78732701 makalah pasirbesi ende

Download 78732701 Makalah Pasirbesi Ende

If you can't read please download the document

Upload: firdaus-lazuardi-adzimah

Post on 09-Feb-2016

30 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

PENYELIDIKAN ENDAPAN PASIR BESI DI DAERAH PESISIR SELATAN ENDE -FLORES PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Oleh : Bambang N. W Sub Dit. Mineral Logam SARI Pasir besi m erupakan salah satu bahan baku dasar dalam industri besi baja dimana keterdapata nnya di Indonesia banyak dijumpai di daerah pesisir seperti di pesisir Jawa, Sum atera, Sulawesi dan Nusatenggara. Salah satu indikasi adanya pasir besi tersebut yaitu tetdapat di daerah pantai selatan Ende, Nusa Tenggara Timur. Penyelidikan yang telah dilakukan oleh tim eksplorasi dari Direktorat Inventarisasi Sumber D aya Mineral tahun 2006 diketahui ada empat sektor sebaran pasir besi yang diangg ap cukup luas. Empat sektor tersebut terdapat pada Desa Rapo Rindu, Bheramari, R uku Ramba dan Ondorea. Dari segi pembentukannya endapan pasir besi di daerah ini memiliki umur relatif muda. terbentuknya endapan ini diduga adalah dari pelindi han dan pencucian yang berjalan secara intensif, dibeberapa lokasi ditemukan ada nya gundukan pasir besi dengan konsentarsi magnetit tinggi. Hasil analisis labor atorium fisika mineral terhadap sampel-sampel pasir besi tersebut menunjukkan me nunjukkan nilai derajat ( MD) berkisar 10 % hingga 50 . Sedangkan hasil analisis kimia menunjukkan nilai Fetotal tertinggi mencapai 37,10 % dan terendah 4,43%. Secara umum kadar(Fe total) berkisar 10 hingga 25%. Berdasarkan hasil studi lapa ngan (survey permukaan dan pemboran ) dan analisis laboratorium diketahui endapa n pasir besi tersebut mengalami penurunan kadar ke arah barat (Sektor Ondorea) s edangkan kearah timur mengalami peningkatan kadar (sektor Rapo Rindu, Bheramari, Ruku Ramba). Model sebaran endapan pasir besi di pesisir selatan Ende adalah me lensis dimana ke arah barat, kandungan magnetitnya berkurang dengan bertambahnya pasir karbonat (berwarna putih kecoklatan) sedangkan kearah timur kandungan mag netitnya bertambah hal ini diperkuat dengan hasil analisis laboratorium. Beberap a faktor yang menyebabkan pola sebaran lapisan di satu daerah berbeda dengan lai nnya : - Batuan induk, sebagai sumber untuk terbentuknya endapan pasir besi. - F aktor fisika - kimia seperti suhu, erosi dan transportasi sungai, arus laut bawa h laut dan sungai sebagai media transportasi dan akumulasi material. - Faktor to pografi (kemiringan), berperanan penting tempat akumulasi pasir besi Hasil perhi tungan diketahui sumber daya hypotetik seluruhnya sebesar 57.134.358,4 ton konse ntrat. PENDAHULUAN Pasir besi sebagai salah satu bahan baku utama dalam industri baja dan industri alat berat lainnya di Indonesia, keberadaannya akhir-akhir in i memiliki peranan yang sangat penting. Berbagai permintaan dari berbagai pihak meningkat cukup tajam. Potensi dan sebaran pasir besi di Indonesia banyak di jum pai di berbagai pulau seperti di pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa, Kali mantan, Sulawesi, kawasan Nusatenggara, Kepulauan Maluku. Namun demikian sejauh ini kegiatan eksplorasi dan inventarisasi