9 energy - idx.co.id€¦ · nambah pasokan gas minyak cair (liquefied petroleum gas/lpg)...

1
Direktur Penerimaan Mineral dan Batu bara Kementerian ESDM Jonson Pakpahan mengatakan, re- alisasi penerimaan sektor pertam- bangan hingga awal April mencapai 20,81% dari target yang ditetapkan. “Sampai 9 April realisasi PNBP Minerba mencapai Rp9,24 triliun,” kata Jonson kepada Investor Daily di Jakarta, akhir pekan lalu. Jonson menuturkan, pandemi Covid-19 belum berpengaruh pada penerimaan negara. Pasalnya, hingga saat ini belum ada lapor- an pembatalan kontrak ekspor minerba selama pandemi terjadi. Meskipun konsumsi batu bara dunia menurun seiring dengan pandemi Covid-19. “Belum ada pembatalan kontrak akibat virus corona,” tuturnya Dikatakannya tantangan pe- nerimaan sektor pertambangan dalam dua tahun terakhir yakni melemahnya harga batu bara. Pe- netapan target PNBP 2020 meng- gunakan asumsi harga batu bara acuan (HBA) sebesar US$ 90 per ton. Batu bara merupakan sektor terpenting dalam penerimaan ne- gara lantaran menjadi penyumbang mayoritas. “HBA sekarang di sekitar US$ 60 per ton, sementara asumsi harga dalam penetapan target PNBP di US$ 90 per ton,” ujar Jonson. Berdasarkan catatan Investor Daily, harga batu bara sejak akhir 2019 kemarin berada di kisaran US$ 60 per ton. Pada Desember 2019, HBA berada di level US$ 66,30 per ton. Kemudian di awal 2020, harga batu bara sedikit terkoreksi menjadi US$ 65,93 per ton. Di Februari, HBA mulai menguat di posisi US$ 66,89 per ton. Tren penguatan itu berlanjut di bulan berikutnya di mana HBA ditetapkan sebesar US$ 67,08 per ton. Namun pada April ini, harga sedikit terkoreksi menjadi US$ 65,77 per ton lantaran permintaan dunia menurun seiring dengan pandemi Covid-19. Secara terpisah, Direktur Ekse- kutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menuturkan, permintaan batu bara di Maret kemarin me- mang lebih rendah dibandingkan Januari-Februari. Permintaan ber- kurang ketika India menetapkan kebijakan lockdown sejak pekan ketiga Maret kemarin. Kemudian pasokan batu bara dalam negeri Tiongkok sudah mulai normal sehingga berpengaruh terhadap kebutuhan impor. “Sejauh ini diproyeksikan per- mintaan batu bara di bulan April kurang lebih hampir sama dengan periode Maret. Namun jika wabah Covid-19 masih berkepanjangan tentu akan berpengaruh lebih da- lam lagi terhadap permintaan batu bara,” ujarnya. Hendra mengungkapkan pi- haknya belum menerima laporan adanya pembatalan kontrak ekspor batu bara akibat Covid-19. Dia me- nerangkan pembatalan pengapalan pada periode Mei-Juni ke Jepang terjadi karena ketidakjelasan per- aturan kapal nasional. “Dalam kondisi saat ini kami berharap agar aturan Permendag 82/2017 segera dicabut karena dengan sisa waktu sekitar tiga minggu sangat meresahkan eksportir akan kelan- caran ekspor di periode Mei dan ke depannya,” jelas dia. Menteri ESDM Arifin Tasrif se- belumnya menuturkan, kebijakan penggunaan kapal nasional sepe- nuhnya menjadi wewenang Ke- menterian Perdagangan. Pihaknya sebatas memberi masukan agar ada relaksasi dalam pemberlakuan kebijakan tersebut. Dia mengung- kapkan terganggunya distribusi batu bara berimbas pada capaian PNBP minerba yang merupakan ranah Kementerian ESDM. “Mengingatkan saja, kita meng- ingatkan ada program untuk bisa memenuhi PNBP supaya tercapai,” tuturnya. Pada 2020 ini, Kementerian ESDM mematok target PNBP dari sektor yang dikelolanya sebesar Rp 181,7 triliun, naik dari realisasi tahun lalu Rp 172,9 triliun. Sektor minerba dengan target PNBP Rp 44,4 triliun merupakan penyum- bang terbesar kedua untuk pen- capaian target penerimaan negara sektor ESDM tersebut. Di sisi lain, sektor migas sebagai penyumbang PNBP terbesar dengan target Rp 127,3 triliun tengah terpukul oleh anjloknya harga minyak dunia menjadi di level US$ 30 per barel. Sementara itu, Direktur Jenderal Mineral dan Batu bara Kemente- rian ESDM Bambang Gatot sebe- lumnya mengatakan, penyebaran Covid-19 dalam waktu cepat atau lambat akan mempengaruhi in- vestasi dan operasi pertambangan mineral dan batu bara. Pasalnya, hal tersebut akan mempengaruhi kebutuhan global atas hasil tam- bang lantaran penurunan pabrik. Pada tahun ini, pemerintah menargetkan produksi batu bara sebesar 550 juta ton. Sementara produksi