66262423-5-aspek-perkembangan-anak

102
(http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/25/perkem bangan-fisik-dan-perseptual-anak-sd/) Perkembangan fisik dan perseptual anak SD 1.a. Perkembangan Fisik Anak sekolah dasar umumnya berusia 6-12 tahun. Secara fisik, anak SD memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dengan kondisi fisik sebelum dan sesudanya. 1. Tinggi dan berat badan Pertumbuhan fisik anak pada usia SD cenderung lebih lambat dan konsisten bila dibandingkan dengan masa usia dini. Rata-rata anak usia SD mengalami penambahan berat badan sekitar 2,5- 3,5 kg, dan penambahan tinggi badan 5-7 cm pertahhun ( F.A Hadis 1996) 2. Proporsi dan bentuk tubuh Anak SD kelas-kelas awal umumnya memiliki proporsi tubuh yang kurang seimbang. Kekurangseimbangan ini sedikit demi sedikit mulai berkurang sampai terlihat perbedaannya ketika anak mencapai kelas 5 atau 6. Pada kelas akhir lazimnya proporsi tubuh anak sudah mendekati seimbang. Berdasarkan tipologi Sheldon ( Hurlock 1980 ) ada tiga

Upload: akhmad-ulil-albab

Post on 03-Jan-2016

89 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

rfgtres

TRANSCRIPT

(http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/25/perkembangan-fisik-dan-perseptual-anak-sd/)

Perkembangan fisik dan perseptual anak SD

1. a. Perkembangan Fisik

Anak sekolah dasar umumnya berusia 6-12 tahun. Secara fisik, anak SD memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dengan kondisi fisik sebelum dan sesudanya.

1. Tinggi dan berat badan

Pertumbuhan fisik anak pada usia SD cenderung lebih lambat dan konsisten bila dibandingkan dengan masa usia dini. Rata-rata anak usia SD mengalami penambahan berat badan sekitar 2,5-3,5 kg, dan penambahan tinggi badan 5-7 cm pertahhun ( F.A Hadis 1996)

2. Proporsi dan bentuk tubuh

Anak SD kelas-kelas awal umumnya memiliki proporsi tubuh yang kurang seimbang. Kekurangseimbangan ini sedikit demi sedikit mulai berkurang sampai terlihat perbedaannya ketika anak mencapai kelas 5 atau 6. Pada kelas akhir lazimnya proporsi tubuh anak sudah mendekati seimbang. Berdasarkan tipologi Sheldon ( Hurlock 1980 ) ada tiga kemungkinan bentuk primer tubuh anak SD yaitu :

Endomorph yakni yang tampak dari luar berbentuk gemuk dan berbadan besar.

Mesomorph yang kelihatannya kokoh, kuat dan lebih kekar

Ectomorph yang tampak jangkung, dada pipih, lemak dan seperti tak berotot

3. Otak

Bila dibandingkan dengan pertumbuhan bagian tubuh lain, pertumbuhan otak dan kepala jauh lebih cepat. Menurut Santrock dan Yussen, sebagian besar pertumbuhan otak terjadi pada usia dini. Menjelang umur lima tahun, ukuran otak anak mencapai 90% dari ukuran otak dewasa. Kematangan otak yang dikombinasikan dengan pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognisi anak.

4. Keterampilan motorik

Pada usia sekolah perkembangan motorik anak lebih halus, lebih sempurna dan terokkordinasi dengan baik seiring dengan bertambahnya berat dan kekuatan badan anak.

Pada saat berusia sekitar 10-11 tahun, ank lazimnya sudah mampu melakukan berbagai jenis kegiatan olahraga. Dalam keterampilan motorik kasar yang melibatkan aktivitas otot besar, anak laki-laki memiliiki kemampuan yang lebih baik daripada anak perempuan, karena jumlah sel otot anak laki-laki lebih banyak daripada sel otot anak perempuan.

Untuk memperhalus ketrampilan motorik mereka, anak-anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang kadang-kadang dalam bentuk permainan yang informal, permainan yang diatur sendiri oleh anak. Anak usia sekolah mengembangkan kemampuan untuk melakukan game dengan peraturan, sebab mereka sudah dapat memahami dan menaati aturan dari suatu permainan. Dalam waktu yang sama anak mengalami peningkatan dalam koordinasi dan pemilihan waktu yang tepat dalam melakukan berbagai aktivitas tersebut.

b. Perkembangan Perseptual

Aktivitas perceptual pada dasarnya merupakan proses pengenalan individu terhadap lingkungannya. Ada tiga proses aktivitas perceptual yang perlu dipahami yakni:

Sensasi adalah peristiwa penerimaan informasi oleh indra penerima.

Persepsi adalah interpretasi terhadap informasi yang ditangkap oleh indra penerima.

Atensi, mengacu kepada selektifitas persepsi. Dengan attensi kesdran seseorang bisa hanya tertuju pada satu objek dengan mengabaiikan objek lainnya.

Pada usia anak sekolah dasar, seringkali tampak bahwa anak yang mengungguli temannya dalam perkembangan mental biasanya secara fisik juga lebih besar, lebih kuat, lebih matang dari rata-rata. Anak itu biasanya tampil sebagai pemimpin alami. Anak yang secara fisik lebih unggul juga cenderung menujukan keuggulan mental.

