7 simulasi model dinamis - repository.ipb.ac.id · utama berupa grafik supply-demand seperti pada...
TRANSCRIPT
62
7 SIMULASI MODEL DINAMIS
Setelah model berhasil dibangun, maka dilanjutkan langkah berikut berupa simulasi
model sistem dinamis menggunakan software Stella yang dibantu oleh model pendukung
berbasis pemrograman komputer yang melengkapi dan mendukung model utama. Adapun
model pendukung berbasis pemrograman komputer terdiri dari:
1. Model pemrograman Interpretive Structural Modeling
2. Model pemrograman Analytical Network Process
3. Model pemrograman Bayesian Belief Netework
Pelaksanaan simulasi dilakukan dengan cara menginput alternatif peubah input secara
berulang hingga suatu tahap akan dapat diperoleh tingkat hasil simulasi yang paling sesuai
dengan tujuan yang diinginkan. Dari hasil simulasi dapat ditarik kesimpulan mengenai
perilaku peubah dan hubunganya dengan peubah lain tanpa harus mengalami fakta riel
seperti peluang terjadinya kerugian dan beban biaya yang mungkin timbul dari suatu
ramuan strategi yang kurang optimal. Tahapan simulasi pemodelan sistem dinamis dan tiga
pemodelan pemrograman pendukung adalah sebagai berikut:
7.1 Simulasi penggalangan ide-ide pengembangan agroindustri gula tebu
Dalam rangka mencapai tujuan penggalangan ide-ide, dalam penelitian ini akan
digunakan bantuan software Interpretive Structural Modeling yang dibuat oleh Concept
Star. Dalam software ISM, ide-ide yang muncul dari hasil Focused Group Discussion
(FGD) diinput ke dalam program yang didahului oleh penentuan visi bersama yang
melandasi pengembangan agroindustri gula tebu. Setelah peserta FGD sepakat dengan visi
tersebut, maka langkah selanjutnya adalah membuat pernyataan kontekstual untuk
membantu penurunan visi bersama tersebut ke dalam kegiatan riel sesuai konteks yang
ada. Langkah-langkah tersebut seperti dirincikan pada Lampiran 9 sampai dengan
Lampiran 12.
Dalam penelitian ini konteks signifikan diutarakan berkenaan dengan pentingnya
meningkatkan kinerja semua pihak yang terkait dengan pengembangan agroindustri gula
tebu. Setelah pernyataan kontekstual maka dilanjutkan dengan ”jenis relasi”. Dalam
penelitian ini jenis relasi dinyatakan dalam kalimat pernyataan ”lebih berpotensi
63
tercapainya tujuan”. Penentuan pernyataan dasar, pernyataan konteks, dan relasi dapat
dilihat di Gambar 21.
Gambar 21 Penentuan pertanyaan, konteks, dan relasi ISM
Setelah tahap penentuan pertanyaan dan konteks, peserta FGD diminta untuk
menyampaikan ide-ide. Dalam penelitian ini terjaring 11 (sebelas) ide-ide yang
diklasifikasikan sebagai ide utama. Struktur 11 ide ini sangat acak dan berpotensi
persoalan dalam menentuakan prioritas, seperti yang terlihat pada Gambar 22.
Gambar 22 Sebelas ide utama usulan para pemangku kepentingan
64
Berdasarkan ide-ide sebanyak 11 buah tersebut, dilakukanlah proses pemilihan (voting),
peserta diminta memilih satu dari dua alternatif kombinasi ide-ide yang disajikan secara
berulang seperti contoh pada Gambar 23.
Gambar 23 Contoh laman voting penentuan prioritas
Setelah pelaksanaan voting berulang selesai secara menyeluruh, maka software
ISM secara otomatis dapat mengeluarkan hasil simulasi ide-ide ke dalam sebuah format
diagram yang terstruktur dan mengikuti kaedah prioritas, seperti pada Gambar 24.
