repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32588/3/annisa... ·...
TRANSCRIPT
iv
ABSTRAKSI
Skripsi ini menganalisis kebijakan Amerika Serikat terkait upaya mengatasi
aksi terorisme Al- Shaabab di Somalia tahun 2012-2014. Al- Shaabab merupakan
kelompok terorisme yang telah berafiliasi dengan Al- Qaeda tahun 2012 dan telah
melancarkan berbagai serangan baik di Somalia, bahkan diluar Somalia. Potensi
ancaman yang semakin besar dari Al- Shaabab menyebabkan terganggunya
pencapaian kepentingan AS, yaitu untuk membantu TFG menstabilkan
Pemerintahan Somalia. Ancaman Al- Shaabab tidak hanya di Somalia, tetapi juga
di negara AS. Hal ini ditandai dengan adanya warga Somalia yang tergabung
dengan Al- Shaabab, tersebar di AS dan dapat mengancam keamanan internal AS.
Selain itu, Al- Shaabab juga telah melancarkan serangan brutal pada Westgate Mall
di Nairobi tahun 2013. Sebagai negara pencetus War on Terror, AS terpanggil
untuk melakukan tindakan segera dalam memerangi dan melemahkan kelompok
terorisme Al- Shaabab.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode
kualitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan mengumpulkan informasi terkait
kebijakan AS terhadap kelompok Al- Shaabab di Somalia yang diperoleh dari buku-
buku, jurnal ilmiah, surat kabar dan media elektronik online, serta wawancara
dengan beberapa sumber. Kemudian, data yang terkumpul dianalisis secara
eksplanatif dengan teori kebijakan luar negeri dan konsep kepentingan nasional.
Analisis Kebijakan luar negeri mengacu kepada sikap AS dalam mengatasi
terorisme Al- Shaabab di Somalia. Sedangkan konsep kepentingan nasional
mengacu kepada alasan keterlibatan AS dalam kasus terorisme yang terjadi di
Somalia.
Dalam skripsi ini ditemukan bahwa kebijakan AS melalui Light Footprint
atau jejak cahaya dinyatakan berhasil karena kemampuannya dalam melemahkan
kekuatan Al- Shaabab. Hal tersebut ditandai dengan terbunuhnya beberapa petinggi
Al- Shaabab, termasuk Ahmed Abdi Godane, selaku pemimpin utama Al- Shaabab
melalui serangan drones AS. Pemberian US Aid, dukungan AS terhadap TFG dan
AMISOM bertujuan untuk memperkuat TFG dan mempersempit ruang gerak
gerakan Al- Shaabab. Disisi lain, kebijakan kebijakan tersebut juga bertujuan untuk
mempertahankan posisi AS sebagai Great Power di wilayah Afrika. Selain itu,
kesungguhan AS dalam menyerang Al- Shaabab dipicu oleh kepentingan keamanan
warga negara AS, kebebasan Somalia dari aksi kekerasan demi terwujudnya
keamanan dan perdamaian.
Kata Kunci : Amerika Serikat, Perang Melawan Terorisme, Somalia, Terorisme
Al- Shaabab, Foreign Policy Theory, National Interest Concept.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Kebijakan Luar
Negeri Amerika Serikat dalam Mengatasi Aksi Terorisme Al- Shaabab di
Somalia Tahun 2012-2014”. Shalawat dalam salam penulis haturkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan syafa’at-nya di akhir
kelak. Aamin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukan hanya hasil karya penulis
seorang diri, melainkan juga karena bimbingan, saran, motivasi dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
berbagai pihak yang telah mendukung baik moril maupun materil penulisan skripsi
ini, diantaranya:
1. Ayahanda, Drs. Ali Aceh dan Ibunda Rosdiani, S. Pd. Terima kasih atas
kepercayaan dan motivasinya kepada penulis untuk menempuh pendidikan
setinggi-tingginya. I love U, Mum n Dad.
2. Kakak Fathul Jannah Pasaribu, S. Pd.I dan Khodijah Khoirunnisa Pasaribu, S.
Pd, serta Adek Muhammad Yusuf, Murtado Muthohhari, dan Butet Sholihah
Pasaribu. Sharing ilmu yang berbeda-beda membuat kita semakin Terdepan.
Semoga Allah SWT selalu memudahkan jalan kita dalam menggapai cita-cita.
Aamin.
3. Bapak Ahmad Alfajri, MA., selaku dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih
atas kesabaran dan semangatnya dalam membimbing, memotivasi, dan
membantu kelancaran proses penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak Adian Firnas, M. Si., selaku dosen Pembimbing Akademik. Terima
kasih atas bimbingan dan motivasinya selama masa perkuliahan.
5. Bapak Armein Daulay. Terima kasih atas motivasi, bimbingan, dan sarannya
selama penulis menuntut ilmu, baik di bidang akademis maupun organisasi di
FISIP UIN Jakarta.
6. Dosen-dosen Jurusan Hubungan Internasional, terima kasih atas ilmu yang
diberikan selama penulis menuntut ilmu di UIN Jakarta.
vi
7. Sahabatku Yuri Handayani. Terima kasih telah menjadi sahabat yang selalu
ada dikala tawa dan tangis. Hopefully a Long-Lasting Friendship Dear.
Uhibbuki fillah ya shoohibatii.
8. Keluarga kecil bahagia. Istiqamah, Elhumairoh Wijaya, dan Detty Oktavina.
Sahabat segala suku yang menyatu di rumah Mi’un. Hidup bersama kalian
takkan terlupakan.
9. Mbakku tersayang Santi Laila Tartila. Rekan seperjuangan Annisa, mas Kamil,
mbak Rizqi, Tjut Imani, Deswita, dll yang tidak bisa disebutkan satu-satu.
Terima kasih atas ilmu yang diajarkan dan dukungannya dalam penulisan
skripsi. Just wanna say: “I love u all”.
10. Abanganda Gunawan, Agus, Icun, Sitepu, dll. Semangat kalian yang
mendorong penulis untuk segera menyelesaikan skripsi and finally, I’ve
fisnished it.
11. Terkhusus buat Ainul, Soma, Yuli Saragih, kak Vivid. Juga buat halak kita,
Hasna, Wilda, Ulvha, Lia, dan kak Rindy. Terima kasih sudah menjadi
pengganggu sekaligus penghibur selama masa skripsi. Gak ada loe gak rame.
12. Teman-teman dari KKN Merdika, volunteer APEC SOM 1, HMJ HI 2012-
2013, teman-teman KIBAR, surveyor ESD Kemdikbud. Tidak satu pun
kenangan bersama kalian yang akan penulis lupakan.
13. Terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga segala dukungan dan bantuan kalian mendapat imbalan dari Allah
SWT dan menjadi amal kebaikan.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah
khazanah keilmuan bagi pembacanya dan studi Hubungan Internasional.
Annisa Zakiah Pasaribu
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI.... ............................. ……… ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SIDANG ............................................ iii
ABSTRAKSI ................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ................................................................................... ... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ............................................................. 1
B. Pertanyaan Penelitian ........................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 8
D. Tinjauan Pustaka .................................................................. 9
E. Kerangka Teoretis ................................................................ 11
1. Teori Kebijakan Luar Negeri ........................................... 12
2. Konsep Kepentingan Nasional ......................................... 15
F. Metode Penelitian ................................................................. 16
G. Sistematika Penelitian........................................................... 18
BAB II AMERIKA SERIKAT DAN WAR ON TERRORISM
A. Tragedy 9/11 dan Perubahan Visi Keamanan AS ................ 19
1. Quadrennial Defence Review (QDR 2001) ................... 23
2. National Security Strategy (NSS 2002) ......................... 24
3. National Strategy for Homeland Security (NSHS 2002) 26
B. Amerika Serikat dan Perang Global Melawan Terorisme ... 27
BAB III TERORISME AL- SHAABAB DAN AFILIASINYA DENGAN
AL- QAEDA
A. Dinamika Politik Internal Somalia ....................................... 39
B. Gerakan Terorisme Al- Shaabab dan Perkembangannya..... 46
C. Keterkaitan Al- Shaabab dengan Jaringan Al- Qaeda…….. 52
1. Al- Shaabab sebagai Afiliasi Al- Qaeda ......................... 53
a. Jihad Global….. ........................................................ 53
b. Perekrutan Prajurit…. ............................................... 55
BAB IV KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT TERHADAP AKSI
TERORISME AL- SHAABAB
A. Analisis Bentuk dan Implementasi Kebijakan AS ............... 57
1. Strategi Light Footprint atau Jejak Cahaya .................... 58
a. Penggunaan Pesawat Tak Berawak (Drones Strike) 61
b. Pengumpulan Informasi Inteligen ............................ . 64
viii
2. Dukungan AS Terhadap Pemerintah Federal Transisi
Somalia (TFG) dan Misi Perdamaian Uni Afrika
di Somalia (AMISOM) .................................................. . 66
a. Pemerintah Federal Transisi Somalia (TFG) ........... . 67
b. Misi Perdamaian Uni Afrika di Somalia (AMISOM) 69
3. Pemeberian Bantuan Melalui United States Agency
International Development (USAID) ............................. . 70
B. Analisis Kepentingan AS...................................................... . 73
1. Amerika Serikat Sebagai Negara Hegemon Dunia ........ . 75
2. Membendung Kekuatan China di Wilayah Afrika Timur 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................. …. 84
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... xiii
LAMPIRAN .................................................................. …………………… xix
ix
DAFTAR TABEL
Tabel II.A.1 Pelaku Serangan 9/11 ...................................................... 21
Tabel II.B.1 Korban Negara Bangsa Sebagai Dampak 9/11 .............. 28
Tabel IV.A.1 Negara-Negara Pendonor AMISOM............................... 69
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar III.A.1. Wilayah Somalia……………………………………. 41
Gambar III.C.1. Al Qaeda in Arab Paninsula dan Horn Afrika………. 54
Gambar III.C.2. Al Qaeda di Utara dan Barat Afrika………………… 55
Gambar IV.A.1. Presentase Bantuan AS ke Somalia Tahun 2007-2011 72
Gambar IV.B.1. Wilayah Kontrol TFG Tahun 2012 ………………… 79
Gambar IV.B.2. Wilayah Kontrol TFG Tahun 2013 ………………… 79
Gambar IV.B.3. Wilayah Kontrol TFG Tahun 2014 ………………… 80
xi
DAFTAR SINGKATAN
AFRICOM US-Africa Command
AIAI Al-Ittihad Al-Islamiya
AMISOM African Union Mission in Somalia
ARCC Africa Regional Combatant Command
AS Amerika Serikat
AU African Union
AQAP Al- Qaeda in Arab Paninsula
AQIM Al- Qaeda in Islamic Maghreb
CIA Central Inteligence Agency
FTO Foreign Terrorist Organization
GWOT Global War on Terrorism
ICU Islamic Court Union
NSHS National Strategy for Homeland Security
NSS National Security Strategy
OLF Oromo Liberation Front
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
QDF Quadrennial Defense Review
RASOC Regional African Special Operations Command
SDA Sumber Daya Alam
TFG Transtitional Federal Government
TOC Transnational Organized Crime
USAID United State Aid Development Program
USC United Somali Congress
WTC World Trade Center
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Transkip Wawancara I
Lampiran II Transkip Wawancara II
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Amerika Serikat (AS) dikenal sebagai negara yang memainkan peranan
penting dalam politik internasional.1 Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya
kebijakan luar negeri AS yang berdampak luas di berbagai kawasan dunia, salah
satunya adalah perang melawan terorisme (war on terrorism).2 Kebijakan tersebut
ditetapkan pasca tragedi serangan bom 11 September 2001 terhadap gedung World
Trade Center (WTC) yang merupakan pusat perdagangan dunia, dan Pentagon
sebagai simbol sekaligus Pusat Pertahanan Amerika.3
Al- Qaeda merupakan jaringan terorisme internasional yang diklaim AS
sebagai pelaku utama penyerangan 9/11 dan dipimpin oleh Osama bin Laden. Hal
tersebut diungkapkan Presiden AS, George W. Bush dalam pidatonya:
American have many questions tonight. American are asking: Who attacked
our country? The evidence we have gathered all points to a collection of
loosely affiliated terrorist organizations known as Al- Qaeda. They are the
same murderers indicted for bombing American embassies in Tanzania and
Kenya, and responsible for bombing the USS Cole.4
Amerika memiliki banyak pertanyaan malam ini. Amerika bertanya: Siapa
yang telah menyerang negara kita? Kami telah mengumpulkan bukti data
1Politik Internasional menurut Hans Morgenthau dalam bukunya “Politics Among Nations:
The Struggle for Power and Peace” dinyatakan bahwa semua elemen politik adalah sama, yaitu
sama-sama meraih kekuasaan. Dikutip dari “Politics Realism in International Relations (2013)”,
Internet, diunduh 8 April 2014; Tersedia di http://plato.stanford.edu/entries/realism-intl-relations/ 2William Boardman, US Foreign Policy: Terrorism in Response to Terrorism [database On-
line], Internet, diunduh pada 10 April 2014; Tersedia di http://www.globalresearch.ca/us-foreign-
policy-terrorism-in-response-to-terrorism/5359399. 3The Coalition Information Center, The Global War on Terrorism: The First 100 Days
[Report]; Internet, diunduh pada 10 April 2014; Tersedia di
www.bits.de/public/documents/US_Terrorist_Attacks/100days.pdf. 4George W. Bush Speech, [database on-line]; Internet, diunduh pada 26 Juni 2014; Tersedia
di http://www.theguardian.com/world/2001/sep/21/september11.usa13.
2
organisasi teroris yang berafiliasi dikenal sebagai Al- Qaeda. Mereka
adalah pelaku yang sama didakwa atas pemboman kedutaan AS di Tanzania
dan Kenya, dan bertanggung jawab atas pemboman USS Cole. (terjemahan
penulis)
Pernyataan Bush tersebut menunjukkan bahwa AS menuding Al- Qaeda
sebagai pelaku utama dan menjadi musuh AS di era abad ke-21. Bagi AS, Al- Qaeda
merupakan mafia yang penuh dengan kejahatan dan tujuannya bukanlah untuk
menghasilkan uang, melainkan lebih kepada pembentukan keyakinan radikal pada
semua orang.5
Tragedi 9/11 menyebabkan terjadinya perubahan konsepsi pertahanan dan
politik Amerika Serikat secara radikal sejak perang dunia kedua.6 Presiden Bush
mendeklarasikan kebijakan war on terror dengan tujuan untuk menghancurkan dan
menghilangkan ancaman terorisme dunia.7 Dalam hal ini, AS juga mengajak
sekutu-sekutunya untuk turut mencegah perkembangan aksi terorisme dengan
membentuk kebijakan “Global War on Terrorism (GWOT).”8
Pada tahun 2008, sebuah kelompok separatis Somalia atau dikenal dengan
Al- Shaabab telah menunjukkan keberpihakannya terhadap kelompok Al- Qaeda.9
Baik Al- Qaeda maupun Al- Shaabab saling memuji satu sama lain, terlihat dari
5 Ibid 6Sasmini, 2009, War on Terror dalam Perspektif HHI, [database on-line], Internet, diunduh
pada 10 April 2014; Tersedia di http://sasmini.staff.uns.ac.id/2009/08/31/war-on-terror-dalam-
perspektif-hhi/ 7Ibid 8Anna Comelia Beyer, Hegemony and Power in Global War on Terrorism, published (E. Fels
et al (eds), Power in the 21st Century, Global Power Shift, DOI 10. 1007/978-3-642-25082-8_2,
Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2012) 9Adlini Ilma Ghaisany Sjah, “Tracing Al-Shaabab’s Decision to Cooperate with Al Qaeda in
Somalia (2008)”, Journal of Terrorism Research, Vol 5. Issue 1 (Special Issue)-February 2014
3
pemberitaan keduanya di website10 masing-masing. Bahkan Al- Qaeda telah
memberikan bantuan persenjataan dan pasukan kepada Al- Shaabab.11
Shirwa Ahmed,12 seorang warga negara AS berdarah Somali-Amerika
melakukan bom bunuh diri pada 29 Oktober 2008 di kompleks PBB, konsulat
Ethiopia di Hargeisa dan menewaskan 24 orang.13 Peristiwa ini mengundang
kemarahan AS dan akhirnya menetapkan Al- Shaabab sebagai bagian dari jaringan
terorisme internasional.14
Sebagai respon terhadap pernyataan AS, pada 1 Februari 2012, Pemimpin Al-
Shaabab mengunggah sebuah video yang berisikan pernyataan afiliasi dan
dukungan penuh dalam segala kegiatan dan tunduk terhadap Pemimpin Al- Qaeda,
yaitu Osama bin Laden.15 Keberpihakan Al- Shaabab tersebut menunjukkan adanya
peningkatan kerjasama yang dilakukan oleh Al- Qaeda untuk mengimbangi
kekuatan AS di wilayah Afrika Timur.16
Sebelumnya, kelompok Al- Shaabab yang beroperasi di Somalia ini dikenal
sebagai kelompok yang berupaya untuk memisahkan diri dari Somalia dengan
10Website dalam Oxford Dictionary adalah halaman internet yang menjadi pusat informasi
dari perusahaan/kelompok tertentu. 11Daniel L. Byman, Breaking the Bonds between Al-Qa’ ida and Its Affiliate Organizations
[analysis paper]; Saban Center at Brookings, number 7, 2012. Hal. 7 12Ahmed adalah warga negara AS naturalisasi, umur 27 tahun yang tinggal di Minneapolis.
Lulus dari Roosevelt High School di Minneapolis pada tahun 2000 dan meninggalkan Minnesota
untuk Somalia pada bulan Desember 2007 dan menghadiri kamp pelatihan Al Shabaab. Dia adalah
pelaku bom bunuh diri pertama dari Amerika. 13Anti Demafation League, Al- Shaabab’s American Recruits, 2015 [database On-line],
Internet, diunduh 20 Mei 2014; Tersedia di www.adl.org/assets/pdf/...hate/al-shabaabs-american-
recruits.pdf 14Mohamed Ibrahim, “The Al‐Shabab Myth: Notoriety not Popularity”,
National Centre of Excellence for Islamic Studies, Vol 3, No. 5 (2010) 15BBC, Who are Al Shaabab Foreign Links? [database on-line], Internet; Diunduh pada
tanggal 5 Juli 2014;Tersedia di http://www.bbc.com/news/world-africa-15336689 16Daniel L. Byman, Breaking the Bonds between Al-Qa’ ida and Its Affiliate Organizations
[analysis paper]; Saban Center at Brookings, number 7, 2012. Hal. 8
4
membangun negara yang menerapkan syariat Islam.17 Hal inilah yang
menyebabkan AS beserta sekutunya khawatir dengan keberadaan kelompok
tersebut. Kekhawatiran AS bertambah dengan adanya perluasan perlawanan yang
dilakukan oleh Al- Shaabab di negara selain Somalia.18
Somalia dijuluki dunia sebagai failed state.19 Hal ini memudahkan Somalia
menjadi surga bagi gerakan terorisme akibat tidak adanya pemerintahan yang
mengontrol wilayah dengan efektif.20 Pemerintah Federal Transisi Somalia
(Transtitional Federal Government/TFG) yang merupakan pemerintahan resmi
Somalia atas dukungan dari Uni Afrika (AU) dan PBB sejak tahun 2007,21 telah
mengupayakan diplomasi dan negosiasi dengan kelompok Al- Shaabab. Namun,
Al- Shaabab tetap menentang karena menganggap seluruh kebijakan TFG berada
di bawah pengaruh pihak Barat.22
Banyaknya intervensi pihak asing di Somalia menyebabkan konflik ini
berkepanjangan. Pada tahun 2006, Ethiopia melakukan invasi ke wilayah
kekuasaan Al- Shaabab di Mogadishu.23 Disusul dengan penyerangan militer
17Mohamed A. Mohamed. US Strategic Interest In Somalia: From Cold War Era to War on
Terror. Department of American Studies. 01 June 2009
18Ibid
19Failed state adalah kondisi negara yang belum mampu menstabilkan wilayah teritori
dikarenakan banyaknya konflik, berbahaya karena banyaknya kepentingan, serta lemahnya
pemerintahan dalam menghadapi pemberontak”. Dikutip dari tulisan Robert I. Rotberg, Chapter 1:
Failed States, Collapsed States, Weak States: Causes and Indicators, hal. 5; Tersedia di
www.brookings.edu/.../statefailureandstateweaknessinatimeofterror.pdf
20Bridget L. Coggins, Do Failed States Produce More Terrorism: Initial Evidence From
Non- Traditional Threat Data (1999-2008) [working Paper]; Center for International Peace and
Security Studies, McGill University, 2011, hal. 28 21BTI, Somalia Country Report, 2014, hal. 4 [database On-line], Internet; Tersedia di
www.bti-project.de/uploads/tx_itao.../BTI_2014_Somalia.pdf 22Ibid 23Jeremy Presthold, The United States and Counterterrorism in eastern Africa. Di dalam
Gershon Shafir, Everard Meade, and William J. Aceves, eds. Fromo Moral Manic to Permanent
War: Lesson and Legacies of the War on Terror, (London: Routledge, 2013), hal. 127-154
5
Kenya dalam membantu pasukan Somalia melawan kelompok Al- Shaabab di tahun
2011.24 Hal ini merupakan salah satu alasan yang menjadi faktor pendorong Al-
Shaabab untuk berafiliasi dengan Al- Qaeda.25
Kemudian, pembentukan African Union Mission in Somalia (AMISOM) juga
terlihat lebih memihak kepada Pemerintah TFG dibandingkan dengan Al-
Shaabab.26 Hal ini dipandang kelompok Al- Shaabab sebagai bentuk keberpihakan
Uni Afrika dan TFG kepada pihak Barat (AS), sehingga Al- Shaabab merasa
terdiskriminasi dengan adanya desakan dan serangan yang dilancarkan oleh
AMISOM terhadap wilayah kekuasaan Al- Shaabab.27
Kompleksitas masalah yang terjadi di Somalia, mempertanyakan kembali
posisi AS sebagai polisi dunia. Kewajiban utama pasukan militer internasional
dalam operasi perdamaian adalah untuk memberikan keamanan bagi penduduk
sipil, tanpa adanya gangguan dari pasukan militer asing yang mengganggu
ketertiban umum.28
Proses perdamaian yang belum sempurna ini menyebabkan maraknya aksi
terorisme yang belum dapat dicegah, seperti yang telah dilakukan oleh kelompok
24 Ibid. Hal. 142 25Lauren Ploch Blanchard, “US-Kenya Relations”, Congressional Research Service:
Current Political and Security Issues, 23 September 2013 26Paul D. Williams, The African Union Mission in Somalia and Civilian Protection
Challenges [research article], hal. 1; diunduh 20 Mei 2014; Tersedia di
www.bancroftglobal.org/wp.../AMISOM-PoC-Stability-2013.pdf 27International Crisis Group, Somalia: Al- Shaabab – It Will be a Long War (Nairobi: Africa
Briefing N°99, 26 June 2014) 28Robert. M. Perito, U.S. Police in Peace and Stability Operation, Special Report: United
States Institute of Peace, August 2007
6
Al- Shaabab. Ditambah lagi Al- Shaabab yang telah berafiliasi dengan Al- Qaeda
semakin gencar dalam mengembangkan aksi perlawanannya terhadap Barat.29
Hal yang membuat dunia terkejut adalah ketika kelompok Al- Shaabab
melakukan aksi lintas batas negara. Serangan bom pada 21 September 2013 yang
ditujukan ke Westgate Mall, Kenya telah menewaskan 67 orang, dan hampir 200
orang termasuk lima orang diantaranya adalah warga negara Amerika Serikat
mengalami luka-luka selama pengepungan yang berlangsung empat hari.30
Westgate Mall merupakan pusat perbelanjaan mewah milik sebuah perusahaan
Israel bernama Sony Holding Ltd.31
Kehadiran kelompok terorisme baru yang menjadi bagian dari Al- Qaeda ini
menjadi tantangan tersendiri bagi AS untuk lebih memfokuskan kebijakan luar
negerinya dalam mencegah tindakan teror yang semakin berkembang di wilayah
Afrika Timur. Perkembangan aksi teror yang dilakukan oleh Al- Shaabab telah
melintasi batas negara, menjadikannya sebagai kelompok terorisme internasional
yang masuk dalam kategori transnational organized crime (TOC).32
Permasalahan kompleks yang terjadi menjadi hambatan bagi kepentingan AS
di Somalia. Somalia merupakan negara yang memiliki arti penting bagi AS. Selain
hubungan diplomatik yang telah terjalin dengan Somalia pasca kemerdekaannya
29Daniel L. Byman, “Breaking the Bonds between Al-Qa’ ida and Its Affiliate Organizations”
[analysis Paper]; Saban Center at Brookings, number 7 (2012), hal. 8 30Lauren Ploch Blanchard, “The September 2013 Terrorist Attack in Kenya: In Brief”,
Congressional Research Service, 14 November 2013 31Police Department of New York City, Analysis of Al-Shaabab’s at the Westgate Mall in
Nairobi, Kenya, hal. 5 32The President, “Strategy to Combat Transnational Organized Crime: Addressing
Converging Threats to National Security” [report]; Seal of the President of the United States (2011),
hal. 6
7
pada tahun 1960, AS juga merupakan salah satu negara pendonor bantuan luar
negeri utama bagi Somalia.33
Berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini akan meneliti kebijakan AS
sebagai upaya dalam mengatasi aksi teror Al- Shaabab. Pembatasan penelitian
dimulai dari tahun 2012 hingga tahun 2014. Tahun 2012 menjadi tahun yang
penting dikarenakan adanya deklarasi afiliasi antara Al- Shaabab dengan Al-
Qaeda. Afiliasi kedua kelompok tersebut menjadi perhatian AS, sehingga
memunculkan pernyataan bahwa kelompok Al- Shaabab termasuk jaringan
terorisme internasional yang disetarakan dengan Al- Qaeda. Dengan kata lain, Al-
Shaabab menjadi musuh utama AS di wilayah Somalia. Tahun akhir penelitian
adalah 2014, tahun ini ditandai peristiwa duka bagi kelompok Al- Shaabab atas
keberhasilan AS dalam membunuh pemimpin Al- Shaabab, yaitu Abdi Godane.
