73249417-protein
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Istilah protein berasal dari kata Yunani proteos, yang berarti yang utama
atau yang didahulukan. Kata ini diperkenallkan oleh seorang ahli kimia
Belanda, Gerardus Mulder (1802-1880), karena ia berpendapat bahwa protein
adalah zat yang paling penting dalam setiap organisme (Almatsier, 2009).
Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup, baik
tumbuhan maupun hewan. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein
merupakan komponen terbesar setelah air. Kira-kira dari 50% berat yang
terdiri atas unsur-unsur Karbon (50-55%), Hidrogen (+ 7%), Oksigen (+
13%), dan Nitrogen (+ 16%). Banyak pula protein yang mengandung
Belerang (S) dan Fosfor (P) dalam jumlah sedikit (1-2%). Ada beberapa
protein lainnya mengandung unsur logam seperti Tembaga dan Besi
(Sirajuddin dan Najamuddin, 2011).
Kata protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau
utama. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel
hewan atau manusia. Oleh karena itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka
protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam
pembentukan dan pertumbuhan tubuh (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh. Di
dalam sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar
setelah air. Diperkirakan sekitar 50 persen berat kering sel dalam jaringan hati
dan daging, berupa protein (Muchtadi dkk., 1998).
Di dalam tubuh, protein mempunyai peranan yang sangat penting. Fungsi
utamanya sebagai zat pembangun atau pembentuk struktur sel, misalnya
untuk pembentukan kulit, otot rambut, membran sel, jantung, hati, ginjal, dan
beberapa organ penting lainnya. Kemudian, terdapat pula protein yang
mempunyai fungsi khusus, yaitu protein yang aktif. Beberapa di antaranya
adalah enzim yang berperan sebagai biokatalisator, hemoglobin sebagai
pengangkut oksigen, hormon sebagai pengatur metabolisme tubuh, dan
antibodi untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit. Kekurangan
protein dalam jangka waktu lama dapat mengganggu berbagai proses
metabolisme di dalam tubuh serta mengurangi daya tahan tubuh terhadap
serangan penyakit (Sirajuddin dan Najamuddin, 2011).
Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan atau
tumbuhan. Protein yang berasal ddari tumbuhan disebut protein hewani,
sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa
makanan sumber protein adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang,
kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
Untuk lebih memahami protein dengan segala sifat fisikokimia dan
reaksi-reaksi yang terjadi pada identifikasi sifatnya, maka dilakukan beberapa
percobaan terhadap protein, dalam hal ini digunakan albumin telur sebagai
sampel protein.
I.2 TUJUAN PERCOBAAN
I.2.1 TUJUAN UMUM
Tujuan umum dari percobaan ini adalah :
1. Mengetahui unsur-unsur utama penyusun protein.
2. Mengetahui sifat fisikokimia dari protein.
3. Mengetahui adanya molekul-molekul peptide dari protein.
4. Mengidentifikasi adanya asam amino dalam protein.
5. Mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi pada identifikasi asam amino.
6. Mengetahui cara pemisahan suatu asam amino.
I.2.2 TUJUAN KHUSUS
1. Uji Susunan Elementer Protein
Mengidentifikasi adanya unsur-unsur penyusun protein.
2. Uji Kelarutan Protein
Mengetahui daya kelarutan protein terhadap pelarut tertentu.
3. Uji Pengendapan Protein dengan Garam
Mengetahui pengaruh larutan garam alkali dan garam divalen konsentrasi
tinggi terhadap sifat kelarutan protein.
4. Uji Pengendapan Protein dengan Logam dan Asam Organik
Mengetahui pengaruh logam berat dan asam organik terhadap sifat
kelarutan protein.
5. Uji Biuret
Membuktikan adanya molekul-molekul peptide dari protein.
6. Uji Ninhidrin
Membuktikan adanya asam amino bebas dalam protein.
7. Uji Xantoprotein
Membuktikan adanya asam amino, amino tirosin, triptofan, atau
fenilalanin yang terdapat dalam protein.
8. Uji Penentuan Titik Isoelektrik
Mengetahui titik isoelektrik (pH isoelektrik) dari protein secara kualitatif.
I.3 PRINSIP PERCOBAAN
1. Uji Susunan Elementer Protein
Semua jenis protein tersusun atas unsur-unsur karbon (C), hidrogen
(H), oksigen (O), dan nitrogen (N). Ada pula protein yang mengandung
sedikit belerang (S) dan fosfor (P). Dengan metode pembakaran atau
pengabuan, akan diperoleh unsur-unsur penyusun protein, yaitu C, H, O,
dan N.
2. Uji Kelarutan Protein
Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam
maupun basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa.
Sebagian ada yang mudah larut dan ada pula yang sukar larut. Namun,
semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter atau kloroform.
Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol absolut, maka protein
akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik
mantel air yang melingkupi molekul-molekul protein.
3. Uji Pengendapan Protein dengan Garam
Pengaruh penambahan garam terhadap kelarutan protein berbeda-
beda, tergantung pada konsentrasi dan jumlah muatan ionnya dalam
larutan. Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin
efektif garam dalam mengendapkan protein. Peristiwa pemisahan atau
pengendapan protein oleh garam berkonsentrasi tinggi disebut salting out.
4. Uji Pengendapan Protein dengan Logam dan Asam Organik
Sebagian besar protein dapat diendapkan dengan penambahan asam-
asam organik seperti asam pikrat, asam trikloroasetat, dan asam
sulfosalisilat. Penambahan asam-asam menyebabkan terbentuknya garam
proteinat yang tidak larut. Kemudian, protein dapat pula mengalami
denaturasi irreversible dengan logam-logam berat seperti Cu2+, Hg2+, atau
Pb2+ sehingga mudah mengendap.
5. Uji Biuret
Ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi
dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet). Reaksi biuret
positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk
asam amino bebas atau dipeptida. Reaksi pun positif terhadap senyawa-
senyawa yang mengandung dua gugus : -CH2NH2, -CSNH2, -C(NH)NH2,
dan –CONH2.
Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada
pemanasan dua molekul urea.
6. Uji Ninhidrin
Semua asam α-amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin
membentuk senyawa kompleks berwarna biru. Namun, prolin dan
hidroksiprolin menghasilkan senyawa berwarna kuning.
7. Uji Xantoprotein
Reaksi pada uji Xantoprotein didasarkan pada nitrasi inti benzena
yang terdapat pada molekul protein. Jika protein yang mengandung cincin
benzena (tirosin, triptofan, dan fenilalanin) ditambahkan asam nitrat pekat,
maka akan terbentuk endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning
sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa
akan terionisasi dan warnanya berubah menjadi jingga.
