8. petunjuk teknis bbp2tp upbst

Upload: togap-siringoringo

Post on 17-Oct-2015

225 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

  • PETUNJUK PELAKSANAAN

    UNIT PENGELOLA BENIH SUMBER TANAMAN

    Lingkup Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

    BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANBALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

    KEMENTERIAN PERTANIAN2011

  • ISBN: 978-979-1415-67-5

    Penanggungjawab

    Kasdi SubagyonoKepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

    Tim Penyusun

    Darman M. ArsyadJoko PitonoZakiahErythrinaChairunisa Syafi triEllen Lira MeilinaRahmawatiAstrina YuliantiM.Sujud

    Diterbitkan

    Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan PertanianJl. Tentara Pelajar No 10 Bogor, 16114Telp. 0251 8351277. Fax 0251 8350928www.bbp2tp.litbang.deptan.go.id

  • iBalai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    PENGANTAR

    Hingga saat ini sudah banyak varietas unggul baru yang sudah dilepas oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, tetapi yang digunakan dan dikembangkan petani masih terbatas. Oleh karena itu, perlu upaya intensif untuk menyebarluaskan varietas-varietas unggul baru tersebut.

    Keberhasilan penyebaran varietas unggul baru tersebut tidak lepas dari upaya pengembangan sistem perbenihannya. Kelancaran alur distribusi benih, mulai dari benih penjenis, benih dasar, benih pokok, sampai benih sebar dengan prinsip enam tepat, sangat menentukan pengembangan dan penggunaan varietas unggul.

    Sebagai tindak lanjut dari Pedoman Umum Unit Pengelola Benih Sumber Tanaman yang diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Tahun 2011, maka disusunlah Petunjuk Pelaksanaan Unit Pengelola Benih Sumber Tanaman Lingkup Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian guna mendukung upaya penyediaan benih sumber varietas unggul baru yang bermutu.

    Bogor, Oktober 2011

    Kepala BBP2TP,

    Dr. Ir. Kasdi Subagyono, MSc.

  • Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    ii Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ........................................ i

    DAFTAR ISI ................................................... ii

    BAB I. PENDAHULUAN ........................................ 1A. Latar Belakang............................................ 1

    B. Tujuan ....................................................... 2

    BAB II. PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN LANDASAN HUKUM .........................................

    A. Pengertian...................................................B. Ruang Lingkup.............................................C. Landasan Hukum.........................................

    3

    3

    5

    6

    BAB III. TUJUAN, KELUARAN DAN MANFAAT UPBS ....... 7

    BAB IV. ORGANISASI DAN MANAJEMEN ...................... 9

    A. Organisasi dan Manajemen ......................... 9

    B. Uraian Tugas .............................................. 11

    BAB V. FASILITAS KERJA .......................................... 15

    A. Fasilitas Lapang .......................................... 15

    B. Fasilitas Prosesing dan Penyimpanan ............

    BAB VI. SISTEM SERTIFIKASI MUTU BENIH SUMBER ....A. Sertifi kasi Benih .........................................B. Sistem Manajemen Mutu (SMM) ..................

    161617

    BAB VII. SISTEM INFORMASI ...................................... 23

    BAB VIII. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ...... 25

    PENUTUP ..................................................... 27

    Lampiran 1 Prosedur Sertifi kasi Benih Tanaman Secara Generatif (Biji) ...............................................

    28

  • iiiBalai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    Lampiran 2 Prosedur Sertifi kasi Benih Tanaman Secara Vegetatif .......................................................

    31

    Lampiran 3 Teknik Produksi Benih Sumber Padi .. 32Lampiran 4 Form Penanaman Benih Sumber . 48Lampiran 5 Produksi Benih Sumber 48Lampiran 6 Form Distribusi Benih Sumber . 49Lampiran 7 Form Stok Benih Sumber .. 49

  • 1Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Varietas unggul merupakan salah satu teknologi yang berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan kualitas produk pertanian, Varietas unggul tanaman padi, palawija dan hortikultura yang telah diadopsi oleh petani secara luas merupakan kontribusi nyata dalam pembangunan pertanian di Indonesia.

    Secara terus menerus, varietas-varietas unggul tersebut terus diperbaiki keunggulannya melalui proses pemuliaan, dan apabila memenuhi persyaratan, selanjutnya dilepas secara resmi oleh Pemerintah (Menteri Pertanian) sebagai varietas unggul baru (VUB). Sebagai gambaran, selama tiga dasawarsa terakhir, telah dilepas sekitar 83 varietas padi, yang terdiri atas padi sawah inhibrida dan hibrida, padi ketan, padi gogo, padi rawa pasang surut, dan selama dasawarsa terakhir juga telah dilepas 35 varietas jagung dan 26 varietas kedelai.

    Keberhasilan diseminasi dan adopsi teknologi varietas unggul ditentukan antara lain oleh kemampuan produsen dan industri benih untuk memasok dan menyediakan benih secara enam tepat hingga ke petani. Oleh karena itu, sistem perbenihan yang tangguh (produktif, efi sien, berdaya saing dan berkelanjutan) sangat diperlukan untuk mendukung upaya peningkatan produksi dan mutu produk pertanian.

    Perbanyakan benih pada umumnya dimulai dari penyediaan benih penjenis (BS) oleh Balai Penelitian Komoditas, sebagai sumber bagi perbanyakan benih dasar (FS), benih dasar sebagai sumber bagi perbanyakan benih pokok (SS), dan benih pokok sebagai sumber bagi perbanyakan benih sebar (ES). Kesinambungan alur perbanyakan benih tersebut sangat berpengaruh terhadap ketersediaan benih sumber yang sesuai dengan kebutuhan produsen/penangkar benih dan menentukan proses produksi benih

  • Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    2 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    sebar. Kelancaran alur perbanyakan benih sangat menentukan kecepatan penyebaran varietas unggul baru kepada petani.

    Dalam upaya mendukung percepatan penyebaran dan adopsi varietas-varietas unggul baru yang telah dihasilkan, Badan Litbang Pertanian beserta jajarannya, terutama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, sangat penting berperan dalam penyediaan benih sumber (benih dasar/benih pokok). Sebagai tindak lanjut dari Pedoman Umum Pengelolaan Benih Sumber Tanaman yang diterbitkan oleh Badan Litbang Pertanian diperlukan Petunjuk Pelaksanaan Unit Pengelola Benih Sumber bagi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian di seluruh Indonesia.

    B. Tujuan

    Petunjuk pelaksanaan ini disusun dengan tujuan menjadi acuan bagi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian dalam memproduksi dan mengelola benih sumber tanaman untuk kepentingan percepatan penyebaran dan adopsi varietas unggul baru.

  • 3Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    II. PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN LANDASAN HUKUM

    A. Pengertian

    Di dalam petunjuk ini yang dimaksud dengan:

    Perbenihan tanaman adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pengadaan, pengelolaan dan pengedaran benih tanaman.

    Varietas adalah bagian dari suatu jenis yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan, daun, bunga, buah, biji dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama.

    Benih tanaman yang selanjutnya disebut benih adalah bahan tanam (planting materials, propagules) yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman, yang dapat berupa biji (mature ovule, true seeds, sexual propagules), tanaman atau bagiannya (vegetative propagules).

    Benih penjenis adalah suatu kelas benih dalam program sertifi kasi yang diproduksi dengan prosedur baku di bawah pengawasan pemulia atau penyelenggara pemuliaan tanaman dan digunakan sebagai sumber untuk produksi benih kelas-kelas berikutnya.

    Benih inti adalah turunan pertama dari tanaman induk tunggal atau benih rujukan hasil program pemuliaan tanaman.

    Benih sumber adalah kelas-kelas benih yang digunakan untuk memproduksi benih, yaitu benih inti, benih penjenis, benih dasar dan benih pokok.

    Standar mutu benih adalah persyaratan mutu minimum yang mencakup mutu fi sik, mutu fi siologis, mutu genetik

    1)

    2)

    3)

    4)

    5)

    6)

    7)

  • Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    4 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    ataupun kesehatan benih yang harus dipenuhi oleh suatu lot benih dalam program sertifi kasi

    Varietas unggul adalah suatu varietas tanaman yang memiliki keunggulan karakteristik genotipik yang tercermin dalam karakteristik fenotipik berupa keunggulan produktivitas, mutu produk dan atau ketahanan terhadap cekaman lingkungan biotik dan abiotik.

    Sistem mutu adalah sistem menyeluruh yang terkait dengan struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya untuk menerapkan manajemen mutu.

    Manajemen mutu adalah seluruh aspek fungsi manajemen dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan mutu.

    Sistem manajemen mutu adalah sistem manajemen untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam hal mutu.

    Kebijakan mutu: pernyataan tertulis dari manajer tertinggi yang mencerminkan semua keinginan dan tujuan organisasi.

    Laboratorium penguji adalah fasilitas dengan seperangkat peralatan yang diperlukan untuk menguji mutu benih.

    Pelanggan adalah pihak yang menerima benih.

    Produk (output) adalah hasil dari suatu proses dapat berupa barang dan jasa.

    Proses adalah kegiatan yang mengubah input menjadi output.