Fenomena yang sangat kompleks ini sangat menarik untuk dibahas. Dimulai
dengan permasalahan internal Somalia yang masih dikategorikan sebagai negara
gagal, hingga kemunculan gerakan terorisme yang mengganggu kepentingan AS di
Somalia menyebabkan permasalahan yang sulit menuju penyelesaian. Oleh karena
itu, penelitian ini akan fokus pada kebijakan AS dalam mengatasi perkembangan
aksi terorisme Al- Shaabab di Somalia pada tahun 2012-2014.
33AS dan Somalia telah menjalin hubungan diplomatik sejak tahun 1960 (pasca kemerdekaan
Somalia dari Inggris). Kedekatan keduanya semakin terlihat ketika Somalia berpihak ke arah Barat
setelah perang dengan Ethiopia pada tahun 1970-an. Bureau of African State, US-Somalia Relation,
2013; Tersedia di http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2863.htm
8
A. Pertanyaan Penelitian
Dari uraian penjelasan pada permasalahan diatas, maka peneliti mengajukan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Bagaimanakah kebijakan Amerika Serikat dalam mengatasi berbagai aksi
terorisme Al- Shaabab di Somalia pada tahun 2012-2014?
B. Manfaat dan Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui latar belakang muncul dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kelompok Al- Shaabab melakukan aksi terorisme.
2. Untuk mengetahui dinamika hubungan AS dan Somalia dalam
menghadapi terorisme Al- Shaabab.
3. Untuk mengetahui kebijakan AS dalam mengatasi perkembangan
aksi terorisme Al- Shaabab di Somalia pada tahun 2012-2014
4. Untuk menganalisa kebijakan AS terkait terorisme Al- Shaabab di
Somalia pada tahun 2012-2014
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang
Hubungan Internasional.
2. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti yang
akan melakukan penelitian serupa.
9
C. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, tinjauan pustaka sangat penting
untuk memberikan gambaran dan perbandingan fokus penelitian yang akan
dilakukan. Dalam penelitian ini, tinjauan pertama diambil dari skripsi yang ditulis
oleh Sandi Febrian pada tahun 2014 dari Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Kerjasama Pemerintah Transisi Federal
Somalia (TFG) dan Uni Afrika dalam Menanggulangi Gerakan Al- Shaabab Tahun
2007-2012”.
Skripsi tersebut menjelaskan tentang proses kerjasama kedua aktor, TFG dan
Uni Afrika dalam menanggulangi aksi Al- Shaabab di Somalia. Dalam
penelitiannya, Sandi menggunakan konsep Kerjasama dan konsep Keamanan
sebagai acuan dalam penyimpulan penelitiannya.
Kesamaan skripsi Sandi dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas
tentang gerakan Al- Shaabab. Akan tetapi secara keseluruhan, penelitian Sandi dan
penelitian ini jelas perbedaannya. Jika Sandi fokus terhadap kerjasama TFG dengan
Uni Afrika, maka penelitian ini membahas dari segi Amerika Serikat. Yaitu,
Kebijakan AS dalam mengupayakan pencegahan aksi terror dan efek jera bagi
kelompok Al- Shaabab.
Tinjauan kedua diambil dari tesis yang ditulis oleh Stephen Westcott dari
Murdoch University tahun 2011 yang berjudul “The Impact of Foreign Elements
Over Somalia’s Al- Shabaab”. Tesis yang ditulis oleh Stephen membahas tentang
terorisme Al- Shaabab. Tesis ini menjelaskan tentang elemen-elemen lain yang
berkontribusi dalam pengembangan gerakan Al-Shaabab, serta dampak dari
10
hubungannya. Elemen-elemen yang dimaksud seperti: Al-Qaeda, Islam radikal dan
ekstrimis, dan lain-lain.
Beberapa ulasan penting dari tulisan tersebut bahwa beberapa tahun terakhir,
konflik di Somalia sebagian besar berada di Somalia bagian Selatan dan Tengah
yang terjadi antara gerilyawan Islam dan sekutunya terhadap Pemerintah Federal
Somalia (TFG). Al-Shabaab sebagai sebuah gerakan Islam bersenjata termotivasi
oleh aplikasi militan Salafi untuk mengayomi dunia Muslim dalam beberapa
dekade terakhir. Dengan demikian, tujuan utama organisasi gerilyawan Al-Shaabab
adalah untuk mendirikan sebuah pemerintahan Islam atas Somalia dan
berkontribusi terhadap gerakan Islam internasional.
Persamaan tesis dengan penelitian ini yaitu terletak pada obyek yang diteliti,
yaitu sama-sama membahas tentang kelompok Al-Shaabab. Akan tetapi, fokus
penelitian jelas berbeda karena subyek penelitian dalam tesis adalah Foreign
Elements (organisasi yang berhubungan dengan Al-Shaabab) sedangkan subyek
penelitan ini adalah kebijakan Amerika Serikat.
Tinjauan berikutnya diambil dari tesis Charles M. Brown tahun 2005 dari
Naval Postgraduate School Monterey, California yang berjudul U.S National
Security Interest in Africa and the Future Global War on Terrorism (GWOT): A
Proposal to Create an African Regional Combatant Command and a Regional
African Special Operations Command.
Penulisan tesis Brown bertujuan untuk menganalisa kebutuhan markas
komando militer regional dikawasan Afrika. Amerika Serikat memenuhi keinginan
tersebut dengan alasan kepentingan nasional dalam menghadapi global war on
11
terrorism (GWOT). Adapun fokus dari tesis ini tentang masalah strategis yang
secara historis dan geopolitik terus mempengaruhi Afrika. Tesis tersebut juga
mengusulkan pembentukan Afrika Regional Combatant Command (ARCC) dan
juga Regional African Special OperationsCommand (RA-SOC). Usulan
pembentukan ini untuk mendukung, membantu, dan menyarankan masa depan
strategi keamanan nasional Amerika Serikat untuk benua Afrika.
Secara garis besar, tesis yang ditulis oleh Charles fokus pada keinginan
Amerika Serikat untuk meningkatkan eksistensinya di wilayah Afrika. Dengan
memberikan usulan pembentukan organisasi militer yang bersifat regional untuk
tujuan stabilitas kawasan, baik dalam hal ekonomi, politik, militer dan budaya.
Perbedaan tesis dengan penelitian ini terletak pada fokus pembahasan
penelitian, penelitian ini lebih fokus pada analisa kebijakan AS dalam memerangi
tindakan teror kelompok Al- Shaabab di Somalia tahun 2012-2014. Artinya, yang
menjadi aktor dalam penelitian adalah AS, Somalia, dan kelompok Al- Shaabab.
Selain itu, fenomena yang diteliti masih baru sehingga hasil penelitian diharapkan
bermanfaat bagi peneliti lainnya di masa mendatang.
D. Kerangka Pemikiran
Manusia merupakan makhluk yang selalu cemas akan keselamatan dirinya
dari manusia lain. Sifat selalu ingin mendominasi dan mendapatkan keuntungan
tertinggi akan dilakukan manusia demi mendapatkan kekuasaan dan mencegah
dominasi yang lain.34
34Robert Jacson dan George Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 88.
12
Menurut perspektif realisme, sifat dasar interaksi dalam sistem internasional
yakni anarki, kompetitif, kerap kali konflik, dan kerjasama dibangun hanya untuk
kepentingan jangka pendek.35 Hal ini berhubungan erat dengan sifat dasar manusia
yang selalu mempengaruhi suatu aktor dalam merumuskan kebijakan dan
strateginya. Sifat alami manusia tersebut menjadi faktor utama yang mempengaruhi
perpolitikan suatu negara.
Dalam menganalisa kebijakan Amerika Serikat terhadap aksi terorisme Al-
Shaabab di Somalia tahun 2012-2014, maka penelitian ini menekankan bahwa AS
sebagai kekuatan super power tentunya akan melakukan berbagai cara untuk
memenuhi kepentingan nasionalnya. Untuk memenuhi kepentingan nasional,
negara akan mengeluarkan berbagai kebijakan sebagai bentuk respon terhadap
tindakan yang dianggap sebagai penghambat dalam pencapaian kepentingannya.
Adapun, analisa tentang kebijakan AS di Somalia ini tidak terlepas dari dua
kajian yang dianggap relevan untuk mengkaji dan menganalisis kebijakan AS,
diantaranya adalah Teori Kebijakan Luar Negeri ( The Theory of Foreign Policy)
dan Konsep Kepentingan Nasional (The Concept of National Interest).
1. Teori Kebijakan Luar Negeri (Theory of Foreign Policy)
Menurut K. J. Holsti, kebijakan luar negeri adalah tindakan atau gagasan yang
dirancang oleh pembuat kebijakan untuk memecahkan masalah atau
mempromosikan suatu perubahan dalam lingkungan, yaitu dalam kebijakan sikap
atau tindakan dari negara lain.36
35Anak Agung Banyu Perwita, Yayan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), hal, 25 36K.J Holsti, International Politics: A Framework for Analysis (U.S.A: Prentice-Hall , Inc.,
Engleewood Cliff, N. J, 1997), hal. 131
13
Menurut James N. Rosenau, kebijakan luar negeri memiliki tiga konsep, yaitu
sekumpulan orientasi (a cluster of orientations), seperangkat komitmen dan
rencana untuk bertindak (a set of commitments to and plans for action) dan bentuk
perilaku atau aksi (a form of behaviour).37
Kebijakan luar negeri sebagai sekumpulan orientasi merupakan pedoman
bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi kondisi-kondisi eksternal yang
menuntut pembuatan keputusan dan tindakan berdasarkan orientasi tersebut.38
Kebijakan luar negeri sebagai seperangkat komitmen dan rencana untuk bertindak
diartikan berupa rencana dan komitmen yang konkrit yang dikembangkan oleh para
pembuat keputusan untuk membina dan mempertahankan situasi lingkungan
eksternal yang konsisten dengan orientasi kebijakan luar negeri.39 Sedangkan
kebijakan luar negeri sebagai bentuk perilaku atau tindakan diartikan pada
tingkatan yang lebih empiris yaitu berupa langkah-langkah nyata yang diambil oleh
para pembuat keputusan yang berhubungan dengan kejadian serta situasi
dilingkungan eksternal.40
Menurut James Rosenau, sumber-sumber dalam input perumusan kebijakan
luar negeri adalah;
1. Systemic Sources
Sumber-sumber eksternal merupakan sumber yang berasal dari lingkungan
eksternal negara. Menjelaskan struktur hubungan antara negara-negara
besar, pola-pola aliansi yang terbentuk antara negara-negara dan faktor
situasional eksternal yang dapat berupa isu area atau krisis.
37James N Roesenau, The Study of Foreign Policy (New York: Free Press, 1972), hal. 15. 38Anak Agung Banyu Perwita, Yayan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), hal. 53-54 39 Ibid, hal. 55 40 Ibid, hal. 55
14
2. Societal Sources
Sumber yang berasal dari lingkungan internal, mencakup faktor kebudayaan
dan sejarah, pembangunan ekonomi, struktur sosial dan perubahan opini
publik.
3. Governmental Sources
Sumber-sumber dari pemerintahan merupakan aspek-aspek dari struktur
pemerintah yang membatasi atau menambah suara-suara dalam pembuatan
kebijakan luar negeri negara.
4. Idiosyncratic Sources
Sumber-sumber individu merupakan karakteristik seseorang yang
mempengaruhi tingkah laku dan pembuatan kebijakan luar negeri. Seperti
karakteristik seorang presiden yang berpengaruh terhadap tingkah laku
politik luar negerinya.41
Dalam kasus Somalia yang belum terselesaikan hingga saat ini, AS
merupakan mitra utama TFG dalam upaya melawan gerakan Al- Shaabab.
Keputusan AS untuk terlibat dalam kasus tersebut dapat dijelaskan dengan teori
kebijakan luar negeri oleh Rosenau. Analisa penelitian ini akan terfokus pada faktor
eksternal dan internal AS, dimana situasi internal yang berhubungan dengan
masalah pembangunan ekonomi AS sangat berpengaruh dalam pengambilan
kebijakan Presiden Obama. Faktor eksternal menjadi alasan yang kuat bagi AS
dalam keterlibatannya di Somalia, hal ini berhubungan dengan upaya peningkatan
aliansi dan pertahanan kekuasaan di kawasan Afrika., serta isu atau krisis yang
terjadi.
41James N Rosenau, Kanneth W. Tompson, dan Gavin Boyd, World Politics: An Introduction
(New York: Free Press, 1976), hal. 18-27
15
2. Konsep Kepentingan Nasional ( The Concept of National Interest )
Donald E. Nouchterein42 mendefinisikan kepentingan nasional sebagai
keinginan yang dirasakan oleh suatu negara dalam hubungannya dengan negara-
negara lain yang merupakan lingkungan eksternalnya.
Menurut Morgenthau, kepentingan nasional adalah kemampuan minimum
negara untuk melindungi, dan mempertahankan identitas fisik, politik, dan kultur
dari gangguan negara lain. Kemampuan pemimpin negara diukur dengan
penurunan kebijakan spesifik terhadap negara lain yang sifatnya kerjasama atau
konflik.43
Dengan demikian, kepentingan nasional sering dijadikan tolok ukur bagi para
pengambil keputusan masing-masing negara sebelum merumuskan dan
menetapkan sikap atau tindakan. Bahkan setiap langkah kebijakan luar negeri
(foreign policy) perlu dilandaskan kepada kepentingan nasional dan diarahkan
untuk mencapai serta melindungi apa yang dikategorikan atau ditetapkan sebagai
”kepentingan nasional.”44
Kepentingan nasional terbagi dalam beberapa jenis yaitu: Pertama,
core/basic/vital interest. Kepentingan nasional pada level ini nilainya sangat
tinggi sehingga suatu negara bersedia untuk berperang dalam mencapainya.
Misalnya seperti: melindungi daerah-daerah wilayah negara; menjaga dan
42Donald Nuchterlein, The Concept of National Interest: A Time for New Approach, dalam
orbish, vol. 23, (1979), hal. 75 43T.May Rudy, Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang dingin
(Bandung: Refika Aditama, 2002), hal. 116 44Ibid, hal. 116
16
melestarikan nilai-nilai hidup yang dianut suatu negara. Kedua, Secondary
Interest. Jenis kedua ini meliputi kepentingan yang ingin dicapai masing-masing
negara namun tidak ingin menggunakan kekerasan (berperang) dalam
pencapaiannya. Hal ini disebabkan negara masih melihat adanya kemungkinan
lain untuk mencapai tujuannya melalui jalan lain contohnya perundingan.45
Amerika Serikat merupakan negara pemenang pada Perang Dingin yang
mengharapkan terciptanya kehidupan dunia yang sejahtera. Somalia yang saat ini
masih dalam proses menuju perdamaian, menjadikan AS sebagai mitra utama
dalam menghadapi gerakan Al- Shaabab. Keterlibatan AS di Somalia tidak
terlepas dari kepentingan keamanan dunia dari serangan teroris, sekaligus untuk
mempertahankan eksistensinya sebagai satu-satunya negara super power.
E. Metode Penelitian
Untuk membantu penelitian dalam menganalisa permasalahan yang diangkat,
penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian menurut
John W. Creswell adalah langkah-langkah yang digunakan dalam mengumpulkan
dan menganalisis informasi untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu topik
atau masalah. Beberapa langkah yang menjadi dasar dilakukannya penelitian
diantaranya adalah: Mengidentifikasi masalah penelitian; Meninjau literatur;
Menentukan tujuan penelitian; Pengumpulan data; Menganalisis dan menafsirkan
data; Pelaporan dan evaluasi penelitian.46
45Nicholson, Michael. Formal Theories In International Relations.(New York : Cambridge
University Press, 1990), hal. 76 46John W. Creswell, Educational Research: Palnning, Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qualitatif Research. Edisi keempat (Boston: Pearson, 2008), hal 3-7
17
Metode kualitatif berdasarkan pada prosedur logika yang berawal dari hal
khusus sebagai hal yang diamati dan berakhir pada kesimpulan yang bersifat
umum.47 Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya data tidak berbentuk angka, tetapi
mengandalkan data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam
bentuk yang sudah jadi berupa publikasi dan sudah dikumpulkan oleh pihak atau
instansi lain. Sumber-sumber data ini berupa buku, jurnal, hasil penelitian, internet,
dan penerbitan-penerbitan lainnya.
Untuk menyempurnakan data yang diperoleh, penelitian ini menggunakan
wawancara dengan Abdi Dirshe, seorang analis sekaligus menjabat sebagai
Sekretaris Permanen Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Pemerintah
Federal Somalia. Sumber wawancara kedua adalah David Shinn, seorang mantan
dubes AS untuk Ethiopia (1996-1999) dan saat ini mengajar di Universitas George
Washington. Penelitian menggunakan teknik deskriptif-analistis, yaitu teknik
analisis data dengan menguraikan dan menjelaskan gejala dan fenomena penelitian
dengan mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya gejala atau
fenomena tersebut lebih mendalam, sehingga fenomena tersebut tergambar dengan
jelas dan dapat dipahami. 48
Jadi, penelitian kualitatif dapat disimpulkan sebagai studi literatur dengan
pengumpulan berbagai data kepustakaan berkaitan dengan masalah yang diteliti,
kemudian menyeleksi data sehingga akhirnya sampai pada tahap menganalisa data
melalui sebuah pemahaman yang komprehensif.
47Bagong Suryanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan,(Jakarta: Kencana, 2007), hal. 169 48Neuman, W Lawrence, Basic of Social Research: Qualitative and Quantitative Approach
(The United States: Pearson education Inc, 2007). Hal.329
18
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari skripsi ini adalah:
BAB I. PENDAHULUAN
Pembahasan pada bab ini akan dimulai dengan latar belakang permasalahan,
pertanyaan penelitian, dan manfaat, serta tujuan penelitian. Kemudian dilanjutkan
dengan tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan.
BAB II. AMERIKA SERIKAT DAN WAR ON TERRORISM
Pada bab ini akan dijelaskan tentang tragedi 11 September 2001 dan
perubahan visi keamanan Amerika Serikat. Dilanjutkan dengan pembahasan
mengenai respon Amerika Serikat dalam memerangi terorisme global.
BAB III. TERORISME AL-SHAABAB DI SOMALIA DAN AFILIASINYA
DENGAN AL- QAEDA
Bab ketiga akan menguraikan dinamika politik internal Somalia, gerakan
terorisme Al- Shaabab di Somalia serta perkembangannya. Lalu, diikuti dengan
pemaparan keterkaitan antara Al- Shaabab dengan jaringan Al- Qaeda.
BAB IV. KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT DALAM MENGATASI AKSI
TERORISME AL-SHAABAB DI SOMALIA TAHUN 2012-2014
Bab keempat akan menganalisis bentuk-bentuk dan implentasi kebijakan
Amerika Serikat dalam mengatasi aksi terorisme Al- Shaabab. Kemudian,
dilanjutkan dengan analisis kepentingan Amerika Serikat di balik tindakan tersebut.
BAB V. PENUTUP
Bab kelima akan menyimpulkan hasil dari seluruh pembahasan serta analisis
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
19
BAB II
AMERIKA SERIKAT DAN WAR ON TERRORISM
War on Terrorism atau Perang Melawan Terorisme adalah respon AS
terhadap tragedi 11 September 2001. Tragedi tersebut adalah bukti nyata serangan
teroris, yang masih menyimpan duka mendalam bagi warga negara AS.49 Untuk
membahas lebih mendalam tentang kebijakan tersebut, maka pada bab ini akan
dijelaskan mengenai latar belakang kebijakan war on terrorism dan perubahan visi
keamanan AS, serta Perang AS melawan terorisme global.
A. Tragedi 9/11 dan Perubahan Visi Keamanan Amerika Serikat
Tragedi 11 September 2001 telah menjadi sejarah yang tidak terlupakan bagi
warga AS. Kejadian tersebut terjadi di luar prediksi dan menyadarkan masyarakat
dunia bahwa serangan tak terduga dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dan tidak
diketahui besar kekuatannya. Tragedi ini menunjukkan bahwa aksi terorisme telah
menjadi ancaman dan tantangan baru dunia pasca berakhirnya Perang Dingin.50
Tragedi 9/11 adalah peristiwa dahsyat yang dilakukan oleh kelompok
terorisme Internasional di wilayah AS. Penyerangan tersebut dimulai dengan
pembajakan empat pesawat komersil oleh 19 orang yang merupakan kelompok Al-
Qaeda51 yang sedang terbang menuju San Francisco dan Los Angeles setelah lepas
49Richard F. Grimmett, Authorization For Use of Military Force in Response to the 9/11
Attacks (P.L. 107-40): Legislative History (CRS Report for Congres, 2007) 50Daniel Byman, “Remaking Alliances for the War on Terrorism”, The Journal of Strategic
Studies, Vol. 29, No. 5 (2006), hal. 767-811 51Ranne R. A. Kawilarang, Tragedi 9/11: Penabrakan pesawa-pesawat bajakan ke Menara
Kembar WTC jadi simbol perang atas terorisme, 2011 [database on-line]; Internet; diunduh pada 10
Mei 2014; Tersedia di http://dunia.news.viva.co.id/news/read/246153-11-9-2001--tragedi-9-11
20
landas dari Boston, Newark, dan Washington, D.C.52 Para pembajak dengan
sengaja memilih penerbangan jarak jauh karena mengangkut bahan bakar yang
banyak guna memaksimalkan sasarannya.53
Di dalam dokumen laporan tragedi 9/11 dijelaskan bahwa penyerangan
terjadi sekitar pukul 08.45-10.30 waktu setempat. Kejadian tersebut telah
meruntuhkan menara gedung WTC bagian utara, tepatnya dilantai 80 dan menara
bagian selatan, lantai 60.54 Selain itu, serangan juga dilancarkan teroris menuju
Pentagon dan Gedung Putih.55 Akan tetapi, serangan yang diperkirakan menuju
Gedung Putih gagal karena pesawat terbalik dan menghantam tanah. Kegagalan
tersebut dikarenakan adanya perlawanan penumpang pesawat terhadap pelaku
pembajakan.56 Jumlah korban dari keseluruhan peristiwa ini mencapai 3500 orang,
dan sebanyak 10.000 orang luka-luka.57
AS meyakini bahwa pelaku penyerangan adalah teroris disinyalir dari Arab
Saudi dan beberapa negera Arab lainnya, tergabung dalam jaringan terorisme Al-
Qaeda yang berbasis di Afghanistan.58 Berikut adalah data pelaku pembajakan
pesawat tragedi 9/11 yang diperoleh CIA;
52The 9/11 Commission Report, 2001[report], Internet; diunduh pada 3 Mei 2014; Tersedia
di http://www.9 11commission.gov/report/911Report.pdf 53Ibid 54Imelia Pebreyanti, “11-9-2001: Teror 9/11 Mencekam Amerika Serikat”, diunduh pada 11
September 2014; Tersedia di http://news.liputan6.com/read/2103399/11-9-2001-teror-911-
mencekam-amerika-serikat. 55Ibid, 56The 9/11 Commission Report, 2001 [database On-line], Internet; diunduh pada 3 Mei 2014;
Tersedia di http://www.9 11commission.gov/report/911Report.pdf 57Ibid 58Imelia Pebreyanti, 11-9-2001: Teror 9/11 Mencekam Amerika Serikat [database on-line];
Internet, diunduh pada 11 September 2014; Tersedia di http://news.liputan6.com/read/2103399/11-
9-2001-teror-911- mencekam-amerika-serikat.
