8 studi kelayakan penggunaan mesin diesel dengan metode break even point (bep) dan analisis...

10
Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Wijana, Triadi, Anwar: Studi kelayakan penggunaan mesin p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 Diesel dengan metode break even point (BEP) dan analisi 60 STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN MESIN DIESEL DENGAN METODE BREAK EVEN POINT (BEP) DAN ANALISIS SENSITIVITAS PADA PLTD (Studi Kasus : PT PLN Persero Sektor Pembangkitan Lombok PLTD Ampenan) Made Wijana*, A.A. Alit Triadi, Lalu Syahrul Anwar Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mataram, Jl. Majapahit No. 62, Mataram *Email: [email protected] ABSTRACT This study intended to analyze the feasibility of the use of the Power Plant (PLTD) of Ampenan using the break even point (BEP) and sensitivity analysis. That there are several alternatives that can be taken are: first, if the use of the selling price to the public's ability to Rp. 800 per kWh and a subsidy of Rp. 29.758.612.278 per month, then power plant will have a turnover in the month to 12 to earn a revenue of Rp. 159.148.857.478. Secondly, if the use of the selling price to Rp. 900 per kWh and a subsidy of Rp. 28.100.809.978 per month, then power plant will have a turnover in the month to 12 to earn a revenue of Rp. 179.042.464.663. Thirdly, if the use of the selling price to Rp. 1000 per kWh and a subsidy of Rp. 26.443.007.678 per month, then power plant will have a turnover in the month to 12 to earn a revenue of Rp. 199.936.071.847. Then the results of research using sensitivity analysis to changes in the initial investment is known that the increase in initial investment 600,83% below power plant is still feasible to operate.. But the power plant would not be feasible to operate when the increase 600,83% above the initial investment.Furthermore the sensitivity analysis to changes in income are known to decrease in revenue of less than 85,73% of power plant is still worth operating. But if the decline in revenue was down more than 85,73% power plant operation is not feasible. Keywords: Power plant, Diesel engine, break even point, sensitivity analysis PENDAHULUAN Keberadaan energi listrik menjadi sangat penting demi terselenggaranya pembangunan nasional baik secara langsung maupun tidak langsung. Energi listrik harus tercukupi karena sangat penting bagi seluruh masyarakat. Dalam pemenuhan kebutuhan energi listrik diseluruh Indonesia, Negara telah mengaturnya pada Pasal 33 ayat (2) UUD Negara Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa usaha penyediaan tenaga listrik dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat yang penyelenggaranya dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Untuk mendukung usaha tersebut, maka pemerintah memberi wewenang penuh kepada PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk menyediakan dan mengatur distribusi listrik ke seluruh wilayah Indonesia guna mendukung pertumbuhan ekonomi sesuai dengan Undang-Undang No.15 tahun 1985. Tetapi pada kenyataannya PT. PLN masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di Indonesia (Patricia, 2012). Sebagai bentuk komitmen PT. PLN (Persero) guna peningkatan pelayanan dan mengantipasi perkembangan listrik di Nusa Tenggara Barat (NTB). PT. PLN (Persero) Wilayah NTB Sektor Pembangkitan Lombok adalah salah unit bisnis dari PT. PLN (Persero) yang berkedudukan di Mataram, dibentuk berdasarkan surat keputusan Direksi PT.PLN (Persero) No.087.K/010/2002 tanggal 25 Juni 2002, sebagai unit pelaksana dan penanganan khusus bidang pembangkitan yang bertanggung jawab untuk memproduksi kWh sesuai dengan kebutuhan listrik di Pulau Lombok. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Ampenan, dalam hubungan kerja merupakan bagian dari PT PLN (Persero) wilayah NTB. Berdiri pada tahun 1986 yang berlokasi di Tanjung Karang, Sebagai bentuk komitmen PT. PLN (Persero) guna peningkatan pelayanan dan mengantipasi perkembangan listrik di Nusa Tenggara Barat (NTB). Berdasarkan studi awal yang penulis lakukan di PLN NTB diperoleh informasi bahwa PLN NTB belum pernah melakukan studi atau analisa yang berkaitan dengan usahanya. Analisa kelayakan kegiatan usaha sangat perlu untuk dilakukan, mengingat umur mesin pembangkit listrik umurnya bervariasi. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan analisa kelayakan usaha seperti Analisis Break Even Point (BEP), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Retrun (IRR),

Upload: mirmanto

Post on 08-Jan-2017

51 views

Category:

Engineering


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 8 studi kelayakan penggunaan mesin diesel dengan metode break even point (bep) dan analisis sensitivitas pada pltd

Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Wijana, Triadi, Anwar: Studi kelayakan penggunaan mesinp. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 Diesel dengan metode break even point (BEP) dan analisi

60

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN MESIN DIESEL DENGAN METODEBREAK EVEN POINT (BEP) DAN ANALISIS SENSITIVITAS PADA PLTD

(Studi Kasus : PT PLN Persero Sektor Pembangkitan Lombok PLTDAmpenan)

Made Wijana*, A.A. Alit Triadi, Lalu Syahrul AnwarTeknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mataram, Jl. Majapahit No. 62, Mataram

*Email: [email protected]

ABSTRACTThis study intended to analyze the feasibility of the use of the Power Plant (PLTD) of

