93655341-adsorpsi-koloid
DESCRIPTION
adsorpsiTRANSCRIPT
Adsorpsi | Pengertian dan Definisi | Sifat-sifat Sistem Koloid
Pengertian dan Definisi Adsorpsi. Salah satu sifat-sifat sistem koloid adalah peristiwa Adsorpsi.
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaanpartikel
koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Penyerapan partikel atau ion
oleh permukaan koloid atau yang disebut peristiwa adsorpsi ini dapat menyebabkan koloid menjadi
bermuatan listrik.
CONTOH ADSORPSI KOLOID
Contoh Adsorpsi koloid yang paling sederhana adalah yang
terjadi pada koloid Fe(OH)3 dan As2S3. Koloid Fe(OH)3 dalam
air akan menyerap ion H+ sehingga bermuatan positif.
Sedangkan Koloid As2S3 akan bermuatan negatif karena permukaannya dapat menyerap ion S2.
PERBEDAAN ADSORPSI DAN ABSORPSI
Perbedaan Adsorpsi dan Absorpsi bukan hanya terletak pada hurup D dan B nya saja tetapi juga
pada daya serapnya. Pada Adsorpsi daya serap koloid hanya pada permukaannya saja tetapi
pada Absorpsi penyerapan terjadi hingga ke bagian dalam dibawah permukaan suatu zat.
Intinya, Adsorpsi di definisikan sebagai penyerapan partikel di permukaan suatu zat, sedangkan
Absorpsi di definisikan sebagai penyerapan partikel sampai ke bawah permukaan suatu zat.
MANFAAT DAN KEGUNAAN ADSORPSI KOLOID
Adsorpsi sebagai salah satu sifat koloid mempunyai manfaat yang sangat banyak, diantaranya:
1. Pemutihan Gula pasir
2. Pewarnaan serat wol, kapas atau sutera
3. Penjernihan air sol Al(OH)3 atau tawas
4. Penggunaan Norit untuk mengobati sakit perut
5. Pembersihan dengan sabun
6. Penyerapan Humus oleh Tanah liat
Adsorpsi Koloid sejak dahulu kala telah banyak dimanfaatkan untuk membantu kesejahteraan
manusia, terutama dalam proses penjernihan air.
Sifat-sifat Koloid dalam Sistem Koloid. Sistem Koloid adalah suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar yaitu antara 1 - 100 nm. Koloid merupakan sistem campuran yang mempunyai sifat-sifat khusus. Sifat-sifat ini tidak dimiliki oleh campuran heterogen dan homogen lainnya seperti . Sifat-sifat koloid tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
SIFAT-SIFAT KOLOID
Sifat-sifat koloid antara lain adalah:1. Efek Tyndall 2. Gerak Brown 3. Adsorpsi 4. Elektroforesis 5. Koagulasi 6. Dialisis 7. Koloid Pelindung 8. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Sifat-sifat Koloid yang tersebut diatas memberi ciri khas dan keistimewaan sendiri pada koloid yang membuatnya berbeda dari campuran zat-zat lain seperti larutan ataupun suspensi.
Adsorpsi Koloid
Jika partikel-partikel sol padat diletakkan dalam zat cair atau gas maka partikel-partikelnya akan terakumulasi pada permukaan zat padat tersebut. Fenomena ini disebut adsorpsi yang terkait dengan penyerapan partikel pada permukaan zat. Jadi Adsorbsi Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid. Adsorpsi dengan absorpsi itu berbeda. Perbedaannya adalah absorpsi terkait dengan penyerapan partikel sampai ke bawah permukaan zat.
Partikel koloid sol mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel pendispersi pada permukaannya, baik itu partikel netral atau bermuatan (kation dan anion). Daya adsorpsi partikel koloid tergolong besar karena partikel-partikelnya memberikan suatu permukaan yang sangat luas. Sifat adsorpsi ini telah digunakan dalam berbagai proses seperti penjernihan air.
Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan) terhadap partikel atau ion atau senyawa yang lain. Contoh :(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+ sehingga menjadi bermuatan +. Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH) akan tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol.(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion S2.Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH- dalam larutan sehingga akan bermuatan - dan tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak akan menggerombol.
Sifat adsorbsi digunakan juga dalam proses pemutihan gula tebu dan norit.Contoh: koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman penyebab diare.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan
suspensi ( larutan kasar ). System koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat
larutan ataupun suspensi. Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat,
cair maupun gas, dapat dapat dibuat dalam keadaan koloid.
Karena kebanyakan zat dapat berada dalam keadaan koloid, semua cabang ilmu kimia
berkepentingan dengan kimia koloid dalam satu atau lain cara. Semua jaringan hidup berdifat
koloidal. Banyak reaksi kimia yang kompleks yang perlu untuk kehidupan, harus ditafsirkan secara
kimia koloid. Bagian kerak bumi yang dikatakan sebagai tanah yang bias dicangkul terdiri dari
bagian-bagian yang bersifat koloid, oleh karena itu ilmu tanah harus mencakup penerapan kimia
kolois pada tanah. Dalam industri, ilmu koloid penting dalam industri cat, keramik, plastic, tekstil,
kertas, dan film foto, lem, tinta, semen, karet, kulit, bumbu selada, mentega, kkeju dan makanan
lain, pelumas, sabun, obat semprot pertanian dan insektisida, detergen, gel dan selai, perekat dan
sejumlah besar produk lainnya.proses seperti memutihkan, menghilangkan bau, menyamak,
mewarnai dan pemurnian serta pengapungan bahan galian, melibatkan adsorpsi pada permukaan
materi koloid dan karena itu berkepentingan dengan kimia koloid.
Oleh karena itu sangat penting dilakukannya praktikum mengenai sistem koloid ini mengingat
begitu banyak kegunaannya serta begitu erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari.
Thomas Graham banyak mempelajari tentang kecepatan difusi (gerak) partikel materi sehingga
ia dapat merumuskan hukum tentang difusi. Dengan pengamatannya, ternyata gerakan partikel zat
dalam larutan ada yang cepat dan lambat. Umumnya yang berdifusi cepat adalah zat yang berupa
kristal sehingga disebut kristaloid, contohnya NaCl dalam air. Tetapi istilah ini tidak popular, karena
ada zat yang bukan kristal berdifusi lebih cepat contohnya NaCl dalam H2SO4 yang lambat berdifusi
disebabkan oleh partikelnya mempunyai daya tarik (perekat) satu sama lain. Dalam kehidupan
sehari-hari banyak kita jumpai zat yang sukar digolongkan sebagai zat padat, zat cair, atau zat gas.
Zat-zat ini dalam ilmu dinamakan koloid. Contohnya antara lain susu, tinta, cat, sabun, kanji, minyak
rambut, bahkan udara berdebu termasuk system koloid.
Percobaan ini dilatarbelakangi oleh proses pembentukan partikel koloid, sehingga diperlukannya
percobaan ini agar lebih luas pengetahuan tentang koloid.
1.2 Tujuan Percobaan
- Mengetahui beberapa sifat koloid
- Mengetahui cara pembuatan koloid
- Mengetahui fungsi norit pada percobaan adsorpsi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan campuran
kasar. Meskipun secara makrokopis koloid tampak homogen, tetapi koloid digolongkan ke dalam
campuran heterogen. Campuran koloid pada umumnya bersifat stabl dan tidak dapat disaring.
