8. iv. pembahasan

Upload: tanikasplarega

Post on 05-Jan-2016

225 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

...

TRANSCRIPT

55

IV. PEMBAHASANPada Bab II laporan ini, telah dijelaskan bahwa bahaya kontak organisme yang paling sering ditemukan di perkebunan PT GGP adalah kontak ular berbisa dan sengatan serangga Hymenoptera. Populasi ular di kebun nanas cukup banyak walaupun insidensi luka akibat gigitan ular di PT GGPC hanya sekali dalam setahun dan keberadaanya sulit untuk diketahui. Populasi ular di perusahaan ini adalah alami dan belum pernah diganggu habitatnya oleh perusahaan ini. Habitat mereka berada di rawa-rawa, pohon bamboo, dan danau-danau yang ada di sekitar kebun nanas. Selain gigitan ular, pekerja juga sering terkena gigitan serangga seperti semut, lebah, dan tawon. Namun, perusahaan mencegah hal tersebut dengan membunuh semut dengan racun semut sedangkan tawon dan lebah belum dapat dicegah/diberantas karena tawon dan lebah sangat membantu dalam penyerbukan tanaman nanas ini.Ular berbisa yang terutama sering dijumpai adalah ular tanah dan ular weling, tetapi juga pernah ditemui ular kobra. Untuk penatalaksanaan gigitan ular tersebut, klinik perusahaan telah menyediakan serum anti bisa ular (SABU). Namun, jika serum anti bisa ular tersebut sedang tidak ada, dilakukanlah penanganan awal pembersihan luka dan segera dirujuk ke rumah sakit. Gigitan ular merupakan kasus yang mengancam jiwa, karena efek dari toksiknya dapat menyebabkan gangguan pada darah (hematotoksik), saraf (neurotoksik), dan jantung (kardiotoksik). Dari gigitan/dipatuk ular berbisa akan menyebabkan rasa sakit yang amat sangat pada bagian yang dipatuk itu, dimana bengkak dan merah nampak pada kulit. Dalam waktu kurang dari setengah jam, penderita akan menjadi lemas, muntah, banyak ludah keluar, lumpuh / kejang, lidah dan alat suara serta pernapasan jadi lumpuh, dalam hal ini susunan syaraf yang banyak mengalami penderitaan. Bila lumpuh mulai hilang sebelum datangya kematian, kemungkina besar dia dapat sembuh tanpa pertolongan. Bila lumpuh tidak hilang, segeralah lakukan pertolongan sebelum terlambat.

Umumnya gigitan ular tidak beracun, misalnya ular air dan hanya memerlukan tata laksana sederhana. Namun bila jenis ular tidak diketahui, maka sebaiknya dilakukan upaya pencegahan dengan Serum Anti Bisa Ular Polivalen.Kenyataannya, tidak semua ular berbahaya bagi manusia. Bahaya yang terbesar sebenarnya adalah bahaya psikologis yang ditimbulkan oleh ular karena rasa takut, jijik, geli dan jengahnya manusia melihat sosok ular dengan segala posisi dan negatifnya pikiran dalam benaknya. Sedangkan bahaya biologis (akibat gigitan, belitan dan racun) masih tergolong minim karena jumlah korban gigitan ular di perusahaan ini belum mencapai tingkat yang mengkuatirkan. Bahaya psikologis akibat ketakutan dan paradigma masyarakat yang keliru tentang ular itu dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan dengan jalan mengenal lebih jauh tentang ular. Bagaimana, apa, mengapa, siapa dan apa saja tentang ular harus diutarakan secara benar dan jelas kepada masyarakat. Begitu pula tentang teknik teknik dasar penanganan bahaya gigitan ular harus disebarluaskan agar masyarakat dapat merasa lebih aman jika di lingkungan sekitarnya masih ditemui ular.Ular adalah predator alami tikus, yang juga merupakan hama aktif perusak tumbuhan nanas. Selain tikus, rayap, ulat buah, dan kumbang juga merupakan hama tanaman nanas. Ular juga merupakan makanan burungburung karnivora seperti elang, burung hantu, rajawali, dll. Artinya, keberadaan ular dapat membantu mengurangi populasi tikus yang sangat cepat berkembang di area perkebunan dan sekaligus ikut mempertahankan jumlah burung burung karnivora yang semakin menipis akibat berkurangnya makanan yang didapat, dan akibat ulah manusia tentu saja. Penyerbukan nanas dibantu oleh burung (ornitogami), yaitu burung penghisap madu (hummingbird). Serangga pun juga turut membantu dalam penyerbukan tanaman ini.Pengendalian ular secara mekanis adalah melakukan upayagoropyokan, yaitu memburu ular dengan menghancurkan atau membongkar sarang-sarang ular yang ada di sekitar areal perkebunan. Biasanya dari sarang tersebut ular akan keluar. Selain pembongkaran, cara lain untuk mengeluarkan ular dari sarangnya dengan pengomposan atau pengasapan belerang. Ular yang keluar dari sarangnya harus langsung ditangkap dengan cara diburu. Akan lebih baik lagi apabila kegiatan ini dilakukan oleh petani yang berbeda di areal yang berbeda pula. Namun, jika hal ini tidak bisa dilakukan maka perlakuan di areal yang sama pun setidaknya dapat mengurangi populasi ular.Serangga adalah organisme yang mendominasi rantai dan jejaring makanan dihampir semua jenis ekosistem. Serangga merupakan salah satu komponen yang terdapat di dalam ekosistem yang mempunyai peran yang tidak dapat dianggap kecil, sebab kehadirannya mempunyai arti banyak bagi komponen lainnya, terutama bagi tumbuhan dan organisme lainnya.Keberadaan serangga Hymenoptera memang telah banyak mengganggu dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada pekerja perusahaan PT GGP. Namun, serangga juga memiliki manfaat bagi ekosistem suatu pertanian termasuk semut, lebah, dan tawon. Adapun secara ekologis, peran serangga adalah sebagai berikut:

a. Serangga pemakan tumbuhan (herbivora)Secara ekologis, serangga herbivora dapat berperan sebagai pengontrol kelimpahan tumbuhan. Pada beberapa kasus, serangga herbivora dimanfaatkan untuk mengendalikan pertumbuhan tumbuhan pengganggu (gulma). Lalat gall Procecidochares connexa misalnya, digunakan untuk mengendalikan gulma siam (Ewusie, 1990).b. Serangga pemakan daging (karnivora)Serangga juga berperan sebagai pemakan daging (karnivora), ada yang bersifat menguntungkan yang sering kita kenal dengan musuh alami yaitu serangga yang berperan sebagai predator dan parasitoid. Misalnya semut rangrang adalah pemangsa banyak jenis ulat dan larva dari berbagai penggerek. Chilocorus yang merupakan kumbang kubah (Coleoptera : Coccinellidae) yang memangsa Aspidiotus destructor pada tanaman perkebunan kelapa. Musuh alami tersebut akan mengontrol kelimpahan serangga inang atau mangsanya, sehingga selalu berkisar pada ambang yang normal. Banyaknya pemangsaan dan parasitisme yang dilakukan serangga terhadap hama dalam lingkungannya cenderung untuk membatasi berlimpahnya spesies tertentu, sehingga mempersulit banyak spesies untuk menambah kerapatannya (Ewusie, 1990). Namun, kelompok serangga karnivora juga dapat merugikan manusia. Misalnya, aktivitas nyamuk betina mengisap darah mamalia (termasuk manusia) ternyata dapat menularkan penyakit. Malaria, Demam Berdarah Dengue dan Cikungunya adalah contoh-contoh penyakit pada manusia yang ditularkan oleh nyamuk.c. Serangga pengurai bahan organik (Dekomposer)Serangga pengurai mempunyai peran penting di alam. Misalnya, rayap dapat menghancurkan dan menguraikan kayu dan bahan-bahan dari tumbuhan dengan bantuan protozoa dan bakteri pemecah selulosa di dalam usus belakangnya, sehingga membantu mengubah sampah tumbuhan menjadi bahan-bahan yang dapat digunakan kembali, baik oleh si rayap sendiri maupun oleh tanah sebagai bahan penyubur. Beberapa contoh bakteri simbion pemecah selulosa pada rayap adalah bakteri fakultatif Serratia marcescens, Enterobacter aerogens, Enterobacter cloacae, dan Citrobacter farmeri yang menghuni usus belakang rayap spesies Coptotermes formosanus (famili Rhinotermitidae) dan berperan memecah selulosa, hemiselulosa dan menambat nitrogen. Sementara itu, protozoa simbion yang hidup pada usus rayap C. formosanus, misalnya Pseudotrichonympha grassi, Holomastigotoides hartmanni, dan Spirotricho. Sementara itu, bakteri Bacillus cereus ditemukan pada usus kecoa Blaberus giganteus pemakan kayu. Aktivitas rayap membuat sarang di dalam tanah juga membantu menggemburkan tanah, sehingga pertukaran udara di dalam tanah menjadi lebih baik.d. Serangga penyerbukProses penyerbukan pada tumbuhan oleh serangga disebut entomofili. Hubungan antara serangga penyerbuk dengan tumbuhan yang diserbukinya kadang-kadang sangat erat (bersifat obligat). Bersifat obligat maksudnya imago serangga berperan sebagai penyerbuk namun stadia larva serangga berperan sebagai herbivora pada tanaman yang diserbukinya. Selain itu ada juga serangga penyerbuk yang bersifat fakultatif, yaitu serangga yang tidak mempunyai hubungan yang khas, maksudnya serangga imago hanya sebagai penyerbuk, sedangkan stadia lain dari serangga tersebut tidak sebagai herbivora pada tanaman yang diserbukinya. Contoh dari serangga penyerbuk yang bersifat fakultatif adalah lebah atau tawon. Perhatikan pada saat lebah madu mengunjungi bunga. Lebah madu sangat berperan aktif dalam proses penyerbukan bunga sambil mencari cairan madu (nektar), mereka juga mengumpulkan serbuk sari disekujur tubuhnya. Serbuk sari inilah yang secara tidak sengaja akan menempel pada putik bunga lain yang dikunjunginya, sehingga terjadilah penyerbukan, sehingga jika disuatu areal tanaman budidaya ditemukan serangga ini maka memungkinkan sekali untuk membantu penyerbukan tanaman budidaya termasuk perkebunan nanas.PT GGP menggunakan racun semut untuk mengurangi populasi semut di sekitar perkebunan. Padahal kita ketahui efek pestisida bisa berdampak buruk terhadap manusia jika digunakan terus-menerus. Perusahaan seharus nya lebih menekankan pada pemakaian APD kepada para pekerja nya daripada harus menggunakan pestisida.

Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga. Insektisida dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta aktivitas biologis lainnya hingga berujung pada kematian serangga pengganggu tanaman. Akhir-akhir ini disadari bahwa pemakaian pestisida, khususnya pestisida sintetis ibarat pisau bermata dua. Dibalik manfaatnya yang besar bagi peningkatan produksi pertanian, terselubung bahaya yang mengerikan. Tak bisa dipungkiri, bahaya pestisida semakin nyata dirasakan masyarakat, terlebih akibat penggunaan pestisida yang tidak bijaksana. Kerugian berupa timbulnya dampak buruk penggunaan pestisida, dapat dikelompokkan atas 3 bagian : (1). Pestisida berpengaruh negatip terhadap kesehatan manusia, (2). Pestisida berpengaruh buruk terhadap kualitas lingkungan, dan (3). Pestisida meningkatkan perkembangan populasi jasad penganggu tanaman.Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa populasi ular sebaiknya jangan diganggu atau dibunuh karena ternyata bahaya biologis yang ditimbulkan pada perusahaan ini belum lah begitu berat, terlihat angka kejadian toksik akibat gigitan ular berbisa di perkebunan ini hanya 1 kasus per tahunnya. Ular juga merupakan predator tikus yang merupakan hama aktif pada perkebunan nanas sehingga ular secara tidak langsung bermanfaat untuk produktivitas perkebunan nanas ini. Untuk mencegah luka gigitan akibat ular berbisa ini, perusahaan cukup menekankan pada para pekerja nya untuk selalu menggunakan APD ketika bekerja seperti topi, masker, sarung tangan, sepatu boots, baju lengan panjang, dan celana panjang serta selalu menyediakan antidotum bisa ular (SABU) pada klinik perusahaanya.Begitu juga dengan keberadaan serangga Hymenoptera (semut, lebah, dan tawon). Serangga ini tidak seharus nya diberantas dengan cara pestisida atau secara fisik lainnya karena serangga ini terutama lebah dan tawon berfungsi untuk penyerbukan nanas itu sendiri. Penggunaan pestisida untuk mengurangi populasi semut juga lebih banyak dampak negatif yang ditimbulkan daripada manfaatnya seperti yang sudah dijelaskan di atas. Para petani dan pekerja seharusnya lebih baik selalu menggunakan APD pada saat bekerja seperti topi, masker, sarung tangan, sepatu boots, baju lengan panjang, dan celana panjang untuk menghindari sengatan serangga tersebut. Hal ini disebabkan karena organisme hewan-hewan tersebut juga berhak hidup, mereka tidak akan mengganggu manusia jika manusia itu sendiri tidak mengganggu habitatnya.