8 undang undang nomor 26 tahun 2007 ttg penataan ruang

Upload: mirjan-rais

Post on 28-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    1/107

    UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR 26 TAHUN 2007

    TENTANG

    PENATAAN RUANG

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia yang merupakan negara kepulauan berciri

    Nusantara, baik sebagai kesatuan wadah yangmeliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

    termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagaisumber daya, perlu ditingkatkan upayapengelolaannya secara bijaksana, berdaya guna, dan

    berhasil guna dengan berpedoman pada kaidahpenataan ruang sehingga kualitas ruang wilayahnasional dapat terjaga keberlanjutannya demiterwujudnya kesejahteraan umum dan keadilan sosialsesuai dengan landasan konstitusional Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945;

    b. bahwa perkembangan situasi dan kondisi nasional

    dan internasional menuntut penegakan prinsipketerpaduan, keberlanjutan, demokrasi, kepastianhukum, dan keadilan dalam rangka penyelenggaraan

    penataan ruang yang baik sesuai dengan landasanidiil Pancasila;

    c. bahwa untuk memperkukuh Ketahanan Nasionalberdasarkan Wawasan Nusantara dan sejalan dengankebijakan otonomi daerah yang memberikankewenangan semakin besar kepada pemerintahdaerah dalam penyelenggaraan penataan ruang, makakewenangan tersebut perlu diatur demi menjagakeserasian dan keterpaduan antardaerah dan antara

    pusat dan daerah agar tidak menimbulkankesenjangan antardaerah;

    d. bahwa . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    2/107

    - 2 -

    d. bahwa keberadaan ruang yang terbatas danpemahaman masyarakat yang berkembang terhadappentingnya penataan ruang sehingga diperlukanpenyelenggaraan penataan ruang yang transparan,

    efektif, dan partisipatif agar terwujud ruang yangaman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;

    e. bahwa secara geografis Negara Kesatuan RepublikIndonesia berada pada kawasan rawan bencanasehingga diperlukan penataan ruang yang berbasismitigasi bencana sebagai upaya meningkatkankeselamatan dan kenyamanan kehidupan dan

    penghidupan;

    f. bahwa Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992

    tentang Penataan Ruang sudah tidak sesuai dengankebutuhan pengaturan penataan ruang sehinggaperlu diganti dengan undang-undang penataan ruangyang baru;

    g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d,

    huruf e, dan huruf f, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penataan Ruang;

    Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 25A, dan Pasal 33 ayat

    (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945;

    Dengan Persetujuan Bersama

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

    dan

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PENATAAN RUANG.

    BAB I . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    3/107

    - 3 -

    BAB I

    KETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

    1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat,ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempatmanusia dan makhluk lain hidup, melakukankegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

    2. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan polaruang.

    3. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusatpermukiman dan sistem jaringan prasarana dansarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan

    sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkismemiliki hubungan fungsional.

    4. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang

    dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukanruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang

    untuk fungsi budi daya.

    5. Penataan ruang adalah suatu sistem proses

    perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, danpengendalian pemanfaatan ruang.

    6. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan

    yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan,dan pengawasan penataan ruang.

    7. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah,

    adalah Presiden Republik Indonesia yang memegangkekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesiasebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

    Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

    8. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atauWalikota, dan perangkat daerah sebagai unsurpenyelenggara pemerintahan daerah.

    9. Pengaturan penataan ruang adalah upayapembentukan landasan hukum bagi Pemerintah,

    pemerintah daerah, dan masyarakat dalampenataan ruang.

    10. Pembinaan . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    4/107

    - 4 -

    10. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untukmeningkatkan kinerja penataan ruang yangdiselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintahdaerah, dan masyarakat.

    11. Pelaksanaan penataan ruang adalah upayapencapaian tujuan penataan ruang melalui

    pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatanruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

    12. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agarpenyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan

    sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    13. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untukmenentukan struktur ruang dan pola ruang yangmeliputi penyusunan dan penetapan rencana tataruang.

    14. Pemanfaatan ruang adalah upaya untukmewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuaidengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan

    pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

    15. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upayauntuk mewujudkan tertib tata ruang.

    16. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata

    ruang.

    17. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuangeografis beserta segenap unsur terkait yang batas

    dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspekadministratif dan/atau aspek fungsional.

    18. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola

    ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan padatingkat wilayah.

    19. Sistem internal perkotaan adalah struktur ruangdan pola ruang yang mempunyai jangkauan

    pelayanan pada tingkat internal perkotaan.

    20. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi

    utama lindung atau budi daya.21. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan

    dengan fungsi utama melindungi kelestarianlingkungan hidup yang mencakup sumber daya

    alam . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    5/107

    - 5 -

    alam dan sumber daya buatan.

    22. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkandengan fungsi utama untuk dibudidayakan atasdasar kondisi dan potensi sumber daya alam,

    sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

    23. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang

    mempunyai kegiatan utama pertanian, termasukpengelolaan sumber daya alam dengan susunanfungsi kawasan sebagai tempat permukimanperdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan

    sosial, dan kegiatan ekonomi.

    24. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiriatas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayahperdesaan sebagai sistem produksi pertanian danpengelolaan sumber daya alam tertentu yangditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional danhierarki keruangan satuan sistem permukiman dan

    sistem agrobisnis.

    25. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang

    mempunyai kegiatan utama bukan pertaniandengan susunan fungsi kawasan sebagai tempatpermukiman perkotaan, pemusatan dan distribusipelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dankegiatan ekonomi.

    26. Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaanyang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yangberdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengankawasan perkotaan di sekitarnya yang salingmemiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkandengan sistem jaringan prasarana wilayah yang

    terintegrasi dengan jumlah penduduk secarakeseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satujuta) jiwa.

    27. Kawasan megapolitan adalah kawasan yangterbentuk dari 2 (dua) atau lebih kawasanmetropolitan yang memiliki hubungan fungsionaldan membentuk sebuah sistem.

    28. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yangpenataan ruangnya diprioritaskan karena

    mempunyai pengaruh sangat penting secaranasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan

    dan . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    6/107

    - 6 -

    dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya,dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telahditetapkan sebagai warisan dunia.

    29. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang

    penataan ruangnya diprioritaskan karenamempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup

    provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya,dan/atau lingkungan.

    30. Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayahyang penataan ruangnya diprioritaskan karena

    mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkupkabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya,dan/atau lingkungan.

    31. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalurdan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebihbersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baikyang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja

    ditanam.

    32. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang

    dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruangsesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    33. Orang adalah orang perseorangan dan/atau

    korporasi.

    34. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakanurusan pemerintahan dalam bidang penataan

    ruang.

    BAB II

    ASAS DAN TUJUAN

    Pasal 2

    Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia,penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas:

    a. keterpaduan;

    b. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;

    c. keberlanjutan;

    d. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;

    e. keterbukaan . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    7/107

    - 7 -

    e. keterbukaan;

    f. kebersamaan dan kemitraan;

    g. pelindungan kepentingan umum;

    h. kepastian hukum dan keadilan; dan

    i. akuntabilitas.

    Pasal 3

    Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untukmewujudkan ruang wilayah nasional yang aman,

    nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskanWawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:

    a. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alamdan lingkungan buatan;

    b. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan sumber daya buatan dengan

    memperhatikan sumber daya manusia; dan

    c. terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan

    pencegahan dampak negatif terhadap lingkunganakibat pemanfaatan ruang.

    BAB III

    KLASIFIKASI PENATAAN RUANG

    Pasal 4

    Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem,fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatankawasan, dan nilai strategis kawasan.

    Pasal 5

    (1) Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas

    sistem wilayah dan sistem internal perkotaan.

    (2) Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan

    terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budidaya.

    (3) Penataan ruang berdasarkan wilayah administratifterdiri atas penataan ruang wilayah nasional,

    penataan . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    8/107

    - 8 -

    penataan ruang wilayah provinsi, dan penataanruang wilayah kabupaten/kota.

    (4) Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasanterdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan

    penataan ruang kawasan perdesaan.

    (5) Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan

    terdiri atas penataan ruang kawasan strategisnasional, penataan ruang kawasan strategisprovinsi, dan penataan ruang kawasan strategiskabupaten/kota.

    Pasal 6

    (1) Penataan ruang diselenggarakan denganmemperhatikan:

    a. kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik

    Indonesia yang rentan terhadap bencana;b. potensi sumber daya alam, sumber daya

    manusia, dan sumber daya buatan; kondisiekonomi, sosial, budaya, politik, hukum,pertahanan keamanan, lingkungan hidup, serta

    ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satukesatuan; dan

    c. geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.

    (2) Penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang

    wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah

    kabupaten/kota dilakukan secara berjenjang dankomplementer.

    (3) Penataan ruang wilayah nasional meliputi ruangwilayah yurisdiksi dan wilayah kedaulatan nasionalyang mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang

    udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satukesatuan.

    (4) Penataan ruang wilayah provinsi dankabupaten/kota meliputi ruang darat, ruang laut,dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi

    sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (5) Ruang . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    9/107

    - 9 -

    (5) Ruang laut dan ruang udara, pengelolaannya diaturdengan undang-undang tersendiri.

