87924749-analisis-wacana

38
A. LATAR BELAKANG Membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperolah pesan yang disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi. Atau dengan kata lain membaca sebagai suatu penafsiran atau interpretasi terhadap ujaran yang berada dalam bentuk tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, membaca yaitu melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya di hati), mengucapkan, mengeja atau melafalkan apa yang tertulis. Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Dengan kata lain membaca bertujuan untuk : Memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta Memperoleh ide-ide utama Mengetahui urutan atau susunan dan organisasi cerita Menyimpulkan/membaca inferensi Mengelompokan/mengklasifikasikan Menilai/mengevaluasi Memperbandingkan/mempertentangkan Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa, terbagi kedalam dua aktivitas, yaitu membaca nyaring dan membaca dalam hati. Membaca dalam 1

Upload: ratih-paramitha-idaayuu

Post on 06-Aug-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 87924749-ANALISIS-WACANA

A. LATAR BELAKANG

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperolah

pesan yang disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Dari segi

linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi.

Atau dengan kata lain membaca sebagai suatu penafsiran atau interpretasi terhadap

ujaran yang berada dalam bentuk tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

membaca yaitu melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan

melisankan atau hanya di hati), mengucapkan, mengeja atau melafalkan apa yang

tertulis. Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh

informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Dengan kata lain membaca

bertujuan untuk :

Memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta

Memperoleh ide-ide utama

Mengetahui urutan atau susunan dan organisasi cerita

Menyimpulkan/membaca inferensi

Mengelompokan/mengklasifikasikan

Menilai/mengevaluasi

Memperbandingkan/mempertentangkan

Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa, terbagi kedalam dua

aktivitas, yaitu membaca nyaring dan membaca dalam hati. Membaca

dalam hati dibagi atas membaca ekstensif dan membaca intensif.

Sedangkan membaca ide termasuk kedalam cakupan membaca telaah isi yang

tergolong membaca intensif.

I . Membaca Ide (Reading for Ideas)

A. Pengertian Membaca Ide

Seperti halnya dengan keterampilan membaca telaah isi yang lainnya (yaitu

membaca teliti, membaca pemahaman, dan membaca kritis), membaca ide

juga merupakan hal yang sangat penting dalam memahami serta menemukan

gagasan yang disampaikan oleh penulis pada tulisannya.

Di atas telah dikemukakan tentang pengertian dari membaca. Sedangkan

1

Page 2: 87924749-ANALISIS-WACANA

kata ”ide” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berarti

rancangan yang tersusun di dalam pikiran; gagasan; cita-cita.

Terdapat beberapa pengertian tentang membaca ide, diantaranya yaitu :

Membaca ide juga berarti sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari,

memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.

Membaca ide merupakan mengerahkan kemampuan keterampilan membaca

untuk menangkap ide pokok pada sebuah bacaan.

Membaca ide berarti membaca untuk menemukan pikiran, gagasan,

cita-cita yang terdapat pada wacana yang dibaca.

Membaca ide merupakan tahapan pertama untuk memajukan pemahaman

dari maksud penulis yang terdapat pada tulisannya.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca ide

adalah proses membaca yang bermaksud menemukan dan memahami ide,

gagasan, cita-cita dan maksud pengarang/penulis yang terdapat pada

tulisannya.

Contohnya ketika kita membaca sebuah buku/bacaan. Untuk memudahkan

kita mendalami buku/bacaan tersebut, hendaklah kita selalu menemukan ide

pokok pada setiap buku/bacaan yang meliputi:

Ide pokok buku/bacaan keseluruhan

Ide pokok bab/judul.

Ide pokok bagian bab dan sub judul

Ide pokok paragraph

Ke-empat ide pokok tersebut harus kita temukan dan pahami. Hal ini lah yang

disebut dengan membaca ide.

B. Hubungan Membaca Ide dengan Keterampilan Membaca Telaah Isi yang lain

(membaca teliti, membaca pemahaman, dan membaca kritis)

1. Hubungannya dengan membaca teliti

Untuk membaca ide pada setiap bacaan tentunya perlu ketelitian yang

baik dari pembaca untuk menemukan ide, gagasan pada tulisan yang

2

Page 3: 87924749-ANALISIS-WACANA

dibacanya. Maka terlihat jelas membaca teliti merupakan tahapan untuk

mencapai/menemukan ide, gagasan dalam bacaan.

2. Hubungannya dengan membaca pemahaman

Bagaimana kita dapat menemukan ide, gagasan dalam tulisan apabila

kita tidak memahami bacaan yang kita baca tersebut. Maka membaca

pemahamn juga erat hubungannya dengan membaca ide.

3. Hubungnya dengan membaca kritis

Seorang pembaca kritis tidak akan mampu menganalisis suatu bacaan

apabila dia sendiri tidak mengetahui/menemukan gagasan, ide yang

sebenarnya yang dimaksud oleh penulis. Maka membaca ide adalah salah

satu tahapan untuk menjadi pembaca kritis, dan begitu juga sebaliknya.

C. Manfaat Membaca Ide

Orang yang lebih banyak membaca maka akan mempunyai banyak ilmu

pengetahuan dan pengalaman, dan orang yang kaya akan ilmu dan pengalaman akan

mudah berbicara atau menulis tentang ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya.

Begitu juga semakin banyak membaca orang akan semakin terampil berbahasa, dan

orang yang terampil dalam berbahasa akan semakin cerah dan jelas jalan fikirannya.

Ketika kita membaca sebuah buku, apakah buku tersebut kita baca secara

keseluruhan begitu saja? Tanpa tahu apa maksud yang disampaikan si penulis yang

mampu memberikan peningkatan kualitas ilmu dan pengalaman kita. Atau kita cukup

tahu saja maksud si penulis? Namun tanpa menemukan ide, gagasan, serta cita-cita si

penuli dalam tulisannya. Dalam membaca apa saja, hendaklah kita menemukan ide

pokok pada bacaan tersebut. Jangan sampai hanya membuang waktu untuk menekuni

detail semua bacaan.

Dengan membaca ide memberikan banyak manfaat bagi tercapainya tujuan

membaca yang optimal dan mampu membawa kepada peningkatan berbahasa bagi

pembacanya. Dengan membaca ide kita dapat menemukan gagasan, ide yang

terkandung pada bacaan dengan cepat dan tepat tanpa membacanya secara

keseluruhan secara detail. Dengan membaca ide atau gagasan pokok maka kita

sebenarnya telah menghemat waktu dan tenaga dalam membaca.

