76923685-54182693-askep-abses

33
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang A. Ab ses otak  Abses Otak dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang  jauh, atau secara langsung seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Abses yang terjadi oleh penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian ota k, tet api pal ing ser ing pada per temuan substa nsi a alba dan gri sea; sedangkan yang perkontinuitatum biasanya berlokasi pada daerah dekat  permukaan otak pada lobus tertentu. abses otak bersifat soliter atau mul tip el. Yang mul ti pel bia sanya dit emukan pada peny aki t jantun g  bawaan sianotik; adanya shunt kanan ke kiri akan menyebabkan darah si stemik sela lu ti dak je nuh se hi ngg a sekunder terj adi poli si te mi a. Polisitemia ini memudahkan terjadinya trombo-emboli. Dua pertiga abses otak adalah soliter, hanya sepertiga abses otak adalah multipel. Pada tahap awal abses otak terjadi reaksi radang yang difus pada jaringan otak dengan infiltrasi lekosit disertai udem, perlunakan dan konges ti jari ngan otak, kadang-kadang diser tai bintik perdar ahan. Set ela h beberapa har i sampai bebe rapa minggu terjadi nekr osi s dan  pencairan pada pusat lesi sehingga membentuk suatu rongga abses. Astroglia, fibroblas dan makrofag mengelilingi jaringan yang nekrotik. Mul a-mula abs es tidak ber bat as tegas tet api lama kel ama an dengan fibrosis yang progresif terbentuk kapsul dengan dinding yang konsentris. Tebal kapsul antara beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. 1 |  F akul t a s I l m u K e s e h at a n U ni v er s it a s B o r n e o T a r a k a n

Upload: roni-suhandani

Post on 30-Oct-2015

47 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 1/33

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

A. Abses otak 

Abses Otak dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari

fokus infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang

 jauh, atau secara langsung seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi.

Abses yang terjadi oleh penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian

otak, tetapi paling sering pada pertemuan substansia alba dan grisea;

sedangkan yang perkontinuitatum biasanya berlokasi pada daerah dekat

 permukaan otak pada lobus tertentu. abses otak bersifat soliter atau

multipel. Yang multipel biasanya ditemukan pada penyakit jantung

 bawaan sianotik; adanya shunt kanan ke kiri akan menyebabkan darah

sistemik selalu tidak jenuh sehingga sekunder terjadi polisitemia.

Polisitemia ini memudahkan terjadinya trombo-emboli.

Dua pertiga abses otak adalah soliter, hanya sepertiga abses otak 

adalah multipel. Pada tahap awal abses otak terjadi reaksi radang yang

difus pada jaringan otak dengan infiltrasi lekosit disertai udem, perlunakan

dan kongesti jaringan otak, kadang-kadang disertai bintik perdarahan.

Setelah beberapa hari sampai beberapa minggu terjadi nekrosis dan

 pencairan pada pusat lesi sehingga membentuk suatu rongga abses.

Astroglia, fibroblas dan makrofag mengelilingi jaringan yang nekrotik.

Mula-mula abses tidak berbatas tegas tetapi lama kelamaan dengan

fibrosis yang progresif terbentuk kapsul dengan dinding yang konsentris.

Tebal kapsul antara beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter.

1 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 2: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 2/33

Beberapa ahli membagi perubahan patologi abses otak dalam 4

stadium yaitu:

1. Stadium serebritis dini,

2. Stadium serebritis lanjut,

3. Stadium pembentukan kapsul dini,

4. Stadium pembentukan kapsul lanjut.

Abses dalam kapsul substansia alba dapat makin membesar dan

meluas ke arah ventrikel sehingga bila terjadi ruptur, dapat menimbulkan

meningitis. Infeksi jaringan fasial, selulitis orbita, sinusitis etmoidalis,

amputasi meningoensefalokel nasal dan abses apikal dental dapat

menyebabkan abses otak yang berlokasi pada lobus frontalis. Otitis

media, mastoiditis terutama menyebabkan abses otak lobus temporalis

dan serebelum, sedang abses lobus parietalis biasanya terjadi secara

hematogen.

B. Meningitis

Secara ringkas, pengertian dari Meningitis adalah inflamasi pada

meningen atau membran (selaput) yang mengelilingi otak dan medula

spinalis. Penyebab meningitis meliputi:

1) Bakteri, piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus,

terutama meningokokus, pneumokokus, dan basil influenza,

2) Virus, yang disebabkan oleh agens-agens virus yang sangat bervariasi,

dan

3) Organisme jamur.

2 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 3: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 3/33

2. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah sebagai berikut :

a. Definisi Abses Otak dan Meningitis?

 b. Penyebab Abses Otak dan Meningitis Itu Sendiri?

c. Patofisiologi Abses Otak dan Meningitis?

d. Penyimpangan KDM untuk Meningitis?

e. Gejala Klinis Abses Otak dan Meningitis?

f. Pemeriksaan dan Diagnosis Abses Otak dan Meningitis?

g. Askep Abses Otak dan Meningitis?