    BAB IV

    TUGAS DAN WEWENANG

    Bagian Kesatu

    Tugas

    Pasal 7

    (1) Negara menyelenggarakan penataan ruang untuk

    sebesar-besar kemakmuran rakyat.

    (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksudpada ayat (1), negara memberikan kewenanganpenyelenggaraan penataan ruang kepada

    Pemerintah dan pemerintah daerah.

    (3) Penyelenggaraan penataan ruang sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan tetap

    menghormati hak yang dimiliki orang sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

    Bagian Kedua

    Wewenang Pemerintah

    Pasal 8

    (1) Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraanpenataan ruang meliputi:

    a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan

    terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayahnasional, provinsi, dan kabupaten/kota, serta

    terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasanstrategis nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;

    b. pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional;c. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis

    nasional; dan

    d. kerja sama penataan ruang antarnegara dan

    pemfasilitasan . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    10/107

    - 10 -

    pemfasilitasan kerja sama penataan ruangantarprovinsi.

    (2) Wewenang Pemerintah dalam pelaksanaan penataanruang nasional meliputi:

    a. perencanaan tata ruang wilayah nasional;

    b. pemanfaatan ruang wilayah nasional; dan

    c. pengendalian pemanfaatan ruang wilayah

    nasional.

    (3) Wewenang Pemerintah dalam pelaksanaan penataanruang kawasan strategis nasional meliputi:

    a. penetapan kawasan strategis nasional;

    b. perencanaan tata ruang kawasan strategisnasional;

    c. pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional;dan

    d. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan

    strategis nasional.

    (4) Pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalianpemanfaatan ruang kawasan strategis nasionalsebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c danhuruf d dapat dilaksanakan pemerintah daerahmelalui dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan.

    (5) Dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang,Pemerintah berwenang menyusun dan menetapkan

    pedoman bidang penataan ruang.(6) Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4),

    dan ayat (5), Pemerintah:

    a. menyebarluaskan informasi yang berkaitandengan:

    1) rencana umum dan rencana rinci tata ruangdalam rangka pelaksanaan penataan ruangwilayah nasional;

    2) arahan peraturan zonasi untuk sistemnasional yang disusun dalam rangkapengendalian pemanfaatan ruang wilayahnasional; dan

    3) pedoman . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    11/107

    - 11 -

    3) pedoman bidang penataan ruang;

    b. menetapkan standar pelayanan minimal bidangpenataan ruang.

    Pasal 9

    (1) Penyelenggaraan penataan ruang dilaksanakan olehseorang Menteri.

    (2) Tugas dan tanggung jawab Menteri dalampenyelenggaraan penataan ruang sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) mencakup:

    a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan

    penataan ruang;

    b. pelaksanaan penataan ruang nasional; dan

    c. koordinasi penyelenggaraan penataan ruanglintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangkukepentingan.

    Bagian Ketiga

    Wewenang Pemerintah Daerah Provinsi

    Pasal 10

    (1) Wewenang pemerintah daerah provinsi dalampenyelenggaraan penataan ruang meliputi:

    a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasanterhadap pelaksanaan penataan ruang wilayahprovinsi, dan kabupaten/kota, serta terhadap

    pelaksanaan penataan ruang kawasan strategisprovinsi dan kabupaten/kota;

    b. pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi;

    c. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis

    provinsi; dan

    d. kerja sama penataan ruang antarprovinsi danpemfasilitasan kerja sama penataan ruang

    antarkabupaten/kota.

    (2) Wewenang pemerintah daerah provinsi dalampelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

    meliputi: . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    12/107

    - 12 -

    meliputi:

    a. perencanaan tata ruang wilayah provinsi;

    b. pemanfaatan ruang wilayah provinsi; dan

    c. pengendalian pemanfaatan ruang wilayahprovinsi.

    (3) Dalam penataan ruang kawasan strategis provinsisebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,

    pemerintah daerah provinsi melaksanakan:

    a. penetapan kawasan strategis provinsi;

    b. perencanaan tata ruang kawasan strategisprovinsi;

    c. pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi;dan

    d. pengendalian pemanfaatan ruang kawasanstrategis provinsi.

    (4) Pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian

    pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsisebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c danhuruf d dapat dilaksanakan pemerintah daerahkabupaten/kota melalui tugas pembantuan.

    (5) Dalam rangka penyelenggaraan penataan ruangwilayah provinsi, pemerintah daerah provinsi dapatmenyusun petunjuk pelaksanaan bidang penataan

    ruang pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

    (6) Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimanadimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4),dan ayat (5), pemerintah daerah provinsi:

    a. menyebarluaskan informasi yang berkaitandengan:

    1) rencana umum dan rencana rinci tata ruangdalam rangka pelaksanaan penataan ruangwilayah provinsi;

    2) arahan peraturan zonasi untuk sistem

    provinsi yang disusun dalam rangkapengendalian pemanfaatan ruang wilayahprovinsi; dan

    3) petunjuk . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    13/107

    - 13 -

    3) petunjuk pelaksanaan bidang penataanruang;

    b. melaksanakan standar pelayanan minimalbidang penataan ruang.

    (7) Dalam hal pemerintah daerah provinsi tidak dapatmemenuhi standar pelayanan minimal bidang

    penataan ruang, Pemerintah mengambil langkahpenyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

    Bagian KeempatWewenang Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

    Pasal 11

    (1) Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kotadalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi:

    a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasanterhadap pelaksanaan penataan ruang wilayahkabupaten/kota dan kawasan strategiskabupaten/kota;

    b. pelaksanaan penataan ruang wilayah

    kabupaten/kota;

    c. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis

    kabupaten/kota; dan

    d. kerja sama penataan ruang antarkabupaten/kota.

    (2) Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota

    dalam pelaksanaan penataan ruang wilayahkabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) huruf b meliputi:

    a. perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/

    kota;

    b. pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; dan

    c. pengendalian pemanfaatan ruang wilayahkabupaten/kota.

    (3) Dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan

    strategis kabupaten/kota sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf c, pemerintah daerahkabupaten/kota melaksanakan:

    a. penetapan . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    14/107

    - 14 -

    a. penetapan kawasan strategis kabupaten/kota;

    b. perencanaan tata ruang kawasan strategiskabupaten/kota;

    c. pemanfaatan ruang kawasan strategiskabupaten/kota; dan

    d. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan

    strategis kabupaten/kota.

    (4) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), pemerintah

    daerah kabupaten/kota mengacu pada pedomanbidang penataan ruang dan petunjukpelaksanaannya.

    (5) Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimanadimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat

    (4), pemerintah daerah kabupaten/kota:

    a. menyebarluaskan informasi yang berkaitandengan rencana umum dan rencana rinci tataruang dalam rangka pelaksanaan penataanruang wilayah kabupaten/kota; dan

    b. melaksanakan standar pelayanan minimal

    bidang penataan ruang.

    (6) Dalam hal pemerintah daerah kabupaten/kota tidakdapat memenuhi standar pelayanan minimal bidangpenataan ruang, pemerintah daerah provinsi dapat

    mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-undangan.

    BAB V

    PENGATURAN DAN PEMBINAAN PENATAAN RUANG

    Pasal 12

    Pengaturan penataan ruang dilakukan melaluipenetapan ketentuan peraturan perundang-undanganbidang penataan ruang termasuk pedoman bidangpenataan ruang.

    Pasal 13

    (1) Pemerintah melakukan pembinaan penataan ruang

    kepada . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    15/107

    - 15 -

    kepada pemerintah daerah provinsi, pemerintahdaerah kabupaten/kota, dan masyarakat.

    (2) Pembinaan penataan ruang sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilaksanakan melalui:

    a. koordinasi penyelenggaraan penataan ruang;

    b. sosialisasi peraturan perundang-undangan dan

    sosialisasi pedoman bidang penataan ruang;

    c. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasipelaksanaan penataan ruang;

    d. pendidikan dan pelatihan;

    e. penelitian dan pengembangan;

    f. pengembangan sistem informasi dan komunikasipenataan ruang;

    g. penyebarluasan informasi penataan ruangkepada masyarakat; dan

    h. pengembangan kesadaran dan tanggung jawab

    masyarakat.

    (3) Pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerahkabupaten/kota menyelenggarakan pembinaanpenataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat(2) menurut kewenangannya masing-masing.

    (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan

    pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dengan peraturan pemerintah.

    BAB VI

    PELAKSANAAN PENATAAN RUANG

    Bagian Kesatu

    Perencanaan Tata Ruang

    Paragraf 1

    Umum

    Pasal 14

    (1) Perencanaan tata ruang dilakukan untukmenghasilkan:

    a. rencana . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    16/107

    - 16 -

    a. rencana umum tata ruang; dan

    b. rencana rinci tata ruang.

    (2) Rencana umum tata ruang sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) huruf a secara berhierarki terdiri atas:

    a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

    b. rencana tata ruang wilayah provinsi; danc. rencana tata ruang wilayah kabupaten dan

    rencana tata ruang wilayah kota.

    (3) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf b terdiri atas:

    a. rencana tata ruang pulau/kepulauan danrencana tata ruang kawasan strategis nasional;

    b. rencana tata ruang kawasan strategis provinsi;dan

    c. rencana detail tata ruang kabupaten/kota danrencana tata ruang kawasan strategis

    kabupaten/kota.

    (4) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf b disusun sebagai perangkatoperasional rencana umum tata ruang.