3

Page 4: 87924749-ANALISIS-WACANA

D. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca Ide?

Kemampuan membaca ide merupakan keharusan yang dimilki oleh para

mahasiswa/pelajar pada khususnya, begitu juga bagi setiap pembaca pada umumnya.

Tentunya dengan maksud untuk mencapai tujuan membaca yang optimal. Untuk

menjadi seorang pembaca ide, kita harus menjadi seorang pembaca yang baik

(a good raider). Bagaimana untuk menjadi seorang pembaca yang baik?

Berikut ada beberapa cara untuk menjadi sorang pembaca yang baik, yaitu:

1. Mengetahui alasan kenapa dia membaca

2. Memahami apa yang dibacanya

3. Menguasai takhnik kecepatan membaca

4. Mengenal berbagai media cetak

Selain cara di atas ada cara yang lain untuk menjadi seorang pembaca ide,

yaitu berusaha menemukan dan menangkap ide pokok. Untuk mendapatkan ide

pokok dengan cepat dan tepat kita harus :

1. Berpikir bersama penulis, mengikuti struktur dan gaya

penulisannya.

2. Baca dengan mendesak, dengan tujuan mendapatkan ide pokok,

secara cepat.

3. Jangan baca kata per kata, melainkan serap ide.

4. Bergerak lebih cepat, tapi jangan kehilangan pengertian.

5. Bacalah dengan cepat, dengan cepat mengerti idenya. Get in, get the

thought, and get out.

6. Anda harus melecut diri untuk cepat mencari arti sentral.

7. Kurangi kebiasaan menekuni detail kecil.

8. Cepat bereaksi terhadap pokok dari suatu karangan dengan akurat.

Namun pada dasarnya untuk meningkatkan kemampuan membaca

ide tidak ada cara/metode yang paling tepat, karena setiap pembaca

harus mengembangkan sendiri strategi ataupun metode-metode

untuk membaca ide. Tapi beberapa cara/metode/resep di atas

tentunya bisa dicoba

4

Page 5: 87924749-ANALISIS-WACANA

B. Memahami Prinsip – Prinsip Membaca Ide Pada Wacana Surat Kabar

Bahasa merupakan sarana komunikasi terpenting yang digunakan dalam

interaksi antarindividu. Bahasa akan menjadi bermakna ketika digunakan dalam

kehidupan sehari-hari oleh para pemakainya. Dalam pemakaiannya, para pemakai

bahasa dapat menafsirkan sesuatu yang disampaikan oleh pemakai bahasa yang lain

dengan penafsiran yang berbeda. Dalam hal ini para pemakai bahasa harus

mengenali wacana dengan baik, agar pesan dalam wacana dapat diterima dan tidak

menimbulkan salah penafsiran.

Untuk meminimalisir salah paham, diperlukan istilah kohesi yang mengacu pada

hubungan antar bagian dalam sebuah teks yang ditandai oleh penggunaan unsur

bahasa sebagai pengikatnya. Kohesi merupakan salah satu unsur pembentuk

koherensi. Kohesi dan koherensi sudah seharusnya terjadi pada sebuah wacana agar

pembaca (bentuk wacana tulis) atau pendengar (bentuk wacana lisan (tentunya

didukung oleh konteks)) memahami maksud dari wacana itu sendiri.

Menurut Samsuri (dalam Alex Sobur, 2004: 10) wacana merupakan rekaman

kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri atas

seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan yang

lain. Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan dan dapat pula dengan bahasa

tulisan.

Dalam hal ini wacana merupakan suatu kesatuan gramatikal yang utuh dan

berkesinambungan serta mempunyai makna. Untuk dapat memahami sebuah wacana,

diperlukan suatu kajian yang membahas tentang wacana baik dari segi leksikal dan

gramatikal maupun dari konteksnya. Ilmu yang mengkaji tentang wacana dalam hal

ini adalah analisis wacana. Menurut Stubbs (dalam Bambang Yudi Cahyono, 1994:

227) analisis wacana merupakan objek kajian pragmatik yang menekankan telaahnya

pada penafsiran wacana dan teks. Di samping itu, analisis wacana juga

memanfaatkan hasil kajian pragmatik. Oleh karena itu, analisis wacana juga

berupaya menafsirkan suatu wacana yang tidak terjangkau oleh semantik tertentu

maupun sintaksis (Bambang Yudi Cahyono, 1994: 228). Dari pengertian tersebut kita

dapat menyimpulkan bahwa analisis wacana berkaitan dengan hal-hal di luar

5

Page 6: 87924749-ANALISIS-WACANA

kebahasaan, seperti konteks dan situasi penutur.Wacana dalam hal ini wacana

berbentuk tertulis, menjadi bahan yang menarik untuk dikaji.

Wacana-wacana yang berasal dari media cetak maupun elektronik, seperti surat

kabar, majalah ataupun surat kebar elektronik (harian online) dapat dikaji baik dari

segi leksikal dan gramatikal maupun dari segi konteksnya. Wacana-wacana dalam

teks media yang menggunakan bahasa jurnalistik mempunyai keunikan tersendiri dan

menarik untuk dikaji.

Salah satu wacana yang terdapat dalam media cetak adalah opini. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III opini adalah pendapat, pikiran, dan

pendirian. Jadi, opini pada surat kabar merupakan pendapat atau pemikiran seorang

ahli pada sebuh permasalahan yang sedang terjadi, yang dipublikasikan melalui

media cetak seperti surat kabar.

C. BATASAN MASALAH

Agar anlisis ini tidak mengambang, maka pada pembahasan kali ini akan

dibatasi masalah yang akan dibahas pada analisi kohesi dan koherensi wacana.

Adapun pembatasan masalahnya sebagai berikut:

“Analisis kohesi gramatikal yang meliputi pengacuan (referensi) dan perangkai

(konjungsi). Kemudian, kohesi leksikal yang meliputi repetisi (pengulangan) dan

sinonim (padan kata). Dan koherensi yang meliputi hubungan sebab akibat

(kausalitas), hubungan penjelasan (amplikatif), dan hubungan penambahan pada

rubrik opini Koran kompas”.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan, maka pada rumusan

masalah penulis akan membahasa masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan aspek kohesi gramatikal yang meliputi pengacuan

dan perangkai dan kohesi leksikal yang meliputi repitisi dan sinonim dalam

wacana pada rubrik opini surat kabar elektronik kompas?