mineral ditargetkan sebesar 291 ribu katoda tembaga, 120 ton logam emas, 290 ton logam perak, 70 ribu ton logam timah, 2,02 juta ton olahan nikel (ferro nikel dan nikel pig iron), serta 78 ribu ton nikel matte. SENIN 13 APRIL 2020 9 ENERGY Keringanan Pembayaran Listrik Seorang warga memeriksa token listrik di Jakarta, baru-baru ini. Kebijakan listrik gratis selama 3 bulan telah ditetapkan oleh presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020. Perppu ini berisi mengenai pemberian keringanan pembayaran listrik bagi pengguna listrik dengan daya 450VA dan 900VA bersubsidi. Oleh Rangga Prakoso JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sektor pertambangan mineral dan batu bara masih sesuai target, yakni mencapai Rp 9,24 triliun hingga awal April. Namun, melemahnya harga batu bara menjadi tantangan dalam mencapai target PNBP tahun ini sebesar Rp 44,4 triliun. Jonson Pakpahan JAKARTA – Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) memperkirakan PT PLN (Persero) membutuhkan subsidi dari pemerintah mencapai Rp 119,8 triliun pada tahun depan. Hal ini lantaran biaya pembelian listrik swasta oleh PLN diproyeksikan naik signifikan, se- mentara pertumbuhan kebutuhan setrum masih terdampak pandemi Covid-19 dan resesi global. Dalam perhitungannya, IEEFA memperkirakan beban pembelian listrik dari produsen listrik swasta (independent power producer/IPP) oleh PLN meningkat dua kali lipat jika dibandingkan 2017 lalu, yakni mencapai Rp 164,52 triliun. Beban pembelian setrum ini akan menjadi komponen biaya terbesar, melebihi biaya pembelian bahan bakar PLN di 2021 yang sebesar Rp 138,4 triliun. Di sisi lain, pembelian listrik dari IPP ini mem- buat PLN harus menanggung kewajiban pemba- yaran yang kaku. Hal ini mengingat dalam keba- nyakan perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) ditetapkan batasan kewajiban pembayaran kapasitas yang harus dipenuhi PLN terlepas pasokan setrum ini dibutuhkan atau tidak oleh PLN (take or pay). Kesimpulan dari analisa ini yakni keuangan PLN sangat bergantung pada subsidi yang diba- yarkan oleh PLN. Bahkan, subsidi ke PLN pada 2020 dan 2021 diperkirakan membengkak hingga 85,1% atau setara Rp 55,1 triliun, mengingat pem- belian listrik dari IPP masuk dalam komponan biaya pokok produksi (BPP) untuk menghitung subsidi. Di 2021, IEEFA memproyeksikan subsidi yang dibutuhkan PLN bisa mencapai Rp 119,8 triliun. Padahal, Direktur Energy Finance Studies IEEFA Melissa Brown mengatakan, pandemi Covid-19 membalikkan kondisi keuangan Indo- nesia. Sehingga, transaksi PLN dengan publik Indonesia dan pasar global perlu disesuaikan untuk menghadapi kenyataan ini. “Dibutuhkan langkah pasti dari pejabat senior pembuat kebijakan Indonesia yang harus mem- pertimbangkan cara untuk melepas ketergan- tungan PLN terhadap PLTU batu bara milik IPP sebagai penopang beban dasar (base load),” kata dia dalam keterangan resminya, akhir pekan lalu. Menurutnya, langkah-langkah untuk mengelo- la beban risiko PLN harus mempertimbangkan sejumlah faktor fundamental. Rincinya, disiplin pe- rencanaan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), distorsi sistem lantaran adanya kelebihan kapasitas pembangkit listrik di Sistem Jawa-Bali dan kurangnya investasi dalam pengelolaan jaringan listrik, dan dampak negatif dari peningkataan pembayaran ke IPP terhadap subsidi di 2021. Guna memitigasi masalah keuangan ini, IEEFA dalam laporannya menyebutkan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PLN perlu mengkaji Kembali aspek legal, finansial, dan operasional dari kontrak dengan IPP. Walau- pun keterlibatan IPP meringankan PLN dalam mencapai target 35 Ribu Megawatt (MW), tetapi hal ini menimbulkan biaya yang jelas tidak bisa dibayar oleh PLN. Salah satu caranya yakni berdiskusi dengan IPP untuk mencari strategi baru yang lebih merata pembagian bebannya, yang membuat PLN bisa mengelola pembayaran. Opsi kedua adalah menunda pengeluaran terkait IPP seperti pembangunan jaringan untuk PLTU mulut tambang. Selain itu, akan lebih bijak jika PLN tidak melanjutkan negosiasi dengan IPP yang masih tertunda, utamanya yang akan menambah kapasitas yang tidak dibutuhkan di Sistem Jawa-Bali. “Banyak pihak telah memperoleh keuntungan dari proyek-proyek IPP Indonesia, termasuk