Anak usia SD memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda, ia senang bermain, bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan senang melakukan sesuatu secara langsung. Oleh sebab itu guru hendaknya mengembangkan pelajaran yang mengandung unsure permainan, mengusahakan siswa berpidah atau bergerak, bekerja atau belajar dalam kelompok serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD

Pertumbuhan Fisik atau Jasmani

1. Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain,

sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi

ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak

berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini antara

lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap

anak, kebiasaan hidup dan lain-lain.

2. Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak.

Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi

lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh

makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua

serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan

perkembangan anak.

3. Olahraga juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak.

Anak yang kurang berolahraga atau tidak aktif sering kali menderita

kegemukan atau kelebihan berat badan yang dapat mengganggu gerak dan

kesehatan anak.

4. Orang tua harus selalu memperhatikan berbagai macam penyakit yang

sering kali diderita anak, misalnya bertalian dengan kesehatan penglihatan

(mata), gigi, panas, dan lain-lain. Oleh karena itu orang tua selalu

memperhatikan kebutuhan utama anak, antara lain kebutuhan gizi,

kesehatan dan kebugaran jasmani yang dapat dilakukan setiap hari

sekalipun sederhana.

Perkembangan Intelektual dan Emosional

1. Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor

utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan

pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual

tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki

kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam

berkomunikasi dengan teman-temannya.

2. Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan

jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua

maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga

dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa.

3. Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan

kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak

dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga

adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi

perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak

larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua

yang sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun

anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan

emosional anak.

4. Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali

bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada perkembangan

emosional anak.

5. Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang tua

dan anak, biasanya orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya

dokter anak, psikiatri, psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi

tersebut orang tua akan dapat melakukan pembinaan anak dengan sebaik

mungkin dan dapat menghindarkan segala sesuatu yang dapat merugikan

bahkan memperlambat perkembangan mental dan emosional anak.

6. Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran

orang tua, keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang

sering kali timbul. Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan stres

pada anak biasanya kurang perhatian orang tua, sering kali mendapat

marah bahkan sampai menderita siksaan jasmani, anak disuruh melakukan

sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan diri dengan lingkungan,

penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif

selama anak melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat.

Perkembangan Bahasa

Bahasa telah berkembang sejak anak berusia 4 – 5 bulan. Orang tua yang bijak

selalu membimbing anaknya untuk belajar berbicara mulai dari yang sederhana

sampai anak memiliki keterampilan berkomunikasi dengan mempergunakan

bahasa. Oleh karena itu bahasa berkembang setahap demi setahap sesuai dengan

pertumbuhan organ pada anak dan kesediaan orang tua membimbing anaknya.

Fungsi dan tujuan berbicara antara lain: (a) sebagai pemuas kebutuhan, (b) sebagai

alat untuk menarik orang lain, (c) sebagai alat untuk membina hubungan sosial, (d)

sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri, (e) untuk dapat mempengaruhi

pikiran dan perasaan orang lain, (f) untuk mempengaruhi perilaku orang lain.

Potensi anak berbicara didukung oleh beberapa hal. Yaitu: (a) kematangan alat

berbicara, (b) kesiapan mental, (c) adanya model yang baik untuk dicontoh oleh

anak, (d) kesempatan berlatih, (e) motivasi untuk belajar dan berlatih dan (f)

bimbingan dari orang tua.

Di samping adanya berbagai dukungan tersebut juga terdapat gangguan

perkembangan berbicara bagi anak, yaitu: (a) anak cengeng, (b) anak sulit

memahami isi pembicaraan orang lain.

Perkembangan Moral, Sosial, dan Sikap

1. Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa selain memberikan bimbingan

juga harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam masyarakat

dengan tepat, dan dituntut menjadi teladan yang baik bagi anak,

mengembangkan keterampilan anak dalam bergaul dan memberikan

penguatan melalui pemberian hadiah kepada ajak apabila berbuat atau

berperilaku yang positif.

2. Terdapat bermacam hadiah yang sering kali diberikan kepada anak, yaitu

yang berupa materiil dan non materiil. Hadiah tersebut diberikan dengan

maksud agar pada kemudian hari anak berperilaku lebih positif dan dapat

diterima dalam masyarakat luas.

3. Fungsi hadiah bagi anak, antara lain: (a) memiliki nilai pendidikan, (b)

memberikan motivasi kepada anak, (c) memperkuat perilaku dan (d)

memberikan dorongan agar anak berbuat lebih baik lagi.

4. Fungsi hukuman yang diberikan kepada anak adalah: (a) fungsi restruktif,

(b) fungsi pendidikan, (c) sebagai penguat motivasi.

5. Syarat pemberian hukuman adalah: (a) segera diberikan, (b) konsisten, (c)

konstruktif, (d) impresional artinya tidak ditujukan kepada pribadi anak

melainkan kepada perbuatannya, (e) harus disertai alasan, (f) sebagai alat

kontrol diri, (g) diberikan pada tempat dan waktu yang tepat.

PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK SD

Anak usia SD masih memasuki tahap perkembangan yang sangat pesat.