6

Page 7: 87924749-ANALISIS-WACANA

2. Bagaimana penggunaan aspek koherensi dalam wacana pada rubrik opini

dalam surat kabar elektronik kompas yang meliputi hubungan sebab akibat

(kausalitas), hubungan penjelasan (amplikatif), dan hubungan penambahan?

3. Bagaimanakah keterkaitan aspek kohesi dan koherensi dalam wacana?

E. SUMBER DATA

Adapun sumber data yang penulis kumpulkan bersumber dari surat kabar media

elektronik kompas (kompas.com) dalam kurun waktu 6 hari mulai dari tanggal terbit

8 – 13 November tahun 2010. Berikut rekapitulasi data yaang telah terkumpul:

Tabel 1. rekapitulasi wacana pada rubrik opini dalam kompas.com (8 – 13 November

2010)

No. Judul Wacana Opini Tanggal Terbit

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Kota Hijau oleh Eko Budiharjo

Obama-SBY Versus Globalisasi oleh Christianto

Wibisono

Perencanaan Cerdas Mewujudkan Kota Hijau oleh

Nirwono Joga

Maskapai Asing Takut Abu Merapi? oleh Chappy

Hakim

Semiotika Bencana oleh Yasfar Amir Piliang

MK Minta Tolong pada Refly oleh Moh Mahfud MD

Polemik Ipo Pt Krakatau Steel oleh Iman Sugema

Pemindahan Tan Malaka ke Kalibata oleh Asvi

Warman Adam

Tamu Agung yang Merepotkan oleh Ikrar Nusa Bhakti

Merawat islam Indonesia oleh Abd A’la

Rekayasa IPO Krakatau Steel? oleh Hikmahanto

Juwana

Relokasi Korban Bencana Mentawai oleh Frans R

Siahaan

8 November 2010

8 November 2010

8 November 2010

9 November 2010

9 November 2010

10 November 2010

10 November 2010

10 November 2010

11 November 2010

11 November 2010

11 November 2010

11 November 2010

7

Page 8: 87924749-ANALISIS-WACANA

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

Rekonsolidaso Ekonomi Global oleh Syamsul Hadi

“Doorstoot Naar Bali” oleh Saldi Isra

Mencari “Kutu” di MK oleh Febri Diansyah

Merokok: Kebiasaan atau Kebinasaan? oleh Tan Shot

Yen

Tahab Baru Hubungan RI-Jepang oleh Koijiro Shiojiri

Erupsi Saham Krakatau Steel oleh Yanuar Rizky

G-20 dan KM-35 oleh Makmur Keliat

Inmemoriam Des Alwi oleh Rosihan Anwar

12 November 2010

12 November 2010

12 November 2010

12 November 2010

13 November 2010

13 November 2010

13 November 2010

13 November 2010

Dari data yang tersaji pada tabel.1, tidak semuanya akan dianalisis. Karena

keterabatasan waktu maka akan dipilih hanya beberapa judul yang dianggap sudah

dapat mewakili seluruh data yang ada untuk dianaliis.

Berikut awacana yang akan dianalisis:

1. Tamu Agung yang Merepotkan oleh Ikrar Nusa Bhakti. Terbit tanggal 11

November 2010

2. Maskapai Asing Takut Abu Merapi? oleh Chappy Hakim. Terbit tanggal 9

November 2010

F. METODE PENELITIAN

Pada analisis yang akan dikerjakan ini penulis menggunakan metode analisis

deskriptif kualitatif. Kenapa dipilih metode ini? Karena metode penelitian deskriptif

kualitatif menekankan pada metode penelitian observsi di lapangan dan datanya

dianalisa dengan cara non-statistik melainkan dengan membahasakan apa yang

dianalisis, meskipun tidak selalu meniadakan penggunaan angka.

Data yang dikumpulkan bersumber dari rubrik opini pada harian kompas dalam

kurun waktu enam hari, terhitung dari tanggal 8 – 13 November 2010. Jumlah

wacana selama enam hari tersebut adalah 20 wacana dalam bentuk opini. Tetapi

seperti yang telah dikemukakan pada sumber data, penulis hanya menganalisis tiga

opini yang dianggap telah mewakili dari keseluruhan data yang ada.

8

Page 9: 87924749-ANALISIS-WACANA

G. TEKNIS ANALISIS DATA

Untuk memudahkan penulis dan pembaca melihat data yang akan dianalisis,

maka penulis melakukan pengkodean data sebagai berikut:

K : Kalimat

Kn : Kalimat ke…

Misal

K1 : Kalimat ke satu

K4 : Kalimat ke empat

P : Paragraf

Pn : Paragraf ke…

P2 : Paragraf kedua

P6 : Paragraf keenam

Tentunya akan terjadi kombinasi kode data untuk menunjukkan data. Maka,

bentuknya sebagai berikut:

Pn-Kn : Paragraf ke… baris ke…

atau

Kn-Pn : Baris ke… paragraf ke…

Untuk opini dilambangkan dengan huruf ‘O’.

O1 = opini satu

O2 = opini dua

O3 = opini tiga

Hanya pengkodean data seperti yang telah dijelaskan yang berlaku dan

terdapat pada analisis yang akan dilakukan.

H. KAJIAN TEORITIS

Kohesi

Halliday dan Hasan (1976 : 6) membagi kohesi didalam wacana menjadi dua

jenis, yaitu kohesi leksikal dan kohesi gramatikal. Kohesi gramatikal yang akan

9

Page 10: 87924749-ANALISIS-WACANA

dikemukakan pada penelitian ini meliputi pengacuan ( referensi ) dan perangkaian

( konjungsi ).

1. Pengacuan ( referensi )

Pengacuan atau referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang

berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain ( atau suatu

acuan ) yang mendahului atau mengikutinya. Berdasarkan tempatnya, maka

pengacuan dibedakan menjadi dua jenis : (1) pengacuan endofora apabila acuannya

(satuan lingual yang diacu) berada atau terdapat didalam teks wacana itu, dan (2)

pengacuan eksofora apabila acuannya berada atau terdapat di luar teks wacana.

Pengacuan endofora berdasarkan arah pengacuannya dibedakan menjadi dua

jenis, yaitu pengacuan anaforis dan pengacuan kataforis. Pengacuan anaforis adalah

salah satu kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada

satuan lingual lain yang mendahuluinya atau mengacu pada unsur yang telah disebut

terlebih dahulu. Pengacuan kataforis merupakan salah satu kohesi gramatikal yang

berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang

mengikutinya atau mengacu pada unsur yang baru disebutkan kemudian.