Ampenan using the break even point (BEP) and sensitivity analysis. That there are severalalternatives that can be taken are: first, if the use of the selling price to the public's ability toRp. 800 per kWh and a subsidy of Rp. 29.758.612.278 per month, then power plant will have aturnover in the month to 12 to earn a revenue of Rp. 159.148.857.478. Secondly, if the use ofthe selling price to Rp. 900 per kWh and a subsidy of Rp. 28.100.809.978 per month, thenpower plant will have a turnover in the month to 12 to earn a revenue of Rp. 179.042.464.663.Thirdly, if the use of the selling price to Rp. 1000 per kWh and a subsidy of Rp. 26.443.007.678per month, then power plant will have a turnover in the month to 12 to earn a revenue ofRp. 199.936.071.847. Then the results of research using sensitivity analysis to changes in theinitial investment is known that the increase in initial investment 600,83% below power plant isstill feasible to operate.. But the power plant would not be feasible to operate when theincrease 600,83% above the initial investment.Furthermore the sensitivity analysis to changesin income are known to decrease in revenue of less than 85,73% of power plant is still worthoperating. But if the decline in revenue was down more than 85,73% power plant operation isnot feasible.

Keywords: Power plant, Diesel engine, break even point, sensitivity analysis

PENDAHULUANKeberadaan energi listrik menjadi

sangat penting demi terselenggaranyapembangunan nasional baik secara langsungmaupun tidak langsung. Energi listrik harustercukupi karena sangat penting bagi seluruhmasyarakat. Dalam pemenuhan kebutuhanenergi listrik diseluruh Indonesia, Negaratelah mengaturnya pada Pasal 33 ayat (2)UUD Negara Indonesia Tahun 1945 yangmenyatakan bahwa usaha penyediaan tenagalistrik dikuasai oleh negara dan dipergunakanuntuk kemakmuran rakyat yangpenyelenggaranya dilakukan oleh pemerintahdan pemerintah daerah. Untuk mendukungusaha tersebut, maka pemerintah memberiwewenang penuh kepada PT. PerusahaanListrik Negara (Persero) untuk menyediakandan mengatur distribusi listrik ke seluruhwilayah Indonesia guna mendukungpertumbuhan ekonomi sesuai denganUndang-Undang No.15 tahun 1985. Tetapipada kenyataannya PT. PLN masih kesulitanuntuk memenuhi kebutuhan energi listrik diIndonesia (Patricia, 2012).

Sebagai bentuk komitmen PT. PLN(Persero) guna peningkatan pelayanan danmengantipasi perkembangan listrik di NusaTenggara Barat (NTB). PT. PLN (Persero)

Wilayah NTB Sektor Pembangkitan Lombokadalah salah unit bisnis dari PT. PLN(Persero) yang berkedudukan di Mataram,dibentuk berdasarkan surat keputusan DireksiPT.PLN (Persero) No.087.K/010/2002 tanggal25 Juni 2002, sebagai unit pelaksana danpenanganan khusus bidang pembangkitanyang bertanggung jawab untuk memproduksikWh sesuai dengan kebutuhan listrik di PulauLombok. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel(PLTD) Ampenan, dalam hubungan kerjamerupakan bagian dari PT PLN (Persero)wilayah NTB. Berdiri pada tahun 1986 yangberlokasi di Tanjung Karang, Sebagai bentukkomitmen PT. PLN (Persero) gunapeningkatan pelayanan dan mengantipasiperkembangan listrik di Nusa Tenggara Barat(NTB). Berdasarkan studi awal yang penulislakukan di PLN NTB diperoleh informasibahwa PLN NTB belum pernah melakukanstudi atau analisa yang berkaitan denganusahanya. Analisa kelayakan kegiatan usahasangat perlu untuk dilakukan, mengingat umurmesin pembangkit listrik umurnya bervariasi.Beberapa metode yang dapat digunakanuntuk melakukan analisa kelayakan usahaseperti Analisis Break Even Point (BEP), NetBenefit Cost Ratio (Net B/C), Net PresentValue (NPV), Internal Rate of Retrun (IRR),

Page 2: 8 studi kelayakan penggunaan mesin diesel dengan metode break even point (bep) dan analisis sensitivitas pada pltd

Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Wijana, Triadi, Anwar: Studi kelayakan penggunaan mesinp. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 Diesel dengan metode break even point (BEP) dan analisi

61

External Factor Evaluation (EFE), InternalFactor Evaluation (IFE) dan analisis SWOT.Analisis Break Break Even Point (BEP)adalah analisis yang paling sederhanadibandingkan dengan analisis yang lainseperti Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), NetPresent Value (NPV), Internal Rate of Retrun(IRR), External Factor Evaluation (EFE),Internal Factor Evaluation (IFE) dan analisisSWOT.

Penelitian-penelitian yang berkaitandengan BEP telah banyak dilakukan sepertiyang pernah dilakukan oleh (Himayati, 2010),(Febriyandi, 2012), dan (Kholiq, 2015).Namun dari penelitian yang terdahulutersebut tidak dilengkapi dengan analisissensitivitas. Oleh sebab itu, penulismenambahkan dengan analisis sensitivitasyang dapat menghitung dan memprediksibagaimana keadaan perusahaan apabilasuatu waktu ada nilai atau biaya yang tidakmenentu. Dan kita ketahui bahwa sekarang iniharga bahan bakar diesel yaitu solarmengalami kenaikan dan penurunan atauharganya tidak menentu .

