947-1010-1-pb.pdf

Upload: sisrini-rahayu-sammarian

Post on 07-Oct-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Hubungan pajanan infeksi helicobacter pyloridengan kejadian hiperemesis gravidarum

    D.M.R. ASIHN. KAMPONO

    J. PRIHARTONO*

    Departemen Obstetri dan GinekologiDepartemen Ilmu Kesehatan Komunitas*

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

    Jakarta

    PENDAHULUAN

    Mual dan muntah merupakan gejala umum yangterjadi pada sekiar 50% sampai 90% dari seluruh

    kehamilan. Hampir 90% gejala mual dan muntahterjadi pada trimester ke I dan 3% pada trimesterterakhir, namun umumnya mulai timbul pada ming-gu ke-4 dan berakhir pada minggu ke-14 - 16.1 Se-

    Tujuan: Mengetahui keterkaitan dan besar risiko infeksi Helicobac-ter Pylori terhadap kejadian Hiperemesis Gravidarum.

    Tempat: Ruang perawatan kebidanan dan poliklinik RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo, RS Fatmawati, RSPAD Gatot Subroto Jakarta,RSUD Tangerang.

    Rancangan/rumusan data: Penelitian bersifat Comparative CrossSectional yang membandingkan adanya Ig G anti Helicobacter Pyloripada kelompok kasus perempuan hamil dengan Hiperemesis Gravi-darum dan kelompok kontrol yaitu perempuan hamil yang asimptoma-tik.

    Bahan dan cara kerja: Penelitian dilakukan selama 15 bulan(Agustus 2006 - Oktober 2007). Selama periode tersebut didapat 55 per-empuan hamil usia gestasi 6-16 minggu yang menderita HiperemesisGravidarum dan 55 perempuan hamil asimptomatik dengan usia gestasiyang sama. Dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, ultrasonografi, pe-meriksaan laboratorium: darah tepi, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin,gula darah, urinalisa, keton urin dan serologi IgG anti Helicobacter Py-lori. Adanya infeksi Helicobacter Pylori ditandai dengan adanya IgGpada serum sampel yang ditegakkan dengan pemeriksaan ELISA diLaboratorium Biomedik RSU Mataram, sedangkan diagnosis Hipere-mesis Gravidarum ditegakkan dengan gejala klinis dan keton urin posi-tif. Data penelitian diolah dengan menggunakan program STATA 8,analisa kesetaraan kelompok penelitian dengan uji chi square dan ana-lisa multivariat dengan metoda regresi logistik bagi variabel independenyang menunjukkan kemaknaan pada analisa bivariat.

    Hasil: IgG anti Helicobacter Pylori positif didapat pada 37 perem-puan (67,3%) kelompok kasus, dan 19 perempuan (34,5%) kelompokkontrol. Prevalensi Helicobacter Pylori seropositif pada kelompok kasus56,97% - 77,63% dan pada kelompok kontrol 29,96% - 39,04% (95%CI). Terdapat hubungan bermakna antara infeksi Helicobacter Pyloridengan kejadian Hiperemesis Gravidarum (p 0,001). Didapati pula hu-bungan bermakna antara indeks masa tubuh (IMT) 25 dengan kejadianHiperemesis Gravidarum (p 0,014). Tidak didapati perbedaan bermak-na pada usia, pendidikan, pekerjaan serta jumlah anak.

    Kesimpulan: Perempuan hamil muda yang terinfeksi HelicobacterPylori dan perempuan hamil muda dengan berat badan berlebih, berisikolebih tinggi mengalami Hiperemesis Gravidarum.

    [Maj Obstet Ginekol Indones 2009; 33-3: 143-50]Kata kunci: infeksi helicobacter pylori, serologi, hiperemesis gravi-

    darum

    Objective: To analyze the relation and risk of Helicobacter Pyloriinfection towards Hyperemesis Gravidarum.

    Setting: Obstetrics Ward and Policlinic of Dr. Cipto Mangun-kusumo Hospital, Fatmawati Hospital, Gatot Subroto Central ArmyHospital, Tangerang Hospital.

    Design/data identification: Comparative Cross Sectional, whichcompared IgG of anti Helicobacter Pylori at pregnant women with Hy-peremesis Gravidarum and asymptomatic pregnant women as control.

    Material and method: The study was performed for 15 months (Au-gust 2006 - October 2007). There were 55 pregnant women of 6-16weeks of gestational age with Hyperemesis Gravidarum and 55 asymp-tomatic pregnant women with the same gestational age. Anamnesis,physical examination, ultrasonography and laboratory examinationwere performed. Helicobacter Pylori infection was characterized withthe presence of IgG in the serum sampel, examined with ELISA at TheLaboratorium Biomedik RSU Mataram, while Hyperemesis Gravidarumwas diagnosed with clinical symptoms and signs, and positive ke-toneuria. Data was analyzed with STATA 8 and chi square test.

