8. bab ii - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_bab_2.pdf · ketiga...

34
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kajian Maqashid Syariah diantaranya dikutip dari beberapa sumber yaitu : 1. Abdillah (2014) dengan judul “Kinerja Perbankan syariah Indonesia ditinjau dari Maqashid Syariah : Pendekatan Maqashid Syariah Index (SMI) dan Profitabilitas” Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja perbankan nasional serta meranking keenam bank tersebut berdasarkan maqasid syariah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Sakaran, simple addictive weighted method dan Maqasid Syariah Indeks (MSI), sebab pengukuran kinerja dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: menentukan tujuan syariah, menghitung rasio kinerja, menentukan indikator kinerja serta menghitung jumlah akhir kinerja dengan MSI. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa ukuran kinerja perbankan syariah berdasarkan total MSI lebih unggul daripada perbankan konvensional. Namun, di sisi tertentu seperti profitabilitas serta riset dan pengembangan, perbankan konvensional masih jauh lebih unggul jika dibandingkan perbankan syariah. Dalam penelitian terdahulu peneliti mendapati berbagai macam kesimpulan tentang penjelasan produk deposito mudharabah adalah Bagi hasil dalam perbankan syariah

Upload: lykhanh

Post on 22-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  8  

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kajian

Maqashid Syariah diantaranya dikutip dari beberapa sumber yaitu :

1. Abdillah (2014) dengan judul “Kinerja Perbankan syariah Indonesia

ditinjau dari Maqashid Syariah : Pendekatan Maqashid Syariah Index

(SMI) dan Profitabilitas” Penelitian ini bertujuan untuk mengukur

kinerja perbankan nasional serta meranking keenam bank tersebut

berdasarkan maqasid syariah. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode Sakaran, simple addictive weighted

method dan Maqasid Syariah Indeks (MSI), sebab pengukuran kinerja

dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: menentukan tujuan syariah,

menghitung rasio kinerja, menentukan indikator kinerja serta

menghitung jumlah akhir kinerja dengan MSI. Hasil penelitian

tersebut membuktikan bahwa ukuran kinerja perbankan syariah

berdasarkan total MSI lebih unggul daripada perbankan konvensional.

Namun, di sisi tertentu seperti profitabilitas serta riset dan

pengembangan, perbankan konvensional masih jauh lebih unggul jika

dibandingkan perbankan syariah. Dalam penelitian terdahulu peneliti

mendapati berbagai macam kesimpulan tentang penjelasan produk

deposito mudharabah adalah Bagi hasil dalam perbankan syariah

Page 2: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  9  

merupakan pengganti suku bunga dalam perbankan konvensional,

hasil yang diperoleh menunjukan bahwa kendala yang dihadapi tidak

berpengaruh negative terhadap bank, justru sebaliknya menjadi

pemacu bank untuk terus tumbuh dan berkembang pesat, dilain

kesimpulan di dapati bahwasanya aplikasi produk deposito

mudharabah di jadikan produk unggulan setelah tabungan wadi’ah.

2. Maskuroh (2012) Dengan Judul “ Kinerja bank Syariah dan

Konvensional di Indonesia : Pendekatan teori stakeholder dan

Maqashid Syariah” Dari hasil analisis uji beda kinerja keuangan di

atas, maka ditemukan bahwa kinerja keuangan bank syariah secara

rata rata lebih rendah dari bank konvensional, terbukti tingkat

profitabilitas yang di bawah bank konvensional, disamping memiliki

LDR yang tinggi (berarti likuiditas rendah). Sementara hasil analisis

juga menunjukkan resiko kredit dari pembiayaan bermasalah lebih

besar dan effisiensi yang rendah dibanding bank konvensional.

Kondisi ini dimungkinkan adanya konsekuensi dari pembiayaan PLS

(Profit and Loss Sharing) pada kredit modal kerja, dimana bank

syariah ikut menanggung resiko kerugian ataupun penerimaan jumlah

bagi hasil yang menyesuaikan hasil usaha mudharib.

3. Wibowo (2012) Judul “Maqashid Syariah: The Ultimate Objective of

Syariah” beliau menyimpulkan bahwa Sifat dasar dari Maqashid

syariah adalah pasti (qat’i). Kepastian di sini merujuk pada otoritas

Maqashid Syariah itu sendiri. Apabila Syariah memberi panduan

Page 3: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  10  

mengenai tata cara menjalankkan ekonomi, dengan menegaskan

bahwa mencari keuntungan melalui praktik riba tidak dibenarkan,

pasti hal tersebut disebabkan demi menjaga harta benda masyarakat,

agar tidak terjadi kedzoliman sosio-ekonomi.

Tabel 2.1 Perbandingan Review Studi Terdahulu

No Nama,

Tahun, Judul Penelitian

Variabel dan

Indikator atau

Fokus Penelitia

n

Metode/Analisis Data Hasil Penelitian

1

Dzikron Abdillah, 2014, Kinerja Perbankan Syariah Indonesia ditinjau dari Maqashid Syariah : Pendekatan Maqashid Syariah Index (SMI) dan Profitabilitas.

Kinerja Perbankan Syariah

Kuantitatif

Hasil penelitian menunjukan bahwa perbandingan antara kinerja profitabilitas dengan pelaksanaan Maqashid Syariah yang telah dilakukan oleh masing-masing Perbankan Syariah menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Kedelapan Bank umum syariah memiliki kelebihan masing-masing dalam melaksanakan elemen-elemen Maqaṣid Syariah maupun pelaksanaan kinerja keuangannya.

2

Ely Maskuroh, 2012, “Kinerja

Kinerja Bank Syariah dan

Kuantitatif

Kredit dari pembiayaan bermasalah lebih besar dan effisiensi

Page 4: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  11  

Bank Syariah dan Konvensional di Indonesia : Pendekatan teori stakeholder dan Maqashid Syariah”

Konvensional

yang rendah dibanding bank konvensional. Kondisi ini dimungkinkan adanya konsekuensi dari pembiayaan PLS (Profit and Loss Sharing) pada kredit modal kerja, dimana Bank Syariah ikut manangung resiko kerugian ataupun penerimaan jumlah bagi hasil yang menyesuaikan hasil usaha mudharib.