21
Tabel II.A.1. Pelaku Serangan Tragedi 9/11
Penerbangan Nama Warga Negara
AA Flight 11
Muhammed e-Amir Awad al-Sayed Atta Mesir
Abd al-Aziz Abd al-Rahman Muhammed al-Umari Saudi
Ustam bin Muhammad Abd al-Rahman al-Saqami Saudi
Wail Muhammad Abdallah al-Shehri Saudi
Walid Muhammad Abdallah al-Shehri Saudi
UA Flight 175
Marwan Yousef Muhammed Rashid Lekrab al-
Shehhi UAE
Ahmad Salih Said al-Kurshi al-Ghamdi Saudi
Fayez Rashid Ahmad Banihammad UAE
Hamza Salih Ahmad al-Hamid al-Ghamdi Saudi
Mahanid Muhammad Fayiz al-Shehri Saudi
AA Flight 77
Hani Salih Hasan Hanjur Saudi
Khalid bin Muhammed bin Abdallah al-Mihdhar Saudi
Majid Muqid Mushan bin Ghanim Saudi
Nawaf bin Muhammad Salim al-Hazmi Saudi
Salim Muhammad Salim al-Hazmi Saudi
UA Flight 93
Ziad Samir Jarrah Lebanon
Ahmad Abdullah Abd al Rahman al-Nami Saudi
Ahmad Ibrahim Ali al-Haznawi Saudi
Said Abdalah Ali Sulayman al-Ghamdi Saudi
Sumber: Central Inteligence Agency (CIA US)59
Menanggapi penyerangan tak terduga terhadap AS tersebut, George W. Bush
yang merupakan Presiden AS pada masa itu terkejut dan mengutuk perbuatan
teroris. Pada pukul 19.00 waktu setempat, dalam pidatonya Bush menyatakan:
“… Terrorist attacks can shake the foundations of our biggest buildings,
but they cannot touch the foundation of America. These acts shatter steel,
but they cannot dent the steel of American resolve. Today, our nation saw
59Diolah oleh penulis, diunduh 15 Mei 2014; Tersedia di https://www.cia.gov/news-
information/speeches-testimony/2002/DCI_18_June_testimony_new.pdf
22
evil-the very worst of human nature-and we responded with the best of
America. We will make no distinction between the terrorist who committed
these acts and those who harbor them.”60
Serangan teroris bisa menghancurkan fondasi bangunan terbesar kami,
tetapi mereka tidak dapat menyentuh dasar Amerika. Serangan ini bisa saja
menghancurkan bangunan baja, tetapi mereka tidak dapat menghentikan
tekad Amerika. Hari ini, bangsa kita melihat kejahatan manusia yang paling
buruk dan kami pastinya memberikan respon terbaik Amerika. Kami tidak
akan membuat perbedaan, baik terhadap pelaku serangan maupun yang
membiayai mereka. (terjemahan penulis)
Sikap marah yang ditunjukkan oleh Presiden AS tersebut mengundang
perhatian dunia. Terbukti dari banyaknya negara-negara yang menyampaikan duka
cita dan dan rasa simpati kepada AS, termasuk Negara-Negara Barat dan Negara-
Negara Muslim.61
Osama bin Laden merupakan pemimpin Al- Qaeda yang diyakini AS sebagai
dalang dari penyerangan WTC. Presiden Bush menyatakan bahwa AS telah
memiliki bukti koleksi jaringan teroris yang berafiliasi dengan AL- Qaeda. Teroris
yang dimaksud diantaranya adalah pelaku pemboman Kedutaan AS di Tanzania
dan Kenya, dan juga bertanggung jawab atas pengeboman USS Cole di Yaman.62
Pada tahun 2004, Osama bin Laden mengirim sebuah video kepada Aljazeera.
Di dalam pidatonya, Osama menyatakan kebenciannya terhadap AS dimulai sejak
tahun 1982, ketika AS beserta enam armadanya membantu Israel dalam
60George W Bush, 9/11 Address to the Nation: A Great People has been Moved to defend a
Great Nation, diunduh pada 5 Mei 2014; Tersedia di
http://www.americanrhetoric.com/speeches/gwbush911addresstothenation.htm 61Haley Sweetland Edwards, We Are All Americas: The World’s Response to 9/11 [database
on-line], Internet; diunduh pada 15 Mei 2014; Tersedia di http://mentalfloss.com/article/28724/we-
are-all-americans-worlds-response-911 62Nick Howen, Military Force and Criminal Justice: The US Response to 11 September and
International Law, (Jenewa: The International Council on Human Rights Policy: International
Meeting on Global Trends and Human Rights,2002).
23
penyerangan di Lebanon yang menewaskan banyak kaum muslim. Banyaknya
pertumpahan darah, ketakutan, dan hujan roket yang terjadi setiap hari menggugah
hati Osama untuk melakukan pembalasan terhadap pelaku penyerangan tersebut.63
Sehingga, penyerangan terhadap WTC dan Pentagon AS pada 11 September 2001
adalah bentuk pembalasan Osama terhadap dukungan dan koalisi AS-Israel di
Palestina dan Lebanon.64
Ketegangan antara state dan non-state actor, dalam hal ini AS dan Al- Qaeda
menjadi isu popular sepanjang kekuasaan AS. Isu terorisme menjadi tantangan
keamanan dunia, sehingga diperlukan strategi sebagai upaya dalam menghadapai
musuh kedepannya. 65 Perubahan pengaturan keamanan AS sebagai akibat tragedi
9/11, dimulai dengan pengeluaran Quadrennial Defense Review (QDR) tahun 2001,
kemudian di tahun berikutnya dokumen National Security Strategi (NSS) dan
National Strategy for Homeland Security (NSHS) tahun 2002 menjelaskan tentang
perubahan warna kebijakan AS sebagai dampak dari tragedi 9/11.
1. Quadrennial Defense Review (QDR) 2001
Langkah pertama dalam merespon tragedi 9/11 oleh Pemerintahan George W.
Bush dengan menerbitkan Quadrennial Defense Review (QDR) pada 30 September
2001. QDR 2001 ini berisikan tentang strategi perencanaan pertahanan dari model
“berbasis ancaman” yang mendominasi pemikiran dimasa lalu menjadi model
63Ibid 64Aljazeera, Full Transcript of Bin Laden’s Speech [database on-line], Internet; Tersedia di
http://www.aljazeera.com/archive/2004/11/200849163336457223.html 65Andrew Feickert, “U.S. Military Operations in the Global War on Terrorism: Afghanistan,
Africa, the Philippines, and Colombia”, CRS Report for Congress, 26 Agustus 2005
24
“berbasis kemampuan” untuk masa depan.66 Tragedi 9/11 adalah momentum yang
menunjukkan bahwa AS masih memiliki keterbatasan militer terhadap ancaman tak
terduga, seperti yang telah dilakukan oleh kelompok teroris tersebut.
Sebagai upaya dalam menghadapi situasi global yang semakin berkembang,
QDR 2001 menjelaskan tentang kepentingan militer sangat dibutuhkan untuk
persiapan di masa mendatang. Kehadiran kelompok terorisme diakui AS sebagai
tantangan yang sulit, sehingga AS harus melanjutkan pergerakan yang lebih cepat
dalam pengembangan militernya. Hal ini dikarenakan komitmen AS sebagai negara
adidaya bertugas untuk menyediakan keamanan dan kesejahteraan bagi semua
warga Amerika dan menghormati komitmen AS di dunia.67
QDR adalah titik awal yang baik untuk transformasi sistem sumber daya
manusia Departemen Pertahanan. Selain melatih militer professional, AS juga
mendanai fasilitas hidup, seperti perawatan kesehatan, perumahan, bagi prajurit
guna mempertahankan kualitas kekuatan yang dibutuhkan dimasa depan.68
2. National Security Strategy (NSS) 2002
Di dalam National Security Strategy (NSS) 2002 langkah yang dipilih oleh
pemerintahan Bush dalam kerangka “global war on terror” adalah:69
1. Melakukan tindakan secara langsung serta berkelanjutan untuk senantiasa
menggunakan kekuatan nasional ataupun internasional. Fokus perhatiannya
adalah terletak pada teroris, organisasi teroris serta negara yang mensponsori
66Department of Defense, Quadrennial Defense Review Report [report], Unites States of
America, 2001 67Ibid 68Ibid 69The National Security Strategy of the United States of America (NSS), September 2002
25
gerakan terorisme internasional yang berupaya untuk menambah atau
menggunakan senjata pemusnah masal (WMD);
2. Berupaya untuk senantiasa melindungi masyarakat Amerika Serikat beserta
kepentingan negara baik di dalam negeri ataupun kepentingan negara yang
berada diluar wilayah Amerika Serikat, dengan cara mengidentifikasikan
ancaman, kemudian menghancurkan ancaman tersebut sebelum menggangu
atau memasuki wilayah kedaulatan Amerika Serikat. Hal ini dilakukan
dengan atau tanpa bantuan pihak internasional sebagai bagian dari upaya
membela diri dari ancaman teroris yang akan mengganggu masyarakat
ataupun negara Amerika Serikat;
3. Berupaya untuk meniadakan negara-negara yang di kemudian hari akan
menjadi sponsor terhadap gerakan teroris dengan cara memberikan
pemahaman atau paksaan terhadap suatu negara agar mengambil tanggung
jawab terhadap kedaulatan yang mereka miliki. Amerika Serikat juga akan
melakukan kampanye dalam upayanya melawan terorisme dengan
melakukan:70
a. Menggunakan pengaruhnya serta melakukan kerjasama dengan negara-
negara mitra utama dan pendukungnya untuk senantiasa memandang
bahwa terorisme tidak ubahnya dengan sebuah tindakan yang
menyerupai pembajakan, perbudakan, pembunuhan masal. Tindakan-
tindakan yang melanggar norma yang seharusnya dikecam dan tidak
akan pernah mendapatkan dukungan dari negara-negara bermartabat.
70Ibid
26
b. Mendorong dan mendukung pemerintahan yang moderat dan modern,
terutama dalam komunitas muslim dunia dan memastikan bahwa
idiologi terorisme tidak akan pernah mampu berkembang subur.
c. Memaksimalkan diplomasi publik untuk mempromosikan kebebasan,
mendapatkan saluran akses informasi, serta ide-ide secara baik. Dengan
harapan agar senantiasa menghidupkan harapan serta aspirasi kebebasan
terhadap komunitas-komunitas yang masih berada dibawah belenggu
pemerintahan yang mendukung terorisme.
3. National Strategy for Homeland Security (NSHS) 2002
Pada bulan Juli 2002, pemerintahan Bush mengeluarkan kebijakan strategi
keamanan dalam negeri atau National Strategy for Homeland Security 2002. Pada
bagian awal naskah NSHS 2002, Presiden Bush memberikan pandangan yang
mengatakan bahwa: “saat ini negara kita menghadapi perubahan ancaman baru.”71
NSHS 2002 diterbitkan dua bulan sebelum NSS 2002. Bertujuan untuk
memberikan respon terhadap serangan 9/11 yang menjadi cerminan nyata bahwa
ancaman yang datang kini memang termodifikasi.72 Terorisme negara atau pun
organisasi terorisme internasional telah dan akan mendatangkan ancaman bahkan
serangan terhadap kepentingan-kepentingan domestik serta kepentingan-
kepentingan AS diluar negeri. Pemetaan terhadap ancaman ini penting agar upaya
pembenahan terhadap kerentanan bisa segera diperbaiki dengan harapan serangan
terhadap wilayah kedaulatan AS dapat dihindari dikemudian hari.
71George W. Bush, National Strategy for Homeland Security, 2002. 72Ibid
27
NSHS 2002 adalah sebuah produk konsultasi yang dilakukan selama delapan
bulan yang melibatkan pemerintah federal dengan segenap pengambil keputusan
lokal, seperti gubernur, walikota, dan para praktisi hokum yang bertujuan agar
terdapat kesamaan visi bahwa NSHS adalah sebuah strategy nasional bukan hanya
menjadi dominasi pemerintah federal.73
Dalam NSHS 2002, banyak pembenahan yang dilakukan oleh pemerintahan
Bush. Pembenahan ini terbagi atas beberapa bagian yang kesemuanya bermuara
pada tujuan strategis yang ingin dicapai, yakni; mampu mencegah serangan teroris
terhadap AS, mengurangi kerentanan AS terhadap bahaya serangan teroris, dan
meminimalisir kehancuran yang ditimbulkan akibat dari serangan teroris serta
melakukan upaya pemulihan pasca penyerangan teroris tersebut. Serangan 9/11
yang tidak terpikirkan sebelumnya kemudian menempatkan strategy environment
dalam situasi ketidakpastian. Akhirnya mengakibatkan situasi yang sulit karena
tidak dapat memprediksi kejadian secara tepat dan tepat.74
B. Amerika Serikat dan Perang Global Melawan Terorisme
Pada masa Perang Dingin, perang negara melawan negara adalah sesuatu hal
yang umum, maka saat ini justru jarang terjadi. Tantangan baru dunia adalah
kehadiran kelompok terorisme internasional yang tidak diketahui secara jelas
keseluruhan target sasarannya.75 Kehadiran konflik bersenjata yang dilakukan oleh
aktor-aktor non negara, pada hakikatnya masih diukur sebagai kekuatan yang relatif
73Ibid. 74Ibid 75Leonard Freedman, Power & Politics in America : Sevent Edition, (USA: Harcourt Collage,
2000), hal.398
28
kecil jika dibandingkan dengan kekuatan militer yang dimiliki oleh negara. Namun,
kekuatan kecil tersebut telah menciptakan sebuah kehancuran yang sifatnya besar.
Untuk itu, AS dalam hal ini merupakan negara nomor satu dunia harus melakukan
transformasi kekuatan militernya agar mampu secara objektif dalam mengantisipasi
tipe perang yang saat ini terjadi.
Dalam upaya merespon aksi terorisme, AS mencoba untuk menarik simpati
negara untuk turut mendukung kebijakan war on terrorism. Negara yang juga
menjadi korban dalam serangan tersebut merupakan negara yang sangat
mendukung penuh kebijakan AS. Adapun negara yang menjadi korban dalam
tragedi 9/11 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel II.B.1. Korban Negara Bangsa sebagai Dampak 9/11
Sumber: www.state.gov.com76
76US Department of State, “The Global War on Terrorism: The First 100 Days” tersedia di
http://2001-2009.state.gov/s/ct/rls/wh/6947.htm
29
AS memiliki keyakinan penuh atas tindakan terror yang dilakukan oleh Al-
Qaeda. Siapakah Al- Qaeda dan apa motifnya dalam melakukan aksi terorisme
sekaligus menjadikan AS sebagai sasaran utamanya. Al- Qaeda merupakan
pengikut aliran keras yang terdapat di kalangan gerilyawan Muslim yang berjihad
dengan dukungan AS ketika melawan invasi Uni Soviet pada tahun 1980-an di
Afghanistan. Kelompok jihad tersebut tergabung dalam suatu kelompok yang di
sebut sebagai “Taliban”. Pada pendudukan Uni Soviet pada tahun 1979-1989, Al-
Qaeda menarik banyak pemuda muslim dari seluruh dunia untuk ikut serta dalam
perang jihad anti Soviet. Seorang warga negara Arab Saudi bernama Osama bin
Laden dan seorang warga Palestina bernama Abdullah Azzam, merupakan tokoh
kunci yang mengembangkan dan membiayai gerakan perlawanan tersebut.77
Setelah kekalahan dan mundurnya Uni Soviet pada tahun 1989, Osama bin
Laden dan Abdullah Azzam bersepakat untuk tidak membubarkan pasukan
mujahidin. Mereka akhirnya membentuk organisasi yang di sebut sebagai Al-
Qaeda. Adapun yang menjadi pemimpin utamanya adalah Abdullah Azzam. Akan
tetapi setelah Abdullah Azzam meninggal, kepemimpinan Al- Qaeda diambil alih
oleh Osama bin Laden.78
Persekutuan yang akhirnya berakhir dengan tidak baik, ketika AS
mengizinkan dan mendukung Israel dalam penyerangan terhadap Lebanon tahun
1982.79 Kekecewaan Osama terhadap sikap AS yang telah menghancurkan negara
77A.M. Hendropriyono, Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam: Terorisme
Jaringan Al- Qaeda, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009), hal 189-190 78Ibid, hal. 191 79Aljazeera, Full Transcript of Bin Laden’s Speech [database on-line], Internet; Tersedia di
http://www.aljazeera.com/archive/2004/11/200849163336457223.html
30
Islam tersebut mengundang rasa sakit hati dan pembalasan yang terlaksana melalui
penyerangan WTC dan Pentagon AS tahun 2001.
Peristiwa inilah yang memberikan duka mendalam bagi warga AS. Tidak ada
kata maaf bagi pelaku serangan 9/11. Bagi AS, Osama bin Laden adalah tokoh
antagonis yang harus dibunuh karena dianggap sebagai dalang dari berbagai aksi
terorisme yang telah dilancarkan Al- Qaeda. Berbeda halnya dengan pandangan
Rohan Gunaratna, di dalam wawancaranya dengan seorang kelompok Al- Qaeda
dinyatatakan tentang Osama bin Laden bahwa:
The West, and the rest of the world, are accusing Osama bin Laden of being
the prime sponsor and organizer of what they call ‘international
terrorism’today. But as far as we are concerned, he is our brother in Islam.
He is someone with knowledge and a mujahid fighting with his wealth and his
self for the sake of Allah. He is a sincere brother and he is completely the
opposite to what the dis- believers are accusing him of. We know that he is
well established with the mujahideen in Afghanistan and other places in the
world. What the Americans are saying is not true. However, it is an obligation
for all Muslims to help each other in order to promote the religion of
Islam.Osama bin Laden is one of the major scholars of the jihad, as well as
being a main commander of the mujahideen worldwide. He fought for many
years against the Communists in Afghanistan and now is engaged in a war
against American imperialism.80 (Ibnul-Khattab, Komandan Militer
Mujahidin di Kaukasus)
Barat, dan seluruh dunia, menuduh Osama bin Laden sebagai sponsor utama
dan penyelenggara apa yang mereka sebut terorisme internasional saat ini.
Tapi kita turut prihatin, karena dia saudara kita di Islam. Dia adalah seseorang
yang berjuang dengan pengetahuan, harta dan dirinya demi Allah. Dia adalah
saudara yang tulus dan dia benar-benar berlawanan dengan apa yang
dituduhkan pihak Barat. Kita tahu bahwa ia telah membesarkan mujahidin di
Afghanistan dan tempat-tempat lain di dunia. Apa yang dikatakan Amerika
adalah tidak benar. Namun, sudah menjadi kewajiban bagi semua umat Islam
untuk saling membantu dalam rangka untuk mempromosikan agama Islam.
Osama bin Laden adalah salah satu ulama besar dari jihad, serta menjadi
komandan utama mujahidin di seluruh dunia. Dia berjuang selama bertahun-
80Rohan Gunaratna, Inside Al- Qaeda: Global Network of Terror, (New York: Cloumbia
University Press, 2002), hal. 16
31
tahun terhadap komunis di Afghanistan dan sekarang terlibat dalam perang
melawan imperialisme Amerika. (terjemahan penulis)
Dua sumber yang berbeda akan memberikan keterangan yang berbeda pula,
inilah yang dapat disimpulkan untuk memahami dua pihak yang berseberangan.
Bagi AS, Al- Qaeda merupakan suatu kelompok yang sangat sulit ditebak. Dimulai
dari infrastruktur organisasi dan operasionalnya sangat berbeda dengan kelompok
gerilya atau kelompok teroris lain, kesalahan dalam pengambilan kebijakan oleh
AS juga mendatangkan dampak yang lebih besar, hal ini terbukti dari adanya
intervensi AS di Afghanistan tahun 2001 telah mendorong perkembangan
perekrutan, pelatihan , dan logistik Al- Qaeda ke jaringan global.81
Dari penyelidikan yang telah dilakukan oleh Pemerintah AS, terbukti bahwa
Al- Qaeda telah menyalurkan dana kepada beberapa kelompok teroris lain yang
dianggap sebagai afiliasinya. Adapun yang memiliki hubungan dengan aset dana
teroris global adalah: Al Qaida/Islamic Army Abu Sayyaf Group (Philippines),
Armed Islamic Group (Algeria), Harkat ul-Mujahidin (Kashmir), Al
Jihad/Egyptian, Islamic Jihad, Islamic Movement of Uzbekistan, Asbat al-Ansar,
Salafist Group for Call and Combat (Algeria), Libyan Islamic Fighting Group, Al-
Itihaad al-Islamiya, Islamic Army of Aden, Osama bin Laden, Muhamad Atif, Sayf
al-Adl, Shaykh Sai’id, Muhammad Atef, Ibn Al-Shaykh al-Libi, Abu Zubaydah,
Abd al-Hdi al-Iraqi, Ayman al-Zawahiri, Thirwat Salah Shihata, Tariq Anwar al-
Sayyid Ahmad, Muhammad Salah, Makhtab Al Khidamat/Al Kifah, Wafa
81 Rohan Gunaratna, Inside Al- Qaeda, hal. 54
32
Humanitarian Organisation, Al Rashid Trust Mamoun Darkanzanli Import Export
Company.82
Mengulas kembali ideologi utama Al- Qaeda berdasar pada pemahaman yang
keliru terhadap sistem kepercayaan Islamisme dan mengejar jihad. Para jihadis ini
menafsirkan bahwa jihad sebagai “perang suci”. Pada hakikatnya, jihad adalah
tenaga dari upaya maksimal seseorang untuk mencapai tujuan atau untuk mengusir
sesuatu yang dibenci.83
Al- Qaeda dinyatakan sebagai kelompok teroris multinasional pertama pada
abad ke-21. Awalnya, pergerakan Al- Qaeda dianggap menghina kekuatan AS dan
memunculkan respon yang berkelanjutan. Kebijakan Perang Global melawan
Terorisme atau jaringan Al- Qaeda menjadi arus utama politik luar negeri sejak
Pemerintahan George W. Bush.
Musuh yang dikenal saat ini adalah gerakan organisasi transnasional
ekstrimis, jaringan, dan individu. Anggota negara dan non-negara pendukung
gerakan memiliki kesamaan, yaitu sama-sama mengeksploitasi Islam dan
menggunakan terorisme sebagai tujuan ideologis. Al- Qaeda dan afiliasinya yang
ekstrimis adalah manifestasi yang paling berbahaya, di bandingkan dengan
82Dikutip Rohan Gunaratna,” Inside Al- Qaeda”, hal 66-67 dari Muhammad Salah, “Secret
Relationship between al-Zawahiri and bin Laden: The Juhad Turned bin Laden into a Mujahid, “
(Cairo: Al- Hayat, 1998) hal. 6 83Ibid, hal.69
33
beberapa kelompok ekstrimis kekerasan lain yang juga dapat menimbulkan
ancaman serius dan berkelanjutan.84
Hal yang paling mendasari alasan maraknya aksi terorisme ini termotivasi
oleh ideologi ekstrimis yang bertentangan dengan kebebasan, toleransi, dan
modernisasi. Sehingga, kelompok ekstrimis tersebut menggunakan terorisme
sebagai alat untuk mencapai tujuan kelompok dengan menargetkan orang-orang
biasa untuk menghasilkan rasa takut untuk memaksa atau mengintimidasi
pemerintah atau masyarakat dalam mengejar tujuan-tujuan politik, agama, atau
ideologi. Sehingga, menghambat dan melemahkan kemajuan politik, ekonomi,
keamanan, dan stabilitas sistem internasional dan masa depan masyarakat sipil.85
Sebagai upaya dalam memerangi terorisme, Pemerintahan AS mengkaji
secara mendalam yang menjadi target dalam perang melawan terorisme tersebut.
Ideologi yang radikal telah melakukan perekrutan pejuang dari seluruh penjuru
dunia menjadi tantangan global saat ini. Beberapa upaya yang telah dilakukan AS
dalam upaya pemberantasan terorisme pasca 9/11 adalah penggulingan rezim
“Taliban” di Afghanistan tahun 2001 dan juga Invasi AS di Irak pada tahun 2003.
Kebijakan perang melawan terorisme dari pemerintah Amerika Serikat di
bawah Presiden, George W. Bush, secara umum tergambar dalam sejumlah
dokumen seperti The National Security Strategy of the United States of America
(2002), National Strategy for Homeland Security (2002), National Security
84Fawaz A. Gerges, The Rise and Fall of Al- Qaeda, 2011, (New York: Oxford University
Press, Inc), hal. 71 85Ibid, hal 80
34
Strategty to Combat Weapons of Mass Destruction (2002), dan National Strategy
for Combating Tenorism (2003). Selain ketiga dokumen strategi tersebut, ada pula
sejumlah “Executive Order” dari Presiden, dan pidato-pidato Presiden George W.
Bush yang kemudian dijadikan dasar pengambilan kebijakan dalam perang
melawan terorisme.86
PBB sebagai organisasi dunia juga turut mengeluarkan resolusi Dewan
Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) terkait tindakan terorisme,
diantaranya;87
1. Resolusi DK PBB Nomor 1333 tahun 2000 tanggal 19 Desember 2000 yang
ditunjukkan secara khusus untuk pencegahan suplai senjata atau kapal
terbang atau kelengkapan militer ke daerah Afganistan dan seruan kepada
seluruh anggota PBB untuk membekukan aset-aset Osama bin Laden.
