90759444 kromatografi lapis tipis laporan
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 90759444 Kromatografi Lapis Tipis Laporan
1/9
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
LAPORAN
PRAKTIKUM DASAR DASAR PEMISAHAN ANALITIK
PERCOBAAN V
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
OLEH :
NAMA : RADEN ALIP RAHARJO
STAMBUK : A1C4 08027
KELOMPOK :
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN KIMIA
ASISTEN : TIDAK DICANTUMKAN
LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2010
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
http://2.bp.blogspot.com/-RAupdvlVIEw/TVZUW4l3T6I/AAAAAAAAAEY/ttss959_3Fg/s1600/sapi.png -
7/22/2019 90759444 Kromatografi Lapis Tipis Laporan
2/9
I. Tujuan dan Prinsip Percobaan
A. Tujuan Praktikum
a. Dapat mengetahui dan memahami tehnik pemisahan dengan metode kromatografi lapis tipis.
b. Dapat melakukan pemisahan logamlogam Pb2+, Ag+, Mn2+, Hg2 atau protein/ karbohidrat
dalam campuran larutan dengan tehnik kromatografi lapis tipis.
Dapat menentukan Rf komponen komponen yang dipisahkan dan mengidentifikasi zat yang
dipisahkan
B. Prinsip Percobaan
Pemisahan dengan tehnik kromatografi lapis tipis didasarkan pada adsorpsi larutan (fase gerakatau eluennya) terhadap adsorbens yang di gunakan, dimana Adsorbens dilapiskan pada lempeng
kaca yang bertindak sebagai penunjang fase diamnya.
II. Teori
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu tehnik yang sederhana dan banyak digunakan.Metode ini menggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap untuk
lapisan tipis dan kering bentuk silika gel, alomina, selulosa dan polianida. Untuk menotolkan
larutan cuplikan pada lempeng kaca, pada dasarnya dgunakan mikro pipet/ pipa kapiler. Setelah
itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan pengulsi di dalam wadah yang tertutup(Chamber) (Rudi, 2010)
Pemisahan campuran dengan cara kromatografi didasarkan pada perbedaan kecepatan merambatantara partikel-partikel zat yang bercampur pada medium tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari
pemisahan secara kromatografi dapat kita temui pada rembesan air pada dinding yang
menghasilkan garis-garis dengan jarak ternentu.
Tinta hitam merupakan campuran beberapa warna. Kita dapat memisahkan campuran warnatersebut dengan cara kromatografi. Pemisahan warna tinta dapat dilakukan seperti pada Gambar
18, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
- Tinta diteteskan pada ujung kertas saring (1,5 cm dari ujung)
- Tinta dibiarkan hingga mengering
- Ujung kertas saring dimasukkan dalam air sedalam 1 cm dan kertas saring dipasang tegak
-
7/22/2019 90759444 Kromatografi Lapis Tipis Laporan
3/9
- Air akan merambat naik
- Tinta akan ikut merambat naik dan memisah menjadi beberapa
Warna ( Sukarmin , 2004)
Kromatografi adalah Suatu metoda untuk separasi yang menyangkut komponen suatu contoh di
mana komponen dibagi-bagikan antara dua tahap, salah satu yang mana adalah keperluan selagi
gerak yang lain . Di dalam gas chromatography adalah gas mengangsur suatu cairan atau tahapkeperluan padat. Di dalam cairan chromatography adalah campuran cairan pindah gerakkan
melalui cairan yang lain , suatu padat, atau suatu 'gel' agar. Mekanisme separasi komponen
mungkin adalah adsorpsi, daya larut diferensial, ion-exchange, penyebaran/perembesan, atau
mekanisme lain (David. 2001)
adsorpsi Chromatography telah membantu untuk menandai komposisi kelompok minyak mentah
dan produk hidrokarbon sejak permulaan abad ini. Jenis dan sanak keluarga jumlah kelashidrokarbon tertentu di (dalam) acuan/matriks dapat telah a efek dalam pada atas pencapaian dan
mutu dari produk hidrokarbon dan dua orang metoda test standard telah digunakan sebagian
besar dari tahun ke tahun ( ASTM D2007, ASTM D4124). adsorpsi indikator Yang berpijar (