3

Arif Wibowo, 2012, Maqashid Syariah : The Ultimate Objective of Syariah

Otoritas Maqashid Syariah

Kualitatif

Sifat dasar dari Maqashid Syariah adalah pasti (qat’i). Kepastian di sini merujuk pada otoritas Maqashid Syariah itu sendiri. Apabila Syariah memberi panduan mengenai tata cara menjalankkan ekonomi, dengan menegaskan bahwa mencari keuntungan melalui praktik riba tidak dibenarkan, pasti hal tersebut disebabkan demi menjaga harta benda masyarakat, agar tidak terjadi kedzoliman sosio-ekonomi.

Page 5: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  12  

Perbedaan penelitian terdahulu dengan yang dilakuka oleh peneliti

adalah bahwa peneliti memfokuskan objek penelitian terhadap Aplikasi

produk deposito mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.

Cabang Rawamangun Jakarta namun tetap menggunakan Maqashid

syariah sebagai alat pendekatan terhadap objek yang diteliti.

2.2 Kajian Teoritis

2.2.1 Pengertian Deposito Mudharabah

Deposito mudharabah atau lebih dikenal dengan deposito

investasi mudharabah adalah investasi melalui simpanan pihak

ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya

dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu jatuh tempo, dengan

mendapatkan imbalan bagi hasil. Jangka waktu deposito

mudharabah berkisar antara 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12

bulan.

Setelah dana pihak ketiga dikumpulkan oleh bank, maka

sesuai dengan fungsi intermediary-nya maka bank berkewajiban

menyalurkan dana tersebut untuk pembiayaan. Simpanan

mempunyai pengaruh yang paling kuat terhadap pembiayaan, hal

tersebut disebabkan karena simpanan merupakan aset yang dimiliki

oleh perbankan syariah yang paling besar sehingga dapat

mempengaruhi pembiayaan.

Dalam hubungannya dengan pembiayaan (loan). Simpanan

akan mempunyai hubungan positif dimana semakin tinggi

Page 6: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  13  

simpanan pada bank maka akan semakin meningkat pula

kemampuan bank dalam melakukan pembiayaan. Berdasarkan

undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas

undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, yang

dimaksud dengan deposito berjangka adalah simpanan yang

penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu

menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang

bersangkutan.

Adapun yang dimaksud dengan deposito mudharabah

adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip mudharabah

(Fatwa dewan syariah nasional nomor 03/DSN-MUI/IV/2000)

Dalam hal ini, bank syariah bertindak sebagai mudharaib

(pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul

mal (pemilik dana). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, Bank

syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya,

termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak ketiga.

Dengan demikian, dalam kapasitasnya sebagai mudharib

memiliki sifat sebagai seorang wali amanah (trustee), yakni harus

berhati-hai atau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung

jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau

kelalaiannya. Di samping itu, Bank syariah juga bertindak sebagai

kuasa dari usaha bisnis pemilik dana yang diharapkan dapat

Page 7: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  14  

memperoleh keuntungan seoptimal mungkin tanpa melanggar

berbagai aturan syariah.

Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah

akan membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah

yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan

rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung

jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya.

Namun, apabila yang terjadi adalah mismanagement (salah urus),

bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut. (Karim,

2010: 363-364)

2.2.2 Perbedaan Deposito Syariah dengan Konvensional

Deposito mudharabah mengikuti prinsip-prinsip

mudharabah sebagaimana tertuang dalam ketentuan hukum

syariah. Majlis Ulama Indonesia melalui Dewan Syariah Nasional

(DSN) telah mengeluarkan fatwa mengenai deposito syariah, yaitu

fatwa No: 03/DSN-MUI/IV/2000. Menurut fatwa tersebut deposito

yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu deposito yang

berdasarkan perhitungan bunga. deposito yang dibenarkan, yaitu

deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah.

Sedangkan deposito Konvensional adalah sejenis jasa

tabungan yang biasa ditawarkan oleh bank kepada masyarakat.

Deposito biasanya memiliki jangka waktu tertentu di mana uang di

dalamnya tidak boleh ditarik nasabah. Deposito merupakan salah

Page 8: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  15  

satu produk penghimpunan dana (funding) dalam perbankan

syariah. Yang dimaksud deposito adalah simpanan yang

penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu

menurut perjanjian antara nasabah dan bank yang bersangkutan.

Perbedaan utama antara deposito mudharabah dengan dengan

deposito bank konvensional, antara lain, deposito

syariah menggunakan system bagi hasil, sedangkan deposito pada

bank konvensional menggunakan sistem bunga. Dengan demikian

pendapatan dari deposito mudharabah tidak tetap sebagaimana

pada bunga, melainkan berfluktuasi sesuai tingkat pendapatan bank

syariah.

Selain itu perlu dicatat, bahwa kedudukan deposito

mudharabah di bank syariah tidak dianggap sebagai hutang bank

dan piutang nasabah. Desosito mudharabah merupakan investasi

nasabah kepada bank syariah, sehingga dalam akuntansinya,

kedudukan deposito tidak dicatat sbagai hutang bank, tetapi dicatat

dan disebut sebagai investasi, biasanya disebut investasi tidak

terikat (mudhrabah muthlaqah). (Winarsih, 2012, 2)

2.3 Mudharabah

2.3.1 Pengertian Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau

berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya

Page 9: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  16  

adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan

usaha. Secara terminologi menurut Syara’ mudharabah adalah

pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pekerja (Pedagang)

untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu menjadi

milik bersama dan dibagi menurut kesepakatan bersama. (Antonio,

2001: 145)

Kesimpulanya deposito mudharabah adalah dana investasi

dari nasabah yang penarikanya dilakukan pada waktu tertentu

sesuai dengan kesepakatan. Pemilik rekening deposito adalah

perorangan tau badan hukum, dengan kata lain mudharabah adalah

akad kerja sama usaha antara dua pihak pertama (shahibul maal)

menyediakan seluruh 100% modal, sedangkan pihak lainnya

menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi

menurut kesepakatan yang di tuangkan dalam kontrak, sedangkan

apabila rugi di tanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu

bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu di

akibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola maka si

pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

2.3.2 Hukum Mudharabah

1. Hukum mudharabah adalah boleh sesuai dengan ijma’

(Kesepakatan) Ulama.

