90759444 kromatografi lapis tipis laporan

Upload: desiandy

Post on 10-Feb-2018

523 views

Category:

Documents


27 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 90759444 Kromatografi Lapis Tipis Laporan

    1/9

    KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

    LAPORAN

    PRAKTIKUM DASAR DASAR PEMISAHAN ANALITIK

    PERCOBAAN V

    KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

    OLEH :

    NAMA : RADEN ALIP RAHARJO

    STAMBUK : A1C4 08027

    KELOMPOK :

    PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN KIMIA

    ASISTEN : TIDAK DICANTUMKAN

    LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS HALUOLEO

    KENDARI

    2010

    KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

    http://2.bp.blogspot.com/-RAupdvlVIEw/TVZUW4l3T6I/AAAAAAAAAEY/ttss959_3Fg/s1600/sapi.png
  • 7/22/2019 90759444 Kromatografi Lapis Tipis Laporan

    2/9

    I. Tujuan dan Prinsip Percobaan

    A. Tujuan Praktikum

    a. Dapat mengetahui dan memahami tehnik pemisahan dengan metode kromatografi lapis tipis.

    b. Dapat melakukan pemisahan logamlogam Pb2+, Ag+, Mn2+, Hg2 atau protein/ karbohidrat

    dalam campuran larutan dengan tehnik kromatografi lapis tipis.

    Dapat menentukan Rf komponen komponen yang dipisahkan dan mengidentifikasi zat yang

    dipisahkan

    B. Prinsip Percobaan

    Pemisahan dengan tehnik kromatografi lapis tipis didasarkan pada adsorpsi larutan (fase gerakatau eluennya) terhadap adsorbens yang di gunakan, dimana Adsorbens dilapiskan pada lempeng

    kaca yang bertindak sebagai penunjang fase diamnya.

    II. Teori

    Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu tehnik yang sederhana dan banyak digunakan.Metode ini menggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap untuk

    lapisan tipis dan kering bentuk silika gel, alomina, selulosa dan polianida. Untuk menotolkan

    larutan cuplikan pada lempeng kaca, pada dasarnya dgunakan mikro pipet/ pipa kapiler. Setelah

    itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan pengulsi di dalam wadah yang tertutup(Chamber) (Rudi, 2010)

    Pemisahan campuran dengan cara kromatografi didasarkan pada perbedaan kecepatan merambatantara partikel-partikel zat yang bercampur pada medium tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari

    pemisahan secara kromatografi dapat kita temui pada rembesan air pada dinding yang

    menghasilkan garis-garis dengan jarak ternentu.

    Tinta hitam merupakan campuran beberapa warna. Kita dapat memisahkan campuran warnatersebut dengan cara kromatografi. Pemisahan warna tinta dapat dilakukan seperti pada Gambar

    18, dengan tahap-tahap sebagai berikut:

    - Tinta diteteskan pada ujung kertas saring (1,5 cm dari ujung)

    - Tinta dibiarkan hingga mengering

    - Ujung kertas saring dimasukkan dalam air sedalam 1 cm dan kertas saring dipasang tegak

  • 7/22/2019 90759444 Kromatografi Lapis Tipis Laporan

    3/9

    - Air akan merambat naik

    - Tinta akan ikut merambat naik dan memisah menjadi beberapa

    Warna ( Sukarmin , 2004)

    Kromatografi adalah Suatu metoda untuk separasi yang menyangkut komponen suatu contoh di

    mana komponen dibagi-bagikan antara dua tahap, salah satu yang mana adalah keperluan selagi

    gerak yang lain . Di dalam gas chromatography adalah gas mengangsur suatu cairan atau tahapkeperluan padat. Di dalam cairan chromatography adalah campuran cairan pindah gerakkan

    melalui cairan yang lain , suatu padat, atau suatu 'gel' agar. Mekanisme separasi komponen

    mungkin adalah adsorpsi, daya larut diferensial, ion-exchange, penyebaran/perembesan, atau

    mekanisme lain (David. 2001)

    adsorpsi Chromatography telah membantu untuk menandai komposisi kelompok minyak mentah

    dan produk hidrokarbon sejak permulaan abad ini. Jenis dan sanak keluarga jumlah kelashidrokarbon tertentu di (dalam) acuan/matriks dapat telah a efek dalam pada atas pencapaian dan

    mutu dari produk hidrokarbon dan dua orang metoda test standard telah digunakan sebagian

    besar dari tahun ke tahun ( ASTM D2007, ASTM D4124). adsorpsi indikator Yang berpijar (