Jenis kohesi gramatikal pengacuan dapat juga diklasifikasikan menjadi tiga

macam, yaitu (1) pengacuan persona, (2) pengacuan demonstratif dan (3) pengacuan

komparatif.

a. Pengacuan Persona

Pengacuan persona meliputi persona I tunggal (aku, saya, ku-, -ku), persona I

jamak (kami, kami semua, kita), persona II tunggal (kamu, anda, kau-, -mu), persona

II jamak (kamu semua, kalian, kalian semua), persona III tunggal (ia, dia, beliau, di-,

-nya) dan persona III jamak (mereka, mereka semua).

b. Pengacuan Demonstratif

Pengacuan demonstratif (kata ganti penunjuk) dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu pronominal demonstratif waktu (temporal) dan pronominal demonstratif tempat

(lokasional). Pronominal demonstratif waktu meliputi pengacuan waktu kini (kini,

sekarang, saat ini), lampau (kemarin, dulu, yang lalu), yang akan datang (besok, yang

akan datang) dan netral (pagi, siang, sore, pukul 12). Pronominal demonstrative

tempat meliputi pengacuan tempat yang dekat dengan penutur (sini, ini), agak dekat

10

Page 11: 87924749-ANALISIS-WACANA

dengan penutur (situ, itu), jauh dengan penutur (sana) dan menunjuk tempat secara

eksplisit (Solo, Yogya).

c. Pengacuan Komparatif (Perbandingan)

Pengacuan Komparatif (perbandingan) ialah salah satu jenis kohesi

gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai

kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk/wujud, sikap, sifat, watak, perilaku, dan

sebagainya. Kata-kata yang digunakan untuk membandingkan misalnya seperti,

bagai, bagaikan, laksana, sama dengan, tidak berbeda dengan, persis seperti dan

persis sama dengan.

2. Perangkaian (Konjungsi)

Konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan

cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana. Unsur

yang dirangkaikan dapat berupa satuan lingual kata, frasa, klausa, kalimat, dan dapat

juga berupa unsur yang lebih besar dari itu.

Dilihat dari segi makna, perangkaian (konjungsi) dapat berupa : sebab –

akibat (sebab, karena, maka, makanya), pertentangan (tetapi, namun), kelebihan atau

eksesif (malah), perkecualian atau ekseptif (kecuali), konsesif (walaupun, meskipun),

tujuan (agar, supaya), penambahan atau aditif (dan, juga, serta), pilihan atau

alternatif (atau, apa), harapan atau optatif (moga-moga, semoga), urutan atau

sekuensial (lalu, terus, kemudian), perlawanan (sebaliknya), waktu (setelah, sesudah,

usai, selesai), syarat (apabila, jika), cara (dengan cara begitu) dan makna – makna

lainnya.

Selain kohesi gramatikal ada satu jenis kohesi lagi, yaitu kohesi leksikal.

Adapun kohesi leksikal yang akan dijelaskan pada penelitian ini meliputi repetisi

(pengulangan) dan sinonimi (padan kata).

1. Repetisi (Pengulangan)

Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata atau

bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah

konteks yang sesuai. Repetisi dapat dibedakan menjadi delapan macam, yaitu :

a. Repetisi Epizeuksis

Repetisi epizeuksis ialah pengulangan satuan lingual (kata) yang

dipentingkan beberapa kali secara berturut-turut.

11

Page 12: 87924749-ANALISIS-WACANA

b. Repetisi Tautotes

Repetisi tautotes ialah pengulangan satuan lingual (sebuah kata) beberapa kali

dalam sebuah konstruksi.

c. Repetisi Anafora

Repetisi anaphora ialah pengulangan satuan lingual berupa kata atau frasa

pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya.

d. Repetisi Epistrofa

Repetisi epistrofa ialah pengulangan satuan lingual kata/frasa pada akhir baris

(dalam puisi) atau akhir kalimat (dalam prosa) secara berturut-turut.

e. Repetisi Simploke

Repetisi simploke ialah pengulangan satuan lingual pada awal dan akhir

beberapa baris/kalimat berturut-turut.

f. Repetisi Mesodiplosis

Repetisi mesodiplosis ialah pengulangan satuan lingual ditengah-tengah baris

atau kalimat secara berturut-turut.

g. Repetisi Epanalepsis

Repetisi Epanalepsis ialah pengulangan satuan lingual, yang kata/frasa

terakhir dari baris/kalimat itu merupakan pengulangan kata/frasa pertama.

h. Repetisi Anadiplosis

Repetisi anadiplosis ialah pengulangan kata/frasa terakhir dari baris/kalimat

itu menjadi kata/frasa pertama pada baris/kalimat berikutnya.

2. Sinonimi (Padan Kata)

Sinonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama;

atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain (Abdul

Chaer, 1990:85). Sinonimi berfungsi menjalin hubungan makna yang sepadan antara

satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana.

Berdasarkan wujud satuan lingualnya, sinonimi dapat dibedakan menjadi lima

macam, yaitu :

a. Sinonimi morfem (bebas) dengan morfem (terikat)

b. Sinonimi kata dengan kata

c. Sinonimi kata dengan frasa atau sebaliknya

d. Sinonimi frasa dengan frasa

12

Page 13: 87924749-ANALISIS-WACANA

e. Sinonimi klausa/kalimat dengan klausa/kalimat

Koherensi

Istilah “koherensi” mengandung makan ‘pertalian’. Dalam konsep

kewacanaan, berarti pertalian makna atau isi kalimat (HG Tarigan, 1987:32).

Koherensi juga berarti hubungan timbal balik yang serasi antarunsur dalam kalimat

(Gorys Keraf, 1984:38).

Harimurti Kridalaksana (1984:69; 1978:83-40) mengemukakan bahwa

hubungan kiherensi wacana sebenarnya adalah ‘hubungan semantis’. Artinya

hubungan itu terjadi antarproposisi. Secara struktural, hubungan itu direpresentasikan

oleh peraturan secara semantis antara kalimat (bagian) yang satu dengan kalimat

lainnya. Hubungan maknawi ini kadang-kadang tanpa penanda. Hubungan semantis

yang dimaksu antara lain:

1. Hubungan sebab-akibat (kausalitas)

Salah satu bagian kalimat menjawab pertanyaan: “mengapa sampai terjadi

begini?”, atau kalimat yang satu bermakna sebab dan klaimat lainnya menjadi

akibat. Contoh:

“Ia tidak mungkin menemukan buku fiksi diperpustakaan itu. Koleksi

perpustakaan itu khusus buku nonfiksi ilmiah.