TINJAUAN PUSTAKAPengertian Pembangkit Listrik TenagaDiesel

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel(PLTD) ialah Pembangkit listrik yangmenggunakan mesin diesel sebagaipenggerak mula (prime mover).Prime movermerupakan peralatan yang mempunyai fungsimenghasilkan energi mekanis yangdiperlukan untuk memutar rotorgenerator.Mesin diesel sebagai penggerakmula PLTD berfungsi menghasilkan tenagamekanis yang dipergunakan untuk memutarrotor generator. Pada mesin Diesel EnergiBahan bakar diubah menjadi energi mekanikdengan proses pembakaran di dalam mesinitu sendiri. Yang dimaksud dengan Unit PLTDadalah kesatuan peralatan-peralatan utamadan alat-alat bantu serta perlengkapannyayang tersusun dalam hubungan kerja,membentuk sistem untuk mengubah energiyang terkandung didalam bahan bakar minyakmenjadi tenaga mekanis denganmenggunakan mesin diesel sebagaipenggerak utamanya dan seterusnya tenagamekanis tersebut oleh generator diubahmenjadi tenaga listrik.

Mesin DieselMesin diesel termasuk mesin dengan

pembakaran dalam atau disebut denganmotor bakar ditinjau dari cara memperolehenergi termalnya. Untuk membangkitkan listrik

sebuah generator menggunakan generatordengan sistem penggerak tenaga diesel atauyang biasa dikenal dengan sebutan genset(Generator Set ).

Gambar 1. Mesin Diesel New Sulzer

Definisi Studi KelayakanKelayakan adalah suatu peluang usaha

baru atau modifikasi usaha untuk menjaminagar pengeluaran modal mencapai tujuanyang diharapkan, atau dengan kata lain suatupenelitian tentang layak atau tidaknya suatuproyek bisnis yang biasanya merupakanproyek investasi itu dilaksanakan. Maksudlayak atau tidak layak disini adalah prakiraanbahwa bisnis akan dapat atau tidakmendapatkan keuntungan yang layak bilatelah dioperasikan (Komarudin, 2012).

Menurut Yacob Ibrahim (2003) studikelayakan bisnis adalah kegiatan untukmemulai sejauh mana manfaat yang dapatdiperoleh dalam melaksanakan suatukegiatan usaha/ proyek. Studi kelayakan yangjuga sering disebut dengan feasibility studymerupakan bahan pertimbangan dalammengambil keputusan, apakah menerimaatau menolak dari suatu gagasanusaha/proyek yang direncanakan.

Menurut Husnan dan Suwarsono(1999) tujuan dilaksanakannya studikelayakan adalah untuk menghindarikeberlanjutan modal yang terlalu besar untukkegiatan yang ternyata tidak menguntungkan.

Studi kelayakan yang dimaksud dalampenelitian ini adalah studi kelayakanpenggunaan mesin diesel pada PLTDAmpenan dengan metode Break Even Pointdan analisis sensitivitas.

Pengertian Analisis Break Even PointBreak Event Point atau titik impas

sampai saat ini belum bisa diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia secara pasti. Hal inidikarenakan belum adanya kesepakatantentang pengertian Break Even Point oleh

Page 3: 8 studi kelayakan penggunaan mesin diesel dengan metode break even point (bep) dan analisis sensitivitas pada pltd

Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Wijana, Triadi, Anwar: Studi kelayakan penggunaan mesinp. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 Diesel dengan metode break even point (BEP) dan analisi

62

para pakar ekonomi. Oleh karena itu karenamasih adanya perbedaan-perbedaan tentangpengertian Break Even Point, maka berikut inibeberapa definisi Break Even Point menurutpakar-pakar ekonomi dalam literaturnya.

Menurut Pujawan (2002) dalambukunya yang berjudul “Ekonomi Teknik“Analisis break even point adalah salah satuanalisis dalam ekonomi teknik yang sangatpopular digunakan terutama pada sektor-sektor industri yang padat karya. Analisis iniakan berguna apabila seorang akanmengambil keputusan pemilihan alternatifyang cukup sensitif terhadap parameter atauvariabel dan bila variabel-variabel tersebutsulit diestimasi nilainya.

Menurut Sigit (1990) dalam bukunyayang berjudul “Analisis Break Even“ Analisisbreak even point adalah “ perhitungan rugi-laba dari suatu periode kerja atau dari suatukegiatan usaha tertentu, perusahaan itu tidakmemperoleh laba, tetapi juga tidak menderitakerugian”.

Menurut Halim dan Bambang (1990)dalam bukunya yang berjudul “AkuntansiManajemen” Analisis break even point adalah“titik di mana jumlah penghasilan perusahaansama besarnya dengan jumlah biayaperusahaan.

Menentukan Break Even Point (Titik Impas)Analisis break even point adalah

analisis yang digunakan untuk mengukur

tingkat keseimbangan antara biaya, volumedan penjualan agar perusahaan tidakmengalami untung maupun rugi.