    FIA) metoda ( ASTM D1319) telah melayani untuk di atas 30 tahun sebagai metoda pejabat dariminyak tanah industri untuk mengukur yang mengandung parafin, olefinic, dan isi bahan bakar

    pancaran dan bensin berbau harum. Teknik terdiri dari dalam pemindahan a mencicip di bawah

    iso-propanol memaksa melalui suatu kolom tanah kerikil 'gel' agar-agar ramai; sesak di (dalam)kehadiran tentang indikator berpijar dikhususkan untuk masing-masing keluarga hidrokarbon. Di

    samping penggunaan tersebar luas nya, adsorpsi indikator berpijar mempunyai banyak ( Speight,

    2006)

    Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan kromatografi lapis tipis (KLT)

    dengan menggunakan plat KLT yang sudah siap pakai. Terjadinya pemisahan komponen-

    komponen pada KLT dengan Rf tertentu dapat dijadikan sebagai panduan untuk memisahkankomponen kimia tersebut dengan menggunakan kolom kromatografi dan sebagai fasa diam dapat

    digunakan silika gel dan eluen yang digunakan berdasarkan basil yang diperoleh dari KLT dan

    akan lebih baik kalau kepolaraan eluen pada kolom kromatografi sedikit dibawah kepolaraneluen pada KLT (Lenny, 2006)

    Pada hakekatnya KLT merupakan metoda kromatografi cair yang melibatkan dua fasa yaitu fasa

    diam dan fasa gerak. Fasa geraknya berupa

    campuran pelarut pengembang dan fasa diamnya dapat berupa serbuk halus yang berfungsi

    sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair-padat) atau berfungsi sebagai penyangga untuk

    lapisan zat cair (kromatografi cair-cair). Fasa diam pada KLT sering disebut penyerap walaupunberfungsi sebagai penyangga untuk zat cair di dalam sistem kromatografi cair-cair. Hampir

    segala macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap pada KLT, contohnya silika gel (asam

    silikat), alumina (aluminium oksida), kiselgur (tanah diatomae) dan selulosa. Silika gelmerupakan penyerap paling banyak dipakai dalam KLT (Iskandar, 2007)

  • 7/22/2019 90759444 Kromatografi Lapis Tipis Laporan

    4/9

    III. Metode Praktikum

    A. Alat dan bahan yang digunakan

    Alat alat yang digunakan pada praktikum ini adalah

    a. Cahmber 2 buah

    b. Plat KLT

    c. Slinder Kaca

    d. Pipet volume 25 mL

    e. Pipet Tetes

    f. Penotol 3 batang

    g. Filler atau Sprayer

    h. Mistar

    i. Pensil

    j. Benang

    Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah

    a. Untuk Pemisahan ion Logam

    Cuplikan yang mengandung ionion Pb2+, Mn2+, Hg2+

    Larutan standar dalam bentuk klorida: Pb2+, Ag+, Mn2+, Hg2 (4 mg/mL)

    Fase gerak (campuran Etil aseto asetat 10% + Butanol 75% + aquades 15% + asam asetat glacial

    sampai pH 3,55 atau Piridin + aquades (10:1).

    Penampak noda larutan K2CrO4 1 M (dielusi ulang)

    b. Untuk Pemisahan Karbohidrat

    Cuplikan yang mengandung campuran karbohidrat (glukosa, fruktosa, laktosa, dan sukrosa)

  • 7/22/2019 90759444 Kromatografi Lapis Tipis Laporan

    5/9

    Larutan standar karbohidrat yang akan dipisahkan masingmasing dengan konsentrasi 4 mg/mL

    Larutan penampak: asam sulfat 10% (disemprot)

    Larutan eluen, campuran aseton + air (9:1)

    B. Prosedur kerja

    - ditotolkan pada plat KLT yang telah diberi batas pada masingmasing bagian

    - di ikatkan benang bagian tengah atas pada kertas selulosa

    - di masukkan dalam wadah kromatografi chamber yang berisi campuran etil aseto asetat 10% +Butanol 75% + aquades 15% + asam asetat glacial sampai pH 3,5 5 atau Piridin + aquades

    (10:1) sebagai eluen

  • 7/22/2019 90759444 Kromatografi Lapis Tipis Laporan

    6/9

    - di elusi, hingga gerak eluen mencapai garis batas atas (Perhatian!!..kertas yang tercelup aluen

    dibawah garis batas bawah plat)

    - dikeringkan di udara bebas atau dalam oven pada suhu 100oC selama 10 menit (atau hairdryer

    jika ada)

    - di masukkan lagi dalam wadah kromatografi ke dua yang berisi larutan K2CrO4 1 M, sebagaipenampak noda (dielusi ulang)

    - dikeringkan plat dengan cara diovenkan atau diudara bebas.