perbankan dan investor surat utang. Sehingga, lembaga pendanaan global harus turut serta mencarikan solusi atas masalah ini,” ujar Brown. Brown mengakui, mengatur ulang sistem kelistrikan Indonesia akan menimbulkan biaya pada jangka pendek. Namun, dia yakin Indonesia dapat bangkit dengan sistem kelistrikan yang lebih kuat dan lebih selaras dengan solusi yang lebih hemat biaya. (ayu) Antara JAKARTA – PT Pertamina (Persero) me- nambah pasokan gas minyak cair (liquefied petroleum gas/LPG) bersubsidi 3 kilogram (kg) hingga 50% di wilayah Jawa bagian barat. Hal ini menyusul lonjakan konsumsi LPG pasca diterapkannya imbauan untuk tetap di rumah di tengah pandemi Covid-19. Unit Manager Communication Relations & CSR Marketing Operation Region (MOR) III Pertamina Dewi Sri Utami mengatakan, tambahan pasokan LPG 3 kg ini diberikan untuk hampir seluruh daerah di wilayah MOR III yang mencakup DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Namun, tambahan pa- sokan ini bersifat fakultatif atau situasional menyusul himbauan untuk tetap di rumah yang diterapkan oleh pemerintah setempat. “Kami memperkirakan adanya peningkat- an kebutuhan LPG karena sebagian besar masyarakat kini berada di rumah, sehingga, kami melakukan penambahan pasokan LPG subsidi untuk mempermudah masyarakat. Di daerah, penambahan pasokan disesuai- kan kondisi masing-masing, karena diperki- rakan banyak pemudik yang sudah pulang dari Jakarta/kota besar lainnya,” kata dia dalam pesan pendeknya kepada Investor Daily, akhir pekan lalu. Di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi, lanjutnya, total tambahan pasokan LPG bersubsidi mencapai lebih dari 1,8 juta tabung untuk April ini. Pada kondisi normal, rata-rata penyaluran LPG 3 kg di wilayah ini mencapai 1,2 juta tabung per hari. Tambah- an pasokan LPG ini akan disalurkan secara bertahap sampai 29 April. Dewi merinci, tambahan pasokan LPG bersubsidi di Jakarta sebanyak 150 ribu tabung, Tangerang Raya yang mencakup Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang, dan Kabupaten Tangerang 490 ribu tabung, Bogor 67 ribu tabung, Depok 31 ribu tabung, dan Bekasi 1 juta tabung. Pasokan di Bekasi mencakup Kota Bekasi 544 ribu tabung dan Kabupaten Bekasi 537 ribu tabung, di mana selain itu, Pertamina tetap memasok secara rutin sebanyak 2,9 juta tabung per bulan. Termasuk Tangerang Raya, total tam- bahan pasokan LPG bersubsidi di wilayah Banten yang juga mencakup Cilegon, Serang, dan Pandeglang sebanyak 690 ribu tabung. Selanjutnya, di Garut, Pertamina menambah pasokan LPG bersubsidi sebanyak 32 ribu ta- bung atau 50% dari rata-rata konsumsi harian. Kemudian tambahan fakultatif untuk Cirebon dan Indramayu pada 3-6 April sebesar 50% dari kondisi normal atau 199.320 tabung. “Rata-rata penyaluran LPG bersubsidi di MOR III sebanyak 6.504 metrik ton per hari. Sementara rata-rata penyaluran LPG nonsubsidi rumah tangga 646 metrik ton per hari,” tutur Dewi. Menurut dia, kenaikan konsumsi LPG 3 kg di wilayahnya tercatat sebesar 14%. Ke- naikan konsumsi LPG 3 kg utamanya terjadi di sektor rumah tangga, sementara untuk warung-warung usaha mikro justru turun. Rincinya, konsumsi LPG bersubsidi di Jakarta, Bogor, dan Depok naik 9%, Banten 6%, Bandung 4%, Karawang 27%, Sukabumi 17%, dan Cirebon 49% dibandingkan dengan rata-rata konsumsi harian Januari-Februari. Dewi menambahkan, konsumsi LPG non- subsidi rumah tangga di beberapa wilayah juga tercatat meningkat, yakni di Banten 19%, Cirebon 7%, Karawang 1%, Tangerang Raya 18%, dan tertinggi di Depok 31%. Walaupun ter- jadi penurunan konsumsi LPG nonsubsidi di beberapa daerah lain. Peningkatan konsumsi LPG secara umum lantaran beberapa wilayah memberlakukan isolasi daerah sehingga per- gerakan masyarakat lebih terbatas. “Untuk mengantisipasi hal ini, Pertamina memastikan suplai LPG ke agen maupun pangkalan LPG tetap berjalan lancar dan dapat memenuhi kebutuhan warga,” tuturnya. Dewi mendorong agar masyarakat mem- beli LPG di agen dan pangkalan resmi yang tersebar di seluruh desa dan kecamatan. Dengan membeli di pangkalan resmi Perta- mina, masyarakat akan memperoleh harga sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) ber- dasar Surat Keputusan Bupati atau Walikota setempat, serta terjamin keasliannya. (ayu)