Berbagai otot dan tulang mengalami penguatan sehingga anak cenderung aktif dalam

melakukan kegiatan fisik seperti bergerak, berlari, dan tidak pernah diam di tempat.

Secara kognitif, pemikiran anak SD sedang mengalami pertumbuhan sangat cepat.

Menurut Peaget (dalam Sanrock (1995:308) perkembangan kognitif merupakan suatu

proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis

perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka

makin kompleks lah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya.

Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami adaptasi biologis

dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan

kualitatif di dalam struktur kognitifnya. Sanrock tidak melihat perkembangan kognitif

sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Piaget menyimpulkan

bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula

secara kualitatif untuk itu perlu perlakuan dan dukungan yang berbeda.

Perkembangan kognitif anak SD dalam fase operasional konkrit (6-12 tahun),

anak memiliki pengetahuan melalui operasi benda-benda konkrit. Pembelajaran

dengan menggunakan referensi benda konkrit sangat membantu anak memahami

simbol-simbol abstrak. perkembangan intelektual anak sebagian besar ditentukan oleh

manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Ketika anak-anak beradaptasi

dengan lingkungan, mereka menambah informasi baru tentang pengalaman mereka

yang mengharuskan mereka memperbesar kategori yang ada atau membuat kategori

baru.

Bagaimana anak-anak memperluas tata bahasa mereka dengan begitu cepat?

Sebenarnya mereka melakukannya dengan pemetaan secara cepat, yang

memungkinkan mereka untuk menyerap arti kata baru setelah mendengarnya sekali

atau dua kali dalam percakapan. Pada basis konteks tersebut, anak-anak tampaknya

membentuk hipotesis yang cepat mengenai arti kata dan menyimpannya dalam

ingatan. Ahli bahasa tidak yakin bagaimana pemetaan secara cepat terjadi, tetapi

tampaknya kemungkinan anak-anak menarik apa yang mereka tahu tentang aturan

untuk membentuk kata-kata, tentang kata-kata yang sama, tentang konteks yang cepat,

dan tentang subyek yang dibahas.

Nama-nama obyek (kata benda) tampaknya lebih mudah untuk dipetakan

secara cepat dibandingkan dengan nama-nama tindakan (kata kerja), yang kurang

kongkret. Pada usia 5 hingga 7 tahun, kemampuan bicara anak-anak menjadi sangat

mirip dengan orang dewasa. Mereka berbicara dalam kalimat yang lebih panjang dan

lebih rumit. Mereka menggunakan lebih banyak kata hubung, kata depan, dan artikel.

Mereka menggunakan kalimat kompleks dan susunan dan dapat menangani semua

bagian pembicaraan. Masih lagi, saat anak-anak pada usia ini berbicara secara lancar,

dapat dimengerti dan benar menurut tata bahasa, mereka harus menguasai beberapa

poin bahasa.

Ada dua proses yang memungkinkan perubahan ini. Asimilasi merupakan

proses kognitif yang menggabungkan informasi dari lingkungan ke dalam skemata

yang ada. Sebaliknya, akomodasi adalah proses kognitif yang mengubah skemata yang

ada atau membuat skemata baru untuk menyesuaikan dengan lingkungan. Melalui

asimilasi, anak-anak menambahkan informasi baru ke dalam gambaran mereka

tentang dunia; melalui akomodasi, mereka mengubah gambaran mereka tentang dunia

berdasarkan informasi baru.

Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu;

a) Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun)

Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya

yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan

dilakukan langkah demi langkah. Kemampuan yang dimilikinya antara lain:

1) Melihat dirinya sendiri sebagai mahkluk yang berbeda dengan objek di

sekitarnya.

2) Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.

3) Suka memperhatikan sesuatu lebih lama.

4) Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.

5) Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.

b) Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan simbol atau

bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif Tahap itu dibagi

menjadi dua, yaitu pemikiran simbolis dan pemikiran intuitif.

Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam

mengembangkan konsepnya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering

terjadi kesalahan dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah:

1) Self counter nya sangat menonjol.

2) Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan

mencolok.

3) Tidak mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda.

4) Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang

benar.

5) Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan

perbedaan antara deretan.

Tahap intuitif (umur 4-8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan

berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering

tidak diungkapkan dengan kata-kata. Karakteristik tahap ini adalah:

1) Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang

disadarinya.

2) Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal hal yang lebih

kompleks.

3) Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.

4) Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap

sejumlah objek yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak kekekalan

masa pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan

volume pada usia 7 tahun. Anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap

sama meskipun objek itu dikelompokkan dengan cara yang berbeda.

c) Karakteristik Tahap Operasional konkret (umur 7/8 – 11/ 12 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan

aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan.

Karakteristik tahap operasional konkret :

1) Sistem kekekalan

2) Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh

3) Melihat dari berbagai segi

4) Seriasi

5) Klasifikasi

6) Bilangan

7) Ruang, waktu dan kecepatan

8) Kausalitas

9) Probabilitas

10) Penalaran

11) Egosentrisme dan sosialisme

d) Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir

abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”. Model

berpikir ilmiah sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik

kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Pada tahap ini kondisi

berpikir anak sudah dapat:

1) Bekerja secara efektif dan sistematis

2) Menganalisis secara kombinasi

3) Berpikir secara proporsional

4) Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi.

