73527176-gangguan-proses-berpikir
DESCRIPTION
gfghTRANSCRIPT
GANGGUAN PROSES BERPIKIR
Adapun proses berpikir itu meliputi proses pertimbangan (“judgement”), pemahaman
(“comprehension”), ingatan serta penalaran (reasoning). Proses berpikir yang normal
mengandung arus idea, simbol dan asosiasi yang terarah kepada tujuan dan yang
dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas dan yang menghantarkan kepada suatu
penyelesaian yang berorientasi kepada kenyataan.
Berbagai macam faktor mempengaruhi proses berpikir itu, umpamanya faktor
somatic (gangguan otak, kelelahan), faktor psikologik (gangguan emosi, psikosa) dan
faktor sosial (kegaduhan dan keadaan sosial yang lain) yang sangat mempengaruhi
perhatian atau konsentrasi si individu.
Kita dapat membedakan tiga aspek proses berpikir, yaitu: bentuk pikiran, arus pikiran
dan isi pikiran, ditambah dengan pertimbangan.
Gangguan bentuk pikiran: dalam kategori ini termasuk semua penyimpangan dari
pemikiran rasional, logik dan terarah kepada tujuan.
1. Dereisme atau pikiran dereistik titik berat pada tidak adanya sangkut paut terjadi
antara proses mental individu dan pengalamannya yang sedang berjalan. Proses
mentalya tidak sesuai dengan atau tidak mengikuti kenyataan, logika atau
pengalaman. Umpamanya seorang kepala kantor pemerintah pernah mengatakan:
“Seorang pegawai negeri dan warga negara yang baik harus kebal korupsi,
biarpun gajinya tidak cukup, biarpun keluarganya menderita; bila tidak tahan,
silahkan keluar…” atau seorang lain lagi : “ Kita harus memberantas perjudian
dan pelacuran, karena hal-hal itu merupakan “exploitation de I’homme par
I’homme” adalah “homo homini lupus” adalah “machiavellisme”, karena itu kita
harus mengikis habis segala bentuknya, tanpa kecuali….”
2. Pikiran otistik : menandakan bahwa penyebab distorsi arus asosiasi ialah dari
dalam pasien itu sendiri dalam bentuk lamunan, fantasi, waham atau halusinasi.
Cara berpikir seperti ini hanya akan memuaskan keinginannya yang tak terpenuhi
tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya; hidup dalam alam pikirannya sendiri.
Kadang-kadang istilah ini dipakai juga untuk pikiran dereistik.
3. Bentuk pikiran yang non-realistik: bentuk pikiran yang sama sekali tidak
berdasarkan kenyataan, umpamanya: menyelidiki sesuatu yang spektakuler/
revaolusioner bila ditemui; mengambil kesimpulan yang aneh serta tidak masuk
akal. (Merupakan gejala yang menonjol pada skizofermia hebefrenik di samping
tingkah-laku kekanak-kanakan). Dibedakan dari pikiran dereistik dan otistik,
tetapi kadang-kadang ketiga gangguan bentuk pikiran ini dijadikan satu dengan
salah satu istilah itu.
Gangguan arus pikiran: yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam
pemikiran, yang timbul dalam berbagai jenis:
1. Perseverasi : berulang-ulang menceritakan suatu idea, pikiran atau tema secara
berlebihan. Penulis pernah mendengar seorang pasien berkata: “Nanti besok saya
pulang, ya saya sudah kangen rumah, besok saya sudah berada di rumah sudah
makan enak di rumah sendiri, ya pak dokter, satu hari lagi saya nanti sudah bisa
tidur di rumah, besok ayah akan datang mengambil saya pulang…..”
2. Asosiasi Longgar : mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu sama
lain umpamanya “Saya mau makan. Semua orang dapat berjalan”. Bila extrim,
maka akan terjadi inkoherensi.