    Komersialisasi adalah upaya untuk memperoleh manfaat dari suatu produk (barang dan jasa, termasuk teknologi) melalui rangkaian kegiatan promosi, distribusi dan transaksi jual-beli dengan memperhatikan hak atas kekayaan intelektual.

    8)

    9)

    10)

    11)

    12)

    13)

    14)

    15)

    16)

    17)

  • 5Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    Sertifi kasi adalah proses pemberian sertifi kat oleh lembaga yang berwenang yang menyatakan bahwa sistem manajemen mutu, kompetensi personel atau produk (termasuk benih) sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

    Alih teknologi adalah proses transfer teknologi dari penghasil kepada pengguna melalui persyaratan tertentu.

    Cost recovery adalah dana yang diperoleh dari hasil komersialisasi teknologi yang akan digunakan untuk pengembangan penelitian dan insentif bagi peneliti sebagai penemu.

    Unit pengelola benih sumber adalah unit pelaksana di lingkup Balai Penelitian Tanaman yang mendapat otoritas untuk memproduksi, mengolah, menyimpan, dan memasarkan benih sumber sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

    B. Ruang Lingkup

    Ruang lingkup petunjuk pengelolaan benih sumber tanaman meliputi:

    Kelembagaan UPBS yang bertugas dalam perencanaan, pelaksanaan lapang (pertanaman), prosesing (pengolahan benih), pengujian mutu benih, pengemasan/pengepakan, dan penyimpanan benih, distribusi dan pemasaran benih sumber.

    Sarana dan prasarana guna mendukung operasional kegiatan UPBS

    Sistem manajemen mutu dalam manajemen produksi dan manajemen laboratorium penguji benih sumber.

    Sistem Informasi Benih Sumber.

    18)

    19)

    20)

    21)

    1)

    2)

    3)

    4)

  • Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    6 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    C. Landasan Hukum

    Landasan hukum penyusunan petunjuk tatacara pengelolaan benih sumber adalah sebagai berikut:

    Undang-Undang No.12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman;

    Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman;

    Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;

    Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah;

    Peraturan Pemerintahan RI Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman;

    Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional;

    Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 41/M Tahun 2001 tentang Pengangkatan Kepala Badan Litbang Pertanian;

    Keputusan Menteri Pertanian Nomor 902/Kpts/TP.240/12/1996 jo Keputusan Menteri Pertanian Nomor 737/KPTS/TP.240/9/1998 tentang Pengujian, Penilaian dan Pelepasan Varietas;

    Keputusan Menteri Pertanian No.362/Kpts/KP.150/6/2001 tentang Tim Penilai dan Pelepasan Varietas (TP2V);

    Keputusan Menteri Pertanian No.1017/Kpts/OT.120/12/1998 tentang Izin Produksi Benih Bina, Izin Pemasukan Benih dan Pengeluaran Benih Bina;

    Keputusan Menteri Pertanian No. 01/Kpts/OT.210/1/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen.

    Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian No. OT.210.69.2003 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Benih Sumber Tanaman.

    1)

    2)

    3)

    4)

    5)

    6)

    7)

    8)

    9)

    10)

    11)

    12)

  • 7Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    III. TUJUAN, KELUARAN DAN MANFAAT UPBS

    Pembentukan UPBS dimaksudkan sebagai cikal bakal (embrio) unit pelayanan untuk mengembangkan atau menghasilkan kemampuan pembiayaan penelitian mandiri. Tata cara, susunan dan kedudukan UPBS disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.

    Secara operasional, tujuan pembentukan UPBS adalah:

    Meningkatkan produksi, mutu, dan distribusi benih sumber agar selalu terjamin ketersediaannya sesuai dengan kebutuhan pengguna.

    Mempercepat pengembangan varietas unggul baru yang mampu meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu hasil serta mewujudkan pengembangan sistem perbenihan dan produksi tanaman.

    Memantapkan kelembagaan perbenihan untuk menjamin distribusi benih berjalan dengan cepat dan tepat.

    Mendukung upaya penyediaan benih bermutu bagi petani.

    Keluaran UPBS adalah:

    Tersedianya benih sumber secara tepat (varietas, mutu, jumlah, dan waktu) sesuai dengan kebutuhan masyarakat tani.

    Berkembangnya penggunaan varietas unggul baru yang sesuai dengan preferensi konsumen/masyarakat.

    Optimalnya kelembagaan produksi dan pengawasan mutu benih.

    Tersedianya benih sumber bermutu guna mendukung upaya penyediaan benih bermutu bagi petani.

    1)

    2)

    3)

    4)

    1)

    2)

    3)

    4)

  • Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    8 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Manfaat dari pengembangan UPBS adalah:

    Dihasilkannya benih sumber tanaman dengan penerapan sistem sertifi kasi mutu.

    Percepatan penyebaran dan adopsi varietas unggul baru.

    Implementasi sistem perbenihan dan produksi benih sumber dengan baik.

    Masalah ketidakseimbangan penyediaan benih sumber bermutu sepanjang waktu, musim dan lokasi dapat diatasi.

    Dampak dari berkembangnya UPBS antara lain:

    Meningkatnya produktivitas dan produksi sebagai dampak dari penyebaran dan pengembangan varietas unggul baru.

    Terjaminnya kesinambungan distribusi benih bermutu yang diawali dari ketersediaan benih sumber melalui penerapan sistem sertifi kasi mutu.

    Terjaminnya ketersediaan benih sumber bermutu dalam pengembangan sistem perbenihan dan produksi benih.

    Terciptanya sistem industri perbenihan skala nasional dan lokal yang mampu mempercepat ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis benih yang menguntungkan.

    1)

    2)

    3)

    4)

    1)

    2)

    3)

    4)

  • 9Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    IV.ORGANISASI DAN MANAJEMEN

    A. Organisasi dan Manajemen

    Organisasi Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) perlu dibentuk dan dikembangkan sesuai kebutuhan agar tugas dan fungsi kelembagaan tersebut dapat berjalan secara efektif dan efi sien. Lingkup pembentukan kelembagaan internal ini terdiri dari struktur, susunan personalia, tugas dan fungsi, kedudukan, tata hubungan kerja dari lembaga internal untuk mendukung kelancaran dan terselenggaranya proses manajemen perbenihan, yang meliputi aspek perencanaan, pengorganisasian pelaksanaan, pemberdayaan, pendistribusian, komersialisasi, pengendalian dan ketalaksanaan.

    Berkaitan dengan tugas dan fungsi yang dikemukakan tersebut, maka organisasi yang disarankan adalah sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1. UPBS dipimpin oleh seorang Manajer Umum dibantu oleh Wakil manajer umum dengan jumlah anggota sesuai kebutuhan. Uraian tugas pokok UPBS mencakup hal sebagai berikut:

    Produksi benih sumber (benih dasar/FS, dan benih pokok/SS) bagi VUB yang belum berkembang/komersial di masyarakat.

    Produksi benih/bibit non biji-bijian, benih/bibit yang masih dalam batas-batas kandungan IPTEK dan nilai tambah yang tinggi.

    Menerapkan sertifi kasi dan sekaligus melakukan pembinaan sistem mutu sebagai jaminan mutu (SMM) produksi benih sumber.

    Melaksanakan distribusi benih sumber yang telah diproduksi sesuai kebutuhan, persyaratan mutu, saat, tempat dengan volume yang tepat.

    1)

    2)

    3)

    4)

  • Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    10 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Menyediakan informasi kebutuhan, ketersediaan benih sumber, keberadaan VUB yang dihasilkan, dan potensi wilayah pengembangannya.

    Membangun kerjasama antar pelaku agribisnis perbenihan.

    Mengelola administrasi, dokumentasi dan promosi kegiatan-kegiatan UPBS.

    Membuat laporan kinerja UPBS per semester dan akhir tahun.

    Beberapa persyaratan manajemen yang harus dipenuhi oleh unit pengelola benih sumber antara lain:

    Memiliki personel manajerial dan teknis dengan wewenang dan sumber daya yang handal.

    Menentukan tanggung jawab, wewenang dan hubungan antar personil yang mengelola, melaksanakan dan memverifi kasi pekerjaan yang mempengaruhi mutu hasil pengujian.

    Memiliki manajemen teknis yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan teknis dan ketersediaan sumber daya yang diperlukan.

    Memiliki manajemen mutu dengan tanggung jawab dan wewenang tertentu untuk memastikan bahwa sistem mutu diterapkan secara efektif.

    Gambar 1. Struktur organisasi UPBS

    5)

    6)

    7)

    8)

    1)

    2)

    3)

    4)

  • 11Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    B. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

    Manajer Umum:

    Menentukan arah dan kebijakan mutu (quality policy) UPBS dengan mempertimbangkan masukan-masukan dari stakeholders.

    Bertanggung jawab atas terbentuk dan beroperasinya UPBS.

    Melakukan pembinaan terhadap personel UPBS dalam aspek teknis dan manajemen.

    Melakukan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab kepada personel yang dianggap kompeten untuk melakukan tugas operasional UPBS sesuai dengan keahlian dan kemampuannya.

    Wakil manajer umum :

    Bertanggung jawab atas adopsi dan implementasi SMM dalam kegiatan UPBS.

    Mewakili Manajer Umum dalam melakukan koordinasi dan pembinaan terhadap personel UPBS dalam aspek teknis dan manajemen agar UPBS berjalan efektif.