    Results: IgG of anti Helicobacter Pylori was found in 37 women(67.3%) of the case study, and 19 women (34.5%) case control. Preva-lency of seropositive Helicobacter Pylori at the case study was 56.97%- 77.63% and at case control 29.96% - 39.04% (95% CI). There is sig-nificant relation between Helicobacter Pylori infection and Hypere-mesis Gravidarum (p 0.001). There is also a significant relation bet-ween body mass index (BMI) 25 and Hyperemesis Gravidarum (p0.014). There is no significant difference at age, education, occupationand parity of the samples.

    Conclusion: Young pregnant women with Helicobacter Pylori in-fection and with body mass index (BMI) 25 have higher risk to haveHyperemesis Gravidarum.

    [Indones J Obstet Gynecol 2009; 33-3: 143-50]Keywords: helicobacter pylori infection, serology, hyperemesis

    gravidarum

    Vol 33, No 3 |Juli 2009 Helicobacter pylori dan hiperemesis gravidarum 143

    |

  • lain menyebabkan penderitaan mual dan muntahjuga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Deuchar me-laporkan hilangnya 8,6 juta jam kerja karyawan dan6,8 juta jam kerja pada pekerjaan rumah akibat ma-salah tersebut.2

    Manifestasi mual-muntah yang lebih berat dalamkehamilan adalah Hiperemesis Gravidarum (HG),dengan prevalensi 1% sampai 3% atau 5-20 kasusper 1000 kehamilan. HG dapat menyebabkan kom-plikasi bahkan mortalitas pada ibu dan janin jikatidak tertangani dengan baik. Kondisi mual danmuntah secara terus menerus, adanya ketosis danturunnya berat badan hingga lebih dari 5% beratsebelum hamil, dehidrasi dan ketidakseimbanganelektrolit dapat menyebabkan komplikasi maternalseperti kerusakan hati dan ginjal, robekan pada eso-fagus, pneumothoraks, neuropati perifer, ensefalo-pati wernicke, dan kematian. Pada janin dengan ibuyang menderita HG berkepanjangan dapat menye-babkan pertumbuhan janin terhambat bahkan ke-matian.3

    Setiap perempuan hamil dapat memiliki risikoterjadinya HG namun dari literatur dikatakan beratbadan yang berlebih, usia muda/adolesen, primi-gravida, kehamilan kembar, serta memiliki riwayatHG sebelumnya mempunyai risiko yang lebih ting-gi.3 Hingga saat ini penyebab hiperemesis gravi-darum belum diketahui secara pasti. Berbagai teoridikaitkan pada kejadian ini, seperti tingginya kadarHormon Human Chorionic Gonadotrophin (hCG)yang dihasilkan plasenta pada awal masa kehamil-an, faktor psikologis, motilitas lambung yang ber-kurang pada kehamilan, perubahan faktor hormo-nal, dan defisiensi nutrisi.1

    Belakangan ini berbagai studi menyatakan ada-nya kaitan antara infeksi Helicobacter Pylori (HP)dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Frigo4pada tahun 1998 pertama kali melakukan penelitiandengan mengambil sampel darah pada 105 pasienhiperemesis di Austria dan menyatakan adanyaHelicobacter Pylori seropositif pada 90,5% kasushiperemesis gravidarum.

    Helicobacter Pylori adalah bakteri gram negatifberbentuk spiral yang hidup berkoloni pada lapisanmukosa lambung yang dapat menyebabkan gang-guan saluran cerna. Bakteri ini mempunyai sifatpertumbuhan yang lambat tetapi mampu merusaklapisan lendir/mukus pada epitel lambung hinggamenimbulkan radang akut, menahun dan tukak lam-bung. Kuman ini mampu hidup dalam suasana asamyang kuat dengan cara memproduksi urease dan ter-dapat pada 50% populasi dunia, di negara berkem-bang prevalensinya mencapai 80 - 90%, dan di In-donesia infeksi Helicobacter Pylori berkisar antara40 - 80%.5

    Helicobacter Pylori menyebabkan terjadinya ul-kus peptikum melalui gastritis kronis yang tidakakan sembuh sampai bakteri dimusnahkan denganpengobatan antimikroba.4,6,7,9 Infeksi kronis Heli-cobacter Pylori sering tidak menimbulkan gejalapada kebanyakan pasien. Beberapa faktor tambah-an seperti stres, diet yang tidak seimbang, makan-an yang tidak adekuat atau alkohol dapat menam-bah gejala gastritis.

    Kehamilan sendiri dapat menjadi faktor patoge-nesa perusakan akut dari gastritis kronis, karenapergerakan otot polos traktus gastrointestinal di-tekan oleh progesteron, sementara sekresi asamlambung meningkat selama hamil.9 Pada awal ke-hamilan, peningkatan retensi cairan dalam tubuhdan perubahan volume cairan intraselular - ekstra-selular yang diakibatkan oleh peningkatan hormonsteroid hal ini diduga mengakibatkan perubahanpH. Pada traktus gastrointestinal perubahan pH da-pat mengakibatkan reaktivasi infeksi laten dari He-licobacter Pylori.7,8 Selain itu pada kehamilan di-duga perubahan imunitas sel dan humoral menye-babkan kerentanan sehingga infeksi HelicobacterPylori teraktivasi.