Asosiasi yang sangat longgar dapat dilihat dari ucapan seorang penderita seperti
berikut ini: “…. Saya yang menjalankan mobil kita harus membikin tenaga nuklir
dan harus minum es krim…”
3. Inkoherensi : gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimatpun sudah
sukar ditangkap atau diikuti maksudnya. Suatu waham yang aneh mungkin
diterangkan secara incoherent. Inkoherensi itu boleh dikatakan merupakan
asosiasi yang longgar secara extrim. Penulis pernah menerima surat yang isinya
antara lain sebagai berikut: “saya minta di janji, tidur, lahir dengan pakaian
lengkap untuk anak saya satu atau lebih menurut pengadilan Allah dengan suami
jodohnya yang menyinggung segala percobaan…”
4. Kecepatan bicara : untuk mengutarakan pikiran mungkin lambat sekali atau
sangat cepat.
5. Benturan (blocking): jalan pikiran tiba-tiba berhenti atau berhenti di tengah
sebuah kalimat. Pasien tidak dapat menerangkan kenapa ia berhenti.
6. Logorea: banyak bicara, kata-kata dikeluarkan bertubi-tubi tanpa kontrol,
mungkin coherent ataupun incoherent.
7. Pikiran melayang (“flight of ideas”): perubahan yang mendadak lagi cepat dalam
pembicaraan sehingga suatu idea yang belum selesai diceritakan sudah disusul
lagi oleh ide yang lain. Umpamanya seorang pasien pernah bercerita sebagai
berikut: “Waktu saya datang ke rumah sakit Kakak saya baru mendapat rebewes,
lalu untuk saya pakai kemeja biru, hingga pak dokter menanyakan bila sudah
makan… “
8. Asosiasi bunyi (clang association): mengucapkan perkataan yang mempunyai
persamaan bunyi, umpamanya pernah didengar: “Saya mau makan di Tarakan,
seakan-akan berantakan”.
9. Neologisme : membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umum,
misalnya: “saya radiltu, semua partimun”.
10. Irelevansi: isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya dengan
pertanyaan atau dengan hal yang sedang dibicarakan.
11. Pikiran berputar-putar (circumstantiality): menuju secara tidak langsung kepada
ide pokok dengan menambahkan banyak hal yang remeh-remeh yang
menjemukan dan yang tidak relevan.
12. Main-main dengan kata-kata: menyajak (membuat sajak) secara tidak wajar.
Umpamanya pernah penulis menerima sajak yang antara lain berbunyi:
Wahai jagoku yang tersembunyi
Meskipun kau jago
Tanpa kau hatiku sunyi
Tanpa kau hatiku mewangi.
13. Afasi : mungkin sensorik (tidak atau sukar mengerti bicara orang lain) atau
motorik (tidak dapat atau sukar berbicara), sering kedua-duanya sekaligus dan
terjadi karena kerusakan otak.
Gangguan isi pikiran: dapat terjadi baik pada isi pikiran non-verbal, maupun pada isi
pikiran yang diceriterakan, misalnya:
1. Kegembiraan yang luar biasa atau ekstasi (ecstasy) dapat timbul secara
mengambang pada orang yang normal selama fase permulaan narkosa (anestesia
umum). Boleh juga disebabkan oleh Narkotika (feeling high atau fligh sebagai
logat para narkotik) atau kadang-kadang timbul sepintas lalu pada skizofrenia.
Semua mengatakan bahwa isi pikiran mereka itu tidak dapat diceriterakan.
2. Fantasi : ialah isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang diharapkan
atau diinginkan, tetapi dikenal sebagai tidak nyata. Fantasi yang kreatif
menyiapkan si individu untuk bertindak sesudahnya; fantasi dalam lamunan
merupakan pelarian bagi keinginan yang tidak dapat dipenuhi. Pada psedologia
fantastika (pseudologia fantastica) orang itu percaya akan kebenaran fantasinya
secara intermittent dan selama jangka waktu yang cukup lama untuk bertindak
sesuai dengan itu.
