92076148-metabolit-sekunder
DESCRIPTION
dTRANSCRIPT
MAKALAH
METABOLIT SEKUNDER
Disusun oleh;
Sandra aswarioko
STIKES HARAPAN IBU JAMBITAHUN AJARAN 2015/2016
1. METABOLIT SEKUNDER
1. 1. METABOLIT SEKUNDER
Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi
pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-
beda antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya
menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan mungkin
satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam
suatu kingdom. Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat
dibutuhkan saja atau pada fase-fase tertentu. Fungsi metabolit sekunder adalah
untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan,
misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan
sebagai molekul sinyal. Singkatnya, metabolit sekunder digunakan organisme
untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Metabolit sekunder adalah berbagai macam reaksi yang produknya tidak
secara langsung terlibat dalam pertumbuhan normal. Dalam hal ini metabolit
sekunder berbeda dengan bahan metabolit intermediet yang memang merupakan
produk dari metabolisme normal.
Senyawa metabolit sekunder diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama, yaitu:
Terpenoid (Sebagian besar senyawa terpenoid mengandung karbon dan
hidrogen serta disintesis melalui jalur metabolisme asam mevalonat.)
Contohnya monoterpena, seskuiterepena, diterpena, triterpena, dan
polimer terpena.
Fenolik (Senyawa ini terbuat dari gula sederhana dan memiliki
cincin benzena, hidrogen, dan oksigen dalam struktur kimianya.)
Contohnya asam fenolat, kumarina, lignin, flavonoid, dan tanin.
Senyawa yang mengandung nitrogen. Contohnya alkaloid dan
glukosinolat.
1.2. MANFAAT
Sebagian besar tanaman penghasil senyawa metabolit sekunder
memanfaatkan senyawa tersebut untuk mempertahankan diri dan berkompetisi
dengan makhluk hidup lain di sekitarnya. Tanaman dapat menghasilkan metabolit
sekunder (seperti: quinon, flavonoid, tanin, dll.) yang membuat tanaman lain tidak
dapat tumbuh di sekitarnya. Hal ini disebut sebagai alelopati. Berbagai senyawa
metabolit sekunder telah digunakan sebagai obat atau model untuk membuat obat
baru, contohnya adalah aspirin yang dibuat berdasarkan asam salisilat yang secara
alami terdapat pada tumbuhan tertentu. Manfaat lain dari metabolit sekunder
adalah sebagaipestisida dan insektisida, contohnya adalah rotenon dan rotenoid.
Beberapa metabolit sekunder lainnya yang telah digunakan dalam memproduksi
sabun, parfum, minyak herbal, pewarna, permen karet, dan plastik alami adalah
resin, antosianin, tanin, saponin, dan minyak volatil.
2. BIOSINTESIS METABOLIT SEKUNDER
Biosintesis metabolit sekunder sangat beragam tergantung dari goIongan
senyawa yang bersangkutan. Jalur yang biasanya dilalui dalam pembentukan
metabolit sekunder ada tiga jalur, yaitu jalur asam asetat, jalur asam sikimat, dan
jalur asarn mevalonat.
2.1. JaIur asam asetat
Poliketida meliputi golongan yang besar bahan alami yang digolongkan
bersarna berdasarkan pada biosintesisnya. Keanekaragaman struktur dapat
dijelaskan sebagai turunan rantai poli-ß-keto, terbentuk oleh koupling unit-unit
asam asetat (C2) via reaksi kondensasi, misalnya n CH3CO2H [CH3C0]n -
Termasuk poliketida adalah asam temak, poliasetilena, prostaglandin, antibiotika
makrolida, dan senyawa aromatik seperti antrakinon dan tetrasiklina.
Pembentukan rantai poli-ß-keto dapat digambarkan sebagai sederet reaksi
Claisen, keragaman melibatkan urutan ß-oksidasi dalam metabolisme asam lemak.
Jadi, 2 molekul asetil-KoA dapat ikut serta datam reaksi Claisen membentuk
asetoasetil-KoA, kemudian reaksi dapat berlanjut sampai dihasilkan rantai poli-ß-
keto yang cukup. Akan tetapi studi tentang enzim yang terlibat dalam biosintesis
asam Iemak belum terungkap secara rinci. Namun demikian, dalam pembentukan
asam lemak melibatkan enzim asam Iemak sintase seperti yang dibahas di atas.
2.2. Jalur asam sikimat
Jalur asam sikimat merupakan jafur alternatif menuju senyawa aromatik,
utamanya L-fenilalanin. L-tirosina. dan L-triptofan. Jalur ini berlangsung dalam
mikroorganisme dan tumbuhan, tetapi tidak berlangsung dalam hewan, sehingga
asam amino aromatik merupakan asam amino esensial yang harus terdapat dalam
diet manusia maupun hewan. Zantara pusat adalah asam sikimat, suatu asam yang
ditemukan dalam tanaman IlIicium sp. beberapa tahun sebelum perannya dalam
metabolisme ditemukan. Asam ini juga terbentuk dalam mutan tertentu dari
Escherichia coli. Dalam biosintesis L-triptofan dan asam 4-hidroksibenzoat juga
terjadi zantara asam korismat.