    Infeksi Helicobacter Pylori ditandai dengan ada-nya peningkatan sitokin radang mukosa. Sitokin initerlibat dalam genesis gastritis histologik melaluimigrasi dan aktivasi sel-sel radang pada lambungdan mukosa duodenum.

    Hiperemesis Gravidarum (HG) lebih sering ter-jadi pada perempuan Asia dan Afrika sebanyak17% dibandingkan kurang dari 10% pada perem-puan Eropa. Hal ini berhubungan dengan tingginyaangka kejadian infeksi Helicobacter Pylori padanegara-negara Asia dan Afrika.7-9 Prevalensi Heli-cobacter Pylori (yang ditandai dengan sero positifdari antibodi Helicobacter Pylori) menunjukkanangka yang lebih tinggi pada penderita HG diban-dingkan dengan perempuan hamil yang tidak me-ngalami gejala mual muntah.4,6-9

    Penelitian mengenai hal ini terus dilakukan danmenunjukkan hasil yang berbeda-beda. Kazeroonidan kawan-kawan tahun 20026, Kocak dan kawan-kawan tahun 19987, Xia Liang Bin dan kawan-kawan tahun 19998, Hayakawa dan kawan-kawantahun 20009 mendapatkan hasil penelitian merekaserupa dengan Frigo dan kawan-kawan. PenelitianEl Younis10 mendapatkan pada kasus HG yang re-frakter dengan terapi anti emesis, berhasil disem-buhkan dengan pemberian eritromisin, namun be-berapa penelitian lain oleh Jacobson tahun 2003 diAmerika Serikat11, Larraz dan kawan-kawan tahun200212 dan Weyerman tahun 200113 tidak mene-mukan adanya kaitan antara prevalensi infeksi Heli-cobacter Pylori dengan hiperemesis gravidarum.

    | Maj Obstet144 Asih dkk Ginekol Indones

    |

  • Baku emas untuk memastikan adanya kumanHelicobacter Pylori pada lambung adalah denganmelakukan biopsi serta pemeriksaan histopatologi.dengan sensitivitas 98% dan spesifitasnya 95% na-mun sulit dilakukan pada perempuan hamil. Peme-riksaan non invasif untuk diagnostik adalah denganmemeriksa serologi darah, Urea Breath Test (UBT)dan faecal Helicobacter Pylori antigen. Pemerik-saan serologi dengan metode ELISA untuk melihatadanya antibodi terhadap kuman Helicobacter Py-lori memiliki sensitivitas 90 - 95% serta spesifisi-tas 92%. Teknik ini dinilai cukup efektif, ekonomisserta lebih mudah dilakukan dibanding tes diag-nostik lainnya.14

    Melihat berbagai hasil penelitian yang bervariasimaka pada penelitian ini dilakukan tes serologipada perempuan Indonesia yang mengalami hipere-mesis dan dilihat hubungan adanya infeksi kumanHelicobacter Pylori dengan kejadian HG.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuanKomisi Etik FKUI dan dilakukan di ruang pera-watan kebidanan dan poliklinik RS Dr. Cipto Ma-ngunkusumo, RS Fatmawati, RS Gatot Subroto danRS Tangerang. Penelitian berlangsung selama 15bulan (Agustus 2006 - Oktober 2007).

    Desain penelitian ini adalah comparative crosssectional yang membandingkan adanya IgG antiHelicobacter Pylori pada kelompok kasus yaitukelompok kehamilan disertai hiperemesis dengankelompok kontrol yaitu kelompok kehamilan tanpahiperemesis.

    Populasi dan sampel

    Semua peserta pada penelitian ini harus memenuhikriteria inklusi di bawah ini.

    Pemilihan sampel dilakukan dengan cara conse-cutive sampling sampai jumlah terpenuhi. Kontroldiambil dari rumah sakit yang sama dan diambilsatu kontrol untuk satu kasus secara acak.

    Untuk menghitung besar sampel minimal digu-nakan rumus sebagai berikut:

    N1 = N2 =[Z 2 PQ + Z (P1Q1 + P2Q2) ]2(P1P2)2

    Dari rumus tersebut di atas didapatkan besarsampel minimal untuk kasus dan kontrol masing-masing sebesar 55 orang.