berkaitan dengan endapan besi tersebut belum dilakukan secara menyeluruh, dan sistimatis. Berdasarkan kejadiannya enda pan besi dapat dikelompokan menjadi tiga jenis. Pertama endapan besi primer, ter jadi karena proses hidrotermal, kedua endapan besi laterit terbentuk akibat pros es pelapukan, dan ketiga endapan pasir besi terbentuk karena proses rombakan dan sedimentasi secara kimia dan fisika. Salah satu potensi endapan besi (pasir bes i) yang dijumpai di Kepulauan Indonesia diantaranya terdapat di Pantai selatan E nde, Flores, Nusa Tenggara Timur dimana secara geologi keterdapatan ini sangat d imungkinkan 1Hasil penyelidikan tinjau yang di lakukan di beberapa tempat di pesisir selatan Sikka dan Ende menunjukkan nilai kadar Fetotal nya mencapai 63% dengan TiO2 1%. Rata-rata kadar Fetotal nya diatas 56% dengan TiO2 < 2%, (Bambang N.W., 2005). D aerah kajian endapan pasir besi secara geografis terletak antara 121,45 ~ 121,65 B T dan 8,80 ~ 8,85 dan secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan End e, Kabupaten Ende, Flores. (Gambar 1) Maksud dari kajian ini adalah untuk menget ahui gambaran global keberadaan potensi sumber daya pasir besi di daerah pantai selatan Kabupaten Ende, Flores yang diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan ref erensi bagi investor yang berminat untuk terjun dalam usaha di bidang pertambang an khususnya pasir besi. panjang (baseline) 400 meter dan lebar (crossline) 200 meter. Pekerjaan pemboran dilakukan dengan bor tangan (hand auger) jenis Doomer yang dilengkapi dengan casi ng 2,5 inchi. Metoda preparasi hasil pemboran adalah sbb : conto-conto pasir bes i yang terletak di atas permukaan air tanah diambil dengan sendok pasir (sand au ger) jenis Ivan 2,5 inchi, sedangkan conto pasir besi yang terletak di bawah permu kaan air diambil dengan bailer. Conto diambil untuk setiap kedalaman 1,50 meter atau kurang dan dibedakan antara conto dari horizon A (diatas permukaan air tana h), conto horizon B (antara permukaan air tanah dan air laut) dan conto dari hor izon C (yang terletak di bawah permukaan air laut). Reduksi conto di kerjakan de ngan cara increment berdasarkan J.I.S. (Japanese Industrial Standard), dimana cont o asli ditampung ke dalam baki kayu berukuran 90 x 60 x 2 cm. Pertama conto dari kedalaman tiap 1,5 m atau kurang diaduk-aduk hingga homogen, kemudian diratakan sampai setinggi permukaan baki, setelah itu conto dibagi-bagi menjadi beberapa bagian yang sama. Dari tiap bagian masing-masing diambil setengahnya dengan send ok increment berukuran 3 cm x 3 cm x 2 cm. Proses increment ini dilakukan empat lima kali, hingga diperoleh conto seberat sekitar 2 kg. Sisa terakhir dari prose s increment tiap kedalaman dari satu lubang bor tersebut dikumpulkan untuk dijad ikan sebagai conto komposit. Increment juga diberlakukan pada conto tersebut. Peke rjaan Laboratorium Tahap berikutnya adalah pemisahan fraksi magnetit dari non ma gnetit dilakukan dengan magnet batang 300 gaus secara berulang-ulang sebanyak 7 kali untuk mendapatkan konsentrat yang cukup bersih. Setelah konsentratnya diper oleh, dilakukan penimbangan. Dengan membandingkan berat konsentrat dan berat asa l, maka didapat nilai MD (magnetic