2.3. Jalur asam mevalonat
Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan keragaman struktur yang
besar dalam produk alami yang diturunkan dan unit isoprena (C5) yang
bergandengan dalam model kepala ke ekor (head-to-tail), sedangkan unit isoprena
diturunkan dari metabolisme asam asetat oleh jalur asam mevalonat (mevalonic
acid : MVA).
3. TERPENOIDA
3.1 Definisi
Terpenoid adalah komponen-komponen tumbuhan yang mempunyai bau
dan dapat di isolasi dari bahan nabati dengan penyulingan yang biasa di sebut
dengan minyak atsiri. Sebagian besar terpenoid mempunyai senyawa karbon yang
di bangun oleh dua atu lebih unit C-5 yang disebut isopren. Monoterpenoid
umumnya bersifat volatil dan biasanya merupakan penyusun minyak atsiri.
Monoterpenoid memberikan aroma yang khas pada tumbuhan.
Terpenoid merupakan kelompok metabolit sekunder terbesar. Saat ini
hampir dua puluh ribu jenis terpenoid telah teridentifikasi. Kelompok ini
merupakan derivat dari asam mevalonat atau prekursor lain yang serupa dan
memiliki keragaman struktur yang sangat banyak. Struktur terpenoid merupakan
satu unit isopren (C5H8) atau gabungan lebih dari satu unit isopren, sehingga
pengelompokannya didasarkan pada jumlah unit isopren penyusunnya.
3.2. Klasifikasi
Monoterpenoid umumnya bersifat volatil dan biasanya merupakan penyusun
minyak atsiri. Monoterpenoid memberikan aroma yang khas pada tumbuhan.
Monoterpenoid dikelompokkan sebagai a). asiklik, contoh: geraniol, b).
monosiklik, contoh: limonene dan c). bisiklik, contoh: pinene. Untuk mencegah
terjadinya keracunan diri (autotoxicity), tumbuhan membentuk tempat
penyimpanan khusus. Kelompok terbesar dari terpenoid adalah sesquiterpen yang
juga merupakan penyusun minyak atsiri. Contoh yang cukup dikenal dari
kelompok ini adalah poligodial dan warburganal yang merupakan zat penolak
makan berbagai jenis serangga. Diterpenoid, seperti asam resin (misalnya: asam
abietat) dari tumbuhan keluarga pinus-pinusan dan klerodan (misalnya: ajugarin
dari tumbuhan Ajuga remota) merupakan zat penolak makan bagi serangga.
Triterpenoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang tersebar luas dan
beragam. Perwujudan dari senyawa ini dapat berupa resin, kutin maupun
semacam gabus. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah limonoid (misalnya:
azadirachtin), lantaden, dan cucurbitacin (misalnya: cucurbitacin B). Azadirachtin
terkenal sebagai zat penolak makan yang sangat kuat bagi serangga. Demikian
juga dengan cucurbitacin.
4. Fenolik
4.1. Definisi
Fenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada tumbuhan.
Fenolik memiliki cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksi (OH-)
dan gugus-gugus lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama
senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakan memiliki gugus hidroksi
lebih dari satu sehingga disebut sebagai polifenol. Fenol biasanya dikelompokkan
berdasarkan jumlah atom karbon pada kerangka penyusunnya (Tabel 3).
4.2. Klasifikasi
Kelompok terbesar dari senyawa fenolik adalah flavonoid, yang merupakan
senyawa yang secara umum dapat ditemukan pada semua jenis tumbuhan.
Biasanya, satu jenis tumbuhan mengandung beberapa macam flavonoid dan
hampir setiap jenis tumbuhan memiliki profil flavonoid yang khas. Kerangka
penyusun flavonoid adalah C6–C3–C6. Inti flavonoid biasanya berikatan dengan
gugusan gula sehingga membentuk glikosida yang larut dalam air. Pada
tumbuhan, flavonoid biasanya disimpan dalam vakuola sel. Secara umum,
flavonoid dikelompokkan lagi menjadi kelompok yang lebih kecil (sub
kelompok), yaitu: (1) flavon, contoh: luteolin, (2) flavanon, contoh: naringenin,
(3) flavonol, contoh: kaempferol, (4) antosianin dan (5) calkon.