Page 10: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  17  

2. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam pernah melakukan

transaksi mudharabah dengan modal khadijah. Ia pergi ke Syam

dengan membawa modal tersebut untuk diperdagangkan.

3. Dasar hukum diperbolehkannya akad mudharabah pada hadits

yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Suhaib r.a., Rasulullah

telah bersabda: “ Ada tiga perkara yang diberkati: jual beli

yang ditangguhkan, memberi modal, dan mencampur gandum

dengan jelai untuk keluarga, bukan untuk dijual.”

4. Landasan hukum Al-Qur’an

}}§ø�s9 öNà6ø�n=tã îy$oYã_ br& (#qäótGö;s?

WxôÒsù `ÏiB öNà6În/§� 4 !#s�Î*sù OçFôÒsùr&

ïÆÏiB ;M»sùt�tã (#rã�à2ø�$$sù ©!$# y�YÏã

Ì�yèô±yJø9$# ÏQ#t�ysø9$# ( çnrã�à2ø�$#ur

$yJx. öNà61y�yd bÎ)ur OçFZà2 `ÏiB

¾Ï&Î#ö7s% z`ÏJs9 tû,Îk!!$�Ò9$# ÇÊÒÑÈ ”Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil

perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu bertolak dari Arafah berzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam. Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukan-Nya kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebalum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat”. (Al-Baqarah: 198)

5. Landasan Hadits

“ Kemudian dalam sabda Rasulallah Shalallahu 'alaihi wassalam diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, ia mengatakan adalah Abbas Ibnu Abdul Muthalib jika menyerahkan hartanya untuk mudharabah menetapkan syarat terhadap orang yang diberi modal untuk tidak menggunakan jalan laut, dan tidak bermalam

Page 11: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  18  

di lembah, serta tidak membeli hewan jika dibeli maka ia menanggung beban kerugiannya. Maka telah sampai kepada Rasulullah syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh Abbas dan Rasulullah membolehkannya”. (H.R Thabrani dari Ibnu Abbas)

Dan tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah

diutus, beliaupun membenarkan akad tersebut, dan kaum

muslimin kala itu juga menjalankannya. Kalaupun sekarang ada

yang menyelisihi tentang hal ini, maka pendapatnya itu tidak

perlu diperhatikan, sebab ia telah terlebih dahulu menyelisihi

praktik nyata seluruh umat dari zaman kita hingga zaman

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat muslim

sejak zaman nabi, bahkan telah dipraktikan oleh bangsa arab

sebelum turunnya islam. Ketika Nabi Muhammad Shalallahu

'alaihi wassalam berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan

akad mudharabah dengan khadijah. Dengan demikian, ditinjau

dari segi hukum islam, maka praktik mudharabah ini

dibolehkan, baik menurut Al-Qur’an, Sunnah maupun Ijma’

(Karim, 2013: 204)

2.3.3 Rukun Mudharabah

Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad

mudharabah adalah :

1. Pelaku (Pemilik modal maupun pelaksana usaha)

2. Objek mudharabah (Modal dan kerja)

Page 12: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  19  

3. Persetujuan kedua belah pihak (Ijab-Qabul)

4. Nisbah keuntungan

Jelaslah bahwa rukun dalam akad mudharabah sama

dengan rukun dalam akad jual-beli ditambah satu faktor tambahan,

yakni nisbah keuntungan. Faktor pertama (pelaku) kiranya sudah

cukup jelas. Dalam akad mudharabah, harus ada minimal dua

pelaku. Pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal (shahib al-

mal), sedangkan pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha

(mudharib atau ‘amil). Tanpa dua pelaku ini, maka akad

mudharabah tidak ada.

Faktor kedua (objek mudharabah) merupakan konsekuensi

logis dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal

menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah. Modal yang

diserahkan bisa berbentuk uang atau barang yang dirinci berapa

nilai uangnya. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk

keahlian, keterampilan, selling skill, management skill, dan lain-

lain. Tanpa objek ini, akad mudharabah pun tidak akan ada.

Para fuqaha sebenarnya tidak membolehkan modal

mudharabah berbentuk barang. Ia harus uang tunai karena barang

tidak dapat dipastikan taksiran harganya dan mengakibatkan

ketidakpastian (gharar) besarnya modal mudharabah. Namun para

ulama madzhab hanafi membolehkannya dan nilai barang yang

dijadikan setoran modal harus disepakati pada saat akad oleh

Page 13: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  20  

mudharib dan shahibul mal. Para fuqaha telah sepakat tidak

bolehnya mudharabah dengan hutang. Tanpa adanya setoran

modal, berarti shahibul mal tidak memberikan kontribusi apa pun

padahal mudharib telah bekerja. Para ulama Syafi’i dan maliki

melarang hal itu karena merusak sahnya akad.

Faktor ketiga, yakni persetujuan kedua belah pihak,

merupakan konsekuensi dari prinsip an-taradin minkum (sama-

sama rela). Di sini kedua belah pihak harus secara rela bersepakat

untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah. Si pemilik dana

setuju dengan peranya untuk mengkontribusikan dana, sementara si

pelaksana usaha pun setuju dengan perannya untuk

mengkontribusikan kerja.

Faktor yang keempat (yakni nisbah) adalah rukun yang

khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad jual beli.

Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh

kedua pihak yang ber mudharabah. Mudharib mendapatkan

imbalan atas kerjanya, sedang keuntungan inilah yang akan

mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak

mengenai cara pembagian keuntungan. (Karim, 2013: 206)

2.3.4 Pembagian dan Prinsip Mudharabah

Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak

tepat digunakan karena yang dibagi hanya keuntungannya saja

(profit), tidak termasuk kerugiannya (loss). Keuntungan usaha

Page 14: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  21  

secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan

dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik

modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola.

Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau

kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab

atas kerugian tersebut. Dalam mudharabah yang dibagihasilkan

adalah pendapatan. Pendapatan terkecil adalah nol, Maka

dimaksudkan kerugian dalam mudharabah adalah ketidak

mampuan nasabah dalam membayar cicilan pokok senilai

pembiayaan yang telah diterimanya, atau jumlah seluruh cicilan

lebih kecil dari pembiayaan yang telah diterimanya. Bila terjadi

demikian, kerugian ditanggung oleh bank syariah, kecuali akibat:

(1) Nasabah melanggar syarat yang telah disepakati. (2) Nasabah

lalai dalam menjalankan modalnya. Merupakan akad usaha dua

pihak dimana salah satunya memberikan modal (shahibul maal)

sedangkan yang lainya memberikan keahlian (mudharib), dengan

nisbah keuntungan yang disepakati dan apabila terjadi kerugian,

maka pemilik modal menanggung kerugian tersebut. Karena

karakter mudharabah seperti ini, maka ia dapat diterapkan pada

dua produk, yaitu tabungan dan deposito, dengan menerapkan skim

mudharabah pada tabungan dan deposito, maka nasabah bertindak

selaku shahibul maal dan bank selaku mudharib. Berdasarkan

Page 15: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  22  

kewenangan yang diberikan oleh penyimpan dana, prinsip

mudharabah terbagi dua yaitu:

1. Mudharabah Mutlaqah URIA (Unrestricted investment account)

2. Mudharabah Muqayyadah RIA (Restricted investment account)

Mudharabah RIA ini ada dua jenis , yaitu :

a. Mudharabah muqayyadah on balance sheet.

Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (restricted

investment) dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat

tertentu yang harus dipenuhi oleh bank. Misalnya disyaratkan

untuk digunakan untuk bisnis tertentu, atau disyaratkan digunakan

dengan akad tertentu ataupun disyaratkan digunakan untuk nasabah

tertentu.

b. Mudharabah muqayyadah of balance sheet.

Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah

langsung kepada pelaksana usahanya, dimana bank bertindak

sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik

dana dengan pemilik usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-

syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam hal mencari

bisnis (pelaksanaan usaha).

Dalam perspektif keuangan pembagian hasil umumnya

dihitung dari presentase shared capital dikalikan besarnya

perolehan laba yang dihasilkan dari perputaran modal bersama .itu

berarti pembagian keuntungan mengikuti besaran hasil berbasis

Page 16: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  23  

persentase sharing modal. Idealnya praktik syirkah mudharabah,

dilaksanakan berdasarkan pemikiran seperti itu. (Alwi, 2013:81)

Konsekuensinya bank syariah memerlukan dukungan

system informasi yang mampu menunjukan berapa besar nisbah

bagi hasil dari setiap nasabah investor yang melakukan Capital

sharing dengan bank syariah, dan dalam proyek apa itu

ditanamkan. Dengan demikian menjadi jelas peran bank syariah

dan jelas pula proporsi kepemilikian modal setiap investor dari

total modal yang tertanam dalam proyek yang dibiayai bank

syariah. Sehingga dalam jangka panjang tidak lagi ada keraguan

implementasi prinsip syariah dalam perbankan syariah.

2.3.5 Mudharabah Muthlaqah

Dimana pemilik modal (Shahibul maal) memberikan

keleluasaan penuh kepada pengelola (Mudharib) untuk

mempergunakan dana tersebut dalam usaha yang dianggapnya baik

dan menguntungkan. Namun pengelola tetap bertanggung jawab

untuk melakukan pengelolaan sesuai dengan praktek kebiasaan

usaha normal yang sehat (Uruf).

Amanah yang terkandung dalam produk ini bersifat bebas

(Unrestricted investment account). Investor mengamanahkan

dananya kepada manajemen bank syariah bebas mengelola dana

yang diamanahkan. Pada umumnya akad mudharabah mutlaqah

lebih banyak dipilih nasabah karena lebih simple karena profit

Page 17: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  24  

sharing langsung dengan pihak bank. Ada hal lain yag perlu diatur

pihak bank syariah, khususnya untuk transaksi mudharabah

muqayyadah walau bank hanya sebagai agen, pada saat

pembukaaan account deposito agar disepakati dua pihak yaitu

nasabah pengguna dan nasabah investor. Kesepakatan meliputi,

cara perhitungan bagi hasil dan waktu pembayaran bagi hasil

karena bersangkutan dengan “hak pilih’ nasabah. Dalam prinsip

syariah, setiap hal yang mengandung alternative pilihan, perlu

disepakati bersama alternative yang dipilih. Contoh kongkrit,

pilihan akad produk mudharabah muqayyadah, waktu pembayaran

bagi hasil bisa bulanan dengan tanggal yang sama dengan tanggal

waktu pembukaan atau bagi hasil tutup buku bulan terakhir. (Alwi,

2013:133)

Dalam perkembangan ke depan diharapkan semua produk

bank syariah berkembang secara luas dalam masyarakat termasuk

dunia usaha, karena itu peran customer service officer (CSO)

menjadi sangat penting dalam proses mensosialisasikan produk-

produk yang tersedia. CSO harus memiliki pengetahuan yang

tinggi tentang semua produk bank syariah product knowledge dan

mampu menjelaskanya kepada calon nasabah sehingga calon

nasabah memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengambil

keputusan memilih alternative skim produk yang tepat. (Karim,

2010: 305)

Page 18: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  25  

Pembayaran bagi hasil deposito mudharabah mutlaqah

(URIA) dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu :

1. Anniversary date

a. Pembayaran bagi hasil deposito dilakukan secara

bulanan, yaitu pada tanggal yang sama dengan tanggal

pembukaan deposito.

b. Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi

hasil tutup buku bulan terakhir.

c. Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat

diafiliasikan ke rekening lainya sesuai dengan

permintaan deposan.