    Bersama sama dengan Manajer Umum dan manajer/Kasi menyusun program kerja UPBS (perencanaan produksi, pembinaan tenaga, pengadaan modal kerja, pelayanan terhadap pelanggan, dll.).

    Koordinasi dengan BPSB Propinsi untuk ijin usaha dan sertifi kasi.

    Bersama-sama dengan Manajer Umum dan manajer/Kasi melakukan evaluasi terhadap kinerja UPBS dan efektivitas penerapan kinerja.

    1)

    2)

    3)

    4)

    1)

    2)

    3)

    4)

    5)

  • Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    12 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Membuat laporan berkala kepada Manajer Umum tentang kemajuan kegiatan UPBS.

    Menjalin kerjasama dengan stakeholder untuk pengembangan UPBS

    Manajer Produksi:

    Memberikan masukan tentang hal-hal yang terkait dengan produksi benih sumber tanaman kepada Wakil manajer umum.

    Menetapkan tujuan, sasaran, dan prosedur dalam rencana produksi benih sumber melalui koordinasi dengan Seksi Prosesing Benih dan Wakil manajer umum.

    Melaksanakan produksi benih sumber sesuai dengan rencana dan persyaratan yang telah ditetapkan.

    Implementasi Sistem Manajemen Mutu dalam produksi benih sumber.

    Membuat laporan berkala kepada Manajer Umum tentang kegiatan (proses) dan hasil (output) produksi benih sumber.

    Manajer Prosesing & Penyimpanan :

    Bersama-sama Seksi Produksi melakukan panen, menera jumlah panen benih dan mengangkut ke gudang perbenihan.

    Melaksanakan prosesing benih meliputi pengeringan, perontokan, pembersihan, sortasi, dan pengeringan benih hingga kadar air yang aman untuk disimpan, pengemasan, pelabelan, dan penyimpanan dengan berkoordinasi dengan Wakil manajer umum dan Seksi Distribusi & Pemasaran.

    Implementasi Sistem Manajemen Mutu dalam prosesing dan penyimpanan.

    6)

    7)

    1)

    2)

    3)

    4)

    5)

    1)

    2)

    3)

  • 13Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    Membuat laporan berkala kepada Manajer Umum tentang kegiatan (proses) dan hasil (output).

    Manajer Distribusi & Pemasaran :

    Melakukan kontrol mutu benih selama dalam penyimpanan.

    Melaksanakan pemasaran dan distribusi benih sumber.

    Melakukan promosi benih sumber.

    Membuat laporan berkala kepada Manajer Umum tentang kegiatan (proses) dan hasil (output).

    Manajer Administrasi & Keuangan :

    Melakukan koordinasi dengan Wakil manajer umum dan seksi lainnya untuk perencanaan kebutuhan sumber daya dan peningkatan kompetensi personel setiap tahun anggaran.

    Melakukan pengadaan bahan dan peralatan, serta pemeliharaan peralatan UPBS.

    Melaporkan neraca keuangan kepada Wakil manajer umum.

    Membuat laporan berkala kepada Manajer Umum tentang kegiatan (proses) dan hasil (output).

    4)

    1)

    2)

    3)

    4)

    1)

    2)

    3)

    4)

  • 15Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    V. FASILITAS

    Penyediaan dan pengembangan fasilitas (sarana dan prasarana) guna mendukung kelancaran tugas dan fungsi UPBS perlu dilakukan, yang meliputi fasilitas kerja di lapang dan unit pengelolaan dan pengolahan benih sumber.

    A. Fasilitas Lapang

    Fasilitas lapang yang dibutuhkan untuk memproduksi benih sumber adalah kebun percobaan BPTP, atau bekerjasama dengan memanfaatkan kebun/lahan milik Dinas/BBI/BBU/lahan penangkar/ petani. Dalam operasional tahapan kegiatan budidaya di lapang perlu penggunaan alat dan mesin pertanian (Alsintan) yang sesuai, efektif, dan efi sien guna menghasilkan benih bermutu tinggi.

    B. Fasilitas Prosesing dan Penyimpanan Benih

    Fasilitas prosesing dan penyimpanan benih yang dibutuhkan oleh UPBS meliputi: (a) Lantai jemur; (b) Ruang penyimpanan brangkasan tanaman; (c) Ruang dan alat pengering/dryer; (d) Ruang dan alat pembersih benih (Seed Cleaner,); (e) Ruang simpan benih (non-AC) dan rak penyimpan benih; (f) Ruang simpan benih ber-AC dan rak penyimpan benih; (g) Alat pengemasan benih; (h) Laboratorium Mutu Benih; dan (k) Ruang kerja manajemen.

  • 17Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    VI. SISTEM PENGENDALIAN MUTU BENIH SUMBER

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 39 tahun 2006 tentang Produksi, Sertifi kasi dan Peredaran Benih Bina, UPBS dapat memilih salah satu diantara dua sistem pengendalian mutu benih. Kedua sistem tersebut adalah: (1) Sertifi kasi Benih, dan (2) Sistem Manajemen Mutu.

    A. Sertifi kasi Benih

    Sertifi kasi benih dilakukan oleh Balai Pengawasan dan Sertifi kasi Benih (BPSB) setempat. Sebelum dilakukan sertifi kasi oleh BPSB, UPBS harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

    Terdaftar sebagai produsen benih sumber di BPSB.

    Memiliki SDM yang menguasai teknologi produksi benih bermutu dan mampu menerapkan budidaya yang tepat.

    Terjaminnya ketersediaan lahan yang akan digunakan untuk memproduksi benih.

    Mematuhi petunjuk yang diberikan oleh penyelenggara sertifi kasi benih sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

    Memiliki fasilitas yang memadai.

    Wajib mentaati sepenuhnya segala peraturan perundang-undangan di bidang perbenihan.

    Prosedur sertifi kasi benih meliputi kegiatan permohonan sertifi kasi, pemeriksaan lapangan dan pengujian mutu benih di laboratorium. Prosedur sertifi kasi benih untuk komoditas yang diperbanyak secara generatif dan vegetatif disajikan masing-masing pada lampiran 1 dan 2. Sebagai contoh, teknik produksi benih sumber padi disajikan pada lampiran 3.

    1)

    2)

    3)

    4)

    5)

    6)

  • Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    18 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    B. Sistem Manajemen Mutu

    Sistem Manajemen Mutu (SMM) merupakan suatu sistem dalam perencanaan dan pelaksanaan yang diperlukan untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa benih sumber yang dihasilkan unit pengelola benih sumber memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan.

    Untuk dapat memenuhi tuntutan jaminan mutu tersebut, pengelolaan benih sumber di lingkup Badan Litbang Pertanian harus mengadopsi prinsip-prinsip manajemen mutu yang berorientasi antara lain pada kepuasan pelanggan, perbaikan berkelanjutan, dan pendekatan sistem.

    Dalam pelaksanaannya, adopsi prinsip-prinsip manajemen mutu oleh unit pengelola benih sumber dilakukan dengan mengikuti pedoman SNI 19-9001-2008 tentang persyaratan sistem manajemen mutu.

    Ruang lingkup SMM UPBS adalah sebagai berikut:

    Menentukan proses-proses yang terkait dengan manajemen, sumber daya, produk (output), dan evaluasi kinerja.

    Menetapkan urutan proses dan keterkaitan antar proses.

    Menetapkan kriteria dan metode evaluasi untuk memastikan bahwa proses manajemen UPBS (mulai dari produksi sampai distribusi) berjalan efektif.

    Memastikan ketersediaan sumber daya yang diperlukan untuk mendukung pengelolaan benih sumber.

    Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap proses-proses pengelolaan benih sumber.

    Melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang direncanakan dan untuk perbaikan berkelanjutan.

    1)

    2)

    3)

    4)

    5)

    6)

  • 19Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    1. Pengelolaan Benih Sumber

    Keberhasilan pengelolaan benih sumber pada UPBS didukung oleh empat aspek yaitu sumber daya manusia, fasilitas, kepuasan pelanggan dan pendokumentasian. Selain itu, keberhasilan pengelolaan benih sumber sangat membutuhkan komitmen manajemen dalam pengembangan dan implementasi sistem manajemen mutu serta perbaikan berkelanjutan.

    Beberapa hal yang perlu dipersiapkan manajemen UPBS dalam aspek sumberdaya manusia antara lain:

    Menetapkan persyaratan kompetensi bagi personil yang melaksanakan pekerjaan,

    Menyediakan pelatihan atau kegiatan lain untuk memenuhi kebutuhan kompetensi,

    Menilai efektivitas kegiatan peningkatan kompetensi,

    Memastikan bahwa semua personil menyadari dan memahami pentingnya tugas mereka di dalam unit pengelola benih sumber,

    Mendokumentasikan dengan baik data tentang pendidikan, pelatihan, keterampilan, dan pengalaman personil.

    Fasilitas pengelolaan benih sumber UPBS yang perlu diperhatikan dalam sistem manajemen mutu meliputi: (1) Gedung dan ruang kerja, (2) Peralatan produksi, pengolahan dan penyimpanan benih, dan (3) Fasilitas pendukung lainnya.