Ukuran partikel koloid terletak antara 1 nm – 100 nm. Sistem koloid terdiri atas terdispersi dengan
ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi,
sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium dispersi. Fase terdispersi
bersifat diskontinu ( terputus-putus ), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu. ( Keenan, 1984 )
Dalam campuran homogen dan stabil yang disebut larutan, molekul, atom, ataupun ion
disebarkan dalam suatu zat kedua. Dengan cara yang agak mirip, materi koloid dapat dihamburkan
atau disebarkan dalam suatu medium sinambung, sehingga dihasilkan suatu disperse ( sebaran )
koloid atau sistem koloid. Selai, mayones, tinta cina, susu dan kabut merupakan contoh yang
dikenal. Dalam sistem-sistem semacam itu, partikel koloid dirujuk sebagai zat terdispersi
( tersebar ) dan materi kontinu dalam mana partikel itu tersebar disebut zat pendispersi atau
medium pendispersi. ( Arsyad, 2001 )
Zat
terdispers
i
Zat
pendisper
si
Nama
tipe
Contoh
Gas Cairan Busa Krim kocok, busa bir, busa
Gas
Cairan
Cairan
Cairan
Padat
Padat
Padat
Padat
Gas
Cairan
Padat
Gas
Cair
Padat
Busa
padat
Aerosol
padat
Emulsi
Emulsi
padat
Aerosol
padat
Sol
Sol padat
sabun.
Batu apung, karet busa.
Kabut, awan.
Mayones, susu.
Keju ( lemak mentega
didispersikan dalam kasein ),
mentega.
Asap, debu.
Kebanyakan cat, pati dalam
air, selai.
Banyak aliase, intan hitam,
kaca rubi.
a Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat
yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair,
disebut aerosol cair.
Contoh aerosol padat : asap dan debu dalam udara.
Contoh aerosol cair : kabut dan awan
Dewasa ini banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol seperti semprot rambut ( hair spray ),
semprot obat nyamuk, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan
suatu bahan pendorong ( propelan aerosol ). Contoh bahan pendorong yang banyak digunakan
adalah senyawa klorofluorokarbon ( CFC ) dan karbon dioksida. ( Keenan, 1984 )
b Sol
sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid jenis sol
banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari maupundalam industri.
Contoh sol : air sungai ( sol dari lempung dalam air ), sol sabun, sol detergen, sol kanji, tinta
tulis dan cat ( Keenan, 1984 )
c Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Syarat terjadinya
emulsi ini adalah kedua jenis zat cair itu tisak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan kedalam
dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air ( M / A ) atau emulsi air dalam minyak ( A / M ). Dalam hal
ini, minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak bercampur dengan air.
Contoh emulsi minyak dalam air ( M / A ) : santan, susu dan lateks.
Contoh emulsi air dalam minyak ( A / M ) : mayonaise, minyak bumi dan minyak ikan. ( Keenan,
1984 )
d Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya dengan
emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, detergen, dan protein.
Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas kedalam zat cair yang mangandung pembuih.
( Keenan, 1984 )
e Gel
Koloid yang setengah kaku ( antara padat dan cair ) disebut gel. Contoh : agar-agar, lem kanji,
selai, gelatin, gel sabun, dan gel silica. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya
mengadsorpsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat.
SIFAT – SIFAT KOLOID
1) Efek Tyndall
Pernah kita amati cahaya dihamburkan oleh partikel-partekil debu bila seberkas cahaya
matahari memasuki suatu kamar gelap, lewat pintu yang terbuka sedikit atau lewat suatu celah.
Partikel debu, banyak diantaranya terlalu kecil untuk dilihat, akan nampak sebagai titik-titik terang
dalam suatu berkas cahaya. Bila partikel itu memang berukuran koloid, partikel itu sendiri tidak
nampak; yang terlihat ialah cahaya yang dihamburkan oleh mereka. Hamburan cahaya itu disebut
efek tyndall. Ini disebabkan oleh fakta bahwa partikel kecil menghamburkan cahaya dalam segala
arah.
Efek tyndall dapat digunakan untuk membedakan dispersi koloid dan suatu larutan biasa,
karena atom, molekul, ataupun ion yang berbeda dalam suatu larutan tidak menghamburkan cahaya
secara jelas dalam contoh-contoh yang tebalnya tak seberapa. Penghamburan cahaya tyndall dapat
menjelaskan betapa buramnya dispersi koloid. Misalnya, meskipun baik minyak zaitun maupun air itu
tembus cahaya, dispersi koloid dari kedua zat ini nampak seperti susu.