Materi pembelajaran sebaiknya dalam bentuk yang mudah dipahami oleh anak,

kalimatnya sederhana, lugas, dan jelas. Kalau perlu materi disertai gambar dan

ilustrasi menarik dan menyenangkan. Unsur problematik dalam materi juga akan

membuat sajian materi tidak monoton dan menjemukan, tetapi menantang penalaran

kritis anak. Supaya memiliki kebermaknaan pada anak, materi diangkat dari realitas

kehidupan anak sehari-hari. Dengan demikian materi yang dikembangkan disesuaikan

dengan pekermbangan dan kebutuhan anak.

Menjumpai sesuatu yang tidak dipahami atau tidak bisa dimengerti,

seorang anak bisa mengalami ketidaksetimbangan, atau konflik kognitif.

Ketidaksetimbangan biasanya menimbulkan kebingungan dan pergolakan,

perasaan yang mendorong anak-anak untuk mendapatkan kesetimbangan,

yakni keseimbangan yang menyenangkan dengan lingkungan. Dengan kata

lain, ketika dihadapkan dengan informasi baru atau berbeda, anak-anak (dan

juga orang dewasa) secara intrinsik termotivasi untuk mencoba

memahaminya. Jika anak-anak dapat menyesuaikan dengan informasi baru,

maka ketidaksetimbangan yang ditimbulkan oleh pengalaman baru akan

memotivasi si anak untuk mempelajari.

(http://wahyudiuksw.blogspot.com/2009/05/perkembangan-kognitif-anak-sd.html?zx=3eba01130f0206b6)

Perkembangan Kognitif Anak Usia SDMemang anak di usia SD perkembangannya sangat pesat,terutama fisik mereka. dan juga cara berfikir mereka. tetapi biasanya anak usia SD berpikirnya yang logis2 atau yang dapat mereka terima dengan indra mereka.Dan disini juga pengaruh lingkungan sangat berperan, apalagi dalam lingkungan keluarga.Disini anak usia SD sudah mulai mengenal bahasa yang banyak, mulai dari teman sebaya mereka maupun orang lain.

Perkembanga bahasa

Perkembangan Bahasa dalam Usia Anak SDOPINI | 18 December 2010 | 11:15 409 2 Nihil

Sebelum ke perkembangan bahasa, apa sih pengertian dari bahasa itu? Bahasa itu tentunya untuk alat komunikasi dengan orang lain. Dan bahasa itu sangat penting bagi manusia, karena manusia adalah makhluk sosial yang berinteraksi dengan lingkungannya.

<a href="http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=a80dd573&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE" target="_blank"><img src="http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=1033&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=a80dd573" border="0" alt="" /></a>

Ads  

anak sekolah dasar dalam berbahasa terus berkembang, dari mulai satu kalimat, dan seterusnya. Untuk itu perlu kita telusuri apa saja perkembangan bahasa yang dialami oleh perserta didik. Tentunya bagi sorang guru itu perlu mengetahui bagaimana perkembangan bahasa perserta didiknya. Perkembangan bahasa pada usia sekolah yaitu antara lain,

penggunaan bahasa pada anak, aspek pada penggunaan bahasa adalah narasi dan percakapan. Umumnya pada usia ini, tugas komunikasi menjadi kompleks dan sulit , sehingga anak-anak usia ini mengalami kesulitan untuk memahami perasann orang lain, lalu anak usia 5-6 tahun cenderung kurang mampu mengkomunikasikan informasi dari anak yang lebih tua, jadi informasi yang abstrak belum mampu dikomuikasikan pada anak-anak.

Lalu meningkatnya jumlah pembendaharaan dan spesifikasi definisi. Yaitu dalam masa pertumbuhan pemahaman kata dan hubungannya berlangsung terus menerus, sehingga mereka dapat memperkaya perbendaharaan katanya lebih banyak melalui bacaan-bacaan yang sifatnya konstekstual, peningkatan tersebut mungkin setelah kelas empat SD. Namun walaupun terjadi peningkatan perbendaharaan kata tidak selalu anak dapat memahami makna suatu kata atau kalimat. Karena, dapat terjadi bila anak tidak menguasai perbendaharaan dari semua kata di dalam kalimat, tapi anak itu dapat memahami makna kata atau kalimat secara tepat. Sebaliknya, anak yang menguasai arti dari seluruh kata dalam suatu kalimat tertentu tidak dapat memahami makna kata atau suatu kalimat. Untuk itu dalam memaknai suatu kata ataupun kalimat diperlukan lebih banyak kemampuan menjustifikasi suatu kata atau kalimat daripada sekedar mengetahui arti kata.

Selanjutnya, pengembangan sintaksis yang ada dan pemerolehan bentuk-bentuk baru secara simultan. Yaitu anak yang terus menerus mengembangkan kalimat dengan mengelobarasikan kata benda dan kata kerja. Penyatuan dan pemahaman fungsi terus berkembang. Struktur tambahan mencakup bentuk kalimat pasif. Dalam perkembangan morpologi pada anak kelas awal SD dapat ditandai dengan penggunaan kata imbuhan awalan, dan paling sulit yang hadapi anak yaitu menenai penggunaan sisipan.