Upload: others

Post on 04-Dec-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 9 energy - idx.co.id€¦ · nambah pasokan gas minyak cair (liquefied petroleum gas/LPG) bersubsidi 3 kilogram (kg) hingga 50% di wilayah Jawa bagian barat. Hal ini menyusul lonjakan

Direktur Penerimaan Mineral dan Batu bara Kementerian ESDM Jonson Pakpahan mengatakan, re-alisasi penerimaan sektor pertam-bangan hingga awal April mencapai 20,81% dari target yang ditetapkan. “Sampai 9 April realisasi PNBP Minerba mencapai Rp9,24 triliun,” kata Jonson kepada Investor Daily di Jakarta, akhir pekan lalu.

Jonson menuturkan, pandemi Covid-19 belum berpengaruh pada penerimaan negara. Pasalnya, hingga saat ini belum ada lapor-an pembatalan kontrak ekspor minerba selama pandemi terjadi. Meskipun konsumsi batu bara dunia menurun seiring dengan pandemi Covid-19. “Belum ada pembatalan kontrak akibat virus corona,” tuturnya

Dikatakannya tantangan pe-nerimaan sektor pertambangan dalam dua tahun terakhir yakni melemahnya harga batu bara. Pe-netapan target PNBP 2020 meng-gunakan asumsi harga batu bara acuan (HBA) sebesar US$ 90 per ton. Batu bara merupakan sektor terpenting dalam penerimaan ne-gara lantaran menjadi penyumbang

mayoritas.“HBA sekarang di sekitar US$ 60

per ton, sementara asumsi harga dalam penetapan target PNBP di US$ 90 per ton,” ujar Jonson.

Berdasarkan catatan Investor Daily, harga batu bara sejak akhir 2019 kemarin berada di kisaran US$ 60 per ton. Pada Desember 2019, HBA berada di level US$ 66,30 per ton. Kemudian di awal 2020, harga batu bara sedikit terkoreksi menjadi US$ 65,93 per ton. Di Februari, HBA mulai menguat di posisi US$ 66,89 per ton. Tren penguatan itu berlanjut di bulan berikutnya di mana HBA ditetapkan sebesar US$ 67,08 per ton. Namun pada April ini, harga sedikit terkoreksi menjadi US$ 65,77 per ton lantaran permintaan dunia menurun seiring dengan pandemi Covid-19.