8. Uji Penentuan Titik Isoelektrik
Seperti pada asam-asam amino bebas, protein pun mempunyai titik
isoelektrik yang berbeda-beda. Titik isoelektrik (TI) adalah daerah pH
tertentu di mana protein tidak mempunyai selisih muatan atau jumlah
muatan positif dan negatifnya sama, sehingga tidak bergerak bila
diletakkan dalam medan listrik. Pada pH isoelektrik (pI), daya kelarutan
protein minimal, sehingga menyebabkan protein mengendap.
I.4 MANFAAT PERCOBAAN
Adapun manfaat percobaan yaitu:
1. Kita dapat mengetahui unsur-unsur utama penyusun protein.
2. Kita dapat mengetahui sifat fisikokimia dari protein.
3. Kita dapat mengatahui adanya molekul-molekul peptide dari protein.
4. Kita dapat mengidentifikasi adanya asam amino dalam protein.
5. Kita dapat mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi pada identifikasi asam
amino.
6. Kita dapat mengetahui cara pemisahan suatu asam amino.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar
tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separohnya ada di
dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam
kulit dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Semua enzim,
berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darh, matriks intraseluler dan
sebagainya adalah protein. Di samping itu, asam amino yang membentuk protein
bertindak sebagai prekursor sebagian besar koenzim, hormon, asam nukleat, dan
molekul-molekul esensial untuk kehidupan (Almatsier, 2009).
Dalam kehidupan, protein memegang peranan yang penting pula. Proses
kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu
protein yang berfugnsi sebagai biokatalis. Di samping itu, hemoglobin dalam
butir-butir darah merah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen
dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein. Demikian
pula zat-zat yang berperan untuk melawan bakteri penyakit atau yang disebut
antigen, juga suatu protein (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
Protein adalah salah satu zat gizi makro yang dibutuhkan tubuh karena
fungsinya yang khusus dalam pertumbuhan. Hal ini disebabkan fungsinya dalam
sintesis DNA dalam pembentukan sel baru. Protein selain zat pembangun, juga
memiliki peran lain sebagai sumber energi alternatif jika suplai energi asal
karbohidrat menurun dari jumlah yang dibutuhkan. Selain itu, peran protein dalam
sistem imunitas sangat penting, sehingga defisiensi protein berkorelasi dengan
menurunnya sistem kekebalan tubuh (Iswari, 2010).
Protein secara keseluruhan merupakan polipeptida, yang tersusun oleh
serangkaian asam-asam amino, dengan berat molekul yang relatif sangat besar,
yaitu berkisar antara 8.000 sampai 10.000. Meskipun protein merupakan
polipeptida, namun banyak yang mengandung selain asam amino, seperti heme,
derivat vitamin, lipid, serta karbohidrat. Protein yang demikian tadi lazim disebut
sebagai protein kompleks, sedang protein yang hanya tersusun dari asam amino
disebut protein sederhana (Muchtadi dkk., 1998).
Protein adalah senyawa yang dihasilkan dari polimerisasi asam amino melalui
ikatan peptida. Fungsi utama protein bagi tubuh adalah untuk membentuk jaringan
baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada dengan mengganti jaringan
yang rusak. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-
unsur C, H, O, dan N yang diserap oleh tubuh. Protein mengatur kesetimbangan
cairan dalam jaringan dan pembuluh darah, serta menjaga kesetimbangan asam-
basa dalam tubuh (Riawan, 2008).
Secara kimiawi, protein merupakan senyawa polimer yang tersusun atas
satuan asam-asam amino sebagai monomer-nya. Asam-asam amino terikat satu
sama lain melalui ikatan peptida, yaitu ikatan antara gugus karboksil (-COOH)
asam amino yang satu dengan gugus amino (-NH2) dari asam amino yang lain
dengan melepaskan satu molekul air. Peptida yang terbentuk atas dua asam amino
disebut dipeptida. Sebaliknya, peptida yang terdiri atas tiga, empat atau lebih
asam amino masing-masing disebut tripeptida, tetrapeptida, dan seterusnya
(Sirajuddin dan Najamuddin, 2011).
Protein mempunyai molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara
5.000 sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein
akan menghasilkan asam-asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat
dalam molekul protein. Asam-asam amino ini terikat satu dengan lain oleh ikatan
peptida. Protein mudah dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH, dan pelarut organik
(Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
Molekul protein lebih kompleks daripada karbohidrat dan lemak dalam hal
berat molekul dan keanekaragaman unit-unit asam amino yang membentuknya.
Berat molekul protein bisa mencapai empat puluh juta; bandingkan dengan berat
molekul glukosa yang besarnya 180. Jenis protein sangat banyak, mungkin sampai
1010-1012. Ini dapat dibayangkan bila diketahui bahwa protein terdiri atas sekian
kombinasi berbagai jenis dan jumlah asam amino. Ada dua puluh jenis asam
amino yang diketahui sampai sekarang yang terdiri atas sembilan asam amino
esensial (asam amino yang tidak dapat dibuat tubuh dan harus didatangkan dari
makanan) dan sebelas asam amino nonesensial (Almatsier, 2009).
Asam amino yang merupakan monomer (satuan pembentuk) protein amino
adalah suatu senyawa yang mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus amino dan
gugus karboksil. Pada asam amino, gugus amino terikat pada atom karbon yang
berdekatan dengan gugus karboksil (C – α) atau dapat dikatakan juga bahwa
gugus amina dan gugus karboksil dalam asam amino terikat pada atom karbon
yang sama. Rumus umum asam amino ditunjukkan pada gambar berikut (Tim
Dosen Kimia, 2009).
R
α
H2N C COOH
H
Asam amino adalah senyawa organik yang mengandung gugus karboksilat (-
COOH) yang bersifat asam dan gugus amina (-NH2) yang bersifat basa. Asam
amino akan berikatan satu dengan yang lainnya membentuk polipeptida. Sifat-
sifat asam amino adalah (Santoso, 2008):
1. Bersifat amfoter karena adanya gugus karboksilat (asam) dan gugus amina
(basa).