Alat analisis yang dapat digunakandalam mencari tingkat break even pointadalah:1. Pendekatan matematika

cp

FCXBEP

)( (1)

Dimana:BEP(X) = Break event point dalam unitFC = Fixed Cost (Rp)p = Price (Rp/Unit)c = Cost

p

cFC

XpBEP

1

).( (2)

Di mana:BEP(p.X) = Break even point dalam Rp.FC = Fixed Cost (Rp)VC = Variabel Cost (Rp)X = Volume produksi (unit)p = Price (Rp/Unit)c = Cost (Rp/Unit)

2. Dengan cara grafikSecara grafik, titik break even point

ditentukan oleh persilangan antara garis totalrevenue dan garis total cost seperti gambar 2.

Gambar 2. Analisis break even point dengan menggunakan grafik

Analisis SensitivitasUntuk mengetahui seberapa sensitif

suatu keputusan terhadap perubahan nilai-nilai investasi yang mempengaruhinya, makasetiap pengambilan keputusan pada ekonomiteknik hendaknya disertai dengan analisissensitivitas. Analisis sensitivitas ini akanmemberikan gambaran sejauh mana suatukeputusan akan cukup kuat berhadapandengan perubahan faktor-faktor atau nilai-nilai

investasi yang mempengaruhinya (Pujawan,2002).

Analisis sensitivitas dilakukan untukmengantisipasi kemungkinan-kemungkinanyang terjadi agar bisa diambil langkah-langkah yang tepat untuk dapatmenyelesaikan permasalahan yangmungkin terjadi dan menjamin bahwasetiap rencana investasi aman untukdilaksanakan. Pemodelan pertama dilakukan

Page 4: 8 studi kelayakan penggunaan mesin diesel dengan metode break even point (bep) dan analisis sensitivitas pada pltd

Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Wijana, Triadi, Anwar: Studi kelayakan penggunaan mesinp. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 Diesel dengan metode break even point (BEP) dan analisi

63

dengan mengasumsikan bahwa semuakomponen biaya mengalami kenaikandengan angka pendekatan sebesar 10%sedangkan pendapatannya tetap.Pemodelan kedua dilakukan denganmengasumsikan bahwa semua komponenpendapatan mengalami penurunan denganangka pendekatan sebesar 10% sedangkanbiaya-biaya yang dikeluarkan tetap(Nadiasa dkk, 2010).

Analisis sensitivitas digunakan untukmelihat dampak suatu perubahan keadaanpada hasil analisis kelayakan. Analisis inibertujuan untuk menilai hasil analisiskelayakan investasi apabila terjadi perubahanpada perhitungan biaya atau manfaat. Darihasil analisis tersebut akan terlihat apakahkelayakan suatu investasi sensitif terhadapperubahan (Ariesa dan Tinaprilla, 2012).

Menentukan Analisis SensitivitasLangkah pertama yang akan kita

lakukan adalah menentukan keputusan awal(sebelum melakukan analisis sensitivitas) darialternatif tersebut dengan cara menghitungnilai awal nettonya (NPW). NPW adalah nilaisekarang dari suatu jumlah uang periodemendatang. Cara yang digunakan mencariNPW adalah :

Pendekatan matematika, Pujawan (2002)

)%,,/( niAPAPNPW (3)

Dimana :NPW = Net present worthP = Total dana awal investasiA =Pendapatan perbulani = Tingkat suku bunga (%)n = Lama investasi ( 0,1,2…n)

Dalam metode NPW terdapat tigakriteria investasi, yaitu :1. NPW>0, artinya secara finansial usaha

tersebut layak dilakukan Karena manfaatyang diperoleh lebih besar dari biaya yangdikeluarkan.

2. NPW=0, artinya secara finansial usahatersebut sulit dilakukan Karena manfaatyang diperoleh hanya cukup untukmenutupi biaya yang dikeluarkan.

3. NPW<0, artinya secara finansial usahatersebut tidak layak dilakukan Karenamanfaat yang diperoleh lebih kecil daribiaya yang dikeluarkan.

METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan metode

deskriptif yaitu suatu metode dalam menelitistatus sekelompok manusia, suatu objek,

suatu set kondisi, suatu sistem pemikiranataupun suatu kelas peristiwa pada masasekarang. Penggunaan jenis penelitian inididasarkan pada masalah yang dihadapi yaituberusaha menampilkan gambaran,menganalisis dalam menarik kesimpulantentang kelayakan usaha dari bisnis tersebutTahapan dari penelitian diperlihatkan padagambar 3.

Teknik Pengambilan dan Analisa DataData yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data primer dan sekunder. Dataprimer diperoleh langsung dari objek yangditeliti dan biasanya masih belum mengalamipengolahan lebih lanjut. Data primer diperolehmelalui pengamatan langsung danwawancara dengan bagian keungan danakuntansi PLTD Ampenan Bapak Aries dwiRachmanto. Data sekunder dapat diperolehdari perpustakaan UNRAM, studi literatur daribuku, internet, dan penelitiansebelumnya.Dalam menganalisis datadigunakan analisis kuantitatif yaitu penulisakan melakukan pengumpulan data berupaangka yang dibutuhkan sehubungan denganmasalah yanag akan diteliti, sehingga hasilpenelitian dapat lebih dipercaya dan dapatdiandalkan kebenarannya. Untuk analisiskuantitatif digunakan rumus Break Even Pointdan analisis sensitivitas.

