7086-16974-1-pb
DESCRIPTION
simpang bersinyalTRANSCRIPT
ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL
(Studi Kasus: Jalan K.H Wahid Hasyim - Jalan Gajah Mada)
Lamhot Hasudungan Sariaman Sitanggang, Joni Harianto
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan
Email: [email protected]
Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU
Medan
Email: [email protected]
ABSTRAK
Sejalan dengan pesatnya perkembangan kota, tuntutan lalu lintas yang semakin padat, dan permintaan
masyarakat terhadap kendaraan yang semakin besar memerlukan perhatian maupun penilaian kerja untuk
kondisi persimpangan. Tidak seimbangnya jumlah lalu lintas dengan lebar efektif jalan, rendahya tingkat
pelayanan, pendeknya waktu hijau akan menyebabkan tundaan serta antrian lalu lintas pada persimpangan.
Perencanaan pengaturan fase dan waktu siklus optimum ditujukan untuk menaikkan kapasitas persimpangan dan
sedapat mungkin menghindari terjadinya konflik lalu lintas. Sebagaimana hal tersebut diatas, dicoba untuk
mengadakan studi mengenai fase dan waktu siklus optimum pada persimpangan bersinyal. Studi ini
menggunakan metode pendekatan dari MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia) dan HCM 2000 dengan
meninjau persimpangan “Jalan Gajah Mada – Jalan K.H Wahid Hasyim” perolehan data dilapangan waktu
siklus 73 detik dengan pengaturan 2 fase. Setelah perhitungan dilapangan didapat, nilai derajat kejenuhan unttuk
tiap pendekat-pendekat antara 0,415-0,777 dan tundaan rata-rata 67, 769 dengan tingkat pelayanan F . Serta
hasil perhitungan HCM 2000 dengan tundaan rata-rata simpang adalah 108,93 dengan tingkat pelayanan F. Hal
ini menunjukkan bahwa bentuk persimpangan hampir tidak layak dioperasikan. Untuk itu perlu adanya solusi
seperti : perubahan fase atau perubahan bentuk simpang, pelebaran jalan dan perubahan waktu hijau.
Kata Kunci : Analisa Simpang Bersinyal, MKJI 1997, HCM 2000
ABSTRACT
Along with the rapid development of the city , the demands of an increasingly dense traffic , and public demand
for vehicles that require greater attention to and appraisal of the condition of the intersection . Unequal
amounts of traffic to the effective width of the road , rendahya service levels , in short green time will cause
delays and traffic queues at intersections . Planning the phase setting and the optimum cycle time is intended to
increase the capacity of the intersection and wherever possible avoid traffic conflicts . As the above , attempted
to undertake a study of the phase and the optimum cycle time at signalized intersections . This study uses the
approach of MKJI ( Indonesian Highway Capacity Manual ) and HCM 2000 with reviewing the intersection of "
Jalan Gajah Mada - Jalan KH Wahid Hasyim " field data acquisition cycle time of 73 seconds with a 2 -phase
arrangement . After the calculation of the field is obtained, the degree of saturation of each approach -
approach unttuk between .415 to .777 and the average delay is 67 , 769 with a level of service F . And the
results of the calculation of the HCM 2000 with an average intersection delay is 108.93 with the level of service
F. This shows that the intersection form is hardly feasible to operate . For that we need a solution such as phase
changes or changes in the shape intersection , road widening and alteration of green time .
Keywords: Analysis of signalized intersections, MKJI 1997, HCM 2000
Pendahuluan
Kota Medan sebagai kota yang dinamis yang mengalami perkembangan dan pertambahan penduduk
yang pesat, yang akan memicu peningkatan aktifitas penduduk itu sendiri. Aktifitas penduduk perkotaan terjadi
akibat adanya kawasan penarik dan kawasan bangkitan yang meningkatnya tuntutan lalu lintas (traffic demand).