FIA) metoda ( ASTM D1319) telah melayani untuk di atas 30 tahun sebagai metoda pejabat dariminyak tanah industri untuk mengukur yang mengandung parafin, olefinic, dan isi bahan bakar
pancaran dan bensin berbau harum. Teknik terdiri dari dalam pemindahan a mencicip di bawah
iso-propanol memaksa melalui suatu kolom tanah kerikil 'gel' agar-agar ramai; sesak di (dalam)kehadiran tentang indikator berpijar dikhususkan untuk masing-masing keluarga hidrokarbon. Di
samping penggunaan tersebar luas nya, adsorpsi indikator berpijar mempunyai banyak ( Speight,
2006)
Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan kromatografi lapis tipis (KLT)
dengan menggunakan plat KLT yang sudah siap pakai. Terjadinya pemisahan komponen-
komponen pada KLT dengan Rf tertentu dapat dijadikan sebagai panduan untuk memisahkankomponen kimia tersebut dengan menggunakan kolom kromatografi dan sebagai fasa diam dapat
digunakan silika gel dan eluen yang digunakan berdasarkan basil yang diperoleh dari KLT dan
akan lebih baik kalau kepolaraan eluen pada kolom kromatografi sedikit dibawah kepolaraneluen pada KLT (Lenny, 2006)
Pada hakekatnya KLT merupakan metoda kromatografi cair yang melibatkan dua fasa yaitu fasa
diam dan fasa gerak. Fasa geraknya berupa
campuran pelarut pengembang dan fasa diamnya dapat berupa serbuk halus yang berfungsi
sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair-padat) atau berfungsi sebagai penyangga untuk
lapisan zat cair (kromatografi cair-cair). Fasa diam pada KLT sering disebut penyerap walaupunberfungsi sebagai penyangga untuk zat cair di dalam sistem kromatografi cair-cair. Hampir
segala macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap pada KLT, contohnya silika gel (asam
silikat), alumina (aluminium oksida), kiselgur (tanah diatomae) dan selulosa. Silika gelmerupakan penyerap paling banyak dipakai dalam KLT (Iskandar, 2007)
-
7/22/2019 90759444 Kromatografi Lapis Tipis Laporan
4/9
III. Metode Praktikum
A. Alat dan bahan yang digunakan
Alat alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
a. Cahmber 2 buah
b. Plat KLT
c. Slinder Kaca
d. Pipet volume 25 mL
e. Pipet Tetes
f. Penotol 3 batang
g. Filler atau Sprayer
h. Mistar
i. Pensil
j. Benang
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
a. Untuk Pemisahan ion Logam
Cuplikan yang mengandung ionion Pb2+, Mn2+, Hg2+
Larutan standar dalam bentuk klorida: Pb2+, Ag+, Mn2+, Hg2 (4 mg/mL)
Fase gerak (campuran Etil aseto asetat 10% + Butanol 75% + aquades 15% + asam asetat glacial
sampai pH 3,55 atau Piridin + aquades (10:1).
Penampak noda larutan K2CrO4 1 M (dielusi ulang)
b. Untuk Pemisahan Karbohidrat
Cuplikan yang mengandung campuran karbohidrat (glukosa, fruktosa, laktosa, dan sukrosa)
-
7/22/2019 90759444 Kromatografi Lapis Tipis Laporan
5/9
Larutan standar karbohidrat yang akan dipisahkan masingmasing dengan konsentrasi 4 mg/mL
Larutan penampak: asam sulfat 10% (disemprot)
Larutan eluen, campuran aseton + air (9:1)
B. Prosedur kerja
- ditotolkan pada plat KLT yang telah diberi batas pada masingmasing bagian
- di ikatkan benang bagian tengah atas pada kertas selulosa
- di masukkan dalam wadah kromatografi chamber yang berisi campuran etil aseto asetat 10% +Butanol 75% + aquades 15% + asam asetat glacial sampai pH 3,5 5 atau Piridin + aquades
(10:1) sebagai eluen
-
7/22/2019 90759444 Kromatografi Lapis Tipis Laporan
6/9
- di elusi, hingga gerak eluen mencapai garis batas atas (Perhatian!!..kertas yang tercelup aluen
dibawah garis batas bawah plat)
- dikeringkan di udara bebas atau dalam oven pada suhu 100oC selama 10 menit (atau hairdryer
jika ada)
- di masukkan lagi dalam wadah kromatografi ke dua yang berisi larutan K2CrO4 1 M, sebagaipenampak noda (dielusi ulang)
- dikeringkan plat dengan cara diovenkan atau diudara bebas.