    Di dalam memproduksi benih sumber, UPBS perlu fokus pada pencapaian tingkat kepuasan pelanggan sehingga diperlukan benih sumber yang jumlahnya sesuai kebutuhan, mutu yang sesuai dengan standar mutu, dan penyediaan benih sumber tepat waktu.

    Dokumentasi sistem manajemen mutu yang dilakukan manajemen UPBS mencakup:

    1)

    2)

    3)

    4)

    5)

  • Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    20 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Dokumentasi mengenai kebijakan dan sasaran mutu,

    Dokumentasi panduan mutu, prosedur kerja, dan dokumen lain yang diperlukan untuk memastikan bahwa perencanaan, implementasi dan pengendalian.

    2. Pengendalian Mutu Benih Sumber

    Pelaksanaan sistem manajemen mutu perlu dilengkapi dengan perangkat pengendalian yang mencakup monitoring, evaluasi dan perbaikan. Monitoring dilakukan untuk mengukur kinerja UPBS dalam aspek teknis dan aspek manajemen melalui pemantauan kesesuaiannya dengan persyaratan/ketentuan yang telah ditetapkan. Monitoring dilakukan sekurang-kurangnya setahun sekali.

    Evaluasi dilakukan untuk menunjukkan kesesuaian kinerja UPBS dengan persyaratan yang ditetapkan dan efektivitas penerapan sistem manajemen mutu. Hasil evaluasi harus memberikan informasi sekurang-kurangnya mengenai (1) kepuasan pelanggan, (2) kesesuaian produk dan proses dengan persyaratan mutu/ketentuan yang telah ditetapkan.

    Tindakan perbaikan harus dilakukan untuk menghilangkan penyebab dan mencegah terulangnya ketidaksesuaian. Wakil manajer umum harus menetapkan prosedur untuk penerimaan keluhan pelanggan, penetapan penyebab ketidaksesuaian, penetapan dan penerapan tindakan perbaikan yang diperlukan, serta rekaman hasil tindakan perbaikan.

    3. Pengujian Mutu Benih Sumber

    Mutu calon benih sumber yang diproduksi oleh UPBS harus diuji oleh laboratorium pengujian mutu benih yang terakreditasi atau sudah memiliki legalitas jaminan mutu. Pengujian mutu benih tersebut dilakukan untuk mengetahui kesesuaian mutu dengan standar mutu benih yang berlaku seperti pada Tabel 1, 2 dan 3.

    1)

    2)

  • 21Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    Tabel 1. Standar mutu benih padi berdasarkan kelas benih

    Kelasbenih

    Kadar air maks (%)

    Benih murni

    min (%)

    Kotoran benih maks (%)

    Benih var. lain maks (%)

    Benih tan. Lain & biji

    gulma maks (%)

    Daya tumbuh min (%)

    Benih Dasar (Foundation Seed, FS)

    13,0 99,0 1,0 0,0 0,0 80,0

    Benih Pokok (Stock Seed, SS)

    13,0 99,0 1,0 0,1 0,1 80,0

    Benih Sebar (Extension Seed, ES)

    13,0 98,0 2,0 0,2 0,2 80,0

    Benih Hibrida (F1) 13,0 98,0 2,0 - - 80,0

    Sumber : Dirjen Tanaman Pangan

    Tabel 2. Standar mutu benih jagung berdasarkan kelas benih

    Kelas benih Kadar air maks (%)

    Benih murni min (%)

    Kotoran benih

    maks (%)

    Benih var. lain maks

    (%)

    Benih tan. Lain

    & biji gulma maks (%)

    Daya tumbuh min (%)

    Benih Dasar (Foundation Seed, FS)

    12,0 99,0 1,0 0,0 0,0 90,0

    Benih Pokok (Stock Seed, SS)

    12,0 99,0 1,0 0,1 0,1 90,0

    Benih Sebar (Extension Seed, ES)

    12,0 98,0 2,0 0,2 0,2 90,0

    Benih Hibrida (F1) 12,0 98,0 2,0 - - 90,0

  • Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    22 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Tabel 3. Standar mutu benih kedelai berdasarkan kelas benih

    Kelas benih Kadar air maks (%)

    Benih murni min

    (%)

    Kotoran benih

    maks (%)

    Benih var. lain maks (%)

    Daya tumbuh min (%)

    Benih Dasar (Foundation Seed, FS)

    11,0 98,0 2,0 0,1 80,0

    Benih Pokok (Stock Seed, SS) 11,0 98,0 2,0 0,2 80,0

    Benih Sebar (Extension Seed, ES)

    11,0 97,0 3,0 0,5 80,0

  • 23Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    VII. SISTEM INFORMASI

    Sistem informasi dapat dipahami sebagai suatu rangkaian aliran data menjadi informasi melalui tahapan: input, proses, dan output. Tahapan utama dari sistem informasi terdiri dari: (1) pengumpulan data sebagai input; (2) pemrosesan data (penggabungan/pengelompokkan, penghitungan, pemutakhiran dan lain-lain); dan (3) penyajian data sebagai informasi (output).

    Berdasarkan pengertian tersebut, sistem informasi tidak selalu berbasis komputer. Namun dengan berkembangnya teknologi komputer dengan teknologi internet yang sangat luas aplikasinya, pengembangan sistem informasi saat ini mengarah kepada dukungan penuh komputer. Maka, istilah sistem infomasi lebih sering diartikan sebagai sistem informasi berbasis komputer ataupun berbasis web. Kebutuhan penggunaan web didorong oleh semakin tingginya tuntutan akses terhadap informasi yang cepat dan mudah.

    Sistem informasi UPBS berbasis web di BPTP terdiri dari dua menu utama yaitu (1) Manajemen pengelolaan UPBS dan (2) Ketersediaan dan distribusi benih sumber UPBS. Beberapa informasi yang dimuat dalam menu manajemen pengelolaan UPBS adalah (1) Organisasi pengelola UPBS, (2) Kebutuhan dan ketersediaan benih berlabel tingkat provinsi, (3) Kelembagaan perbenihan di tingkat provinsi (4) Rencana dan realisasi penanaman benih sumber di UPBS, (5) Target dan realisasi produksi benih sumber UPBS, (6) Stok dan distribusi benih sumber hasil UPBS, sebagaimana disajikan pada lampiran 4, 5, 6, 7 dan 8.

    Beberapa informasi yang dimuat dalam menu ketersediaan dan distribusi benih sumber hasil UPBS adalah: ketersediaan benih sumber (jumlah, varietas, kelas), keunggulan masing-masing varietas, harga benih, prosedur pemesanan, kontak pelayanan pelanggan termasuk ruang konsultasi.

    Sebagai bentuk dukungan promosi benih sumber, selain menggunakan sistem informasi berbasis web, tetap perlu dilengkapi dengan informasi yang dimuat dalam media cetak maupun media

  • Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    24 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    elektronik lainnya. Penggunaan media cetak yang dimaksud seperti leafl et, brosur, poster, majalah, koran dan lainnya, serta media elektronik yaitu radio dan televisi. Penggunaannya dimaksudkan untuk memperluas segmen pasar karena tidak semua segmen memiliki minat dan akses terhadap komputer maupun internet.

    Kegiatan distribusi benih sumber menuntut adanya sikap tanggap terhadap perkembangan berbagai media dan sarana pendukungnya. Penggunaan seperti SMS center sebagai sarana promosi merupakan cara yang mudah, cepat, dan murah dalam mengantisipasi kebutuhan konsumen terhadap informasi benih sumber. Sebagai upaya mencapai keberhasilan dalam pengembangan sistem informasi benih sumber, maka perlu tersedia SDM yang handal. Pihak manajemen UPBS bertanggung jawab untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang mampu mengelola sistem informasi UPBS berbasis web dengan baik.

  • 25Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    VIII. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

    A. Monitoring dan Evaluasi

    Monitoring dan evaluasi (monev) merupakan instrumen penting untuk pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan kegiatan UPBS agar tetap berjalan dan dapat mencapai target sasaran sesuai dengan yang telah direncanakan. Payung hukum pelaksanaan kegiatan monev UPBS di lingkup Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BB Pengkajian) adalah PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern, yang mengamanatkan institusi pemerintah untuk melaksanakan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana kegiatan.

    Prinsip monev adalah 1) pencatatan kegiatan secara terus-menerus selama pelaksanaan, 2) catatan hasil setiap periode disesuaikan dengan yang direncanakan dalam dokumen kegiatan, 3) mencocokkan antara biaya yang dikeluarkan dengan sasaran fi sik yang dicapai, 4) membuat laporan kemajuan, 5) mengambil tindakan apabila pembiayaan dan sasaran tidak sesuai, dan 6) mengidentifi kasi masalah yang timbul dan mencari solusinya.

    Lingkup kegiatan yang dimonev adalah (1) manajemen produksi benih sumber dan (2) ketersediaan dan distribusi benih sumber. Indikator dan parameter monitoring dan evaluasi yang akan digunakan adalah :

    No. Indikator Parameter

    1 Organisasi Kesesuaian struktur organisasi dengan JuklakLegalitas organisasi UPBSPelaksanaan deksripsi tugas setiap unsur organisasiDokumentasi kegiatan pengelolaan UPBS

    a.

    b.c.

    d.

  • Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    26 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    No. Indikator Parameter

    2 SDM PendidikanPelatihan Pengalaman

    a.b.c.