Peningkatan tuntutan lalu lintas akan menambah masalah kemacetan lalu lintas pada ruas jalan dan persilangan
jalan, termasuk pada simpang bersinyal. Didalam jaringan transportasi, persimpangan merupakan titik rawan
akan terjadinya kemacetan lalu lintas oleh adanya konflik – konflik pergerakan arus, sehingga perlu dilakukan
berbagai upaya untuk memaksimalkan kapasitas dan kinerjanya dengan tetap memperhatikan keselamatan para
pengendara dan pejalan kaki. Yang mengakibatkan antrian panjang, waktu tunda yang besar, pelanggaran lalu
lintas dan sebagainya. Ketidak seimbangan antara fasilitas-fasilitas lalu lintas dengan peningkatan jumlah arus
lalu lintas dapat mengakibatkan kemacetan lalu lintas yang sering terjadi pada persimpangan. Untuk mengurangi
konflik dipersimpangan telah dilakukan berbagai upaya seperti pemasangan rambu – rambu jalan, menempatkan
beberapa petugas kepolisian, membatasi pergerakan kendaraan. Namun pada kondisi arus yang meningkat
sedemikian besar, upaya tersebut tidak bisa lagi dipertahankan, tetapi harus dilakukan upaya lain yaitu
pemasangan lampu lalu lintas. Keuntungan secara optimal hanya dapat dihasilkan, jika lampu lalu lintas
dipasang pada lokasi yang tepat, terdapat peraturan yang mendukung operasi, dan dioperasikan mengikuti
kaidah efisiensi ( Farida Juwita, ST, MT, 2011). Pengaturan lampu lalu lintas yang kurang tepat dapat
mengganggu kelancaran sistem lalu lintas secara keseluruhan seperti bertumpuknya kendaraan pada satu atau
beberapa ruas jalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja simpang pada persimpangan tersebut.
Dasar Teori
Menurut PP No. 43 Tahun 1993, persimpangan adalah pertemuan atau percabangan jalan, baik sebidang
maupun tidak sebidang. Dengan kata lain persimpangan dapat diartikan sebagai dua jalur atau lebih ruas jalan
yang berpotongan, dan termasuk didalamnya fasilitas jalur jalan dan tepi jalan. Sedangkan setiap jalan yang
memencar dan merupakan bagian dari persimpangan tersebut dikatakan dengan lengan persimpangan. Evaluasi
kinerja simpang bersinyal dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya dengan MKJI 1997 dan HCM
2000.
Metode MKJI 1997
Arus Jenuh Nyata (S), yang dimaksud dengan arus jenuh nyata adalah hasil perkalian dari arus jenuh dasar
(So) untuk keadaan ideal dengan faktor penyesuaian (F) untuk penyimpangan dari kondisi sebenarnya, dalam
satuan smp/jam hijau .
S = So . FCS . FSF . FP . FG.FRT . FLT (1)
Dimana:
S = Arus jenuh nyata (smp/jam hijau);
So = Arus jenuh dasar (smp/jam hijau);
FCS = Faktor koreksi ukuran kota;
FSF = Faktor penyesuaian hambatan samping;
FP = Faktor penyesuaian parkir tepi jalan;
FG = Faktor penyesuaian akibat gradien jalan;
FRT = Faktor koreksi belok kanan;
FLT = Faktor penyesuaian belok kiri.
Kapasitas Simpang (C), adalah kemampuan simpang untuk menampung arus lalu lintas maksimum persatuan
waktu dinyatakan dalam smp/jam.
C = S x g/c (2)
Panjang Antrian
Panjang antrian adalah banyaknya kendaraan yang berada pada simpang tiap jalur saat nyala lampu merah
Panjang antrian, dihitung dengan:
(3)
Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan (DS) didefenisikan sebagai rasio volume (Q) terhadap kapasitas (C).
DS =Q/C (4)
Kendaraan Henti (NS)
Angka henti (NS) masing – masing pendekat yang didefenisi sebagai jumlah rata – rata kendaraan berhenti per
smp,
(5)
Dengan jumlah kendaraan terhenti (Nsv) masing – masing pendekat:
Nsv = Q x NS (smp/jam) (6)
(7)
Tundaan (delay)
Tundaan merupakan waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melewati suatu simpang dibandingkan
pada situasi tanpa simpang. Tundaan pada simpang terdiri dari 2 komponen yaitu tundaan lalu lintas (DT) dan
tundaan geometrik (DG).