2. Resolusi DK PBB Nomor 1368 tahun 2001 tanggal 12 September 2001
tentang pernyataan simpati PBB terhadap Korban Tragedi 11 September
2001 dan seruan kepada seluruh negara anggota PBB untuk melakukan
langkah - langkah untuk merespon serangan teroris tersebut.
Tahun 2001 adalah awal dimulainya Perang Global Melawan Terorisme. AS
melakukan penyerangan ke Afghanistan untuk menggulingkan rezim Taliban atas
persetujuan Senat AS pada September 2001, dengan mempergunakan kekuatan
militer melawan kelompok Al- Qaeda dan Pemerintah Taliban yang diduga
86The President, “Establishing the Global War on Terrorism Medals”, Federal Register, Vol.
68, No. 50 (2003) 87Dikutip dari artikel jurnal yang ditulis oleh Lisa Meri, “Terorisme Tindak Pidana
Transnasional Dalam Pengadilan Nasional”, Jurisprudentie, Vol. 1 No. 2 (2014), hal. 45
35
melindungi Al- Qaeda.88 Hal serupa juga dilakukan oleh Presiden Bush terhadap
rezim Saddam Husein di Irak pada Maret 2003. AS menuduh Irak tidak mematuhi
resolusi-resolousi DK PBB dengan mengembangkan senjata pemusnah massal, dan
dianggap memiliki jaringan dengan Osama bin Laden dan melindunginya di Irak.89
Dalam 100 hari perang, tepatnya 10 November 2001, Presiden George W.
Bush menyampaikan kampanye Global War on Terrorism dan mencoba untuk
menjalin koalisi negara dunia untuk:90
1. Mulai menghancurkan pegangan Al- Qaeda di Afghanistan dengan
menggulingkan Taliban dari kekuasaan.
2. Menghancurkan operasi global Al- Qaeda dan pendanaan jaringan teroris.
3. Menghancurkan Kamp pelatihan teroris Al- Qaeda
4. Membantu orang yang tidak bersalah dari Afghanistan dan melindungi
mereka dari terror Taliban.
5. Membantu Afghanistan mengesampingkan perbedaan lama untuk
membentuk pemerintahan sementara yang mewakili semua warga
Afghanistan, termasuk perempuan.
6. Presiden Bush menerapkan kebijakan luar negeri yang komprehensif dan
visioner melawan terorisme internasional. Bush menyampaikan pada
dunia bahwa negara yang mendukung, melindungi, ataupun mendonorkan
88Steve Bowman, War in Afghanistan: Strategy, Military Operations, and Issues for Congress,
CRS 3 Desember 2009. Hal. 4 89Wendy S. Davis, Providing a Framework to Understanding Why the US Invaded Iraq in
2003 [thesis], 2007. Hal. 36 90US Departmen of State, The Global War on Terrorism: The First 100 Days, 2001,
http://2001-2009.state.gov/s/ct/rls/wh/6947.htm
36
bantuan dianggap sama atau disetarakan dengan terorisme yang menjadi
musuh bersama.
Sebagaimana disampaikan sebelumnya, aksi kelanjutan yang dilakukan AS
adalah invasi AS ke Irak pada tahun 2003. Adapun beberapa hal yang
melatarbelakangi AS melakukan invasi adalah: Tuduhan AS bahwa Irak telah
mempersiapkan sejata pemusnah massal yang sangat mengancam keamanan
negara-negara, menyingkirkan ancaman teroris internasional dan membebaskan
rakyat Irak dari penindasan rezim Saddam Husein dengan cara memulihkan
demokrasi di Irak.91 Dua aksi militer yang telah dilancarkan AS tidak memiliki
dasar yang kuat, sehingga banyak negara yang beranggapan bahwa penggulingan
rezim Taliban dan invasi AS ke Irak merupakan dua fenomena yang sangat
merugikan.92 Hal ini dikarenakan tidak adanya jaminan keselamatan dari tindakan
terorisme pasca upaya AS di Afghanistan dan Irak.
Pada tahun 2008, Kepemimpinan George W. Bush digantikan oleh Barack
Obama. Obama merupakan Presiden terpilih dari Partai Demokrat, berbeda halnya
dengan George W. Bush yang berasal dari parta Republik. Menindaklanjuti
kebijakan war on terror oleh Obama, ia berusaha untuk bersikap lunak terhadap
Irak dan Afghanistan dengan mengurangi pasukan militernya di kedua negara
tersebut. Obama memiliki visi untuk menyeimbangkan kembali situasi AS terhadap
91Mustafa Abd Rahman, Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam, (Jakarta: Kompas, 2003),
hal.57 92Ibid, hal. 57
37
Kebijakan War on Terror dengan cara merubah ideologi, perspektif, dan aliansi
untuk memperkuat AS.93
Obama mengedepankan soft power dalam menghadapi tantangan global.94
Artinya, dalam menghadapi terorisme internasional, AS tidak serta merta
memandang negara Islam sebagai sarang teroris, justru AS mencoba untuk menjalin
aliansi yang baik dalam sektor ekonomi, politik, dan budaya dengan negara lain,
seperti upaya yang dilakukan oleh Obama dengan membangun hubungan kembali
dengan Iran terkait nuklir dengan Rusia dan berjanji akan mengakhiri
kependudukan AS di Irak.95
Meski demikian, kebijakan war on terror tetap menjadi prioritas AS.
Perkembangan gerakan-gerakan ekstrimis Islam radikal yang berpotensi menjadi
ancaman, seperti Al- Shaabab yang berbasis di Somalia menjadi tantangan
tersendiri bagi AS. Berkaitan dengan hal tersebut, AS berupaya untuk
mengeluarkan kebijakan yang efektif yang diharapkan mampu mengatasi
perkembangan gerakan Al- Shaabab kedepannya. Keseriusan AS dalam mengatasi
pergerakan terorisme guna mencapai misi AS dalam menciptakan kehidupan dunia
yang damai, dan mempertahankan kebebasan.
93Boaz Ganor, “Identifing the Enemy in Counterterrorism Operations-A Comparison of the
Bush and Obama Administrations”, International Law Studies: US Naval War Collage, Vol. 90
(2014), hal. 342-349 94Tom Curry, Obama Continues Ekstends Some Bush Terrorism Policies, 2013 [database on-
line]; Internet, diunduh pada 28 Mei 2015 tersedia di
http://nbcpolitics.nbcnews.com/_news/2013/06/06/18804146-obama-continues-extends-some-
bush-terrorism-policies?lite 95Ibid
38
BAB III
TERORISME AL-SHAABAB DI SOMALIA DAN AFILIASINYA
DENGAN AL- QAEDA
Terorisme selalu dikaitkan dengan kekerasan dan bertentangan dengan
tingkah laku pemerintah negara. Dipengaruhi oleh berbagai faktor pendorong,
keberadaan terorisme semakin luas dan berkembang terutama di negara-negara
miskin, seperti Somalia.
Federal Bureau of the Investigation (FBI) mendefenisikan terorisme
internasional dengan tiga karakteristik, yaitu:96
1. Melibatkan tindakan kekerasan atau segala tindakan yang berbahaya bagi
kehidupan manusia yang melanggar hukum federal atau negara.
2. Tindakan dimaksudkan untuk (i) mengintimidasi atau memaksa penduduk
sipil; (ii) mempengaruhi kebijakan Pemerintah dengan intimidasi atau
pemaksaan; atau (iii) mempengaruhi perilaku Pemerintah terkait senjata
pemusnah massal, pembunuhan, penculikan atau; dan
3. Terutama terjadi di luar wilayah yurisdiksi AS, atau melampaui batas-batas
nasional dalam hal sarana yang mereka capai.
Pernyataan AS pada tahun 2008,97 menyatakan bahwa saat ini kelompok Al-
Shaabab yang beroperasi di Somalia merupakan gerakan terorisme internasional.
Untuk menelaah pernyataan tersebut, maka pada bab ini akan dijelaskan tentang
96FBI, Definition of Terrorism in the U.S. Code [database on-line]; Internet, diunduh pada 7
Oktober 2014; Tersedia di http://www.fbi.gov/about-us/investigate/terrorism/terrorism-definition 97US Department of State Bureau of Counterterrorism, Country Reports on Terrorism, 2014
39
situasi politik Somalia yang memunculkan gerakan kelompok Al- Shaabab dan
mengapa ia disebut sebagai terorisme internasional, serta keterikatan kelompok
tersebut dengan jaringan Al- Qaeda.
A. Dinamika Politik Internal Negara Somalia
Somalia merupakan negara yang belum memiliki parlemen formal lebih dari
dua dekade setelah penggulingan Presiden Siad Barre pada tahun 1991.98
Ketidakstabilan pemerintahan berdampak pada tingginya perilaku anarkis antar
masyarakat Somalia yang berujung pada maraknya kemiskinan, kelaparan, dan
kekeringan berkepanjangan. Keterpurukan yang dialami Somalia terhitung sejak
tahun 1992 hingga 2012.99
Tahun 2012 merupakan tahun awal yang menjadi era baru bagi Somalia.
Bantuan kemanusiaan, serta pembentukan Pemerintahan Transisi Federal Somalia
(TFG) yang diakui secara internasional telah mencoba untuk mengambil alih
kepemimpinan di Somalia. Meskipun, sebelumnya kekuatan ICU telah menyebar
hampir di seluruh wilayah Somalia, tetapi banyaknya pengaruh pihak luar akhirnya
mempengaruhi secara drastis masalah perpolitikan internal Somalia.100
Dinamika politik internal Somalia yang kian memburuk menarik perhatian
dunia. Hal ini dikarenakan sulitnya mencapai kesejahteraan dan kesepahaman
98Abdullahi M. Odowa, “Somalia Clan and State Politics: What can current leaders in Somalia
learn from their past history?”, The ITPCM International Commentary, Vol. IX, No 34 (2013). 99Somalia: Security and Humanitarian Situation in South and Central Somalia, 2014, tersedia
dihttps://www.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/390329/cig_soma
lia_security_situation_v20.pdf 100Rob Wise, “Al-Shaabab”, Center for Strategic and International Studies: Case Study No.
2 (2011)
40
antara Pemerintah Transisi Somalia (TFG) dan kelompok pemuda Islam Somalia
yang lebih dikenal dengan Al- Shaabab.101
Benturan kepentingan dan intervensi asing telah mengembangkan
permasalahan yang semakin sulit. Terlihat dari munculnya dua kelompok yang
sama-sama bersaing untuk merebut wilayah kekuasaan di Somalia. Konflik yang
berawal dari perang saudara pasca penggulingan Siad Barre telah memberikan
petaka yang menurunkan posisi Somalia di dunia.102
Failed State merupakan julukan yang diberikan bagi Somalia karena
ketidakmampuannya dalam mewujudkan stabilitas pemerintahan, serta
ketidakmampuannya dalam mengatasi penanggulangan bencana, kekeringan,
kemiskinan, dan kelaparan.103
Somalia merupakan wilayah yang terletak di kawasan Afrika Timur yang
dikuasai oleh Inggris (wilayah utara) dan Italia (wilayah selatan). Namun, pada
tahun 1960, Inggris menarik diri dari wilayah kekuasaannya dan situasi tersebut
dimanfaatkan oleh Italia dengan menggabungkan kedua wilayah serta membentuk
negara baru, yaitu Republik Somalia.104
Wilayah Somalia sangatlah strategis, selain letak geografisnya yang berada
diantara 3 negara besar, seperti Ethiopia, Kenya dan Djibouti, negara ini juga
berbatasan dengan Teluk Aden dan Samudera Hindia.105 Ditambah lagi, Somalia
101 Norwegian Organisation for Asylum Seekers, “Persecution and Protection in Somalia”
[database On-line], hal. 24 102 Ibid, hal. 23 103Anna Yulia Hartati, Konflik Internal Somalia dalam Konteks Perang Sipil, SPEKTRUM
Jurnal Ilmu Politik Hubungan internasional, Vol. 8, No. 1, Januari 2011 104Peter T. Leeson, Better off Stateless: Somalia before and after government collapse,
Journal of Comparative Economics 35 (2007) 689-710 105Dr. Abdullahi A. Osman, et all, Operationalizing African-led Solutions in Peace and
Security, Case Study: South Sudan and Somalia, IPSS and APSP, 2013
41
juga memiliki garis pantai terpanjang di Benua Afrika, yakni sepanjang 3.330
km.106 Adapun lokasi strategis Somalia dapat dilihat pada peta di bawah ini.
Gambar III.A.1. Wilayah Somalia
Sumber: www.nctc.gov.com107
Sejak kemerdekaannya, Republik Somalia merupakan sebuah negara
demokrasi parlementer. Namun pada tahun 1969, sebuah kudeta yang dipimpin
oleh Mohamed Siad Barre telah berhasil membentuk Pemerintahan baru yang
otoriter.108 Kemudian pada tahun 1970, Siad Barre dibawah pengaruh Uni Soviet
mengubah kediktatorannya menjadi sosialis. Kebijakan ini dikenal dengan istilah
scientific socialism yang bertujuan untuk menghapuskan clanism dalam
memperkuat politik berdasarkan pada kelompok-kelompok.109
Masa pemerintahan Siad Barre ditandai dengan banyaknya penganiayaan,
pemenjaraan, dan penyiksaan terhadap penduduk sipil, lawan politik dan
106Security Council, Report of the Secretary-General on the protection of Somali natural
resources and waters, United Nations, (2011) 107Lihat Grup Al- Shaabab dalam National Counterterrorism Center; Tersedia di
http://www.nctc.gov/site/groups/al_shabaab.html 108Peter T. Lesson, “Better off stateless: Somalia before and after government collapse”,
Journal of Comparative Economics 35 (USA: George Mason University,2007) hal. 689-710 109Anna Yulia Hartati, “Konflik Internal Somalia dalam Konteks Perang Sipil”, SPEKTRUM
Jurnal Ilmu Politik Hubungan internasional, Vol. 8, No. 1, Januari 2011
42
pembangkang.110 Pemerintahan yang otoriter memicu munculnya gerakan-gerakan
baru secara sembunyi, berusaha untuk menggulingkan pemerintahan Siad Barre.
Dan akhirnya, penggulingan pemerintahan tersebut terjadi pada awal tahun 1991.111
Penggulingan kekuasaan Siad Barre terjadi ketika situasi politik yang
tersentralisasi mengakibatkan kekacauan ekonomi, institusi politik yang tidak
berjalan, korupsi merajalela, semangat juang penduduk sipil yang sangat minim
sedangkan semangat juang kesukuan sangat tinggi.112 Situasi ini memunculkan
pihak-pihak yang berani menentang dan berhasil menggulingkan kepemimpinan
diktator Siad Barre. Mereka adalah Ali Mahdi Mohamad yang merupakan pendiri
Kongres Persatuan Somalia (United Somali Congress/USC) dan Jenderal Mohamed
Farah Aideed yang merupakan pemimpin dari sayap militer USC.113
Keberhasilan dalam menggulingkan pemerintahan Siad Barre memunculkan
permasalahan baru. Dua pihak yang bekerjasama antara Ali Mahdi Mohammad dan
Mohamed Farah Aideed bersaing untuk mendapatkan posisi sebagai pemimpin
negara Somalia yang sedang mengalami kekosongan (status quo).114
Bersamaan dengan runtuhnya rezim otoriter, Somaliland bekas protektorat
Inggris menyatakan kemerdekaannya, namun tidak mendapatkan pengakuan dan
dukungan dari dunia internasional. Pada tahun 1998, wilayah Puntland kemudian
110Peter T. Leeson, “Better off Stateless: Somalia before and after government collapse”,
Journal of Comparative Economics 35 (2007), hal. 689-710 111Abdullahi M. Odowa, “Somalia Clan and State Politics: What can current leaders in
Somalia learn from their past history?”, The ITPCM International Commentary, Vol. IX No 34
(2013). 112Peter T. Leeson, “Better off Stateless: Somalia before and after government collapse”,
Journal of Comparative Economics 35 (2007) hal. 689-710 113Somalia Civil War-Southern Somalia [database on-line]; Internet, diunduh pada 5 Juni
2014; Tersedia di http://www.globalsecurity.org/military/world/war/somalia-south.htm 114Ibid
43
menyusul menyatakan semi-otonom dan menyerukan perlunya pemerintahan
federasi Somalia.115
Kondisi politik yang tidak stabil melahirkan sebuah gerakan yang dikenal
dengan Uni Pengadilan Islam ( Islamic Court Union/ICU).116 ICU dipimpin oleh
Sharif Syeikh Ahmed guna untuk menghentikan krisis berkepanjangan dengan cara
menerapkan Syariat Islam dan menjadikan Somalia sebagai negara Islam.117
Pada awalnya, ICU adalah ciptaan al-Ittihad al-Islamiyah (AIAI), sebuah
kelompok yang dibentuk pada tahun 1984 dari al-Jamma al-Islamiya dan Wahdat
al-Shaabab al-Islam.118 Kemudian, pada tahun 1960-an selama munculnya Sayyid
Qutb yang menulis tentang militan radikal Islam anti-Barat mempengaruhi
kelompok ini untuk melakukan serangan lintas perbatasan terhadap pasukan
Ethiopia dengan bantuan Oromo Liberation Front (OLF, kelompok separatis
Ethiopia etnis Somalia).119 ICU didirikan pada tahun 2000 setelah AIAI mengalami
kerugian yang signifikan selama konfrontasi dengan pasukan Ethiopia. AIAI
diyakini sebagai pendukung Al- Qaeda dan ditetapkan sebagai Foreign Terrorist
Organization (FTO) oleh Departemen Luar Negeri AS.120
115Puntland Development Research Center, The Puntland Experience:A Bottom-up Approach
to Peace and State Building, Peace Initiatives in Puntland 1991-1997, hal. 25 116Rob Wise, “Al-Shaabab”, Center for Strategic and International Studies: Case Study No.
2 (2011) 117The Supreme Islamic Courts Union/al-Ittihad mahakem al-Islamiya (ICU) [database on-
line]; Internet. Diunduh pada 5 Juni 2014; Tersedia di
http://www.globalsecurity.org/military/world/para/icu.htm 118Rob Wise, “Al-Shaabab”, Center for Strategic and International Studies: Case Study No.
2 (2011) 119Ibid 120The Supreme Islamic Courts Union/al-Ittihad mahakem al-Islamiya (ICU) [database on-
line]; Internet. Diunduh pada 5 Juni 2014; Tersedia di
http://www.globalsecurity.org/military/world/para/icu.htm
44
Kehadiran ICU dianggap sebagai awal perubahan arah politik Somalia yang
lebih baik. Namun, kemunculan Pemerintahan baru yang menjadi oposisi ICU
adalah Pemerintah Transisi Somalia (Transitional Federal Government/TFG) akan
menjadi penghambat dalam upaya pencapaian misi ICU. TFG didirikan pada tahun
2004 di Nairobi, Kenya karena pada saat itu kondisi Mogadishu tidak stabil dan
tidak aman. Kemudian pada awal tahun 2006 TFG dipindahkan ke Baidoa dibawah
pengawasan Ethiopia.121
TFG adalah Pemerintah republik Somalia yang diakui oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), Uni Afrika, serta AS. TFG didirikan berdasarkan Piagam
Federal Transisional yang diadopsi pada bulan November 2004. Piagam tersebut
berfungsi sebagai konstitusi Somalia. Konstitusi tersebut menjelaskan tentang tata
cara pengoperasian pemerintahan Somalia.122
ICU dan TFG merupakan dua kelompok yang tidak sejalan. ICU lebih
mengedepankan konstitusi yang berpedoman pada Syariat Islam, sedangkan TFG
lebih mengarah kepada konstitusi yang di bentuk oleh pihak Barat. Pemahaman
yang tidak sejalan ini menjadikan rentannya konflik antara kedua kelompok. TFG
telah berupaya untuk menjalin hubungan dengan ICU dengan melibatkannya dalam
berbagi forum kebijakan. Namun, kebijakan TFG menimbulkan ketidakpuasan
terhadap ICU karena setiap kebijakan TFG selalu dibawah pengaruh Barat.123
121Rob Wise, Al-Shaabab, Center for Strategic and International Studies, Case Study Number
2, July 2011 122Ibid 123Adlini Ilma Ghaisany Sja, Tracing Al Shabaab’s Decision to Cooperate with Al Qaeda in
Somalia (2008), Journal of Terrorism Research, Vol. 5, Issue 1 (Special Issue) - February 2014
45
Awal mula konflik keduanya terjadi ketika TFG menuduh ICU memiliki
keterkaitan dengan teroris internasional. Hal ini menyebabkn terjadinya
pertempuran antara keduanya. Tahun 2006 dilakukan perundingan damai untuk
menyelesaikan konflik antara TFG dan ICU yang disebut dengan negosiasi
Khartoum yang dipimpin oleh Liga Arab beserta Amerika, namun pertempuran
antara TFG dan ICU masih terus berlangsung.124 Hingga pada Juni 2006, ICU telah
menguasai sebagian besar wilayah Selatan Somalia dan Mogadishu.125
Melihat kekuatan ICU yang begitu besar, TFG meminta bantuan Ethiopia
untuk melawan ICU. Pada Desember 2006, Ethiopia melakukan invasi terhadap
Somalia dengan dukungan AS untuk menjatuhkan ICU.126 Pasukan TFG dengan
dukungan militer Ethiopia akhirnya mengalahkan ICU.
Namun kehadiran Ethiopia telah menghasut timbulnya pemberontakan baru
dan situasi berubah di luar kontrol. Diantaranya, milisi muda ICU atau Al- Shaabab
melakukan pemberontakan dan perlawanan yang lebih besar terhadap TFG. Akibat
situasi yang tidak stabil, TFG meminta agar pasukan Ethiopia tetap berada di
Somalia karena khawatir ICU kembali menguasai Somalia seperti sebelum adanya
invasi dari Ethiopia. Ethiopia akhirnya sepakat hanya akan menarik diri setelah
adanya misi perdamaian multinasional datang ke Somalia.127
Ketidakberdayaan Somalia telah mengundang perhatian dunia, intervensi
asing yang semakin banyak memunculkan kelompok-kelompok baru yang
terkotak-kotak, berusaha untuk menguasai Somalia. Al- Shaabab yang bermukim
124Ibid 125Ibid 126Ibid 127Ibid
46
tetap di Somalia menjadi alasan utama pihak asing dalam melancarkan prajuritnya
untuk menghancurkan Al- Shaabab dan afiliasinya sekaligus sebagai upaya
pencegahan terjadinya save heaven (surga) bagi para terorisme.128
B. Gerakan Terorisme Al- Shaabab di Somalia dan Perkembangannya
Al- Shaabab merupakan kelompok muda bagian dari Uni Pengadilan Islam
(ICU) yang pada tahun 2006 terkontrol di Mogadishu. Al- Shaabab ini dikenal
sebagai kelompok Islam yang menguasai sekitar setengah dari wilayah Tengah-
Selatan Somalia yang diperkirakan memiliki pejuang antara 7000-9000 orang, yang
direkrut dari Somalia hingga negara Barat.129
Al- Shaabab awalnya muncul sebagai sisa dari al Itihaad al Islamiya (AIAI)
yaitu sebuah organisasi teroris Wahhabi Islam yang muncul di Somalia pada tahun
1980-an dengan tujuan menggantikan rezim Mohammed Siad Barre dengan negara
yang menerapkan syariat Islam. Pada tahun 2000, sisa-sisa AIAI sebagian besar
masih muda sehingga direformasi menjadi kelompok Al- Shabab dan sebagian
dimasukkan ke ICU sebagai milisi pemuda radikal.130
Kegagalan ICU dalam menghadapi tentara Ethiopia pada akhir 2006
memunculkan gerakan milisi Al- Shaabab yang mencoba melakukan
pemberontakan dengan menggunakan kekerasan dan perang gerilya, serta teknis
teroris terhadap Pemerintah Transisi Federal Somalia (TFG). Pengembangan dan
128Bridget L. Coggins, “Do Failed States Produce More Terrorism: Initial Evidence From
Non-traditional Threat Data (1999-2008)”, Center for International Peace and Security Studies,
Mcgill University (2011) 129BBC, Who are Somalia’s Al Shaabab [database on-line] Internet, diunduh pada 20
November 2014; Tersedia di http://www.bbc.com/news/world-africa-15336689 130Ibid
47
radikalisasi Al- Shaabab ini berlangsung dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya, yaitu: Pertama, Invasi Ethiopia membuka peluang besar bagi Al-
Shaabab untuk menarik rakyat Somalia dalam memusuhi Ethiopia dengan merekrut
ribuan relawan nasionalis. Kedua, Invasi memaksa Al- Shaabab untuk mengadopsi
strategi operasional gerilya bergaya efektif sebagai sarana melawan Ethiopia yang
maju ke Selatan. Ketiga, Memaksa para pemimpin ICU yang telah diberikan
pengaruh tingkat moderat oleh Al- Shaabab Somalia melarikan diri.131
Kemudian pada bulan Februari 2012, Al- Qaeda mengumumkan bahwa
pemimpin Al- Shaabab Ahmed Abdi Aw-Mohamed (Godane) telah berjanji untuk
taat kepada Ayman al-Zawahiri (Osama bin Laden) dan Al- Qaeda. Bahkan Al-
Shaabab juga telah mengembangkan hubungan dengan AQAP dan AQIM. 132
Banyaknya perubahan yang dialami oleh Al- Shaabab mendorong kelompok
ini untuk melakukan penyerangan di luar wilayah Somalia. Akan tetapi sejak tahun
2011, kapasitas operasional Al- Shaabab jauh berkurang dikarenakan adanya
kampanye militer terhadap Al- Shaabab.