2. Hubungan penjelas (amplikatif)

Salah satu bagian kalimat memperkuat atau memperjelas bagian kalimat

lainnya. Contoh:

“Dua burung itu jangan dipisah. Masukkan dalam satu kandang saja.”

3. Hubungan penambahan (aditif)

Penambahan (aditif), penanda koherensi yang bersifat aditif atau berupa

penambahan antara lain: dan, juga, selanjutnya, lagi pula, serta.

13

Page 14: 87924749-ANALISIS-WACANA

Masih ada beberapa hubungan yang lainnya. Tetapi tidak akan diuraikan,

karena yang diteliti pada wacana hanya hubunga kausalitas, hubungan penjelas dan

hubungan penambahan.

Opini

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III opini adalah pendapat,

pikiran, dan pendirian. Jadi, opini pada surat kabar merupakan pendapat atau

pemikiran seorang ahli pada sebuh permasalahan yang sedang terjadi, yang

dipublikasikan melalui media cetak seperti surat kabar.

I. PEMBAHASAN

wacana opini

“Tamu Agung yang Merepotkan” oleh Ikrar Nusa Bakti

a. Penyajian Data

(O1P1K3) Sekarang sebagai Presiden, saya bahkan tidak bisa melihat lalu lintas

karena jalan-jalan diblokir, padahal setahu saya lalu lintas Jakarta lumayan padat

juga.

(O1P2K2) Bisa saja diartikan betapa tuan rumah Indonesia terlalu berlebihan dalam

mengatur lalu lintas Jakarta saat tamu agung dari negara adidaya itu berkunjung ke

Indonesia, Selasa dan Rabu lalu.

(O1P3K1) Bayangkan, semua jalan yang akan dilalui ditutup 15 menit sampai

berjam-jam, pengguna jalan berdesak dalam kemacetan menunggu sampai

rombongan tamu agung lewat.

(O1P5K2) Ini tentunya sentilan keras bagi kita semua sebagai pemilik ideologi

Pancasila.

(O1P6K1) Tengoklah apakah ideologi negara itu menjadi pegangan bagi para

pembuat, pengambil keputusan, dan pelaksana keputusan di negeri ini?

(O1P6K2) Apakah dalam pembuatan undang-undang seperti undang-undang

penanaman modal, undang-undang mengenai air, juga undang-undang mengenai

energi, ideologi negara itu digunakan sebagai pegangan?

(O1P7) Di mana pula ideologi Pancasila di mata para elite politik dalam

memperlakukan warga negara Indonesia yang berbeda suku, agama, ras, dan

14

Page 15: 87924749-ANALISIS-WACANA

golongan? Di mana sikap kegotongroyongan kita? Di mana sikap para wakil rakyat

kita dalam memaknai sila keempat Pancasila di dalam pengambilan keputusan di

sidang-sidang parlemen?

(O1P8-P9) Pelajaran penting lain dari Barack Obama ialah bagaimana sikap dan

tindakan politiknya dalam menghadapi pluralisme masyarakat Amerika. Presiden

Obama amat memegang teguh keputusannya untuk mendukung pembangunan

Islamic Center di tanah dekat reruntuhan gedung kembar World Trade Center di New

York walau kritik dan caci maki ditujukan kepadanya dari warga Amerika sendiri.

Obama juga berani untuk tetap mengunjungi Mesjid Istiqlal. Ini melambangkan

bahwa AS bukanlah musuh Islam dan Islam bukanlah musuh AS. Sikap dan tindakan

Obama melawan arus yang berkembang di AS.

(O1P10K2) Namun, Obama tetap menunjukkan kenegarawanannya sebagai

pemimpin AS dan tidak memedulikan citra politik yang merosot.

(O2P10K3) Meletakkan batu sendi kebijakan yang positif terhadap Islam dan negara-

negara Islam jauh lebih mulia ketimbang popularitas politik sesaat.

(O1P13) Salah satu tujuan kunjungan Presiden Obama ke Jakarta adalah membangun

kemitraan komprehensif antara AS-Indonesia…

(O1P14) Indonesia telah memiliki kerja sama semacam itu…

(O1P18K2) Apakah ini sekadar beasiswa bagi anak-anak elite politik Indonesia

untuk kuliah lanjutan ke universitas-universitas ternama di AS, ataukah beasiswa atas

dasar penilaian obyektif kepada semua anak Indonesia?

b. Pembahasan Hasil Analisis Data

KOHESI GRAMATIKAL

1. Referensi (pengacuan)

Pada wacana (O1P1K3) … saya bahkan tidak bisa melihat lalu lintas karena

jalan-jalan diblokir, … merupakan pengacuan persona 1 tunggal. Hal ini ditunjukkan

pada kata ‘saya’ yang mengacu pada Barack Husain Obama. Jenis pengacuan ini

adalah pengacuan eksofora, karena acuannya tidak terdapat di dalam teks atau

dengan kata lain berada di luar teks.

Pada (O1P2K2) … saat tamu agung dari negara adidaya itu berkunjung ke

Indonesia, Selasa dan Rabu lalu. … adalah pengacuan endofora yang anaforis.

15

Page 16: 87924749-ANALISIS-WACANA

Mengapa demikian? Karena ‘tamu agung’ mengacu pada Presiden AS Barack

Hussein Obama yang telah disebutkan di awal paragraf kedua. Artinya pengacuan

endofora yang anaforis adalah berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada

satuan lingual lain yang mendahuluinya atau mengacu pada unsur yang telah disebut

terlebih dahulu.

Pada (O1P3K1) … pengguna jalan berdesak dalam kemacetan menunggu

sampai rombongan tamu agung lewat. … merupakan pengacuan eksoforis.

Pengacuan eksoforis adalah pengacuan yang acuannya tidak terdapat di dalam teks.

(O1P5K2) Ini tentunya sentilan keras bagi kita semua sebagai pemilik

ideologi Pancasila. … adalah pengacuan persona 1 jamak, ditunjukkan pada kata

‘kita’ yang mengacu pada rakyat Indonesia. Jenis pengacuan ini adalah pengacuan

eksofora.