2) Gerak Brown
Jika suatu mikroskop optis difokuska pada suatu dispersi koloid pada arah yang tegak lurus pada
berkas cahaya dan dengan latar belakang gelap, akan nampak partikel-partikel koloid, bukan
sebagai partikel dengan batas yang jelas, melainkan sebagai bintik yang berkilauan. Dengan
mengikuti bintik-bintik cahaya yang dipantulkan ini, orang dapat melihat bahwa partikel koloid yang
terdispersi ini bergerak terus-menerus secara acak menurut jalan yang berliku-liku. Gerakan acak
partikel koloid dalam suatu medium pendispersi ini disebut gerakan brown, menurut nama seorang
ahli botani Inggris, Robert Brown, yang mempelajarinya dalam tahun 1827.
3) Adsorpsi
Materi dalam keadaan koloid mempunyai luas permukaan yang sangat besar. Pada permukaan
partikel terdapat gaya van der waals yang belum terimbangi atau bahkan gaya valensi yang dapat
menarik dan mengikat atom-atom ( atau molekul-molekul atau ion-ion ) dari zat asing. Adhesi zat-zat
asing ini pada permukaan suatu partikel disebut adsorpsi. Zat-zat teradsorpsi terikat dengan kuat
dalam lapisan-lapisan yang biasanya tebalnya tidak lebih dari satu atau dua molekul ( atau ion ).
Banyaknya zat asing yang dapat diadsorpsi bergantung pada luasnya permukaan yang tersingkap.
Meskipun adsopsi merupakan suatu gejala umum dari zat padat, adsorpsi ini teristimewa efisiensinya
dengan materi koloid yang disebabkan oleh besarnya luas permukaan itu. Sifat adsorpsi dari koloid
ini digunakan dalam berbagai proses, antara lain sebagai berikut.
1. Pemutihan Gula Tebu
Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui tanah diatomae dan
arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorpsi sehingga diperoleh gula yang putih bersih.
1. Norit
Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif Norit didalam usus norit membentuk sistem
koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau zat racun.
1. Penjernihan Air
Untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas atau aluminium sulfat.
Didalam air, aluminium sulfat terhidrolisis membentuk Al(OH)3 yang berupa koloid. Koloid Al(OH)3 ini
dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat pencemar dalam air.
4) Koagulasi
Telah disebutkan bahwa koloid distabilkan oleh muatannya. apabila muatan koloid dilucuti maka
kestabilan akan berkurang dan dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan
muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahkan kedalam sistem
koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama kedalam sel elektroforesis maka partikel koloid akan
digumpalkan ketika mencapai elektrode. Jadi, koloid yang bermuatan negatif akan digumpalkan di
anode, sedangkan koloid yang bermuatan positif digumpalkan di katode.
Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri:
1. Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat ( lempung ) dalam
air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air.
2. Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format.
3. Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas.
Sol tanah liat dalam air sungai biasanya bermuatan negatif sehingga akan digumpalkan oleh ion
Al3+ dari tawas ( aluminium sulfat )
4. Asap atau debu dari pabrik / industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik.
5) Koloid Pelindung
Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan. Misalnya, koagulasi lateks. Dilain pihak,
koloid perlu dijaga supaya tidak rusak. Suatu koloid dapat distabilkan dengan mmenambahkan koloid
lain yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung akan membungkus partikel zat terdispersi
sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
Contoh :
1. pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukkan kristal
besar es atau gula.