Pada tahun 2012, TFG telah menjalin kerjasama dengan AU dengan
menempatkan misi perdamaian Somalia atau AMISOM yang melakukan
penempatan pasukan militer Ethiopia dan sekutu untuk mengontrol dan mengawasi
segala gerak-gerik Al- Shaabab yang berda di wilayah Mogadishu dan Selatan
Somalia.
131Graham Turbiville, Josh Meservey, James Forest, Countering the al-Shabaab Insurgency
in Somalia: Lessons for U.S. Special Operations Forces, (Joint Special Operations University
(JSOU) Report 14-1, 2014), hal. 8 132US Department of State, U.S. Government Designated Foreign Terrorist Organizations
[database on-line]; Internet, diunduh pada 20 Juli 2014; Tersedia di http://www.state.gov/j/ct/rls/crt/2012/209989.htm
48
Situasi sulit tidak memberikan ruang yang luas kepada Al- Shaabab untuk
menjalankan rencananya, sehingga Al- Shaabab lebih mengandalkan serangan
langsung dan taktik asimetris dalam melawan AMISOM, Somalia, dan pasukan
Kenya yang menyerang Al- Shaabab pada tahun 2011.133 Serangan yang dilakukan
Al- Shaabab telah difasilitasi dengan penggunaan alat peledak yang canggih.
Al- Shabaab telah menggunakan intimidasi dan kekerasan sebagai bentuk
respon terhadap tindakan TFG. Selain itu, Al- Shaabab juga melakukan perekrutan
secara paksa, dan membunuh aktivis yang bekerja untuk menciptakan perdamaian
melalui dialog politik dan rekonsiliasi.134
Kelompok Al- Shaabab mengaku bertanggung jawab atas beberapa
pemboman dan penembakan di seluruh Somalia dan menargetkan pasukan
AMISOM dan pejabat Somalia.135 Dan mereka juga mengaku bertanggung jawab
atas pembunuhan sejumlah tokoh masyarakat sipil, pejabat pemerintah, dan
wartawan. Pejuang Al- Shabaab juga mengaku setia kepada kelompok yang telah
melakukan serangan kekerasan dan telah membunuh para relawan internasional
dan anggota LSM.136
Al- Shabaab kehilangan kontrol penuh atas wilayah pada tahun 2011 dan
2012. Pada bulan September 2012, Al- Shabaab kehilangan kendali Kismayo
sebagai sumber untuk mendapatkan pasokan dan pendanaan melalui pajak.137
133Abdullahi Boru Halakhe, Kenya is Losing The Plot Againts Al- Shaabab [database on-line];
Internet, diunduh pada 10 Oktober 2015; Tersedia di
http://america.aljazeera.com/opinions/2015/4/kenya-is-losing-the-plot-against-al-shabab.html 134Ibid 135Somalia Country Report, Bertelsmann Stiftung’s Transformation Index (BTI) 2014. hal. 7 136Ibid 137Rob Wise, “Al-Shaabab”, Center for Strategic and International Studies, Case Study No.
2 (2011)
49
Meski demikian, Al- Shabaab terus mengontrol sebagaian besar dari daerah
pedesaan di daerah Jubba, serta daerah Bay dan Bakol dan ditambah dengan
kehadirannya di Somalia utara sepanjang Pegunungan Golis dan dalam wilayah
kota besar Puntland.138
Pada kenyataannya, Invasi Ethiopia berhasil atas ICU namun hal inilah yang
akhirnya menjadi faktor utama transformasi Al- Shaabab, “mengubah kelompok
dari kecil, relatif tidak penting di bagian negara ini menjadi gerakan Islam moderat
yang termasuk dalam faksi bersenjata paling kuat dan radikal di Somalia”.139
Perhatian negara Barat yang semakin tinggi terhadap kondisi Somalia,
menjadikan Al- Shaabab berupaya untuk mencari aliansi dengan kelompok radikal
lainnya yang memiliki misi yang sama untuk menegakkan syariat Islam. Sehingga
pada tahun 2008, Al- Shaabab mencoba untuk menjalin hubungan ke dengan Al-
Qaeda yang dipimpin oleh Osama bin Laden.
Sejak tahun 2009, hubungan Al- Shaabab dengan Al- Qaeda semakin
harmonis pada struktur dan strategi operasional. Pertama, afiliasi Al- Shabab
dengan Al- Qaeda secara signifikan mengubah komponen kepemimpinannya.
Setelah kematian pemimpinnya, Aden Hashi Ayro pada Mei 2008, struktur
komando Al- Shabab diisi oleh sejumlah anggota inti Al- Qaeda yang mengambil
peran pada kepemimpinan kelompok Al- Shaabab. Kedua, sampai dengan tahun
2008, Al- Shabab memanfaatkan taktik gerilya yang relatif konvensional dalam
menyerang pasukan Ethiopia di Somalia.
138 Somalia Country Report, Bertelsmann Stiftung’s Transformation Index (BTI) 2014. 139 Rob Wise, “Al-Shaabab”, Center for Strategic and International Studies, Case Study
Number 2, July 2011
50
Adanya peningkatkan hubungan kelompok Al- Shaabab dengan Al- Qaeda
telah memberikan pengaruh signifikan dalam upaya perlawanan yang lebih tragis,
seperti serangan bunuh diri dan aksi kekerasan turun ke jalan. Hal ini
mencerminkan pergeseran oleh persahabatan yang tumbuh dengan Al- Qaeda, Al-
Shabab juga telah mengembangkan kamp pelatihan untuk pelaku bom bunuh diri
di Somalia dan di luar Somalia.140 Bahkan, Al- Shabab telah dikaitkan dengan
pelatihan kelompok teroris Islam Nigeria Boko Haram yang menentang keras
pendidikan Barat dan telah menewaskan lebih dari 10.000 orang sejak didirikan
pada tahun 2002.141
Serangan pertama Al- Shaabab di luar Somalia dilakukan dengan teknik bom
bunuh diri yang terjadi pada 11 Juli 2010 di Kampala, Uganda selama Piala
Dunia.142 Tragedi tersebut menewaskan hampir 76 orang, termasuk satu
diantaranya warga negara Amerika. Pada bulan Agustus 2011, Jenderal Carter
Ham, Panglima US-Africa Command (AFRICOM) mengklaim bahwa Boko Haram
secara finansial disponsori oleh Al- Qaeda dan Al- Shabab. Dia juga menyatakan
bahwa kedua kelompok jihad tersebut telah berbagi pelatihan dan pejuang dengan
Boko Haram.143
140 Rob Wise, Al-Shaabab, Center for Strategic and International Studies, Case Study Number
2, July 2011 141Adlini Ilma Ghaisany Sja, Tracing Al Shabaab’s Decision to Cooperate with Al Qaeda in
Somalia (2008), Journal of Terrorism Research, Vol. 5, Issue 1 (Special Issue) - February 2014, hal. 142 Chris Harnisch, Al- Shaabab First International Strike: Analysis of the July 11 Uganda
Bombings [analysis paper]; Internet, diunduh pada 10 Maret 2015; Tersedia di
http://www.criticalthreats.org/somalia/al-shabaabs-first-international-strike-analysis-july-11-
uganda-bombings-july-14-2010-4532 143Daniel Egiegba Agbiboa, Al- Shaabab, The Global Jihad, and Terrorism Without
Borders [database on-line]; Internet, diunduh pada 6 Juli 2014; Tersedia di
http://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2013/09/al-shabab-global-jihad-terroris-
201392484238627603.html
51
Serangan Al- Shabaab terus berlanjut pada tahun 2012, dan mengakibatkan
kematian ratusan orang. Beberapa serangan yang paling menonjol adalah
serangkaian serangan mortir pada bulan Maret 2012 terhadap Istana Presiden
Somalia; serangan bunuh diri pada bulan April 2012 yang menargetkan Perdana
Menteri Abdiweli Mohamed Ali di Teater Nasional Mogadishu, yang menewaskan
lima orang; serangan bunuh diri pada bulan Mei di sebuah Cafe di Dusa Mareb,
yang menewaskan tujuh orang, termasuk dua anggota Parlemen Somalia; dan
serangan kekerasan di kota perbatasan Somalia-Kenya pada bulan November, yang
menewaskan sedikitnya 12 tewas.144
Pada tahun 2013, Al- Shaabab telah melancarkan serangan di salah satu mall
yang terdapat di Kenya. Sasaran dari serangan tersebut adalah Westgate Mall (salah
satu pusat perbelanjaan) yang terletak diibukota negara Kenya dan merupakan milik
sebuah perusahaan Israel bernama Sony Holding Ltd.145 Serangan tersebut
menewaskan 67 orang, dan hampir 200 orang termasuk lima orang diantaranya
adalah warga negara Amerika Serikat mengalami luka-luka selama pengepungan
yang berlangsung empat hari.146
Hingga saat ini, kelompok Al- Shaabab dan Al- Qaeda terus meningkatkan
hubungan dan mengembangkan perlawanan terhadap pihak Barat. Beberapa
144CRF, “Timeline Al- Shaabab”, Council on Foreign Relations [database online]; Internet;
diunduh pada 10 November 2014; Tersedia di http://www.cfr.org/terrorism/timeline-al-
shabab/p31468 145Police Department of New York City, Analysis of Al-Shaabab’s at the Westgate Mall in
Nairobi, Kenya, hal. 5 146Lauren Ploch Blanchard, “The September 2013 Terrorist Attack in Kenya: In Brief”,
Congressional Research Service, 14 November 2013
52
strategi yang dilakukan kelompok untuk melawan Amerika Serikat sebagai negara
adikuasa dan pelopor global war on terrorism adalah:147
1. Memberikan ancaman serangan brutal terhadap negara-negara sekutu AS
2. Melakukan perekrutan pejuang berkebangsaan asing
3. Peningkatan pelatihan pejuang dan teknologi persenjataan
4. Penggunaan media sebagai sarana informasi
C. Keterkaitan Al- Shaabab dengan Jaringan Al- Qaeda
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, Al- Shaabab merupakan kelompok
militan Islam yang memerangi Pemerintah (TFG) yang didukung oleh PBB di
Somalia, dan telah melakukan serangkaian serangan di negara-negara tetangga
termasuk Kenya. Saat ini, Al- Shaabab telah menyebar diberbagai kota sehingga
menjadi ancaman yang potensial.148 Al- Shaabab resmi menjadi afiliasi Al-Qaeda
pada tahun 2012, pernyataan disampaikan oleh pemimpin Al- Shaabab, Ahmed
Abdi Godane dan pemimpin Al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri melalui video yang
diunggah oleh kelompok tersebut.149
Pernyataan afiliasi tersebut dilakukan oleh kelompok Al-Shaabab dilatar
belakangi oleh beberapa hal, diantaranya:150 (1). AS mendukung invasi Ethiopia di
147 Holly Yan, What is Al-Shaabab, and what does it want? [database on-line]; Internet,
diunduh pada 10 Maret 2015; Tersedia di http://edition.cnn.com/2015/04/02/world/africa/al-
shabaab-explainer/ 148Al- Shaabab Leadership Profile [Artikel on-line]; Internet, diunduh pada 10 Maret 2015;
Tersedia di http://www.criticalthreats.org/somalia/al-shabaab-leadership 149Holly Yan, What is Al-Shaabab, and what does it want? [database on-line]; Internet,
diunduh pada 10 Maret 2015; Tersedia di http://edition.cnn.com/2015/04/02/world/africa/al-
shabaab-explainer/ 150Katherine Zimmerman, 2013, Al Qaeda’s African Surge Threatens the U.S. [Database on-
line]; Internet, diunduh pada 10 Maret 2014; Tersedia di
http://www.wsj.com/articles/SB10001424052702304213904579094961529497766
53
Somalia pada Desember 2006 untuk menggulingkan ICU; (2). Pengiriman pasukan
Misi Perdamaian Uni Afrika di Somalia (AMISOM); (3). Pada September 2012,
AMISOM berhasil merebut wilayah strategis Kismayo dari Al- Shaabab sehingga
posisi kelompok semakin terancam; (4). Ketahanan kelompok semakin berkurang,
ditambah dengan pertempuran kepemimpinan dalam kelompok.
Pernyataan afiliasi kedua kelompok menjadikan Al- Shaabab sebagai
jaringan Al- Qaeda di Somalia. Dengan kata lain, Al- Shaabab telah mengalami
transformasi menjadi kelompok yang besar dan memberikan perubahan besar untuk
mewujudkan misi Al- Qaeda di Afrika.151
1. Al- Shaabab sebagai Afiliasi Al- Qaeda
a. Jihad Global
Di dalam Arabic Newspaper al- Quds al- Arabi Osama menyerukan umat
Islam untuk melakukan jihad melawan Amerika.152 Seruan jihad tersebut dilatar
belakangi adanya hubungan keterlibatan AS dalam mendukung Israel menyerang
wilayah kekuasaan umat Islam.153 Dalam salah satu pidatonya, Osama bin Laden
menyatakan:
I say to our Muslim brothers across the world: your brothers in Saudi Arabia
and Palestine are calling for your help and asking you to share with them in
the jihad against the enemies of God, your enemies the Israelis and
Americans. They are asking you to defy them in whatever way you possibly
can, so as to expel them in defeat and humiliation from the holy places of
151Ibid 152 Jihad Againts Jews and Crusaders: World Islamic Front Statement, al-Quds al-Arabi
(London, U.K.), 23 Februari, 1998, hal 3; Internet, diunduh pada 10 November 2015; Tersedia di
http://fas.org/irp/world/para/docs/980223-fatwa.htm 153 Ibid
54
Islam. God Almighty has said: “If they seek help from you against
persecution, it is your duty to assist them.”154
Wahai saudara-saudara Muslim kami di seluruh dunia: saudara kita di Arab
Saudi dan Palestina membutuhkan bantuan dan meminta kita untuk berbagi
dengan mereka dalam jihad melawan musuh-musuh Allah, yaitu Israel dan
Amerika. Mereka meminta kita untuk menentang mereka (AS dan Israel)
dengan cara apapun, sehingga dapat mengusir mereka dalam kekalahan dan
penghinaan dari tempat-tempat suci Islam. Allah SWT telah mengatakan:
"Jika mereka mencari bantuan dari Anda terhadap penganiayaan, itu adalah
tugas Anda untuk membantu mereka." (terjemahan penulis)
Seruan melakukan jihad telah dimulai oleh kelompok Al- Qaeda sejak tahun
1996 di pimpin oleh Osama, dan kemudian diikuti oleh gerakan-gerakan ekstrimis
Islam lainnya yang berafiliasi dengan Al- Qaeda.155 Dan tahun 2012, pernyataan
afiliasi Al- Shaabab Somalia dengan Al- Qaeda merupakan salah satu upaya Al-
Qaeda dalam menyerukan jihad global.
Keputusan Al- Shaabab untuk bergabung dengan Al- Qaeda telah membawa
perubahan besar bagi kelompok separatis Somalia tersebut. Tahun 2012 menjadi
sejarah penting bagi Al- Shaabab atas pengubahan status kelompok dari gerakan
separatis yang ingin mendominasi dan menguasai wilayah Somalia menjadi sebuah
gerakan radikal yang menjadi musuh utama hegemon dunia, yakni Amerika
Serikat.156
Pernyataan afiliasi kedua kelompok ini menunjukkan adanya peningkatan
eksistensi jaringan Al- Qaeda di wilayah Afrika. Hingga saat ini, beberapa
154 Osama Bin Laden’s Declaration of Jihad Againts. Di dalam Milestone Documents in
World History: Exploring the Primary Sources That Shaped the World [dokumen]; Internet, diunduh
pada 7 November 2015; Tersedia di salempress.com/store/pdfs/bin_laden.pdf 155 Ibid 156Charles Allen, The Terrorist Threat: US Facing New Challenges at Abroad and at Home,
Prepared for the Aspen Homeland Security Group, June 24, 2013
55
kelompok jihad global yang telah memiliki koneksi dengan Al- Qaeda diantaranya
adalah Al- Shaabab, AQAP, AQIM, dan Boko Haram.157
Gambar III.C.1. Al Qaeda in Arab Paninsula dan Horn Afrika
sumber: www.fas.org.com158
157Alexis Arieff dan Lauren Ploch Blanchard, Al Qaeda-Affiliated Groups: Middle East and
Africa, Congressional Research Service, 10 Oktober 2014; Tersedia di
http://fas.org/sgp/crs/mideast/R43756.pdf, diunduh pada 5 November 2014 158 http://fas.org/sgp/crs/mideast/R43756.pdf
56
Gambar III.C.2. Al Qaeda di Utara dan Barat Afrika
Sumber: www.fas.org.com159
Kedua gambar diatas menunjukkan bahwa jaringan Al- Qaeda telah tersebar
di wilayah strategis Afrika. Keberadaan kelompok-kelompok ini menjadi ancaman
serius bagi keamanan regional. Perluasanan kekuasaan Al- Qaeda melalui
afiliasinya dengan kelompok - kelompok tersebut dikhawatirkan akan terus
menambah pasukan yang melakukan jihad global dibawah kendali Al- Qaeda.
2. Perekrutan Prajurit
Perkembangan selanjutnya yang dicapai oleh kelompok Al- Shaabab adalah
perekrutan prajurit jihad dari berbagai negara, dan yang menjadi target utamanya
adalah warga muslim Amerika.160 Beberapa warga AS yang tergabung dengan Al-
159http://fas.org/sgp/crs/mideast/R43756.pdf 160Dawn l. Bartell dan David H. Gray, “Hezbollah and Al Shaabab in Mexico and the Terrorist
Threat to the United States”, Global Security Studies, Vol. 3, Issue 4 (2012); Tersedia di
57
Shaabab adalah: Shirwa Ahmed (Minnesota), Mohamed Abdullahi Hassan
(Minnesota), Hinda Osman Dhirane (Washington), Rahatul Khan (Texas), Gufran
Ahmad Kauser (Florida), Ahmed Mohamed Isse (Minnesota), dan lain-lain.161
Al- Shaabab dinyatakan sebagai ancaman langsung bagi AS dengan beberapa
alasan. Pertama, upaya perekrutan Al- Shaabab dilakukan dengan menargetkan
warga Islam Amerika. Kedua. Afiliasi Al- Shaabab dan Al- Qaeda dengan slogan
Jihad Global adalah untuk menargetkan AS, sekutu, dan kepentingannya. Ketiga,
Al- Shaabab telah melakukan penyelundupan untuk memasuki dan beroperasi di
wilayah AS.162
Perjuangan dalam mencegah tindakan terorisme dan menghancurkan jaringan
Al- Qaeda, merupakan prioritas utama AS. Yang menjadi permasalahan AS saat ini
adalah munculnya kelompok teroris dari pihak internal AS. Hal ini membuat AS
terpukul dan semakin intens dalam mengeluarkan kebijakannya terhadap kelompok
Al- Shaabab. Prajurit Amerika yang telah bergabung dengan Al- Shaabab menerima
pelatihan senjata bersama prajurit yang direkrut dari negara lain, termasuk Inggris,
Australia, Swedia dan Kanada dan telah menggunakan pelatihan untuk melawan
pasukan Ethiopia, pasukan Uni Afrika, dan Pemerintah Federal Transisi Somalia.163
http://globalsecuritystudies.com/Bartell%20Hezbollah%20and%20Al%20Shabaab%20in%20Mexi
co.pdf 161 ADL, Al- Shaabab’s American Recruits [dokumen], Anti Demafation League (2015);
Tersedia di www.adl.org/assets/pdf/...hate/al-shabaabs-american-recruits.pdf 162 Ibid 163ADL, “Al Shaabab’s American Recruits”, Anti-Defamation League [report] 2015; Tersedia
di http://www.adl.org/assets/pdf/combating-hate/al-shabaabs-american-recruits.pdf
58
BAB IV
KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT DALAM MENGATASI AKSI
TERORISME AL- SHAABAB DI SOMALIA TAHUN 2012-2014
Eksistensi Al- Shaabab yang berkelanjutan mengharuskan AS terus menerus
mengeluarkan kebijakan yang efektif dalam menghadapi jaringan terorisme
tersebut. Pada bab ini akan dijelaskan tentang kebijakan AS dalam mengurangi
dampak terorisme Al- Shaabab di Somalia tahun 2012-2014. Apakah kebijakan
tersebut memiliki pengaruh yang kuat dalam melemahkan gerakan kelompok, serta
alasan utama keterlibatan AS dalam intervensinya di Somalia.
Dalam menganalisis kebijakan luar negeri AS, penulis menggunakan teori
kebijakan luar negeri dan konsep kepentingan nasional. Analisis kebijakan luar
negeri yang dikemukakan oleh Rosenau penulis paparkan di subbab pertama,
dengan mengacu pada sumber-sumber systemic sources dan societal sources
terhadap kebijakan AS berupa Light Footprint; dukungan AS terhadap TFG dan
AMISOM; serta pemberian bantuan pembangunan melalui USAID. Sedangkan
pada subbab kedua, penulis mengaplikasikan konsep yang dikemukakan oleh
Morgenthau untuk menganalisis kepentingan nasional AS berkaitan dengan
perlindungan warga negara, keamanan dan perdamaian dunia, dan juga sumber
daya alam minyak dan gas.
A. Analisis Bentuk dan Implementasi Kebijakan Amerika Serikat
AS sebagai salah satu aktor yang melakukan politik luar negeri selalu
mengambil peran aktif dalam upaya pemenuhan kepentingannya dalam memerangi
59
terorisme, termasuk di wilayah Somalia. Kebijakan AS selalu mempertimbangkan
cost dan benefit,164 diikuti situasi internal dan eksternal negara yang tidak aman
mempengaruhi proses pengambilan kebijakan.