    (5) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksudpada ayat (3) huruf a dan huruf b disusun apabila:

    a. rencana umum tata ruang belum dapat dijadikandasar dalam pelaksanaan pemanfaatan ruangdan pengendalian pemanfaatan ruang; dan/atau

    b. rencana umum tata ruang mencakup wilayah

    perencanaan yang luas dan skala peta dalamrencana umum tata ruang tersebut memerlukanperincian sebelum dioperasionalkan.

    (6) Rencana detail tata ruang sebagaimana dimaksudpada ayat (3) huruf c dijadikan dasar bagipenyusunan peraturan zonasi.

    (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tingkat ketelitian

    peta rencana tata ruang diatur dengan peraturanpemerintah.

    Pasal 15 . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    17/107

    - 17 -

    Pasal 15

    Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, rencana tataruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayahkabupaten/kota mencakup ruang darat, ruang laut, dan

    ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi.

    Pasal 16

    (1) Rencana tata ruang dapat ditinjau kembali.

    (2) Peninjauan kembali rencana tata ruang

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatmenghasilkan rekomendasi berupa:

    a. rencana tata ruang yang ada dapat tetap berlakusesuai dengan masa berlakunya; atau

    b. rencana tata ruang yang ada perlu direvisi.

    (3) Apabila peninjauan kembali rencana tata ruangmenghasilkan rekomendasi sebagaimana dimaksudpada ayat (2) huruf b, revisi rencana tata ruang

    dilaksanakan dengan tetap menghormati hak yangdimiliki orang sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan.

    (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tatacara peninjauan kembali rencana tata ruangsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)diatur dengan peraturan pemerintah.

    Pasal 17

    (1) Muatan rencana tata ruang mencakup rencana

    struktur ruang dan rencana pola ruang.

    (2) Rencana struktur ruang sebagaimana dimaksudpada ayat (1) meliputi rencana sistem pusatpermukiman dan rencana sistem jaringanprasarana.

    (3) Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) meliputi peruntukan kawasan lindung dankawasan budi daya.

    (4) Peruntukan kawasan lindung dan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi

    peruntukan . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    18/107

    - 18 -

    peruntukan ruang untuk kegiatan pelestarianlingkungan, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan,dan keamanan.

    (5) Dalam rangka pelestarian lingkungan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (4), dalam rencana tata ruangwilayah ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30

    (tiga puluh) persen dari luas daerah aliran sungai.

    (6) Penyusunan rencana tata ruang harusmemperhatikan keterkaitan antarwilayah,antarfungsi kawasan, dan antarkegiatan kawasan.

    (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata carapenyusunan rencana tata ruang yang berkaitandengan fungsi pertahanan dan keamanan sebagaisubsistem rencana tata ruang wilayah diatur denganperaturan pemerintah.

    Pasal 18

    (1) Penetapan rancangan peraturan daerah provinsitentang rencana tata ruang wilayah provinsi danrencana rinci tata ruang terlebih dahulu harus

    mendapat persetujuan substansi dari Menteri.

    (2) Penetapan rancangan peraturan daerah

    kabupaten/kota tentang rencana tata ruang wilayahkabupaten/kota dan rencana rinci tata ruangterlebih dahulu harus mendapat persetujuansubstansi dari Menteri setelah mendapatkan

    rekomendasi Gubernur.

    (3) Ketentuan mengenai muatan, pedoman, dan tatacara penyusunan rencana tata ruang wilayah

    provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danpenyusunan rencana tata ruang wilayahkabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat(2) diatur dengan peraturan Menteri.

    Paragraf 2

    Perencanaan Tata Ruang Wilayah Nasional

    Pasal 19

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

    harus . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    19/107

    - 19 -

    harus memperhatikan:

    a. Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional;

    b. perkembangan permasalahan regional dan global,

    serta hasil pengkajian implikasi penataan ruangnasional;

    c. upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan

    serta stabilitas ekonomi;

    d. keselarasan aspirasi pembangunan nasional danpembangunan daerah;

    e. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;

    f. rencana pembangunan jangka panjang nasional;

    g. rencana tata ruang kawasan strategis nasional; dan

    h. rencana tata ruang wilayah provinsi dan rencana tataruang wilayah kabupaten/kota.

    Pasal 20

    (1) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional memuat:

    a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruangwilayah nasional;

    b. rencana struktur ruang wilayah nasional yangmeliputi sistem perkotaan nasional yang terkaitdengan kawasan perdesaan dalam wilayahpelayanannya dan sistem jaringan prasarana

    utama;c. rencana pola ruang wilayah nasional yang

    meliputi kawasan lindung nasional dan kawasan

    budi daya yang memiliki nilai strategis nasional;

    d. penetapan kawasan strategis nasional;

    e. arahan pemanfaatan ruang yang berisi indikasi

    program utama jangka menengah lima tahunan;dan

    f. arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah

    nasional yang berisi indikasi arahan peraturanzonasi sistem nasional, arahan perizinan, arahaninsentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

    (2) Rencana . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    20/107

    - 20 -

    (2) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menjadipedoman untuk:

    a. penyusunan rencana pembangunan jangkapanjang nasional;

    b. penyusunan rencana pembangunan jangkamenengah nasional;

    c. pemanfaatan ruang dan pengendalianpemanfaatan ruang di wilayah nasional;

    d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan

    keseimbangan perkembangan antarwilayahprovinsi, serta keserasian antarsektor;

    e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untukinvestasi;

    f. penataan ruang kawasan strategis nasional; dan

    g. penataan ruang wilayah provinsi dan

    kabupaten/kota.

    (3) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah

    Nasional adalah 20 (dua puluh) tahun.

    (4) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditinjau kembali 1 (satu) kalidalam 5 (lima) tahun.

    (5) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yangberkaitan dengan bencana alam skala besar yang

    ditetapkan dengan peraturan perundang-undangandan/atau perubahan batas teritorial negara yangditetapkan dengan Undang-Undang, Rencana TataRuang Wilayah Nasional ditinjau kembali lebih dari1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

    (6) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional diaturdengan peraturan pemerintah.

    Pasal 21

    (1) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 14 ayat (3) huruf a diatur denganperaturan presiden.

    (2) Ketentuan mengenai muatan, pedoman, dan tatacara penyusunan rencana rinci tata ruang

    sebagaimana . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    21/107

    - 21 -

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur denganperaturan Menteri.

    Paragraf 3

    Perencanaan Tata Ruang Wilayah Provinsi

    Pasal 22

    (1) Penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsimengacu pada:

    a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

    b. pedoman bidang penataan ruang; dan

    c. rencana pembangunan jangka panjang daerah.

    (2) Penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsiharus memperhatikan:

    a. perkembangan permasalahan nasional dan hasilpengkajian implikasi penataan ruang provinsi;

    b. upaya pemerataan pembangunan danpertumbuhan ekonomi provinsi;

    c. keselarasan aspirasi pembangunan provinsi danpembangunan kabupaten/kota;

    d. daya dukung dan daya tampung lingkunganhidup;

    e. rencana pembangunan jangka panjang daerah;

    f. rencana tata ruang wilayah provinsi yangberbatasan;

    g. rencana tata ruang kawasan strategis provinsi;dan

    h. rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.

    Pasal 23

    (1) Rencana tata ruang wilayah provinsi memuat:

    a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruangwilayah provinsi;

    b. rencana struktur ruang wilayah provinsi yang

    meliputi . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    22/107

    - 22 -

    meliputi sistem perkotaan dalam wilayahnyayang berkaitan dengan kawasan perdesaandalam wilayah pelayanannya dan sistem jaringanprasarana wilayah provinsi;

    c. rencana pola ruang wilayah provinsi yangmeliputi kawasan lindung dan kawasan budi

    daya yang memiliki nilai strategis provinsi;

    d. penetapan kawasan strategis provinsi;

    e. arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yangberisi indikasi program utama jangka menengah

    lima tahunan; dan

    f. arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayahprovinsi yang berisi indikasi arahan peraturanzonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahan

    insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

    (2) Rencana tata ruang wilayah provinsi menjadi

    pedoman untuk:

    a. penyusunan rencana pembangunan jangkapanjang daerah;

    b. penyusunan rencana pembangunan jangka

    menengah daerah;

    c. pemanfaatan ruang dan pengendalianpemanfaatan ruang dalam wilayah provinsi;

    d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan

    keseimbangan perkembangan antarwilayah

    kabupaten/kota, serta keserasian antarsektor;

    e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untukinvestasi;

    f. penataan ruang kawasan strategis provinsi; dan

    g. penataan ruang wilayah kabupaten/kota.

    (3) Jangka waktu rencana tata ruang wilayah provinsiadalah 20 (dua puluh) tahun.

    (4) Rencana tata ruang wilayah provinsi sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) ditinjau kembali 1 (satu) kalidalam 5 (lima) tahun.

    (5) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yangberkaitan dengan bencana alam skala besar yang

    ditetapkan . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    23/107

    - 23 -

    ditetapkan dengan peraturan perundang-undangandan/atau perubahan batas teritorial negaradan/atau wilayah provinsi yang ditetapkan denganUndang-Undang, rencana tata ruang wilayah

    provinsi ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kalidalam 5 (lima) tahun.