    3 Fasilitas a. Gudang penyimpananb. Lantai jemurc. dst

    4 Ketersediaan dan Mutu Benih Sumber dari Balit komoditas

    Ketepatan waktu penyediaan benih Ketepatan jumlah benih Kesesuaian varietas yang dimintaDaya kecambah benih

    a.b.c.d.

    5 Produksi dan Distribusi Benih Sumber

    a. Realisasi waktu dan luas tanamb. Realisasi produksi benihc. Realisasi distribusid. Realisasi stok

    6 Pengendalian Mutu Benih Sumber

    a. Frekuensi kunjungan lapang BPSB b. Jumlah benih berlabel yang dihasilkan

    7 Sistem Informasi Perbenihan

    a. Frekuensi up dating datab. Jumlah pengunjung/pengguna

    Pelaksanaan monev dilakukan dengan melaksanakan desk analysis, pemeriksaan lapang, wawancara dan konfi rmasi, serta perumusan hasil monev.

    B. Pelaporan

    Pelaporan perkembangan kegiatan pengelolaan UPBS yang disiapkan BPTP dan diserahkan ke BBP2TP terdiri dari:

    No Jenis Laporan Batas waktu penyerahan

    1 Laporan Perkembangan Bulanan Minggu pertama bulan berikutnya

    2 Laporan Tengah Tahun Minggu pertama Juli tahun berjalan

    3 Laporan Akhir Tahun Minggu kedua Desember tahun berjalan

  • 27Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    P E N U T U P

    Dengan disusunnya petunjuk pelaksanaan ini diharapkan kelembagaan UPBS-BPTP dapat memahami upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam mengembangkan dan memperkuat kelembagaan UPBS di BPTP. Dengan demikian, lebih lanjut diharapkan akan mempercepat penyebaran dan adopsi teknologi varietas unggul baru dalam upaya meningkatkan produksi dan kualitas produk pertanian.

    Dalam melaksanakan fungsinya, BPTP di setiap provinsi berkewajiban melakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan Dinas yang menjalankan tugas dan fungsi dalam bidang pertanian di Provinsi/Kabupaten, Balai Pengawasan dan Sertifi kasi Benih, Balai Benih, dan atau institusi perbenihan lain yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan produksi benih sumber. Koordinasi juga dilakukan dengan para produsen benih sebar, sehingga penyaluran benih sumber menjadi lebih lancar.

    Berkaitan dengan hal di atas, BPTP perlu menginisiasi dan mendorong terbentuknya Forum Perbenihan dengan melibatkan seluruh stake holder di bidang perbenihan di wilayah masing-masing.

  • Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    28 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Lampiran 1. PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH TANAMAN SECARA GENERATIF (BIJI)

    1. Permohonan Sertifi kasi Benih

    Permohonan sertifi kasi benih diajukan secara tertulis oleh Produsen Benih kepada BPSB dengan menggunakan formulir yang berlaku.Permohonan diajukan paling lambat 10 hari sebelum tanam.Satu permohonan berlaku untuk satu unit sertifi kasi yang terdiri atas satu varietas dan satu kelas benih.Permohonan harus dilampiri label benih sumber dan sketsa lapangan.

    2. Pemeriksaan Lapangan

    Pemeriksaan lapangan terdiri dari pemeriksaan lapangan pendahuluan, pemeriksaan lapangan pertama (fase vegetatif), pemeriksaan lapangan kedua (fase berbunga) dan pemeriksaan lapangan ketiga (sebelum panen).

    (a) Pemeriksaan pendahuluan:

    Pemeriksaan lapangan pendahuluan dilakukan terhadap dokumen dan lahan di mana penangkaran benih akan dilaksanakan, yang meliputi sejarah penggunaan lahan dan keadaan lahan. Pemeriksaan lapangan pendahuluan dapat dilakukan sampai sebelum tanam.

    (b) Pemeriksaan lapangan pertama (fase vegetatif)

    Permohonan pemeriksaan lapangan fase vegetatif diajukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pemeriksaan.

    Pemeriksaan lapangan pertama dilakukan pada umur minimal 12 hari setelah tanam. Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan ketentuan

    a.

    b.

    c.

    d.

    1)

    2)

  • 29Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    fase vegetatif belum berakhir dan kesempatan mengulang hanya satu kali.

    (c) Pemeriksaan lapangan kedua (fase berbunga)

    Permohonan pemeriksaan lapangan fase berbunga diajukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pemeriksaan.

    Pemeriksaan lapangan kedua dilakukan pada saat pertanaman berbunga. Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu, dengan ketentuan fase berbunga belum berakhir dan kesempatan mengulang hanya satu kali.

    (d) Pemeriksaan lapangan ketiga (sebelum panen)

    Permohonan pemeriksaan lapangan sebelum panen diajukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pemeriksaan.

    Pemeriksaan lapangan ketiga dilakukan pada saat menjelang panen, dan tidak ada kesempatan mengulang.

    3. Standar Lapangan Penangkaran Benih

    Dalam setiap tahapan pemeriksaan lapangan harus memenuhi standar lapangan. Standar lapangan dimaksud mengikuti standar baku masing-masing komoditas sesuai peraturan yang berlaku.

    4. Pengujian Laboratorium

    Setelah calon benih diolah dan ditetapkan sebagai kelompok benih, produsen benih mengajukan permohonan kepada BPSB untuk diambil contoh benihnya. Kelompok benih tersebut harus jelas sejarah pembentukan kelompoknya dan seragam mutunya. Cara pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan disampaikan ke laboratorium benih.

    1)

    2)

    1)

    2)

  • Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    30 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Pengujian di laboratorium benih meliputi kadar air (KA), benih murni, kotoran benih, campuran varietas lain (CVL), dan daya berkecambah/daya tumbuh. Standar pengujian benih di laboratorium mengikuti standar baku masing-masing komoditas sesuai dengan peraturan yang berlaku.

    5. Pelabelan

    Benih sumber yang telah lulus dan akan diedarkan, wajib diberi label bertuliskan BENIH BERSERTIFIKAT dalam bahasa Indonesia dan disertakan pada kemasan benih.

    Label benih dibuat oleh UPBS dengan menggunakan nomor seri label dari BPSB:

    a. Jenis Label

    Warna label untuk tiap-tiap kelas benih adalah sebagai berikut:

    Benih Penjenis warna label Kuning.Benih Dasar warna label Putih.Benih Pokok warna label Ungu.Benih Sebar warna label Biru

    b. Isi Label

    Isi label minimal memuat:

    Nama jenis/varietasKelas benih dan nomor kelompok benihKeterangan mutuBerat/volume benihMasa berlaku label, danNama dan alamat produsen benih

    c. Masa Berlaku Label

    Masa berlaku label sesuai dengan komoditas dan cara penyimpanan, serta dapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan ke BPSB.

    1)2)3)4)

    1)2)3)4)5)6)

  • 31Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    Lampiran 2. PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH TANAMAN SECARA VEGETATIF

    Prosedur sertifi kasi benih untuk tanaman yang diperbanyak secara vegetatif (okulasi, sambung dan susuan) tetap berpedoman pada Prosedur Sertifi kasi Benih Tanaman Secara Generatif (biji), kecuali pada pemeriksaan lapang dan informasi isi label benih.

    Pemeriksaan Lapang meliputi:

    Registrasi Pohon Induk Tunggal (PIT) dan duplikat pohon induk (block fondasi dan block penggandaan mata tempel).

    Pemeriksaan biji untuk batang bawah.

    Pemeriksaan saat pengambilan mata tunas atau entres serta saat penyambungan.

    Isi Label:

    Nama varietas batang atas

    Nama jenis/varietas batang bawah

    Kelas benih dan nomor kelompok benih

    Keterangan mutu

    Tanggal sambung

    Umur benih

    Keterangan bebas penyakit (khusus jeruk dan pisang)

    Nama dan alamat produsen benih

    1)

    2)

    3)

    1)

    2)

    3)

    4)

    5)

    6)

    7)

    8)

  • Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    32 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Lampiran 3. TEKNIK PRODUKSI BENIH SUMBER PADIPendahuluan

    Benih sumber yang akan digunakan untuk pertanaman produksi benih harus satu kelas lebih tinggi dari kelas benih yang akan diproduksi. Untuk memproduksi benih kelas FS, benih sumbernya adalah benih kelas BS (Breeder Seed/benih penjenis), sedangkan untuk mem produksi benih kelas SS/BP boleh menggunakan benih kelas FS atau BS.

    Pemeriksaan bench sumber mencakup sertifi kat benih yang berisi informasi mengenai asal benih, varietas, tanggal panen maupun mutu benih (daya berkecarnbah, kadar air, dan kemurnian fi sik benih). Informasi ini diperlukan untuk menentukan perlakuan benih (jika diperlukan) sebelum benih disemai maupun sebagai kelengkapan untuk proses pengajuan sertifi kasi benih.