Somalia dikenal sebagai negara yang penuh dengan konflik. Dimulai dari
kepemimpinan otoriter Siad Barre 1969 hingga 1991, perang saudara, pembajakan,
hingga munculnya kelompok Al- Shaabab menjadi serangkaian kasus yang telah
terjadi di Somalia. Namun, tujuan utama AS dalam intervensinya di Somalia lebih
kepada alasan perang melawan terorisme.165
Terhitung dari tahun 2012 hingga 2014, tercatat puluhan serangan yang
dilancarkan Al- Shaabab di wilayah kekuasaan TFG, bahkan di negara tetangga
yang tergabung dalam AMISOM.166 Untuk melindungi Somalia dari terorisme, AS
mengeluarkan berbagai kebijakan, salah satunya adalah Light Footprint yang juga
disebut sebagai doktrin Barack Obama.167
1. Strategi Light Footprint atau Jejak Cahaya
Dilihat dari sumber kebijakan luar negeri yang didefenisikan oleh Rosenau,
penulis melihat bahwa light footprint ini adalah keputusan yang ditetapkan karena
di dorong oleh kondisi domestik yang tidak kondusif, akibat krisis moneter di masa
164Anak Agung Banyu Perwita, Yayan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 25 165Juliet Eilperin dan Kevin Sieff, Obama Commits US to intesified fight againts terrorists in
east Africa [database on-line], Internet: Diunduh pada 28 Juli 2015; Tersedia di
http://www.washingtonpost.com/politics/us-to-expand-support-in-kenya-somalia-for-
counterterrorism-operations/2015/07/25/b6f386f0-3210-11e5-97ae-30a30cca95d7_story.html 166Lihat tabel IV. A. 1 167David Rohde, The Obama Doctrine: How the President ‘s Drone War is Backfiring
[database on-line], Internet: Diunduh pada 28 Juli 2015; Tersedia di
http://foreignpolicy.com/2012/02/27/the-obama-doctrine/
60
transisi (aspek societal) AS. Presiden Obama yang dilantik pada tahun 2009
menerima tanggung jawab untuk pemulihan krisis tersebut.168 Permasalahan ini
mengharuskan Obama lebih memfokuskan arah kebijakannya dalam ruang
lingkup internal. Terlepas dari itu, AS sebagai negara kontraterorisme akhirnya
menggunakan strategi light footprint sebagai alternatif dalam memerangi
terorisme guna menghemat anggaran akibat krisis yang terjadi.169
Light Footprint atau jejak cahaya merupakan strategi militer AS yang telah
diaplikasikan dalam operasi militer pada konflik Irak dan Afghanistan.170 Hal yang
sama juga dilakukan di Somalia, Al- Shaabab sebagai kelompok teroris yang telah
disetarakan dengan Al- Qaeda menjadi target militer AS. Strategi militer jejak
cahaya ini ditandai dengan penggunaan pesawat tak berawak (drones) dan
mengurangi jumlah pasukan yang terjun di daerah lawan.171 Dengan kata lain, AS
membatasi ruang lingkup keterlibatannya dan hanya mengirimkan logistik,
inteligen serta dukungan udara, bukan secara fisik melakukan pertempuran.172
Dalam implementasinya, terdapat beberapa perdebatan terkait penggunaan
drones sebagai senjata utama AS dalam menghadapi terorisme. Pertama, terkait
bahaya penggunaan drones. Kedua, terkait legalitas penggunaan drones dalam
168International Monetary Fund, World Economic Outlook: Crisis and Recovery
(Washington, DC: International Monetary Fund, 2009), hal. 3 169Major Fernando M. Lujan, Light Footprints voices The Future of American Military
Intervention, (USA: Voice From the Field, Center for a New American Security,2013), hal. 8 170 Ibid, hal. 5 171Julia Knight, Thoughts on the Light Footprint Strategy, Foreign Policy Association, 17
Desember 2012 172Philip Attuquayefio, “Drones, The US And The New Wars In Africa”, Journal Of
Terrorism Research, Vol. 5, Issue 3, 2014
61
hukum internasional.173 Drones adalah produk teknologi yang canggih dan dapat
berakibat buruk sebagaimana senjata pemusnah massal, sehingga diperlukan aturan
tertentu yang mengatur masalah penggunaannya. Penggunaan drones terhadap
negara lain dapat mengancam masyarakat sipil, namun ketiadaan hukum
internasional yang mengatur penggunaan drones masih memberikan keleluasaan
bagi AS untuk menggunakannya.174
Drones telah dikembangkan oleh AS sejak tahun 1990 untuk kepentingan
militer. Akan tetapi, tragedi 9/11 mengubah penggunaan drones menjadi senjata
dalam war on terrorism.175 George W. Bush adalah Presiden AS pertama yang
menggunakan drones sebagai senjata. Pada periode pemerintahan Bush tahun 2004
hingga 2008, penggunaan drones mencapai 44 kali. Berbeda halnya dengan periode
Pemerintahan Obama, terhitung dari tahun 2009 hingga 2014 telah menggunakan
senjata drones sebanyak 239 kali atau hampir lima kali lipat dari Bush.176
Selain drones, AS juga menempatkan CIA sebagai mitra penting dalam
memerangi terorisme. Situasi Somalia yang masih lemah menjadi jalan yang mudah
bagi CIA untuk mengumpulkan informasi inteligen dalam upaya memerangi
terorisme. Keterlibatan CIA dalam kasus terorisme erat kaitannya dengan tugas
CIA sebagai salah satu lembaga perlindungan AS.177
173Witny Tanod, Analisis Yuridis Terhadap Penggunaan Kekuatan Bersenjata Dengan
Menggunakan Pesawat Tanpa Awak (Unmanned Drones) Dalam Hukum Internasional, Lex Crimen,
Vol.II. No.1. Jan-Mrt 2013 174Ibid 175David Rohde, The Obama Doctrine: How the President ‘s Drone War is Backfiring, The
Magazine; diunduh 25 Agustus 2015; Tersedia di http://foreignpolicy.com/2012/02/27/the-obama-
doctrine/ 176Ibid 177CIA, Vision, Mission, Ethos 7 Challenges [database on-line], Internet; Diunduh pada 5 Juni
205; Tersedia di https://www.cia.gov/about-cia/cia-vision-mission-values
62
a. Penggunaan Pesawat Tak Berawak (Drones Strike)
Penggunaan drones dalam memerangi Al- Shaabab di Somalia merupakan
salah satu keberhasilan Obama melalui pendekatan light footprint. Pertama, dengan
adanya drones maka AS dapat mengurangi jumlah pasukan militernya dari daerah
konflik. Hal ini diharapkan dapat mengurangi resiko korban jiwa pasukan AS di
Somalia.178 Kedua, drones AS telah berhasil menewaskan beberapa tokoh penting
Al- Shaabab, termasuk pemimpin utamanya, yaitu Ahmed Godane pada 1
September 2014.179 Hal ini berdampak pada melemahnya kepemimpinan Al-
Shaabab di Somalia.180
Terhitung dari tahun 2012 - 2014, African Centre for the Study and Research
on Terrorism (ACSRT) menyebutkan beberapa Pemimpin Al- Shaabab yang tewas
dalam serangan drones AS, diantaranya:181
1. Januari 2012, Bilal Al- Berjawi, seorang deputi senior untuk Fazul
Abdullah Mohammed (Pemimpin senior Al- Qaeda di Afrika Timur).
2. 29 Oktober 2013, Ibrahim Ali Abdi alias Anta Anta, pelatih master operasi
pembuatan bom dan ahli bunuh diri tewas dalam serangan drone predator
di Somalia.
178Julia Knight, Thoughts on the Light Footprint Strategy, Foreign Policy Association, 17
Desember 2012 179Emanuel Boussios, Changing The Rules of War: The Controversies Surrounding the
United States’ Expanded Use of Drones, JTR , Volume 6, Issue 1-Januari 2015, Hal. 44 180Ibid 181African Union, Incident Preliminary Analysis: Top Al- Shaabab Figure Killed in Airstrike,
ACSRT/Incident-Preliminary-Analysis-003-2015, Februari 2015, hal. 2
63
3. 26 Januari 2014, Ahmed Mohammad Awey, seorang komandan senior Al-
Shaabab,
4. 27 Januari 2014, Sahal Iskuduq, seorang komandan senior dan anggota
senior Amniyat.182
Keberhasilan AS dalam menargetkan Pemimpin Al- Shaabab tentu
mempengaruhi kapasitas operasional Al- Shaabab dikarenakan kehilangan figur
yang berpengalaman dan berpengetahuan dalam perang gerilya. Drones AS
menjadi senjata ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup Al- Shaabab. 183 Dibalik
keberhasilan tersebut, penggunaan drones juga berdampak buruk bagi masyarakat
sipil. Drones AS terkait kepentingan nasional melawan terorisme telah
menewaskan masyarakat sipil. Biro Jurnalisme Investigasi AS melaporkan bahwa
sejak tahun 2007 hingga tahun 2012, drones AS yang digunakan di Somalia telah
mengakibatkan kematian 58-169 individu per September 2012, diantaranya 11-57
orang adalah masyarakat sipil.184
Namun demikian, Pemerintah Transisi Federal Somalia telah menyuarakan
dukungan terhadap penggunaan drone AS di Somalia. Di dalam wawancara yang
dilakukan oleh Wall Street Journal, Perdana Menteri Abdiweli Mohamed Ali
182Amniyat adalah badan inteligen Al- Shaabab yang bertugas untuk melakukan pembunuhan,
perencanaan dan pelaksanaan misi bom bunuh diri. Dikutip dari Strategic Intelligence Service
Counter Terrorism and National Security Intelligence, “Al- Shaabab Amniyat Divison Masterminds
of Terror Attacks” [database on-line], Internet; Diunduh pada 5 Juli 2015; Tersedia di
http://www.intelligencebriefs.com/kenya-to-launch-special-anti-terror-phone-and-internet-tap-
plan-against-al-shabaab-amniyat-division/ 183African Union, Incident Preliminary Analysis: Top Al- Shaabab Figure Killed in Airstrike,
ACSRT/Incident-Preliminary-Analysis-003-2015, Februari 2015, hal 2 184Center for Civilian in Conflict, 2012, The Civilian Impact of Drones: Unexamined Costs,
Unanswered Questions (USA: Center for Civilians in Conflict (formerly CIVIC) and Human Rights
Clinic at Columbia Law School), hal. 20
64
mengatakan bahwa ia tidak keberatan dengan serangan pesawat tak berawak AS
selama ada koordinasi dengan Pemerintah Somalia.185 Kemudian dilanjutkan oleh
Omar Jamal, perwakilan tetap Somalia untuk PBB, mengatakan bahwa Pemerintah
Somalia berkoordinasi dengan NATO, AS, dan Inggris, telah diinformasikan terkait
penggunaan pesawat tak berawak, dan mereka menyetujui dengan mengupayakan
kondisi untuk menghindari korban sipil.186
Melalui wawancara dengan Abdi Dirshe, Sekretaris Permanen Biro
Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Somalia, dia berkata bahwa:
The Somali government has offered amnesty to all Al-Shabab members and
its leadership if they renounce violence. Godane decided to continue waging
extreme violence against the people of Somalia.187
Pemerintah Somalia telah menawarkan amnesti kepada para anggota dan
pemimpin Al- Shaabab untuk menghentikan tindakan kekerasan. Godane
memutuskan untuk melanjutkan dan melancarkan serangan kekerasan
terhadap warga Somalia. (Terjemahan penulis)
Dari hasil wawancara tersebut, dapat dikatakan bahwa AS dan pemerintah
Somalia telah berupaya untuk menyelesaikan konflik damai dengan Al- Shaabab.
Namun, Godane teguh pendirian untuk melawan, dan akhirnya tewas melalui
serangan drones AS. Penulis melihat bahwa AS dan Somalia akan terus
185Ibid, hal. 18. Dikutip dari Julian E. Barnes, “US Expands Drone Flights to Take Aim at
East Africa,” The Wall Street Journal, September 21, 2011. 186Ibid, hal. 18. Dikutip dari Press Conference: Omar Jamal, April 4, 2012,
http://www.unmultimedia.org/tv/webcast/2012/04/press-conference-omarjamal-somalia.html (at
10:49); see also “Mr. Omar Jamal (Somalia) on the outcome of London Conference,” Press
Conference, April 3, 2012, http://www.unmultimedia.org/tv/webcast/2012/04/press-conference-mr-
omar-jamal-somalia-on-the-outcome-oflondon-conference.html (at 12:50). 187Abdi Dirshe, lihat lampiran II transkip wawancara via email, pertanyaan nomer 6.
65
mengupayakan perdamaian dengan pihak Al- Shaabab. Kematian Godane
diharapkan dapat mewujudkan penyelesaian damai dengan melakukan dialog.188
Strategi light footprint yang awalnya sebagai alternatif untuk menyerang
pasukan Al- Shaabab telah berkembang menjadi kebijakan prioritas utama AS
dalam memerangi terorisme di Somalia. Kematian Pemimpin utama Al- Shaabab
dan beberapa petinggi lainnya dalam serangan pesawat tak berawak AS telah
melemahkan kelompok ini. Meskipun demikian, AS tetap waspada akan
keberlanjutan dari kelompok yang berafiliasi dengan Al- Qaeda tersebut. Bahkan,
Presiden Obama dalam pidatonya masih sering menyerukan: “Let’s kill the people
who trying to kill us.”189 Pernyataan tersebut sebagai bentuk kekhawatiran AS
terhadap kondisi perkembangan Al- Shaabab di tahun mendatang.
b. Pengumpulan Informasi Intelijen
Spy atau mata-mata sangat diperlukan untuk mengetahui perkembangan yang
dicapai oleh musuh. Central Intelligence Agency (CIA) adalah lembaga inteligen
AS yang turut terlibat dalam mengawasi kelompok Al- Shaabab.190 Keterlibatan
CIA di Somalia berhubungan dengan kebijakan kontraterorisme sebagai
keberlanjutan dari tragedi 9/11 tahun 2001.
188Lihat wawancara lampiran II, pertanyaan nomer 6. 189Scott Shane, Drone Strikes Reveals Uncomfortable Truth: U.S is Often Unsure About Who
Will Die,23 April 2015 [databae on-line], Internet; Diunduh pada 10 Juli 2015; Tersedia di
http://www.nytimes.com/2015/04/24/world/asia/drone-strikes-reveal-uncomfortable-truth-us-is-
often-unsure-about-who-will-die.html?_r=0 190CIA adalah agen rahasia sebagai pusat informasi , wawasan, bertindak secara konsisten
memberikan keuntungan taktis dan strategis bagi Amerika Serikat. Dikutip dari website CIA;
Tersedia di https://www.cia.gov/about-cia/cia-vision-mission-values
66
Kehadiran CIA di Somalia sebagai upaya kontraterorisme bukan untuk
melakukan operasi langsung terhadap Al- Shaabab, melainkan hanya menyarankan
dan melatih agen Somalia.191 Para agen tersebut menyebar di seluruh wilayah
Somalia secara rahasia, bertugas untuk mencari informasi keberadaan Al- Shaabab.
Uniknya, inteligen Somalia tidak digaji Pemerintah Somalia, melainkan oleh
Pemerintah AS senilai $200 perbulan.192 Hal ini dikarenakan kekuatan Pemerintah
Federal Somalia yang masih tergolong lemah mengharuskan AS untuk mengambil
alih peran tersebut.
Saat ini CIA memiliki dua basis di Mogadishu, yaitu di daerah bandara yang
disebut “Pink House” dan diawasi ketat oleh inteligen Somalia dan penjara rahasia
bawah tanah yang dijadikan sebagai Markas National Security Army (NSA)
Somalia.193 Keberadaan kedua markas tersebut telah dikonfirmasi kebenarannya
oleh The Nation, adapun sumber yang memberikan informasi diantaranya pejabat
senior intelijen Somalia; anggota senior Pemerintah Federal Transisi Somalia
(TFG); mantan tahanan yang ditahan di penjara bawah tanah; dan beberapa analis
Somalia dan para pemimpin milisi, yang mana beberapa diantaranya telah bekerja
dengan agen AS, termasuk dari CIA.194
Sejauh ini, CIA terlihat berjalan sendiri dalam memperkuat agen Somalia. AS
tidak bekerjasama dengan Pemerintah dalam hal inteligen karena krisis
191Jeremy Scahill, The CIA’s Secret Sites in Somalia, The Nation; 10 Desember 2014
[database on-line]; Internet; Tersedia di http://www.thenation.com/article/cias-secret-sites-somalia/ 192Ibid 193Jeffrey Gettleman, Mark Mazzetti, dan Eric Cshmitt, US Relies on Contractors in Somalia
Conflict, The New York Times, 10 Agustus 2011 194Jeremy Scahill, The CIA’s Secret Sites in Somalia, The Nation; 10 Desember 2014
[database on-line]; Internet; Tersedia di http://www.thenation.com/article/cias-secret-sites-somalia/
67
kepercayaan oleh AS terhadap TFG yang dinilai masih sangat korup dan tidak dapat
dipercaya.195
Data-data yang diperoleh dari berbagai sumber di atas dapat diketahui bahwa
CIA adalah perpanjangan tangan AS di Somalia yang berfungsi sebagai pusat
informasi dan pengawasan terhadap aksi terorisme Al- Shaabab. Kerjasama yang
dijalin oleh CIA dengan inteligen Somalia menjadi suatu upaya AS untuk
meningkatkan kinerja inteligen Somalia. Yang menjadi hambatan adalah kinerja
inteligen Somalia yang masih terpisah dari Pemerintah TFG akibat
ketidakpercayaan AS terhadap Pemerintah Somalia.
2. Dukungan Amerika Serikat Terhadap Pemerintah Federal Transisi
Somalia (TFG) dan Misi Perdamaian Uni Afrika di Somalia (AMISOM)
Isu terorisme yang berkembang pasca tragedi 9/11 menjadi prioritas kebijakan
luar negeri AS. Terorisme Al- Qaeda dan afiliasinya menjadi target utama AS
dalam Perang melawan Terorisme. Al- Shaabab sebagai afiliasi Al- Qaeda di
Somalia turut menjadi target serangan AS. Sehubungan dengan hal tersebut, AS
memberikan dukungan penuh terhadap Pemerintah Transisi Somalia dan AMISOM
sebagai misi regional Uni Afrika di Somalia.
Sesuai dengan input kebijakan luar negeri Rosenau, dukungan AS terhadap
TFG lebih kepada pembentukan aliansi, sedangkan dukungan terhadap AMISOM
berhubungan dengan great power structure.
195Jeffrey Gettleman, Mark Mazzetti, dan Eric Cshmitt, US Relies on Contractors in Somalia
Conflict, The New York Times, 10 Agustus 2011
68
a. Pemerintah Federal Transisi Somalia (TFG)
Setelah mengalami hubungan yang fakum selama 22 tahun, akhirnya AS
memberikan pengakuan secara resmi kepada Pemerintahan Federal Transisi
Somalia pada pada 17 Januari 2013.196 Pemerintah Somalia telah berhasil
melakukan transisi politik pada tahun 2012 dengan terpilihnya Hassan Sheikh
Mohamud sebagai Presiden.197 Kemajuan politik Somalia menjadi awal hubungan
yang baik antara AS- Somalia.
Namun, keberadaan Al- Shaabab di Somalia adalah tantangan terberat TFG
dalam mengupayakan kestabilan wilayah. Kelompok Al- Shaabab adalah gerakan
separatis yang berkembang menjadi gerakan terorisme internasional dan telah
berafiliasi dengan Al- Qaeda di tahun 2012,198 menjadi alasan priotitas AS di
Somalia.
Sebagai langkah peningkatan hubungan dengan TFG, beberapa upaya yang
dilakukan AS dalam menghadapi permasalahan di Somalia, antara lain:199
1. Memberikan bantuan kemanusiaan di Somalia untuk masalah kekeringan,
kelaparan dan pengungsi.
196Bureau of African State, US-Somalia Relation, 2013 [Database On-line] Internet; Diunduh
pada 10 Juni 2015; Tersedia di http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2863.htm 197BBC, Somali Election: Hassan Sheikh Elected as Presiden [BBC News: 11 Sepetember
2012]; Internet, diunduh pada 10 Juli 2015; tersedia di http://www.bbc.co.uk/news/world-africa-
19540325 198\Holly Yan, What is Al-Shaabab, and what does it want? [Database on-line]; Internet,
diunduh pada 10 Maret 2015; Tersedia di http://edition.cnn.com/2015/04/02/world/africa/al-
shabaab-explainer/ 199Bureau of African State, US-Somalia Relation, 2013 [Database On-line] Internet; Diunduh
pada 10 Juni 2015; Tersedia di http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2863.htm
69
2. Peningkatan hubungan ekonomi melalui ekspor dan impor antara kedua
negara.
3. Somalia telah terdaftar sebagai anggota dalam beberapa organisasi
internasional, termasuk PBB, IMF, dan Bank Dunia.
4. AS melakukan dialog rutin dengan para pejabat Somalia dan pemangku
kepentingan lainnya di Somalia melalui Kedutaan Besar AS di Kenya,
yang juga menangani cakupan konsuler untuk Somalia.
Selain itu, AS juga berkomitmen untuk mengembangkan pasukan keamanan
Somalia yang mandiri. Kegiatan tersebut diwujudkan melalui pelatihan militer oleh
AS terhadap Tentara Nasional Somalia.200 Wendy R. Sherman, wakil menteri
urusan politik AS di dalam pidatonya mengatakan bahwa Departemen Luar Negeri
AS telah mengeluarkan dana lebih dari $ 170 juta untuk merekrut dan melatih
kekuatan militer yang diperuntukkan dalam melindungi lembaga dan warga negara.
Kekuatan tersebut beroperasi dibawah kontrol sipil, dan menghormati hak asasi
manusia, serta hukum internasional.201
Kampanye melawan al-Shabaab merupakan bagian penting dari perjuangan
Somalia untuk mencapai kestabilan. Kebijakan AS dalam mendukung upaya
kestabilan dan keamanan TFG dipandang sebagai awal pembentukan aliansi AS-
Somalia. Sistem internasional yang multipower mendorong negara-negara great
power untuk menjalin aliansi sebagi mitra jangka panjang.
200Lihat lampiran 1, wawancara David Shinn. 201Wendy R. Sherman, U.S Foreign Policy in Somalia, 3 Juni 2014[Naskah Pidato]; Internet,
diunduh pada 10 Juni 2015; Tersedia di http://www.state.gov/p/us/rm/2014/227079.htm
70
b. Misi Perdamaian Uni Afrika di Somalia (AMISOM)
Selain dukungan terhadap TFG, AS juga turut berkontribusi dalam
mewujudkan misi Uni Afrika di Somalia. AMISOM adalah misi penjaga
perdamaian regional yang dioperasikan oleh Uni Afrika dengan persetujuan
PBB.202 Sebagai misi regional, AMISOM merupakan hasil dari kontribusi pasukan
negara-negara Uni Afrika yang siap dikirimkan ke Somalia. Berikut ini adalah
jumlah pasukan dari setiap negara yang tergabung dalam AMISOM:
Tabel IV.A.1. Negara-Negara Pendonor Pasukan AMISOM
No TCCs Commencement Number of Troops
1 Burundi December, 2007 5,432
2 Djibouti December, 2011 960
3 Kenya February, 2012 4,652
4 Sierra Leone April, 2012 850
5 Uganda March, 2007 6,223
Sumber: Africa Series (2014)203
AS sebagai negara great power turut memberikan dukungan terhadap
AMISOM. Sebagai bentuk dukungan, Pemerintah AS telah menyediakan peralatan
dan pelatihan untuk negara-negara pendonor pasukan di dalam AMISOM.
Peralatan tersebut diberikan secara langsung kepada negara-negara yang
berkontribusi pasukan dan diawasi oleh Departemen Luar Negeri.204 Sejak
pengoperasiannya awal tahun 2007, AS telah memberikan dana bantuan sebesar $
512.000.000 kepada AMISOM.205
202AMISOM, AMISOM Background [Database on-line]; Internet, diunduh 10 Juli 2015;
Tersedia di http://amisom-au.org/amisom-background/ 203Daniel E. Agbiboa, Davies Paper Memorial Institute of International Studies, Africa Series,
No. 3, Maret 2014, hal. 3 204Wendy R. Sherman, U.S Foreign Policy in Somalia, 3 Juni 2014[Naskah Pidato]; Internet,
diunduh pada 10 Juni 2015; Tersedia di http://www.state.gov/p/us/rm/2014/227079.htm 205Ibid, hal. 4
71
Dukungan dan kontribusi terhadap AMISOM adalah upaya AS dalam
menjaga eksistensinya di lingkungan internasional. Kehadiran kekuatan-kekuatan
baru, muncul dan berupaya mengimbangi kekuatan AS merupakan bukti perubahan
sistem internasional yang multipolar.206 Beberapa aktor baru di Afrika, seperti
China, Uni Eropa menjadi tantangan tersendiri bagi AS di wilayah Afrika Timur.
Perang Melawan Terorisme adalah kebijakan sekaligus alat yang digunakan AS
untuk lebih spesifik terlibat dalam kasus di Somalia.
3. Pemberian Bantuan Melalui United States Agency International
Development (USAID)
Keterlibatan AS dalam situasi Somalia yang tidak stabil, dipengaruhi oleh
beberapa hal. Pertama, berhubungan dengan peningkatan hubungan AS-Somalia;
Kedua, terkait krisis kemanusiaan dan pemerintahan, dan; Ketiga, isu terorisme
yang telah berkembang dan menjadi ancaman terhadap Somalia. Ketiga faktor ini
sesuai dengan sumber kebijakan luar negeri yang didefenisikan oleh Rosenau, yaitu
systemic sources yang menjadi foreign policy inputs meliputi isu area dan krisis.