degree), dengan menggunakan rumus : Berat kon sentrat MD = ------------------------- --- X 100 % Berat asal Untuk mengetahui k ualitas kandungan besi kadar pada tiap sampel pasir besi tersebut dilakukan anal isa unsur Fe2O3, Fe3O4, Fetotal, Lokasi Daerah Penyelidikan Gambar 1. Lokasi daerah penyelidikan Pasir besi di Pesisir selatan Ende Metoda M etoda penyelidikan yang dilakukan yaitu penyelidikan lapangan antara lain pemeta an geologi permukaan, pengukuran dengan menggunakan alat ukur TO, pemboran mengg unakan hand auger serta sampling untuk analisis laboratorium. Penyelidikan Lapan gan Pemetaan permukaan bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh hubungan antara geologi dipermukaan dan sebarannya dengan pembentukan endapan pasir besi di daer ah tersebut. Pengamatan dilakukan terutama pada daerah pantai dan sekitarnya. Pe ngukuran (dengan teodolit jenis TO) dilakukan untuk membuat baseline dan crossli ne titik-titik pemboran. Tujuannya adalah untuk menentukan penempatan posisi tit ik bor. Penentuan posisi titik pertama sebagai acuan dalam pengukuran dilakukan dengan GPS. Pemboran dilakukan pada daerah pantai mengandung pasir besi dengan i nterval 2TiO2 dan H2O terhadap sampel yang sudah menjadi konsentrat. Adapun endapan pasir besi yang dimasukan ke dalam perhitungan sumber daya terukur adalah yang mempun yai MD > 7% untuk kuat magnet 300 gauss. Sumber daya terukur total dihitung deng an cara menjumlahkan sumber daya tiap lubang bor. Sumber daya konsentrat tiap lu bang dihitung dengan rumus C = (L X t ) X MD X SG Keterangan : sekitar 2000 meter dan menjemari dengan Formasi Kiro di bagian timur. Formasi Ta nahau (Tmt) Lava, breksi. Lava, berkomposisi dasitik, setempat struktur bantal. Breksi terdiri dari komponen bersifat dasitik dengan semen tufa pasiran terkersi kkan dan termineralkan. Batuan Intrusi Diorite (Tdi), dasit (Tda), dan andesit ( Ta) berumur Miosen Bawah, diorite kuarsa (Tmd) and granodiorit (Tg) Miosen Tenga h. Intrusif sebagai stok, retas dan sill, pada beberapa tempat dibuktikan dengan sifat sirkular kecil. Batuan intrusi andesit lokal terdapat di pantai selatan E nde. Product Volcanik tua (QTv) Satuan ini adalah produk dari active volcanoes G . Beliling, Tedeng, dan Todo di bagian barat Flores, di bagian tengah Flores, te rutama terdiri dari sisipan breksi, lava dan tuff dengan dominant andesit ~ basa l, umur Pliosen. Product Volcanik muda (Qhv) Secara tidak selaras menumpangi sat uan yang lebih tua, terutama terdiri dari material vulkanik yang tidak terkonsol idasi G. Wai Sano sebagai hasil erupsi, terdiri dari lahar, breksi, lava, bomb, lapilli, tuff, tuff pasiran dan pumice, komposisi andesit-basal berumur Holosen. Endapan Teras pantai (Qct) Satuan ini secara tidak selaras menumpangi satuan le bih tua, terdiri dari sisipan konglomerat dan batupasir kasar agak sedikit karbo natan, umur Holosen. Endapan Aluvial dan endapan pantai (Qa) Terdiri dari materi al rombakan sungai karena pengangkatan terdiri dari kerikil, kerakal dan pasir, terutama terjadi pada sungai besar dekat pantai berupa endapan teras. Struktur G eologi Struktur geologi yang dijumpai di daerah pesisir selatan khusunya Ende ad alah lipatan, sesar dan kelurusan. Arah