    Kriteria inklusiN Perempuan dengan usia gestasi 6-16 mingguN Mengalami hiperemesis gravidarum

    Muntah lebih dari 3 x sehari Keton + pada pemeriksaan urinalisa Penurunan berat badan 5 % dari berat badan

    awalN Bersedia mengikuti penelitian dan menandata-

    ngani formulir persetujuan untuk mengikuti pe-nelitian

    Kriteria eksklusiN Menderita penyakit thyroid, hati, gastritis dan

    ginjalN Kehamilan gandaN Kehamilan molaN Menderita gangguan jiwa

    Variable penelitianN Variabel independen : Anti Helicobacter

    Pylori IgG antibodyN Variabel dependen : Hiperemesis Gravi-

    darum

    Cara kerjaAlur pemeriksaan peserta dapat dilihat pada gambardi bawah ini:

    ANC

    HG non HG

    Kelompok IIKelompok I

    Analisis Penelitian

    DPL, SGOT/SGPT, Ureum, Kreatinin,Elektrolit dan IgG anti HP

    Anamnesis, pemeriksaan fisik,USG, laboratorium

    Kriteriainklusi/eksklusi

    Gambar 1. Alur pemeriksaan peserta

    Vol 33, No 3 |Juli 2009 Helicobacter pylori dan hiperemesis gravidarum 145

    |

  • N Informed consent dibuat sebagai pernyataan ke-sediaan ikut dalam penelitian.

    N Anamnesis siklus haid, muntah, riwayat penya-kit, skoring Edinburg < 9 untuk menyingkirkanadanya gangguan kejiwaan.

    N Pemeriksaan fisik umum dan ginekologi serta ul-trasonografi. Pemeriksaan laboratorium meliputidarah rutin, elektrolit, SGOT/SGPT, ureum krea-tinin, serologi Helicobacter Pylori dan keton urin(Pemeriksaan laboratorium dilakukan di RS se-tempat kecuali serologi Helicobacter Pylori di-lakukan di Laboratorium Unit Riset BiomedikRSU Mataram.) Hasilnya dinyatakan seropositifjika > 0,675 (Nilai COV) dan seronegatif jikakurang dari 0,675. Nilai COV didapat denganmenggunakan (kontrol negatif 0,456 + kontrolpositif 0,879)/2.

    N Selanjutnya subjek dikelompokkan menjadi 2,yaitu kelompok dengan seropositif HelicobacterPylori dan kelompok seronegatif HelicobacterPylori. Hal yang sama juga dikerjakan pada kon-trol dan hasil yang didapat dari pemeriksaan se-rologi Helicobacter Pylori akan dibandingkan an-tara kelompok kasus dan kontrol

    Pengolahan dan analisa dataData penelitian dicatat pada lembar penelitian yangtelah dipersiapkan, kemudian dilakukan editing dankoding. Data direkam dalam cakram magnetik kom-puter dan dilakukan proses validasi untuk pember-sihan data. Pengolahan data dilakukan dengan paketstatistik SPSS versi 13.0 ke dalam bentuk tabel se-suai tujuan penelitian.

    Analisa kesetaraan antara kelompok penelitiandilakukan pada variabel Confounding dengan ujichi square bagi variabel yang kualitatif. Pengu-kuran kekuatan hubungan kausatif dilakukan de-ngan penghitungan nilai Odds ratio (OR) denganinterval kepercayaan 95%. Dilakukan analisa multivariate dengan metode regresi logistik bagi variabelindependen yang menunjukkan kemaknaan padaanalisa bivariat. Batas kemaknaan yang dipergu-nakan adalah 5%.

    HASIL PENELITIAN

    Kesetaraan kelompok penelitian

    Penelitian dikerjakan di ruang rawat inap obstetri-ginekologi dan poliklinik obstetri-ginekologi RSDr. Cipto Mangunkusumo, RS Fatmawati, RS GatotSubroto dan RSUD Tangerang mulai bulan Agustus2006 sampai Oktober 2007.

    Tabel 1. Sebaran karakteristik demografis berdasarkan kelom-pok penelitian

    KarakteristikDemografis

    Kelompok Penelitian

    pHiperemesis + Hiperemesis -

    n % n %

    Kel. Usia:

    < 24 tahun 10 (18,2%) 16 (29,1%) 0,178

    > 24 tahun 45 (81,8%) 39 (70,9%)

    Pendidikan:

    SD 8 (14,5%) 3 (5,5%)

    SMP 12 (21,8%) 7 (12,7%)0,200

    SMA 29 (52,7%) 35 (63,6%)

    Perguruan Tinggi 6 (10,9%) 10 (18,2%)

    Pekerjaan:

    Tidak Bekerja 41 (74,5%) 35 (63,6%) 0,216

    Bekerja 14 (25,5%) 20 (36,4%)

    Tabel 1 di atas menunjukkan karakteristik demo-grafis kelompok, tidak didapatkan perbedaan yangbermakna pada kelompok usia, pendidikan dan pe-kerjaan

    Tabel 2. Sebaran karakteristik klinis berdasarkan kelompok pe-nelitian.