Dj = DTj + DGj (8)
Menghitung tundaan rata-rata untuk seluruh simpang (D1). Tundaan rata-rata untuk seluruh simpang (D1)
dihitung dengan membagi jumlah nilai tundaan dengan nilai arus total (Qtot) dalam smp/jam.
` (9)
Tingkat Pelayanan Simpang
Tingkat pelayanan simpang adalah ukuran kualitas kondisi lalu lintas yang dapat diterima oleh pengemudi
kendaraan. Tingkat pelayanan umumnya digunakan sebagai ukuran dari pengaruh yang membatasi akibat
peningkatan volume setiap ruas jalan yang dapat digolongkan pada tingkat tertentu yaitu antara A sampai F.
Tabel. 1 Kriteria tingkat pelayanan untuk simpang bersinyal
Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan No: KM 14 Tahun 2006
Metode HCM 2000
Arus Jenuh
Untuk menghitung laju arus jenuh untuk setiap kelompok lajur dihitung dengan rumus:
s = so.N.fw.fHV.fg.fp.fbb.fLU.fa.fLT.fRT.fLpb.fRpb (10)
dengan:
so = laju arus jenuh dasar per lajur, biasanya 1900 ( mobil/jam – hijau/lajur)
N = Banyaknya lajur dalam kelompok lajur tersebut.
fw = faktor penyesuaian untuk lebar lajur
fHV = faktor penyesuaian kendaraan berat dalam aliran lalu lintas
fg = faktor penyesuaian untuk jelang masing – masing
fp = faktor penyesuaian untuk keberadaan lajur parkir yang berdampingan dengan kelompok lajur tersebut
dan kegiatan parkir pada lajur itu.
fbb = faktor penyesuaian untuk efek rintangan bus lokal yang berhenti didalam daerah persimpangan
tersebut.
fLU = faktor penyesuaian untuk penggunaan lajur.
fa = faktor penyesuaian untuk jenis kawasan
fLT = faktor penyesuaian untuk belok kiri dalam kelompok lajur tersebut
fRT = faktor penyesuaian untuk belok kanan dalam kelompok lajur tersebut.
fLpb = faktor penyesuaian pejalan kaki – sepeda untuk pergerakan belok kiri
fRpb = faktor penyesuaian pejalan kaki – sepeda untuk pergerakan belok kanan
Analisis Rasio Arus dan Kapasitas Kapasitas setiap kelompok lajur dihitung dengan rumus:
(11)
Tundaan dan Tingkat Pelayanan
Tundaan untuk setiap kelompok lajur diperoleh dengan penjumlahan nilai tundaan seragam dan tundaan
inkremental, dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
( ) (12)
Untuk menghitung besarnya tundaan seragam, digunakan persamaan berikut:
d1 = (
)
* ( )
+ (13)
Tingkat
Pelayanan
Tundaan per kendaraan
(det/kend)
A ≤ 5
B > 5,1 – 15
C > 15,2 – 25
D > 25,1 – 40
E > 40,1 – 60
F ≥ 60,0
Suatu estimasi keterlambatan inkremental yang diakibatkan kedatangan tak seragam, kegagalan siklus
sementara (keterlambatan acak), dan keterlambatan yang disebabkan oleh priode terlalu jenuh yang
dipertahankan dapat dihasilkan dengan persamaan berikut:
d2 = 900T [(X-1) = √( )
(14)
Tundaan persimpangan dapat dihasilkan dengan persamaan:
(15)
dengan:
d2 = tundaan inkremental yang ditentukan untuk durasi pada periode analisis dan jenis kendali sinyal
(s/kend)
T = durasi periode analisis (jam)
k = faktor tundaan inkremental yang bergantung pada setelan pengatur
l = faktor pengatur filter/pengukuran kehulu
c = kapasitas kelopok lajur
X = rasio v/c kelompok lajur
Tingkat pelayanan (LOS-level of service) untuk persimpangan berlampu lalu lintas didefenisikan dalam
pengertian tundaan kendali. Tundaan kendali rata – rata dihitung untuk setiap kelompok lajur dan disatukan
untuk setiap cabang dan persimpangan sebagai satu kesatuan. LOS langsung dikaitkan dengan nilai
keterlambatan kendali seperti yang diberikan pada tabel 2.