2. Bersifat zwitter ion karena mempunyai muatan positif dan negatif.
3. Bersifat optis aktif, kecuali glisin (tidak memiliki C asimetris).
Pada umumnya, asam amino yang diisolasi dari protein hidroksilat
merupakan alfa-asam amino, yaitu gugus karboksil dan amino terikat pada atom
karbon yang sama. Yang membedakan asam amino satu sama lain adalah rantai
cabang atau gugus R-nya. R berkisar dari satu atom hidrogen (H) sebagaimana
terdapat pada asam amino paling sederhana glisin ke rantai karbon lebih panjang,
yaitu hingga tujuh atom karbon (Almatsier, 2009).
Sampai dewasa ini, belum ada kesepakatan antara para ahli mengenai
klasifikasi protein. Oleh karena itu, masih terdapat beberapa sistem klasifikasi
protein yang berbeda. Adapun klasifikasi protein yang banyak digunakan adalah
berdasarkan kelarutan, bentuk, fungsi, sifat-sifat fisik, serta struktur tiga
dimensinya. Berikut penjelasannya (Muchtadi dkk., 1998):
1. Berdasarkan kelarutannya, protein dibedakan menjadi protein yang larut
dalam air dan larutan garam, yaitu albumin, dan protein yang sedikit larut di
dalam air, yaitu globulin. Meskipun demikian, pengelompokan antara
albumin dan globulin berdasarkan kelarutannya dalam air atau larutan garam
tidak dapat dilakukan dengan tegas. Oleh karena itu, globulin masih dibagi
lagi menjadi pseudoglobulin yang dapat larut dalam air dengan mudah, dan
euglobulin yang tidak dapat larut dalam air yang bebas garam.
2. Berdasarkan fungsi biologisnya, protein dapat diklasifikasikan menjadi
protein struktural, protein katalitik, dan protein transpor. Jenis protein yang
paling banyak berdasarkan fungsinya adalah protein katalik (enzim), yang
dapat diklasifikasikan lagi menurut jenis reaksi yang dikatalisnya.
3. Pada umumnya, klasifikasi berdasarkan sifat fisik digunakan dalam
lipoprotein plasma, yaitu berdasarkan sifatnya dalam medan listrik dan
adanya pengaruh gravitasi, sebagai alfa-1, alfa-2, beta, atau gamma
lipoprotein. Di samping itu, lipoprotein sering diklasifikasikan berdasarkan
densitasnya, yaitu sebagai kilomikron (densitas=0,94 g/ml).
4. Berdasarkan strukturnya, protein dapat digolongkan menjadi beberapa
bentuk, yaitu struktur primer, sekunder, dan kuartener. Struktur primer
digambarkan sebagai struktur asam amino di dalam protein. Struktur
sekunder merupakan suatu bentuk tiga dimensi dengan cabang-cabang rantai
polipeptida yang tersusun saling berdekatan. Struktur tersier terdiri dari
susunan beberapa struktur sekunder, biasanya benturk struktur sekunder
tersebut dihubungkan oleh ikatan hidrogen, ikatan garam, interaksi
hidrofobik, serta ikatan disulfida. Struktur kuartener melibatkan beberapa
rantai polipeptida dalam bentuk suatu protein.
Pada umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik dan
zat kimia, sehingga mudah mengalami perubahan bentuk. Perubahan atau
modifikasi pada struktur molekul protein disebut denaturasi. Hal-hal yang dapat
menyebabkan terjadinya denaturasi adalah: panas, pH, tekanan, aliran listrik, dan
adanya bahan kimia seperti urea, alkohol, atau sabun. Proses denaturasi kadang
berlangsung secara reversible, tetapi ada pula yang irreversible, tergantung pada
penyebabnya. Protein yang mengalami denaturasi akan menurunkan aktivitas
biologis dan berkurang kelarutannya, sehingga mudah mengendap (Tim Dosen
Biokima, 2011).
Pada umumnya, asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut
organik nonpolar seperti eter, aseton, dan kloroform. Sifat asam amino ini berbeda
dengan asam karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik
maupun aromatic yang terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang larut
dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Demikian pula amina pada umumnya
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik (Poedjiadi dan Supriyanti,
2009).
Setiap jenis protein dalam larutan mempunyai pH tertentu yang disebut titik
isoelektrik (TI). Pada pH isoelektrik (pI), molekul protein mempunyai muatan
positif dan negatif yang sama, sehingga saling menetralkan atau bermuatan nol.
Akibatnya, protein tidak bergerak di bawah pengaruh medan listrik. Pada titik
isoelektrik, protein akan mengalami pengendapan (koagulasi) paling cepat dan
prinsip dapat digunakan untuk pemisahan atau pemurnian suatu protein
(Sirajuddin dan Najamuddin, 2011).
Protein akan mengalami koagulasi apabila dipanaskan pada suhu 50oC atau
lebih. Koagulasi ini hanya terjadi apabila larutan protein berada pada titik
isolistriknya. Protein yang terdenaturasi pada titik isolistriknya masih dapat larut
pada pH di luar titik isolistrik tersebut. Air ternyata diperlukan untuk proses
denaturasi oleh panas. Putih telur yang kering dapat dipanaskan hingga 100oC dan
tetap dapat larut dalam air (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah
maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sumber
protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta
kacang-kacangan lain. Kacang kedelai merupakan sumber protein nabati yang
mempunyai mutu atau nilai biologi tertinggi. Seperti yang telah dijelaskan semula
protein kacang-kacangan terbatas dalam asam amino metionin (Almatsier, 2009).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 ALAT DAN BAHAN
1. Uji Susunan Elementer Protein
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini ialah tabung reaksi,
alat pemanas, cawan porselin, gelas obyek, dan sikat tabung.
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini ialah albumin
telur, gelatin, larutan NaOH 10%, larutan Pb-asetat 5%, larutan HCl
pekat, kertas lakmus, kertas label, sabun cair, spons, dan tissue roll.
2. Uji Kelarutan Protein
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini ialah tabung reaksi,
pipet ukur, dan sikat tabung.
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini ialah albumin
telur, gelatin, air suling (aquades), larutan HCl 10%, larutan NaOH 40%,
alkohol 96%, kloroform, kertas label, sabun cair, spons, dan tissue roll.
3. Uji Pengendapan Protein dengan Garam
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini ialah tabung reaksi,
pipet ukur, pipet tetes, dan sikat tabung.
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini ialah albumin
telur, larutan NaCl 5%, larutan BaCl2 5%, larutan CaCl2 5%, larutan
MgSO4 5%, kertas label, sabun cair, spons, dan tissue roll.