USAID merupakan organisasi bantuan asing pertama yang menekankan
bantuannya pada bantuan jangka panjang dan gerakan sosial. Bantuan-bantuannya
ini terbebas dari unsur politik dan militer sehingga bisa secara langsung
memberikan bantuannya kepada negara-negara berkembang di dunia.207 Tujuan
206Julian Culp dan Johannes Plagemann, Hoorai for Global Justice? Emerging Democracies
in a Multipolar World, GIGA Research Programme: Power, Norms, and Governance in International
Relations, No. 242, December 2013, hal. 8 207USAID, Energy Sector Governance Strengthened, 497-013 [Database On-line]; Internet,
diunduh pada 10 Agustus 2015; Tersedia di http://www.usaid.gov/pubs/cbj2002/ane/id/497-
013.html
72
dari didirikannya USAID sendiri yaitu untuk memberikan bantuan yang benar-
benar dibutuhkan oleh negara-negara didunia dan membantu negara-negara didunia
dalam mempertahankan kemerdekaan mereka.208
AS mengeluarkan berbagai kebijakan di Somalia guna mempromosikan
stabilitas politik dan ekonomi, mencegah penggunaan Somalia sebagai surga bagi
terorisme internasional, dan meringankan krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh
konflik berkepanjangan, kekeringan, kemiskinan, dan tata kelola yang buruk.209
Ditambah dengan komitmen AS untuk membantu pemerintah Somalia dalam
memperkuat lembaga-lembaga demokrasi, meningkatkan stabilitas dan keamanan,
dan memberikan hasil untuk rakyat Somalia.210
Sebagaiaman dijelaskan diatas, AS melalui USAID adalah lembaga bantuan
yang berupaya untuk membangun negara dari keterpurukan yang diakibatkan oleh
krisis kemanusiaan maupun ancaman terorisme. Kesungguhan USAID dalam
membantu permasalahan Somalia terlihat jelas dari diagram dibawah ini:
208Ibid 209Hassan Mahadallah, US-Somalia Relation: Some Complicating Factors [database on-line];
Internet, diunduh pada 10 Juli 2015; Tersedia di http://somalitalk.com/2007/mahadallah/index.html 210Bureau of African State, US-Somalia Relation, 2013; Tersedia di
http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2863.htm
73
Gambar IV.A.1. Presentase Bantuan bilateral dan multilateral tahun 2007-2011
Sumber: Global Humanitarian Assistance
Dari gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa AS telah lama mengirimkan
bantuan luar negerinya ke Somalia. Terhitung dari tahun 2007 sampai 2011, USAID
telah memberikan dana bantuan sebesar $862,8 juta. Bantuan Pembangunan
tersebut diperuntukkan untuk AS mendukung pembentukan Pemerintahan Nasional
pasca-transisi yang mendorong Somalia untuk bersatu dalam jangka panjang.211
Bantuan AS terhadap Somalia kembali meningkat pasca pengakuannya
terhadap Pemerintahan Hassan Sheikh Ahmed tahun 2012 silam. Wendy Sherman
(2014), dalam pidatonya, menyampaikan bahwa AS telah memberikan dana lebih
dari $315 juta bantuan bilateral. Kontribusi dana tersebut dirancang untuk
memperkuat sektor publik dan swasta, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan
akses ke teknologi modern, dan memperbaiki iklim untuk industri kunci seperti
pertanian, peternakan, dan energi.212
Dari seluruh kebijakan yang telah diupayakan AS di Somalia, penelitian ini
berpandangan bahwa keberhasilan TFG dalam masa transisi juga tidak lepas dari
211Bureau of African State, US-Somalia Relation, 2013, tersedia di
http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2863.htm 212Wendy R. Sherman, U.S Foreign Policy in Somalia, 3 Juni 2014[Naskah Pidato]; Internet,
diunduh pada 10 Juni 2015; Tersedia di http://www.state.gov/p/us/rm/2014/227079.htm
74
bantuan AS. Hal ini berdasar pada tantangan besar TFG di Somalia adalah Al-
Shaabab. AS mengambil peran penting dalam melemahkan gerakan Al- Shaabab
melalui kebijakan light footprints dengan penggunaan drones strike dan peran CIA
yang secara efektif menewaskan para Pemimpin kelompok tersebut.
Kontribusi AS terhadap TFG dan AMISOM melalui persenjataan dan
pelatihan militer, diasumsikan memiliki keterkaitan dengan hubungan jangka
panjang dalam peningkatan kapabilitas militer. USAID menjadi lembaga yang
efektif dalam menyalurkan bantuan dana kemanusiaan AS di Somalia. Sehingga,
dapat disimpulkan bahwa kebijakan AS dalam memerangi terorisme Al- Shaabab
mencapai keberhasilan. Tapi tetap perlu diingat, ancaman tak terduga dapat terjadi
kapanpun, dan dimana saja.
B. Analisis Kepentingan Amerika Serikat
AS sebagai negara yang memiki peran penting dalam Perang Dunia memiliki
keyakinan yang tinggi terhadap situasi internasional yang anarki. Sehingga, AS
selalu mengedepankan kepentingan nasional dalam perumusan kebijakan luar
negerinya. Hal ini sesuai dengan argumen Hans Morgenthau, bahwa: “Tujuan dari
kebijakan luar negeri harus didefinisikan dalam hal kepentingan nasional.”213
Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini menilai bahwa kepentingan
nasional AS dalam memerangi terorisme Al- Shaabab di Somalia adalah untuk
213Gasimov Sayavush, The National Interest In International Relations Theory. Hal. 2.
Dikutip dari Morgenthau, H.J.(1985), Politics Among Nations. New York.
75
menjaga popularitasnya sebagai satu-satunya negara Adidaya dan Membendung
kekuatan China yang semakin berkembang di wilayah Afrika.
1. Amerika Serikat Sebagai Negara Hegemon Dunia
Kepemimpinan Global merupakan istilah yang tepat untuk menjelaskan peran
AS di dunia pasca Perang Dingin. Istilah tersebut menggambarkan peran AS
sebagai hegemon global yang memerlukan dana besar dan memiliki resiko tinggi.214
Kepemimpinan politik dan militer global yang tidak memadai dan berbahaya
menjadi dasar kebijakan. Artinya, AS sebagai negara hegemoni bertanggung jawab
dalam seluruh aspek kehidupan dunia baik di bidang politik, ekonomi, dan
keamanan.215
Sebagaimana dijelaskan pada bab dua, tragedi 9/11 sebagai momentum
awal perubahan konsepsi keamanan AS telah menempatkan Al- Qaeda sebagai
musuh utama dunia.216 Dan diketahui bahwa kelompok tersebut telah memiliki
jaringan dengan berbagai kelompok ekstrimis Islam lainnya di seluruh penjuru
dunia, salah satunya adalah kelompok Al- Shaabab di Somalia.
Keterlibatan Al- Shaabab dalam berbagai serangan baik di internal dan
eksternal Somalia merupakan tantangan serius dalam kawasan Afrika Timur.
Tumbuhnya permasalahan kompleks sebagai dampak dari kehancuran rezim Siad
Barre, menjadi momentum awal terciptanya kekacauan, kemiskinan, kelaparan, dan
214 Barbara Conry, U.S. “Global Leadership”: A Euphemism for World Policeman [paper
analisis]; Internet, diunduh pada 7 November 2015; Tersedia di http://www.cato.org/pubs/pas/pa-
267.html 215 Ibid 216 George W Bush, 9/11 Address to the Nation: A Great People has been Moved to defend a
Great Nation, diunduh pada 5 Mei 2014; Tersedia di
http://www.americanrhetoric.com/speeches/gwbush911addresstothenation.htm
76
tindakan anarkis yang kian meningkat.217 Pergerakan Al- Shaabab sejak awal 2006
semakin memperparah situasi, yang berujung pada sulitnya penyelesaian konflik.
Keputusan AS untuk melakukan intervensi di Somalia adalah tepat jika
dihubungkan dengan posisinya sebagai great power sekaligus polisi dunia. Sebagai
polisi, AS memiliki peran penting dalam misi operasi perdamaian. Kewajiban
utama pasukan militer internasional adalah untuk memberikan keamanan bagi
penduduk sipil, tanpa adanya gangguan dari pasukan militer asing yang
mengganggu ketertiban umum.218
Pada Juni 2014, dalam pidato pembukaannya, Wendy Sherman (wakil
menteri urusan politik AS) menyampaikan beberapa hal yang menjadi tujuan
intervensi AS dalam mewujudkan perdamaian dan keamanan di Somalia,
diantaranya: Pertama, AS berkepentingan dalam membantu seluruh negara Afrika
dalam mempertahankan momentum ekonomi dan meningkatkan hubungan dengan
negara-negara yang berkontribusi terhadap stabilitas, kemakmuran, dan
perdamaian. Kedua, keamanan dan kedaulatan Somalia akan melemahkan kekuatan
ekstremisme dan teror yang mengancam warga di hampir setiap negara, termasuk
Amerika Serikat.219
Ketiga, terwujudnya kestabilan Somalia memungkinkan pengungsi Somalia
di luar negeri dapat kembali ke negaranya dan pengungsi dalam negeri kembali
kerumah masing-masing. Sehingga mendorong pertumbuhan dalam negeri dan
217Peter T. Leeson, “Better off Stateless: Somalia before and after government collapse”,
Journal of Comparative Economics 35 (2007) hal. 689-710 218Robert M. Perito, U.S Police in Peace and Stability Operation [Special Report], United
States Institute of Peace, 2007 219Wendy R. Sherman, U.S Foreign Policy in Somalia, 3 Juni 2014 [Naskah Pidato]; Internet,
diunduh pada 10 Juni 2015; Tersedia di http://www.state.gov/p/us/rm/2014/227079.htm
77
mengurangi tekanan politik di wilayah negara tetangga. Keempat, semua bangsa
maritim akan mendapatkan keuntungan jika pembajakan dapat diatasi secara
permanen, dan. Kelima, kestabilan ekonomi, guna mengurangi ketegangan penjaga
perdamaian Afrika dan membuatnya lebih mapan dalam menanggapi krisis di
tempat lain.220
Berdasarkan kelima alasan di atas dan ditambah dengan pertimbangan
ancaman gerakan Al- Shaabab, Somalia menjadi salah satu prioritas AS pada saat
ini. Hal tersebut juga berkaitan dengan sejarah hubungan kedua negara yang telah
dijalin sejak kemerdekaan Somalia tahun 1960.221 Upaya dalam mewujudkan
perdamaian di Somalia menjadi bentuk rasa tanggung jawab AS sebagai salah satu
negara yang berkepentingan dalam memelihara ketertiban serta keamanan dunia.
Dengan demikian, hal ini sesuai dengan tugas AS sebagai negara hegemon dunia.
Pernyataan afiliasi Al- Shaabab dengan Al- Qaeda pada tahun 2012
menunjukkan adanya transformasi Al- Shaabab dari gerakan separatis menjadi
gerakan terorisme internasional yang dapat menjadi ancaman global. Namun, David
Shinn, seorang mantan Duta Besar AS di Ethiopia ( 1996-1999) berkata bahwa:
“Even if Al- Shaabab makes a policy decision to become a global threat,
I don’t think it can became the equivalent of Al- Qaeda”222
Walaupun Al- Shaabab memutuskan untuk menjadi ancaman global, saya
tidak yakin bahwa kelompok tersebut setara dengan Al- Qaeda. (terjemahan
penulis)
David meyakini bahwa Al- Shaabab bisa saja melakukan serangan di berbagai
negara Afrika Timur, namun ia optimis bahwa gerakan tersebut tidak akan mampu
220Ibid. 221Ibid 222Lihat wawancacara David Shinn. Lampiran 1
78
bergerak sebesar Al- Qaeda. Selain itu, David juga berargumen bahwa Al- Shaabab
bukanlah ancaman bagi internal AS meskipun sebagian warga Somalia yang
tergabung dengan Al- Shaabab telah berhasil masuk ke wilayah AS.223
Menyikapi pernyataan David tersebut, skripsi ini menilai bahwa AS justru
menjadi salah satu target sasaran Al- Shaabab paska afiliasinya dengan Al- Qaeda.
Beberapa hal yang menjadi dasar pemikiran skripsi ini adalah; Pertama, Al-
Shaabab telah melakukan perekrutan prajurit dari negara AS dan sekutunya224;
Kedua, AS telah mengirimkan berbagai video ancaman terror terhadap beberapa
mall di wilayah AS; Ketiga, Pergerakan Al- Shaabab tanpa Godane telah
mempersulit inteligen AS dalam mengontrol pergerakan Al- Shaabab.225 Jadi,
meskipun tindakan nyata dari terror Al- Shaabab terhadap AS belum terjadi, tidak
menutup kemungkinan bahwa Al- Shaabab telah membuat jadwal misterius dalam
penyerangan internal AS.226
Dari serangkaian kebijakan yang dikeluarkan oleh AS dalam mengatasi aksi
Al- Shaabab, tidak terlepas dari kepentingan AS dalam menjaga eksistensinya
sebagai negara hegemoni. Kehadiran AS dalam membantu mewujudkan
perdamaian dan kestabilan Somalia dari ancaman Al- Shaabab telah mencapai
keberhasilan sebagaimana dijelaskan pada sub bab pertama. Keberhasilan tersebut
dapat dilihat dari perluasan kontrol wilayah yang telah dicapai oleh Pemerintah
223Lihat wawancacara David Shinn. Lampiran 1 224Holly Yan, What is Al-Shaabab, and what does it want? [database on-line]; Internet,
diunduh pada 10 Maret 2015; Tersedia di http://edition.cnn.com/2015/04/02/world/africa/al-
shabaab-explainer/ 225 Ibid 226 Al- Shaabab Calls for Attackon Mall of America in New Video [database on-line];
Internet, diunduh pada 10 November 2015; Tersedia di
http://www.foxnews.com/world/2015/02/23/al-shabaab-reportedly-calls-for-attack-on-mall-
america-in-new-video/
79
Federal Somalia atas bantuan AS dari tahun 2012 hingga 2014. Perluasan tersebut
dapat dilihat dari peta di bawah ini:
Gambar IV. B.1. Wilayah Kontrol TFG Tahun 2012
Sumber: googlemaps.com
Gambar IV. B.2. Wilayah Kontrol TFG Tahun 2013
Sumber: googlemaps.com
80
Gambar IV. B.1. Wilayah Kontrol TFG Tahun 2014
Sumber: googlemaps.com
Ketiga gambar diatas memberikan pemahaman bahwa Al- Shaabab telah
mengalami penurunan eksistensi di Somalia. Terlihat dari banyaknya wilayah yang
lepas dan telah di kontrol oleh TFG. Kejayaan Al- Shaabab di Somalia sejak tahun
2007 hingga 2011 akhirnya kembali melemah paska intervensi AS di Somalia.
Meskipun kehadiran AS tidak serta merta secara langsung dilapangan, tetapi
kontribusi AS dalam melatih militer Somalia dan AMISOM, bantuan kemanusiaan
dan inteligen telah mengatur mundur Al- Shaabab. Akhirnya, kontribusi AS
memiliki fungsi yang signifikan dalam pemenuhan stabilitas keamanan Somalia,
meskipun era globalisasi telah mengantarkan dunia yang multipolar, AS tetap
berupaya menunjukkan diri sebagai satu-satunya negara hegemon global.
81
2. Membendung Kekuatan China di Wilayah Afrika Timur
Sebuah kenyataan yang diketahui secara global bahwa AS telah menjadi
Pemimpin Dunia tunggal. Berakhirnya Perang Dingin dan runtuhnya Uni Soviet
tahun 1991 telah membawa keberuntungan bagi AS dalam menikmati periode
unipolaritas dalam urusan global. Namun, abad ke-21 ditandai dengan munculnya
raksasa ekonomi yang mengakibatkan terciptanya pusat-pusat kekuasaan baru di
seluruh dunia. Salah satunya adalah kehadiran China yang dapat mengancam
keseimbangan abad ke-21 terhadap ekonomi AS.227
Abad ke-21 menjadi kondisi yang kurang menguntungkan bagi AS.
Berkembangnya aksi terorisme dan perputaran sistem internasional dari unipolar
menjadi multipolar menjadi tantangan serius bagi kelangsungan AS sebagai negara
adikuasa. Sehingga, dibutuhkan evaluasi kebijakan AS dalam upaya
mempertahankan posisinya di dunia.
Sebagaimana telah di sampaikan oleh Wendy sebelumnya, kehadiran AS di
Somalia berhubungan erat dengan masalah ekonomi dan stabilitas Somalia, serta
mengatasi perkembangan aksi terorisme Al- Shaabab. Pada kenyataannya,
penelitian ini menemukan bahwa AS memberikan dukungan kuat terhadap TFG
dan AMISOM berhubungan erat dengan kemunculan China dalam sektor ekonomi
yang sangat besar.228
227 Luke M. Herrington, U.S. Hegemonic Decline and the Rise of China [Essay]; Internet,
diunduh pada 7 November 2015; Tersedia di http://www.e-ir.info/2011/07/15/why-the-precarious-
rise-of-china-will-not-lead-to-global-hegemony/ 228Abukar Arman, Geopolitical Showdown in the Horn [database on-line]’ Internet, diunduh
pada 10 November 2015; tersedia di http://foreignpolicy.com/2015/06/01/geopolitical-showdown-
in-the-horn/
82
China adalah pemain yang semakin penting dalam politik, pembangunan
ekonomi, dan keamanan Afrika. Secara historis, China telah memprioritaskan
hubungan diplomatik yang kuat dan hubungan politik dengan negara-negara Afrika
dengan aspirasi ideologis berlabuh pada “solidaritas antara negara-negara Dunia
Ketiga”. Namun, sejak tahun 2001, China lebih mengejar sektor ekonomi dengan
fokus pada sumber daya alam Afrika yang berlimpah untuk bahan bakar
pertumbuhan domestik China.229
Pertumbuhan ekonomi China di Afrika tidak altruistik dan dipandu oleh
prinsip “saling menguntungkan” untuk kedua belah pihak. Dalam rangka "sumber
daya pengembangan," Beijing memobilisasi sumber keuangan negara untuk
berinvestasi secara luas dalam proyek-proyek infrastruktur di seluruh Afrika dan
ekstrak sumber daya alam sebagai imbalan. Pada bulan Juli 2012, Cina
menyediakan $ 20 miliar pembiayaan ke Afrika untuk blueprint strategis dalam tiga
tahun ke depan. 230
Afrika Timur bukanlah negara-negara prioritas kepentingan AS, namun
adanya peningkatan peran Cina mengkhawatirkan hilangnya pengaruh AS di Afrika
Timur, khususnya di Somalia. Untuk bersaing dengan kehadiran Cina dan melawan
konsekuensi negatif dari pendekatan China, AS harus menjadi lebih terlibat di
Afrika dengan strategi yang efektif. Pendekatan yang unik China juga memiliki
implikasi yang luar biasa pada peran AS dalam pemerintahan global dan masa
depan mitra di Afrika.
229 Yun Sun, China in Afrika: Implication for U.S Competition and Diplomacy (2013)
[database on-line]; Internet, diunduh pada 10 November 2015; Tersedia di
http://www.brookings.edu/research/reports/2013/04/china-africa-us-competition-diplomacy-sun 230Ibid
83
Pada Januari 2014, AS mengadakan US-Africa Summit di Gedung Putih yang
dihadiri oleh 51 Kepala Negara Afrika. Pertemuan tersebut bertema “Investasi pada
Generasi Berikutnya”. Pertemuan tersebut fokus pada masalah perdagangan dan
investasi di Afrika, serta menyoroti komitmen AS terhadap keamanan Afrika.
Banyak kalangan yang berpendapat bahwa pertemuan tersebut merupakan respon
AS terhadap pertumbuhan China di Afrika.231
Dalam kasus di Somalia, AS sangat berkomitmen dalam mengupayakan
keamanan dari aksi terorisme Al- Shaabab yang menjadi faktor penghambat
kestabilan Somalia. Pengakuan AS atas Pemerintah Federal Somalia, dan
serangkaian bentuk bantuan militer dan kemanusiaan AS diyakini sebagai upaya
AS dalam membendung pengaruh kekuatan China yang sedang berkembang di
wilayah Afrika.
231 Dane Erickson, The U.S-Afrika Leaders Summit: It’s Not Just About Competition With
China [database on-line]; Internet, diunduh pada 10 November 2015; Tersedia di http://www.the-
american-interest.com/2014/07/24/its-not-just-about-competition-with-china/
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dinamika hubungan AS dan Somalia dipenuhi oleh berbagai tantangan. AS
telah menarik misinya dari Somalia sebanyak dua kali; Pertama, penarikan
perwakilan diplomatik paska runtuhnya rezin Siad Barre tahun 1991; Kedua,
pengiriman misi kemanusiaan tahun 1992 hingga tahun 1994 mengalami
kegagalan. Situasi yang kurang baik mengharuskan AS menarik pasukannya dari
Somalia.
Tragedi 11 September 2001 menjadi alasan kampanye Perang Melawan
Terorisme dan menjadikannya sebagai agenda utama AS dalam kebijakan luar
negerinya. Keberadaan kelompok Al- Shaabab yang berafiliasi resmi dengan Al-
Qaeda sejak tahun 2012 telah melancarkan berbagai serangan di wilayah Somalia,
dan luar Somalia. AS sebagai pelopor “war on terrorism” turut serta dalam
menghadapi Al- Shaabab.
Pada bab kedua penelitian ini ditemukan bahwa AS sangat sungguh-sungguh
dalam memerangi terorisme. George Bush sebagai “Bapak War on Terrorism” dan
Obama sebagai Presiden yang masih menjabat di tahun 2014 telah konsisten dalam
melanjutkan kebijakan dalam memerangi terorisme dunia.
Kemudian, pada bab tiga juga ditemukan bahwa kelompok Al- Shaabab yang
berbasis di Mogadishu, ibukota Somalia telah berkembang menjadi terorisme
internasional, ditandai dengan afiliasi resminya di tahun 2012. Serangan di
85
Kampala, Uganda tahun 2010; Serangan Westgate Mall tahun 2013 di Nairobi,
Kenya, serta; Keterlibatan warga berdarah Amerika-Somalia yang tergabung
bersama Al- Shaabab membuktikan bahwa kelompok ini bukan hanya gerakan
separatis yang ingin menguasai Somalia, tetapi telah berkembang menjadi gerakan
ekstrimis Islam yang berpotensi menjadi ancaman regional Afrika, bahkan dunia.
Bab empat penelitian ini fokus pada jawaban mengenai analisis kebijakan AS
dalam mengatasi perkembangan aksi Al- Shaabab. Dari analisis tersebut, penelitian
ini akhirnya menemukan lima kesimpulan. Pertama, kebijakan utama AS melalui
Strategi Light Footprint, dengan memanfaatkan badan inteligen dan penggunaan
pesawat tak berawak telah mengalami keberhasilan. Kematian beberapa figur
penting Al- Shaabab menjadikan kelompok ini semakin lemah, dan kemungkinan
dapat dibubarkan.
Kedua, kebijakan AS melalui dukungan terhadap Pemerintah Federal Transisi
Somalia berimplikasi pada peningkatan aliansi antara kedua negara, terutama dalam
kerjasama melawan terorisme. Ketiga, dukungan AS terhadap AMISOM adalah
bentuk rasa tanggung jawab AS sebagai negara super power. Disisi lain, dukungan
tersebut juga sebagai upaya dalam mempertahankan kedudukan AS dari aktor lain
yang berupaya mengimbangi posisi AS di dunia. Perkembangan ekonomi dan
militer China menjadi salah satu alasan AS memfokuskan kebijakannya di Afrika.
Dengan kata lain, hal tersebut sebagai bentuk kekhawatiran AS terhadap China
yang semakin berkembang.
Keempat, pemberian batuan melalui USAID adalah upaya AS dalam
mempertahankan negara kemerdekaan Somalia. Bantuan dana dikirimkan USAID
86
sebagai upaya dalam meningkatkan pembangunan dan perencanaan tata ruang
kelola internal Somalia. Kelima, kebijakan-kebijakan yang diambil oleh AS
tersebut tidak terlepas dari alasan kepentingan nasionalnya terhadap Somalia.
Terorisme Al- Shaabab adalah ancaman keamanan yang menjadi tanggung jawab
AS dalam kerangka posisinya sebagai negara hegemon global.