Beberapa jenis flavon, flavanon dan flavonol menyerap cahaya tampak,
sehingga membuat bunga dan bagian tumbuhan yang lain berwarna kuning atau
krem terang. Sedangkan jenis-jenis yang tidak berwarna merupakan zat penolak
makan bagi serangga (contoh: katecin) ataupun merupakan racun (contoh:
rotenon). Rutin, yang merupakan glikosida flavonol yang tersebar di hampir
semua jenis tumbuhan, juga merupakan zat penolak makan yang kuat bagi
serangga polifagus, seperti Schistocerca americana. Sementara itu paseolin,
dilaporkan merupakan glikosida flavonol yang paling efektifsebagai zat penolak
makan bagi serangga. Pada percobaan dengan kumbang pemakan akar, Costelytra
zealandica, paseolin memberikan nilai FD50 yang sangat rendah, yaitu 0.03 ppm.
Tanin merupakan senyawa polifenol dengan berat molekul antara 500
sampai dengan 20000 dalton. Pada sel tumbuhan, tanin selalu berikatan dengan
protein sehingga disebut merupakan zat yang menurunkan nilai nutrisi dari
jaringan tumbuhan bagi pemakannya.
5. Alkaloid
5.1 Definisi
Alkaloid merupakan senyawa yang mengandung atom nitrogen yang
tersebar secara terbatas pada tumbuhan. Alkaloid kebanyakan ditemukan pada
Angiospermae dan jarang pada Gymnospermae dan Cryptogamae. Senyawa ini
cukup banyak jenisnya dan terkadang memiliki struktur kimia yang sangat
berbeda satu sama lain, meskipun berada dalam satu kelompok.
5.2 Klasifikasi
Pengelompokan alkaloid biasanya didasarkan pada prekursor
pembentuknya. Kebanyakan dibentuk dari asam amino seperti lisin, tirosin,
triptofan, histidin dan ornitin. Sebagai contoh, nikotin dibentuk dari ornitin dan
asam nikotinat. Beberapa kelompok alkaloid disajikan dalam tulisan ini.
Diantaranya adalah kelompok alkaloid benzil isoquinon, seperti: papaverin,
berberin, tubokurarin dan morfin. Jenis alkaloid yang banyak terdapat pada famili
Solanaceae, tergolong ke dalam kelompok alkaloid tropan, seperti: atropin, yang
ditemukan pada Atropa belladona dan skopolamin. Kokain yang berasal dari
tumbuhan koka, Erythroxylon coca, juga termasuk ke dalam kelompok ini,
meskipun koka tidak termasuk anggota famili Solanaceae. Alkaloid dengan
struktur inti berupa indol, dikelompokkan sebagai alkaloid indol, seperti: strikhnin
dan quinin yang berasa pahit dan merupakan senyawa penolak makan bagi
serangga. Kelompok alkaloid pirrolizidin merupakan ester alkaloid pada genus
Senecio, seperti: senecionin. Kelompok lain dari alkaloid yang berasal asam
amino lisin adalahquinolizidin yang sering disebut sebagai alkaloid lupin karena
banyak terdapat pada genus Lupinus. Alkaloid polihidroksi memiliki stereokimia
yang mirip dengan gula, sehingga mengganggu kerja enzim glukosidase.
Kelompok alkaloid polihidroksi merupakan penolak makan bagi serangga.
Beberapa jenis alkaloid merupakan derivat dari asam nikotinat, purin, asam
antranilat, poliasetat dan terpenes. Mereka dikelompokkan ke dalam alkaloid
purin, seperti: kafein.
6. Glukosinolat dan sianogenik
6.1 Glukosinolat
Glukosinolat merupakan metabolit sekunder yang dibentuk dari beberapa
asam amino dan terdapat secara umum pada Cruciferae (Brassicaceae).
Glukosinolat dikelompokkan menjadi setidaknya 3 kelompok, yakni: (1).
glukosinolat alifatik (contoh: sinigrin), terbentuk dari asam amino alifatik
(biasanya metionin), (2) glukosinolat aromatik (contoh: sinalbin), terbentuk dari
asam amino aromatik (fenilalanin atau tirosin) dan (3) glukosinolat indol, yang
terbentuk dari asam amino indol (triptofan). Keragaman jenis glukosinolat
tergantung pada modifikasi ikatannya dengan gugus lain melalui hidroksilasi,
metilasi dan desaturasi. Hidrolilis dari glukosinolat terjadi karena adanya enzim
mirosinase, sehingga menghasilkan beberapa senyawa beracun seperti
isotiosianat, tiosianat, nitril, dan epitionitril. Senyawa-senyawa tersebut
merupakan racun bagi serangga yang bukan spesialis pemakan tumbuhan
Cruciferae, dan merupakan zat penolak makan bagi ulat kilan, Trichoplusia ni.
6.1 Sianogenik
Semua jenis tumbuhan mempunyai kemampuan untuk mensintesis glikosida
sianogenik. Namun, tidak semua jenis tumbuhan mengumpulkan senyawa ini
dalam sel-selnya. Pada famili Rosaceae, senyawa ini disimpan pada vakuola. Pada
saat sel tumbuhan dirusak, glikosida sianogenik akan dihidrolisis secara enzimatis
menghasilkan asam sianida (HCN) yang sangat beracun dan merupakan zat
penolak makan serangga dengan spektrum yang luas.