3. Tujuan

a. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan Presentasi, diharapkan Mahasiswa/I dapat mengetahui

secara garis besar tentang Apa itu Abses Otak dan Meningitis.

 b. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan Presentasi diharapkan Mahasiswa/i dapat memahami

tentang :

1. Definisi Abses Otak dan Meningitis,

2. Penyebab Abses Otak dan Meningitis Itu Sendiri,

3. Patofisiologi Abses Otak dan Meningitis,4. Penyimpangan KDM untuk Meningitis,

5. Gejala Klinis Abses Otak dan Meningitis,

6. Pemeriksaan dan Diagnosis Abses Otak dan Meningitis,

7. Askep Abses Otak dan Meningitis.

3 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 4: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 4/33

BAB II

PEMBAHASAN

1. DEFINISI

A. Abses Otak 

Abses otak adalah kumpulan nanah yang terbungkus oleh suatu kapsul

dalam jaringan otak yang disebabkan karena infeksi bakteri atau jamur.

Abses otak biasanya akibat komplikasi dari suatu infeksi, trauma atau

tindak pembedahan. Keadaan-keadaan ini jarang terjadi, namun demikian

insidens terjadinya abses otak sangat tinggi pada penderita yang

mengalami gangguan kekebalan tubuh (seperti penderita HIV positif atau

orang yang menerima transplantasi organ).

B. Meningitis

Meningitis adalah infeksi cairan otakdan disertai proses peradangan

yang mengenai piameter, araknoid dan dapat meluas ke permukaan jarinag

otak dan medula spinalis yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau

serosa yang terdapat secara akut dan kronis.

2. ETIOLOGI

A. Abses Otak 

Penyebab terbanyak adalah bakteri anaerobik (70%). Bakteri lain yang

 jadi penyebab adalah Streptococcus sp, Staphylococcus sp, Bacteriodes

fragilis.

Pada bayi baru lahir biasanya disebabkan oleh Proteus sp, E coli, Group B

Streptococcus.

4 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 5: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 5/33

6 – 20% abses otak disebabkan oleh kombinasi berupa mikroorganisme

seperti bakteri, virus, jamur, fokus infeksi yang dapat menyebabkan abses

otak antara lain :

1. Penyebaran langsung dari fokus infeksi yang berdekatan dengan otak,

misalnya infeksi telinga tengah, sinusitis paranasalis dan mastoiditis,

2. Penyebaran dari fokus infeksi yang jauh secara hematogen,

3. Infeksi akibat trauma tembus kepala,

4. Infeksi pasca operasi kepala,

5. Sinusitis radang rongga paranasal, Sinusitis frontalis, dan sinusitis

maksilaris,

6. Lain-lain, infeksi mata dan infeksi wajah, Penyakit jantung bawaan

sianotik dengan pirau dari kanan ke kiri (misalnya pada Tetralogy of 

Fallot), terutama pada anak berusia lebih dari 2 tahun, merupakan

faktor predisposisi terjadinya abses otak .

Terjadinya abses otak melalui 4 stadium, yaitu:

1. Stadium serebritis dini (hari ke 1 – 3),

2. Stadium serebritis lambat (hari ke 4 – 9),

3. Stadium pembentukan kapsul dini (hari ke 10 – 14),

4. Stadium pembentukan kapsul lambat (setelah hari ke 14)

Berbagai mikroorganisme dapat ditemukan pada AO, yaitu bakteri,

 jamur dan parasit"). Bakteri yang tersering adalah Staphylococcus aureus,

Streptococcus anaerob, Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus

alpha hemolyticus, E. coli dan Baeteroides.

Abses oleh Staphylococcus biasanya berkembang dari perjalanan otitis

media atau fraktur kranii. Bila infeksi berasal dari sinus paranasalis

 penyebabnya adalah Streptococcus aerob dan anaerob, Staphylococcus

dan Haemophilus influenzae. Abses oleh Streptococcus dan

5 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 6: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 6/33

Pneumococcus sering merupakan komplikasi infeksi paru. Abses pada

 penderita jantung bawaan sianotik umumnya oleh Streptococcus anaerob.

Jamur penyebab AO antara lain Nocardia asteroides, Cladosporium

trichoides dan spesies Candida dan Aspergillus. Walaupun jarang,

Entamuba histolitica, suatu parasit amuba usus dapat menimbulkan AO

secara hematogen.

Kira-kira 6¬20% AO disebabkan oleh flora campuran, kurang lebih

25% AO adalah kriptogenik (tidak diketahui sebabnya). Komplikasi dari

infeksi telinga (otitis media, mastoiditis ) hampir setengah dari jumlah

 penyebab abses otak serta Komplikasi infeksi lainnya seperti ; paru-paru

(bronkiektaksis, abses paru,empiema) jantung (endokarditis), organ

 pelvis, gigi dan kulit.(long,1996;193)

B. Meningitis

Penyebab dari meningitis adalah :

1. Bakteri

Merupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberapa

 bakteri yang secara umum diketahui dapat menyebabkan meningitis

adalah :

a. Haemophillus influenza

 b. Nesseria meningitides (meningococcal)

c. Diplococcus pneumoniae (pneumococcal)

d. Streptococcus, grup A

e. Staphylococcus aureus

f. Escherichia coli

g. Klebsiella

h. Proteus

i. Pseudomonas

6 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 7: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 7/33

 j. Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan

system kekebalan tubuh seperti AIDS.