2. End Of month

a. Pembayaran bagi hasil deposito dilakukan secara

bulanan, yaitu pada tanggal tutup buku setiap bulan.

b. Bagi hasil bulan pertama dihitung secara proporsional

hari efektif termasuk tanggal tutup buku, tapi tidak

termasuk tanggal pembukaan deposito.

c. Bagi hasil bulan terakhir dihitung secara proporsional

hari efektif tidak termasuk tanggal jatuh tempo deposito.

Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi

hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup

buku bulan terakhir.

Page 19: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  26  

d. Jumlah hari sebulan adalah jumlah hari kalender bulan

yang bersangkutan (28 hari, 29 hari, 30 hari, 31 hari).

e. Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat

diafiliasikan ke rekening lainya sesuai permintaan

deposan.

Dalam hal pencairan deposito mudharabah

mutlaqah (URIA) dengan pembayaran bagi hasil bulanan

yang dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo , bank

syariah dapat mengenakan denda (penalty) kepada

nasabah yang bersangkutan sebesar 3% dari nominal

bilyet deposito mudharabah mutlaqah (URIA) (Alwi,

2013: 85)

2.3.6 Mudharabah Muqayyadah

Dimana pemilik dana menentukan syarat dan pembatasan

kepada pengelola dalam penggunaan dana tersebut dengan jangka

waktu, tempat, jenis usaha dan sebagainya. Syarat dalam

mudharabah syarat yang shahih (dibenarkan) yaitu syarat yang

tidak menyelisihi tuntutan akad dan tidak pula maksudnya serta

memiliki maslahat untuk akad tersebut.

Contohnya Pemilik modal mensyaratkan kepada pengelola

tidak membawa pergi harta tersebut keluar negeri atau

membawanya keluar negeri atau melakukan perniagaannya khusus

di negeri tertentu atau jenis tertentu yang gampang didapatkan.

Page 20: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  27  

Maka syarat-syarat ini dibenarkan menurut kesepakatan para ulama

dan wajib dipenuhi, karena ada kemaslahatannya dan tidak

menyelisihi tuntutan dan maksud akad perjanjian mudharabah.

Mudharabah muqayyadah merupakan produk bank syariah

dengan sasaran yang terbatas (Restricted investment account).

Dana yang akan disalurkan bank syariah merupakan amanah dari

nasabah pemilik dana investor kepada bank syariah untuk

mengelola atau menginvestasikan dana tersebut sesuai dengan

keinginan dan persyaratan dari nasabah yang bersangkutan. Dalam

hal ini manajemen bank syariah tidak bebas menanamkan dana

tersebut ke sektor bisnis yang diinginkan pihak bank melainkan

harus sesuai dengan amanah pemilik dana Biasanya produk ini,

dipilih investor tunggal jika proyek tertetu termasuk investasi

dalam usaha pertanian (specific project) atau beberapa proyek

dalam suatu industri bisnis (clusterpool of fund) diyakini memberi

keuntungan yang lebih baik. Bank dalam hal ini hanya berfungsi

sebagai agen penyaluran dana atau wakil investor. (Alwi, 2013:

132)

Bagi hasil dilakukan antara pengguna dana dengan investor.

Bank syariah hanya menerima fee sebesar yang disepakati. Karena

itu risiko kerugian menjadi tanggungan investor. Hanya saja

produk ini kurang berkembang dibandingkan dengan produk,

Mudharabah Mutlaqah karena bagi bank syariah walaupun

Page 21: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  28  

resikonya kecil tetapi return yang diterima tidak sebesar produk

Mudharabah Mutlaqah. Bagi bank syariah Mudharabah

Muqayyadah umumnya bersifat off balance sheet (tidak tercantum

dalam neraca bank). Ada juga mudharabaah muqayyadah on

balance sheet. Dalam hal ini aliran dana berasal dari satu investor

tapi disalurkan ke beberapa kelompok nasabah pengguna di sektor

yang terbatas dimana bank syariah bisa terlibat di dalamnya.

(Karim, 2010: 309)

Pembayaran bagi hasil deposito Mudharabah Muqayyadah

(RIA) dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu :

1. Aniversary Date

a. Pembayaran bagi hasil deposito mudharabah

muqayyadah (RIA) dilakukansecara bulanan, yaitu pada

tanggal yang sama dengan tanggal pembukaan deposito .

b. Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi

hasil tutup buku bulan terakhir.

c. Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat

diafiliasikan ke rekening lainya sesuai permintaan

deposan.

2. End Of Month

a. Pembayaran bagi hasil deposito mudharabah

muqayyadah (RIA) dilakukan secara bulanan, yaitu pada

tanggal tutup buku setiap bulan.

Page 22: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  29  

b. Bagi hasil bulan pertama dihitung secara proporsional

hari efektif termasuk tanggal tutup buku, namun tidak

termasuk tanggal pembukaan deposito.

c. Bagi hasil bulan terakhir dihitung secra proporsional hari

efektif tidak termasuk tanggal jatuh tempo deposito.

Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi

hasil tutup buku bulan terakhir

d. Jumlah hari sebulan adalah jumlah hari kalender bulan

yang bersangkutan (28 hari, 29 hari, 30 hari, 31 hari).

e. Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat

diafiliasikan ke rekening lainya sesuai permintaan

deposan.

Dalam hal penciran deposito mudharabah

muqayyadah (RIA) dengan pembayaran bagi hasil

bulanan yang dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo,

bank syariah dapat mengenakan denda (penalty) kepada

nasabah yang bersangkutan sebesar 3% dari nominal

bilyet deposito mudharabah muqayyadah (RIA).