Tabel. 2 Kriteria LOS untuk persimpangan berlampu lalu lintas
Sumber: HCM 2000
METODOLOGI
Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah study kasus yaitu dengan
melakukan survai dilapangan dan mengumpulkan keterangan dari buku atau jurnal.
Adapun teknik pembahasan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Studi pustaka yaitu mengumpulkan literatur yang berhubungan dengan tugas akhir ini yang bersumber dari
buku serta jurnal sebagai pendekatan teori.
2. Melakukan survei pendahuluan untuk mengetahui situasi dilapangan dan menetapkan waktu survei yang
sesuai.
3. Melakukan survei dilapangan guna mendapatkan data primer, antara lain: survei volume lalu lintas, yaitu
dengan melakukan perhitungan kendaraan secara manual (dengan hand counter) dan survei kecepatan
kendaraan.
4. Menganalisis dan mengolah data hasil survei dilapangan.
5. Kesimpulan dan saran.
HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang digunakan untuk proses perhitungan dalam penelitan ini adalah data primer. Dimana data primer
merupakan data yang didapat dari pengamatan langsung dan perhitungan dilapangan, dalam hal ini lokasi
penelitian di Jalan K.H. Wahid Hashyim – Jalan Gajah Mada.
Data Geometrik Data geometrik ini berisikan tentang kode pendekat, tipe lingkungan, tingkat hambatan damping, median,
kelandaian, belok kiri langsung, jarak kendaraan parkir, dan lebar pendekat (MKJI, 1997). Pendataan geometrik
pada penelitian ini dilakukan secara manual, yaitu pengukuran langsung dilapangan. Data yang didapat dari
hasil pengamatan:
Tabel. 3 Data Geometrik
Kode Tipe Hambatan Median Belok Jarak Lebar Pendekat
Tingkat Pelayanan Tundaan per kendaraan
(det/kend)
A ≤ 10
B > 10 – 20
C > 20– 35
D > 35 – 55
E > 55 – 80
F ≥ 80
Pendekat Lingkungan
Jalan
samping
kiri
langsung
kend.
parkir Wa We Wltor Wex
U Com R T T - 10 5 - 5
S Com R T T - 10 5 - 5
T Com R T T - 12,2 5,5 - 5,5
B Com R T T - 12,2 5,5 - 5,5
Sumber: Hasil Pengamatan dilapangan 2013
Data Lalu Lintas
Masa pelaksanaan survey Tugas Akhir ini bertepatan dengan masa bulan puasa, sehingga terdapat kemungkinan
terjadinya pengurangan volume lalu lintas.
Dari hasil survei didapat nilai volume arus lalu lintas maksimum untuk setiap lengan:
Lengan Utara : smp/jam
Lengan Selatan : smp/jam
Lengan Barat : smp/jam
Lengan Timur : smp/jam
Metode MKJI 1997
Arus Jenuh
Dengan menggunakan rumus, diperoleh nilai arus jenuh simpang, sebagai berikut:
Tabel. 4 Perhitungan arus Jenuh pada saat jam puncak terlindung
Pendekat We
(meter) So Faktor Penyesuaian S
(smp/jam) FCS FSF FG FP FRT FLT (smp/jam)
Utara 5 3000
1,0 0,93 1,0 1,0 1,07 0.95 2985,3
Selatan 5 3000
1,0 0,93 1,0 1,0 1,03 0.96 2873,7
Timur 5,5 3300
1,0 0,93 1,0 1,0 1,02 0.99 3130,38
Barat 5,5 3300
1,0 0,93 1,0 1,0 1,03 0.98 3161,07
Rasio Arus jenuh
Dari hasil perhitungan nilai arus jenuh kemudian dapat diperoleh nilai Rasio Arus (FR) dan nilai Rasio Fase,
maka diperoleh Rasio Arus Simpang (IFR). Hal perhitungan rasio arus jenuh kondisi eksisting untuk seluruh
pendekat dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel.5 Perhitungan Rasio Arus
Pendekat Q (smp/jam) S FR (Q/S)
Utara 612,4 2985,3 0,205
Selatan 441 2873,7 0,153
Timur 1211,9 3161,07 0,383
Barat 1072,2 3130,38 0,343
Kapasitas dan Derajat Kejenuhan
Kapasitas (C) diperoleh dengan perkalian arus jenuh dengan rasio hijau (g/c) pada masing – masing pendekat,
dengan rumus: C = S x g/c. Derajat kejenuhan (DS) diperoleh dari hasil bagi arus dengan kapasitas, DS = Q/C.