Gambar 24 Hasil simulasi ISM: struktur ide-ide berdasarkan prioritas
65
Hasil simulasi ISM menunjukan ide ”Peningkatan Produktifitas Hasil Panen Tebu” sebagai
elemen utama dan pertama dalam rangkaian pengembangan agroindustri gula tebu.
Elemen ini selanjutnya dijadikan sebagai fokus pengembangan pada tahapan-tahapan
pemrograman dan simulasi berikutnya.
7.2 Simulasi jejaring keyakinan Bayesian
Jejaring keyakinan Bayesian (Bayesian belief network) merupaka alat bantu
software yang dapat digunakan untuk membuat model probabilitas berkondisi yang proses
awal hingga hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 13 sampai dengan Lampiran
16. Dalam penelitian ini, dengan merujuk hasil simulasi ISM yang menempatkan elemen
”Peningkatan Produktifitas Hasil Panen Tebu” sebagai elemen utama dan pertama, maka
elemen ini akan digunakan sebagai ”elemen tujuan” dalam model jejaring keyakinan
Bayesian, seperti pada Gambar 25.
Gambar 25 Model jejaring keyakinan Bayesian, peningkatan produktifitas sebagai tujuan
model
66
Simulasi model jejaring keyakinan Bayesian dilakukan dengan cara melakukan
skenario perubahan pada elemen intervensi tindakan secara berulang. Dari berbagai
skenario, diperoleh laporan utama proses simulasi pada Gambar 26 yang menggambarkan
mengenai penjelasan maksud model dan informasi mengenai keseluruhan jejaring.
Langkah berikut adalah simulasi hasil probabilitas bersyarat yang merupakan hasil
utama jejaring. Dari hasil ini dapat dilihat sejauh mana tujuan model jejaring memiliki
probabilitas peningkatan produktifitas: sedang, baik, baik sekali. Hasil dapat dilihat pada
Gambar 27.
Gambar 26 Hasil laporan utama proses simulasi Jejaring Keyakinan Bayesian
Pada Gambar 27 terlihat bahwa setelah dilakukan simulasi, peluang keyakinan
peningkatan produktifitas, menunjukan urutan: 1) berhasil meningkat dengan baik, 2)
berhasil meningkat sangat baik, 3) berhasil meningkat sedang saja.
67
Gambar 27 Hasil simulasi model jejaring keyakinan Bayesian (BBN)
7.3 Simulasi Analytical Network Process
Berdasarkan hasil perhitungan ISM telah diperoleh elemen ”peningkatan
produktifitas hasil panen tebu” sebagai elemen pertama dalam struktur pemeringkatan, lalu
dilanjutkan dengan simulasi jejaring keyakinan Bayesian (BBN) yang menghasilkan
keyakinan keberhasilan upaya peningkatan produktifitas dengan predikat ”berhasil dengan
baik” mencapai peringkat pertama, maka sebagai langkah berikut adalah menjaga hasil
pemeringkatan ide utama ini dengan premis kebijakan.
Dalam penelitian ini akan digunakan tiga jenis kebijakan: 1) Kebijakan Moneter, 2)
Kebijakan Fiskal, dan 3) Kebijakan Pengembangan Alternatif Produk berbasis tebu. Alat
bantu software yang digunakan adalah Superdecisions Versi Beta 2.4. dengan langkah
awal membangun model ANP seperti pada Lampiran 5. Pada teknik pemrograman ANP,
pertama-tama dilakukan pembuatan struktur pemrograman seperti pada Gambar 28.
68
Gambar 28 Interface model ANP penentuan kebijakan untuk pengembangan agroindustri
gula tebu Hasil simulasi yang dilakukan oleh para peserta FGD dapat dilihat secara keseluruhan pada
Lampiran 17 dan secara spesifik pemeringkatan level strategis seperti pada Gambar 29.