struktur timurlautbaratdaya, beberapa me miliki arah baratlauttenggara. Batuan yang mengalami perlipatan secara kuat pada Formasi Nangapanda dengan kemiringan perlapisan dari 15 ~ 50. Struktur terjadi pa da Formasi Kiro dan Nangapanda yang merupakan formasi tertua. Sumbu C = Sumber daya dalam ton L = Luas areal pengambilan bor dalam M t = Tebal endapa n dalam meter MD = Magnetic Degree dalam % SG = Berat Jenis Geologi Menurut N. S uwarna, dkk (1990) geologi di daerah penelitian dan sekitarnya adalah sebagai be rikut : Formation Kiro (Tmk) Merupakan batuan tertua yang terdapat di daerah ini , berumur Miosen Awal, terdiri breksi, warna kelabu tua-kelabu muda, komponen an desit, basal, berukuran 0,5 5 cm, lava, bersusunan andesit- basal, kelabu muda ~ kehijauan dan kehitaman, porfir, sebagian terkersikan, terkalsitkan dan terkhlo ritkan, kekar lapis, sebagian bersisipan breksi, tufa pasiran dan batupasir tufa an, sisipan warna kelabu, berlapis 25 50 arah jurus baratlaut-tenggara, tebal satu an sekitar 1000 meter 1500 meter. Batuan ini tersebar terutama di sekitar Kali K iro, Desa Walogai, Keli Wumbu, dan Mbotu Mapolo, sebagian dijumpai dipantai sela tan Ende. Formasi ini ditumpangi secara tidak selaras diatasnya oleh Formasi Nag apanda. Formasi Nangapanda (Tmn) Terdiri dari batupasir, batu tufa berlapis, dan breksi. batupasir, hijau, halus ~ kasar, menyudut tanggung membundar, padat, be rlapis baik.; Breksi, merupakan breksi vulkanik, bersifat andesitik-basaltik, de ngan ukuran komponen bervariasi dari beberapa cm hingga 30 cm. Tebal singkapan m encapai 30 cm. Formasi ini membentuk morfologi yang cukup kasar dengan ketebalan diperkirakan 3lipatan sinklin yang memiliki arah baratdaya timurlaut. Selain struktur lipatan di kawasan ini juga ditemukan struktur sesar. Jenis sesar yang berkembang adalah sesar normal dan sesar geser. Sesar normal berarah baratlaut-tenggara dan timur laut baratdaya. Sesar ini terdapat pada batuan Miosen dan Plio Plistosen, diperk irakan terjadi pada Plistosen. Sesar geser teramati pada Formasi Kiro dan Formas i Nangapanda. Gambaran umum geologi serta uruturutan stratigrafi regional dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar 3. Mineralisasi Pembentukan endapan pasir besi memiliki perbedaan genesa dibandingkan dengan mineralisasi logam lainnya. Pemben tukan pasir besi adalah merupakan produk dari proses kimia dan fisika dari batuan yang menengah hingga basa atau dari batuan b ersifat andesitik hingga basaltik. Proses ini dapat dikatakan merupakan gabungan dari proses kimia dan fisika. Di daerah pantai selatan Kabupaten Ende, endapan pasir pantai di perkirakan berasal dari akumulasi hasil desintegrasi kimia dan f isika seperti adanya pelarutan, pengahncuran batuan oleh arus bawah laut, pencuc ian secara berulang ulang, transportasi dan pengendapan. Menurut Subandoro dan P udjowaluyo (1972) di Pulau Flores secara umum terletak pada busur batuan vulkano -plutonik yang masih aktif mirip dengan Pulau Jawa dimana endapan besi mengandun g titan ditemukan sepanjang pantai selatan. Agaknya batuan volkanik Flores adala h merupakan sumber utama pasir besi pantai yang ada sekarang. Gambar 2. Peta geologi regional daerah Flores. Gambar 3. Stratigrafi