2. Virus

Disebut juga dengan meningitis aseptic, terjadi sebagai akibat

akhir/sequeledari berbagai penyakit yang disebabakan oleh virus

spereti campak, mumps, herpes simplex dan herpes zoster. Pada

meningitis virus ini tidak terbentuk exudat dan pada pemeriksaan CSF

tidak ditemukan adanya organisme. Inflamasi terjadi pada korteks

serebri, white matter dan lapisan meninges. Terjadinya kerusakan

 jaringan otak tergantung dari jenis sel yang terkena. Pada herpes

simplex, virus ini akan mengganggu metabolisme sel, sedangkan jenis

virus lain bisa menyebabkan gangguan produksi enzyme

neurotransmitter, dimana hal ini akan berlanjut terganggunya fungsi

sel dan akhirnya terjadi kerusakan neurologist.

Merupakan penyebab sering lainnya selain bakteri. Infeksi

karena virus ini biasanya bersifat “self-limitting”, dimana akan

mengalami penyembuhan sendiri dan penyembuhan bersifat sempurna.

Contohnya virus, toxoplasma gondhii dan ricketsia.

3.Jamur 

Meningitis cryptococcal merupakan meningitis karena jamur 

yang paling sering, biasanya menyerang SSP pada pasien dengan AIDS.

Gejala klinisnya bervariasi tergantungdari system kekebalan tubuh yang

akan berefek pada respon inflamasi. Gejala klinisnya bia disertai demam

atau tidak, tetapi hamper semuaklien ditemukan sakit kepala, nausea,

muntah dan penurunan status mental.

7 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 8: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 8/33

4. Protozoa

(Donna D., 1999), Faktor pencetus terjadinya meningitis bacterial

diantaranya adalah :

a. Otitis media,

 b. Pneumonia,

c. Sinusitis,

d. Sickle cell anemia,

e. Fraktur cranial, trauma otak,

f. Operasi spinal,

g. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki - laki lebih sering

dibandingkan dengan wanita,

h. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada

minggu terakhir kehamilan,

i. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi

imunoglobulin.

Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang

 berhubungan dengan sistem persarafan, Selain dari adanya invasi

 bakteri, virus, jamur maupun protozoa, point d’entry masuknya kuman

 juga bisa melalui trauma tajam, prosedur operasi, dan abses otak yang

 pecah, penyebab lainnya adalah adanya rinorrhea, otorrhea pada

fraktur bais cranii yang memungkinkan kontaknya CSF dengan

lingkungan luar.

8 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 9: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 9/33

3. PATOFISIOLOGI

A. Abses Otak 

Infeksi otak awalnya berasal dari penyebaran langsung bibit penyakit

dari sumber infeksi di daerah lain yang berdekatan dengan otak (seperti

infeksi pada telinga tengah, infeksi sinus, abses pada gigi) atau melalui

 peredaran darah yang berasal dari sumber infeksi di seluruh tubuh.

Masuknya kuman penyakit ke dalam jaringan otak dapat terjadi secara

langsung akibat trauma lesakkan (misalnya peluru yang menembuk otak)

sehingga terjadi pembentukkan abses. Abses otak juga dapat disebabkan

karena tindakan pembedahan pada otak dan trauma di daerah wajah.

Fase awal abses otak ditandai dengan edema lokal, hiperemia infiltrasi

leukosit atau melunaknya parenkim. Trombisis sepsis dan edema.

Beberapa hari atau minggu dari fase awal terjadi proses liquefaction atau

dinding kista berisi pus. Kemudian terjadi ruptur, bila terjadi ruptur maka

infeksi akan meluas keseluruh otak dan bisa timbul meningitis.

(Long,1996;193) AO dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum

dari fokus infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat

yang jauh, atau secara langsung seperti trauma kepala dan operasi

kraniotomi. Abses yang terjadi oleh penyebaran hematogen dapat pada

setiap bagian otak, tetapi paling sering pada pertemuan substansia alba

dan grisea; sedangkan yang perkontinuitatum biasanya berlokasi pada

daerah dekat permukaan otak pada lobus tertentu. AO bersifat soliter atau

multipel. Yang multipel biasanya ditemukan pada penyakit jantung

 bawaan sianotik; adanya shunt kanan ke kiri akan menyebabkan darah

sistemik selalu tidak jenuh sehingga sekunder terjadi polisitemia.

Polisitemia ini memudahkan terjadinya trombo-emboli. Umumnya lokasi

abses pada tempat yang sebelumnya telah mengalami infark akibat

9 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 10: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 10/33

trombosis; tempat ini menjadi rentan terhadap bakteremi atau radang

ringan. Karena adanya shunt kanan ke kin maka bakteremi yang biasanya

dibersihkan oleh paru-paru sekarang masuk langsung ke dalam sirkulasi

sistemik yang kemudian ke daerah infark. Biasanya terjadi pada umur 

lebih dari 2 tahun. Dua pertiga AO adalah soliter, hanya sepertiga AO

adalah multipel. Pada tahap awal AO terjadi reaksi radang yang difus

 pada jaringan otak dengan infiltrasi lekosit disertai udem, perlunakan dan

kongesti jaringan otak, kadang-kadang disertai bintik perdarahan. Setelah

 beberapa hari sampai beberapa minggu terjadi nekrosis dan pencairan

 pada pusat lesi sehingga membentuk suatu rongga abses. Astroglia,

fibroblas dan makrofag mengelilingi jaringan yang nekrotik. Mula-mula

abses tidak berbatas tegas tetapi lama kelamaan dengan fibrosis yang

 progresif terbentuk kapsul dengan dinding yang konsentris. Tebal kapsul

antara beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter.