2.4 Bagi Hasil

2.4.1 Pengertian Bagi Hasil

Bagi hasil menurut terminologi asing (bahasa Inggris)

dikenal dengan profit sharing. Profit dalam kamus ekonomi

Page 23: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  30  

diartikan pembagian laba. Secara definisi profit sharing diartikan

"distribusi beberapa bagian dari laba pada pegawai dari suatu

Perusahaan" (Abdillah, 2001: 25)

Menurut Antonio, “Bagi hasil adalah suatu sistem

pengolahan dana dalam perekonomian Islam yakni pembagian hasil

usaha antara pemilik modal (shahibul maal) dan pengelola

(Mudharib)”

Dengan demikian dari kedua pendapat tersebut dapat

diambil kesimpulan bahwa bagi hasil adalah suatu sistem

pengelolaan dana dalam pembagian hasil usaha dapat terjadi antara

bank dan penyimpan dana.

2.4.2 Konsep Bagi Hasil

Dalam bank syariah, konsep bagi hasil adalah sebagai

berikut: (Wiyono, 2005: 59)

1. Pemilik dana menginvestasikan dananya melalui lembaga

keuangan bank yang bertindak sebagai pengelola dana.

2. Pengelola/bank syariah mengelola dana tersebut di atas dalam

sistem pool of fund, selanjutnya bank akan menginvestasikan dana

tersebut ke dalam proyek/usaha yang layak dan menguntungkan

serta memenuhi aspek syariah.

3. Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang

lingkup kerja sama, nominal, nisbah dan jangka waktu berlakunya

kesepakatan tersebut. Dalam praktiknya, mekanisme perhitungan

Page 24: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  31  

bagi hasil dapat didasarkan pada dua cara yaitu sebagai berikut :

(Wiyono, 2005: 56)

a. Profit sharing (bagi laba)

Adalah perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada laba

dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha dikurangi beban

usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut.

b. Revenue sharing (bagi pendapatan)

Adalah perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada

revenue (pendapatan) dari pengelola dana, yaitu pendapatan

usaha sebelum dikurangi beban usaha untuk mendapatkan

pendapatan usaha tersebut.

2.4.3 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil

Sangat banyak masyarakat umum dan bahkan intelektual

terdidik, yang belum memahami konsep bagi hasil yang diterapkan

dalam perbankan syariah. Secara dangkal dan keliru, mereka

mengklaim, bahwa bagi hasil hanyalah namalain dari sistem bunga.

Tegasnya, bagi hasil dan bunga sama saja. Pandangan ini juga

masih terdapat dikalangan sebagian kecil ustad yang belum

memahami konsep dan operasional bagi hasil.

Untuk meluruskan kesalahpahaman itu, perlu dibahas

pebedaan bunga dan bagi hasil dalam ruangan yang terbatas ini.

Sekali lagi, Islam mendorong praktek bagi hasil serta

mengharamkan riba. Keduanya sama-sama memberi keuntungan

Page 25: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  32  

bagi pemilik dana, namun keduanya mempunyai perbedaan yang

sangat nyata. Perbedaan itu dapat dijelaskan dalam tabel berikut :

Tabel 2.2. Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil

No BUNGA BAGI HASIL 1 Penentuan bunga dibuat pada

waktu akad sesuai asumsi harus selalu untung.

Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.

2 Besarnya presentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.

Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.

3 Pembayaran Bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah usaha yang dijalankan oleh pihak peminjam dana untung atau rugi.

Bagi hasil bergantung pada keuntungan usaha yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.

4 Jumlah pembayaran Bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”.

Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.

5 Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama, termasuk islam.

Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.

Sumber: Syafi’i,Antonio.2001.

2.5 Konsep Maqashid Syariah

Kemunculan istilah Maqashid Syariah secara teknis dicetuskan

oleh Asy-Syatibi dalam al-Muwafaqatnya. Secara bahasa, Maqashid

Syariah terdiri dari dua kata, yakni Maqashid dan Syariah. Maqashid

berarti kesengajaan atau tujuan, sedangkan Syariah berarti jalan menuju

sumber air, dapat pula dikatakan sebagai jalan ke arah sumber pokok

kehidupan. menurut Asy-Syatibi menyatakan, “ Sesungguhnya syariah

Page 26: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  33  

bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat.”

(Fazlurrahman, 1984: 140)

Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa tujuan syariah

menurut Asy-Syatibi adalah kemaslahatan umat manusia. Lebih jauh, ia

menyatakan bahwa tidak satu pun hukum Allah SWT yang tidak

mempunyai tujuan karena hukum yang tidak mempunyai tujuan sama

dengan membebankan sesuatu yang tidak dapat dilaksanakan.

Kemaslahatan, dalam hal ini, diartikannya sebagai segala sesuatu yang

menyangkut rezeki manusia, pemenuhan penghidupan manusia dan

perolehan apa-apa yang dituntut oleh kualitas-kualitas emosional serta

intelektualnya dalam pengertian yang mutlak.

Al-Qur’an tidak memuat berbagai aturan yang terperinci tentang

ibadah dan muamalah. Ia hanya mengandung dasar-dasar atau prinsip-

prinsip bagi berbagai masalah hukum dalam islam. Bertitik tolak dari dasar

atau prinsip ini, Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalaam.

Menjelaskan melalui berbagai haditsnya. Kedua sumber inilah (Al Qur’an

dan Hadits Nabi) yang kemudian dijadikan pijakan ulama dalam

mengembangkan hukum islam, terutama di bidang muamalah. Dalam

kerangka ini, Asy-Syatibi mengemukakan konsep Maqashid syariah.

Dengan demikian, kewajiban-kewajiban dalam syariah

menyangkut perlindungan Maqashid syariah yang pada gilirannya

bertujuan melindungi kemaslahatan manusia. Asy-Syatibi menjelaskan

bahwa syariah berurusan dengan perlindungan mashalih, baik dengan cara

Page 27: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  34  

yang positif, seperti demi menjaga eksistensi mashalih, syariah mengambil

berbagai tindakan untuk menunjang landasan-landasan mashalih maupun

dengan cara preventif, seperti syariah mengambil berbagai tindakan untuk

melenyapkan unsur apa pun yang secara aktual atau potensial merusak

mashalih.