2. Cat dan tinta dapat bertahan karena menggunakan suatu koloid pelindung.
3. Zat-zat pengemulsi, seperti sabun dan detergen, juga tergolong koloid pelindung.
6) Dialisis
Pemisahan ion dari koloid dengan difusi lewat pori-pori suatu selaput semipermeabel disebut
dialisis. Pori-pori itu biasanya berdiameterkurang dari 10 Å dan membiarkan lewatnya molekul air
dan ion-ion kecil. Selaput hewani alamiah, kertas perkamen, selofan dan beberapa plastic sintetik
merupakan bahan selaput yang sesuai. Partikel-partikel yang melewati membran agaknya berlaku
demikian tidak sekedar berdasarkan difusi acak. Mereka teradsorpsi pada permukaan membran dan
bergerak dari letak ( site ) adsorben yang satu ke yang lain pada waktu mereka bergerak melewati
pori-pori itu. ( Oxtoby, 2001)
Larutan koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu :
1. Kondensasi
Kondensasi adalah penggabungan partikel – partikel halus ( molekuler ) menjadi partikel yang
lebih besar. Pembuatan koloid dengan cara ini dilakukan melalui :
a. Cara Kimia
Partikel koloid dibentuk melalui reaksi – reaksi kimia, seperti reaksi hidrolisis, reaksi reduksi
oksidasi, atau reaksi subtitusi.
- Hidrolisis : Merupakan reaksi suatu zat dengan air
- Reaksi Redoks : Merupakan reaksi yang disertai perubahan biloks
- Reaksi Subtitusi : Merupakan reaksi penggantian, misalnya ion
b. Cara Fisika
Dilakukan dengan jalan menurutkan kelarutan dari zat terlarut, yaitu dengan jalan pendinginan
atau mengubah pelarut sehingga terbentuk satu sol koloid.
2. Dispersi
Pembuatan koloid dengan cara dispersi merupakan pemecahan partikel – partikel kasar menjadi
partikel yang lebih halus/lebih kecil dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan
bunga listrik ( listrik busur breding ).
a. Cara Mekanik
Dengan cara ini butir – butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling koloid sampai
diperoleh tingkat kehalusan tertentu kemudian diaduk dengan medium dispersi.Contoh : Sol
belerang dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama – sama dengan suatu zat inert
( seperti gula pasir ) kemudian mencampur serbuk halus dengan air
b. Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah membuat koloid dari butir – butir kasar atau
dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi ( pemecahan ). Contoh : Agar – agar
dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin dan lain – lain. ( Oxtoby, 2001 )
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat :
- Gelas Ukur
- Labu Erlenmeyer
- Tabung Reaksi
- Corong Kaca
- Kertas saring
- Pipat tetes
3.1.2 Bahan Bahan
- Sirup jeruk
- Norit
- AgNO3
- NaCl
- HNO3
- Aquades
- I2
- Tepung kanji
- Gelatin
- Fe (OH)3
- K3Fe (CN)6
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Koagulasi
- Dicampurkan 1 ml AgNO3 dengan 1 ml NaCl kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan 5 tetes HNO3 kedalam tabung reaksi tersebut
- Diamati perubahan yang terjadi
3.2.2 Dispersi
- Dicampurkan 2 sendok kanji dengan 10 ml air, diaduk hingga merata
- Ditambahkan 2 tetes I2
- Diamati perubahan yang terjadi
3.2.3 Adsorpsi
- Diletakkan norit secukupnya pada kertas saring yang diletakkan pada corong kaca
- Dituangkan 1 ml jus jeruk/sirup jeruk kedalam kertas saring tadi
- Diamati perubahannya
3.2.4 Koloid Pelindung
- Dimasukkan 10 tetes Fe (OH)3 kedalam tabung reaksi
- Diteteskan 2 tetes gelatin, sambil diamati
- Diteteskan lagi 2 tetes K3Fe (CN)6
- diamati perubahannya
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Suatu larutan koloid fase-fasenya tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan biasa atau
dengan dibiarkan mengendap, susah untuk mengambil suatu batasan dari sistem koloid. Pengertian
koloid sendiri adalah campuran dua atau lebih zat yang salah satu fasenya tersuspensi sebagai
sejumlah besar partikel yang sangat kecil dalam fase kedua. Zat yang terdispersi dan medium
penyangganya dapat berupa kombinasi gas, cairan atau padatan.