Beberapa ahli membagi perubahan patologi AO dalam 4 stadium yaitu:

1. Stadium serebritis dini,

2. Stadium serebritis lanjut,

3. Stadium pembentukan kapsul dini,

4. Stadium pembentukan kapsul lanjut.

Abses dalam kapsul substansia alba dapat makin membesar dan

meluas ke arah ventrikel sehingga bila terjadi ruptur, dapat menimbulkan

meningitis. Infeksi jaringan fasial, selulitis orbita, sinusitis etmoidalis,

amputasi meningoensefalokel nasal dan abses apikal dental dapat

menyebabkan AO yang berlokasi pada lobus frontalis. Otitis media,

10 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 11: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 11/33

mastoiditis terutama menyebabkan AO lobus temporalis dan serebelum,

sedang abses lobus parietalis biasanya terjadi secara hematogen.

Penyebab terbanyak adalah bakteri anaerobik (70%). Bakteri lain yang

 jadi penyebab adalah Streptococcus sp, Staphylococcus sp, Bacteriodes

 fragilis. Pada bayi baru lahir biasanya disebabkan oleh Proteus sp, E coli,

Group B Streptococcus. Abses otak dapat terjadi karena:

a. Penyebaran langsung dari fokus infeksi yang berdekatan dengan otak,

misalnya infeksi telinga tengah, sinusitis paranasalis dan mastoiditis,

 b. Penyebaran dari fokus infeksi yang jauh secara hematogen,c. Infeksi akibat trauma tembus kepala,

d. Infeksi pasca operasi kepala.

Terjadinya abses otak melalui 4 stadium, yaitu:

1. Stadium serebritis dini (hari ke 1 – 3),

2. Stadium serebritis lambat (hari ke 4 – 9),

3. 

Stadium pembentukan kapsul dini (hari ke 10 – 14),4. Stadium pembentukan kapsul lambat (setelah hari ke 14).

B. Meningitis

Kuman atau organisme dapat mencapai meningen ( selaput otak ) dan

ruangan subaraknoid melalui cara sebagai berikut :

1. Implantasi langsung setelah luka terbuka di kepala,

2. Perluasan langsung dari proses infeksi di telingga tengah sinus

 paranasalis, kulit.

3. Kepala, pada muka dan peradangan di selaput otak/ skitarnya seperti

mastoiditis,

11 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 12: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 12/33

4. Sinusitis, otitis media,

5. Melalui aliran darah waktu terjadi septicemia,

6. Perluasan dari tromboplebitis kortek,

7. Perluasan dari abses ekstra dural, sudural atau otak,

8. Komplikasi bedah otak,

9. Penyebaran dari radang.

Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti

dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis

 bagian atas. Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas,

otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain,

 prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis.

Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan

saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen;semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.

Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi

radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat

menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan

serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen,

vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar 

otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran

ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan

fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada

darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan

 peningkatan TIK.

12 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 13: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 13/33

Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum

terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan

adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi

(pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya

kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh

meningokokus.

4. PENYIMPANGAN KDM

1. PATHWAY MENINGITIS

Agen penyebab

Invasi ke SSP melalui aliran darah

Bermigrasi ke lapisan subarahnoid

Respon inflamasi di piamatter, arahnoid,CSF dan ventrikuler 

Exudat menyebar di seluruh saraf cranial dan saraf spinal

Kerusakan neurologist

( Donna D., 1999)

13 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 14: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 14/33

5. GEJALA KLINIS

A. Abses Otak.

Tidak ada satupun gejala klinis khas untuk abses otak. Gambaran

klasik yang sering dijumpai berupa sakit kepala, panas, defisit neurologis

fokal, kejang dan gangguan kesadaran. Gejala awal abses otak tidak jelas

karena tidak spesifik. Pada beberapa kasus, penderita yang berobat dalam

keadaan distress, terus menerus sakit kepala dan semakin parah, kejang

atau defisit neurologik (misalnya otot pada salah satu sisi bagian tubuh

melemah).

Gejala yang timbul bervariasi dari seorang dengan yang lain, tergantung

 pada ukuran dan lokasi abses pada otak.

Gejala abses cerebri dapat dibagi menjadi:

1. Gejala infeksi umum,

2. Gejala tekanan tinggi intra cranial,

3. Gejala fokal.

Pada stadium awal gambaran klinik AO tidak khas, terdapat gejala-

gejala infeksi seperti demam, malaise, anoreksi dan gejala-gejala

 peninggian tekanan intrakranial berupa muntah, sakit kepala dan kejang.

Dengan semakin besarnya AO gejala menjadi khas berupa trias abses otak 

yang terdiri dari gejala infeksi, peninggian tekanan intrakranial dan gejala

neurologik fokal.