4. Uji Pengendapan Protein dengan Logam dan Asam Organik
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini ialah tabung reaksi,
pipet ukur atau pipet tetes, dan sikat tabung.
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini ialah albumin
telur, asam trikloroasetat (TCA) 10%, asam sulfosalisilat 5%, larutan
HgCl2 5%, larutan CuSO4 5%, larutan Pb-asetat 5%, kertas label, sabun
cair, spons, dan tissue roll.
5. Uji Biuret
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini ialah tabung reaksi,
pipet ukur, pipet tetes, dan sikat tabung.
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini ialah larutan
albumin 2%, larutan gelatin 2%, larutan kasein 2%, larutan glisin 2%,
larutan NaOH 10%, larutan CuSO4 0,2%, kertas label, sabun cair, spons,
dan tissue roll.
6. Uji Ninhidrin
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini ialah tabung reaksi,
alat pemanas atau penangas air, pengatur waktu, pipet ukur atau pipet
tetes, dan sikat tabung.
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini ialah larutan
albumin 2%, larutan gelatin 2%, larutan kasein 2%, larutan pepton 2%,
pereaksi ninhidrin 0,1%, kertas label, sabun cair, spons, dan tissue roll.
7. Uji Xantoprotein
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini ialah tabung reaksi,
alat pemanas atau penangas air, pengatur waktu, pipet ukur, pipet tetes,
dan sikat tabung.
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini ialah larutan
albumin 2%, larutan gelatin 2%, larutan kasein 2%, larutan tirosin 2%,
larutan HNO3 pekat, larutan NaOH 10%, kertas label, sabun cair, spons,
dan tissue roll.
8. Uji Penentuan Titik Isoelektrik
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini ialah tabung reaksi,
alat pemanas atau penangas air, pengatur waktu, pipet ukur, dan sikat
tabung.
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini ialah larutan
kasein netral, buffer asetat pH = 3,8; 4,7; 5,0; 5,3; dan 5,9; kertas label,
sabun cair, spons, dan tissue roll.
III.2 PROSEDUR KERJA
1. Uji Susunan Elementer Protein
A. Uji Adanya Unsur C, H, dan O
1) Dimasukkan 1 ml albumin telur ke dalam cawan porselin.
2) Ditaruh kaca obyek di atasnya, kemudian dipanaskan.
3) Diperhatikan adanya pengembunan pada gelas obyek, yang
menunjukkan adanya hidrogen (H) dan oksigen (O).
4) Diambil gelas obyek, lalu diamati bau yang terjadi. Bila tercium
bau rambut terbakar, berarti protein mengandung unsure
nitrogen (N).
5) Bila terjadi pengarangan, berarti ada atom karbon (C).
6) Diulangi percobaan menggunakan serbuk gelatin.
B. Uji Adanya Atom N
1) Dimasukkan 1 ml larutan albumin telur ke dalam tabung reaksi.
2) Ditambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian dipanaskan.
3) Diperhatikan bau ammonia yang terjadi dan diuji uapnya dengan
kertas lakmus merah yang telah dibasahi aquades.
4) Terbentuknya bau ammonia menunjukkan adanya atom N.
5) Diulangi percobaan menggunakan serbuk gelatin.
C. Uji Adanya Atom S
1) Dimasukkan 1 ml albumin telur ke dalam tabung reaksi.
2) Ditambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian dipanaskan.
3) Ditambahkan 4 tetes larutan Pb-asetat.
4) Bila larutan menghitam, berarti PbS terbentuk, kemudian
ditambahkan 4 tetes HCl pekat dengan hati-hati.
5) Diperhatikan bau khas belerang dari belerang yang teroksidasi.
6) Diulangi percobaan menggunakan serbuk gelatin.
2. Uji Kelarutan Protein
1) Disediakan 5 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan: air suling,
HCl 10%, NaOH 40%, alkohol 96%, dan kloroform sebanyak 1 ml.
2) Ditambahkan 2 ml larutan albumin telur pada setiap tabung.
3) Dikocok dengan kuat, kemudian diamati sifat kelarutannya.
4) Diulangi percobaan dengan menggunakan gelatin.
3. Uji Pengendapan Protein dengan Garam
1) Disediakan 5 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 2 ml
albumin telur.
2) Pada tabung 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut ditambahkan larutan
NaCl 5%, BaCl2 5%, CaCl2 5%, MgSO4 5%, dan (NH4)2SO4 jenuh
setetes demi setetes sampai timbul endapan.
3) Selanjutnya, ditambahkan kembali larutan-larutan garam secara
berlebihan.
4) Tabung dikocok, kemudian diamati perubahan yang terjadi.
4. Uji Pengendapan Protein dengan Logam dan Asam Organik
1) Disediakan 5 tabung reaksi yang bersih, masing-masing diisi dengan
2 ml larutan albumin telur.
2) Pada tabung 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut ditambahkan 10 tetes
larutan asam trikloroasetat 10%, asam sulfosalisilat 5%, CuSO4 5%,
HgCl2 5%, dan Pb-asetat 5%.
3) Setiap tabung dikocok dan diamati perubahan yang terjadi.
5. Uji Biuret
1) Disediakan 4 tabung reaksi yang bersih, lalu masing-masing diisi
dengan: larutan albumin, kasein, gelatin, dan glisin sebanyak 2 ml.
2) Ditambahkan 1 ml NaOH 10% dan 3 tetes CuSO4 0,2 % pada setiap
tabung.
3) Dicampur dengan baik.
4) Diamati perubahan warna yang terjadi.
6. Uji Ninhidrin
1) Disediakan 4 tabung reaksi yang bersih, lalu masing-masing diisi
dengan larutan albumin, kasein, gelatin, dan pepton sebanyak 2 ml.
2) Ditambahkan 5 tetes pereaksi ninhidrin pada setiap tabung.
3) Kemudian, dipanaskan di atas penangas air hingga mendidih selama
5 menit. Diamati perubahan warna yang terjadi.
7. Uji Xantoprotein
1) Disediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan masing-masing diisi
dengan larutan albumin, gelatin, kasein, dan tirosin sebanyak 2 ml.
2) Pada setiap tabung, ditambahkan 1 ml HNO3 pekat. Diperhatikan
adanya endapan putih yang terbentuk.
3) Kemudian, dipanaskan selama 1 menit dan diamati terbentuknya
warna kuning.
4) Selanjutnya, didinginkan di bawah air kran, lalu ditambahkan NaOH
10% setetes demi setetes melalui dinding tabung hingga terbentuk
lapisan.