2.6 Pembagian Maqashid Syariah

Menurut Asy-Syatibi, kemaslahatan manusia dapat terealisasi

apabila lima unsur pokok kehidupan manusia dapat diwujudkan dan

dipelihara, yaitu agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Dalam kerangka

ini, ia membagi maqashid menjadi tiga tingkatan, yaitu dharuriyat,

hajiyat, dan tahsiniyat. (Karim, 2010: 382)

2.6.1 Dharuriyat

Secara bahasa Dharuriyyat berarti kebutuhan yang

mendesak atau darurat. Dalam kebutuhan Daruriyyat, apabila

tingkat kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan mengancam

keselamatan umat manusia di dunia maupun di akhirat. jenis

maqashid ini merupakan landasan dalam menegakkan

kesejahteraan manusia di dunia dan di akhirat yang mencakup

pemeliharaan lima unsur pokok dalam kehidupan manusia, yakni

agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Pengabaian terhadap

kelima unsur pokok tersebut akan menimbulkan kerusakan di muka

bumi serta kerugian yang nyata di akhirat kelak. Pemeliharaan

Page 28: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  35  

terhadap agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta dapat dilakukan

dengan cara memelihara eksistensi kelima unsur pokok tersebut

dalam kehidupan manusia dan melindunginya dari berbagai hal

yang dapat merusak. Sebagai contoh, penunaian rukun islam,

pelaksanaan kehidupan manusiawi serta larangan mencuri masing-

masing merupakan salah satu bentuk pemeliharaan eksistensi

agama dan jiwa serta perlindungan terhadap eksistensi harta.

2.6.2 Hajiyat

Secara bahasa berarti kebutuhan-kebutuhan sekunder.

Apabila kebutuhan ini tidak terwujud tidak sampai mengancam

keselamatan, namun akan mengalami kesulitan. Untuk

menghilangkan kesulitan tersebut, dalam Islam terdapat hukum

rukhsah (keringanan) yaitu hukum yang dibutuhkan untuk

meringankan beban, sehingga hukum dapat dilaksanakan tanpa rasa

tertekan dan terkekang. jenis maqashid ini dimaksudkan untuk

memudahkan kehidupan, menghilangkan kesulitan atau

menjadikan pemeliharaan yang lebih baik terhadap lima unsur

pokok kehidupan manusia. Contoh jenis maqashid ini antara lain

mencakup kebolehan untuk melaksanakan akad mudharabah,

musaqat, muzara’ah dan bai’ salam, serta berbagai aktivitas

ekonomi lainnya yang bertujuan untuk memudahkan kehidupan

atau menghilangkan kesulitan manusia di dunia.

Page 29: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  36  

2.6.3 Tahsiniyat

Secara bahasa berarti hal-hal penyempurna. Tingkat

kebutuhan ini berupa kebutuhan pelengkap. Apabila kebutuhan ini

tidak terpenuhi, maka tidak akan mengancam dan tidak pula

menimbulkan kesulitan. Adapun tujuan dari jenis maqashid yang

ketiga ini adalah agar manusia dapat melakukan yang terbaik untuk

menyempurnakan pemeliharaan lima unsur pokok kehidupan

manusia. Ia tidak dimaksudkan untuk menghilangkan atau

mengurangi berbagai kesulitan, tetapi hanya bertindak sebagai

pelengkap, penerang dan penghias kehidupan manusia. Contoh

jenis maqashid ini antara lain mencakup kehalusan dalam berbicara

dan bertindak serta pengembangan kualitas produksi dan hasil

pekerjaan. (Karim, 2010: 383)

2.6.4 Korelasi Antara Dharuriyat, Hajiyat, dan Tahsiniyat

Selain tujuan asal, syariat islam pun mengandung tujuan

pemahaman terhadap syariat. Tujuan ini ada berdasarkan kenyataan

bahwa Al-Qur’an sebagai sumber dan dalil hukum turun dengan

bahasa Arab. Oleh karena itu, telaah terhadap dilalah lahfazh Al-

Qur’an sebagai teks-teks hukum merupakan sesuatu yang penting

dalam memahami makna-makna hukum, baik makna asal maupun

makna tambahan. Dengan demikian, Al-Qur’an sebagai teks

hukum (nash) mengandung dilalah ashliyyah, yaitu dilalah yang

menunjukkan asal dan dilalah taba’iyah, yaitu dilalah yang

Page 30: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  37  

menunjukan makna-makna tambahan. Analisis dilalah inilah yang

melahirkan rumusan tentang tujuan hukum pada tingkat

dharuriyyah, hajjiyyah, dan tahsiniyyah (Abdullah, 2010: 273),

Dari hasil penelaahannya secara lebih mendalam, Asy-Syatibi

menyimpulkan korelasi antara dharuriyat, hajiyat dan tahsiniyat

sebagai berikut:

a. Maqashid dharuriyat merupakan dasar bagi maqashid hajiyat

dan maqashid tahsiniyat.

b. Kerusakan pada maqashid dharuriyat akan membawa kerusakan

pula pada maqashid hajiyat dan maqashid tahsiniyat.

c. Sebaliknya, kerusakan pada maqashid hajiyat dan maqashid

tahsiniyat tidak dapat merusak maqashid dharuriyat.

d. Kerusakan pada maqashid hajiyat dan maqashid tahsiniyat yang

bersifat absolut terkadang dapat merusak maqashid dharuriyat.

e. Pemeliharaan maqashid hajiyat dan maqashid tahsiniyat

diperlukan demi pemeliharaan maqashid dharuriyat secara tepat.

Dengan demikian, apabila dianalisis lebih jauh, dalam

usaha mencapai pemeliharaan lima unsur pokok secara sempurna,

ketiga tingkat maqashid tersebut tidak dapat dipisahkan. Bagi Asy-

Syatibi, tingkat hajiyat merupakan penyempurna tingkat

dharuriyat, tingkat tahsiniyat merupakan penyempurna lagi bagi

tingkat hajiyat, sedangkan dharuriyat menjadi pokok hajiyat dan

tahsiniyat.