Perkembangan membaca dan menulis, perlu diketahui bahwa faktor yang berpengaruh pada pembaca yang baik yaitu kesediaan orang tua untuk menyediakan serta menciptakan lingkungan kondusif di rumah bagi perkembangan kemampuan membaca melalui penyediaan bacaan. Membaca bersama-sama merupakan aktivitas yang bernilai sosial tinggi yang melibatkan secara aktif orang tua dan anak. Ada tumpang tindih antara menbaca dan menulis, umumnya, penulis yang baik adalah pembaca yang baik pula. Sebaliknya, proses menulis berkaitan dengan kegiatan menggambar yang menunjukkan simbolis, sehingga anak yang kemampuan melukisnya bagus maka menulisnya juga bagus.

Menciptakan perkembangan bahasa yang optimal di KBM SD

Untuk menuntun anak dalam mengenai perkembangan bahasa itu sangat penting. Karena dapat membantu anak berkomunikasi dengan baik dan ank tersebut tentunya akan mengerti tentang pemahaman-pemahaman tertentu. Untuk itu perlu sekolah terutama di setiap kelas suatu pembelaajaran yang efektif sehingga perkembangan bahasanya bisa berjalan secara optimal.

Pembelajaran yang optimal maka sangat perlu bahasa yang komunikatif yang memungkinkan semua pihak yang terlibat dalam interaksi belajar mengajar dapat berperan secara aktif dan produktif. Bahasa itu merupakan alat komunikasi dalam pergaulan social sehingga dengan komunikasi bisa menghasilkan pembelajaran efektif untuk mendapat pendidikan yang optimal. apabila guru dan siswa saling komunikasi dengan baik dan anak mengerti apa yang dikatakan oleh seorang guru, tentunya dapat menghasilkan pembelajaran yang optimal. untuk itu, diharapkan seorang guru agar menggunakan bahasa anak di dalam kelas daripada bahasa orang dewasa.

Dari terjalinnya suatu komunikatif antara seorang guru dan peserta didik, tentunya pemberian lingkungan kondusif bagi perkembangan bahasa itu sangat penting. Dengan adanya lingkungan kondusif yang tercipta sesuai dengan kebutuhan anak untuk perkembangan bahasa pada saatnya, akan berdampak sangat positif terhadap perkembangan bahasa anak, tidak hanya sebagai pengguna bahasa yang pasif, tapi juga menjadi pengguna bahasa yang aktif. Untuk menciptakan suatu lingkungan kondusif dikelas yaitu pengaturan tata letak meja kursi dan lainnya, dan juga suara seorang guru agar tidak begitu lirih di dalam kelas, sehingga seorang guru harus mengatur suaranya agar dapat didengar siswa semuanya.

perkembangan anak usia sekolah dasar Pendahuluan Masa pertumbuhan anak seharusnya diperhatikan secara seksama oleh orang tua, karena proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi kehidupan merekapada masa mendatang. Jika perkembangan anak luput dari perhatian orang tua maka anak akan tumbuh seadanya sesuai dengan yang hadir dan menghampiri mereka.Perkembangan anak merupakan segala perubahan yang terjadi pada usia anak, yaitu pada masa infancy todlerhood (usia 0-3 tahun), early childhood (usia 3-6 tahun), middle childhood (usia 6-11 tahun). Perubahan yang terjadi pada diri anak tersebut meliputi perubahan pada aspek fisik, emosi, kognitif, dan psikososial.Masa usia sekolah dasar merupakan masa kelanjutan dari masa bayi dan prasekolah anak. Masa ini terjadi dari usia 5 sampai 12 tahun yang ditandai dengan terjadinya perkembangan-perkembangan pada diri anak diantaranya fisik dan juga kognitifnya. Kemudian dalam makalah ini akan dibahas tentang bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kognitif anak diusia sekolah tepatnya sekolah dasar.PembahasanA. Perkembangan Fisik Anak Usia Sekolah dasarPada masa pertengahan dan akhir anak-anak merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira dua tahun menjelang anak menjadi matang secara seksual, pada masa ini pertumbuhan berkembang pesat. Oleh karena itu, masa ini sering disebut juga sebagai “periode tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja, meskipun merupakan masa tenang, tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti.1. Aspek dari pertumbuhan fisikPada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak selama masa ini terjadi terutama karena bertambahnya ukuran system rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh. Pada saat yang sama kekuatan otot-otot secara berangsur-angsur bertambah dan gemuk bayi ( babyfat ) berkurang. Pertambahan kekuatan otot ini adalah karena faktor keturunan dan latihan ( olah raga ). Karena factor perbedaan jumlah sel-sel otot, maka pada umumnya untuk anak laki-laki lebih kuat dari pada anak perempuan. 2. Perkembangan motorik Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan badan,maka pada masa ini perkembangan motorik menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan awal masa anak-anak. Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan makin pandai meloncat, anak juga makin mampu menjaga keseimbangan badannya.Untuk memperhalus keterampilan-keterampilan motorik, anak-anak terus melakukan berbagai aktifitas fisikyang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak-anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olah raga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dan lain sebagainya.Beberapa perkembangan motorik ( kasar maupun halus ) selama periode ini antara lain : a. Anak usia 5 tahun• Mampu melompat dan menari• Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan termasuk kaki