14 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 15: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 15/33

Abses pada lobus frontalis biasanya tenang dan bila ada gejala-

gejala neurologik seperti hemikonvulsi, hemiparesis, hemianopsia

homonim disertai kesadaran yang menurun menunjukkan prognosis yang

kurang baik karena biasanya terjadi herniasi dan perforasi ke dalam

kavum ventrikel

Abses lobus temporalis selain menyebabkan gangguan

 pendengaran dan mengecap didapatkan disfasi, defek penglihatan

kwadran alas kontralateral dan hemianopsi komplit. Gangguan motorik 

terutama wajah dan anggota gerak atas dapat terjadi bila perluasan abseske dalam lobus frontalis relatif asimptomatik, berlokasi terutama di

daerah anterior sehingga gejala fokal adalah gejala sensorimotorik.

Abses serebelum biasanya berlokasi pada satu hemisfer dan

menyebabkan gangguan koordinasi seperti ataksia, tremor, dismetri dan

nistagmus.

Abses batang otak jarang sekali terjadi, biasanya berasal hematogen dan

 berakibat fatal.

B. Meningitis

Pada meningitis purulenta ditemukan tanda dan gejala :

1. Gejala infeksi akut atau sub akut yang ditandai dengan keadaan lesu,

mudah terkena rangsang, demam, muntah penurunan nafsu makan,

nyeri kepala.

2. Gejala peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan muntah, nyeri

kepala, penurunan kesadaran ( somnolen sampai koma ), kejang, mata

 juling, paresis atau paralisis.

15 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 16: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 16/33

3. Gejala rangsang meningeal yang ditandai dengan rasa nyeri pada leher 

dan punggung, kaku kuduk, tanda brodsinky I dan II positif dan tanda

kerning positif.

Tanda kerning yaitu bila paha ditekuk 90°ke depan, tuungkai dapat

diluruskan pada sendi lutut. Tanda brudzinky I positif adalah bila

kepal di fleksi atau tunduk ke depan, maka tungkai akan bergerak 

fleksi di sudut sendi lutut.

Tanda brodzinky II positif adalah bila satu tungkai ditekuk dari sendi

lutut ruang paha, ditekankan ke perut penderita, maka tungkai lainnya bergerak fleksi dalam sendi lutut.

Pada meningitis tuberkulosas didapatkan gejala dalam stadium – stadium

yaitu :

1. Stadium prodomal ditandai dengan gejala yang tidak khas dan terjadi

 perlahan-lahan yaitu demam ringan atau kadang-kadang tidak demam,

nafsu makan menurun, nyeri kepala, muntah, apatis, berlangsung 1-3minggu, bila tuberkulosis pecah langsung ke ruang subaraknoid, maka

stadium prodomal berlangsung cepat dan langsung masuk ke stadium

terminal.

2. Stadium transisi ditandai dengan gejala kejang, rangsang meningeal

yaitu kaku kuduk, tanda brudzinky I dan II positif, mata juling,

kelumpuhan dan gangguan kesadaran.

3. Stadium terminal ditandai dengan keadaan yang berat yaitu kesadaran

menurun sampai koma, kelumpuhan, pernapasan tidak teratur, panas

tinggi dan akhirnya meninggal.

16 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 17: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 17/33

6. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS

A. Abses Otak 

1. Anamnesis: Sakit kepala merupakan keluhan dini yang paling sering

dijumpai (70 – 90%). Terkadang juga didapatkan mual, muntah dan

kaku kuduk (25%).

2. Pemeriksaan fisik: Panas tidak terlalu tinggi. Defisit neurologis fokal

menunjukkan adanya edema di sekitar abses. Kejang biasanya bersifat

fokal. Gangguan kesadaran mulai dari perubahan kepribadian, apatis

sampai koma. Apabila dijumpai papil edema menunjukkan bahwa

 proses sudah berjalan lanjut. Dapat dijumpai hemiparese dan disfagia.

3. Pemeriksaan laboratorium: 

a. Darah: jarang dapat memastikan diagnosis. Biasanya lekosit sedikit

meningkat dan laju endap darah meningkat pada 60% kasus.

 b. Cairan Serebro Spinal (CSS)

Dilakukan bila tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intra

kranial (TIK) oleh karena dikhawatirkan terjadi herniasi,

a. Pemeriksaan radiologi: 

17 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 18: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 18/33

  CT Scan : CT scan kepala dengan kontras dapat dipakai untuk 

memastikan diagnosis. Pada stadium awal (1 dan 2) hanya

didapatkan daerah hipodens dan daerah irreguler yang tidak 

menyerap kontras. Pada stadium lanjut (3 dan 4) didapatkan daerah

hipodens dikelilingi cincin yang menyerap kontras.

B. Meningitis

1) Glukosa & LDH : meningkat,

2) LED/ESRD : meningkat,

3) CT Scan/MRI : melihat lokasi lesi, ukuran ventrikel, hematom,

hemoragik,

4) Rontgent kepala : mengindikasikan infeksi intracranial,

5) Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat

mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan

tipe penyebab infeksi,

6) MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi,

melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral,

hemoragik atau tumor,

7) Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber 

infeksi intra kranial.

18 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 19: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 19/33

ASUHAN KEPERAWATAN OBSES OTAK 

Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Abses Otak.

A. PENGKAJIAN

1. Anamnesis

a. Identitas klien ;usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,

suku bangsa, tgl MRS, askes dst.

 b. Keluhan utama ; nyeri kepala disertai dengan penurunan kesadaran.

c. Riwayat penyakit sekarang ; demam, anoreksi dan malaise, peninggian

tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal .

d. Riwayat penyakit dahulu ; pernah atau tidak menderita infeksi telinga(otitis

media, mastoiditi ) atau infeksi paru-paru (bronkiektaksis,abses

 paru,empiema)jantung(endokarditis organ pelvis, gigi dan kulit.