(O1P6K1) … bagi para pembuat, pengambil keputusan, dan pelaksana

keputusan di negeri ini? … merupakan pengacuan demonstratif tempat. Terlihat

dalam penggunaan kata ‘ini’ yang di dahului kata ‘negara’ menunjukkan bahwa ‘ini’

mengacu pada tempat yaitu Indonesia.

(O1P6K2) … ideologi negara itu digunakan sebagai pegangan? ...

merupakan pengacuan demonstratif tempat. Terlihat dalam penggunaan kata ‘ini’

yang di dahului kata ‘negara’ menunjukkan bahwa ‘ini’ mengacu pada tempat yaitu

Indonesia.

2. Perangkaian (konjungsi)

(O1P10K2) Namun, Obama tetap menunjukkan kenegarawanannya sebagai

pemimpin AS dan tidak memedulikan citra politik yang merosot. … adalah

perangkaian pertentangan yang ditunjukkan kata ‘namun’.

(O1P18K2) … ataukah beasiswa atas dasar penilaian obyektif kepada

semua anak Indonesia?... merupakan perangkaian pilihan atau alternatif, ditunjukkan

dengan adanya kata ‘atau’ sebagai penghubung. Karena pada kalimat di atas berupa

kata tanya maka ditambah dengan ‘-kah’. Tetapi perannya masih sebagai konjungsi.

16

Page 17: 87924749-ANALISIS-WACANA

KOHESI LEKSIKAL

1. Repetisi (pengulangan)

(O1P7) Di mana pula ideologi Pancasila di mata para elite politik dalam

memperlakukan warga negara Indonesia yang berbeda suku, agama, ras, dan

golongan? Di mana sikap kegotongroyongan kita? Di mana sikap para wakil rakyat

kita dalam memaknai sila keempat Pancasila di dalam pengambilan keputusan di

sidang-sidang parlemen? … adalah pengulangan anafora.

Repetisi anafora adalah pengulangan satuan lingual berupa kata atau frasa

pertama pada tiap baris atau kalimatberikutnya. Agar data lebih jelas, maka tampak

sebagai berikut:

Di mana pula ideologi Pancasila di mata para elite politik dalam

memperlakukan warga negara Indonesia yang berbeda suku, agama, ras,

dan golongan?

Di mana sikap kegotongroyongan kita?

Di mana sikap para wakil rakyat kita dalam memaknai sila keempat

Pancasila di dalam pengambilan keputusan di sidang-sidang parlemen?

Kata ‘di mana’ tampak digunakan berulang kali pada (O2P7). Dan

pengulangan yang digunakan adalah pengulangan anafora.

2. Sinonim (padanan kata)

(O1P10K2) Namun, Obama tetap menunjukkan kenegarawanannya sebagai

pemimpin AS dan tidak memedulikan citra politik yang merosot. …

(O1P10K3) … Meletakkan batu sendi kebijakan yang positif terhadap Islam

dan negara-negara Islam jauh lebih mulia ketimbang popularitas politik sesaat. …

Maka dapat dikelompokkan pada sinonim frasa dengan frasa. Wacana di atas

kepaduannya didukung oleh aspek leksikal sinonim antara frasa ‘citra politik’ pada

kalimat kedua bersinonim dengan ‘popularitas politik’ pada kalimat ketiga. Kedua

ungkapan itu mempunyai makna yang sepadan.

17

Page 18: 87924749-ANALISIS-WACANA

KOHERENSI

1. Hubungan Sebab Akibat (kausalitas)

Pada data (O1P2) dan (O1P3) terdapat hubungan sebab akibat. Hubungan ini

terlihat pada (O1P2) … Indonesia terlalu berlebihan dalam mengatur lalu lintas

Jakarta saat tamu agung … berkunjung yang menjadi sebab dan kemudian akibatnya

tampak pada (O1P3) … bayangkan, semua jalan yang akan dilalui ditutup … itu lah

hubungan sebab akibatnya.

2. Hubungan Penjelasan (amplikatif)

Pada data (O1P13) dan (O1P14) menunjukkan adanya hubungan amplikatif

(penjelasan).

(O1P13) Salah satu tujuan kunjungan Presiden Obama ke Jakarta adalah

membangun kemitraan komprehensif antara AS-Indonesia…

(O1P14) Indonesia telah memiliki kerja sama semacam itu…

Data di atas adalah penggalan dari paragraf 13 dan 14 yang keduanya memiliki

hubungan amplikatif. Pada (O2P13) telah dijelaskan “kunjungan Presiden Obama ke

Jakarta adalah membangun kemitraan komprehensif antara AS-Indonesia…”

kemudian diperjelas lagi pada (O1P14) bahwa “Indonesia telah memiliki kerja sama

semacam itu…”.

3. Hubungan Penambahan (aditif)

(O1P8-P9) Pelajaran penting lain dari Barack Obama ialah bagaimana

sikap dan tindakan politiknya dalam menghadapi pluralisme masyarakat

Amerika. Presiden Obama amat memegang teguh keputusannya untuk

mendukung pembangunan Islamic Center di tanah dekat reruntuhan gedung

kembar World Trade Center di New York walau kritik dan caci maki

ditujukan kepadanya dari warga Amerika sendiri.

Obama juga berani untuk tetap mengunjungi Mesjid Istiqlal. Ini

melambangkan bahwa AS bukanlah musuh Islam dan Islam bukanlah musuh

AS. Sikap dan tindakan Obama melawan arus yang berkembang di AS.

18

Page 19: 87924749-ANALISIS-WACANA

Antara paragraf kedelapan dan kesembilan saling berhubungan, yaitu

hubungan penambahan (aditif). Hal ini ditandai dengan adanya kata ‘juga’ pada awal

paragraf kesembilan. Yang berarti memberikan penjelasan tambahan atas peragraf

sebelumnya.

Wacana Opini

“Maskapai Asing Takut Abu Vulkanik” oleh Chappy Hakim

a. Penyajian Data

(O2P3K1) Bandara Soekarno-Hatta mencatat, maskapai yang membatalkan

penerbangannya kemarin ialah AirAsia, Malaysia Airlines, Singapore Airlines,

Emirates Air, Japan Airlines, Turkey Airlines, Lufthansa, KLM, Tiger Airways, Eva

Airlines, Etihad, dan China Southern.