• Dapat mnghitung jari-jarinya• Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan mampu bercerita• Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya• Menprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya• Mampu membedakan besar dan kecilb. Anak usia 6 tahun• koordinasi mata dan tangan• ketangkasan meningkat• melompat tali• bermain sepeda• mengetahui kanan dan kiri• mungkin bertindak menentang dan tidak sopan• mampu menguraikan objek-objek dengan gambarc. Anak usia 7 tahun• tangan anak semakin kuat• mulai membaca dengan lancar• cemas terhadap kegagalan• peningkatan minat pada bidang spiritual• kadang malu dan sedih

d. Anak usia 8-9 tahun• kecepatan dan kehalusan aktifitas motorik meningkat• mampu menggunakan peralatan rumah tangga• keterampilan lebih individual• ingin terlibat dalam sesuatu• menyukai kelompok dan mode• mencari teman secara aktife. Anak usia 10-12 tahun • perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh yang berhubungan dengan pubertas mulai nampak • mampu melakukan aktifitas rumah tangga, seperti mencuci dan lain-lain• adanya keinginan untuk menyenangkan dan membantu orang lain• mulai tertarik dengan lawan jenisB. Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah Seiring dengan masuknya anak kesekolah dasar, kemapuan kognitifnya urut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas. Dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak.Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya fikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris maka pada masa ini daya piker anak berkembang kearah berpikir kongkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat sehingga anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar. Menurut teori piaget, pemikiran anak masa sekolah dasar disebut juga pemikiran operasional kongkrit (concrete operational thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek peristiwa nyata atau kongkrit.dalam upaya memahami alam

sekitarnya mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indera, karena anak mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi-operasi, yaitu: a. Negasi (negation)Yaitu pada masa kongkrit operasional, anak memahami hubungan-hubungan antara benda atau keadaan yangsatu dengan benda atau keadaan yang lain.b. Hubungan timbal balik (Resiprok)Yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.c. Identitas Yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda yang ada.Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkannya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.a. Perkembangan memoriSelama periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik. Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai adanya keterbatasan-keterbatasan. Untuk mengurangi keterbatasan-keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan strategi memori yaitu merupakan prilaku disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori. Matlin (1994) menyebutkan empat macam strategi memori yang penting, yaitu: 1. Rehalsal (pengulangan)Suatu strategi meningkatkan memoridengan cara mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan.

2. Organization (organisasi)Pengelompokan dan pengkategorian sesuatu yang digunakan untuk meningkatkan memori. Seperti anak SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut susunan dimana mereka duduk dalam satu kelas. 3. Imagery (perbandingan)Membandingka sesuatu dengan tipe dari karakteristik pembayangan dari seseorang.4. Retrieval (pemunculan kembali) Proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari tempat penyimpanan. Ketika suatu isyarat yang mungkin dapat membantu memunculkan kembali sebuah memori, mereka akan menggunakan secara spontan.Selain strategi-strategi memori diatas, terdapat hal-hal lain yang mempengaruhimemori anak, seperti tingkat usia, sifat anak (termasuk sikap, kesehatan, dan motivasi), serta pengetahuan yang diperolehanak sebelumnya.b. Perkembangan pemikiran kritisPerkembangan pemikran kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikian agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber, serta mampu berpikir secara reflektif dan evaluatif. c. Perkembangan kreativitasDalam tahap ini anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang

baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah.d. Perkembangan bahasaSelama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata dan cara menggunakan kalimat bertambah kompleks. Perkembangan ini terlihat dalam cara berpikirtentang kata-kata, struktur kalimat dan secara bertahap anak akan mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturantata bahasa secara tepat.KesimpulanDari pembahasan diatas dapat disimpulkan: 1. Aspek perkembangan fisik meliputi perkembangan fisik juga perkembangan motorik2. Aspek perkembangan kognitif disebut juga pemikiran operasional kongkrit (concrete operational thought) yang meliputi:a. Perkembangan memorib. Perkembangan pemikiran kritisc. Perkembangan kreativitasd. Perkembangan bahasa

Daftar PustakaSamsunuwiyati Mar’at, samsunuwiyati Prof. Dr. hj. S.psi, Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya 2005.www.g-excess.com/id/perkembangan-anak-perkembangan-fisik-motorik-kognitif-psikososial.html