2. Pemeriksaan fisik 

a. KU,

 b. Pola fungsi kesehatan :

1). Aktivitas/istirahat :

Gejala : malaise

Tanda : ataksia,masalah berjalan,kelumpuhan,gerakan involunter.

2). Sirkulasi

Gejala ; adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis

19 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 20: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 20/33

Tanda ; TD meningkat,nadi menurun (berhubungan peningkatan TIK dan

 pengaruh pada vasomotor).

3). Eliminasi

Tanda;adanya inkontensia dan/atau retensi.

4). Nutrisi

Gejala ; kehilangan nafsu makan,disfagia (pada periode akut )

Tanda ; anoreksia,muntah.turgor kulit jelek,membran mukosa kering.

5). Higiene

Tanda ; ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri(pada

 periode akut).

6). Neurosensori

Gejala : sakit kepala,parestesia,timbul kejang, gangguan penglihatan

Tanda : penurunan status mental dan kesadaran,kehilangan memori, sulit

dalam mengambil keputusan,afasia,mata; pupil unisokor 

(peningkatan TIK),nistagmus.kejang umum lokal.

7). Nyeri /kenyamanan

Gejala : Sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh

ketegangan;leher/punggung kaku.

Tanda : Tampak terus terjaga. Menangis/mengeluh.

8). Pernapasan

Gejala : adanya riwayat infeksi sinus atau paru

Tanda : peningkatan kerja pernapasan ( episode awal ). Perubahan mental

(letargi sampai koma) dan gelisah.

20 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 21: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 21/33

9). Keamanan

Gejala : adanya riwayat ISPA/infeksi lain meliputi ; mastoiditis, telinga

tengah, sinus, abses gigi; infeksi pelvis, abdomen atau kulit; fungsi

lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak/cedera kepala.

Tanda : suhu meningkat, diaforesis, menggigil. Kelemahan secara umum;

tonus otot flaksid atau spastic(paralisis atau parese). Gangguan

sensasi.

B. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi.

Tujuan : Nyeri teratasi atau dapat dikontrol.

Kriteria hasil : klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diatasi, dapat

mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau mengurangi

nyeri, klien tidak gelisah, skala nyeri 0-1 atau teratasi.

 Intervensi :

a. Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai

indikasi(menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas pada

cahaya dan meningkatkan relaksasi)

 b. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting.

(menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri)

 Kolaborasi:

Berikan analgetik, seperti asetaminofen, kodein.(untuk menghilangkan nyeri).

2. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan persepsi atau kognitif, penurunan

kekuatan,terapi pembatasan/kewaspadaan keamanan mis tirah baring,

imobilisasi.

Tujuan : klien dapat menunjukkan cara mobilisasi secara optimal

21 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 22: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 22/33

Kriteria hasil : klien dapat mempertahankan posisi tubuh yang optimal, klien

dapat mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi tubuh

yang sakit,mempertahankan integritas kulit, kandung kemih dan

fungsi usus.

 Intervensi :

a. Periksa kembali kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada

kerusakan yang terjadi(mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara

fungsional dan mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan ).

 b. Kaji derajat imobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan (0-

4)

 Nilai 0 : klien mampu mandiri.

 Nilai 1 : memerlukan bantuan/peralatan yang minimal.

 Nilai 2 : memerlukan bantuan sedang/dengan pengawasan/diajarkan.

 Nilai 3 : memerlukan bantuan/peralatan yang terus menerus dan alat khusus.

 Nilai 4 : tergantung secara total pada pemberi asuhan.

Seseorang dalam semua katagori sama-sama mempunyai risiko kecelakaan

namun katagori 2-4 mempunyai resiko terbesar untuk terjadinya bahaya

tersebut sehubungan dengan imobilisasi.

c. Letakkan pasien pada posisi tertentu. Ubah posisi pasien secara teratur dan

 buat sedikit perubahan posisi antar waktu.(perubahan posisi yang teratur 

menyebabkan penyebaran terhadap berat badan dan menigkatkan sirkulasi

seluruh bagian tubuh.

d. Berikan bantuan untuk melakukan ROM (mempertahankan mobilisasi dan

fungsi sendi/posisi normal ekstrimitas dan menurunkan terjadinya vena statis.

e. Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab, ganti

linen/pakaian yang basah tersebut tetap bersih dan bebas dari kerutan.

( meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit dan menurunkan terjadinya

eksekoriasi kulit )

22 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 23: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 23/33

f. Pantau haluaran urin. Catat warna dan bau urine. Bantu dengan latihan

kandung kemih bila memungkinkan.

3. Perubahan persepsi-sensori b.d defisit neurologis.

Tujuan : mengembalikan dan mempertahankan fungsi persepsi sensori.

Kriteria hasil : tingkat kesadaran normal, fungsi persepsi membaik.