Sistem koloid sebagai satu gejala dan bentuk fisik suatu materi. Sistem koloid atau zat yang
terpecah halusdidalam suatu medium atau pelarut disebut zat terdispersi, sedangkan pelarutya
disebut zat pendispersi atau medium pendispersi.
Ada 3 sistem koloid berdasarkan fase terdispersi atau medium pendispersi :
1. Sistem Dispersi Molekuler ( Sistem larutan / larutan sejati )
Adalah partikel – partikel zat yang didispersikan lebih kecil dari 1 milimikron
2. Sistem Dispersi Halus
Adalah partikel – partikel zat yang didispersikan berukuran antara 1 sampai dengan 100
milimikron
3. Sistem Dispersi Kasar ( Suspense )
Adalah partikel – partikel zat yang didispersikan lebih besar dari100 milimikron
Perbedaan antara koloid – suspensi – larutan
Jenis Suspensi Koloid Larutan
1. Ukuran Partikel
2. Penyaringan
- Biasa
- Ultra
3. Mengendap
- Dibawah pengaruh
gaya berat
- Sentrifuge
4. Diffusi
5. Gerak Brown
> 0,1µ
- Dapat
dipisahkan
- Dapat
- Mengendap
- Mengendap
- Tak terjadi
- Mungkin
terlihat
0,1 – 1 µ
- Tak dapat
- Dapat
- Tak
Mengendap
- Mengendap
- Lambat
- Terlihat
<1mµ
- Tak dapat
- Tak dapat
- Tak
Mengendap
- Cepat
- Tak terlihat
Gerak pada suatu sistem koloid satu fase tersebar didalam fase lainnya. Fase tersebar itu
disebut fase terdispersi atau fase dalam dan fase ini biasanya merupakan bagian kecil dari sistem
koloid. Fase dimana fase terdispersi tersebar disebut medium dispersi atau fase luar dan biasanya
merupakan bagian terbesar dari koloid.
Setiap fase pada suatu koloid dapat terdiri dari fase padat, fase cair atau gas dengan
kekecualian kedua fase tidak dapat berupa gas karena dua macam gas dapat bercampur dengan
baik membentuk suatu larutan.
Larutan koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu
1. Kondensasi
Kondensasi adalah penggabungan partikel – partikel halus ( molekuler ) menjadi partikel yang
lebih besar. Pembuatan koloid dengan cara ini dilakukan melalui :
a. Cara Kimia
Partikel koloid dibentuk melalui reaksi – reaksi kimia, seperti reaksi hidrolisis, reaksi reduksi
oksidasi, atau reaksi subtitusi.
- Hidrolisis : Merupakan reaksi suatu zat dengan air
- Reaksi Redoks : Merupakan reaksi yang disertai perubahan biloks
- Reaksi Subtitusi : Merupakan reaksi penggantian, misalnya ion
b. Cara Fisika
Dilakukan dengan jalan menurutkan kelarutan dari zat terlarut, yaitu dengan jalan pendinginan
atau mengubah pelarut sehingga terbentuk satu sol koloid.
2. Dispersi
Pembuatan koloid dengan cara dispersi merupakan pemecahan partikel – partikel kasar menjadi
partikel yang lebih halus/lebih kecil dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi dan sebagainya.
a. Cara Mekanik
Dengan cara ini butir – butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling koloid sampai
diperoleh tingkat kehalusan tertentu kemudian diaduk dengan medium dispersi.
b. Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara ini adalah membuat koloid dari butir – butir kasar atau dari suatu
endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi ( pemecahan ).
Pada percobaan koagulasi, dibuat 1 mL AgNO3, 1 mL NaCl dan 5 tetes HNO3 pada sebuah tabung
reaksi. Setelah larutan didiamkan terdapat gumpalan dan larutan yang keruh didasar bejana.
Pada percobaan dispersi, dibuat 2 sendok kanji dengan air kemudian ditetesi I2 sebanyak 2
tetes, larutan yang awalnyaberwarna putih susu, berubah menjadi biru keunguan.