http://babay-cute.blogspot.com/2009/06/teori-perkembangan-johnpiaget.html

Teori perkembangan JohnPiaget TAHAP-TAHAP PERKEMBANGANPiaget mengidentifikasi empat faktor yang mempengaruhi transisi tahap perkembangan anak, yaitu :1. kematangan2. pengalaman fisik / lingkungan3. transmisi social4. equilibriumSelanjutnya Piaget mengemukakan tentang perkembangan kognitif yang dialami setiap individu secara lebih rinci, mulai bayi hingga dewasa. Teori ini disusun berdasarkan studi klinis terhadap anak-anak dari berbagai usia golongan menengah di Swiss. Berdasarkan hasil penelitiannya, Piaget mengemukakan ada empat tahap perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis :1. tahap Sensori Motor : 0 – 2 tahun ;2. tahap Pra Operasi : 2 – 7 tahun ;3. tahap Operasi Konkrit : 7 – 11 tahun ;4. tahap Operasi Formal : 11 keatas.Sebaran umur pada seiap tahap ersebut adalah rata-rata (sekitar) dan mungkin pula terdapat perbedaan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya, antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Dan teori ini berdasarkan pada hasil penelitian di Negeri Swiss pada tahun 1950-an.a. Tahap Sensori Motor (Sensory Motoric Stage)Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra)Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila ada pada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek yang asalnya terlihat kemudian menghiang dari pandangannya, asal perpindahanya terlihat. Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai terpisah dari dirinya dan bersamaan dengan itu konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang. Ia mulai mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam symbol-simbol, misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara binatang, dll.Kesimpulan pada tahap ini adalah : Bayi lahir dengan refleks bawaan, skema dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks. Pada masa kanak-kanak ini, anak beum mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan indranya. b. Tahap Pra Operasi ( Pre Operational Stage)Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Istilah operasi yang digunakan oleh Piaget di sini adalah berupa tindakan-tindakan kognitif, seperti mengklasifikasikan sekelompok objek (classifying), menata letak benda-benda menurut urutan tertentu (seriation), dan membilang (counting), (mairer, 1978 :24). Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran

logis, sehingga jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi, luas, dll. Selain dari itu, cirri-ciri anak pada tahap ini belum memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan.Kesimpulan pada tahap ini adalah : Anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai (dilihat) di dalam lingkungannya saja.c. Tahap Operasi Konkrit (Concrete Operational Stage)Anak-anak yang berada pada tahap ini umumnya sudah berada di Sekolah Dasar, dan pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objekAnak pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada saat ini (karena itu disebut tahap operasional konkrit). Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika. Smith (1998) memberikan contoh. Anak-anak diberi tiga boneka dengan warna rambut yang berlainan (Edith, Suzan, dan Lily), tidak mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi boneka yang berambut paling gelap. Namun, ketika diberi peranyaan, “Rambut Edith lebih terang daripada rambut Lily. Rambut siapakah yang paling gelap?” , anak-anak pada tahap operasional konkret mengalami kesulitan karena mereka belum mampu berpikir hanya dengan menggunakan lambang-lambang.Kesimpulan pada tahap ini adalah : Anak telah dapat mengetahui symbol-simbol matematis, tetapi belum dapatt menghadapi hal-hal yang abstrak (tak berwujud).d. Tahap Operasi Formal (Formal Operation Stage)Tahap operasi formal ini adalah tahap akhir dari perkembangan konitif secara kualitatif. Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abtrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan dengan objek atau peristiwanya berlangsung. Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep promosi. Sebagai contoh eksperimen Piaget berikut ini :Seorang anak pada tahap ini dihadapkan pada gambar “pak Pendek” dan untaian klip (penjepit kertas) untuk mengukur tinggi “Pak Pendek” itu. Kemudian ditambahkan penjelasan dalam bentuk verbal bahwa “Pak Pendek” itu mempunyai teman “Pak Tinggi”. Lebih lanjut dikatakan bahwa apabila diukur dengan batang korek api tinggi “Pak Pendek”empat batang sedangkan tinggi “Pak Tinggi” enam batang korek api.Berapakah tinggi “Pak Tinggi” bila diukur dengan klip? Dalam memecahkan masalah diatas, anak harus memerlukan operasi terhadap operasi. Karakteristik dari anak pada tahap ini adalah telah memiliki kekampuan untuk melakukan penalaran hipotek-deduktif, yaitu kemampuan untuk menyusun serangkaian hipotesis dan mengujinya (child, 1977 : 127)Kesimpulan pada tahap ini adalah :

Pada tahap operasional formal, anak-anak sudah mampu memahami bentuk argumen dan tidak dibingungkan oleh isi argument (karena itu disebut operasional formal). Tahap ini mengartikan bahwa anak-anak telah memasuki tahap baru dalam logika orang dewasa, yaitu mampu melakukan penalaran abstrak. Sama halnya dengan penalaran abstrak sistematis, operasi-operasi formal memungkinkan berkembangnya system nilai dan ideal, serta pemahaman untuk masalah-masalah filosofis.

Cara-cara dalam mengembangkan pendidikan Tk dan SD menurut teori jean piagetTeori psikologi perkembangan Jean Piaget selama ini telah menjadi rujukan utama kurikulum TK dan bahkan pendidikan secara umum. Pelajaran membaca, menulis, dan berhitung secara tidak langsung dilarang untuk diperkenalkan pada anak-anak di bawah usia 7 tahun. Piaget beranggapan bahwa pada usia di bawah 7 tahun anak belum mencapai fase operasional konkret. Fase itu adalah fase, di mana anak-anak dianggap sudah bisa berpikir terstruktur. Sementara itu, kegiatan belajar calistung sendiri didefinisikan sebagai kegiatan yang memerlukan cara berpikir terstruktur.Piaget khawatir otak anak-anak akan terbebani jika pelajaran calistung diajarkan pada anak-anak di bawah 7 tahun. Alih-alih ingin mencerdaskan anak, akhirnya anak-anak malah memiliki persepsi yang buruk tentang belajar dan menjadi benci dengan kegiatan belajar setelah mereka beranjak besar.Persiapan belajar membaca mempunyai tiga unsur pokok. Yaitu minat untuk membaca, kemampuan membedakan secara visual (bentuk, warna, ukuran) dan kemampuan membedakan suara-suara. Untuk memupuk minat baca si kecil, orangtua bisa melatihnya dengan memberikan dan membacakan buku-buku cerita dengan gambar yang menarik.Berorientasi pada Kebutuhan AnakKegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.Belajar melalui bermain Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya.Lingkungan yang kondusifLingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.Menggunakan pembelajaran terpaduPembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.. Mengembangkan berbagai kecakapan hidupMengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri

dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri.Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajarMedia dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru.Dilaksanakan secara bertahap dan berulang –ulangPembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan–kegiatan yang berulang-ulang.