 Intervensi:

a. Evaluasi/pantau secara teratur perubahan orientasi, kemampuan

 berbicara,alam perasaan, sensorik, dan proses pikir.

 b. Kaji kesadaran sensorik seperti respon sentuhan, panas/dingin,benda

tajam/tumpul dan kesadaran terhadap gerakan dan alat tubuh.

c. Bicara dengan suara yang lembut dan pelan. Gunakan kalimat yang pendek 

dan sederhana.

kolaborasi:

Rujuk pada ahli fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, dan terapi kognitif.

4. Risti terhadap penyebaran infeksi b.d diseminata hematogen dari patogen, statis

cairan.

Tujuan : Penyebaran infeks tidak terjadi

Kriteria hasil : mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tidak ada bukti

 penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.

Intervensi :

a. Berikan tindakan isolasi sebagai tindakan pencegahan. ( isolasi diperlukan

sampai organismenya diketahui/dosis antibiotik yang cocok telah diberikan

untuk menurunkan risiko penyebaran pada orang lain),

 b.  pertahankan tehnik aseptik dan tehnik mencuci tangan yang tepat baik pasien,

 pengunjung, maupun staf. Pantau dan batasi pengunjung/staf sesuai kebutuhan.

(menurunkan resiko pasien terkena infeksi sekunder). Mengotrol penyebaran

sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeksi),

23 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 24: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 24/33

c. Teliti adanya keluhan nyeri dada, berkembangnya nadi yang tidak teratur atau

demam yang terus menerus.(infeksi sekunder seperti miokarditis/perikarditis

dapat berkembang dan memerlukan intervensi lanjut)

Kolaborasi:

a. Berikan terapi antibiotik sesuai indikasi(obat yang dipilih tergantung pada tipe

infeksi dan sensitivitas individu.

 b. siapkan untuk intervensi pembedahan sesuai indikasi.(mungkin memerlukan

drainase dari adanya abses otak atau penglepasan pirau ventrikel” mencegah

ruptur/mengontrol penyebaran infeksi)

6. Resti perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral.

Tujuan : Pasien kembali pada,keadaan status neurologis sebelum sakit,

Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris.

Kriteria hasil : Tanda-tanda vital dalam batas normal, Rasa sakit kepala berkurang,

Kesadaran meningkat, adanya peningkatan kognitif dan tidak ada

atau hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat.

 Intervensi :

a. Pantau status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan

normalnya, seperti GCS(pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat

kesadaran dan potensial penigkatan tekanan intrakranial adalah sangat berguna

dalam menentukan lokasi,dan perkembangan dari kerusakan cerebral)

 b. Pantau pernapasan, catat pola dan irama pernapasan.(tipe dari pola pernapasan

merupakan tanda yang berat dari adanya peningkatan TIK/daerah serebral

yang terkena dan mungkin merupakan indikasi perlunya untuk melakukan

intubasi disertai pemasangan ventilator mekanik.

c.  pantau intake dan output. Catat karakteristik urine, turgor kulit dan keadaan

membran mukosa.(hipertermi menigkatkan kehilangan air tak kasat mata dan

menigkatkan resiko dehidrasi, terutama jika kesadaran menurun.

 Kolaborasi:

24 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 25: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 25/33

1. Tinggikan kepala tempat tidur sekitar 15-45 derajat sesuai toleransi dan

indikasi. Jaga kepala tetap pada posisi netral.(peningkatan aliran vena dari

kepala akan menurunkan TIK).

2. Berikan obat sesuai indikasi seperti ; deksametason, klorpomasin,

asetaminofen.

Deksametason : dapat menurunkan permeabilitas kapiler untuk membatasi

 pembentukan edema serebral.

Klorpomasin : obat pilihan dalam mengatasi kelainan postut tubuh atau

mengigil yang dapat meningkatkan TIK.

Asetaminofen : menurunkan metabolisme seluler/menurunkan konsumsi

oksigen dan resiko kejang.

7. Kurang pengetahuan tentang kondisi abses otak, prognosis dan perawatan abses

otak b.d kurangnya informs

Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi abses otak, prognosis dan perawatan

abses otak 

Kriteria Hasil : Klien terlihat tenang, Klien mengerti tentang kondisinya.

 Intervensi :

a. Berikan informasi dalam bentuk-bentuk dan segmen yang sederhana.

 b. (menurunnya rentang perhatian pasien dapat menurunkan kemampuan untuk 

menerima,mengingat,menyimpan informasi yang diberikan,)

c. Beri kesempatan pada klien dan keluarga untuk bertanyaa mengenai hal-hal

yang tidak diketahuinya.(Doenges,1999:308).

25 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 26: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 26/33

ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

A.  PENGKAJIAN

Pengkajian meliputi :

1. Biodata klien,

2. Riwayat kesehatan yang lalu:

a. Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?

 b. Pernahkah operasi daerah kepala ?

3. Riwayat kesehatan sekarang

a.Aktivitas

Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan

Involunter.

 b.Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda :

tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat,

taikardi, disritmia.

c.Eliminasi

Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.

d.Makanan/cairan

26 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 27: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 27/33

Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia, muntah,

turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.

e.Higiene

Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.

f. Neurosensori

Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena,

kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia,

ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda : letargi sampai

kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan

memori, afasia, anisokor, nistagmus, ptosis, kejang umum/lokal,

hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas

nukal, babinski positif, reflek abdominal menurun dan reflek 

kremastetik hilang pada laki-laki.

g. Nyeri/keamanan

Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah, menangis.

h. Pernafasan

Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja pernafasan.