    (6) Rencana tata ruang wilayah provinsi ditetapkandengan peraturan daerah provinsi.

    Pasal 24

    (1) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksuddalam Pasal 14 ayat (3) huruf b ditetapkan denganperaturan daerah provinsi.

    (2) Ketentuan mengenai muatan, pedoman, dan tata

    cara penyusunan rencana rinci tata ruangsebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

    peraturan Menteri.

    Paragraf 4

    Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten

    Pasal 25

    (1) Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupatenmengacu pada:

    a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional danrencana tata ruang wilayah provinsi;

    b. pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidangpenataan ruang; dan

    c. rencana pembangunan jangka panjang daerah.

    (2) Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupatenharus memperhatikan:

    a. perkembangan permasalahan provinsi dan hasilpengkajian implikasi penataan ruang kabupaten;

    b. upaya pemerataan pembangunan danpertumbuhan ekonomi kabupaten;

    c. keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten;

    d. daya . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    24/107

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    25/107

    - 25 -

    e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untukinvestasi; dan

    f. penataan ruang kawasan strategis kabupaten.

    (3) Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadidasar untuk penerbitan perizinan lokasipembangunan dan administrasi pertanahan.

    (4) Jangka waktu rencana tata ruang wilayahkabupaten adalah 20 (dua puluh) tahun.

    (5) Rencana tata ruang wilayah kabupaten

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditinjaukembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

    (6) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yangberkaitan dengan bencana alam skala besar yangditetapkan dengan peraturan perundang-undangan

    dan/atau perubahan batas teritorial negara, wilayahprovinsi, dan/atau wilayah kabupaten yang

    ditetapkan dengan Undang-Undang, rencana tataruang wilayah kabupaten ditinjau kembali lebih dari1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

    (7) Rencana tata ruang wilayah kabupaten ditetapkan

    dengan peraturan daerah kabupaten.

    Pasal 27

    (1) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 14 ayat (3) huruf c ditetapkan dengan

    peraturan daerah kabupaten.

    (2) Ketentuan mengenai muatan, pedoman, dan tatacara penyusunan rencana rinci tata ruangsebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur denganperaturan Menteri.

    Paragraf 5

    Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota

    Pasal 28

    Ketentuan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, Pasal 26, danPasal 27 berlaku mutatis mutandis untuk perencanaan

    tata . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    26/107

    - 26 -

    tata ruang wilayah kota, dengan ketentuan selain rinciandalam Pasal 26 ayat (1) ditambahkan:

    a. rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbukahijau;

    b. rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbukanonhijau; dan

    c. rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dansarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum,kegiatan sektor informal, dan ruang evakuasibencana, yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi

    wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomidan pusat pertumbuhan wilayah.

    Pasal 29

    (1) Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 28 huruf a terdiri dari ruang terbuka hijaupublik dan ruang terbuka hijau privat.

    (2) Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kotapaling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luaswilayah kota.

    (3) Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayahkota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luaswilayah kota.

    Pasal 30

    Distribusi ruang terbuka hijau publik sebagaimanadimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dan ayat (3)

    disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hierarkipelayanan dengan memperhatikan rencana struktur danpola ruang.

    Pasal 31

    Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan dan

    pemanfaatan ruang terbuka hijau dan ruang terbukanonhijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf adan huruf b diatur dengan peraturan Menteri.

    Bagian Kedua . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    27/107

    - 27 -

    Bagian Kedua

    Pemanfaatan Ruang

    Paragraf 1

    Umum

    Pasal 32

    (1) Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan

    program pemanfaatan ruang besertapembiayaannya.

    (2) Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat dilaksanakan dengan pemanfaatan

    ruang, baik pemanfaatan ruang secara vertikalmaupun pemanfaatan ruang di dalam bumi.

    (3) Program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasukjabaran dari indikasi program utama yang termuatdi dalam rencana tata ruang wilayah.

    (4) Pemanfaatan ruang diselenggarakan secarabertahap sesuai dengan jangka waktu indikasiprogram utama pemanfaatan ruang yang ditetapkandalam rencana tata ruang.

    (5) Pelaksanaan pemanfaatan ruang di wilayahsebagaimana dimaksud pada ayat (3)disinkronisasikan dengan pelaksanaan pemanfaatan

    ruang wilayah administratif sekitarnya.(6) Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikanstandar pelayanan minimal dalam penyediaan

    sarana dan prasarana.

    Pasal 33

    (1) Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruangyang ditetapkan dalam rencana tata ruangdilaksanakan dengan mengembangkan

    penatagunaan tanah, penatagunaan air,penatagunaan udara, dan penatagunaan sumber

    daya alam lain.

    (2) Dalam . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    28/107

    - 28 -

    (2) Dalam rangka pengembangan penatagunaansebagaimana dimaksud pada ayat (1)diselenggarakan kegiatan penyusunan danpenetapan neraca penatagunaan tanah, neraca

    penatagunaan sumber daya air, neracapenatagunaan udara, dan neraca penatagunaansumber daya alam lain.

    (3) Penatagunaan tanah pada ruang yang direncanakanuntuk pembangunan prasarana dan sarana bagikepentingan umum memberikan hak prioritaspertama bagi Pemerintah dan pemerintah daerah

    untuk menerima pengalihan hak atas tanah daripemegang hak atas tanah.

    (4) Dalam pemanfaatan ruang pada ruang yangberfungsi lindung, diberikan prioritas pertama bagiPemerintah dan pemerintah daerah untuk menerimapengalihan hak atas tanah dari pemegang hak atas

    tanah jika yang bersangkutan akan melepaskanhaknya.

    (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penatagunaantanah, penatagunaan air, penatagunaan udara, danpenatagunaan sumber daya alam lainnya

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)diatur dengan peraturan pemerintah.

    Paragraf 2

    Pemanfaatan Ruang Wilayah

    Pasal 34

    (1) Dalam pemanfaatan ruang wilayah nasional,provinsi, dan kabupaten/kota dilakukan:

    a. perumusan kebijakan strategis operasionalisasirencana tata ruang wilayah dan rencana tataruang kawasan strategis;

    b. perumusan program sektoral dalam rangkaperwujudan struktur ruang dan pola ruang

    wilayah dan kawasan strategis; dan

    c. pelaksanaan pembangunan sesuai denganprogram pemanfaatan ruang wilayah dankawasan strategis.

    (2) Dalam . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    29/107

    - 29 -

    (2) Dalam rangka pelaksanaan kebijakan strategisoperasionalisasi rencana tata ruang wilayah danrencana tata ruang kawasan strategis sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan kawasan

    budi daya yang dikendalikan dan kawasan budidaya yang didorong pengembangannya.

    (3) Pelaksanaan pembangunan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf c dilaksanakan melaluipengembangan kawasan secara terpadu.

    (4) Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan:

    a. standar pelayanan minimal bidang penataanruang;

    b. standar kualitas lingkungan; dan

    c. daya dukung dan daya tampung lingkunganhidup.

    Bagian Ketiga

    Pengendalian Pemanfaatan Ruang

    Pasal 35

    Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melaluipenetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberianinsentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.

    Pasal 36

    (1) Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 35 disusun sebagai pedoman pengendalianpemanfaatan ruang.

    (2) Peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rincitata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang.

    (3) Peraturan zonasi ditetapkan dengan:

    a. peraturan pemerintah untuk arahan peraturan

    zonasi sistem nasional;b. peraturan daerah provinsi untuk arahan

    peraturan zonasi sistem provinsi; dan

    c. peraturan . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    30/107

    - 30 -

    c. peraturan daerah kabupaten/kota untukperaturan zonasi.

    Pasal 37

    (1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalamPasal 35 diatur oleh Pemerintah dan pemerintah

    daerah menurut kewenangan masing-masing sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (2) Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan

    rencana tata ruang wilayah dibatalkan olehPemerintah dan pemerintah daerah menurutkewenangan masing-masing sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

    (3) Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau

    diperoleh dengan tidak melalui prosedur yang benar,batal demi hukum.

    (4) Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melaluiprosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidaksesuai dengan rencana tata ruang wilayah,dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah

    sesuai dengan kewenangannya.

    (5) Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat

    pembatalan izin sebagaimana dimaksud pada ayat(4), dapat dimintakan penggantian yang layakkepada instansi pemberi izin.

    (6) Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagiakibat adanya perubahan rencana tata ruangwilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah danpemerintah daerah dengan memberikan ganti

    kerugian yang layak.

    (7) Setiap pejabat pemerintah yang berwenangmenerbitkan izin pemanfaatan ruang dilarangmenerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana

    tata ruang.

    (8) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan

    izin dan tata cara penggantian yang layaksebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5)diatur dengan peraturan pemerintah.

    Pasal 38 . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    31/107

    - 31 -

    Pasal 38

    (1) Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang agarpemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tataruang wilayah dapat diberikan insentif dan/atau

    disinsentif oleh Pemerintah dan pemerintah daerah.

    (2) Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35,

    yang merupakan perangkat atau upaya untukmemberikan imbalan terhadap pelaksanaankegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang,berupa:

    a. keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidisilang, imbalan, sewa ruang, dan urun saham;

    b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur;

    c. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau

    d. pemberian penghargaan kepada masyarakat,

    swasta dan/atau pemerintah daerah.(3) Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35,

    yang merupakan perangkat untuk mencegah,membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatanyang tidak sejalan dengan rencana tata ruang,

    berupa:

    a. pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikandengan besarnya biaya yang dibutuhkan untukmengatasi dampak yang ditimbulkan akibat

    pemanfaatan ruang; dan/atau

    b. pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaankompensasi, dan penalti.