    KarakteristikDemografis

    Kelompok Penelitian

    pHiperemesis + Hiperemesis -

    n % n %

    Gravida:

    Primi 15 (27,3%) 21 (38,2%) 0,223

    Multi 40 (72,7%) 34 (61,8%)

    Indeks Massa Tubuh:

    > 25 27 (49,1%) 7 (12,7%) 0,014

    < 25 28 (50,9%) 48 (87,3%)

    Pada Tabel 2 sebaran karakterisitik klinis terda-pat perbedaan yang bermakna pada indeks masatubuh dan tidak terdapat perbedaan bermakna padagravida.

    Prevalensi Helicobacter Pylori

    Pada Tabel 3 dapat dihitung prevalensi dengan ru-mus: = p 1,96 x (PxQ)/n, maka didapatkan

    | Maj Obstet146 Asih dkk Ginekol Indones

    |

  • prevalensi Helicobacter Pylori seropositif padakelompok hiperemesis gravidarum adalah 56-97%- 77,63% dan prevalensi infeksi Helicobacter Pyloripada kelompok non HG sebesar 29,96% - 39,04%.

    Tabel 3. Prevalensi helicobacter pylori berdasarkan kelompokpenelitian

    KelompokPenelitian

    Serologis KelompokPenelitian

    pIg G + Ig G

    n % n % n %

    HiperemesisGravidarum

    (+)37 67,3 18 32,7 55 100

    HiperemesisGravidarum

    ()19 34,5 36 65,5 55 100

    Jumlah 56 50,91 54 49,10 110 100

    Pada Tabel 4 di bawah ini didapatkan hubunganyang bermakna antara infeksi Helicobacter Pyloridengan kejadian Hiperemesis Gravidarum p 0,001dan Indeks Massa tubuh dengan kejadian Hipere-mesis Gravidarum p 0,014.

    Tabel 5. Analisis logistik regresi terhadap kelompok Hipere-mesis Gravidarum

    Faktor Independen OR95% CI

    pMin Maks

    Infeksi Helicobacter Pylori + 5,0 2,0 12,3 0,001

    IMT 25 8,3 2,9 23,6 0,000

    Persamaan untuk menghitung probabilitas Hipe-remesis Gravidarum:

    p= 1/(1+ e-y) = 1/(1+ e -(-0.829 + 1,603 infeksi Helico-bacter Pylori + 2,117 IMT))

    Tabel 6. Probabilitas Hiperemesis Gravidarum

    HelicobacterPylori

    Indeks MassaTubuh

    ProbabilitasHiperemesisGravidarum

    Kasus 1 Ya Ya 0,907

    Kasus 2 Ya Tidak 0,543

    Kasus 3 Tidak Ya 0,665

    Kasus 4 Tidak Tidak 0,195

    Tabel 4. Hubungan faktor penentu dengan hiperemesis gravidarum

    Faktor Determinan

    Kelompok Penelitian

    p OR IK 95%HG + HG

    n % n % Min Mak

    InfeksiHELICOBACTER

    PYLORI

    Positif 37 67,3 19 34,5 0,001 3,9 1,8 8,6

    Negatif 18 32,7 36 65,5 Ref

    Klasifikasi usia< 24 tahun 10 18,2 16 29,1 0,178 0,5 0,2 1,3

    24 tahun 45 81,8 39 70,9 Ref

    Gravida1 15 27,3 21 38,2 0,223 0,6 0,3 1,4

    > 1 40 72,7 34 61,8 Ref

    Klasifikasi IMT 25 27 49,1 7 12,7 0,014 6,6 2,6 17,1< 25 28 50,9 48 87,3 Ref

    PekerjaanTidak Bekerja 41 74,5 35 63,6 0,216 1,7 0,7 3,8

    Bekerja 14 25,5 20 36,4 Ref

    Pendidikan9 tahun 20 36,4 10 18,2 0,2 2,6 1,1 5,2

    > 9 tahun 35 63,6 45 81,8 Ref

    Total 55 100,0 55 100,0

    Vol 33, No 3 |Juli 2009 Helicobacter pylori dan hiperemesis gravidarum 147

    |

  • Dengan pendekatan ROC maka dapat ditentukanletak titik potong (cut off point) pada nilai antibodiIgG Helicobacter Pylori untuk membedakan kasus-kasus hiperemesis gravidarum dengan yang nonhiperemesis gravidarum pada titik potong 0,6775,di mana didapatkan nilai sensitivitas 61,6% dannilai spesifisitas adalah 64,9%.

    PEMBAHASAN

    Desain penelitian ini adalah comparative cross sec-tional, karena data infeksi Helicobacter Pylori tidakmungkin didapatkan sejak awal kehamilan namunwalaupun desain ini tidak sebaik case control tetapimasih dapat dilakukan analisa statistik pada peneli-tian ini.