5) Diperhatikan perubahan warna yang terjadi. Reaksi positif bila pada
dinding perbatasan antara protein dan NaOH terbentuk warna jingga.
8. Uji Penentuan Titik Isoelektrik
1) Disiapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-
masing diisi dengan 1 ml larutan kasein netral.
2) Pada setiap tabung, ditambahkan 1 ml larutan buffer asetat masing-
masing dari pH: 3,8; 4,7; 5,0; 5,3; dan 5,9.
3) Campuran dikocok dengan baik, lalu dicatat derajat kekeruhannya
setelah 0, 10, dan 30 menit.
4) Diperhatikan hasilnya, yaitu pada tabung berapa terbentuk endapan
maksimal.
5) Selanjutnya, dipanaskan semua tabung di atas penangas air.
6) Diamati hasilnya. Pembentukan endapan kekeruhan paling cepat
atau paling banyak merupakan titik isoelektrik (TI) kasein.
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 TABEL
1. Uji Susunan Elementer Protein
A. Uji Adanya Unsur C, H, dan O
Zat UjiHasil Pengamatan (+/-)
Hasil Uji Biuret (C)
Bau RambutTerbakar (N)
Pengembunan(H dan O)
Albumin + + +Gelatin + + +
B. Uji Adanya Atom N
No. PerlakuanHasil Pengamatan (+/-)
Bau Amoniak(N)
Kertas Lakmus Merah (N)
1 Albumin + 1 ml NaOH 10% + dipanaskan
+ +
2 Gelatin + 1 ml NaOH 10% + dipanaskan
+ +
C. Uji Adanya Atom S
No.
PerlakuanHasil Pengamatan (+/-)
PbS Belerang (S)1 Albumin + 1 ml NaOH 10% +
dipanaskan + 4 tetes PbAc 10% + 4 tetes HCl pekat
+ +
2 Gelatin + 1 ml NaOH 10% + dipanaskan + 4 tetes PbAc 10% + 4 tetes HCl pekat
- -
2. Uji Kelarutan Protein
No. BahanAir
SulingHCl 10%
NaOH 40%
Alkohol 96%
Kloroform
1 Albumin telur
Larut Larut, ada busa
Larut Larut Tidak larut
2 Gelatin Larut Larut Larut Larut Tidak larut
3. Uji Pengendapan Protein dengan Garam
BahanTabung 1Albumin + NaCl
Tabung 2Albumin + BaCl2
Tabung 3Albumin + CaCl2
Tabung 4Albumin + MgSO4
Tabung 5Albumin + (NH4)2SO4
Hasil Tidak ada endapan
Sedikit endapan
Sedikit endapan
Sedikit endapan
Banyak endapan
4. Uji Pengendapan Protein dengan Logam dan Asam Organik
BahanTabung
1Tabung
2Tabung
3
Tabung4
Tabung5
Albumin telur 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 mlTCA 10% 10 tetes - - - -Asam Sulfosalisilat 5%
- 10 tetes - - -
CuSO4 5% - - 10 tetes - -HgCl 5% - - - 10 tetes -Pb-asetat 5% - - - 10 tetesKocoklah tabung,Hasil:Endapan banyak/ sedikit
+++(banyak sekali)
++(banyak
)
++(banyak)
+++(banyak sekali)
+(sedikit)
5. Uji Biuret
Zat Uji Hasil Uji BiuretPolipeptida
(+/-)Albumin 2% Berwarna ungu +Gelatin 2% Berwarna ungu +Kasein 2% Berwarna birukebeningan -Glisin 2% Bening -
6. Uji Ninhidrin
No. Zat Uji Hasil Uji NinhidrinAsam Amino Bebas
(+/-)1 Albumin 2% Biru kehitaman +2 Gelatin 2% Bening -3 Kasein 0,5% Bening -4 Pepton 0,5% Ungu kebiruan +
7. Uji Xantoprotein
No. Zat Uji Hasil Uji XantoproteinTirosin/Triptofan/ Fenilalanin (+/-)
1 Albumin 2% Jingga endapan +2 Gelatin 2% Kuning 2 lapisan -3 Kasein 2% Kuning muda endapan -4 Tirosin 2% Tidak diujikan -
8. Uji Penentuan Titik Isoelektrik
No. Tabung pH Pengamatan endapan, sedikit atau banyak1 3,8 Banyak2 4,7 Tidak ada3 5,0 Sedikit4 5,3 Lebih Sedikit5 5,9 Tidak ada
IV.2 REAKSI
1. Uji Ninhidrin
1) Alanin
CH3C CH COOH + 2
C
C
C
O
O
OH
OH
Ninhydrin
2) Albumin
R H2N CH
O
P
NH CH COOH + 2
C
C
C
OH
OH
O
O
O
O
C
C
C
N C
C
C+ 3H2O
3) Glisin
HOOC CH COOH + 2
O
O
OH
OH
C
C
C
4) Asam Aspartat
HOOC CH2 CH COOH + 2
Ninhydrin
OH
OH
O
O
C
C
C
2. Uji Millon
1) Glisin
H CH COOH
NH2
+ Hg (NO3)2
2) Asam Aspartat
HOOC CH2 CH
NH2
COOH + Hg(NO3)2
3) Alanin
H3C CH
NH2
COOH + Hg(NO3)2
4) Cystein
Fe3+ (CN)5 NO2- Na + NH4OH + HS CH2CH COOH
NH2
NH4+ Fe(CN)5 NO2 S CH2 CH COOH + NaOH
NH2
Merah muda (pink)
+ CH3COONaS
CH2
S
CH
CH2
CH NH2NH2
COOH COOH
+ Pb (CH3COO)2
COOH
CH
CH2
S
NH2
S
CH2
CH NH3
COOH
5) Cystin
IV.3 PEMBAHASAN
1. Uji Susunan Elementer Protein
Pada percobaan ini, kita ingin mengidentifikasi elemen-elemen atau
unsur-unsur yang menyusun protein. Adapun hasil yang diperoleh dari
percobaan ini adalah pada uji adanya unsur C, H, dan O, baik dengan zat
uji albumin telur maupun gelatin, sama-sama menunjukkan hasil yang
positif. Di mana, terjadi pengembunan pada gelas obyek yang
menandakan adanya unsur Hidrogen dan Oksigen, tercium bau rambut
terbakar pada gelas obyek yang menandakan adanya unsur Nitrogen, dan
terjadi pengarangan yang menandakan adanya unsur Karbon (C).