    (4) Insentif dan disinsentif diberikan dengan tetapmenghormati hak masyarakat.

    (5) Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh:

    a. Pemerintah kepada pemerintah daerah;

    b. pemerintah daerah kepada pemerintah daerahlainnya; dan

    c. pemerintah kepada masyarakat.

    (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tatacara pemberian insentif dan disinsentif diaturdengan peraturan pemerintah.

    Pasal 39 . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    32/107

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    33/107

    - 33 -

    Paragraf 2

    Perencanaan Tata Ruang Kawasan Perkotaan

    Pasal 42

    (1) Rencana tata ruang kawasan perkotaan yangmerupakan bagian wilayah kabupaten adalah

    rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten.(2) Dalam perencanaan tata ruang kawasan perkotaan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlakuketentuan Pasal 29, dan Pasal 30.

    Pasal 43

    (1) Rencana tata ruang kawasan perkotaan yang

    mencakup 2 (dua) atau lebih wilayahkabupaten/kota pada satu atau lebih wilayah

    provinsi merupakan alat koordinasi dalampelaksanaan pembangunan yang bersifat lintaswilayah.

    (2) Rencana tata ruang sebagaimana dimaksud padaayat (1) berisi arahan struktur ruang dan pola ruang

    yang bersifat lintas wilayah administratif.

    Pasal 44

    (1) Rencana tata ruang kawasan metropolitanmerupakan alat koordinasi pelaksanaanpembangunan lintas wilayah.

    (2) Rencana tata ruang kawasan metropolitan dan/ataukawasan megapolitan berisi:

    a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang

    kawasan metropolitan dan/atau megapolitan;

    b. rencana struktur ruang kawasan metropolitan

    yang meliputi sistem pusat kegiatan dan sistemjaringan prasarana kawasan metropolitandan/atau megapolitan;

    c. rencana pola ruang kawasan metropolitandan/atau megapolitan yang meliputi kawasanlindung dan kawasan budi daya;

    d. arahan . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    34/107

    - 34 -

    d. arahan pemanfaatan ruang kawasanmetropolitan dan/atau megapolitan yang berisiindikasi program utama yang bersifatinterdependen antarwilayah administratif; dan

    e. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruangkawasan metropolitan dan/atau megapolitan

    yang berisi arahan peraturan zonasi kawasanmetropolitan dan/atau megapolitan, arahanketentuan perizinan, arahan ketentuan insentifdan disinsentif, serta arahan sanksi.

    Paragraf 3

    Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan

    Pasal 45

    (1) Pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang

    merupakan bagian wilayah kabupaten merupakanbagian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

    (2) Pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yangmerupakan bagian dari 2 (dua) atau lebih wilayahkabupaten/kota pada satu atau lebih wilayah

    provinsi dilaksanakan melalui penyusunan programpembangunan beserta pembiayaannya secara

    terkoordinasi antarwilayah kabupaten/kota terkait.

    Paragraf 4Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan

    Pasal 46

    (1) Pengendalian pemanfaatan ruang kawasanperkotaan yang merupakan bagian wilayah

    kabupaten merupakan bagian pengendalianpemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

    (2) Pengendalian pemanfaatan ruang kawasanperkotaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih

    wilayah kabupaten/kota pada satu atau lebihwilayah provinsi dilaksanakan oleh setiap

    kabupaten/kota.

    (3) Untuk kawasan perkotaan yang mencakup 2 (dua)

    atau . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    35/107

    - 35 -

    atau lebih wilayah kabupaten/kota yang mempunyailembaga pengelolaan tersendiri, pengendaliannyadapat dilaksanakan oleh lembaga dimaksud.

    Paragraf 5

    Kerja Sama Penataan Ruang Kawasan Perkotaan

    Pasal 47

    (1) Penataan ruang kawasan perkotaan yang mencakup2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kotadilaksanakan melalui kerja sama antardaerah.

    (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penataan ruangkawasan perkotaan diatur dengan peraturan

    pemerintah.

    Bagian Kelima

    Penataan Ruang Kawasan Perdesaan

    Paragraf 1

    Umum

    Pasal 48

    (1) Penataan ruang kawasan perdesaan diarahkanuntuk:

    a. pemberdayaan masyarakat perdesaan;b. pertahanan kualitas lingkungan setempat dan

    wilayah yang didukungnya;

    c. konservasi sumber daya alam;

    d. pelestarian warisan budaya lokal;

    e. pertahanan kawasan lahan abadi pertanian panganuntuk ketahanan pangan; dan

    f. penjagaan keseimbangan pembangunanperdesaan-perkotaan.

    (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelindungan

    terhadap kawasan lahan abadi pertanian pangansebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e diaturdengan Undang-Undang.

    (3) Penataan . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    36/107

    - 36 -

    (3) Penataan ruang kawasan perdesaandiselenggarakan pada:

    a. kawasan perdesaan yang merupakan bagianwilayah kabupaten; atau

    b. kawasan yang secara fungsional berciri perdesaanyang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah

    kabupaten pada satu atau lebih wilayah provinsi.(4) Kawasan perdesaan sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) dapat berbentuk kawasan agropolitan.

    (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penataan ruangkawasan agropolitan diatur dengan peraturanpemerintah.

    (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penataan ruangkawasan perdesaan diatur dengan peraturan

    pemerintah.

    Paragraf`2

    Perencanaan Tata Ruang Kawasan Perdesaan

    Pasal 49

    Rencana tata ruang kawasan perdesaan yangmerupakan bagian wilayah kabupaten adalah bagianrencana tata ruang wilayah kabupaten.

    Pasal 50(1) Penataan ruang kawasan perdesaan dalam 1 (satu)

    wilayah kabupaten dapat dilakukan pada tingkat

    wilayah kecamatan atau beberapa wilayah desa ataunama lain yang disamakan dengan desa yang

    merupakan bentuk detail dari penataan ruangwilayah kabupaten.

    (2) Rencana tata ruang kawasan perdesaan yangmencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupatenmerupakan alat koordinasi dalam pelaksanaan

    pembangunan yang bersifat lintas wilayah.(3) Rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada

    ayat (2) berisi struktur ruang dan pola ruang yangbersifat lintas wilayah administratif.

    Pasal 51 . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    37/107

    - 37 -

    Pasal 51

    (1) Rencana tata ruang kawasan agropolitanmerupakan rencana rinci tata ruang 1 (satu) ataubeberapa wilayah kabupaten.

    (2) Rencana tata ruang kawasan agropolitan memuat:

    a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang

    kawasan agropolitan;

    b. rencana struktur ruang kawasan agropolitanyang meliputi sistem pusat kegiatan dan sistem

    jaringan prasarana kawasan agropolitan;

    c. rencana pola ruang kawasan agropolitan yang

    meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya;

    d. arahan pemanfaatan ruang kawasan agropolitanyang berisi indikasi program utama yang bersifat

    interdependen antardesa; dane. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang

    kawasan agropolitan yang berisi arahanperaturan zonasi kawasan agropolitan, arahanketentuan perizinan, arahan ketentuan insentif

    dan disinsentif, serta arahan sanksi.

    Paragraf 3

    Pemanfaatan Ruang Kawasan Perdesaan

    Pasal 52

    (1) Pemanfaatan ruang kawasan perdesaan yangmerupakan bagian wilayah kabupaten merupakanbagian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

    (2) Pemanfaatan ruang kawasan perdesaan yangmerupakan bagian dari 2 (dua) atau lebih wilayahkabupaten dilaksanakan melalui penyusunanprogram pembangunan beserta pembiayaannyasecara terkoordinasi antarwilayah kabupaten

    terkait.

    Paragraf 4 . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    38/107

    - 38 -

    Paragraf 4

    Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Perdesaan

    Pasal 53

    (1) Pengendalian pemanfaatan ruang kawasanperdesaan yang merupakan bagian wilayah

    kabupaten merupakan bagian pengendalianpemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

    (2) Pengendalian pemanfaatan ruang kawasanperdesaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih

    wilayah kabupaten dilaksanakan oleh setiapkabupaten.

    (3) Untuk kawasan perdesaan yang mencakup 2 (dua)atau lebih wilayah kabupaten yang mempunyai

    lembaga kerja sama antarwilayah kabupaten,pengendaliannya dapat dilaksanakan oleh lembaga

    dimaksud.

    Paragraf 5

    Kerja Sama Penataan Ruang Kawasan Perdesaan

    Pasal 54

    (1) Penataan ruang kawasan perdesaan yangmencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupatendilaksanakan melalui kerja sama antardaerah.

    (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penataan ruangkawasan perdesaan sebagaimana dimaksud padaayat (1) untuk kawasan agropolitan yang beradadalam 1 (satu) kabupaten diatur dengan peraturandaerah kabupaten, untuk kawasan agropolitan yangberada pada 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten

    diatur dengan peraturan daerah provinsi, dan untukkawasan agropolitan yang berada pada 2 (dua) atau

    lebih wilayah provinsi diatur dengan peraturanpemerintah.