    Pemilihan Lokasi

    Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi di antaranya adalah: kemudahan akses ke lokasi produksi (kondisi jalan, transportasi), kondisi fi sik lokasi, dan isolasi. Lahan untuk produksi benih sebaiknya adalah lahan bera atau bekas pertanaman varietas yang sama, atau varietas lain yang karakteristik pertumbuhannya berbeda nyata. Lahan dalam kondisi subur dengan air irigasi dan saluran drainase yang baik, babas dari sisa-sisa tanaman atau varietas lain. Isolasi jarak minimal antara dua varietas yang berbeda adalah tiga meter. Apabila tidak memungkinkan, untuk memperoleh waktu pembungaan yang berbeda bagi pertanaman dari varietas yang umurnya relatif sama perlu dilakukan isolasi waktu tanam sekitar empat minggu.

    Persemaian

    Kondisi lahan untuk persemaian sama dengan lahan untuk per tanaman produksi benih. Lahan yang haik untuk produksi benih dan persemaian adalah lahan bera atau lahan yang ditanami dengan varietas yang sama pada musim tanam sebelumnya. Jika

  • 33Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    lahan dengan persyaratan tersebut sulit diperoleh, dapat digunakan lahan bekas pertanaman padi dengan melakukan pengolahan tanah sambil sanitasi. Teknik pembuatan persemaian adalah sebagai berikut:

    Tanah diolah, dicangkul atau dibajak, dibiarkan dalam kondisi macak-macak selama minimal dua hari, kemudian dibiarkan me ngering sampai tujuh hari agar gabah yang ada di tanah tumbuh. Kemudian tanah diolah untuk kedua kalinya sambil membersihkan lahan dari gulma dan tanaman padi yang tumbuh liar.Buat bedengan dengan tinggi 5-10 cm, lebar 110 cm, dan panjang disesuaikan dengan ukuran petak dan kebutuhan.Luas lahan untuk persemaian adalah 4% dari lugs areal per tanaman atau sekitar 400 m2 untuk tiap hektar pertanaman.Pupuk yang digunakan di lahan persemaian adalah urea, TSP, dan KCI masing-masing dengan takaran 15 g/m2. Sebelum di sebar, benih direndam terlebih dahulu selama 24 jam, kemudian diperam selama 24 jam.Benih yang telah mulai berkecambah ditabur di persemaian dengan kerapatan 25-50 g/m2 atau 0.5,1,0 kg benih per 20 m2 lahan.Kebutuhan benih untuk 1 ha areal pertanaman adalah 10-20 kg.

    Penyiapan Lahan

    Persiapan lahan untuk pertanaman mirip dengan persemaian, namun tanpa pernbuatan bedengan.Tanah diolah secara sempuma, yaitu dibajak (pertama), digenangi selama dua hari dan dikeringkan selama tujuh hari, lalu dibajak kembali (kedua), digenangi selama dua hari dan dikeringkan lagi selama tujuh hari. Terakhir, tanah digaru untuk melumpurkan dan meratakan.

  • Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    34 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Untuk menekan pertumbuhan gulma, lahan yang telah diratakan disemprot dengan herbisida pratumbuh dan dibiarkan selama 7-10 hari atau sesuai dengan anjuran.

    Penanaman

    Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15-21 hari, satu bibit per lubang.Bibit yang ditanam sebaiknya memiliki umur fi siologi yang sama, dicirikan oleh jumlah daun yang sama, misalnya dua atau tiga daun per batang.Jarak tanam 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm, bergantung pada kondisi lahan dan varietas yang ditanam.Bibit ditanam pada kedalaman 1-2 cm.Sisa bibit yang telah dicabut di persemaian diletakkan di bagian pinggir petakan, nantinya digunakan untuk menyulam.Penyulaman dilakukan tujuh hari setelah tanam, dengan bibit, varietas dan umur yang sama.Setelah ditanam, air irigasi dibiarkan macak-macak (1-3 cm) selama 7-10 hari.

    Pemupukan

    Kesuburan tanah beragam antarlokasi karena perbedaan sifat fi sik dan kimianya. Dengan demikian, kemampuan tanah untuk menyedia kan hara bagi tanaman juga berbeda. Pemupukan dimaksudkan untuk menambah penyediaan hara sehingga mencukupi kebutuhan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik. Agar efi sien, takaran pupuk disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Untuk pupuk SP36 dan KCI, takarannya disesuaikan dengan ketersediaan hara P dan K dalam tanah. Untuk pupuk urea, takaran dan waktu pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dengan menggunakan teknologi Bagan Warna Daun (BWD). Teknik pemupukan urea dengan menggunakan BWD dan penggunaan pupuk P dan K adalah sebagai berikut:

  • 35Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    Pupuk dasar berupa 50-75 kg urea/ha diberikan sebelum 14 HST (hari setelah tanam)

    Mulai 25-28 HST sampai 50 HST lakukan pengukuran tingkat kehijauan wama daun tanaman padi dengan menggunakan BWD dengan selang waktu 7-10 had sekali. Bila tingkat kehijauan daun tanaman di bawah skala 4 pada BWD, maka berikan urea dengan takaran:

    * 50-75 kg/ha untuk daerah musim hasil rendah

    * 75-100 kg/ha untuk daerah musim hasil tinggi

    * 100 kg/ha untuk padi tipe baru (PTB). Bila ada fase antara keluar malai sampai 10% berbunga tingkat kehijauan daun PTB berada pada skala 4 atau kurang, berikan 50 kg urea/ha.

    Pupuk P seluruhnya diberikan bersamaan dengan pemberian pupuk dasar urea.

    Pupuk K, bila takarannya rendah, diberikan seluruhnya bersamaan dengan pemberian pupuk dasar dan bila takaran pupuk K tinggi (> 100 kg KCl/ha) maka 50% diaplikasikan sebagai pupuk dasar dan sisanya diberikan pada saat primordia bunga.

    Apabila pemupukan dengan cara tersebut di atas tidak me-mungkinkan, maka dapat digunakan anjuran umum pemupukan, yaitu: 120-240 kg urea, 100-120 kg SP36, dan 100-150 kg KCI per hektar, dengan waktu pemberian sebagai berikut:

    Pupuk dasar (saat tanam): 33% urea (40-80 kg/ha) + 100% SP36 (100-120 kg/ha).Pupuk susulan I (4 MST): 33% urea (40-80 kg/ha) + 50% KCI (50-75 kg/ha)Pupuk susulan II (7 MST): 33% urea ( 40-80 kg/ha) + 50% KCI (50-75 kg/ha)

    Pada musim hujan, takaran pupuk dianjurkan Iebih rendah daripada musim kemarau.

    1)

    2)

    3)

  • Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    36 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Pengairan

    Sejak tanam hingga seminggu kemudian, air perlu tersedia secara cukup untuk mendukung pertumbuhan akar tanaman. Ketinggian air sekitar 2-3 cm untuk mendorong pertumbuhan anakan baru. Jika permukaan air terlalu tinggi, pertumbuhan anakan tertekan. Tanaman padi umumnya memerlukan aerasi yang baik. Oleh karena itu, pengairan berselang atau intermitten sangat dianjurkan dengan urutan sebagai berikut:

    Selesai tanam, ketinggian air dipertahankan sekitar 3 cm selama tiga hari.

    Setelah periode tersebut, air pada petak pertanaman dibuang sampai kondisi macak-macak dan dipertahankan selama 10 hari.

    Dari fase pembentukan anakan sampai fase primordia bunga, lahan digenangi dengan ketinggian air 3 cm.

    Menjelang pelaksanaan pemupukan susulan pertama dilakukan lagi drainase dan sekaligus penyiangan.

    Pada rase primordia bunga hingga fase bunting, lahan digenangi dengan ketinggian air 5 cm, untuk menekan pertumbuhan anakan yang baru.

    Selama masa bunting sampai fase berbunga, lahan pertanaman secara periodik diairi dan dikeringkan secara bergantian (selang seling). Petakan diairi setinggi 5 cm kemudian dibiarkan sampai kondisi sawah mengering selama dua hari dan kemudian diari kembali setinggi 5 cm dan seterusnya.

    Pada fase pengisian biji, ketinggian air dipertahankan sekitar 3 cm.

    Setelah fase pengisian biji, lahan secara periodik diairi dan di keringkan secara bergantian (selang-seling).

    Seminggu menjelang panen, lahan mulai dikeringkan agar proses pematangan relatif lebih cepat dan lahan tidak becek sehingga memudahkan saat panen.

  • 37Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    Penyiangan

    Penyiangan bertujuan untuk membebaskan tanaman dari gangguan gulma. Penyiangan dilakukan paling sedikit dua atau tiga kali, ter gantung keadaan gulma, menggianakan landak atau gasrok. Pe nyiangan dilakukan pada saat pemupukan susulan pertama atau kedua. Ini dimaksudkan agar pupuk yang diberikan hanya diserap oleh tanaman padi, jika gulma sudah dikendalikan.

    Pengendalian Hama dan Penyakit

    Hama dan penyakit tanaman merupakan faktor penting yang me nyebabkan suatu varietas tidak mampu menghasilkan seperti yang diharapkan. Karena itu, pengendaliaan hama dan penyakit harus dilakukan secara terpadu. Wereng coklat dan tungro merupakan hama dan penyakit utama saat ini. Untuk itu, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam produksi benih, yaitu:

    Hindari pengembangan di daerah endemis hama dan penyakit, terutama di daerah endemis wereng coklat dan tungro. Bila pe ngembangan dilakukan di daerah endemis hama dan penyakit, terapkan teknologi PHT dengan pemantauan keberadaan tungro dan kepadatan populasi wereng secara intensif. Perhatikan juga serangan tikus sejak dini dan monitor penerbangan ngengat penggerek batang.