HASIL DAN PEMBAHASANAnalisis Biaya Penggunaan Mesin DieselPada PLTD Ampenan

Biaya dalam penggunaan mesin dieseluntuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakatLombok terdiri dari biaya tetap dan biayavariabel. Dalam penelitian ini yang termasukbiaya tetap adalah aset tanah, biayapenyusutan instalasi mesin, biaya penyusutangedung, penyusutan perlengkapanpenyaluran tenaga listrik, penyusutanperlengkapan umum, dan biaya beban SDMseperti (gaji karyawan, tunjangan, iuranpemberi kerja, pajak penghasilan pasal 21(PPh 21), perjalanan dinas, pemeliharaankesejahteraan, SBO (spiritual, budaya, danolahraga). Adapun yang termasuk biayavariabel dalah biaya operasional (pemakaianbahan bakar, pemakaian minyak pelumas,biaya ongkos angkut bahan bakar), biayabeban pemakaian material terdiri dari (bebanpemakaian material transformator, bebanpemakaian material kabel, beban pemakaianmaterial alat ukur, beban pemakaian materialperdsediaan umum, beban pemakaianmaterial instalasi dan mesin, bebanpemakaian material minyak dan pelumas ),

Page 5: 8 studi kelayakan penggunaan mesin diesel dengan metode break even point (bep) dan analisis sensitivitas pada pltd

Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Wijana, Triadi, Anwar: Studi kelayakan penggunaan mesinp. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 Diesel dengan metode break even point (BEP) dan analisi

64

biaya beban jasa borong terdiri dari (bebanjasa borong dan kelengkapan umum, bebanjasa borong saluran air, beban jasa boronginstalasi dan mesin, beban jasa borongperlengkapan tenaga listrik, beban jasaborong perlengkapan pengolahan data, bebanjasa borong perlengkapan telekomunikasi,beban jasa borong perlengkapan umum,beban jasa borong perlengkapan kendaraan

bermotor dan mobil), dan biaya administrasidan umum terdiri dari (pemakaian perkakasdan peralatan, perjalanan dinas dan diklat,teknologi informasi, listrik gas dan air, pos dantelekomunikasi, beban Bank, bahan makanandan konsumsi, sewa fotocopy dankelengkapannya, ATK (alat tulis kantor),barang cetakan dan penerbitan, dan iklan).

Penelusuran Pustaka

Pengolahan Data

Analisis Data dan Pembahasan

MULAI

Komponen Pendapatan :

-Penjualan tenaga listrik

-Subsidi listrik pemerintah

Komponen biaya produksi penggunaanmesin diesel- Biaya tetap (Fixed Cost)- Biaya Variabel (Variabel

Cost)- Biaya total (Total cost)

KESIMPULAN

Pengumpulan Data

Gambar 3. Diagram alir penelitian

Analisis Pendapatan Penggunaan MesinDiesel Dengan Menggunakan Harga JualEkonomis sebesar Rp 2.595,064

Dari analisis dapat diketahui bahwaharga keekonomisan adalah sebesarRp 2.595,064 dengan penggunaan harga jualekonomis Rp 2.595,064 per kWh PLTDmengalami break even point setelahmembangkitkan daya sebesar 198.476.846kWh atau memperoleh pendapatan sebesarRp 515.060.118.738, begitu juga dengan caragrafik gambar 4.1, didapatkan titik pertemuan

antara total reveneu dengan total cost beradapada tahun pertama yaitu bulan ke 12 tahun2014. Pada titik ini PLTD Ampenan tidakmengalami keuntungan dan juga tidakmengalami kerugian, oleh karena itu denganmenggunakan harga jual ekonomis PLTDlayak untuk dioperasikan.

Berdasarkan perhitungan didapatkangrafik break even point dalam penjualan listrikseperti pada gambar 4.

Page 6: 8 studi kelayakan penggunaan mesin diesel dengan metode break even point (bep) dan analisis sensitivitas pada pltd

Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Wijana, Triadi, Anwar: Studi kelayakan penggunaan mesinp. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 Diesel dengan metode break even point (BEP) dan analisi

65

Gambar 4. Break even point penggunaan mesin diesel dengan harga jual ekonomis Rp.2.595,064 per kWh

Analisis Pendapatan Penggunaan MesinDiesel Dengan Menggunakan Harga JualRp 800 per kWh

Dengan penggunaan harga jualRp. 800 per kWh didapatkan subsidiRp. 29.758.612.278 perbulan. Maka denganharga jual Rp 800 per kWh PLTD mengalamibreak even point setelah membangkitkan

daya sebesar 198.936.072 kWh ataumemperoleh pendapatan sebesarRp. 159.148.857.478, begitu juga dengancara grafik gambar 5, didapatkan titikpertemuan antara total reveneu dengan totalcost berada pada tahun pertama yaitu bulanke 12 tahun 2014.

Gambar 5. Break even point penggunaan mesin diesel dengan harga jual ekonomis Rp. 800per kWh

Pada titik ini PLTD Ampenan tidakmengalami keuntungan dan juga tidakmengalami kerugian, oleh karena itu denganmenggunakan harga jual Rp 800 dan subsidiRp. 29.758.612.278 perbulan PLTD layakuntuk dioperasikan.Berdasarkan perhitungandidapatkan grafik break even point dalampenjualan listrik seperti pada gambar 5.