    Pada penelitian ini, dari 55 kelompok kasus dan55 kelompok kontrol didapatkan prevalensi infeksiHelicobacter Pylori sebanyak 67,3% pada kasushiperemesis dan 32,7% pada kontrol yang tidakmengalami gejala tersebut, sedangkan prevalensihiperemesis pada kehamilan muda sekitar 2-3%.Walaupun prevalensi Helicobacter Pylori yang di-dapat tidak sebesar hasil yang diteliti oleh Frigo41998 yang mendapat hasil prevalensi seropositif90,5% atau Kocak7 1999 mendapat angka 91,5%namun didapatkan hubungan yang bermakna de-ngan p 0,001 OR 5 KI 95% 2-12.

    Infeksi Helicobacter Pylori yang kemungkinantelah ada sebagai infeksi subklinis dapat timbulakibat adanya perubahan pH lambung yang dise-babkan adanya akumulasi cairan akibat hormonsteroid yang meningkat, dan perubahan pada imu-nitas humoral serta seluler yang mengakibatkankerentanan terhadap kuman Helicobacter Pylori ju-ga meningkat.4-8 Jacoby15 tahun 1999 melaporkantiga pasien hiperemesis gravidarum yang tidak me-nunjukkan respons dengan terapi simptomatis. Pe-meriksaan yang dilakukan menunjukkan serologisHelicobacter Pylori yang positif dan setelah men-dapat pengobatan antibiotik dan inhibitor dan pom-pa proton menunjukkan perbaikan gejala, demikianjuga dengan El Younis10 tahun 1998 juga mela-porkan 5 kasus yang sama.

    Karakteristik peserta penelitian ini sebagian be-sar berasal dari golongan sosial ekonomi lemah,dalam literatur dikatakan besar kemungkinan ada-nya hubungan kuman Helicobacter Pylori dengantingkat sosio-ekonomi, higiene dan etnis.5,16 Padapenelitian ini tidak dilakukan penggolongan sukumaupun pendapatan karena dianggap populasi pe-nelitian ini berasal dari etnis yang sama yaitu me-layu dan hampir semua populasi penelitian meru-pakan pasien tidak mampu. Tingkat pendidikanyang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompokpendidikan 9 tahun dan lebih dari 9 tahun. Padaperbandingan ini tidak didapatkan hubungan ber-

    0

    0,1

    0,2

    0,3

    0,4

    0,5

    0,6

    0,7

    0,8

    0,9

    1

    -0,8

    0,24

    0,29

    0,32

    0,37

    0,41

    0,45

    0,51

    0,56

    0,61

    0,68

    0,69 0,7

    0,72

    0,78

    0,81

    0,85 0,9

    0,97

    Sensitifitas SpesifitasGambar 2. Grafik ROC untuk sensitifitas dan spesifisitas ELISA

    | Maj Obstet148 Asih dkk Ginekol Indones

    |

  • makna antara tingkat pendidikan dengan kejadianhiperemesis gravidarum p 0,20 hal ini bisa dise-babkan oleh karena jumlah populasi penelitian yangberpendidikan minimal SMA (> 9 tahun), cukupbanyak, sehingga jumlah kelompok pendidikan ren-dah (< 9 tahun) yang dihitung tidak cukup besar,namun dengan OR 2,6 KI 95% 1,1 - 6,2 makamasih ada hubungan antara pendidikan rendah yangmungkin dapat dikaitkan dengan pola hidup sertahigiene buruk dengan hiperemesis. Pada penelitianini tidak dicari hubungan usia gestasi dengan hi-peremesis karena dipikirkan bahwa usia kehamilan6-16 minggu merupakan usia yang paling seringuntuk terjadinya HG dengan puncak sekitar 8-12minggu dan berangsur-angsur akan menurun seiringbertambahnya usia kehamilan.

    Penyebab pasti hiperemesis gravidarum sampaisaat ini masih belum jelas dan multifaktorial.2,3,17-21infeksi Helicobacter Pylori bukan merupakan satu-satunya faktor penyebab terjadinya hiperemesisgravidarum. Pada penelitian ini didapatkan hubung-an yang bermakna antara indeks massa tubuh de-ngan hiperemesis gravidarum, OR8,3 CI 95% 2,9-23,6 data ini sesuai dengan berbagai literatur yangmenyebutkan berat badan berlebih sebagai salahsatu risiko hiperemesis gravidarum.3,17,18,20,21 Pe-nelitian oleh Depue22 1987 mengenai epidemiolo-gik pada hiperemesis gravidarum mendapatkan ORsebesar 1,5. untuk berat badan berlebih/overweight(IMT 25) sebagai salah satu faktor risiko terjadinyahiperemesis, mekanismenya belum jelas tetapi dipi-kirkan adanya estradiol dan bertambahnya estrogenexogen dari lemak yang dapat menyebabkan mualmuntah pada kehamilan muda. Pada penelitian initidak ditemukan hubungan bermakna antara primi-gravida, usia muda (< 24 tahun) dengan hipere-mesis gravidarum. Data ini tidak sesuai dengankepustakaan yang menyatakan primi serta umurmuda merupakan faktor risiko yang berhubungandengan HG. Hal ini bisa dikarenakan jumlah po-pulasi penelitian yang berumur di bawah 24 tahundan primigravida sedikit.