Page 31: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  38  

Pengklasifikasian yang dilakukan Asy-Syatibi tersebut

menunjukkan betapa pentingnya pemeliharaan lima unsur pokok

itu dalam kehidupan manusia. Di samping itu, pengklasifikasian

tersebut juga mengacu pada pengembangan dan dinamika

pemahaman hukum yang diciptakan Allah SWT. Dalam rangka

mewujudkan kemaslahatan manusia. (Bakri, 1996: 73)

Berkenaan dengan hal tersebut, mustafa anas zarqa

menjelaskan bahwa tidak terwujudnya aspek dharuriyat dapat

merusak kehidupan manusia dunia dan akhirat secara keseluruhan.

Pengabaian terhadap aspek hajiyat tidak sampai merusak

keberadaan lima unsur pokok, tetapi hanya membawa kesulitan

bagi manusia sebagai mukallaf dalam merealisasikannya. Adapun

pengabaian terhadap aspek tahsiniyat mengakibatkan upaya

pemeliharaan lima unsur pokok tidak sempurna. lebih jauh, ia

menyatakan bahwa segala aktivitas atau sesuatu yang bersifat

tahsiniyat harus dikesampingkan jika bertentangan dengan

maqashid yang lebih tinggi (dharuriyat dan hajiyat). (Karim, 2010:

385)

2.6.5 Peranan Maqashid Syariah Sebagai Bingkai

Pengembangan Produk Keuangan Syariah

Asy-Syatibi menyatakan bahwa tidak semua kemaslahatan

duniawi dapat diketahui oleh akal, namun hanya sebagian, dan

lainnya diketahui melalui syariat. Jika akal dapat mengetahui segala

Page 32: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  39  

kemaslahatan duniawi secara mutlak, syariat hanya berfungsi sebagai

pedoman ukhrawi, padahal syariat bermaksud menegakkan

keduanya, kehidupan duniawi dan ukhrawi. (Yusdani, 2007 :6)

Sehubungan dengan hal inilah, justifikasi pendapat Asy-

Syatibi patut dikemukakan bahwa akal itu tidak dapat menentukan

baik dan jahatnya sesuatu, maksudnya adalah akal tidak dapat

mengatasi syariat dalam menilai baik jahatnya sesuatu sehingga akal

harus tunduk kepada wahyu, akal tidak memiliki lahan berfikir

kecuali dalam hal yang telah diberikan melalui wahyu. Dengan kata

lain akal tidak boleh menjadi subjek atas syariat. Al-Qur’an dan As-

Sunnah juga telah menetapkan beberapa variabel penting yang sangat

menentukan kesejahteraan atau kesengsaraan manusia. Sama seperti

upaya untuk menjelaskan fenomena sebelumnya menghasilkan

proposisi, teori-teori dan hukum-hukum, hubungan antara al-maqasid

dan berbagai cara perilaku individu dan kelompok maupun saringan,

motivasi, restrukturisasi dan peranan pemerintah yang dapat

menghasilkan proposisi yang berharga.

Dalam menyusun bingkai pengembangan keuangan syariah

ada beberapa aspek penilaian yang perlu diperhatikan diantaranya

adalah yang terdiri dari faktor permodalan, aset, rentabilitas,

likuiditas, dan sentifitas terhadap risiko pasar. Selanjutnya tiga tujuan

lainnya (jiwa, akal dan keturunan) berhubungan dengan manusia,

yang kesejahteraannya merupakan tujuan utama dari syariah. Ini

Page 33: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  40  

mencakup kebutuhan fisik, moral, psikologi dan akal untuk generasi

sekarang dan generasi yang akan datang. Jadi dengan memasukkan

jiwa, akal dan keturunan dalam formulasi yang akan ditentukan,

adalah untuk menciptakan tingkat kepuasan atau kesejahteraan yang

seimbang dari berbagai kebutuhan manusia. Hal ini juga dapat

membantu dalam menganalisa variabel-variabel ekonomi penting,

seperti misalnya konsumsi, tabungan dan investasi, sedemikian rupa

sehingga membantu mewujudkan kesejahteraan, yakni sesuatu yang

tidak dilakukan oleh ilmu ekonomi konvensional karena

pengagungan yang berlebihan terhadap pasar dan hasil-hasilnya.

(Chapra, 143: 2001)

Esensi keuangan islam terletak pada dukungan terhadap

aktifitas ekonomi produktif, dimana aktifitas sektor rill menjadi

muara semua transaksi keuangan islam. Untuk mengetahui tingkat

keberhasilan pembangunan yang berorientasi pada manusia para ahli

ekonomi Islam telah sepakat bahwa maqashid syariah dapat

dijadikan tolak ukur dalam menilai keberhasilan pembangunan

aktifitas keuangan, Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa

maqashid syariah berperan penting dalam menyusun bingkai

pengembangan produk keuangan syariah dan hal ini menjadikan

maqashid syariah sebagai suatu konsep yang sangat penting dalam

menilai kinerja keuangan syariah.

Page 34: 8. BAB II - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1587/6/13510128_Bab_2.pdf · ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

  41  

2.7 Kerangka Berfikir

Penelitian ini bertujuan untuk mencari indikator utama aplikasi

deposito dengan skim mudharabah yang sesuai dengan maqashid syariah.

Maqashid syariah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah maqashid

syariah dari sudut pandang Asy-Syatibi. Maqashid syariah sebagai ide

utama dari pembuatan indikator tersebut terdiri dari : “keimanan (din),

jiwa (nafs), akal (‘aql), keturunan (nasl) dan harta (mal)”. Dalam

penelitian skripsi ini peneliti memiliki kerangka berfikir sebagai berikut :

Gambar 2.1. Unsur Penilaian Maqashid Syariah pada Deposito Mudharabah.

Keadilan    

Kesejahteraan Nasbah    

Menjaga Harta Pihak ke3

Keberlangsungan Asset  

Bagi Hasil (Nisbah)    

Asuransi    

Dharuriyyat  

Tahsiniyat  

Hajiyat  

Agama  

Jiwa  

Akal  

Keturunan  

Maqashid  Syariah  

Harta  

AplikasiDeposito  Mudharabah