- .Di amati bentuk noda (spot) yang terbentuk.
- di tentukan nilai Rf dari masingmasing komponen yang terpisah.
Keterangan: Dilakukan prosedur yang sama untuk pemisahan karbohidrat, dimana yang menjadi
larutan eluennya, campuran aseton + air (9:1) dan larutan penampak asam sulfat 10%
(disemprot).
IV. Hasil Pengamatan
A. Perhitungan
No Perlakuan Pengamatan
1 Pb2+ Hitam
2 Mn2+ Hitam
3 Hg2+ Hitam
4 Sampel campuran
5 Glukosa Merah Muda
6 Maltosa Tidak Nampak
7 Laktosa Tidak Nampak
8 Sukrosa Ungu
Perhitungan untuk pemisahan logam
-
7/22/2019 90759444 Kromatografi Lapis Tipis Laporan
7/9
Rf Pb2+ = 6,9/7,9 = 0,87
Rf Mn2+ = 6,6/7,9 = 0,84
Rf Hg2+ = 6,5/7,9 = 0,82
Rf campuran = 7,0/7,9 = 0,88
Perhitungan untuk pemisahan karbohidrat
Rf glukosa = jarak gerak sampel/ jarak gerak pelarut
= 6,4/7,9
= 0,81
C. Pembahasan
Analisis kuantitatif dengan KLT ada dua macam. Yang pertama noda cuplikan setelah
dikembangkan diukur langsung luasnya atau kerapatannya (density). Secara manual ataumenggunakan alatalat yang disebut densitometer. Tehnik ini disebut evaluasi in one. Luas
atau kerapatan noda dibandingkan dengan kerapatan noda senyawa standar yang telah diketahui
konsentrasinya. Cara yang kedua, noda diambil dengan cara dikerok atau diisap dengan suatualat kemudian dilarutkan dalam suatu pelarut dan larutan terakhir diamati dengan spectrometer
UV vis atau ditimbang (gravimetric) setelah pelarut diuapkan. Cara gravimetric hanya dapat
dilakukan apabila jumlah cuplikan cukup besar. Cara ini tidak membutuhkan standar
pembanding
Pada percobaan ini, tehnik kromatografi lapis tipis yang digunakan adalah suatu plat tipis
(aluminium) yang berfungsinya untuk tempat berjalannya adsorbens sehingga proses migrasi
analit oleh solventnya bisa berjalan. Hal ini Inilah yang membedakan antara kromatografi kertasdengan kromatografi lapis tipis. Yang dimana pada KLT menggunakan plat tipis sedangkan pada
KK menggunakan kertas (lapisan selulosa) sehingga proses elusinya lebih lama (kira kira 10
20 menit lebih lama dari KLT). Perbedaan lainnya dari kedua kromatografi tersebut adalahpembentukan noda pada adsorbensnya dimana pada KLT noda yang dihasilkan lebih tajam
-
7/22/2019 90759444 Kromatografi Lapis Tipis Laporan
8/9
dibandingkan noda yang nampak dalam KK. Hal ini disebabkan pada KK penyusun dari
adsorbens berupa selulosa yang dapat mengikat air, sehingga ketika dielusi dengan suatu pelarut
atau fase gerak maka noda yang dihasilkan mengalami penyebaran akibat terdapatnya gugus OH dalam adsorbens yang masih tertingal dalam fase diamnya sehingga penampakan nodanya
terlihat lebih pudar dan bentuk nodanya tidak bulat. Sedangkan dalam KLT adsorbens yang
digunakan berupa slika gel (SiO2) yang tidak mengikat molekul air, sehingga noda yang terciptalebih terfokus dan tajam.