    Ada beberapa penyebab yang diperkirakan men-jadi penyebab hiperemesis gravidarum antara lain3,17,18,20,21: kadar hormon pada kehamilan, tirotok-sitosis, dismotilitas gastrointestinal atas, faktor psi-kologis, abnormalitas hepar, defisiensi nutrisi danHelicobacter Pylori. Oleh karena itu dalam mencaripenyebab hiperemesis gravidarum harus dipikirkansemua hal tersebut di atas atau dengan kata lainbeberapa hal tersebut di atas merupakan variabelperancu.

    Pada penderita hiperemesis gravidarum yang ti-dak menunjukkan respons terhadap pengobatansimptomatis dan cenderung menetap sampai trimes-

    ter kedua maka infeksi Helicobacter Pylori dapatdipikirkan sebagai salah satu faktor penyebab hi-peremesis gravidarum.14,24 Pemeriksaan adanya in-feksi Helicobacter Pylori dapat dideteksi dengancara yang relatif mudah dan murah, yaitu denganpemeriksaan serum untuk mendapatkan IgG yangpositif terhadap Helicobacter Pylori, bila hasil pe-meriksaan positif maka dapat dipertimbangkan un-tuk memberikan pengobatan yang relatif aman danmurah yaitu dengan memberikan antibiotika dan in-hibitor pompa proton. Jacoby15 tahun 1999 mela-porkan tiga pasien dengan hiperemesis gravidarumyang tidak menunjukkan perbaikan dengan pengo-batan simptomatis, menunjukkan hasil serologisyang positif terhadap Helicobacter Pylori dan se-telah pemberian antibiotik serta inhibitor pompaproton, ketiga pasien tersebut menunjukkan per-baikan gejala. Penelitian ini mempunyai keterba-tasan antara lain:N Tidak dilakukan pemeriksaan hormon tiroid, T4

    dan TSH pada kelompok kasus, melainkan hanyadengan pemeriksaan fisik melihat adanya pem-besaran kelenjar tiroid dan anamnesis adanya ri-wayat penyakit tiroid sebelumnya, karena biayayang sangat besar. Selain itu, juga mengacu padapenelitian oleh Wilson3 tahun 1992 yang me-nyatakan tidak ditemukannya abnormalitas hor-mon tiroid pada penderita hiperemsis gravida-rum, namun peneliti menyadari bahwa hal inimasih dapat menyebabkan bias dalam penelitianini.

    N Tidak melakukan tes Minnesota MultiphasicPersonality Inventory (MMPI), untuk menilaiadanya gangguan psikologi dalam kehamilan ka-rena selain memerlukan waktu yang lama, jugapemeriksaan ini harus dilakukan oleh dokterpsikiatri.23 Pada penelitian ini digunakan kriteriaEdinburg Depression Scale24 (EDS) sebagai ca-ra untuk mengeksklusi adanya gangguan psikolo-gis pada kelompok kasus. EDS merupakan alatukur kuisioner yang mempunyai 10 pertanyaandengan kriteria penilaian 0-3 dan batas normaljika skoring nilai

  • hiperemesis gravidarum adalah 56,97% - 77,63%dan pada yang tidak mengalami hiperemesis gra-vidarum sebesar 29,96% - 39,04%.

    N Pada perempuan hamil muda yang terinfeksi He-licobacter Pylori mempunyai risiko lebih tinggiuntuk mengalami hiperemesis gravidarum.

    N Pada perempuan hamil muda dengan berat badanberlebih mempunyai risiko lebih tinggi untukmengalami hiperemesis gravidarum.

    SARAN

    N Perlu dilakukan penelitian untuk dapat menen-tukan nilai serologis Helicobacter Pylori padaawal kehamilan (studi kohort) sebagai dasar un-tuk menentukan analisa lebih lanjut serta me-nyingkirkan faktor perancu yang dapat menye-babkan bias.

    N Pada penderita hiperemesis gravidarum yang ti-dak menunjukkan perbaikan gejala dengan pe-ngobatan standar sebaiknya dilakukan pemerik-saan adanya infeksi Helicobacter Pylori.

    N Apabila pemeriksaan serologis menunjukkan ha-sil positif pada pasien, maka kepadanya dapatdiberikan pengobatan eradikasi kuman Helico-bacter Pylori.