Analisis Pendapatan Penggunaan MesinDiesel Dengan Menggunakan Harga JualRp 900 per kWh

Dengan penggunaan harga jualRp. 900 per kWh didapatkan subsidiRp. 28.100.809.978 perbulan. Maka denganharaga jual Rp. 900 per kWh PLTDmengalami break even point setelahmembangkitkan daya sebesar 198.936.072kWh atau memperoleh pendapatan sebesarRp. 179.042.464.663, begitu juga dengan

Page 7: 8 studi kelayakan penggunaan mesin diesel dengan metode break even point (bep) dan analisis sensitivitas pada pltd

Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Wijana, Triadi, Anwar: Studi kelayakan penggunaan mesinp. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 Diesel dengan metode break even point (BEP) dan analisi

66

cara grafik gambar 6, didapatkan titikpertemuan antara total reveneu dengan totalcost berada pada tahun pertama yaitu bulanke 12 tahun 2014. Pada titik ini PLTDAmpenan tidak mengalami keuntungan danjuga tidak mengalami kerugian, oleh karenaitu dengan menggunakan harga jual Rp 900

dan subsidi Rp. 28.100.809.978 perbulanPLTD layak untuk dioperasikan.

Berdasarkan perhitungan didapatkangrafik break even point dalam penjualan listrikseperti pada gambar 6.

Gambar 6. Break even point penggunaan mesin diesel dengan harga jual ekonomis Rp. 900per kWh

Gambar 7. Break even point penggunaan mesin diesel dengan harga jual ekonomis Rp. 1000per kWh

Analisis Pendapatan Penggunaan MesinDiesel Dengan Menggunakan Harga JualRp 1000 per kWh

Dengan penggunaan harga jual Rp1000 per kWh didapatkan subsidi Rp26.443.007.678 perbulan. Maka denganharaga jual Rp 1000 per kWh PLTDmengalami break even point setelahmembangkitkan daya sebesar 198.936.072kWh atau memperoleh pendapatan sebesarRp. 198.936.071.847, begitu juga dengancara grafik gambar 7, didapatkan titik

pertemuan antara total reveneu dengan totalcost berada pada tahun pertama yaitu bulanke 12 tahun 2014. Pada titik ini PLTDAmpenan tidak mengalami keuntungan danjuga tidak mengalami kerugian, oleh karenaitu dengan menggunakan harga jual Rp 1000dan subsidi Rp. 26.443.007.678 perbulanPLTD layak untuk dioperasikan.

Berdasarkan perhitungan didapatkangrafik break even point dalam penjualan listrikseperti pada gambar 7.

Page 8: 8 studi kelayakan penggunaan mesin diesel dengan metode break even point (bep) dan analisis sensitivitas pada pltd

Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Wijana, Triadi, Anwar: Studi kelayakan penggunaan mesinp. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 Diesel dengan metode break even point (BEP) dan analisi

67

Analisis sensitivitasAnalisis sensitivitas dengan perubahannilai investasi awal

Alternatif tersebut akan menjadi tidaklayak bila perubahan nilai investasi awalmenyebabkan nilai NPW berubah menjadilebih kecil dari nol. NPW akan sama dengannol bila besarnya investasi adalah :

Bila investasi awal bertambah

600,8340525 %,( + 1) = 7,0083 %Maka didapatkan nilai

P = - x 7,0083= - 122.496.436.215

NPW = P + A (P/A, i%, n )= - 122.496.436.215 + 1.456.556.911

(P/A, 0,6283 %, 120)= - 122.496.436.215 + 1.456.556.911

(84,10)= - 122.496.436.215 + 122.496.436.215= Rp 0

Dari hasil perhitungan didapatkanbahwa pada peningkatan investasi awaldibawah 600,8340525 % PLTD masih layakdioperasikan karena nilai NPW > 0 ataupositif. Kemudian NPW = 0 bila investasi awalmeningkat sebesar 600,8340525 %. TetapiPLTD akan tidak layak dioperasikan bila padapeningkatan investasi awal diatas600,8340525 % karena nilai NPW < 0 atauNPW akan negatif. Ini artinya bahwawalaupun PLTD menaikan dana investasisampai 600,8340525 % PLTD tidak akanmengalami kerugian. Ini disebabkan karenakita tidak bisa memperediksi faktor loosesyang terjadi akibatnya pendapatan perbulanyang didapatkan sangatlah besar yaitu Rp1.456.556.911 perbulan. Sehingga itumenyebabkan walaupun kenaikan investasiawal sampai 600,8340525 % PLTD masihlayak untuk dioperasikan.