Pada percobaan ini, adsorbens yang digunakan bukan slika gel tetapi justru selulosa yang dilapisi
plat tipis (aluminuium). Dimana sifat adsorbens selulosa pada KLT mempunyai sifat sebagaipenukar ion, sehingga keadaan ini akan berdampak pada penampakan noda yang nantinya akan
diamati dalam KLT ini, dimana ion ion dalam sample dipertukarkan sehingga penentuan
komponen yang terpisah akan sulit di tentukan. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab
sampai tidak munculnya warna noda pada KLT dalam percobaan ini. Sedangkan faktor penyebablainnya disebut dengan faktor yang mempengaruhi nilai Rf pada KLT seperti kualitas adsorben,
ketebalan lapisan, kejenuhan ruang kromatografi, tehnik pengembangan (elusi), suhu, dan
kualitas pelarut.
Penentuan nilai Rf suatu standar analit pada KLT pada dasarnya sama dengan penentuan nilai Rf
dalam KK, dimana nilai Rf ditentukan dengan membandingkan jarak noda yang dihasilkan dari
migrasi solvent/ pelarutnya dengan jarak sample/ standar. Nilai Rf menyatakan ukuran dayapisah suatu zat dengan kromatografi planar (KK mapun KLT), dimana jika nilai Rfnya besar
berarti daya pisah zat yang dilakukan solvent (eluenya) maksimum sedangkan jika nilai Rfnya
kecil berarti daya pisah zat yang dilakukan solvent (eluenya) minimum. Tidak munculnya nodadalam percobaan kali ini dapat disebabkan oleh faktor faktor yang mempengaruhi nilai Rf
seperti diatas, akan tetapi ada juga kemungkinan lain misalnya noda yang tidak nampak,
sehingga untuk menampakkan noda tersebut harus direaksikan dengan reagen penampak warna
berupa ion logam transisi untuk membentuk kompleks, karena salah satu ciri senyawa kompleksadalah berwarna akibat adanya bilangan koordinasi dari atom pusatnya. Adapun untuk
identifikasi dan deteksi zat setelah terbentuknya noda dilakukan dengan beberapa cara misalnya;
planimetri, densitometri, spektrofotometri, dan fluorensis, dimana masingmasing alat tersebutmemeliki kelebihan dan kekurangan yang jika dijabarkan akan lebih panjang dan rumit karena
dihubungkan dengan proses penggunaanya.
Pada percobaan ini, didapatkan nilai Rf yang berbeda-beda dari tiap analit. Pada penentuan nilai
Rf pada ion logam, secara berturut-turut nilai Rf dari Pb2+, Mn2+, Hg2+, dan campuran adalah
0,87 , 0,84 , 0,82 , dan 0,88. Sedangkan pada penentuan nilai Rf dari karbohidrat yakni pada
glukosa didapatkan nilai Rf sebesarm0,81
V. Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dari percobaan diatas, maka dapat disimpulkansebagai berikut yakni Tehnik pemisahan dengan kromatografi lapis tipis merupakan tehnik
-
7/22/2019 90759444 Kromatografi Lapis Tipis Laporan
9/9
pemisahan kromatografi planar dimana zat zat dipisahkan berdasarkan perbedaan migrasi
solute/ zat terlarut antara dua fase (fase gerak dan fase diamnya). Dimana fase diamnya/
adsorbensnya dilapisi dengan plat tipis (aluminium) sebagai penunjang adsorbennya dan nilai Rfyang didapatkan adalah nilai Rf dari Pb2+, Mn2+, Hg2+, dan campuran adalah 0,87 , 0,84 , 0,82
, dan 0,88. Sedangkan pada penentuan nilai Rf dari karbohidrat yakni pada glukosa didapatkan
nilai Rf sebesarm0,81.
\
Daftar Pustaka
Iskandar, Yusuf. 2007. Karakteristik Zat Metabolit Sekunder Dalam Ekstrak Bunga Krisan
(Chrysanthemum cinerariaefolium) Sebagai Bahan Pembuatan Biopestisida.FMIPA. Semarang
Lide, David. 2001. Handbook of Chemistry And Physic. Copyright CRC Press LLC
Rudi,L. 2010. Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Universitas Haluoleo. Kendari
Sofia, Lenny. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah dengan
Metoda Uji Brine Shrimp. USU Repository. Sumatera Utara
Speight, James. G. 2006. The Chemistry and Technology of Petroleum. Taylor & Francis Group,
LLC.
Sukarmin. 2004. Materi dan Perubahannya. Direktorat Pendidikan Menegah Kejuruan.
Direktorat Jendral Dasar dan Menegah. Departemen Pendidikan Nasional