(O2P4) Mengapa sementara ini hanya maskapai penerbangan asing saja yang

khawatir terhadap abu vulkanik yang belum sampai ke Jakarta? Ada beberapa faktor

yang kemungkinan menjadi penyebab. Pertama adalah adanya kekhawatiran terhadap

abu vulkanik yang dikabarkan sudah sampai di kawasan Jawa Barat akan bergerak ke

daerah udara kawasan Jakarta.

(O2P5) Dengan demikian, bila mereka sudah telanjur sampai di Jakarta, ada

kemungkinan mereka tidak dapat terbang kembali dan ini tentu saja merupakan

kerugian yang besar bagi mereka. Berikutnya adalah kekhawatiran tersebut didorong

juga dengan kenyataan bahwa pelayanan air traffic control (ATC) di Jakarta yang

belum dapat memberikan rasa nyaman yang penuh bagi para pilot yang terbang ke

dan dari Jakarta.

(O2P6) ATC Jakarta belum cukup canggih untuk dapat memberikan kondisi cuaca

yang tepat atau mungkin malah tidak mampu memberikan informasi, misalnya posisi

awan cumulus nimbus (CB) yang berbahaya bagi penerbangan. Dengan demikian,

dipercaya bahwa ATC Jakarta belum mampu pula untuk memberikan informasi

tentang lokasi dari tebaran abu vulkanik bila memang sudah mencapai kawasan

udara Jakarta.

(O2P9) Di sisi lain, terdengar pula operator yang menangani pada waktu sibuk,

bergantian orangnya hanya pada kurun waktu lebih kurang setiap 15 menit. Itu

semua memberikan kesan adanya beberapa masalah yang dihadapi oleh pihak ATC

19

Page 20: 87924749-ANALISIS-WACANA

kita. Selain peralatan yang tentu saja dapat dipastikan sudah ketinggalan zaman, yang

pasti akan memengaruhi tingkat keterampilan dan tingkat stres para operatornya.

(O2P10) Tentu saja, semua itu kemudian menggambarkan betapa maskapai

penerbangan asing lebih memilih ”aman”-nya pelaksanaan penerbangan dari dan

menuju Jakarta. Lebih-lebih dengan mengantisipasi tidak menentunya kondisi cuaca

yang dapat saja kemudian mengalirkan debu vulkanik tanpa terdeteksi.

(O2P13) Di samping itu, kesibukan lalu lintas udara di Jakarta berada dalam ambang

batas toleransi keamanan terbang, terutama pada jam-jam sibuk. Untuk diketahui,

saat ini Bandara Soekarno-Hatta dengan hanya memiliki dua buah runway sudah

kewalahan melayani take off dan landing demikian banyak pesawat. Sekadar data

saja bahwa sekarang ini kapasitas runway pada peak hour harus melayani sebanyak

67 pesawat setiap jam dan 926 pesawat per hari. Sementara itu, kapasitas normal

runway hanya 52 pesawat per jam.

(O2P14) Jadi, dengan kondisi biasa saja Soekarno-Hatta sudak agak kewalahan

menangani traffic, apalagi dengan adanya ancaman debu vulkanik Gunung Merapi

yang setiap saat bisa saja mencapai kawasan udara Jakarta.

(O2P15K2) kedepan mungkin perlu dipikirkan agar sektor pelayanan penerbangan

nasional lebih-lebih internasional seharusnya berada di tangan para profesional yang

benar-benar memiliki latar belakang pengetahuan dalam keselamatan penerbangan!

b. Pembahasan Hasil Analisis Data

KOHESI GRAMATIKAL

1. Referensi (pengacuan)

Pada (O2P3K1) Bandara Soekarno-Hatta mencatat, maskapai yang

membatalkan penerbangannya kemarin ialah … terdapat pengacuan waktu. Kata

‘kemarin’ mengacu pada saat tanggal pembatalan penerbangan.

Pada (O2P5K1) mereka tidak dapat terbang kembali … kata ‘mereka’

mengacu pada maskapai penerbangan asing yang membatalkan penerbangan.

Pengacuan ini termasuk dalam kategori pengacuan persona 3 jamak dan jenisnya

adalah pengacuan endofora anaforis karena perusahaan maskapai penerbangan mana

saja yang membatalkan penerbangannya terdapat dalam teks dan telah terlebih

dahulu disebutkan.

20

Page 21: 87924749-ANALISIS-WACANA

2. Perangkaian (konjungsi)

Dalam (O2P15K2) … kedepan mungkin perlu dipikirkan agar sektor

pelayanan penerbangan nasional … terdapat konjungsi tujuan, yaitu kata ‘agar’.

Konjungsi ‘agar’ biasanya digunakan untuk menyampaikan saran yang kemudian

lanjutkan dengan kalimat yang menunjukkan manfaat atau dampak dari saran

tersebut.

KOHESI LEKSIKAL

1. Repetisi (pengulangan)

Pada (O2P6) ATC Jakarta belum cukup canggih untuk dapat memberikan

kondisi cuaca yang tepat atau mungkin malah tidak mampu memberikan informasi,

misalnya posisi awan cumulus nimbus (CB) yang berbahaya bagi penerbangan.

Dengan demikian, dipercaya bahwa ATC Jakarta belum mampu pula untuk

memberikan informasi tentang lokasi dari tebaran abu vulkanik bila memang sudah

mencapai kawasan udara Jakarta.

Adapun pengulangan pada data di atas adalah pengulangan tautotes.

Pengulangan tautotes adalah pengulangan satuan lingual beberapa kali dalam sebuah

konstruksi.

2. Sinonim (padanan kata)

Pada (O2P7K3) …dengan sendirinya menjadi tidak efisien dan bahkan

berbahaya... terdapat sinonim frasa frasa dengan kata. ‘Tidak efisien’ bersinonim

dengan ‘berbahaya’.

KOHERENSI

1. Hubungan Sebab Akibat (Kausalitas)

(O2P4) Mengapa sementara ini hanya maskapai penerbangan asing saja

yang khawatir terhadap abu vulkanik yang belum sampai ke Jakarta? Ada beberapa

faktor yang kemungkinan menjadi penyebab. Pertama adalah adanya kekhawatiran

terhadap abu vulkanik yang dikabarkan sudah sampai di kawasan Jawa Barat akan

bergerak ke daerah udara kawasan Jakarta.