Secara terpisah, Direktur Ekse-kutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menuturkan, permintaan batu bara di Maret kemarin me-mang lebih rendah dibandingkan Januari-Februari. Permintaan ber-kurang ketika India menetapkan

kebijakan lockdown sejak pekan ketiga Maret kemarin. Kemudian pasokan batu bara dalam negeri Tiongkok sudah mulai normal sehingga berpengaruh terhadap kebutuhan impor.

“Sejauh ini diproyeksikan per-mintaan batu bara di bulan April kurang lebih hampir sama dengan periode Maret. Namun jika wabah Covid-19 masih berkepanjangan tentu akan berpengaruh lebih da-lam lagi terhadap permintaan batu bara,” ujarnya.

Hendra mengungkapkan pi-haknya belum menerima laporan adanya pembatalan kontrak ekspor batu bara akibat Covid-19. Dia me-nerangkan pembatalan pengapalan pada periode Mei-Juni ke Jepang terjadi karena ketidakjelasan per-aturan kapal nasional. “Dalam kondisi saat ini kami berharap agar aturan Permendag 82/2017 segera dicabut karena dengan sisa waktu sekitar tiga minggu sangat meresahkan eksportir akan kelan-caran ekspor di periode Mei dan ke depannya,” jelas dia.

Menteri ESDM Arifin Tasrif se-belumnya menuturkan, kebijakan

penggunaan kapal nasional sepe-nuhnya menjadi wewenang Ke-menterian Perdagangan. Pihaknya sebatas memberi masukan agar ada relaksasi dalam pemberlakuan kebijakan tersebut. Dia mengung-kapkan terganggunya distribusi batu bara berimbas pada capaian PNBP minerba yang merupakan ranah Kementerian ESDM.

“Mengingatkan saja, kita meng-ingatkan ada program untuk bisa memenuhi PNBP supaya tercapai,” tuturnya.

Pada 2020 ini, Kementerian ESDM mematok target PNBP dari sektor yang dikelolanya sebesar Rp 181,7 triliun, naik dari realisasi tahun lalu Rp 172,9 triliun. Sektor minerba dengan target PNBP Rp 44,4 triliun merupakan penyum-bang terbesar kedua untuk pen-capaian target penerimaan negara sektor ESDM tersebut. Di sisi lain, sektor migas sebagai penyumbang PNBP terbesar dengan target Rp 127,3 triliun tengah terpukul oleh anjloknya harga minyak dunia menjadi di level US$ 30 per barel.

Sementara itu, Direktur Jenderal Mineral dan Batu bara Kemente-rian ESDM Bambang Gatot sebe-lumnya mengatakan, penyebaran Covid-19 dalam waktu cepat atau lambat akan mempengaruhi in-vestasi dan operasi pertambangan mineral dan batu bara. Pasalnya, hal tersebut akan mempengaruhi kebutuhan global atas hasil tam-bang lantaran penurunan pabrik.

Pada tahun ini, pemerintah menargetkan produksi batu bara sebesar 550 juta ton. Sementara produksi mineral ditargetkan sebesar 291 ribu katoda tembaga, 120 ton logam emas, 290 ton logam perak, 70 ribu ton logam timah, 2,02 juta ton olahan nikel (ferro nikel dan nikel pig iron), serta 78 ribu ton nikel matte.

senin 13 APRiL 2020

9 energy

Keringanan Pembayaran ListrikSeorang warga memeriksa token listrik di Jakarta, baru-baru ini. Kebijakan listrik gratis selama 3 bulan telah ditetapkan oleh presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020. Perppu ini berisi mengenai pemberian keringanan pembayaran listrik bagi pengguna listrik dengan daya 450VA dan 900VA bersubsidi.

Oleh Rangga Prakoso

JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sektor pertambangan mineral dan batu bara masih sesuai target, yakni mencapai Rp 9,24 triliun hingga awal April. Namun, melemahnya harga batu bara menjadi tantangan dalam mencapai target PNBP tahun ini sebesar Rp 44,4 triliun. Jonson Pakpahan

JAKARTA – Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) memperkirakan PT PLN (Persero) membutuhkan subsidi dari pemerintah mencapai Rp 119,8 triliun pada tahun depan. Hal ini lantaran biaya pembelian listrik swasta oleh PLN diproyeksikan naik signifikan, se-mentara pertumbuhan kebutuhan setrum masih terdampak pandemi Covid-19 dan resesi global.