Analisis sensitivitas dengan perubahannilai pendapatan rata-rata perbulan

Alternatif tersebut akan menjadi tidaklayak bila perubahan nilai pendapatan rata-rata perbulan menyebabkan nilai NPWberubah menjadi lebih kecil dari nol. NPWakan sama dengan nol bila besarnyapendapatan adalah :

Bila pendapatan turun 85,7312 %,(

Maka didapatkan nilai A = 145.655.691 x0,142687131= 207.831.926

NPW = P + A (P/A, i%, n )

= - + 207.831.926

(P/A, 0,6283 %, 120)

= - + 207.831.926

(84,10)

= - + 17.478.664.995

= Rp. 0

Dari hasil perhitungan didapatakanbahwa pada penurunan pendapatan kurangdari 85,73128695 % PLTD masih layakdioperasikan karena nilai NPW > 0 ataupositif. Kemudian NPW = 0 bila terjadipenurunan pendapatan pada 85,73128695 %. Tetapi jika penurunan pendapatan lebih dari85,73128695 % PLTD menjadi tidak layakdioperasikan karena nilai NPW < 0 ataunegatif. Oleh karena itu PLTD tidak layakdioperasikan bila pendapatannya turun lebihdari 85,73128695 %.

KESIMPIULAN DAN SARANKesimpulan1. Berdasarkan analisis break even point,

dengan menggunakan harga jualekonomis sebesar Rp. 2.595,064 per kWhPLTD mengalami break even point padatahun pertama yaitu bulan ke 12 tahun2014 , pada bulan tersebut didapatkan titikpertemuan antara total reveneu (TR)dengan total cost (TC) sebesarRp. 515.060.118.738.

2. Dengan menggunakan harga yangdisesuaikan dengan kemampuanmasyarakat yaitu Rp. 800 per kWh dandengan subsidi sebesarRp. 29.758.612.278 perbulan PLTD akanmengalami break even point pada tahunpertama yaitu pada bulan ke 12, dimanapada bulan tersebut biaya total (TC) akansama dengan total pendapatan (TR) yaitusebesar Rp. 159.148.857.478.

3. Dengan menggunakan harga yangdisesuaikan dengan kemampuanmasyarakat yaitu Rp 900 per kWh dandengan subsidi sebesarRp. 28.100.809.978 perbulan PLTD akanmengalami break even point pada tahunpertama yaitu pada bulan ke 12, dimanapada bulan tersebut biaya total (TC) akansama dengan total pendapatan (TR) yaitusebesar Rp. 179.042.464.663.

4. Dengan menggunakan harga yangdisesuaikan dengan kemampuanmasyarakat dengan harga jual Rp. 1000per kWh dan dengan subsidi sebesar

Page 9: 8 studi kelayakan penggunaan mesin diesel dengan metode break even point (bep) dan analisis sensitivitas pada pltd

Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Wijana, Triadi, Anwar: Studi kelayakan penggunaan mesinp. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 Diesel dengan metode break even point (BEP) dan analisi

68

Rp. 26.443.007.678 perbulan PLTD akanmengalami break even point pada tahunpertama yaitu pada bulan ke 12, dimanapada bulan tersebut biaya total (TC) akansama dengan total pendapatan (TR) yaitusebesar Rp. 199.936.071.847.

5. Berdasarkan analisis sensitivitas, dengankenaikan dan penurunan investasi awaldan hasilnya menunjukan bahwa padapeningkatan investasi awal dibawah600,8340525 % PLTD masih layakdioperasikan karena nilai NPW > 0 ataupositif. Kemudian NPW = 0 bila investasiawal meningkat sebesar 600,8340525 %.Tetapi PLTD akan tidak layak dioperasikanbila pada peningkatan investasi awaldiatas 600,8340525 % karena nilai NPW<0 atau NPW akan negatif. Ini artinyabahwa walaupun PLTD menaikan danainvestasi sampai 600,8340525 % PLTDtidak akan mengalami kerugian. Inidisebabkan karena kita tidak bisamemperediksi faktor looses yang terjadiakibatnya pendapatan perbulan yangdidapatkan sangatlah besar yaitu Rp1.456.556.911 perbulan. Sehingga itumenyebabkan walaupun kenaikaninvestasi awal sampai 600,8340525 %PLTD masih layak untuk dioperasikan.

6. Dengan kenaikan dan penurunanpendapatan rata-rata perbulan, danhasilnya menunjukan bahwa padapenurunan pendapatan kurang dari85,73128695 % PLTD masih layakdioperasikan karena nilai NPW > 0 ataupositif. Kemudian NPW = 0 bila terjadipenurunan pendapatan pada 85,73128695% . Tetapi jika penurunan pendapatanlebih dari 85,73128695 % PLTD menjaditidak layak dioperasikan karena nilai NPW< 0 atau negatif. Oleh karena itu PLTDtidak layak dioperasikan bilapendapatannya turun lebih dari85,73128695 %.

Saran1. Bagi mahasiswa lain yang ingin

melanjutkan penelitian ini disarankanagar mencari alternatif solusi yang dapatditerapkan langsung denganmempertimbangkan implikasi-implikasiyang akan ditimbulkan oleh alternatifyang diusulkan.

2. Bagi mahasiswa lain yang inginmelanjutkan penelitian ini disarankanagar mencari faktor-faktor yangmenyebabkan looses agar didapatkanhasil yang lebih bagus.

3. Bagi instansi/pemerintahan yang terkait,penelitian ini dapat dijadikan masukandalam mengambil langkah untukmeningkatkan kualitas serta pelayananyang diberikan kepada konsumen dansebagai pertimbangan pemecahanmasalah.