Demikian halnya pada uji adanya atom N, hasil yang diperoleh ialah
positif. Di mana, kedua zat uji (albumin dan gelatin) sama-sama
menghasilkan aroma ammonia setelah pemanasan dan menunjukkan
bahwa ia bersifat asam setelah diuji dengan kertas lakmus yang telah
dibasahi aquades. Sementara itu, hasil yang diperoleh dari pengujian
adanya atom S tidak menunjukkan hasil yang positif pada kedua zat uji;
hanya albumin yang menunjukkan hasil positif. Di mana, hasil
pengamatan yaitu saat ditambahkan NaOH memang belum mengalami
perubahan, tetapi setelah dipanaskan dan ditambahkan PbAc, warnanya
berubah menjadi hitam, dan setelah ditambahkan HCl pekat, ia berasap
dan berbau belerang. Ini menunjukkan bahwa terdapat atom Belerang (S)
pada zat uji albumin tersebut. Sedangkan pada zat uji gelatin, setelah
ditambahkan NaOH, terbentuk endapan. Setelah dipanaskan, mengalami
perubahan warna menjadi cokelat dan mengental. Dan setelah
ditambahkan HCl pekat, tidak terjadi lagi perubahan. Ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat atom Belerang (S) pada serbuk gelatin tersebut.
Adapun bau ammonia pada pengujian adanya atom N dikarenakan
protein yang mengandung unsur-unsur Nitrogen mengalami proses
oksidasi, di mana apabila Nitrogen teroksidasi, akan berubah menjadi
NH3 (amoniak), sehingga terciumlah bau ammonia. Pada pengujian
adanya atom S, albumin setelah ditambahkan PbAc menjadi hitam karena
unsur S pada albumin tersebut bereaksi dengan PbAc sehingga
dikatakanlah bahwa albumin tersebut mengandung unsur Belerang (S).
2. Uji Kelarutan Protein
Pada percobaan ini, kita ingin mengetahui daya kelarutan protein
terhadap pelarut tertentu. Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini
ialah baik albumin maupun gelatin, tidak larut dalam kloroform tetapi
larut dalam pelarut lainnya (air suling, HCl, NaOH, dan alkohol).
Menurut teori yang ada, pada umumnya, asam amino larut dalam air
dan tidak larut dalam pelarut organik nonpolar seperti eter, aseton, dan
kloroform. Sifat fisika ini menunjukkan bahwa asam amino cenderung
mempunyai struktur yang bermuatan dan mempunyai polaritas tinggi,
serta bukan sekedar senyawa yang mempunyai gugus –COOH dan gugus
–NH2. Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat akan
melepaskan ion H+, sedangkan gugus amina akan menerima ion H+. Oleh
adanya kedua gugus tersebut, asam amino dalam larutan dapat
membentuk ion yang bermuatan positif dan juga bermuatan negatif
(zwitter ion) atau ion amfoter. Keadaan ion ini sangat tergantung pada pH
larutan. Apabila larutan asam amino dalam air ditambah dengan basa,
pada asam amino akan terdapat dalam bentuk (I) karena konsentrasi ion
OH- yang tinggi mampu mengikat ion-ion H+ yang terdapat pada gugus –
NH3. Sebaliknya apabila ditambahkan asam ke dalam larutan asam
amino, konsentrasi ion H+ yang tinggi mampu berikatan dengan ion
–COO-, sehingga terbentuk gugus –COOH. Dengan demikian asam
amino terdapat dalam bentuk (II).
H2N – CH – COO- +H3N – CH – COOH
R R
Dalam basa Dalam asam
Bentuk (I) Bentuk (II)
3. Uji Pengendapan Protein dengan Garam
Pada percobaan ini, kita ingin mengetahui pengaruh larutan garam
alkali dan garam divalent konsentrasi tinggi terhadap sifat kelarutan
protein. Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah albumin
telur yang ditambahkan NaCl tidak membentuk endapan, yang
ditambahkan BaCl2 membentuk sedikit endapan, yang ditambahkan
CaCl2 membentuk sangat sedikit endapan, yang ditambahkan MgSO4
membentuk sedikit endapan, dan yang ditambahkan (NH4)2SO4 jenuh
membentuk banyak endapan.
Menurut teori yang ada, protein akan mengendap bila terdapat
garam-garam anorganik dengan konsentrasi yang tinggi dalam larutan
protein. Garam-garam anorganik mengendapkan protein karena
kemampuan ion garam terhidrasi sehingga berkompetisi dengan protein
untuk mengikat air. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dilihat perbedaan
banyaknya endapan yang terbentuk pada setiap penambahan garam yang
berbeda-beda. Adapun yang menyebabkan perbedaan tersebut ialah
karena tergantung pada konsentrasi atau jumlah muatan ionnya. Semakin
tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin efektif garam
tersebut dalam mengendapkan protein.
4. Uji Pengendapan Protein dengan Logam dan Asam Organik
Pada percobaan ini, kita ingin mengetahui pengaruh logam berat dan
asam organik terhadap sifat kelarutan protein. Adapun hasil yang
diperoleh dari percobaan ini ialah pada penambahan TCA 10% terhadap
albumin telur dan penambahan HgCl2 5% terhadap albumin telur, sangat
banyak endapan yang terbentuk. Pada penambahan Asam Sulfosalisilat
5% terhadap albumin telur dan penambahan CuSO4 terhadap albumin
telur, diperoleh hasil endapan yang banyak. Sedangkan, pada
penambahan Pb-asetat 5%, endapan yang terbentuk sedikit. Dari bahan
pereaksi yang digunakan, dilihat perbedaan kadar bahan yakni hanya
pada TCA yang kadarnya 10%, sedangkan pada bahan lain kadarnya 5%.
Alasan digunakan TCA 10% ialah karena keasaman TCA lebih rendah
dibandingkan keasaman bahan pereaksi lainnya. Untuk mengimbangi
dengan yang kadarnya 5%, digunakanlah TCA dengan kadar 10%. Jika
yang digunakan tetap 5%, kemungkinan tidak terbentuk endapan.