Dalam perhitungannya, IEEFA memperkirakan beban pembelian listrik dari produsen listrik swasta (independent power producer/IPP) oleh PLN meningkat dua kali lipat jika dibandingkan 2017 lalu, yakni mencapai Rp 164,52 triliun. Beban pembelian setrum ini akan menjadi komponen biaya terbesar, melebihi biaya pembelian bahan bakar PLN di 2021 yang sebesar Rp 138,4 triliun.

Di sisi lain, pembelian listrik dari IPP ini mem-buat PLN harus menanggung kewajiban pemba-yaran yang kaku. Hal ini mengingat dalam keba-nyakan perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) ditetapkan batasan kewajiban pembayaran kapasitas yang harus dipenuhi PLN terlepas pasokan setrum ini dibutuhkan atau tidak oleh PLN (take or pay).

Kesimpulan dari analisa ini yakni keuangan PLN sangat bergantung pada subsidi yang diba-yarkan oleh PLN. Bahkan, subsidi ke PLN pada 2020 dan 2021 diperkirakan membengkak hingga 85,1% atau setara Rp 55,1 triliun, mengingat pem-

belian listrik dari IPP masuk dalam komponan biaya pokok produksi (BPP) untuk menghitung subsidi. Di 2021, IEEFA memproyeksikan subsidi yang dibutuhkan PLN bisa mencapai Rp 119,8 triliun.

Padahal, Direktur Energy Finance Studies IEEFA Melissa Brown mengatakan, pandemi Covid-19 membalikkan kondisi keuangan Indo-nesia. Sehingga, transaksi PLN dengan publik Indonesia dan pasar global perlu disesuaikan untuk menghadapi kenyataan ini.

“Dibutuhkan langkah pasti dari pejabat senior pembuat kebijakan Indonesia yang harus mem-pertimbangkan cara untuk melepas ketergan-tungan PLN terhadap PLTU batu bara milik IPP sebagai penopang beban dasar (base load),” kata dia dalam keterangan resminya, akhir pekan lalu.

Menurutnya, langkah-langkah untuk mengelo-la beban risiko PLN harus mempertimbangkan sejumlah faktor fundamental. Rincinya, disiplin pe-rencanaan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), distorsi sistem lantaran adanya kelebihan kapasitas pembangkit listrik di Sistem Jawa-Bali dan kurangnya investasi dalam pengelolaan jaringan listrik, dan dampak negatif dari peningkataan pembayaran ke IPP terhadap subsidi di 2021.

Guna memitigasi masalah keuangan ini, IEEFA dalam laporannya menyebutkan, Menteri Energi

dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PLN perlu mengkaji Kembali aspek legal, finansial, dan operasional dari kontrak dengan IPP. Walau-pun keterlibatan IPP meringankan PLN dalam mencapai target 35 Ribu Megawatt (MW), tetapi hal ini menimbulkan biaya yang jelas tidak bisa dibayar oleh PLN.

Salah satu caranya yakni berdiskusi dengan IPP untuk mencari strategi baru yang lebih merata pembagian bebannya, yang membuat PLN bisa mengelola pembayaran. Opsi kedua adalah menunda pengeluaran terkait IPP seperti pembangunan jaringan untuk PLTU mulut tambang. Selain itu, akan lebih bijak jika PLN tidak melanjutkan negosiasi dengan IPP yang masih tertunda, utamanya yang akan menambah kapasitas yang tidak dibutuhkan di Sistem Jawa-Bali.

“Banyak pihak telah memperoleh keuntungan dari proyek-proyek IPP Indonesia, termasuk perbankan dan investor surat utang. Sehingga, lembaga pendanaan global harus turut serta mencarikan solusi atas masalah ini,” ujar Brown.

Brown mengakui, mengatur ulang sistem kelistrikan Indonesia akan menimbulkan biaya pada jangka pendek. Namun, dia yakin Indonesia dapat bangkit dengan sistem kelistrikan yang lebih kuat dan lebih selaras dengan solusi yang lebih hemat biaya. (ayu)

Antara

JAKARTA – PT Pertamina (Persero) me-nambah pasokan gas minyak cair (liquefied petroleum gas/LPG) bersubsidi 3 kilogram (kg) hingga 50% di wilayah Jawa bagian barat. Hal ini menyusul lonjakan konsumsi LPG pasca diterapkannya imbauan untuk tetap di rumah di tengah pandemi Covid-19.