Hasil perhitungan kapasitas dan derajat kejenuhan kondisi eksisting untuk seluruh pendekat dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel. 6 Perhitungan Kapasitas dan Derajat Kejenuhan
Pendekat g (detik) c (detik) Q
(smp/jam)
C
(smp/jam) DS
Utara 27 73 612,4 1104,152 0,555
Selatan 27 73 441 1062,875 0,415
Barat 36 73 1072,2 1543,749 0,695
Timur 36 73 1211,9 1558,884 0,777
Rasio Arus Jenuh
Hasil perhitungan rasio arus jenuh kondisi eksisting untuk seluruh pendekat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel. 7 Hasil penyesuaian Nqmaks
Pendekat NQ1
(smp)
NQ2
(smp)
Panjang
antrian
NQ1+NQ2
(smp)
Nqmax
Panjang
antrian QL
(meter)
Utara 0,124 9,845 9,969 16 64
Selatan -0,145 6,657 6,512 12 48
Barat 0,638 16,761 17,399 26 94,545
Timur 1,233 20,200 21,433 32 116,364
Kendaraan Terhenti (NS) Angka henti sebagai jumlah rata – rata per smp untuk perancangan dihitung dengan rumus:
NS = 0,9 *
* 3600
Dimana:
c = waktu siklus (detik)
Q = arus lalu lintas (smp/jam)
Perhitungan jumlah kendaraan terhenti (Nsv) masing – masing pendekat dihitung dengan menggunakan rumus:
Nsv = Q * NS
Perhitungan jumlah kendaraan terhenti(Nsv) untuk pendekat Timur adalah:
Nsv = 1072,2 * 0,785
= 951,271
Sehingga diperoleh nilai kendaraan terhenti dalam tabel berikut:
Tabel. 8 Perhitungan Angka Henti dan Jumlah Kendaraan Terhenti
Pendekat NQ Q c NS Nsv = Q*NS
Utara 9,969 612,4 73 0,722 442,443
Selatan 6,512 441 73 0,655 289,004
Barat 17,399 1072,2 73 0,720 772,210
Timur 21,433 1211,9 73 0,785 951,271
Total 3337,5
Nsvtot 2454,928
Nilai angka henti total simpang seluruh lengan dihitung dengan rumus:
Nstot =
= 0,736 stop/smp
Tundaan Rata - rata (D)
Tabel. 9 Perhitungan Tundaan untuk seluruh pendekat:
Pendekat NQ DT DG D =
DT+DG
DxQ Dsimp.
(det/smp) (det/smp)
Utara 9,969 48,554 3,81587 52,370 32071,307 61,174
Selatan 6,512 46,735 3,42786 50,163 22121,822
Barat 17,399 60,179 3,09908 63,278 67846,757
Timur 21,433 64,345 3,42364 67,769 82128,819
S D 204168,706
Tingkat Pelayanan
Berdasarkan perhitungan nilai tundaan rata – rata tiap pendekat maka didapat nilai tingkat pelayanan untuk
setiap pendekat yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel. 10 Nilai tingkat Pelayanan untuk setiap pendekat
Pendekat Tundaan
(detik/smp) Tingkat Pelayanan
Tundaan
Simpang
(det/smp)
Tingkat
Pelayanan
Simpang
Utara 52,370 E
61,174 F
Selatan 50,163 E
Barat 63,278 F
Timur 67,769 F
Metode HCM 2000
Arus Jenuh
s = so.N.fw.fHV.fg.fp.fbb.fLU.fa.fLT.fRT.fLpb.fRpb (16)
dengan:
so = laju arus jenuh dasar per lajur, biasanya 1900 ( mobil/jam – hijau/lajur)
N = Banyaknya lajur dalam kelompok lajur tersebut.