Regional Daerah Penyelidikan 4HASIL PENYELIDIKAN Dalam penyelidikan lapangan diperoleh data sbb : o Jumlah tit ik pemboran sebanyak 45 titik. o Jumlah kedalaman pemboran adalah 111, 6 meter. o Jumlah conto terambil sebanyak 90 conto. Berdasarkan pada kriteria kelayakan p engukuran dan titik pemboran, penyelidikan di kawasan ini di lakukan pada empat sektor yaitu : 1. Sektor Rapo Rindu, pengukuran dan pemboran dilakukan di daerah Rapo Rindu, km 18 arah barat Kota Ende. Hasil nya 14 titik ; 8 titik baseline d an 6 titik crossline. 2. Sektor Bheramari, pengukuran dan pemboran dilaksanakan di sebelah timur Rapo Rindu 14 km arah barat Kota Ende. Hasil pemboran 6 titik : 3 titik baseline dan 3 titik crossline. Secara keseluruhan nilai rata-rata dari sektor Rapo Rindu MD 20,84 % dan ASG 3,2 45; Bheramari MD 20,68 % dan ASG 3,19; Ruku Ramba MD 20,69 % dan ASG 3,15 dan se ktor Ondorea memiliki MD 13,75 % dengan ASG 3,193. Nilai Fetotal tertinggi dan t erendah untuk masing-masing sektor : Sektor Raporindu Fetotal nilai tertinggi 22 ,35% dan terendah 4,43%; Bheramari Fetotal nilai tertinggi 22,69% terdapat pada BM2/B dan terendah 9,23% pada BM 1/A1. Ruku Ramba Fetotal nilai tertinggi 31,39% terdapat pada lokasi RR 3/2/A2 dan terendah 10,86% terdapat pada lokasi RR 1/2/ B. Sedangkan untuk sektor Ondorea Fetotal nilai tertinggi 37,10 % terdapat pada OR7/A1 dan nilai terendah 8,92 % pada OR 5/2/A1. Adapun nilai Fetotal rata-rata masingmasing sektor ; Raporindu 23,96 %, Bheramari 15,37 %, Ruku Ramba 18,14% da n Ondorea 19,74 %. Nilai TiO2 pada umumnya menunjukkan dibawah 2%, kecuali di be berapa lokasi seperti di BM2/2/A2 TiO2 = 2,35%, RA 4/A1 = 2,27%, RR3/2/A2 TiO2 = 2,52%, OR 7/A1 TiO2 = 4,97%, OR6 /A1 = 3,41%, dan OR 7/2/A1 = 5,22% dari hasil analisis menunjukkan nilai TiO2 diatas 2 banyak terdapat di sektor Ondorea atau sektor OR. Gambaran sebaran masing-masing sektor dapat dilihat pada Gambar 4 7. Perhitungan potensi dilakukan dengan metoda Area of influence dengan prinsip bahwa satu lubang bor memiliki daerah pengaruh jarak terhadap lubang bor di sampingny a, hasil perhitungan disajikan dalam tabel-1. 3. Sektor Ruku Ramba, Pengukuran dan pemboran dilakukan, km 10 arah barat Kota E nde. Hasil pemboran 9 titik ; 5 titik baseline dan 4 titik crossline. 4. Sektor Ondorea, terletak di bagian barat daerah penyelidikan, tepatnya di km 23 arah ba rat Kota Ende. Hasil pemboran 14 titik ; 7 titik baseline dan 7 titik crossline. Penyelidikan laboratorium hasil sebagai berikut : diperoleh MD berasal dari lokasi OR 7/A1 sebesar 52,17%, ASG 3,84. Sedangkan MD terendah t erdapat di lokasi RA8/B yaitu sebesar 2,59 , ASG 2,74 terdapat pada lokasi RA8/B . Nilai rata-rata MD umumnya berkisar 10 % ~ 30 %. Untuk masing-masing sektor ni lai tertinggi dan terendah sbb : 5Gambar 4 Peta lokasi hasil pemboran sektor I Rapo Rindu (RA) Gambar 6. Peta lokasi hasil pemboran sektor III Ruku Ramba (RR) Gambar 5. Peta lokasi hasil pemboran sektor II Bheramari (BM) Gambar 7. Peta lokasi hasil pemboran sektor IV Ondorea (RA) 6Sektor Rapo Rindu 30 25 F e T o tal 20 15 10 5 0 0 10 20 30 40 50 25 20 F e T o tal 15 10 5 0 0 10 20 30 40 50 60 Sektor Bheramari Derajat Kemagnetan % Sektor Ruku Ramba 35 