    (3) Penataan ruang kawasan perdesaandiselenggarakan secara terintegrasi dengan kawasanperkotaan sebagai satu kesatuan pemanfaatan

    ruang wilayah kabupaten/kota.

    (4) Penataan . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    39/107

    - 39 -

    (4) Penataan ruang kawasan agropolitandiselenggarakan dalam keterpaduan sistemperkotaan wilayah dan nasional.

    (5) Keterpaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

    mencakup keterpaduan sistem permukiman,prasarana, sistem ruang terbuka, baik ruang

    terbuka hijau maupun ruang terbuka nonhijau.

    BAB VII

    PENGAWASAN PENATAAN RUANG

    Pasal 55

    (1) Untuk menjamin tercapainya tujuanpenyelenggaraan penataan ruang sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3, dilakukan pengawasan

    terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, danpelaksanaan penataan ruang.

    (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    terdiri atas tindakan pemantauan, evaluasi, danpelaporan.

    (3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dilaksanakan oleh Pemerintah dan pemerintah

    daerah sesuai dengan kewenangannya.

    (4) Pengawasan Pemerintah dan pemerintah daerah

    sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan

    dengan melibatkan peran masyarakat.

    (5) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat(4) dapat dilakukan dengan menyampaikan laporan

    dan/atau pengaduan kepada Pemerintah danpemerintah daerah.

    Pasal 56

    (1) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 55 ayat (2) dilakukan dengan

    mengamati dan memeriksa kesesuaian antarapenyelenggaraan penataan ruang dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

    (2) Apabila . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    40/107

    - 40 -

    (2) Apabila hasil pemantauan dan evaluasisebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti terjadipenyimpangan administratif dalam penyelenggaraanpenataan ruang, Menteri, Gubernur, dan

    Bupati/Walikota mengambil langkah penyelesaiansesuai dengan kewenangannya.

    (3) Dalam hal Bupati/Walikota tidak melaksanakanlangkah penyelesaian sebagaimana dimaksud padaayat (2), Gubernur mengambil langkah penyelesaianyang tidak dilaksanakan Bupati/Walikota.

    (4) Dalam hal Gubernur tidak melaksanakan langkahpenyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dan ayat (3), Menteri mengambil langkah

    penyelesaian yang tidak dilaksanakan Gubernur.

    Pasal 57

    Dalam hal penyimpangan dalam penyelenggaraanpenataan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56ayat (2), pihak yang melakukan penyimpangan dapatdikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

    Pasal 58

    (1) Untuk menjamin tercapainya tujuan

    penyelenggaraan penataan ruang sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 3, dilakukan pulapengawasan terhadap kinerja fungsi dan manfaatpenyelenggaraan penataan ruang dan kinerjapemenuhan standar pelayanan minimal bidang

    penataan ruang.

    (2) Dalam rangka peningkatan kinerja fungsi danmanfaat penyelenggaraan penataan ruang wilayahnasional disusun standar pelayanan

    penyelenggaraan penataan ruang untuk tingkatnasional.

    (3) Standar pelayanan minimal bidang penataan ruangsebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi aspekpelayanan dalam perencanaan tata ruang,pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatanruang.

    (4) Standar . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    41/107

    - 41 -

    (4) Standar pelayanan minimal sebagaimana dimaksudpada ayat (1) mencakup standar pelayanan minimalbidang penataan ruang provinsi dan standarpelayanan minimal bidang penataan ruang

    kabupaten/kota.

    (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan

    minimal bidang penataan ruang sebagaimanadimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur denganperaturan Menteri.

    Pasal 59

    (1) Pengawasan terhadap penataan ruang pada setiaptingkat wilayah dilakukan dengan menggunakanpedoman bidang penataan ruang.

    (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditujukan pada pengaturan, pembinaan, dan

    pelaksanaan penataan ruang.

    (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata carapengawasan terhadap pengaturan, pembinaan, danpelaksanaan penataan ruang diatur dengan

    peraturan Menteri.

    BAB VIII

    HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT

    Pasal 60

    Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:

    a. mengetahui rencana tata ruang;

    b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibatpenataan ruang;

    c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian

    yang timbul akibat pelaksanaan kegiatanpembangunan yang sesuai dengan rencana tata

    ruang;

    d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenangterhadap pembangunan yang tidak sesuai denganrencana tata ruang di wilayahnya;

    e. mengajukan . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    42/107

    - 42 -

    e. mengajukan tuntutan pembatalan izin danpenghentian pembangunan yang tidak sesuai denganrencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan

    f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada

    pemerintah dan/atau pemegang izin apabila kegiatanpembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata

    ruang menimbulkan kerugian.

    Pasal 61

    Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:

    a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

    b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatanruang dari pejabat yang berwenang;

    c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalampersyaratan izin pemanfaatan ruang; dan

    d. memberikan akses terhadap kawasan yang olehketentuan peraturan perundang-undangan

    dinyatakan sebagai milik umum.

    Pasal 62

    Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 61, dikenai sanksi administratif.

    Pasal 63Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalamPasal 62 dapat berupa:

    a. peringatan tertulis;

    b. penghentian sementara kegiatan;

    c. penghentian sementara pelayanan umum;

    d. penutupan lokasi;

    e. pencabutan izin;

    f. pembatalan izin;g. pembongkaran bangunan;

    h. pemulihan . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    43/107

    - 43 -

    h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau

    i. denda administratif.

    Pasal 64

    Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara

    pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksuddalam Pasal 63 diatur dengan peraturan pemerintah.

    Pasal 65

    (1) Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh

    pemerintah dengan melibatkan peran masyarakat.

    (2) Peran masyarakat dalam penataan ruangsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan,antara lain, melalui:

    a. partisipasi dalam penyusunan rencana tataruang;

    b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan

    c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatanruang.

    (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan

    bentuk peran masyarakat dalam penataan ruangsebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

    peraturan pemerintah.

    Pasal 66

    (1) Masyarakat yang dirugikan akibat penyelenggaraanpenataan ruang dapat mengajukan gugatan melaluipengadilan.

    (2) Dalam hal masyarakat mengajukan gugatan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tergugatdapat membuktikan bahwa tidak terjadipenyimpangan dalam penyelenggaraan penataan

    ruang.

    BAB IX . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    44/107

    - 44 -

    BAB IX

    PENYELESAIAN SENGKETA

    Pasal 67

    (1) Penyelesaian sengketa penataan ruang pada tahappertama diupayakan berdasarkan prinsip

    musyawarah untuk mufakat.

    (2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tidak diperoleh kesepakatan,para pihak dapat menempuh upaya penyelesaiansengketa melalui pengadilan atau di luar pengadilansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan.

    BAB X

    PENYIDIKAN

    Pasal 68

    (1) Selain pejabat penyidik kepolisian negara RepublikIndonesia, pegawai negeri sipil tertentu di

    lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugasdan tanggung jawabnya di bidang penataan ruang

    diberi wewenang khusus sebagai penyidik untukmembantu pejabat penyidik kepolisian negaraRepublik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

    Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

    (2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksudpada ayat (1) berwenang:

    a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporanatau keterangan yang berkenaan dengan tindakpidana dalam bidang penataan ruang;

    b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yangdiduga melakukan tindak pidana dalam bidang

    penataan ruang;

    c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orangsehubungan dengan peristiwa tindak pidanadalam bidang penataan ruang;

    d. melakukan . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    45/107

    - 45 -

    d. melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumenyang berkenaan dengan tindak pidana dalambidang penataan ruang;

    e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang

    diduga terdapat bahan bukti dan dokumen lainserta melakukan penyitaan dan penyegelan

    terhadap bahan dan barang hasil pelanggaranyang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindakpidana dalam bidang penataan ruang; dan

    f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka

    pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidanadalam bidang penataan ruang.

    (3) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksudpada ayat (1) memberitahukan dimulainyapenyidikan kepada pejabat penyidik kepolisiannegara Republik Indonesia.

    (4) Apabila pelaksanaan kewenangan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) memerlukan tindakanpenangkapan dan penahanan, penyidik pegawai

    negeri sipil melakukan koordinasi dengan pejabatpenyidik kepolisian negara Republik Indonesiasesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (5) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksudpada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikankepada penuntut umum melalui pejabat penyidikkepolisian negara Republik Indonesia.

    (6) Pengangkatan pejabat penyidik pegawai negeri sipildan tata cara serta proses penyidikan dilaksanakansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan.

    BAB XI

    KETENTUAN PIDANA

    Pasal 69(1) Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang

    yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalamPasal 61 huruf a yang mengakibatkan perubahan

    fungsi . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    46/107

    - 46 -

    fungsi ruang, dipidana dengan pidana penjarapaling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyakRp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

    (2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) mengakibatkan kerugian terhadap hartabenda atau kerusakan barang, pelaku dipidana

    dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan)tahun dan denda paling banyakRp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus jutarupiah).

    (3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud padaayat (1) mengakibatkan kematian orang, pelakudipidana dengan pidana penjara paling lama 15

    (lima belas) tahun dan denda paling banyakRp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

    Pasal 70(1) Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai

    dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yangberwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61huruf b, dipidana dengan pidana penjara palinglama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyakRp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

    (2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud padaayat (1) mengakibatkan perubahan fungsi ruang,pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama

    5 (lima) tahun dan denda paling banyakRp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

    (3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) mengakibatkan kerugian terhadap hartabenda atau kerusakan barang, pelaku dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahundan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satumiliar lima ratus juta rupiah).