fw = faktor penyesuaian untuk lebar lajur
fHV = faktor penyesuaian kendaraan berat dalam aliran lalu lintas
fg = faktor penyesuaian untuk jelang masing – masing
fp = faktor penyesuaian untuk keberadaan lajur parkir yang berdampingan dengan kelompok lajur tersebut
dan kegiatan parkir pada lajur itu.
fbb = faktor penyesuaian untuk efek rintangan bus lokal yang berhenti didalam daerah persimpangan
tersebut.
fLU = faktor penyesuaian untuk penggunaan lajur.
fa = faktor penyesuaian untuk jenis kawasan
fLT = faktor penyesuaian untuk belok kiri dalam kelompok lajur tersebut
fRT = faktor penyesuaian untuk belok kanan dalam kelompok lajur tersebut.
fLpb = faktor penyesuaian pejalan kaki – sepeda untuk pergerakan belok kiri
fRpb = faktor penyesuaian pejalan kaki – sepeda untuk pergerakan belok kanan
Tabel. 11 Faktor penyesuaian laju arus jenuh
Pendekat
L.
Lajur
(ft)
N fw fHV fg Fp Fbb fa fLu fLT fRT fLpb fRpb
Utara 9,144 1 0,767 1 1 1 1 0,9 1 0,986 0,964 1 1
Selatan 9,144 1 0,767 1 1 1 1 0,9 1 0,987 0,982 1 1
Barat 10,058 1 0,783 1 1 1 1 0,9 1 0,996 0,982 1 1
Timur 10,058 1 0,783 1 1 1 1 0,9 1 0,997 0,992 1 1
Tabel. 12 Arus jenuh untuk semua pendekat
Pendekat So S (kend/jam)
Utara 1900 1468,726
Selatan 1900 1505,018
Barat 1900 1579,02
Timur 1900 1565,327
Analisis Rasio Arus dan Kapasitas
Rasio arus dihitung dengan membagi arus kebutuhan yang disesuaikan (v) dengan laju arus jenuh yang
disesuaikan (s). Kapasitas setiap kelompok lajur dihitung dengan rumus:
(17)
Rasio v/c untuk setiap kelompok lajur dihitung langsung, dengan membagi arus yang disesuaikan dengan
kapasitas yang dihitung sebelumnya, seperti pada rumus:
(
)
( )
(18)
Parameter kapasitas akhir yang diperhatikan merupakan rasio v/c kritis, X, untuk persimpangan tersebut.
Parameter ini dihitung dengan persamaan:
(
) *
+ (19)
Contoh perhitungan kapasitas untuk kelompok lajur pada pendekat Timur adalah:
c = s (g/C)
= 1565,327 (36/73)
= 771,942
Rasio v/c untuk pendekat Timur adalah:
v/c = 1211,9/771,942
= 1,570
Rasio arus kelompok lajur kritis:
v/s (AT) = 1072,2/1565,327
= 0,774
v/s (AS) = 441/1505,018
= 0,293
Penjumlahan rasio arus kritis:
∑(v/s)ci = 0,774+ 0,293
=1,067
Rasio laju arus kritis terhadap kapasitas.
(
) *
+ (20)
[
]
Tabel. 13 Nilai Rasio Arus dan Kapasitas
Pendekat S
(kend/jam)
v
(smp/jam)
G C s Rasio
g/c
c
(kend/jam)
Rasio
v/c
arus
kritis
(v/s)
lajur
kritis Xc
Utara 1292 612,4 27 73 1468,726 0,370 543,227 1,127 0,417 1,096 1,231
Selatan 941 441 27 73 1505,018 0,370 556,651 0,792 0,293
Barat 1833 1072,2 36 73 1579,020 0,493 778,695 1,377 0,679 1,067 1,199
Timur 3055 1211,9 36 73 1565,327 0,493 771,942 1,570 0,774
Tundaan dan Tingkat Pelayanan
Tundaan untuk setiap kelompok lajur diperoleh dengan penjumlahan nilai tundaan seragam dan tundaan
inkremental, dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
( ) d = tundaan kendali per kendaraan (det/kend)
d1 = tundaan kendali seragam dengan mengandaikan kedatangan seragam (det/kend)
PF = faktor penyesuaian kemajuan tundaan seragam.
d2 = tundaan inkremental untuk memperhitungkan kedatangan acak dan antrian terlalu jenuh (det/kend) dengan
mengandaikan tidak ada antrian awal.
d3 = tundaan antrian awal (det/kend); d3 sama dengan nol apabila tidak tedapat antrian diawal.