    RUJUKAN

    1. Miller F. Nausea and vomiting in pregnancy: The problemof perception-Is it really a disease? Am J Obstet Gynecol2002; 186: 182-3

    2. Progestian P, Indarti J, Nuranna L. Diagnosis dan pengo-batan rasional hiperemesis gravidarum. Maj Obstet Gine-kol Indones. 2002; 26(2): 97-8

    3. Eliakim R, Abulafia O, Sherer DM. Hyperemesis Gravi-darum. A current review, in: Auld PAM, Krauss AN, Gil-strap, Lang C, Niebyl. Am J Perinatol. 2000; 17(4): 207-18

    4. Frigo P, Lang C, Reisenberger K, Kolbl H, Hirch L. Hy-peremesis gravidarum associated with Helycobacter Pyloriseropositivity. Obstet Gynecol 1998; 91: 615-7

    5. Syam FA, Kolopaking MS, Rani AA. Cilical Review. Heli-cobacter Pylori: Diagnosis and Treatment. Medical Pro-gress July 2001; 16-7

    6. Kazerooni T, Taallom M, Ghaderi A. Helicobacter PyloriSeropositivity among patients with Hyperemesis Gravi-darum. IJMS. 2002; 2(2): 67-9

    7. Kocak I, Akcan Y, Ustun C, Demirel C, Cengiz L, YanikFF. Helicobacter Pylori Seropositivity in patient with hy-peremesis gravidarum. Int J Gynecol Obstet 1999; 66: 251-4

    8. Liangbin XIA, Jing Y, Aibin LI, Shaohui T, QuingzhenDan C. Relationship between hyperemesis gravidarum andhelicobacter pylori seropositivity. Chinese Medical Journal2004; 117 (2): 301-2

    9. Hayakawa S, Nakajima N, Suzuki K, Yoshinaga H, Ara-kawa Y, Satoh K, Yammamoto T. Frequent presence ofHelycobacter Pylori genome in the saliva of patients withhyperemesis gravidarum. Am J Perinatol 2000; 17: 243-7

    10. El Younis CM, AbulafiaO, Sherer DM. Rapid marker res-ponse of severe hiperemesis gravidarum to oral erythromy-cin. Am J Perinatol. 1999; 16: 85-8

    11. Jacobson GF, Autry AM, Somer-Shely TL, Pieper KL,Kirby RS. Helicobacter Pylori Seropositivity and hypere-mesis gravidarum. J Reprod Med. 2003; 48(8): 578-82

    12. Larraz J, Marin N, Pineiro L, Cilla G, Perez-Trallero E.Lack of relationship between infection by Helicobacter Py-lori and vomiting that usually occurs during pregnancy, al-though possible relationship with severe forms of emesis.Rev Esp Enferm Dig. 2002; 94(7): 417-22

    13. Weyermann M, Brenner H, Adler G, Yasar Z, Vesely AH,Grab D, Kreinberg R, Rothenbacher D. Helycobacter Pyloriinfection and the occurrence and severity of gastrointestinalsymptoms during pregnancy. Am J Obstet Gynecol. 2003:526-30

    14. Walsh JH, Peterson WL. Review Article. The treatment ofHelicobacter Pylori Infection in the management of pepticUlcer Disease. The New England Journal of Medicine.1995; 12: 984-91

    15. Goodwin TM. Nausea and vomiting of pregnancy: An obstetric syndrome. Am J Obstet Gynecol 2002; 186: 184-9

    16. Soemohardjo S, Gunawan S, Muttaqin Z, Muliaty D. Pen-tingnya antigen starin local untuk pembuatan kit diagnosticuntuk deteksi antibodi terhadap helicobacter pylori. ArtikelDexa Medica, No. 4, vol. 8, Okt-Des 1995; 23-6

    17. Goodwin MT. Hyperemesis Gravidarum. Clinical Obstetriand Gynecology. 1998; 41(3): 597-605

    18. Philip B. Hyperemesis Gravidarum: Literature Review.Wisconsin Med J. 2003; 102(3): 46-51

    19. Gadsby R, Barney A, Jagger C. A prospective study ofnausea and vomitting during pregnancy. Br J Gen Prec.1993; 43: 245-8

    20. Kuscu NK, Koyuncu F. PMJ Online. Hyperemesis Gravi-darum: current concept and management 2002, 78 http://pmj.bmjjournals.com/cgi/content/full/78/916/76

    21. Ismail KS, Kenny L. Review on hyperemesis gravidarum:Best Practise & Research Clinical Gastroenterology. 2007;21(5): 755-69

    22. Depue R, Bernstein L, Ross L. Hyperemesis Gravidarumin relation to estradiol level, pregnancy outcome and othermaternal factor: A seroepidemiologic study. Am J ObstetGynecol 1987; 156(5): 1137-41

    23. Fairweather DV. Nausea and vomiting in pregnancy. AmJ Obstet Gynecol. 1968; 102(1): 135-75

    24. Josephine M, Murray D. The Use Eddinburg Post natal De-presion Scale in research to explore the relationship bet-ween antenatal and post natal dysphoria. Perinatal Psychia-try, the royal college of psychiatrists, Gaskell London.1994: 169-80

    25. Ismail Irawati R. Faktor Risiko Depresi Pra bersalin danDepresi Pascabersalin. Minat khusus pada dukungan sosialdan kesesuaian hubungan suami istri. Desertasi FKM Uni-versitas Indonesia Juli 2002: 62-3

    | Maj Obstet150 Asih dkk Ginekol Indones

    |