30 25 20 15 10 5 0 0 10 20 30 40 50 40 35 30 F e T o ta l 25 20 15 10 5 0 0 10 20 30 40 50 60 Derajat Kemagnetan % Derajat Kemagnetan % F e T o tal Sektor Ondorea Derajat Kemagnetan % Gambar 8. Hubungan nilai derajat kemagnetan (MD) dan Fe Total pada pasir besi di daerah penyelidikan 7Tabel 1. Potensi Sumber Daya Hypotetik Pasir Besi Pantai Selatan Kabupaten Ende MD RATA RATA % 20,484 SG RATARATA 3,245 NO. SEKTOR NOMOR JALUR RA-1 s/d RA-8 BM-1 s/d BM-3 RR -1 s/d RR-5 OR -1 s/d OR-8 INTERVAL PEMBORAN BASE LINE 400 BASE LINE 400 BASE LINE 400 BASE LINE 400 CROSS LINE 20 CROSS LINE 20 CROSS LINE 20 CROSS LINE 20 PJG TOTAL (M) 3200 LBR (M) 50 LUAS/ L (M2) 160000 TEBAL/T (M) 2,5 VOL (M3) 400000 POTENSI (TON) 26588232 1 Rapo Rindu 2 Bheramari Ruku Ramba 1000 40 40000 2,3 92000 20,68 3,19 6069166,4 3 1600 40 64000 2,5 16000020,19 3,15 10427760 4 Ondorea 3200 40 128000 2,5 320000 972000 13,75 3,193 14049200 57134358,4 8PEMBAHASAN Dari hasil survey lapangan dan analisis laboratorium diketahui di sep anjang pantai selatan Kabupaten Ende empat daerah atau sektor yang dianggap pali ng memungkinkan untuk terbentuknya akumulasi endapan pasir besi yaitu sektor Rap o Rindu, Bheramari, Ruku Ramba dan Ondorea. Pada sektor 1 (RapoRindu/RA), keteba lan lapisan kaya besi magnetit terdapat pada RA6, mengalami menipis pada RA5 dan RA4. Pada RA2 ketebalan lapisan mengandung besi magnetit mulai menebal kembali. Sedangkan ke arah barat (RA7 dan RA8) terjadi menipis lapisan mengandung magnet it secara drastis. Ke arah timur yaitu pada sektor Ruku Ramba, pola perlapisan y ang mengandung pasir besi magnetit dari RR1 ~ RR5 mengalami menebalan, ini terut ama terlihat terutama pada titik bor RR5. Ketebalan lapisan mengandung magnetit di sektor ini mencapai 3,2 meter. Sedangkan di sektor Ondorea penipisan lapisan terjadi ke arah barat ditandai dengan adanya deplesi lapisan pasir magnetit sert a meningkatnya lapisan pasir kuarsa/gamping. Ciri fisik dipermukaan ditandai den gan warna putih yang dominan . Hasil analisis laboratorium umumnya menunjukkan b entuk garis linier baik pada sektor Raporindu, Rukuramba maupun Ondorea. Ini men unjukkan hubungan sejajar antara kandungan nilai pasir magnetit dengan Fe Total nya. Dimana jika kandungan pasir bermagnet di suatu daerah dominan maka nilai de rajat secara otomatis kemagnetan tinggi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan po la sebaran lapisan di satu daerah berbeda dengan daerah lainnya (melensis misaln ya). Faktor-fkator / parameter tersebut diataranya : o o Batuan induk, merupakan sumber asal untuk terbentuknya endapan pasir besi. Fakto r penghancuran fisika - kimia seperti suhu, erosi dan transportasi sungai, arus laut bawah laut dan sungai sebagai sebagai media transportasi dan akumulasi mate rial. Faktor topografi (kemiringan), memegang peranan penting sebagai tempat aku mulasi endapan pasir besi disuatu tempat (basin). o Jadi adanya bentuk dan pola sebaran endapan pasir besi yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lain dimana terjadi pengayaan misalnya, ini sangat di tentu kan oleh faktor/parameter tersebut diatas. Sebagai contoh di sektor Rapo Rindu a kumulasi pasir besi relatif lebih banyak dibandingkan dengan