Gambar 29 Hasil ANP level strategis management puncak
69
Bila ditinjau dari sisi Benefit, maka sejalan dengan makna Benefit yang setara dengan
Strenght pada analisis SWOT, hasil simulasi menjunjukan kondisi agroindustri gula tebu
saat ini seperti pada Gambar 30. Para pelaku FGD berpandangan pengembangan
agroindustri gula tebu ke depan akan memiliki Benefit bila didukung oleh kebijakan
Pengembangan Produk Alternatif.
Gambar 30 Hasil simulasi peringkat kebijakan pada elemen Benefit
Bila ditinjau dari sisi Cost yang setara dengan Weakness, maka hasil simulasi ANP
menunjukan pemeringkatan kebijakan seperti pada Gambar 31.
Gambar 31 Hasil simulasi peringkat kebijakan pada elemen Cost
70
Para pelaku FGD berpandangan pengembangan agroindustri gula tebu ke depan akan
menghadapi Cost (kelemahan) dan mereka berpandangan untuk menghadapi kelemahan ini
perlu didukung oleh kebijakan yang protektif berupa Penerapan Tarif BM.
Bila ditinjau dari sisi Opportunity, maka sejalan dengan makna Opportunity yang
setara dengan Opportunity pada analisis SWOT, hasil simulasi menjunjukan kondisi
agroindustri gula tebu saat ini seperti pada Gambar 32.
Para pelaku FGD berpandangan pengembangan agroindustri gula tebu ke depan akan
memiliki peluang Opportunity yang baik bila didukung oleh kebijakan yang protektif,
seperti Penerapan Tarif Bea Masuk. Hasil simulasi menunjukan bahwa antara kebijakan
Penerapan Tarif Bea Masuk dan kebijakan Pengembangan Produk Alternatif tidak terlalu
jauh berbeda meskipun kebijakan protektif lebih unggul. Hal ini sejalan dengan kaidah
strategi bahwa untuk mengoptimalkan peluang maka salah satunya adalah berkembang
dengan dilindungi proteksi yang wajar.
Gambar 32 Hasil simulasi peringkat kebijakan pada elemen Opportunity
Bila ditinjau dari sisi Risk yang setara dengan Threat, maka hasil simulasi ANP
menunjukan pemeringkatan kebijakan seperti pada Gambar 33. Para pelaku FGD
berpandangan pengembangan agroindustri gula tebu ke depan akan memiliki ancaman Risk
yang datang sewaktu-waktu. Untuk menghadapi ancaman ini perlu didukung oleh
kebijakan yang protektif, seperti Penerapan Tarif Bea Masuk. Hasil simulasi menunjukan
bahwa antara kebijakan Penerapan Tarif Bea Masuk dan kebijakan Pengembangan Produk
Alternatif jauh berbeda. Hal ini sejalan dengan kaidah strategi bahwa untuk melindungi
ancaman maka salah satunya perlu dilakukan kebijakan yang protektif.
71
Gambar 33 Hasil simulasi peringkat kebijakan pada elemen Risks
7.4 Simulasi model sistem dinamis
Sebagai model simulasi utama, pemodelan sistem dinamis terdiri dari interface
utama berupa grafik supply-demand seperti pada Gambar 34. Pada interface terlihat bahwa
permintaan akan gula dan pasokan dari waktu ke waktu mengalami surplus dan difisit.
Perilaku ini sejalan dengan karakteristik agroindustri gula tebu yang merupakan komoditas
musiman.
Gambar 34 Interface utama model sistem dinamis pengembangan agroindustri gula tebu
72
Penelitian ini dapat menggunakan benchmarking sebagai dasar simulasi berupa
rencana aksi swa sembada Pabrik Gula BUMN hingga tahun 2014, seperti di Tabel 10.