    Pengamatan populasi wereng coklat dilakukan terhadap 20 rumpun tanaman secara diagonal. Hitung jumlah wereng coklat + wereng punggung putih, predator (laba-laba, Opionea, Paederus dan Cocaine/la), dan kepik Cyrtorhinus. Hasil pengamatan kemudian dijabarkan ke dalam rumus berikut:

    A - (5B + 2C) = D (jumlah wereng terkoreksi) 20

    A = jumlah wereng coklat + wereng punggung putih per 20 rumpun tanaman

    B = jumlah predator per 20 rumpun tanaman

  • Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    38 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    C = jumlah kepik Cyrtorhinus per 20 rumpun tanaman

    Penggunaan insektisida didasarkan pada jumlah wereng terkoreksi dan umur tanaman, yaitu apabila:

    Wereng terkoreksi (nilai D) lebih dari lima ekor pada saat tanaman berumur kurang dari 40 HST, atau lebih dari 20 ekor pada saat tanaman berumur 40 HST.Bila nilai wereng terkoreksi kurang dari lima ekor pada saat tanaman berumur di bawah 40 HST, atau kurang dari 20 ekor pada saat tanaman berumur di atas 40 HST, maka insektisida tidak perlu diaplikasikan, tetapi pengamatan tetap perlu dilanjutkan.

    Insektisida yang manjur mengendalikan hama wereng coklat dan wereng punggung putih di antaranya adalah fi pronil dan imida-kloprid. Insektisida buprofezin dapat digunakan untuk pengendalian wereng coklat populasi generasi 1 atau 2, sedangkan fi pronil dan imidakloprid untuk pengendalian wereng coklat generasi 1, 2, 3, dan 4.

    Pemantauan penyakit tungro dilakukan melalui pengamatan terhadap hama wereng hijau di persemaian dengan cara men-jaring serangga sebanyak 10 ayunan untuk mengevaluasi populasi wereng hijau. Di samping itu, juga dilakukan uji yodium dari 20 daun padi yang diambil dari lahan yang sedang dievaluasi. Jika basil perkalian antara jumlah wereng hijau dan persentase daun terinfeksi sama atau lebih dari 75, maka pertanaman dalam kondisi terancarn tungro. Dalam kondisi demikian tanarnan perlu diaplikasi antifi dan dangan bahan aktif imidakloprid dan atau tiametoksan. Di persemaian atau saat tanaman berumur 1 MST gunakan tiametoksan dengan dosis 2,5 g ba/ha atau 0,50 g irnidakloprid/ ha untuk menghambat penularan. Apabila tidak mampu mengamati populasi dari tanaman terinfeksi di persemaian, amati gejala tungro pada saat tanaman berumur 3 MST. Aplikasi insektisida dilakukan apabi!a terdapat lirna gejala dari 10.000 rumpun tanaman saat berumur 2 MST atau dua gejala dari 1.000 rumpun tanaman saat berumur 3 MST. Insektisida yang dapat digunakan antara lain imidakloprid, tiametoksan, etofenproks, dan karbofuran.

    *

    *

  • 39Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    Rouging/Seleksi

    Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat ke murnian genetik yang tinggi, oleh karena itu rouging perlu dilakukan dengan benar dan dimulai pada fase vegetatif sampai akhir per tanaman. Rouging adalah kegiatan membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang benihnya diproduksi. Untuk itu, pertanaman petak pembanding (check plot) dengan menggunakan benih autentik sangat disarankan. Pertanaman petak pembanding digunakan sebagai acuan dalam melakukan rouging dengan cara memper hatikan karakteristik tanaman dalam berbagai fase pertumbuhan (Tabel 4).

    Tabel 4. Karakteristik tanaman yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kemumian genetik varietas.

    No Fase pertumbuhan Karakter yang perlu diperhatikan

    1 Bibit muda Laju pemunculan bibit

    Warna daun

    Tinggi bibit

    2 Tanaman muda Laju pertunasan

    Tipe pertunasan

    Warna daun

    Sudut daun

    Warns pelepah

    Warna kaki (pelepah bagian bawah)

    3 Fase anakan maksimum Jumlah tunas

    Panjang dan lebar daun

    Sudut pelekatan daun

    Warna daun

    Panjang dan warns ligula

    4 Fase awal berbunga Sudut pertunasan

    Sudut daun bendera

    Jumlah malai/rumpun; jumlah malai/m2

  • Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    40 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Umur berbunga:

    50% berbunga

    100% berbunga

    Keseragaman berbunga

    5 Fase pematangan Tipe malai dan tipe pemunculan leher malai

    Apabiila cara rouging dengan menggunakan acuan pertanaman check plot belum mungkin dilakukan, rnaka hal-hal berikut dapat dipedomani sebagai patokan dalam pelaksanaan rouging:

    Stadia Vegetatif Awal ( 35-45 HST)

    Tanaman yang tumbuh di luar jalur/barisan.

    Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan awalnya menyim-pang dari sebagian besar rumpun-rumpun yang lain.

    Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dengan sebagian besar rumpun-rumpun lainnya.

    Tanaman yang wama kaki atau daun pelepahnya berbeda dengan sebagian besar rumpun-rumpun yang lain.

    Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok).

    Stadia Vegetatif Akhir/Anakan Maksimum (50-60 HST)

    Tanaman yang tumbuh di luarjalur/barisan.

    Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun yang lain.

    Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dengan sebagian besar rumpun-rumpun lainnya.

    Tanaman yang warna kaki atau helai daun dan pelepahnya berbeda dengan sebagian besar rumpun-rumpun yang lain.

  • 41Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    fi fi

    Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok)

    Stadia Generatif Awal /Berbunga (85-90 HST)

    Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun yang lain

    Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lainnya

    Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari sebagian besar rumpun-rumpun yang lain

    Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda

    Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah berbeda

    Stadia Generatif Akhir/Masak (100-115 HST)

    Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun yang lain

    Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dengan sebagian besar rumpun-rumpun lainnya.

    Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari sebagian besar rumpun-rumpun yang lain

    Tanaman/rumpun yang terilalu cepat matang

    Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda

    Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah, warna gabah, dan ujung gabah (rambut/tidak berambut) berbeda.

    Panen dan Pengolahan

    Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fi siologis, atau apabila 90-95% malai telah menguning. Benih padi

  • Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    42 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    ketika ban, dipanen masih tercampur dengan kotoran fi sik dan benih jelek. Oleh karena itu, bila pertanaman benih telah lulus dari pemeriksaan lapangan, masalah mutu benih setelah panen biasanya berasosiasi dengan mutu fi siologis, mutu fi sik, dan kesehatan benih.

    Salah satu variabel dari mutu fi siologis benih yang mulai menarik perhatian petani adalah status vigor benih. Vigor benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh cepat, serempak, dan berkembang menjadi tanaman normal dalam kondisi lapang dengan kisaran yang lebih luas. Untuk itu cara panen yang baik, perontokan, pembersihan, dan cara pengeringan gabah akan menentukan mutu benih. Faktor yang paling utama adalah pengeringan, benih harus dikeringkan sampai kadar air mencapai 10-12%. Setelah menjadi

    benih dan slap simpah, benih harus dikemas secara baik dan di simpan di tempat penyimpanan yang memenuhi persyaratan.

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses panen dan pengolahan benih, yaitu:

    Persiapan Panen

    Pertanaman untuk produksi benih dapat dipanen apabila sudah dinyatakan lulus sertifi kasi lapangan oleh BPSB. Sebelum dipanen, semua malai dari kegiatan rouging harus dikeluarkan dari areal yang akan dipanen untuk menghindari tercampurnya calon benih dengan malai sisa rouging. Selain itu, perlu disiapkan peralatan yang akan digunakan untuk panen (sabit, karung, terpal, alat perontok atau thresher, karung, dan tempat/alat pengering) dan alat-alat tersebut dibersihkan sebelum digunakan.

    Proses Panen

    Dua bans tanaman yang paling pinggir sebaiknya dipanen terpisah dan gabah dari tanaman tersebut tidak digunakan sebagai calon benih.

    Panen dilakukan dengan cara memotong batang tanaman di bagian tengah, kemudian bagian tanaman yang dipanen dirontok dengan thresher, atau memotong

  • 43Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    batang tanaman di bagian bawah dan bagian tanaman yang dipanen digebot.

    Lakukan pengukuran kadar air biji atau benih pada saat tanaman dipanen menggunakan moisture meter.

    Calon benih kemudian dimasukkan ke dalam karung dan diberi label: nama varietas, tanggal panen, asal pertanaman, dan berat calon benih, lalu diangkut ke ruang pengolahan benih.

    Buat laporan hasil panen secara rinci yang berisi tentang tanggal panen, nama varietas, kelas benih, bobot calon benih, dan kadar air benih saat panen.

    Pengeringan Benih

    Kadar air benih perlu segera diturunkan dengan cara menjemur atau menggunakan alat pengering karena calon benih umum nya masih mempunyai kadar air yang tinggi.

    Patin tingkat kadar air yang tinggi, calon benih bisa dianginkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan.