DAFTAR PUSTAKAAkzar R., 2012, Analisis kelayakan

pengembangan usaha pengolahangula merah tebu pada UD Julu Atia,Kecamatan Polongbangkeng Selatan,Kabupaten Takalar, Jurnal FakultasEkonomi Dan Manajemen InsitutPertanian Bogor, Bogor

Anonim, 2014., PLN NTB masih alami defisistlistrik, MATARAM Pos Bali.

Ariesa F.N., Tinaprilla N., 2012, Analisiskelayakan restrukturisasi mesin pabrikgula kremboong, Kabupaten Sidoarjo,Jawa Timur, Jurnal Fakultas EkonomiDan Manajemen Insitut PertanianBogor, Bogor

Bagus A.M.P., 2011, Perawatan turbochargerpada genset mesin Diesel 1380 KW,Skripsi Jurusan Teknik Mesin FakultasTeknik Universitas Teknologi SepuluhNovember, Surabaya.

Febriyandi F., 2012, Aplikasi break even pointpada sistem operasional kapal motorpenyeberangan Roditha PT. ASDPIndonesia Ferry (Persero) CabangLembar, Skripsi Jurusan Teknik MesinFakultas Teknik Universitas Mataram,Mataram.

Ghazali M.H., 2015, Sistem pemasukan udaramenggunakan turbo-charger padamesin Diesel New Sulzer Zav40s (Unit#7) PLTD Ampenan, Laporan KerjaPraktek Lapangan Jurusan TeknikMesin Fakultas Teknik UniversitasMataram, Mataram.

Halim A., Bambang S., 1990, AkuntansiManajemen, Edisi Pertama, BPFE,Yogyakarta.

Harahap S.S., 2008, Teori Akutansi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Himayati R., 2010, Studi kelayakanpenggunaan mesin Diesel berdasarkanmetode break even point (BEP) padaPLTD Labuhan Sumbawa, SkripsiJurusan Teknik Mesin Fakultas TeknikUniversitas Mataram, Mataram.

Husnan S., Suwarsono., 1999, Studikelayakan proyek, UPP AMP YKPN,Yogyakarta.

Ibrahim Y., 2003, Studi Kelayakan Bisnis,Rineka Cipta, Jakarta.

Page 10: 8 studi kelayakan penggunaan mesin diesel dengan metode break even point (bep) dan analisis sensitivitas pada pltd

Dinamika Teknik Mesin, Volume 6 No. 1 Juni 2016 Wijana, Triadi, Anwar: Studi kelayakan penggunaan mesinp. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 Diesel dengan metode break even point (BEP) dan analisi

69

Kholiq M., 2015, Aplikasi break even pointstudi kasus: Usaha Kecil Menengah(UKM) Roti (Rotiku Rotimu) DesaBabakan, Skripsi Jurusan Teknik MesinFakultas Teknik Universitas Mataram,Mataram.

Komarudin, Suprijatmono D., 2012, Analisisbiaya dengan menggunakan metodebreak even point dalam mencarivolume-laba pada PT X, JurnalSainstech, Vol. 22, No. 1, JurusanEkonomi Fakultas Ekonomi UniversitasDiponegoro, Semarang.

Nadiasa M., 2010, Analisis investasipengembangan potensi pariwisatapada pembangunan Waduk Jehem DiKabupaten Bangli, Jurnal Ilmiah TeknikSipil Vol. 14, No. 2, Fakultas TeknikUniversitas Udayana, Denpasar.

Patricia H.J., 2012, Analisis keekonomiankompleks perumahan berbasis energisel surya (Study kasus: perumahanCyber Orchid Town Houses Depok),Skripsi Jurusan Teknik Industri FakultasTeknik Universitas Indonesia, Depok.

Pramono E., Sari S.P., 2012, Unjuk kerjamotor Diesel tipe S-1110 dengan bahanbakar biodiesel M20 dari minyakjelantah dengan katalis 0,35% Naoh,Jurnal Jurusan Teknik Mesin FakultasTeknik Universitas Gunadarma.

Pujawan I.N., 2002, Ekonomi Teknik, GunaWidya, Surabaya.

Rezeki G., 2015, Analisis siklus Diesel dansistem bahan bakar PLTD ampenanPT. PLN (Persero) Wilayah NTB SektorPembangkit Lombok, Laporan KerjaPraktek Lapangan Jurusan TeknikMesin Fakultas Teknik UniversitasMataram, Mataram.

Sari K., Utomo C., 2012, Analisa pembeayaankerjasama pemerintah dan swastapada proyek Sidoarjo Town Square,Jurnal Vol. 1, No. 1, Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Institut TeknologiSepuluh Nopember (ITS), Surabaya.

Sigit S., 1990, Analisa Break Even, EdisiKetiga, BPFE, Yogyakarta.

Sudrajadinata M., 2015, Kajian tekno ekonomiunit alat pencacah plastik untukmeningkatkan nilai jual sampah plastik,Skripsi Jurusan Teknik Mesin FakultasTeknik Universitas Mataram, Mataram.

Surjandari I., 2009, Model dinamispengelolaan sampah untuk mengurangibeban penumpukan, Jurnal TeknikIndustri, Vol. 11, No. 2, pp. 134-147Fakultas Teknik Universitas Indonesia,Depok.