    (4) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud padaayat (1) mengakibatkan kematian orang, pelaku

    dipidana dengan pidana penjara paling lama 15(lima belas) tahun dan denda paling banyak

    Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

    Pasal 71 . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    47/107

    - 47 -

    Pasal 71

    Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yangditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruangsebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf c, dipidana

    dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dandenda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

    rupiah).

    Pasal 72

    Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadapkawasan yang oleh peraturan perundang-undangandinyatakan sebagai milik umum sebagaimana dimaksuddalam Pasal 61 huruf d, dipidana dengan pidana penjarapaling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyakRp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

    Pasal 73(1) Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang

    menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata

    ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat(7), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan denda paling banyakRp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

    (2) Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud padaayat (1) pelaku dapat dikenai pidana tambahanberupa pemberhentian secara tidak dengan hormat

    dari jabatannya.

    Pasal 74

    (1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksuddalam Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72dilakukan oleh suatu korporasi, selain pidana

    penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidanayang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa

    pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali daripidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    69, Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72.(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana tambahanberupa:

    a. pencabutan . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    48/107

    - 48 -

    a. pencabutan izin usaha; dan/atau

    b. pencabutan status badan hukum.

    Pasal 75

    (1) Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak

    pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69,

    Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72, dapat menuntutganti kerugian secara perdata kepada pelaku tindak

    pidana.

    (2) Tuntutan ganti kerugian secara perdatasebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakansesuai dengan hukum acara pidana.

    BAB XII

    KETENTUAN PERALIHAN

    Pasal 76

    Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua

    peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan penataanruang yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidakbertentangan dan belum diganti berdasarkan Undang-

    Undang ini.

    Pasal 77

    (1) Pada saat rencana tata ruang ditetapkan, semua

    pemanfaatan ruang yang tidak sesuai denganrencana tata ruang harus disesuaikan denganrencana tata ruang melalui kegiatan penyesuaianpemanfaatan ruang.

    (2) Pemanfataan ruang yang sah menurut rencana tataruang sebelumnya diberi masa transisi selama 3(tiga) tahun untuk penyesuaian.

    (3) Untuk pemanfaatan ruang yang izinnya diterbitkansebelum penetapan rencana tata ruang dan dapatdibuktikan bahwa izin tersebut diperoleh sesuai

    dengan prosedur yang benar, kepada pemegang izindiberikan penggantian yang layak.

    BAB XIII . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    49/107

    - 49 -

    BAB XIII

    KETENTUAN PENUTUP

    Pasal 78

    (1) Peraturan pemerintah yang diamanatkan Undang-Undang ini diselesaikan paling lambat 2 (dua) tahun

    terhitung sejak Undang-Undang ini diberlakukan.

    (2) Peraturan presiden yang diamanatkan Undang-

    Undang ini diselesaikan paling lambat 5 (lima)tahun terhitung sejak Undang-Undang inidiberlakukan.

    (3) Peraturan Menteri yang diamanatkan Undang-Undang ini diselesaikan paling lambat 3 (tiga) tahunterhitung sejak Undang-Undang ini diberlakukan.

    (4) Dengan berlakunya Undang-Undang ini:

    a. Peraturan Pemerintah tentang Rencana Tata

    Ruang Wilayah Nasional disesuaikan palinglambat dalam waktu 1 (satu) tahun 6 (enam)bulan terhitung sejak Undang-Undang ini

    diberlakukan;

    b. semua peraturan daerah provinsi tentangrencana tata ruang wilayah provinsi disusunatau disesuaikan paling lambat dalam waktu 2(dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini

    diberlakukan; dan

    c. semua peraturan daerah kabupaten/kota tentangrencana tata ruang wilayah kabupaten/kotadisusun atau disesuaikan paling lambat 3 (tiga)

    tahun terhitung sejak Undang-Undang inidiberlakukan.

    Pasal 79

    Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-

    Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501)dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

    Pasal 80

    Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.

    Agar . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    50/107

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    51/107

    - 51 -

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    52/107

    PENJELASAN

    ATAS

    UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR 26 TAHUN 2007

    TENTANG

    PENATAAN RUANG

    I. UMUM

    1. Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, baiksebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruanglaut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi,maupun sebagai sumber daya, merupakan karunia TuhanYang Maha Esa kepada bangsa Indonesia yang perlu

    disyukuri, dilindungi, dan dikelola secara berkelanjutan untuksebesar-besar kemakmuran rakyat sesuai dengan amanat

    yang terkandung dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta makna

    yang terkandung dalam falsafah dan dasar negara Pancasila.Untuk mewujudkan amanat Pasal 33 ayat (3) Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut,Undang-Undang tentang Penataan Ruang ini menyatakanbahwa negara menyelenggarakan penataan ruang, yang

    pelaksanaan wewenangnya dilakukan oleh Pemerintah danpemerintah daerah dengan tetap menghormati hak yang

    dimiliki oleh setiap orang.

    2. Secara geografis, letak Negara Kesatuan Republik Indonesia

    yang berada di antara dua benua dan dua samudera sangatstrategis, baik bagi kepentingan nasional maupuninternasional. Secara ekosistem, kondisi alamiah Indonesiasangat khas karena posisinya yang berada di dekatkhatulistiwa dengan cuaca, musim, dan iklim tropis, yangmerupakan aset atau sumber daya yang sangat besar bagibangsa Indonesia. Di samping keberadaan yang bernilai

    sangat strategis tersebut, Indonesia berada pula pada kawasan

    rawan bencana, yang secara alamiah dapat mengancamkeselamatan bangsa. Dengan keberadaan tersebut,penyelenggaraan penataan ruang wilayah nasional harusdilakukan secara komprehensif, holistik, terkoordinasi,

    terpadu . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    53/107

    - 2 -

    terpadu, efektif, dan efisien dengan memperhatikan faktorpolitik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, dankelestarian lingkungan hidup.

    3. Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruangudara, termasuk ruang di dalam bumi, sebagai tempatmanusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan

    memelihara kelangsungan hidupnya, pada dasarnyaketersediaannya tidak tak terbatas. Berkaitan dengan hal

    tersebut, dan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yangaman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskanWawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional, Undang-Undang ini mengamanatkan perlunya dilakukan penataanruang yang dapat mengharmoniskan lingkungan alam dan

    lingkungan buatan, yang mampu mewujudkan keterpaduanpenggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan,

    serta yang dapat memberikan pelindungan terhadap fungsiruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan

    hidup akibat pemanfaatan ruang. Kaidah penataan ruang iniharus dapat diterapkan dan diwujudkan dalam setiap prosesperencanaan tata ruang wilayah.

    4. Ruang sebagai sumber daya pada dasarnya tidak mengenal

    batas wilayah. Namun, untuk mewujudkan ruang wilayahnasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutanberlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional,

    serta sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang nyata,luas, dan bertanggung jawab, penataan ruang menuntutkejelasan pendekatan dalam proses perencanaannya demi

    menjaga keselarasan, keserasian, keseimbangan, danketerpaduan antardaerah, antara pusat dan daerah,antarsektor, dan antarpemangku kepentingan. Dalam Undang-Undang ini, penataan ruang didasarkan pada pendekatan

    sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatankawasan, dan nilai strategis kawasan.

    Berkaitan dengan kebijakan otonomi daerah tersebut,wewenang penyelenggaraan penataan ruang oleh Pemerintahdan pemerintah daerah, yang mencakup kegiatan pengaturan,pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang,

    didasarkan pada pendekatan wilayah dengan batasan wilayahadministratif. Dengan pendekatan wilayah administratiftersebut, penataan ruang seluruh wilayah Negara Kesatuan

    Republik Indonesia terdiri atas wilayah nasional, wilayah

    provinsi . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    54/107

    - 3 -

    provinsi, wilayah kabupaten, dan wilayah kota, yang setiapwilayah tersebut merupakan subsistem ruang menurutbatasan administratif. Di dalam subsistem tersebut terdapatsumber daya manusia dengan berbagai macam kegiatan

    pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan, dandengan tingkat pemanfaatan ruang yang berbeda-beda, yangapabila tidak ditata dengan baik dapat mendorong ke arah

    adanya ketidakseimbangan pembangunan antarwilayah sertaketidaksinambungan pemanfaatan ruang. Berkaitan dengan

    penataan ruang wilayah kota, Undang-Undang ini secarakhusus mengamanatkan perlunya penyediaan danpemanfaatan ruang terbuka hijau, yang proporsi luasannyaditetapkan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luaswilayah kota, yang diisi oleh tanaman, baik yang tumbuh

    secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

    Penataan ruang dengan pendekatan kegiatan utama kawasanterdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan penataanruang kawasan perdesaan. Kawasan perkotaan, menurutbesarannya, dapat berbentuk kawasan perkotaan kecil,kawasan perkotaan sedang, kawasan perkotaan besar,kawasan metropolitan, dan kawasan megapolitan. Penataanruang kawasan metropolitan dan kawasan megapolitan,khususnya kawasan metropolitan yang berupa kawasan

    perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yangsaling memiliki keterkaitan fungsional dan dihubungkandengan jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi,merupakan pedoman untuk keterpaduan perencanaan tataruang wilayah administrasi di dalam kawasan, dan

    merupakan alat untuk mengoordinasikan pelaksanaanpembangunan lintas wilayah administratif yang bersangkutan.