    - .Di amati bentuk noda (spot) yang terbentuk.

    - di tentukan nilai Rf dari masingmasing komponen yang terpisah.

    Keterangan: Dilakukan prosedur yang sama untuk pemisahan karbohidrat, dimana yang menjadi

    larutan eluennya, campuran aseton + air (9:1) dan larutan penampak asam sulfat 10%

    (disemprot).

    IV. Hasil Pengamatan

    A. Perhitungan

    No Perlakuan Pengamatan

    1 Pb2+ Hitam

    2 Mn2+ Hitam

    3 Hg2+ Hitam

    4 Sampel campuran

    5 Glukosa Merah Muda

    6 Maltosa Tidak Nampak

    7 Laktosa Tidak Nampak

    8 Sukrosa Ungu

    Perhitungan untuk pemisahan logam

  • 7/22/2019 90759444 Kromatografi Lapis Tipis Laporan

    7/9

    Rf Pb2+ = 6,9/7,9 = 0,87

    Rf Mn2+ = 6,6/7,9 = 0,84

    Rf Hg2+ = 6,5/7,9 = 0,82

    Rf campuran = 7,0/7,9 = 0,88

    Perhitungan untuk pemisahan karbohidrat

    Rf glukosa = jarak gerak sampel/ jarak gerak pelarut

    = 6,4/7,9

    = 0,81

    C. Pembahasan

    Analisis kuantitatif dengan KLT ada dua macam. Yang pertama noda cuplikan setelah

    dikembangkan diukur langsung luasnya atau kerapatannya (density). Secara manual ataumenggunakan alatalat yang disebut densitometer. Tehnik ini disebut evaluasi in one. Luas

    atau kerapatan noda dibandingkan dengan kerapatan noda senyawa standar yang telah diketahui

    konsentrasinya. Cara yang kedua, noda diambil dengan cara dikerok atau diisap dengan suatualat kemudian dilarutkan dalam suatu pelarut dan larutan terakhir diamati dengan spectrometer

    UV vis atau ditimbang (gravimetric) setelah pelarut diuapkan. Cara gravimetric hanya dapat

    dilakukan apabila jumlah cuplikan cukup besar. Cara ini tidak membutuhkan standar

    pembanding

    Pada percobaan ini, tehnik kromatografi lapis tipis yang digunakan adalah suatu plat tipis

    (aluminium) yang berfungsinya untuk tempat berjalannya adsorbens sehingga proses migrasi

    analit oleh solventnya bisa berjalan. Hal ini Inilah yang membedakan antara kromatografi kertasdengan kromatografi lapis tipis. Yang dimana pada KLT menggunakan plat tipis sedangkan pada

    KK menggunakan kertas (lapisan selulosa) sehingga proses elusinya lebih lama (kira kira 10

    20 menit lebih lama dari KLT). Perbedaan lainnya dari kedua kromatografi tersebut adalahpembentukan noda pada adsorbensnya dimana pada KLT noda yang dihasilkan lebih tajam

  • 7/22/2019 90759444 Kromatografi Lapis Tipis Laporan

    8/9

    dibandingkan noda yang nampak dalam KK. Hal ini disebabkan pada KK penyusun dari

    adsorbens berupa selulosa yang dapat mengikat air, sehingga ketika dielusi dengan suatu pelarut

    atau fase gerak maka noda yang dihasilkan mengalami penyebaran akibat terdapatnya gugus OH dalam adsorbens yang masih tertingal dalam fase diamnya sehingga penampakan nodanya

    terlihat lebih pudar dan bentuk nodanya tidak bulat. Sedangkan dalam KLT adsorbens yang

    digunakan berupa slika gel (SiO2) yang tidak mengikat molekul air, sehingga noda yang terciptalebih terfokus dan tajam.