Unit Manager Communication Relations & CSR Marketing Operation Region (MOR) III Pertamina Dewi Sri Utami mengatakan, tambahan pasokan LPG 3 kg ini diberikan untuk hampir seluruh daerah di wilayah MOR III yang mencakup DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Namun, tambahan pa-sokan ini bersifat fakultatif atau situasional menyusul himbauan untuk tetap di rumah yang diterapkan oleh pemerintah setempat.

“Kami memperkirakan adanya peningkat-an kebutuhan LPG karena sebagian besar masyarakat kini berada di rumah, sehingga, kami melakukan penambahan pasokan LPG subsidi untuk mempermudah masyarakat. Di daerah, penambahan pasokan disesuai-kan kondisi masing-masing, karena diperki-rakan banyak pemudik yang sudah pulang dari Jakarta/kota besar lainnya,” kata dia dalam pesan pendeknya kepada Investor Daily, akhir pekan lalu.

Di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi, lanjutnya, total tambahan pasokan LPG bersubsidi mencapai lebih dari 1,8 juta tabung untuk April ini. Pada kondisi normal, rata-rata penyaluran LPG 3 kg di wilayah ini mencapai 1,2 juta tabung per hari. Tambah-an pasokan LPG ini akan disalurkan secara bertahap sampai 29 April.

Dewi merinci, tambahan pasokan LPG bersubsidi di Jakarta sebanyak 150 ribu tabung, Tangerang Raya yang mencakup Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang, dan Kabupaten Tangerang 490 ribu tabung, Bogor 67 ribu tabung, Depok 31 ribu tabung, dan Bekasi 1 juta tabung. Pasokan di Bekasi mencakup Kota Bekasi 544 ribu tabung dan Kabupaten Bekasi 537 ribu tabung, di mana selain itu, Pertamina tetap memasok secara rutin sebanyak 2,9 juta tabung per bulan.

Termasuk Tangerang Raya, total tam-bahan pasokan LPG bersubsidi di wilayah Banten yang juga mencakup Cilegon, Serang, dan Pandeglang sebanyak 690 ribu tabung. Selanjutnya, di Garut, Pertamina menambah pasokan LPG bersubsidi sebanyak 32 ribu ta-bung atau 50% dari rata-rata konsumsi harian. Kemudian tambahan fakultatif untuk Cirebon dan Indramayu pada 3-6 April sebesar 50% dari kondisi normal atau 199.320 tabung.

“Rata-rata penyaluran LPG bersubsidi di MOR III sebanyak 6.504 metrik ton per hari. Sementara rata-rata penyaluran LPG nonsubsidi rumah tangga 646 metrik ton per hari,” tutur Dewi.

Menurut dia, kenaikan konsumsi LPG 3 kg di wilayahnya tercatat sebesar 14%. Ke-naikan konsumsi LPG 3 kg utamanya terjadi di sektor rumah tangga, sementara untuk warung-warung usaha mikro justru turun. Rincinya, konsumsi LPG bersubsidi di Jakarta, Bogor, dan Depok naik 9%, Banten 6%, Bandung 4%, Karawang 27%, Sukabumi 17%, dan Cirebon 49% dibandingkan dengan rata-rata konsumsi harian Januari-Februari.

Dewi menambahkan, konsumsi LPG non-subsidi rumah tangga di beberapa wilayah juga tercatat meningkat, yakni di Banten 19%, Cirebon 7%, Karawang 1%, Tangerang Raya 18%, dan tertinggi di Depok 31%. Walaupun ter-jadi penurunan konsumsi LPG nonsubsidi di beberapa daerah lain. Peningkatan konsumsi LPG secara umum lantaran beberapa wilayah memberlakukan isolasi daerah sehingga per-gerakan masyarakat lebih terbatas. “Untuk mengantisipasi hal ini, Pertamina memastikan suplai LPG ke agen maupun pangkalan LPG tetap berjalan lancar dan dapat memenuhi kebutuhan warga,” tuturnya.

Dewi mendorong agar masyarakat mem-beli LPG di agen dan pangkalan resmi yang tersebar di seluruh desa dan kecamatan. Dengan membeli di pangkalan resmi Perta-mina, masyarakat akan memperoleh harga sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) ber-dasar Surat Keputusan Bupati atau Walikota setempat, serta terjamin keasliannya. (ayu)