Untuk menghitung besarnya tundaan seragam, digunakan persamaan berikut:
d1 = (
)
* ( )
+
dengan:
d1 = tundaan kendali seragam (det/kend)
C = panjang siklus (det)
Suatu estimasi keterlambatan inkremental yang diakibatkan kedatangan tak seragam, kegagalan siklus
sementara (keterlambatan acak), dan keterlambatan yang disebabkan oleh priode terlalu jenuh yang
dipertahankan dapat dihasilkan dengan persamaan berikut:
d2 = 900T [(X-1) = √( )
dengan:
d2 = tundaan inkremental yang ditentukan untuk durasi pada periode analisis dan jenis kendali sinyal
(s/kend)
T = durasi periode analisis (jam)
k = faktor tundaan inkremental yang bergantung pada setelan pengatur
l = faktor pengatur filter/pengukuran kehulu
c = kapasitas kelopok lajur
X = rasio v/c kelompok lajur
Tundaan cabang ini kemudian dirata – ratakan untuk menghasilkan tundaan kendali pada persimpangan.
Tundaan persimpangan dapat dihasilkan dengan persamaan:
Dengan:
d1 = tundaan per kendaraan untuk persimpangan (det/kend)
dA = tundaan untuk cabang A (det/kend)
vA = arus yang disesuaikan untuk cabang A (kend/jam)
Contoh perhitungan untuk tundaan seragam pada pendekat Timur adalah:
d1 = (
)
* ( )
+
d1 = (
)
*
+
d1 = 30,016 det/kend
Contoh perhitungan untuk tundaan inkremental pada pendekat Timur adalah:
d2 = 900T [(X-1) = √( )
d2 = 900*0,25 [(1,570-1) = √( )
d2 = 89,897 det/kend
Faktor penyesuaiankemajuan untuk nilai 1,000 untuk jenis kedatangan 3.
Tundaan untuk kelompk lajur adalah:
d = d1 (PF) + d2 + d3
d = 30,016*0,422 + 89,897 + 0
d = 119,913 det/kend
Tundaan persimpangan:
Dari data tingkat pelayanan persimpangan dengan keterlambatan kendali rata-rata dengan menggunakan bantuan
program Microsoft Excel 2010 didapat d1 = 108,93 det/kend.
Tingkat pelayanan persimpangan langsung berkaitan dengan keterlambatan kendali rata – rata perkendaraan.
Tingkat pelayanan yang sesuai dapat ditentukan melalui tabel LOS diatas.
Tabel. 14 Tingkat pelayanan persimpangan untuk semua pendekat
Pendekat v/c Rasio
g/c
Tundaan
Seragam
Faktor
Kemajuan C
Kalibrasi
k
Tundaan
Inkremental
d2
Tundaan
Cabang LOS
Utara 1,127 0,370 14,880 1,000 543,227 0,500 78,545 93,425 F
Selatan 0,792 0,370 42,504 1,000 556,651 0,500 22,016 64,520 E
Barat 1,377 0,493 30,016 1,000 778,695 0,500 94,335 124,351 F
Timur 1,570 0,493 30,016 1,000 771,942 0,500 89,897 119,913 F
Tundaan Persimpangan 108,93 LOS Persimpangan = F
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Dari hasil evaluasi kondisi eksisiting simpang, diperleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil perhitungan simpang Jalan Gajah Mada – K. H Wahid Hasyim kondisi eksisting dengan
metode perhitungan MKJI 1997 didapat kinerja persimpangan untuk pendekat Utara didapat Panjang
antrian sebesar 64 meter,Tundaan rata – rata: 52,370 dengan tingkat pelayanan F. Untuk pendekat
Selatan; Panjang antrian: 48 m, Tundaan rata – rata: 50,163 dengan tingkat pelayanan F. Untuk
pendekat Barat, Panjang antrian: 94,545 m, Tundaan rata – rata: 63,278 dengan tingkat pelayanan F.