    Pada percobaan ini, adsorbens yang digunakan bukan slika gel tetapi justru selulosa yang dilapisi

    plat tipis (aluminuium). Dimana sifat adsorbens selulosa pada KLT mempunyai sifat sebagaipenukar ion, sehingga keadaan ini akan berdampak pada penampakan noda yang nantinya akan

    diamati dalam KLT ini, dimana ion ion dalam sample dipertukarkan sehingga penentuan

    komponen yang terpisah akan sulit di tentukan. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab

    sampai tidak munculnya warna noda pada KLT dalam percobaan ini. Sedangkan faktor penyebablainnya disebut dengan faktor yang mempengaruhi nilai Rf pada KLT seperti kualitas adsorben,

    ketebalan lapisan, kejenuhan ruang kromatografi, tehnik pengembangan (elusi), suhu, dan

    kualitas pelarut.

    Penentuan nilai Rf suatu standar analit pada KLT pada dasarnya sama dengan penentuan nilai Rf

    dalam KK, dimana nilai Rf ditentukan dengan membandingkan jarak noda yang dihasilkan dari

    migrasi solvent/ pelarutnya dengan jarak sample/ standar. Nilai Rf menyatakan ukuran dayapisah suatu zat dengan kromatografi planar (KK mapun KLT), dimana jika nilai Rfnya besar

    berarti daya pisah zat yang dilakukan solvent (eluenya) maksimum sedangkan jika nilai Rfnya

    kecil berarti daya pisah zat yang dilakukan solvent (eluenya) minimum. Tidak munculnya nodadalam percobaan kali ini dapat disebabkan oleh faktor faktor yang mempengaruhi nilai Rf

    seperti diatas, akan tetapi ada juga kemungkinan lain misalnya noda yang tidak nampak,

    sehingga untuk menampakkan noda tersebut harus direaksikan dengan reagen penampak warna

    berupa ion logam transisi untuk membentuk kompleks, karena salah satu ciri senyawa kompleksadalah berwarna akibat adanya bilangan koordinasi dari atom pusatnya. Adapun untuk

    identifikasi dan deteksi zat setelah terbentuknya noda dilakukan dengan beberapa cara misalnya;

    planimetri, densitometri, spektrofotometri, dan fluorensis, dimana masingmasing alat tersebutmemeliki kelebihan dan kekurangan yang jika dijabarkan akan lebih panjang dan rumit karena

    dihubungkan dengan proses penggunaanya.

    Pada percobaan ini, didapatkan nilai Rf yang berbeda-beda dari tiap analit. Pada penentuan nilai

    Rf pada ion logam, secara berturut-turut nilai Rf dari Pb2+, Mn2+, Hg2+, dan campuran adalah

    0,87 , 0,84 , 0,82 , dan 0,88. Sedangkan pada penentuan nilai Rf dari karbohidrat yakni pada

    glukosa didapatkan nilai Rf sebesarm0,81

    V. Simpulan

    Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dari percobaan diatas, maka dapat disimpulkansebagai berikut yakni Tehnik pemisahan dengan kromatografi lapis tipis merupakan tehnik

  • 7/22/2019 90759444 Kromatografi Lapis Tipis Laporan

    9/9

    pemisahan kromatografi planar dimana zat zat dipisahkan berdasarkan perbedaan migrasi

    solute/ zat terlarut antara dua fase (fase gerak dan fase diamnya). Dimana fase diamnya/

    adsorbensnya dilapisi dengan plat tipis (aluminium) sebagai penunjang adsorbennya dan nilai Rfyang didapatkan adalah nilai Rf dari Pb2+, Mn2+, Hg2+, dan campuran adalah 0,87 , 0,84 , 0,82

    , dan 0,88. Sedangkan pada penentuan nilai Rf dari karbohidrat yakni pada glukosa didapatkan

    nilai Rf sebesarm0,81.

    \

    Daftar Pustaka

    Iskandar, Yusuf. 2007. Karakteristik Zat Metabolit Sekunder Dalam Ekstrak Bunga Krisan

    (Chrysanthemum cinerariaefolium) Sebagai Bahan Pembuatan Biopestisida.FMIPA. Semarang

    Lide, David. 2001. Handbook of Chemistry And Physic. Copyright CRC Press LLC

    Rudi,L. 2010. Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Universitas Haluoleo. Kendari

    Sofia, Lenny. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah dengan

    Metoda Uji Brine Shrimp. USU Repository. Sumatera Utara

    Speight, James. G. 2006. The Chemistry and Technology of Petroleum. Taylor & Francis Group,

    LLC.

    Sukarmin. 2004. Materi dan Perubahannya. Direktorat Pendidikan Menegah Kejuruan.

    Direktorat Jendral Dasar dan Menegah. Departemen Pendidikan Nasional