    Penataan ruang kawasan perdesaan diselenggarakan padakawasan perdesaan yang merupakan bagian wilayah

    kabupaten atau pada kawasan yang secara fungsional berciriperdesaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayahkabupaten pada 1 (satu) atau lebih wilayah provinsi. Kawasan

    perdesaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten dapatberupa kawasan agropolitan.

    Penataan ruang dengan pendekatan nilai strategis kawasandimaksudkan untuk mengembangkan, melestarikan,

    melindungi dan/atau mengoordinasikan keterpaduanpembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutandemi terwujudnya pemanfaatan yang berhasil guna, berdayaguna, dan berkelanjutan. Penetapan kawasan strategis pada

    setiap . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    55/107

    - 4 -

    setiap jenjang wilayah administratif didasarkan pada pengaruhyang sangat penting terhadap kedaulatan negara, pertahanan,keamanan, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan,termasuk kawasan yang ditetapkan sebagai warisan dunia.

    Pengaruh aspek kedaulatan negara, pertahanan, dankeamanan lebih ditujukan bagi penetapan kawasan strategisnasional, sedangkan yang berkaitan dengan aspek ekonomi,

    sosial, budaya, dan lingkungan, yang dapat berlaku untukpenetapan kawasan strategis nasional, provinsi, dan

    kabupaten/kota, diukur berdasarkan pendekatan ekternalitas,akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan yangbersangkutan.

    5. Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang,

    pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruangmerupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang

    satu dan yang lain dan harus dilakukan sesuai dengan kaidahpenataan ruang sehingga diharapkan (i) dapat mewujudkan

    pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya gunaserta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yangberkelanjutan; (ii) tidak terjadi pemborosan pemanfaatanruang; dan (iii) tidak menyebabkan terjadinya penurunankualitas ruang.

    Penataan ruang yang didasarkan pada karakteristik, dayadukung dan daya tampung lingkungan, serta didukung olehteknologi yang sesuai akan meningkatkan keserasian,keselarasan, dan keseimbangan subsistem. Hal itu berartiakan dapat meningkatkan kualitas ruang yang ada. Karena

    pengelolaan subsistem yang satu berpengaruh pada subsistemyang lain dan pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem

    wilayah ruang nasional secara keseluruhan, pengaturanpenataan ruang menuntut dikembangkannya suatu sistem

    keterpaduan sebagai ciri utama. Hal itu berarti perlu adanyasuatu kebijakan nasional tentang penataan ruang yang dapatmemadukan berbagai kebijakan pemanfaatan ruang. Seiring

    dengan maksud tersebut, pelaksanaan pembangunan yangdilaksanakan, baik oleh Pemerintah, pemerintah daerah,maupun masyarakat, baik pada tingkat pusat maupun padatingkat daerah, harus dilakukan sesuai dengan rencana tata

    ruang yang telah ditetapkan. Dengan demikian, pemanfaatanruang oleh siapa pun tidak boleh bertentangan denganrencana tata ruang.

    6. Perencanaan . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    56/107

    - 5 -

    6. Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkanrencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang.Rencana umum tata ruang disusun berdasarkan pendekatanwilayah administratif dengan muatan substansi mencakup

    rencana struktur ruang dan rencana pola ruang. Rencanarinci tata ruang disusun berdasarkan pendekatan nilaistrategis kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan

    substansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok dansubblok peruntukan. Penyusunan rencana rinci tersebut

    dimaksudkan sebagai operasionalisasi rencana umum tataruang dan sebagai dasar penetapan peraturan zonasi.Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengaturtentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuanpengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona

    peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tataruang. Rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota dan

    peraturan zonasi yang melengkapi rencana rinci tersebutmenjadi salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan

    ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuaidengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tataruang.

    7. Pengendalian pemanfaatan ruang tersebut dilakukan pula

    melalui perizinan pemanfaatan ruang, pemberian insentif dandisinsentif, serta pengenaan sanksi. Perizinan pemanfaatanruang dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan

    ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukansesuai dengan rencana tata ruang. Izin pemanfaatan ruangdiatur dan diterbitkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah

    sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Pemanfaatanruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yangdilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin,dikenai sanksi adminstratif, sanksi pidana penjara, dan/atau

    sanksi pidana denda.

    Pemberian insentif dimaksudkan sebagai upaya untuk

    memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yangsejalan dengan rencana tata ruang, baik yang dilakukan olehmasyarakat maupun oleh pemerintah daerah. Bentuk insentiftersebut, antara lain, dapat berupa keringanan pajak,

    pembangunan prasarana dan sarana (infrastruktur),pemberian kompensasi, kemudahan prosedur perizinan, danpemberian penghargaan.

    Disinsentif . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    57/107

    - 6 -

    Disinsentif dimaksudkan sebagai perangkat untuk mencegah,membatasi pertumbuhan, dan/atau mengurangi kegiatanyang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, yang antaralain dapat berupa pengenaan pajak yang tinggi, pembatasan

    penyediaan prasarana dan sarana, serta pengenaankompensasi dan penalti.

    Pengenaan sanksi, yang merupakan salah satu upayapengendalian pemanfaatan ruang, dimaksudkan sebagaiperangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yangtidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi.Dalam Undang-Undang ini pengenaan sanksi tidak hanya

    diberikan kepada pemanfaat ruang yang tidak sesuai denganketentuan perizinan pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan

    pula kepada pejabat pemerintah yang berwenang yangmenerbitkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai denganrencana tata ruang.

    8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang PenataanRuang, sebagai dasar pengaturan penataan ruang selama ini,pada dasarnya telah memberikan andil yang cukup besardalam mewujudkan tertib tata ruang sehingga hampir semuapemerintah daerah telah memiliki rencana tata ruang wilayah.Sejalan dengan perkembangan dalam kehidupan berbangsa

    dan bernegara, beberapa pertimbangan yang telah diuraikansebelumnya, dan dirasakan adanya penurunan kualitas ruangpada sebagian besar wilayah menuntut perubahan pengaturandalam Undang-Undang tersebut.

    Beberapa perkembangan tersebut antara lain (i) situasi

    nasional dan internasional yang menuntut penegakan prinsipketerpaduan, keberlanjutan, demokrasi, dan keadilan dalamrangka penyelenggaraan penataan ruang yang baik; (ii)pelaksanaan kebijakan otonomi daerah yang memberikan

    wewenang yang semakin besar kepada pemerintah daerahdalam penyelenggaraan penataan ruang sehingga pelaksanaankewenangan tersebut perlu diatur demi menjaga keserasiandan keterpaduan antardaerah, serta tidak menimbulkankesenjangan antardaerah; dan (iii) kesadaran dan pemahamanmasyarakat yang semakin tinggi terhadap penataan ruangyang memerlukan pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan

    pengawasan penataan ruang agar sesuai denganperkembangan yang terjadi di masyarakat.

    Untuk . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    58/107

    - 7 -

    Untuk menyesuaikan perkembangan tersebut dan untukmengantisipasi kompleksitas perkembangan permasalahandalam penataan ruang, perlu dibentuk Undang-Undangtentang Penataan Ruang yang baru sebagai pengganti Undang-

    Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

    9. Dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan penataan

    ruang tersebut, Undang-Undang ini, antara lain, memuatketentuan pokok sebagai berikut:

    a. pembagian wewenang antara Pemerintah, pemerintahdaerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota

    dalam penyelenggaraan penataan ruang untukmemberikan kejelasan tugas dan tanggung jawab masing-masing tingkat pemerintahan dalam mewujudkan ruangwilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, danberkelanjutan;

    b. pengaturan penataan ruang yang dilakukan melalui

    penetapan peraturan perundang-undangan termasukpedoman bidang penataan ruang sebagai acuanpenyelenggaraan penataan ruang;

    c. pembinaan penataan ruang melalui berbagai kegiatanuntuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan penataan

    ruang;

    d. pelaksanaan penataan ruang yang mencakup perencanaan

    tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalianpemanfaatan ruang pada semua tingkat pemerintahan;

    e. pengawasan penataan ruang yang mencakup pengawasan

    terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, danpelaksanaan penataan ruang, termasuk pengawasanterhadap kinerja pemenuhan standar pelayanan minimalbidang penataan ruang melalui kegiatan pemantauan,

    evaluasi, dan pelaporan;

    f. hak, kewajiban, dan peran masyarakat dalam

    penyelenggaraan penataan ruang untuk menjaminketerlibatan masyarakat, termasuk masyarakat adatdalam setiap proses penyelenggaraan penataan ruang;

    g. penyelesaian sengketa, baik sengketa antardaerahmaupun antarpemangku kepentingan lain secara

    bermartabat;

    h. penyidikan . . .

  • 7/25/2019 8 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

    59/107

    - 8 -

    h. penyidikan, yang mengatur tentang penyidik pegawainegeri sipil beserta wewenang dan mekanisme tindakanyang dilakukan;

    i. ketentuan sanksi administratif dan sanksi pidana sebagaidasar un