menggunakan identitas diri. Fadhil menggunakan kartu

pengrnalnya atau menggunakan identitas diri. Fadhil menggunakan kartu

pengenalnya sebagai kontributor ANTV saat meliput peristiwa penolakan

terhadap rencana kenaikan harga BBM itu.

“Kasus itu diharapkan dapat menjadi pelajaran semua pihak. Sama seperti

polisi, kerja jurnalis juga dilindungi UU dan hukum Indonesia,” tegasnya. (mhd)

Dari berita tersebut kita dapat melihat bagaimana orgasisasi pers

mengambil langkah untuk membantu Muhammad Fadhil (kontributor ANTV)

yang kameranya dirampas saat ia meliput untuk rasa mahasiswa menolak

kenaikan harga BBM di Gedung DPRA pada tanggal 27 Maret 2012.

Ketiga organisasi pers tersebut yaitu Persatuan Wartawan Indonesia

(PWI) Cabang Aceh, Aliansi Jurnalis Inmdependen (AJI) Kota Banda Aceh dan

Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Aceh menyampaikan surat keberatan

kepada Kapolresta Banda Aceh, Kombes Pol Moffan MK dengan tembusan

kepada Kapolda Aceh dan Dewan Pers di Jakarta. Surat Keberatan ini bertujuan

9

Page 10: Document9

untuk melakukan advokasi terhadap pers di Aceh. Dari tindakan ketiga

organisasi pers ini, kita dapat melihat bahwa organisasi pers menghormati

Muhammad Fadhli yang waktu itu melaksanakan tugas peliputan.

Fadhil telah melaksanakan tugas dengan baik (yakni memakai kartu

pengenal sebagai kontributor ANTV saat meliput peristiwa penolakan terhadap

rencana kenaikan harga BBM). Jadi, pihak Fadhil haruslah dihormati dan

dilindungi oleh Deaan Pers dan Organisasi Pers.

10