21

Page 22: 87924749-ANALISIS-WACANA

(O2P5) Dengan demikian, bila mereka sudah telanjur sampai di Jakarta, ada

kemungkinan mereka tidak dapat terbang kembali dan ini tentu saja merupakan

kerugian yang besar bagi mereka. Berikutnya adalah kekhawatiran tersebut

didorong juga dengan kenyataan bahwa pelayanan air traffic control (ATC) di

Jakarta yang belum dapat memberikan rasa nyaman

(O2P4) dan (O2P5) memiliki hubungan kausalitas. (O2P4) merupakan sebab

“…abu vulkanik yang dikabarkan sudah sampai di kawasan Jawa Barat akan

bergerak ke daerah udara kawasan Jakarta.” Dan akibatnya adalah “…bila mereka

sudah telanjur sampai di Jakarta, ada kemungkinan mereka tidak dapat terbang

kembali…”

2. Hubungan Penjelas (amplikatif)

(O2P13) Di samping itu, kesibukan lalu lintas udara di Jakarta berada dalam

ambang batas toleransi keamanan terbang, terutama pada jam-jam sibuk. Untuk

diketahui, saat ini Bandara Soekarno-Hatta dengan hanya memiliki dua buah

runway sudah kewalahan melayani take off dan landing demikian banyak pesawat.

Sekadar data saja bahwa sekarang ini kapasitas runway pada peak hour harus

melayani sebanyak 67 pesawat setiap jam dan 926 pesawat per hari. Sementara itu,

kapasitas normal runway hanya 52 pesawat per jam.

(O2P14) Jadi, dengan kondisi biasa saja Soekarno-Hatta sudak agak

kewalahan menangani traffic, apalagi dengan adanya ancaman debu vulkanik

Gunung Merapi yang setiap saat bisa saja mencapai kawasan udara Jakarta.

(O2P13) dan (O2P14) terdapat hubungan penjelas (amplikatif). Hal ini

didukung oleh kata ‘jadi’ yang memperjelas penjelasan pada (O2P13).

3. Hubungan Penambahan (aditif)

(O2P9) Di sisi lain, terdengar pula operator yang menangani pada waktu

sibuk, bergantian orangnya hanya pada kurun waktu lebih kurang setiap 15 menit.

Itu semua memberikan kesan adanya beberapa masalah yang dihadapi oleh pihak

ATC kita. Selain peralatan yang tentu saja dapat dipastikan sudah ketinggalan

zaman, yang pasti akan memengaruhi tingkat keterampilan dan tingkat stres para

operatornya.

22

Page 23: 87924749-ANALISIS-WACANA

(O2P10) Tentu saja, semua itu kemudian menggambarkan betapa maskapai

penerbangan asing lebih memilih ”aman”-nya pelaksanaan penerbangan dari dan

menuju Jakarta. Lebih-lebih dengan mengantisipasi tidak menentunya kondisi cuaca

yang dapat saja kemudian mengalirkan debu vulkanik tanpa terdeteksi.

Antara paragraf ke-9 dan ke-10 saling berhubungan, yaitu hubungan

penambahan (aditif). Hal ini ditandai dengan adanya kata ‘tentu saja’ pada awal

paragraf ke-10. Yang berarti memberikan penjelasan tambahan atas peragraf

sebelumnya.

J. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Keterampilan membaca ide sebagai bagian dari keterampilan berbahasa membaca

yang berhubungan dengan ketiga keterampilan berbahasa yang lainnya (menyimak,

berbicara dan menulis) merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan

ketiga keterampilan membaca telaah isi yang lain (yaitu membaca telti, membaca

pemahaman, dan membaca kritis). Membaca ide adalah sejenis kegiatan/proses

membaca yang ber-maksud menemukan dan memahami ide, gagasan, cita-cita,

rancangan yang tersusun dalam pikiran si penulis dan maksud pengarang/penulis

yang terdapat pada tulisannya. Manfaat membaca ide adalah selain menemukan

gagasan, ide, maksud, dan cita-cita dari penulis yang tertuang di dalam sebuah

bacaan, juga untuk mewujudkan tujuan membaca yang optimal. Sehingga mampu

memberikan penigkatan kualitas/mutu pengalaman, ilmu, dan kebahasaan bagi si

pembaca. Tidak ada metode yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan

membaca ide. Namun dengan menjadi seorang pembaca yang baik dan berusaha

menemukan dan menangkap ide pokok dari setiap bacaan, tentunya kita dapat

menjadi seorang pembaca ide. Wacana dapat dikatakan utuh apabila kalimat-kalimat

dalam wacana itu mendukung satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana

dikatakan padu apabila kalimat-kalimatnya disusun secara teratur dan sistematis,

sehingga menunjukkan keruntutan ide yang diungkapkan.

Kohesi mengacu pada aspek bentuk atau aspek formal bahasa, dan wacana itu

terdiri dari kalimat-kalimat. Sehubungan dengan hal tersebut, Tarigan (1987: 96)

23

Page 24: 87924749-ANALISIS-WACANA

mengatakan bahwa kohesi atau kepaduan wacana merupakan aspek formal nahasa

dalam wacana.

Koherensi merupakan pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta,

dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah dipahami pesan yang

dihubungkannya.

Dalam makalah ini dianalisis mengenai aspek kohesi dan koherensi dalam

wacana opini surat kabar elektronik KOMPAS.COM. setelah dianalisis, dapat

dikatakan bahwa wacana opini dalam surat kabar elektronik KOMPAS.COM ini

memenuhi kriteria kohesi dan koherensi karena ditemunkannya alat-alat penanda

kohesi dan koherensi.

2. Saran

Dapat dikatakan bahwa wacana opini yang dianalisis telah memenuhi kriteria kohesi

dan koherensi. Namun di sini penulis menyarankan agar wacana-wacana serupa juga

lebih meningkatkan kualitas kohesi dan koherensinya agar lebuh memudahkan

pambaca dalam memahami maksud dari wacana tersebut. Selain itu dalam bentuk –

bentuk konterporer media cetak tersebut terpendam konterporer yang dapat kita

manfaatkan demi memperluas ilmu pengetahuan yang kita miliki .

24

Page 25: 87924749-ANALISIS-WACANA

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan. 2008. Membaca Sebagai Suatu Ketramilan

Berbahasa. Bandung: ANGKASA

Hayon, Josep. 2007. Membaca dan Menulis Wacana Petunjuk Praktis Bagi

Mahasiswa. Jakarta: Grasindo

Kompas.com

Mulyana. 2005. Kjian Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana

Sumarlam. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: ____________

25