Berdasarkan teori yang ada, beberapa jenis protein sangat peka
terhadap perubahan lingkungannya. Protein dengan mudahnya dapat
mengalami perubahan konformasi molekul atau lebih dikenal dengan
istilah denaturasi. Hal-hal yang dapat mengakibatkan terjadinya
denaturasi ialah perubahan suhu, pH, atau karena terjadinya suatu reaksi
dengan senyawa lain, misalnya dengan ion-ion logam. Ion-ion logam
berat yang masuk ke dalam tubuh akan bereaksi dengan sebagian protein
sehingga menyebabkan terjadinya koagulasi atau penggumpalan. Dengan
demikian, protein tersebut mengalami perubahan konformasi serta
posisinya, sehingga aktivitasnya berkurang. Inilah yang menyebabkan
protein mengalami denaturasi, dalam hal ini denaturasi irreversible
karena dipengaruhi oleh logam-logam berat. Sama halnya jika protein
ditambahkan dengan asam organik, akan terbentuk garam proteinat yang
tidak larut, sehingga terbentuklah endapan. Hal ini menunjukkan bahwa
endapan tersebut masih bersifat sebagai protein, hanya saja telah terjadi
perubahan struktur tersier ataupun kwartener, sehingga protein tersebut
mengendap. Perubahan struktur tersier albumin ini tidak dapat diubah
kembali ke bentuk semula, ini bisa dilihat dari tidak larutnya endapan
albumin itu dalam air.
5. Uji Biuret
Pada percobaan ini, kita ingin membuktikan adanya molekul-
molekul peptida dari protein. Adapun hasil yang diperoleh dari
percobaan ini ialah hanya zat uji glisin yang tidak mengalami perubahan
warna (tetap bening) setelah penambahan pereaksi Biuret. Diperkirakan
glisin merupakan dipeptida, bukan polipeptida. Sedangkan ketiga zat uji
lainnya (albumin, gelatin, dan kasein) mengalami perubahan warna yakni
menjadi warna ungu.
Adapun yang menyebabkan glisin bereaksi negatif terhadap pereaksi
Biuret karena glisin tidak memiliki ikatan peptida. Berdasarkan teori
yang ada, reaksi biuret merupakan reaksi warna untuk peptida dan
protein. Peptida dibentuk oleh dua molekul asam amino disebut dipetida.
Polipeptida ialah peptida yang milekulnya terdiri dari banyak molekul
asam amino. Protein adalah suatu polipeptida yang terdiri atas lebih dari
seratus asam amino. Glisin adalah salah satu asam amino esensial dengan
rumus bangun NH2—CH2CO2H. Sedangkan pada albumin, gelatin dan
kasein rumus bangunnya lebih kompleks dan mengikat dua atau lebih
asam amino esensial, sehingga terbentuk ikatan peptida.
6. Uji Ninhidrin
Pada percobaan ini, kita ingin membuktikan adanya asam amino
bebas dalam protein. Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini
ialah pada gelatin dan kasein, reaksi berlangsung negatif yaitu tidak
terjadi perubahan warna (tetap bening). Ini menunjukkan bahwa pada
kedua zat uji tersebut tidak mengandung asam amino bebas. Sedangkan
pada kedua zat uji lainnya, yakni albumin dan pepton mengalami reaksi
positif terhadap pereaksi Ninhidrin, yakni terjadi perubahan warna (biru
kehitaman pada albumin dan ungu kebiruan pada pepton).
Adapun fungsi dari pereaksi Ninhidrin pada uji ini ialah sebagai
oksidator yang mereduksi asam amono sehingga menghasilkan senyawa
kompleks berwarna biru. Sebelum menghasilkan senyawa berwarna biru,
dihasilkan dulu hasil antara yakni hidridantin. Setelah mengalami
oksidasi, gugus –COOH (karboksil) dan –NH2 (amina) terpecah
menghasilkan NH3 dan asam karboksilat. Dengan pemanasan, Ninhidrin
ditambah hidridantin menghasilkan warna biru, dan ada juga yang lepas
yaitu asam karboksilat dan CO2.
Menurut teori yang ada, asam amino bebas adalah asam amino di
mana gugus aminonya tidak terikat. Semakin banyak Ninhidrin pada zat
uji yang dapat bereaksi, semakin pekat warnanya. Hal ini juga mendasari
bahwa uji Ninhidrin dapat digunakan untuk menentukan asam amino
secara kuantitatif. Pada praktikum di atas, albumin dan pepton
mengalami perubahan warna karena dapat bereaksi dengan Ninhidrin.
Hal ini menandakan kedua zat uji tersebut mempunyai gugus asam amino
bebas. Tapi, hasil yang diperoleh ini tidak sesuai dengan teori.
Seharusnya, pepton tidak bereaksi positif terhadap Ninhidrin. Sebaliknya,
pada kasein dan gelatin tidak diperoleh hasil terbentuknya atau adanya
asam amino bebas, karena reaksi dengan Ninhidrin tidak berwarna. Akan
tetapi, hasil ini juga tidak sesuai dengan teori. Seharusnya, gelatin
bereaksi positif terhadap Ninhidrin. Kasein memang tidak dapat bereaksi
dengan Ninhidrin karena pada kasein tidak mengandung sedikitnya satu
gugus karboksil dan amino yang terbuka. Adapun hal yang menyebabkan
ketidaksesuaian hasil praktikum dengan teori yang ada ialah
kemungkinan karena ketidaktelitian praktikan pada saat pemipetan zat
uji, sehingga takarannya tidak sesuai dengan yang semestinya. Atau
kemungkinan gelatin yang seharusnya menjadi ungu, mengalami
denaturasi karena terlalu lama dipanaskan, sehingga susah diidentifikasi.
Mungkin juga bahannya sudah kedaluarsa.
7. Uji Xantoprotein
Pada percobaan ini, kita ingin membuktikan adanya asam amino
tirosin, triptofan, atau fenilalanin yang terdapat dalam protein. Adapun
hasil yang diperoleh dari percobaan ini ialah pada zat uji albumin 2%,
terjadi perubahan warna menjadi jingga disertai terbentuknya endapan.
Ini menunjukkan bahwa terdapat asam amino pada albumin. Pada gelatin
2%, tidak terjadi perubahan warna (tetap berwarna kuning), tetapi
terbentuk dua lapisan (lapisan atas berwarna kuning). Ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat kandungan asam amino pada gelatin. Sedangkan
pada kasein 0,5%, terjadi perubahan warna menjadi kuning pucat, dan
disertai terbentuknya dua lapisan; terdapat cincin ungu pada batas antara
kedua lapisan. Ini menunjukkan bahwa terdapat kandungan asam amino
pada kasein.