sektor lainnya. Tet api sebaliknya di sektor Ondorea pasir besi berkurang ke arah barat dengan menin gkatnya pasir dari batuan karbonat. Gambaran global pola pembentukan tersebut da pat dilihat pada gambar dibawah ini (Gambar 9). KESIMPULAN Keterdapatan endapan pasir besi di kawasan pesisir selatan Kabupaten Ende diperkirakan merupakan enda pan yang terbentuk dari akumulasi hasil disintegrasi fisika dan kimia batuan vul kanik tua di daerah ini yang bersifat, dari kisaran dasitik hingga basaltik. Sec ara fisik endapan pasir besi di daerah pesisir selatan Ende relatif muda dimana prosesnya diduga dari pelindihan dan pencucian yang berjalan cukup secara intens if sampai sekarang sehingga dibeberapa lokasi menghasilkan konsentrat magnetit y ang tinggi. Akumulasi pasir besi hasil desintegrasi kimia-fisika material darat Peranan, topografi, arus bawah dan ombak laut sebagai pencuci menyebabkan materi al pasir besi terakumulasi dan mengalami peningkatan kadar Faktor tektonika (Regresi / Naiknya daratan) Gambar 9. Perkiraan Model Pembentukan Endapan Pasir Besi di daerah Penyelidikan 9Model endapan pasir besi yang terdapat di pesisir selatan Ende diperkirakan bent uk melensis dimana ke arah barat, kandungan magnetitnya berkurang dengan bertamb ahnya pasir karbonat (berwarna putih kecoklatan) sedangkan kearah timur kandunga n magnetitnya bertambah hal ini diperkuat dengan hasil analisis laboratorium. Ha sil gabungan data pemboran dan analisis laboratorium diketahui potensi endapan p asir besi berurutan dari yang besar terdapat pada sektor Rapo Rindu, Bheramari, Ruku Ramba dan Ondorea dengan jumlah sumber daya hypotetik seluruhnya sebesar 57 .134.358,4 ton konsentrat. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Direktur, serta semua pejabat terkait dilingkungan jajaran P usat Sumber Daya Geologi yang telah memberikan batuan kepada kami berupa kesempa tan, dorongan dan saran sehingga terwujud nya tulisan ini. Koreksi dan saran kam i nantikan guna penyempurnaan tulisan ini. DAFTAR PUSTAKA Bambang N. Widi., 2005 , Laporan Hasil Penyelidikan Tinjau Endapan Pasir Besi di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. PT. Ever Mining. Bambang W., Kisman, A. Said, Soepriadi, Budiharyanto, 20 05, Eksplorasi Logam Besi di Pesisir Selatan Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tengg ara Timur, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung. Bandi, S.Djasw adi, S.L.Gaol, 1994, Laporan Pendahuluan Penyelidikan Mineral Logam di Daerah Wo lowaru Kab. Ende, Flores - Nusa Tenggara Timur, Direktorat Sumberdaya Mineral, B andung. Franklin dkk., 1999, Eksplorasi Logam Mulia dan Logam Dasar di Daerah Wa i Wajo dan Sekitarnya Kabupaten SIKKA Nusa Tenggara Timur, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung. Suwarna N., S. Santosa, S. Koesoemadinata., 1990, Geologi Lem bar Ende 1:250.000, Nusa Tenggara Timur, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geolo gi Bandung. Subandoro dan Pudjowaluyo, 1978, Iron Sand Occurrences In The Coasta l Areas of Flores, Mineral Resources In Asian Offshore Areas, CCOP , Singapore. Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia. Vol. IA,1st Edition. Govt. P rinting office, The Hague, pp 104-136 10