B.  DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.  Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan diseminata

hematogen dari pathogen.

2.  Risiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi jaringan sehubungan

dengan edema serebral, hipovolemia.

3.  Risisko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/fokal,

kelemahan umum, vertigo.

27 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 28: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 28/33

4.  Nyeri (akut) sehubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi.

5.  Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskular,

 penurunan kekuatan.

6.  Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.

C.  INTERVENSI KEPERAWATAN

a). Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan diseminata

hematogen dari patogen.

 Intervensi mandiri:

1. Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan,

2. Pertahan kan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat.

3. Pantau suhu secara teratur,

4. Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur demam yang terus

menerus,

5. Auskultasi suara nafas ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkan

nafas dalam,

6. Catat karakteristik urine (warna, kejernihan dan bau).

 Kolaborasi:

Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol,

gentamisin.

 b). Resiko tinggi terhadap perubahan cerebral dan perfusi jaringan sehubungan

dengan edema serebral, hipovolemia.

 Intervensi mandiri :

1. Tirah baring dengan posisi kepala datar.

2. Pantau status neurologis.

3. Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang,

28 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 29: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 29/33

4. Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan, suhu, masukan

dan haluaran.

5. Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan.

 Kolaborasi.

1. Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.

2. Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ).

3. Berikan obat : steoid, clorpomasin, asetaminofen.

c). Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vokal,

kelemahan umum vertigo.

 Intervensi mandiri :

1. Pantau adanya kejang,

2. Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan

nafas buatan.

3. Tirah baring selama fase akut kolaborasi berikan obat : venitoin,

diaepam, venobarbital.

d). Nyeri (akut) sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.

 Intervensi mandiri :

1. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan

 posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak 

aktif atau pasif dan masage otot leher.

2. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tingi),

3. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif.

4. Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul.

 Kolaborasi

Berikan anal getik, asetaminofen,codein

29 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 30: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 30/33

e). Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler.

 Intervensi mandiri :

1. Kaji derajat imobilisasi pasien.

2. Bantu latihan rentang gerak.

3. Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab.

4. Periksa daerah yang mengalami nyeri tekan, berikan matras udara atau

air perhatikan kesejajaran tubuh secara fumgsional.

5. Berikan program latihan dan penggunaan alat mobiluisasi.

f). Perubahan persepsi sensori sehubungan dengan defisit neurologis

 Intervensi mandiri :

1. Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan,

sensorik dan proses pikir.

2. Kaji kesadara sensorik : sentuhan, panas, dingin.

3. Observasi respons perilaku.

4. Hilangkan suara bising yang berlebihan.

5. Validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik.

6. Beri kesempatan untuk berkomunikasi dan beraktivitas.

7. Kolaborasi ahli fisioterapi, terapi okupasi,wicara dan kognitif.

g) Ansietas sehubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.

 Intervensi mandiri :

1. Kaji status mental dan tingkat ansietasnya.

2. Berikan penjelasan tentang penyakitnya dan sebelum tindakan

 prosedur.

3. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.

4. Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan dan beri dukungan serta

 petunjuk sumber penyokong.

30 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 31: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 31/33

D.EVALUASI

Hasil yang diharapkan:

1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran

infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.

2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi

motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.

3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.

4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan

mampu tidur/istirahat dengan tepat.

5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan

kekuatan.

6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.

7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan

mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.

31 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 32: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 32/33

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

a. Abses Otak 

Abses otak adalah kumpulan nanah yang terbungkus oleh suatu

kapsul dalam jaringan otak yang disebabkan karena infeksi bakteri atau

 jamur. Abses otak biasanya akibat komplikasi dari suatu infeksi, trauma

atau tindak pembedahan. Keadaan-keadaan ini jarang terjadi, namun

demikian insidens terjadinya abses otak sangat tinggi pada penderita yang

mengalami gangguan kekebalan tubuh (seperti penderita HIV positif atau

orang yang menerima transplantasi organ).

 b. Meningitis

Meningitis adalah infeksi cairan otak dan disertai proses

 peradangan yang mengenai piameter, araknoid dan dapat meluas ke

 permukaan jaringan otak dan medula spinalis yang menimbulkan

eksudasi berupa pus atau serosa yang terdapat secara akut dan kronis.

2. Saran

Sebagai manusia biasa tentu saja makalah ini bukanlah hal yang

sempurna. Oleh karena itu kami harapkan adanya saran dan dorongan moral

32 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n

Page 33: 76923685-54182693-askep-abses

7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses

http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 33/33

yang membangun dari pembaca agar dalam penyusunan makalah selanjutnya

dapat tersusun lebih baik dari yang sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10AbsesOtak89.pdf/10AbsesOtak89.ht

ml .

2. http://www.susukolostrum.com/artikel-kesehatan/syaraf/abses-otak.html

3. http://penyimpangankdm-udin.blogspot.com/2010/05/blog-post_8344.html

4. http://medicastore.com/penyakit/337/Abses_Otak.html

5. http://jhon-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2010/01/abses-otak.html

6. Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman

untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I

Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, MonicaEster, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC

7. Harsono.(1996).Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta : Gajah Mada

University Press

8. Long, Barbara C. perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses

Keperawatan. Bandung : yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan;

1996.

9. L. Betz, Cecily, Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatric.

Jakarta : EGC.