Pada percobaan adsorpsi, sirup disaring diatas kertas saring yang berisi norit. Fungsi
penyaringan pada percobaan ini yaitu menyaring partikel – partikel koloid agar didapat larutan hasil
penyaringan yang lebih jernih. Norit adalah tablet yang terbuat dari senyawa karbon aktif, didalam
usus norit membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau zat racun. Fungsi norit
adalah sebagai absorber atau menyerap warna. Partikel norit memiliki kemampuan mengadsorpsi
partikel – partikel pada permukaannya baik partikel netral atau bermuatan karena mempunyai
permukaan yang luas. Oleh karena itu, sirup yang semula berwarna pekat, setelah disaring menjadi
lebih muda warnanya.
Pada percobaan koloid pelindung, larutan Fe(CO)3 yang awalnya berwarna kuning, berubah
warna menjadi lebih bening setelah ditambahkan 2 tetes gelatin dan menjadi / membentuk
gumpalan, tetapi setelah ditambahkan lagi 2 tetes K3Fe(CN)6 larutan tersebut berubah menjadi biru
kehitaman dan menjadi encer atau gumpalan yang terbentuk tadi hilang. Hal ini terjadi karena
K3Fe(CN)6 berfungsi sebagai koloid pelindung yaitu koloid yang dapat melindungi koloid lain dari
proses penggumpalan.
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid. Koloid dapat distabilkan oleh muatannya, tetapi
apabila muatan koloid dilucuti maka kestabilan akan berkurang dan dapat menyebabkan
koagulasi/penggumpalan.
Dispersi adalah pembuatan koloid dengan cara pemecahan partikel – partikel kasar menjadi
partikel yang lebih halus/lebih kecil yang dapat dilakukan secara mekanik atau peptisasi.
Adsorpsi adalah proses penyerapan zat/partikel/molekul pada permukaan dari zat tersebut
sehingga koloid akan memiliki muatan listrik.
Koloid pelindung adalah koloid yang dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi atau
penggumpalan. Ada beberapa koloid pelindung yang digunakan pada emulsi misalnya,casein dalam
susu.
Reagen dalam percobaan ini yaitu HNO3, fungsi reagen dalam percobaan ini yaitu sebagai
penitran yang menentukan mol ekuivalen penitran sama dengan mol ekuivalen yang dititran dan
untuk mengetahui apakah penitran dan yang dititran telah mencapai volume yang sama atau belum.
Sistem koloidDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Koloid)
Belum Diperiksa
Susu adalah koloid teremulsi dari lemak susu dalam air
Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua
atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100
nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh
oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya.
Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh
koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia
koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.
[sunting]Macam-macam koloid
Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fase zat pendispersi dan zat terdispersinya.
Beberapa jenis koloid:
Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi cair disebut
aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol
padat (contoh: asap dan debu dalam udara).
Sol Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: Air sungai, sol sabun, sol
detergen dan tinta).
Emulsi Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain, namun kedua zat cair itu tidak saling
melarutkan. (Contoh: santan, susu, mayonaise, dan minyak ikan).
Buih Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada pengolahan bijih logam, alat
pemadam kebakaran, kosmetik dan lainnya).
Gel sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah cair. (Contoh: agar-agar, Lem).
[sunting]Sifat-sifat Koloid †
Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan
karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893),
seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan
cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya
akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar
untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil
sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak
acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-
partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-
partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan
gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak
brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan
menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala
arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang.
Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga
terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin besar
ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown
sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat
(suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin
besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari
partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu
sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang
disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan : Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang
artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel). Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena
permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.
Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.
Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti
zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan,
pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang
berbeda muatan.
Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi.
Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses dialisis. Yaitu dengan
mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran semi permeable yang berfungsi sebagai
penyaring. Membran semi permeable ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid
dan cairan akan berpisah.
Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus listrik.