Tabel 10 Rencana aksi pabrik gula BUMN Kegiatan Satuan 2010 2011 2012 2013 2014
Perluasan Areal Ha 6,561 1,236 18,423 7,059 9,924
Bongkar Ratoon Ha 36,932 39,473 43,187 44,254 45,983
Rawat Ratoon Ha 88,764 86,474 94,544 96,645 98,374
Penyediaan Kebon Bibit Dasar Ha 10,442 11,050 11,414 11,487 12,072
Penyediaan Pupuk Ha 243,346 247,862 257,571 262,203 270,164
Kredit Usaha Tani Tebu Ha 153,154 154,646 156,640 159,933 165,888
Zat Pemacu Kemasakan Ha 54,157 61,929 6,489 66,646 69,129
Sarana Irigasi & Lebung Ha 29,783 38,537 43,874 49,149 53,184
Peningkatan Kapasitas 14 13 17 13 13
Rehabilitasi Pabrik 16 18 19 16 15
Merger, Amalgamasi pabrik - 2-->1 4 -->2 5-->2 -
Peningkatan Kualitas Gula 11 17 19 18 17
Pembangunan Pabrik Etanol - - 1 1 1
Pembangunan Pabrik Pupuk - - 2 3 1
Sumber: Revitalisasi Industri Gula BUMN 2010-2014
7.5 Hasil simulasi
Tahun 2010 merupakan tahun penting untuk melakukan evaluasi kinerja
agroindustri gula pada rentang waktu dekade 2010. Selanjutnya berdasarkan asumsi
rencana aksi pengembangan pada Tabel 10, maka dilakukanlah simulasi yang hasilnya
tertuang pada Tabel 11.
Tabel 11 Hasil simulasi berdasarkan rencana aksi PG BUMN tahun 2014
Pabrik Gula BUMN
Luas Lahan (ha) Hasil Tebu (Ton) Kapasitas (TCD) Gula (Ton) Rendemen (%)
2010 Riel
2014 Target
2010 Riel
2014 Target
2010 Riel
2014 Target
2010 Riel
2014 Target
2010 Riel
2014 Target
PTPN II
8,361
8,991
515,390
597,478
3,563 4,547
31,000
43,615 6.00 7.30
PTPN VII
29,114
31,309
1,980,497
2,295,939
8,439
10,771
132,062 189,949 6.80 8.30
PTPN IX
31,694
34,083
2,239,284
2,595,944
12,339 15,748
129,355 224,244 7.10 8..60
PTPN X
74,670
80,298
6,281,500
7,281,980
36,348 46,390
410,817 620,175 7.00 8..50
PTPN XI
66,374
71,371
5,570019
6,457,179
33,841 43,191
318,514 463,513 5.90 7.20
PTPN XIV
11,470
12,335
570,410
661,262
3,222 4,112
27,312 43,444 5.40 6.60
PT. RNI
64,897
69,789
5,707,400
6,616,441
29,966 38,245
334,916 491.045 6.10 7..40
Total
286,580
308,789
22,864,500
26,506,222
127,718 163,004
1,356,076 2,075,984 6.33 7.7 %
Perubahan 108% 116% 128% 153% 122%
73
Secara konsolidasi luas lahan pada tahun 2014 diperkirakan mengalami
peningkatan 8 % dari sejak tahun 2010 atau menjadi seluas 308,580 ha. Dengan asumsi
pelaksanaan program kerja yang telah ditetapkan, maka diprakirakan tingkat produktifitas
hasil panen tebu dapat naik hingga 16%, pada tahun 2014. Pada tahun yang sama, dengan
menerapkan program peningkatan kapasitas pabrik dan revitalisasi permesinan dan
pembangunan pabrik baru, maka diprakirakan kapasitas giling dapat meningkat 28%
sehingga dapat mencapai total kapasitas 163,004 ton cane per day. Diharapkan bila
program kerja dapat dilaksanakan dengan baik, maka tingkat rendemen dapat dinaikan
sebesar 22% sehingga rata-rata rendemen dapat mencapai 7.7 %. Akibat dari kenaikan
rendemen adalah meningkatnya kenaikan produk gula kristal putih sebesar 53% sejak
angka awal tahun 2010 yaitu mencapai 2,075,984 ton pada tahun 2014.