Berdasarkan teori, ada sebagian peptida dan protein yang
mempunyai gugus asam amino berinti benzena. Seperti fenilanalina,
tirosin, albumin, triptofan dan lain sebagainya. Reaksi yang terjadi pada
uji Xantoprotein ialah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada
molekul protein. Reaksi ini positif untuk protein yang mengandung
tirosin, fenilalanin, dan triptofan. Reaksi positif ditandai dengan
terbentuknya endapan berwarna putih yang dapat berubah menjadi
kuning apabila dipanaskan. Pada percobaan yang telah dilakukan, hasil
positif pada uji Xantoprotein terhadap albumin menunjukkan bahwa
terdapat inti benzena, yaitu dengan indikasi terbentuknya lapisan jingga
atau kuning jingga. Dan hasil yang diperoleh ini sudah sesuai dengan
teori yang ada.
8. Uji Penentuan Titik Isoelektrik
Pada percobaan ini, kita ingin mengetahui titik isoelektrik (pH
isoelektrik) dari protein secara kualitatif. Pada percobaan ini, digunakan
larutan kasein netral agar larutannya tidak terlalu asam dan tidak terlalu
basa. Jenis buffer yang digunakan pada uji ini ialah buffer asam karena
salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya denaturasi ialah
penambahan asam. Pengaruh asam terhadap denaturasi ialah adanya ion
H+ menyebabkan sebagian jembatan atau ikatan peptida putus. Ion H+
akan bereaksi dengan gugus COO– membentuk COOH sedangkan
sisanya (asam) akan berikatan dengan gugus amino membentuk ikatan,
sehingga apabila larutan peptida dalam keadaan isoelektris diberi asam
akan menyebabkan bertambahnya gugus bermuatan yang membentuk
afinitas terhadap air dan kelarutan air meningkat meskipun tidak
selamanya begitu. Titik isoelektrik juga ada hubungannya dengan
denaturasi, pembentukan endapan, dan muatan ion-ion. Adapun hasil
yang diperoleh dari percobaan ini adalah setelah didiamkan selama 30
menit, pada pH 3,8 terbentuk endapan yang banyak, pada pH 4,7 tidak
terbentuk endapan, pada pH 5,0 terbentuk sedikit endapan, pada pH 5,3
lebih sedikit endapan yang terbentuk, dan pada pH 5,9 tidak ada endapan
yang terbentuk. Hasil ini sama dengan hasil setelah dilakukan
pemanasan.
Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa yang merupakan pH
isoelektrik (pI) pada protein yang diujikan ialah pada pH 3,8 karena
paling banyak membentuk endapan. Namun, terdapat keanehan, yakni
tidak terbentuk endapan pada pH 4,7; yang seharusnya semakin tinggi
pH-nya, endapan yang terbentuk akan semakin sedikit. Karena semakin
mendekati titik isoelektrik, maka endapan yang terbentuk. Inilah
hubungan antara TI dengan endapan. Ketidaksesuaian hasil percobaan
dengan teori kemungkinan disebabkan oleh ketidaktelitian dalam
pemipetan bahan uji atau kemungkinan buffer dengan pH 4,7 mengalami
kesalahan (ketidaktepatan dalam pengukuran pH) pada proses
pembuatannya.
Endapan menjadi indikator penentuan titik isoelektrik karena proses
pengendapan protein salah satu caranya dapat dilakukan dengan
penyesuaian pH titik isoelektrik protein yang diinginkan. Pada titik
isoelektrik, kelarutan protein berkurang hingga minimum dan akan
terbentuk endapan. Berdasarkan teori yang ada, pada titik isoelektrik,
kasein bersifat hidrofobik, kasein akan berikatan antar muatannya sendiri
membentuk lipatan ke dalam sehingga terjadi pengendapan yang relatif
cepat. Protein yang terdenaturasi makin berkurang kelarutannya, karena
pada protein yang terdenaturasi asam amino yang berbentuk ion
dwikutub mempunyai muatan netral, pada asam amino yang bergugus
dipolar, gugus amino mendapatkan tambahan sebuah proton, gugus
karboksil terdisosiasi sehingga asam amino dalam kondisi netral.
BAB V
PENUTUP
V.1 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang diperoleh dikaitkan dengan tujuan
percobaan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Semua protein tersusun atas unsur-unsur Karbon (C), Hidrogen (H),
Oksigen (O), dan Nitrogen (N). Ada pula yang mengandung sedikit
Belerang (S) dan Fosfor (P).
2. Protein mudah larut dalam pelarut asam maupun basa, dapat larut dalam
air dan alkohol, tetapi tidak dapat larut dalam kloroform.
3. Protein yang dilarutkan dalam pelarut garam yang berkonsentrasi tinggi
akan membentuk endapan, dengan kelarutan yang berbeda-beda
tergantung konsentrasi garamnya.
4. Protein dapat mengendap dalam pelarut asam organik seperti asam
sulfosalisilat dan TCA, juga mudah mengendap dalam pelarut-pelarut
logam berat seperti Cu2+ , Hg2+ , dan Pb2+ .
5. Protein mengandung molekul-molekul peptida, di mana sebagian
mengandung polipeptida (albumin, gelatin, dan kasein), dan ada juga
yang mengandung dipeptida (glisin).
6. Terdapat asam amino bebas dalam protein.
7. Terdapat kandungan asam amino tirosin, triptofan, atau fenilalanin
dalam suatu protein yang dibuktikan melalui uji Xantoprotein dengan
penambahan asam nitrat pekat.
8. Titik isoelektrik (pH isoelektrik) terletak pada pH 3,8 karena endapan
yang terbentuk pada pH tersebut sangat banyak.
V.2 SARAN
Sebaiknya, alat dan bahan yang digunakan selama percobaan bisa
dilengkapi, untuk memudahkan praktikan dalam melakukan percobaan
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Muchtadi, Deddy dkk. 1998. Metabolisme Zat Gizi Sumber, Fungsi, dan Kebutuhan bagi Tubuh Manusia. Jakarta: Penerbit Pustaka Sinar Harapan.
Poedjiadi, Anna dan F.M. Titin Supriyanti. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Rejeki, Sri. 2010. Gambaran Faktor Sosial Ekonomi, Kebiasaan Makan, Asupan Gizi, Konsumsi Tablet Fe, dan Status Gizi Ibu Hamil di Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa. KTI DIII Gizi. Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Makassar.
sSantoso, Anwar. 2008. Rumus Lengkap Kimia SMA. Jakarta : PT. Wahyu Media.
Sirajuddin, Saifuddin dan Ulfah Najamuddin. 2010. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Tim Dosen Kimia. 2010. Kimia Dasar 2. Makassar : UPT-MKU Universitas Hasanuddin.