3. Fobi : rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak
dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahuinya bahwa hal itu
irasional adanya. Fobi itu dapat mengakibatkan kompulsi, umpamanya fobi kotor
atau fobi kuman menimbulkan kompulsi cuci-cuci tangan. Ini perlu dibedakan
dari kecemasan yang mengambang (free-floating anxiety) atau kecemasan
terhadap keadaan umum, misalnya takut akan jatuh sakit, takut gagal dalam
usahanya. Adapun fobi itu bermacam-macam, diantaranya
1) Agorafobi : terhadap ruang yang luas
2) Ailurofobi : terhadap kucing
3) Akrofobi : terhadap tempat yang tinggi
4) Algofobi : terhadap perasaan nyeri
5) Astrafobi : terhadap badai, Guntur, kilat
6) Bakteriofobi : terhadap kuman
7) Eritrofobi : terhadap mukanya akan menjadi merah
8) Hematofobi : terhadap darah
9) Kankerofobi : terhadap penyakit kanker (cancerophobia)
10) Klaustrofobi : terhadap ruangan yang tertutup
11) Misofobi : terhadap kotoran dan kuman
12) Monofobi : terhadap keadaan sendirian
13) Niktofobi : terhadap kegelapan
14) Okholofobi : terhadap keadaan ramai dengan banyak orang
15) Panfobi : terhadap segala sesuatu
16) Patofobi : terhadap penyakit
17) Pirofobi : terhadap api
18) Sifilofobi : terhadap penyakit sifilis
19) Xenofobi : terhadap o rang asing
20) Zoofobi : terhadap binatang
4. Obsesi : isi pikiran yang kukuh (persistent) timbul, biarpun tidak dikehendakinya,
dan diketahuinya bahwa hal itu tidak wajar atau tidak mungkin, umpamanya:
bahwa anaknya sedang sakit keras atau bahwa seorang wanita menjadi hamil
karena perbuatannya. Obsesi itu dapat mengakibatkan kompulsi, umpamanya
obsesi barangnya hilang menyebabkan kompulsi membuka-buka lemari untuk
melihat kalau berangnya masih ada di dalamnya.
5. Preokupasi: pikiran terpaku hanya pada sebuah ide saja, yang biasanya
berhubungan dengan keadaan yang bernada emosional yang kuat. Ini belum
merupakan, tetapi dapat menjadi obsesi. Umpamanya preokupasi dengan ujian,
anak yang sakit, atau perjalanan yang akan dilakukan.
6. Pikiran yang tak memadai (inadequate) : pikiran yang eksentrik, tidak cocok
dengan banyak hal, terutama dalam pergaulan dan pekerjaan seseorang.
7. Pikiran bunuh diri (suicidal thoughts/ideation): mulai dari kadang-kadang
memikirkan hal bunuh diri sampai terus menerus memikir akan cara bagaimana ia
dapat membunuh dirinya.
8. Pikiran bubungan (ideas of reference): pembicaraan orang lain, benda-benda atau
sesuatu kejadian dihubungkannya dengan dirinya, umpamanya burung bersiul
dianggapnya sebagai sebuah berita baginya, atau temannya memakai kemeja yang
berwarna merah diartikannya bahwa teman itu sedang marah kepadanya. (pasien
mungkin sadar, bahwa pikirannya itu tidak masuk akal).
9. Rasa terasing (alienasi): perasaan bahwa dirinya sudah menjadi lain, berbeda,
asing, umpamanya heran siapakah dia itu sebenarnya; rasanya ia berbeda sekali
dari orang lain; heran kenapa orang lain sudah berbeda, menjadi asing, aneh. Ini
dibedakan dari pikiran isolasi sosial dan dari amnesia.
10. Pikiran isolasi sosial (social isolation): rasa terisolasi, tersekat, terkunci, terpencil
dari masyarakat; rasa ditolak, tidak disukai oleh orang lain; rasa tidak enak bila
berkumpul dengan orang lain; lebih suka menyendiri. Ini dibedakan dari “menarik
diri” yang menunjukkan tingkah laku dan dari “isolasi” sebagai mekanisme
pembelaan psikologik.
11. Pikiran rendah diri: merendahkan, menghinakan dirinya sendiri, menyalahkan
dirinya tentang suatu hal yang pernah atau tidak pernah dilakukannya
12. Merasa dirugikan oleh orang lain: mengira atau menyangka ada orang lain yang
telah merugikannya, sedang mengambil keuntungan dari dirinya atau sedang
mencelakakannya
13. Merasa dingin dalam bidang sexual: acuh-tak-acuh tentang hal sexual;
kegairahan sexual berkurang secara umum (hiposexualitas). Ini dibedakan dari
gangguan potensi sexual dan dari impotensia dan frigiditas
14. Rasa salah: sering mengatakan bahwa ia telah bersalah. Ini bukanlah waham
dosa.