Negara hegemon bertugas untuk mengontrol dan mengupayakan keamanan
bagi setiap negara dari segala bentuk ancaman. Selain itu, Situasi internasional yang
multipolar telah memunculkan kekuatan raksasa baru seperti China. Kekuatan
China dalam sektor ekonomi diyakini mampu menyaingi kekuatan AS, diikuti
dengan kekuatan-kekuatan lain seperti Rusia, India, dan Iran juga turut menjadi
saingan AS.
xiii
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Beyer, Anna Comelia. Hegemony and Power in Global War on Terrorism (Berlin:
Global Power Shift, 2012)
Creswell, John W. Educational Research: Palnning, Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qualitatif Research. Edisi keempat (Boston: Pearson,
2008)
Center for Civilian in Conflict, The Civilian Impact of Drones: Unexamined
Costs, Unanswered Questions (USA: Center for Civilians in Conflict
(formerly CIVIC) and Human Rights Clinic at Columbia Law School,
(2012)
Freedman, Leonard., Power & Politics in America: Sevent Edition, (USA:
Harcourt Collage, 2000)
Gerges, Fawaz A. The Rise and Fall of Al- Qaeda (New York: Oxford University
Press, Inc, 2011)
Gunaratna, Rohan. Inside Al- Qaeda: Global Network of Terror (New York:
Cloumbia University Press, 2002)
Hendropriyono, A.M., Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam:
Terorisme Jaringan Al- Qaeda (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara,
2009)
Holsti, K.J., International Politics: A Framework for Analysis (U.S.A: Prentice
Hall , Inc., Engleewood Cliff, N. J, 1997)
Howen, Nick., Military Force and Criminal Justice: The US Response to 11
September and International Law (Jenewa: The International Council on
Human Rights Policy, 2002)
International Monetary Fund, World Economic Outlook: Crisis and Recovery
(Washington, DC: International Monetary Fund, 2009)
Jacson, Robert dan George Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)
Lawrence, Neuman W. Basic of Social Research: Qualitative and Quantitative
Approach (The United States: Pearson education Inc, 2007)
Lujan, Major Fernando M., Light Footprints voices The Future of American
Military Intervention, (USA: Voice From the Field, Center for a New
American Security,2013)
Michael, Nicholson. Formal Theories In International Relations (New York:
Cambridge University Press, 1990)
Roesenau, James N. The Study of Foreign Policy (New York: Free Press, 1972)
xiv
Rudy, T. May. Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca
Perang dingin (Bandung: Refika Aditama, 2002)
Salah, Muhammad. Secret Relationship between al-Zawahiri and bin Laden: The
Juhad Turned bin Laden into a Mujahid (Cairo: Al- Hayat, 1998)
Shafir, Gershon, Everard Meade, and William J. Aceves, eds. From Moral Manic
to Permanent War: Lesson and Legacies of the War on Terror (London:
Routledge, 2013)
Suryanto, Bagong dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan (Jakarta: Kencana, 2007)
Perwita, Anak Agung Banyu dan Yayan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006)
Jurnal
Attuquayefio, Philip “Drones, The US And The New Wars In Africa”, Journal Of
Terrorism Research, Vol. 5, Issue 3, (2014)
Bartell, Dawn l. dan David H. Gray., “Hezbollah and Al Shaabab in Mexico and
the Terrorist Threat to the United States”, Global Security Studies, Vol. 3,
Issue 4 (2012)
Boussios, Emanuel., “Changing The Rules of War: The Controversies
Surrounding the United States’ Expanded Use of Drones”, Journal of
Terrorism Research , Vol. 6, Issue 1 (2015)
Byman, Daniel.,“Remaking Alliances for the War on Terrorism”, The Journal of
Strategic Studies Vol. 29, No. 5 (2006)
Hartati, Anna Yulia., “Konflik Internal Somalia dalam Konteks Perang Sipil,”
SPEKTRUM Jurnal Ilmu Politik Hubungan internasional, Vol. 8, No. 1,
(2011)
Ibrahim, Mohamed, “The Al- Shaabab Myth: Notoriety not Popularity,” National
Centre of Excellence for Islamic Studies, Vol 3. No. 5 (2010)
Ilma Ghaisany Sja, Adlini, “Tracing Al Shabaab’s Decision to Cooperate with Al
Qaeda in Somalia (2008)”, Journal of Terrorism Research, Vol. 5, Issue 1 (
2014)
Leeson, Peter T., “Better off Stateless: Somalia before and after government
collapse,” Journal of Comparative Economics 35 (2007) Sjah, Adlini Ilma
Ghaisany., “Tracing Al-Shaabab’s Decision to Cooperate with Al- Qaeda in
Somalia”, Journal of Terrorism Research, Vol 5. Issue 1 (2008)
Meri, Lisa., “Terorisme Tindak Pidana Transnasional Dalam Pengadilan
Nasional”, Jurisprudentie, Vol. 1, No. 2 (2014)
Nuchterlein, Donald.,”The Concept of National Interest: A Time for New
Approach”, orbish, vol. 23, (1979)
xv
Odowa, Abdullahi M., “Somalia Clan and State Politics: What can current leaders
in Somalia learn from their past history?”, The ITPCM International
Commentary, Vol. IX, No 34 (2013)
Safitri, Isma Athriya “Pemberian Bantuan Amerika Serikat kepada
Somaliasebagai Bentuk Pembendungan Kekuatan Cina di Afrika”, Jurnal
Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1 (2014)
Tanod, Witny., “Analisis Yuridis Terhadap Penggunaan Kekuatan Bersenjata
Dengan Menggunakan Pesawat Tanpa Awak (Unmanned Drones) Dalam
Hukum Internasional”, Lex Crimen, Vol.II. No.1. (2013)
Media Publikasi
“The National Security Strategy of the United States of America (NSS)” (2002)
“The 9/11 Commission Report, 2001”, Tersedia di
http://www.911commission.gov/report/911Report.pdf
ADL, “Al Shaabab’s American Recruits”, Anti-Defamation League (2015);
Tersedia di http://www.adl.org/assets/pdf/combating-hate/al-
shabaabsamerican-recruits.pdf
African Union, “Incident Preliminary Analysis: Top Al- Shaabab Figure Killed in
Airstrike”, ACSRT/Incident-Preliminary-Analysis-003-2015, (2015)
Arieff, Alexis dan Lauren Ploch Blanchard,”Al Qaeda-Affiliated Groups: Middle
East and Africa”, Congressional Research Service (2014); Tersedia di
http://fas.org/sgp/crs/mideast/R43756.pdf
Allen, Charles., “The Terrorist Threat: US Facing New Challenges at Abroad and
at Home”, Prepared for the Aspen Homeland Security Group (2013)
Barnes, Julian E., “US Expands Drone Flights to Take Aim at East Africa,” The
Wall Street Journal (2011).
Bureau of African State, “US-Somalia Relation”, (2013); Tersedia di
http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2863.htm
BTI, “Somalia Country Report”, (2014), 4; Tersedia di
www.btiproject.de/uploads/tx_itao.../BTI_2014_Somalia.pdf
Blanchard, Lauren Ploch, “US - Kenya Relations,” Congressional Research
Service, Current Political and Security Issues (2013)
Blanchard, Lauren Ploch, “The September 2013 Terrorist Attack in Kenya: In
Brief”, Congressional Research Service,14 November 2013
Bowman, Steve, “War in Afghanistan: Strategy, Military Operations, and Issues
for Congress”, Congressional Research Service (2009)
Byman, Daniel L., “Breaking the Bonds between Al-Qa’ida and Its Affiliate
Organizations”, Saban Center at Brookings: Analysis Paper, Number 7
(2012)
xvi
Culp, Julian dan Johannes Plagemann, “Hoorai for Global Justice? Emerging
Democracies in a Multipolar World”, GIGA Research Programme: Power,
Norms, and Governance in International Relations, No. 242 (2013).
Coggins, Bridget L., “Do Failed States Produce More Terrorism: Initial Evidence
From Non- Traditional Threat Data (1999-2008)” [working Paper]; Center
for International Peace and Security Studies, McGill University (2011)
Department of Defense, “Quadrennial Defense Review Report”, Unites States of
America (2001)
Daniel E. Agbiboa, “Davies Paper Memorial Institute of International Studies”,
Africa Series, No. 3 (2014)
Feickert, Andrew, “U.S. Military Operations in the Global War on Terrorism:
Afghanistan, Africa, the Philippines, and Colombia”, CRS Report for
Congress (2005)
Ganor, Boaz, “Identifing the Enemy in Counterterrorism Operations-A
Comparison of the Bush and Obama Administrations”, International Law
Studies: US Naval War Collage, Vol. 90 (2014)
ICG, “Somalia: Al- Shaabab – It Will be a Long War”, International Crisis
Group, Nairobi: Africa Briefing N°99 (2014)
Knight, Julia., “Thoughts on the Light Footprint Strategy”, Foreign Policy
Association (2012)
Mohamed, Mohamed A., “US Strategic Interest In Somalia: From Cold War Era
to War on Terror”, Department of American Studies (2009)
Osman, Dr. Abdullahi A. et all, “Operationalizing African-led Solutions in Peace
and Security, Case Study: South Sudan and Somalia”, IPSS and APSP,
(2013)
Perito, Robert. M. “U.S. Police in Peace and Stability Operation”, [Special
Report] United States Institute of Peace (2007Rotberg, Robert I., “Chapter
1: Failed States, Collapsed States, Weak States: Causes and Indicators”.
Tersedia di
www.brookings.edu/.../statefailureandstateweaknessinatimeofterror.pdf
Police Department of New York City., “Analysis of Al- Shaabab’s at the
Westgate Mall in Nairobi, Kenya”. Tersedia di
https://assets.documentcloud.org/documents/894158/westgate-report-for-
shield-website.pdfSherman, Wendy R., “U.S Foreign Policy in Somalia”,
(2014); Tersedia di http://www.state.gov/p/us/rm/2014/227079.htm
Puntland Development Research Center, “The Puntland Experience:A Bottom-up
Approach to Peace and State Building”, Peace Initiatives in Puntland
(1991-1997)
Richard F. Grimmett, “Authorization For Use of Military Force in Response to the
9/11 Attacks”, CRS Report for Congres, Legislative History (2007)
xvii
Rohde, David., “The Obama Doctrine: How the President ‘s Drone War is
Backfiring”, (2012); Tersedia di http://foreignpolicy.com/2012/02/27/the-
obama-doctrine/Sayavush, Gasimov., “The National Interest In
International Relations Theory”. (2014); Tersedia di
www.ahtmm.com/proceedings/2012/2ndahtmmc_submission_95.pdf
Security Council, “Report of the Secretary-General on the protection of Somali
natural resources and waters”, United Nations (2011)
The President, “Establishing the Global War on Terrorism Medals”, Federal
Register, Vol. 68, No. 50 (2003)
US Departmen of State, “The Global War on Terrorism: The First 100 Days”,
(2001); Tersedia di http://2001-2009.state.gov/s/ct/rls/wh/6947.htm
US Department of State Bureau of Counterterrorism, Country Reports on
Terrorism (2014)
Williams, Paul D. “The African Union Mission in Somalia and Civilian Protection
Challenges” [Research Article], 1; Tersedia di
www.bancroftglobal.org/wp.../AMISOM-PoC-Stability-2013.pdf
Wise, Rob, “Al-Shaabab”, Center for Strategic and International Studies, Case
Study Number 2, (2011)
Skripsi/Tesis
Brown, Charles M, “ US National Security Interest in Africa and the Future
Global War on Terrorism (GWOT): A Proposal to Create an African
Regional Combatant Command and a Regional African Special Operation
Command”, [Thesisi] (Naval Postgraduate School Monterey, 2005)
Davis, Wendy S, “Providing a Framework to Understanding Why the US Invaded
Iraq in 2003”, [Thesis], (Virginia Polytechnic Institute and State
University, 2007)
Febrian, Sandi, “Kerjasama Pemerintah Transisi Federal Somalia (TFG) dan Uni
Afrika dalam Menanggulangi Gerakan Al- Shaabab Tahun 2007-2012”,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, [Skripsi] (UIN Syarifhidayatullah
Jakarta, 2014)
Westcott, Stephen, “The Impact of Foreign Elements Over Somalia’s Al-
Shaabab”, [Thesis] (Murdoch University, 2011)
Website
AMISOM, AMISOM Background [database on-line]; Internet, diunduh 10 Juli
2015; Tersedia di http://amisom-au.org/amisom-background/
xviii
Anti Demafation League, Al- Shaabab’s American Recruits, 2015 [database on-
line], Internet, diunduh 20 Mei 2014; Tersedia di
www.adl.org/assets/pdf/...hate/al-shabaabs-american-recruits.pdf
Aljazeera, Full Transcript of Bin Laden’s Speech [Database On-line], Internet;
Tersedia di
http://www.aljazeera.com/archive/2004/11/200849163336457223.html
Arman, Abukar, Geopolitical Showdown in the Horn [database on-line]’ Internet,
diunduh pada 10 November 2015; tersedia di
http://foreignpolicy.com/2015/06/01/geopolitical-showdown-in-the-horn/
BBC, Somali Election: Hassan Sheikh Elected as Presiden [BBC News: 11
Sepetember 2012]; Internet, diunduh pada 10 Juli 2015; Tersedia di
http://www.bbc.co.uk/news/world-africa-19540325
Boardman, William, US Foreign Policy: Terrorism in Response to Terrorism
[Database On-line], Internet, diunduh pada 10 April 2014; Tersedia di
http://www.globalresearch.ca/us-foreign-policy-terrorism-in-response-to-
terrorism/5359399.
Bureau of African State, US-Somalia Relation, 2013, tersedia di
http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2863.htm
Bureau of African State, US-Somalia Relation, 2013 [Database On-line] Internet;
diunduh pada 10 Juni 2015; Tersedia di
http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2863.htm
Bush, George W Speech, [Database on-line]; Internet, diunduh pada 26 Juni 2014;
Tersedia di
http://www.theguardian.com/world/2001/sep/21/september11.usa13.
Bush, George W 9/11 Address to the Nation: A Great People has been Moved to
defend a Great Nation, diunduh pada 5 Mei 2014; Tersedia di
http://www.americanrhetoric.com/speeches/gwbush911addresstothenatio
n.htm
CIA, Vision, Mission, Ethos 7 Challenges [Database on-line], Internet; Diunduh
pada 5 Juni 205; Tersedia di https://www.cia.gov/about-cia/cia-vision-
mission-values
David Rohde, The Obama Doctrine: How the President‘s Drone War is
Backfiring, The Magazine; diunduh 25 Agustus 2015; Tersedia di
http://foreignpolicy.com/2012/02/27/the-obama-doctrine/
Eilperin, Juliet dan Kevin Sieff, Obama Commits US to intesified fight againts
terrorists in east Africa [Database on-line], Internet: Diunduh pada 28
Juli 2015; Tersedia di http://www.washingtonpost.com/politics/us-to
expand-support-in-kenya-somalia-for-counterterrorism
operations/2015/07/25/b6f386f0-3210-11e5-97ae
30a30cca95d7_story.html
xix
Herrington, Luke M. U.S. Hegemonic Decline and the Rise of China [Essay];
Internet, diunduh pada 7 November 2015; Tersedia di http://www.e-
ir.info/2011/07/15/why-the-precarious-rise-of-china-will-not-lead-to-
global-hegemony/
Erickson, Dane, The U.S-Afrika Leaders Summit: It’s Not Just About Competition
With China [database on-line]; Internet, diunduh pada 10 November
2015; Tersedia di http://www.the-american-interest.com/2014/07/24/its-
not-just-about-competition-with-china/Hassan
Holly Yan, What is Al-Shaabab, and what does it want? [database on-line];
Internet, diunduh pada 10 Maret 2015; Tersedia di
http://edition.cnn.com/2015/04/02/world/africa/al-shabaab-explainer/
Jamal, Omar, Press Conference: 4 April 2012,
http://www.unmultimedia.org/tv/webcast/2012/04/press-conference-
omarjamal-somalia.html (at 10:49)
Jeffrey Gettleman, Mark Mazzetti, dan Eric Cshmitt, US Relies on Contractors in
Somalia Conflict, The New York Times, 10 Agustus 2011
Jeremy Scahill, The CIA’s Secret Sites in Somalia, The Nation, 10 Desember 2014
[database on-line]; Internet; Tersedia di
http://www.thenation.com/article/cias-secret-sites-somalia/
Kawilarang, Ranne R. A, Tragedi 9/11: Penabrakan pesawa-pesawat bajakan ke
Menara Kembar WTC jadi simbol perang atas terorisme, 2011, Internet;
The Coalition Information Center, The Global War on Terrorism: The
First 100 Days [Report]; Internet, diunduh pada 10 April 2014; Tersedia
di www.bits.de/public/documents/US_Terrorist_Attacks/100days.pdf.
Mahadallah, US-Somalia Relation: Some Complicating Factors [Database on-
line]; Internet, diunduh pada 10 Juli 2015; Tersedia di
http://somalitalk.com/2007/mahadallah/index.html
Maulana, Victor, Kembali Beraksi, Al- Shaabab Targetkan Warga AS [Sindo
News]; 9 September 2014; Tersedia di
http://international.sindonews.com/read/899644/44/kembali-beraksi-al-
shabab-targetkan-warga-as-1410235903
Pebreyanti, Imelia, 11-9-2001: Teror 9/11 Mencekam Amerika Serikat, diunduh
pada 11 September 2014 tersedia di
http://news.liputan6.com/read/2103399/11-9-2001-teror-911-
mencekam-amerika-serikat
Sasmini, 2009, War on Terror dalam Perspektif HHI, [database on-line], Internet;
Diunduh pada 10 April 2014; Tersedia di
http://sasmini.staff.uns.ac.id/2009/08/31/war-on-terror-dalam-perspektif-
hhi/Scott Shane, Drone Strikes Reveals Uncomfortable Truth: U.S is
Often Unsure About Who Will Die,23 April 2015 [Databae on-line],
xx
Internet; Diunduh pada 10 Juli 2015; Tersedia di
http://www.nytimes.com/2015/04/24/world/asia/drone-strikes-reveal-
uncomfortable-truth-us-is-often-unsure-about-who-will-die.html?_r=0
Sun, Yun, China in Afrika: Implication for U.S Competition and Diplomacy
(2013) [database on-line]; Internet, diunduh pada 10 November 2015;
Tersedia di http://www.brookings.edu/research/reports/2013/04/china-
africa-us-competition-diplomacy-sun
Strategic Intelligence Service Counter Terrorism and National Security
Intelligence, “Al- Shaabab Amniyat Divison Masterminds of Terror
Attacks” [database on-line]; Internet, diunduh pada 5 Juli 2015; Tersedia
di http://www.intelligencebriefs.com/kenya-to-launch-special-anti-terror-
phone-and-internet-tap-plan-against-al-shabaab-amniyat-division/Somalia
The Supreme Islamic Courts Union/al-Ittihad mahakem al-Islamiya (ICU),
http://www.globalsecurity.org/military/world/para/icu.htm, diunduh pada
5 Juni 2014
Tom Curry, Obama Continues Ekstends Some Bush Terrorism Policies, 2013.
diunduh 28 Mei 2015 tersedia di
http://nbcpolitics.nbcnews.com/_news/2013/06/06/18804146-obama-
continues-extends-some-bush-terrorism-policies?lite
USAID, Energy Sector Governance Strengthened, 497-013 [Database On-line],
internet, diunduh pada 10 Agustus 2015; Tersedia di
http://www.usaid.gov/pubs/cbj2002/ane/id/497-013.html
US Department of State-Bureau of Consular Affairs, The U.S. Department of
State continues to warn U.S. citizens to avoid all travel to Somalia, US
Pasports and International Travel, [database on-line]; Internet, diunduh
pada 11 Oktober 2015; Tersedia di
http://travel.state.gov/content/passports/en/alertswarnings/somalia-travel-
warning.html
USA, Somalia: Security and Humanitarian Situation in South and Central
Somalia, (2014); Tersedia di
https://www.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/
file/390329/cig_somalia_security_situation_v20.pdf
Who are Somalia’s Al Shaabab, diunduh dalam http://www.bbc.com/news/world-
africa-15336689, tanggal 20 November 2014
Zimmerman, Katherine , 2013, Al Qaeda’s African Surge Threatens the U.S.
[database on-line]; Internet, diunduh pada 10 Maret 2014; Tersedia di
http://www.wsj.com/articles/SB100014240527023042139045790949615
2949776
Lampiran I
Transkip Wawancara
Name : David H. Shinn,BA., MA., Ph. D
Occupation(s) : An adjunct professor of international affairs at
The George Washington University
US Ambassador to Ethiopia ( 1996-1999)
US Ambassador to Burkina Faso (1987-1990)
Email : [email protected]
Date : 24 June 2015
List of Questions
1. Do you agree that the transformation of al-Shabaab will create a global threat
as equivalent with al-Qaeda?
Al-Shabaab poses a regional threat but does not now seem to have the capacity
or interest to become a global threat. There are some Somali nationalist
elements in al-Shabaab that probably have no interest in expanding the fight
globally. While al-Shabaab has the capacity to operate in Somali-inhabited
territory in the region, it has rarely struck beyond that area. The bombing in
Kampala, Uganda was an exception. Even if al-Shabaab makes a policy
decision to become a global threat, I don’t think it can become the equivalent
of al-Qaeda.
2. Do you agree that the problem of terrorism becomes a major goal of the US
intervention in Somalia? If yes, why? And if not, why?
The original US intervention in Somalia in 1992-1994 was done for
humanitarian reasons and then, once it became a UN operation, for purposes of
state building. At that time, it had nothing to do with counterterrorism.
Following the 1998 al-Qaeda bombings of the US embassies in Dar es Salaam,
Tanzania and Nairobi, Kenya, counterterrorism became the principal reason for
reengaging in Somalia and it continues to be the primary reason up to the
present. This is part of the US effort globally to combat terrorism, even though
al-Shabaab has had minimal impact on the US. Small numbers of Somalis
living in the US have joined al-Shabaab and pose a theoretical threat to the US.
The main concern, however, is the impact of al-Shabaab on US allies in the
Horn of Africa, especially Kenya, Ethiopia, and Djibouti.
3. US as a superpower country is always exist [sic] in promoting peace process in
Somalia. According to you, what are the most influential US foreign policies
in assisting Somalia against al-Shabaab? How are the policies being
implemented?
The most useful thing the US can do is to fund and train the Somali security
services, support AMISOM financially, provide intelligence to AMISOM, help
identify and remove key al-Shabaab leaders, and put pressure on the Somali
Federal Government to improve its governance and more forward faster with
the process of political reconciliation. The US is doing all of these things.
4. What are the US contributions in helping Somalia against al-Shabaab?
See no. 3 above. In addition, the US provides considerable emergency aid and
some development assistance to Somalia in order to help strengthen the Somali
government. It is also supportive of Somalia in UN debates in New York.
5. Referring to US and AMISOM, which one is more dominant in influencing
Somalia’s government policies? And according to you, what factor drives
US/AMISOM to do so?
Because AMISOM forces work closely with Somali government forces, I
believe AMISOM is dominant on security issues. AMISOM, the US and others
influence the political process. I suspect the US and EU have a greater influence
on political issues than does AMISOM. As for humanitarian assistance and
development aid, the UN, EU, and US are far more important than AMISOM.
But countries such as Turkey also play an important role.
Lampiran II
Transkip Wawancara
Name : Abdi Dirshe, BA
Occupation(s) : Political Analyst
Permanent Secretary, Ministry of Plannining
and International Cooperation,
Federal Government of Somalia
E-mail : [email protected]
Date : 10 June 2015
List of Questions
1. Somalia is known as a country that is still pursuing to stabilize his
government since the collapse of Siad Barre's regime in 1991. Some
external actors are trying to intervene and assist Somalia’s efforts. What do
you think about foreign intervention in Somalia? (How many states play the
biggest role in Somalia?) Would this situation (foreign intervention) drive
Somali citizen’s survival into advantage / disadvantage in the future?
The present military action in Somalia under the African Union Mission in
Somalia (AMISOM) is in response to fight Al-shabab, the Al-Qaeda linked
terrorist group. The Somali government supports the presence of AMISOM.
The Somali public see progress in the political and economic environment
and in this way support the decision of the government. In the medium to
long term, the Somali National Army is to replace the AMISOM troops.
2. How is the recent development of US Government and Somali Government
(TFG)’s bilateral relations?
The US has shifted its foreign policy towards Somalia from containment to
ONE Somalia policy where the Somali State is supported to reclaim its
sovereignty in a new political framework in which the Somali regions have
a role to play in the decision making process. This is not limited to political
support but also development and military support.
3. The emergence of Al- Shaabab as fractions of the Islamic Courts Union has
been developing since 2006. It started from the separatist action that
intended to control southern Somalia in 2006, to its development into Al-
Qaeda affiliation in 2008, and was officially announced in 2012. Do you
agree that the transformation of Al- Shaabab will create a global threat as
equivalent with al-Qaeda? in your opinion, what are the motives that drive
Al- Shaabab in joining Al Qaeda?
Some of the early leaders of Al-shabab were trained in Afghanistan, hence
a link to the Al-Qaeda leadership. In addition, Al-Qaeda operatives in
Eastern Africa have moved to Somalia in the absence of effective
government and have provided training and a link to Al-Qaeda. This has
made the transition an easy one.
4. According to you, what are the most influential US foreign policies in
assisting Somalia againts Al- Shaabab, particularly from 2012-2014? How
are the policies being implemented?
The US supports AMISOM with training and intelligence information in
combating Al-Shabab and it also trains the Somali National Army. The
USAID provides development assistance to Somalia.
5. What are the US contribution in helping Somalia againts Al- Shaabab?
The US is active on the ground by way of drones and military support to
both AMISOM and the Somali Nantional Army.
6. In some news articles about Al- Shaabab, Ahmesd Abdi Geodani as a
supreme leader of Al- Shaabab was killed by a US drone strike attack? How
do you respond, as a Somali government, to that action taken by US?
The Somali government has offered amnesty to all Al-Shabab members and
its leadership if they renounce violence. Godane decided to continue waging
extreme violence against the people of Somalia. Killing Godane was seen
as a serious setback to Al-Shabab but the solution always lies in dialogue.
7. Referring to US and AMISOM existence. Which one from these two is
more dominant in influencing Somalia’s government policies? And
according to you, what factor drives AS / AMISOM to do so?
Government policies – foreign, domestic? The US has enormous influence
on Somalia’s domestic and international policies. AMISOM has some but
limited influence.
8. Do you agree that the problem of terrorism becomes a major goal of the US
intervention in Somalia? If yes, why? And if not, why?
Somalia has everything to gain from stability and the US is supporting
Somalia reach that goal. The goal of the USA is to create a stable
international environment so its global trade and influence remain strong.
9. Last question, What is the best solution to prevent Somalia from being the
target of “save heaven“ for terrorism?
The Somali people’s opinion matter when it comes whether Somalia
becomes safe haven for terrorist organizations. Al-Shabab was supported
by the public when there was Ethiopian occupation in Somalia but the same
people have turned against Al-Shabab when the Ethiopian troops withdrew.
This is important point.