    1. Penjemuran

    Pastikan lantai jemur bersih dan beri jarak yang cukup antarbenih dari varietas yang berbeda.

    Gunakan lamporan/alas di bagian bawah untuk mencegah suhu penjemuran yang terlalu tinggi di bagian bawah hamparan.

    Lakukan pembalikan benih secara berkala dan hati-hati

    Lakukan pengukuran suhu pada hamparan benih yang dijemur dan kadar air benih setiap 2-3 jam sekali, serta catat data suhu hamparan dan kadar air benih tersebut.

    Bila pengeringan menggunakan sinar matahari, penjemuran umumnya memerlukan waktu 4-5 jam.

  • Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    44 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Penjemuran sebaiknya dihentikan apabila suhu hamparan benih lebih dari 430C.

    Pengeringan dilakukan hingga kadar air telah mencapai atau telah memenuhi standar mutu benih bersertifi kat (13% atau lebih rendah).

    2. Pengeringan dengan Alat Pengering (Dryer)

    Bersihkan mesin pengering, pastikan tidak ada benih yang tertinggal, dan pastikan mesin berfungsi dengan baik.Suhu udara di bagian dalam alat pengering sebaiknya disesuaikan dengan kadar air awal benih (kadar air benih pada saat mulai pengeringan)Benih dengan kadar air panen yang tinggi jangan langsung dipanaskan tetapi di angin-anginkan terlebih dahulu (gunakan hembusan angin/blower).Bila kadar air benih sudah aman untuk menggunakan pe manasan, atur suhu pengeringan benih dan tidak lebih dari 43CLakukan pengecekan suhu hamparan benih dan kadar air benih setiap 2-3 jam dan dicatat.Pengeringan dihentikan bila kadar air telah mencapai atau telah memenuhi standar mutu benih bersertifi kat (13% atau lebih rendah).

    Pengolahan

    Pengolahan meliputi pembersihan benih, pemilahan (grading), dan perlakuan benih (jika diperlukan). Tujuan pembersihan selain me misahkan benih dari kotoran (tanah, jerami, dan daun padi yang terikut) juga untuk membuang benih hampa. Pembersihan benih dalam skala kecil sedapat mungkin dilakukan secara manual menggunakan nyiru (ditampi). Untuk skala produksi yang lebih besar, penggunaan mesin pembersih benih seperti air screen cleaner atau aspirator akan meningkatkan efi siensi pengolahan.

  • 45Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    Jika diperlukan, grading (pemilahan benih) dapat dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan benih yang lebih seragam dalam ukuran (panjang, lebar, ketebalan), bentuk, dan bobotnya. Alat-alat seperti indent cylinder machine, indent desk separator, gravitytable separator dan lainnya dapat digunakan dalam pemilahan benih.

    Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pengolahan benih mulai dari pengeringan sampai pemilahan, terutama untuk menghindari benih tercampur dengan varietas lain, di antaranya adalah:

    Sebelum proses pengolahan dimulal, siapkan, cek peralatan, dan bersihkan alat-alat yang akan digunakan. Pastikan peralatan berfungsi dengan baik dan benar-benar bersih dari kotoran maupun sisa-sisa benih lainnya.

    Untuk menghindarkan terjadinya pencampuran antarvarietas, benih dari satu varietas diolah sampai selesai, kemudian baru dilakukan pengolahan untuk varietas lainnya.

    Tempatkan benih hasil pengolahan dalam karung yang baru dan diberi label yang jelas di dalam dan luar karung.

    Bila alat pengolahan akan digunakan untuk mengolah sejumlah benih varietas yang berbeda, mesin/alat pengolahan dibersihkan ulang dari sisa-sisa benih sebelumnya, baru kemudian digunakan untuk pengolahan varietas yang lain. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya campuran dengan varietas lain.

    Buat laporan hasil pengolahan yang berisi informasi tentang varietas, kelas benih, berat benih bersih, dan susut selama peng olahan.

    Pengemasan

    Pengemasan selain mempermudah penyaluran/transportasi, juga bertujuan untuk melindungi benih selama penyimpanan, terutama dalam mempertahankan mutu benih dan menghindari serangan

  • Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    46 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    hama dan penyakit. Oleh karena itu, efektif tidaknya kemasan sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam mempertahankan kadar air benih, viabilitas benih, dan serangan hama penyakit.

    Sementara pengolahan benih berlangsung atau setelah selesai pengolahan sambil menunggu hasil uji laboratorium dan label selesai dicetak, benih dapat dikemas dalam karung plastik yang dilapisi dengan kantong plastik di bagian dalamnya. Untuk tujuan komersial, benih sebaiknya dikemas dalam kantong plastik dengan ketebalan 0,08 mm atau lebih, kemudian di-sealed atau dikelim rapat. Pengemasan dilakukan setelah contoh benih dinyatakan lulus oleh BPSB melalui uji laboratorium. Label benih dimasukkan ke dalam kemasan sebelum di-sealed. Pengemasan dan pemasangan label benih tersebut dilaku-kan untuk menghindari pemalsuan.

    Penyimpanan

    Kondisi penyimpanan yang baik adalah kondisi yang mampu mem pertahankan mutu benih selama periode simpan, bahkan lebih lama. Daya simpan benih dipengaruhi oleh sifat genetik benih, mutu benih awal simpan, dan kondisi ruang simpan. Oleh karena itu, hanya benih yang bermutu tinggi yang layak disimpan. Kondisi ruang simpan yang nyata mempengaruhi daya simpan benih adalah suhu dan kelembaban ruang penyirnpanan.

    Kondisi ruang simpan yang baik untuk benih-benih yang bersifat ortodoks, termasuk padi, adalah pada kondisi kering dan dingin. Beberapa kaidah yang berkaitan dengan penyimpanan benih adalah: (1) untuk setiap penurunan 1% kadar air atau 10F (5,5C) suhu ruang simpan akan melipatgandakan daya simpan benih. Kondisi tersebut berlaku untuk kadar air benih 14-5% dan pada suhu 50C-0C. (2) ruang penyimpanan yang baik adalah apabila kelembaban relatif (% RH) ditambah dengan suhu ruang simpan (F) sama dengan 100. Untuk memenuhi kondisi demikian, ruang simpan benih idealnya dilengkapi dengan AC (air conditioner) dan alat untuk menurunkan kelembaban ruang simpan (dehumidifi er). Jika kondisi tersebut belum dapat dipenuhi, gudang penyimpanan selayaknya memenuhi per syaratan sebagai berikut:

  • 47Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    Tidak bocor

    Lantai harus padat (terbuat dari semenfbeton)

    Mempunyai ventilasi yang cukup dan sirkulasi udara berjalan lancar agar gudang penyimpanan tidak lembab.

    Bebas dari gangguan hama dan penyakit (ruangan bersih, lubang ventilasi ditutup kawat kasa).

    Setiap benih disimpan secara teratur dan setiap varietas terpisah dari varietas lainnya. Penataan benih di gudang diatur serapi mungkin agar mudah dikontrol, tidak mudah roboh, dan benih atau barang yang keluar masuk gudang tidak terganggu dan mengganggu. Apabila benih tidak disimpan pada rak-rak benih, maka di bagian bawah tumpukan harus diberi balok kayu agar benih tidak bersentuhan langsung dengan lantai ruang simpan. Setiap tumpukan benih dilengkapi dengan kartu pengawasan yang berisi informasi tentang:

    Nama varietas

    Tanggalpanen

    Asal petak pertanaman atau percobaan

    Jumlah benih asal (pada saat awal penyimpanan)

    Jumlah benih pada saat pemeriksaan stok terakhir.

    Hasil uji daya kecambah terakhir (tanggal, persentase daya kecambah

  • Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    48 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Lampiran 4. Form Penanaman Benih Sumber

    Bulan :

    No Nama Varietas

    Kelas Benih yang akan ditanam

    Luas tanam (ha)

    Waktu/tgl Tanam Lokasi Agroekologi

    1. BS

    FS

    SS

    2. BS

    FS

    SS

    dst

    Lampiran 5. Produksi Benih Sumber dan Benih Sebar

    Bulan: ..

    No Varietas

    Produksi Benih Sumber

    FS SS ES

    Jumlah (kg) Waktu*

    Jumlah (kg) Waktu *

    Jumlah (kg) Waktu *

    Keterangan:*= Sebutkan bulan tersedianya benih tersebut

  • 49Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian

    Petunjuk Pelaksanaan UPBS Tanaman

    Lampiran 6. Form Distribusi Benih Sumber dan Benih Sebar

    Bulan :

    No Nama Varietas

    Benih yang Didistribusikan

    FS SS ES

    Penerima Benih*

    Alamat (desa,kec,

    kab)

    Jumlah (kg)

    Penerima Benih*

    Alamat (desa,kec,

    kab)

    Jumlah (kg)

    Penerima Benih*

    Alamat (desa,

    kec,kab)

    Jumlah (kg)

    Penangkar A 5 kg

    Penangkar B 30 kg

    Gapoktan

    Keterangan :Penerima benih = nama penangkar,gapoktan, dinas, dll

    Lampiran 7. Form Stok Benih Sumber dan Benih Sebar

    Bulan :

    No Nama VarietasJumlah Stok Benih Sumber dan Benih Sebar (kg)

    FS SS ES