15. Pesimisme: mempunyai pandangan yang suram mengenai banyak hal dalam
hidupnya.
16. Sering curiga: mengutarakan ketidakpercayaannya kepada orang lain. Ini bukan
waham curiga.
17. Waham: keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan
kenyataannya atau tidak scocok dengan intelegensi dan latar belakang
kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilan hal itu. Waham itu banyak
jenisnya, diantaraya:
1) Waham kejaran: umpamanya pasien yakin bahwa ada orang atau komplotan
yang sedang mengganggunya atau bahwa ia sedang ditipu, dimatai-matai atau
kejelekannya sedang dibicarakan orang banyak.
2) Waham somatic atau hipokhondrik: keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya
yang tidak mungkin benar, umpamanya bahwa ususnya sudah busuk, otaknya
sudah cair, ada seekor kuda di dalam perutnya.
3) Waham kebesaran: yakni bahwa ia mempunyai kekuatan, pendidikan,
kepandaian atau kekayaan yang luar biasa, umpamanya bahwa dialah Ratu
Adil, dapat membaca pikiran orang lain, mempunyai puluhan atau mobil.
4) Waham keagamaan: waham dengan tema keagamaan
5) Waham dosa: keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang
besar, yang tidak dapat diampuni atau bahwa ia bertanggung jawab atas suatu
kejadian yang tidak baik, misalnya kecelakaan keluarga, karena pikirannya
yang tidak baik.
6) Waham pengaruh: yakin bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya diawasi
atau dipengaruhi oleh orang lain atau suatu kekuasaan yang aneh.
7) Waham nihilistic: yakin bahwa dunia ini sudah hancur atau bahwa ia sendiri
dan/atau orang lain sudah mati.
8) Tingkah laku yang dipengaruhi oleh waham: karena waham, maka ia berbuat
atau bertingkah laku demikian.
(Ada juga waham kelompok, seperti pada “folie a deux”, yaitu kelompok 2 orang
berwaham yang sama; “folie a trios”, 3 orang dan sebagainya).
18. Kekuatiran yang tidak wajar tentang kesehatan fisiknya: takut kalau-kalau
kesehatan fisiknya tidak sesuai lagi dengan keadaan badannya yang sebenarnya.
Termasuk baik prihatin tentang sebuah organ, maupun tentang beberapa organ
tubuhnya (seperti pada nerosa hipokhondrik).
Gangguan pertimbangan: ada hubungannya dengan keadaan mental yang
menghindari kenyataan yang menyakitkan. Pertimbangan ialah kemampuan
mengevaluasi keadaan serta langkah yang dapat diambil, alternatif yang dapat dipilih,
atau kemampuan menarik kesimpulan yang wajar berdasarkan pengalaman.
Bila langkah atau kesimpulan yang diambil itu sesuai dengan kenyataan seperti yang
dinilai dengan ukuran orang dewasa yang matang, maka pertimbangan itu utuh, baik
atau bermoral adanya. Sebaliknya jika langkah atau kesimpulan itu tidak cocok
dengan kenyataan, maka pertimbangan itu terganggu, kurang baik atau abnormal
adanya. Dalam pemilihan alternatif mungkin juga orang itu sering keliru, bimbang
atau tidak puas dengan pilihannya.
Gangguan ini dapat timbul dalam keadaan sebagai berikut:
1. Dalam hubungan keluarga; dalam keluarga inti atau keluarga luas, umpamanya
tidak insaf bahwa tingkah-lakunya mengganggu keluarganya
2. Dalam hubungan sosial lain: umpamanya merasa dirinya dirugikan atau dialang-
alangi secara terus menerus
3. Dalam pekerjaan: misalnya harapan yang tidak realistic mengenai pekerjaannya.
4. Dalam rancangan untuk hari kemudiannnya: pasien tidak mempunyai rancangan
apapun (atau bagaimanakah pertimbangannya tentang rancangan yang ada
padanya).