Untuk pendekat Timur, Panjang antrian: 116,364 m, Tundaan rata – rata: 67,769 dengan tingkat
pelayanan F. Dan tundaaan rata – rata simpang yang dihasilkan adalah 61,174 dengan tingkat
pelayanan F.
2. Dari hasil perhitungan simpang Jalan Gajah Mada – K. H Wahid Hasyim kondisi eksisting dengan
metode perhitungan HCM 2000 didapat kinerja kinerja persimpangan dengan tundaan untuk pendekat
Utara, tundaanya adalah sebesar 93,425 dengan tingkat pelayanan F. Untuk pendekat Selatan,
tundaannya adalah sebesar 64,520 dengan tingkat pelayanan E. Untuk pendekat Barat, tundaan adalah
sebesar 124,351 dengan tingkat pelayanan F. Untuk pendekat Timur tundaannya adalah sebesar
119,913 dengan tingkat pelayanan F.Dan tundaan simpang sebesar 108,93 dengan tingkat pelayanan F.
3. Dari perhitungan evaluasi kinerja simpang pada kondisi eksisting dengan menggunakan 2 metode
diatas dihasilkan antrian dan tundaan rata – rata yang besar sehingga menimbulkan panjang antrian
yang cukup besar dan tingkat pelayanan yang buruk pada tiap pendekatnya. Dan simpang bersinyal ini
mendapatkan nilai F untuk tingkat pelayanannya.
Saran
1. Perlu dilakukukan penelitian pada persimpangan lainnya yang memiliki karakteristik lalu lintas yang
berbeda.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh adanya early start pada lengan
Barat, dan Timur yang akhirnya malah menimbulkan panjang antrian yang lebih parah.
3. Melihat besarnya volume lalu lintas pada lengan persimpangan perlu dilakukan perencanaan ulang
waktu siklus sehingga tidak terjadi tundaan yang begitu besar lagi.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui ada tidaknya pengaruh hambatan samping
akibat aktivitas menaikkan atau menurunkan penumpang oleh angkutan umum pada lokasi yang
diamati.
DAFTAR PUSTAKA Republik Indonesia. 1993. Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang prasaran dan lalu lintas jalan.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 No. 3529. Sekertariat negara. Jakarta
Republik Indonesia. 2006. Peraturan Menteri Perhubungan No. 14 KM Tahun 2006 tentang Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas di Jalan. Jakarta
Direktorat Jendral Bina Marga. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Jakarta
Harianto,J., (2004). Sistem Pengendalian Lalu Lintas Pada Pertemuan Jalan Sebidang. Jurnal Teknik Sipil,
USU digital library.
Khisty, C. J dan B. Kent Lall., (2005). Dasar – dasar Rekayasa transportasi. Cetakan III. Erlangga, Jakarta.
Tamin, O.Z., (2003). Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Penerbit ITB, BandungTamin,
O.Z., (1999). Evaluasi Kinerja Persimpangan Berlalu Lintas dengan Metode Gelombang Kejut. Jurnal Teknik
Sipil.
Wikrama, J., (2011). Analisis Kinerja Simpang Bersinyal. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil. HCM ( Highway Capacity Manual) 2000.
Juwita, Farida, 2011. Analisis Kinerja Simpang Berlampu Lalu Lintas (Studi Kasus Pada Simpang Ruas Jalan
Sultan Agung). TAPAK, Vol. 1 No. 1 Nopember 2011.
Jaya, Putu dkk, 2013. Analisis Kinerja Simpang Dan Pembebanan Ruas Jalan Pada Pengelolaan Lalu Lintas
Dengan Sistem Satu Arah (Studi kasus Jalan Tukad Pakerisan, - Jalan Tukad Yeh Aya, - Jalan Tukad
Batanghari, - Jalan Tukad Barito). Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil, Volume 2, No. 1,
Pebruari 2013.