http://revyarmy.wordpress.com/2010/04/01/perkembangan-dan-cara-belajar-anak-di-sd/

Perkembangan dan Cara Belajar Anak di   SD April 1, 2010 pukul 7:41 am | Ditulis dalam pendidikan | 2 Komentar

Perkembangan dan Cara Belajar Anak di SD 

 

PENDAHULUAN

1.1.  LATAR BELAKANG

Perkembangan anak manusia merupakan sesuatu yang kompleks. Artinya banyak faktor yang turut berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya proses perkembangan anak. Baik unsure-unsur bawaan maupun unsure-unsur pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan sama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju perkembangan ank tersebut.

Guru terutama guru SD diharapkan mempunyai pemahaman konseptual tentang perkembangan dan cara belajar anak di SD.pemahaman konseptual tersebut meliputi gambaran tentang siapa anak SD dan bagaiamana mereka berkembang, yang mencakup tentang karakteristik perkembangan anak usia SD dalam berbagai aspek fisik biologis, kognitif, bahasa, dan psikososial. Selain itu diperlukan adanya pemahaman tentang prinsip-prinsip belajar anak, proses-proses psikologis yang terjadi dalam belajar anak serta peran motivasi dalam belajar anak.

Dengan bekal pemahaman konstektual tersebut, guru diharapkan dapat mengaplikasikan pemahaman tersebut dalam menyelenggarakan proses pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan anak SD.

1.2.  RUMUSAN MASALAH

 

Bagaimanakah perkembangan anak sekolah dasar dan cara belajar anak sekolah dasar ?

1.3.  TUJUAN PENULISAN

Untuk mengetahui perkembangan anak sekolah dasar dan cara belajar anak sekolah dasar.

PEMBAHASAN

 

2.1  PERKEMBANGAN ANAK SEKOLAH DASAR

 

1. A.     PERKEMBANGAN SECARA FISIK

 

Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI meliputi pertumbuhan tinggi dan berat badan. Perubahan proporsi atau perbandingan antar bagian tubuh yang membentuk postur tubuh, pertumbuhan tulang, gigi, otot, dan lemak. Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak menentukan ketrampilan anak bergerak. Pertumbuhan dan perkembangan mempengaruhi cara memandang dirinya sendiri dan orang lain, yang berdampak dalam melakukan penyesuaian dengan dirinya dan orang lain.

ü      Pertumbuhan Tinggi

Pertumbuhan tinggi badan setiap anak berbeda-beda, tapi mengikuti pola yang sama.

1. Anak usia 5 tahun : tinggi tubuh 2x dari tinggi/panjang tubuh saat  lahir.     

Setelah itu melambat 7 cm setiap tahun.

1. Anak usia 12/13 thn : tinggi anak 150 cm, masih bertambah sampai usia

18 tahun ketika mengakhiri masa remaja.

Pada akhir usia SD dan anak masuk masa puber, pertumbuhan anak laki-laki lebih lambat dari anak perempuan. Namun setelah itu, pertumbuhan laki-laki lebih cepat.

ü      Perkembangan Berat Tubuh Peserta Didik.

1. Anak usia 5 tahun          : berat 5x setelah dilahirkan.2. Anak masa anak            : berat 35-40 kg.3. Anak usia 10-12 tahun (permulaan masa remaja):

Anak mengalami periode lemak. Mengalami pematangan kelamin yang berasal dari hormone. Nafsu makan anak semakin besar. Pertumbuhan tubuh yang cepat. Penumpukan lemak pada perut, pinggul,pangkal paha, dada, sekitar rahang, leher

dan pipi.

                  

Berdasarkan tipologi Sheldon (Hurlock, 1980) ada tiga kemungkinan bentuk primer anak SD, yaitu:

1. Bentuk tubuh endomorph: yang tampak dari luar berbentuk gemuk dan berbadan besar.

2. Bentuk tubuh mesomorf: kelihatannya kokoh, kuat, dan lebih kekar.3. Berat tubuh ektomorf: tampak jangkung, dada pipih, lemah dan seperti tak

berotot.

ü      Pertumbuhan Tulang, Gigi, Otot dan Lemak.

1. Pertumbuhan tulang (jumlah dan komposis) pada peserta didik usia SD/MI cenderung lambat dibandingkan anak awal dan remaja.

2. Pengerasan tulang dan tulang rawan menjadi tulang keras berlangsung terus sampai akhir masa remaja.

3. Pertumbuhan tulang terjadi tidak serempak dan kecepatannya berbeda, tergantung pada hormone, gizi dan zat mineral yang dikonsumsi.

4. Pada dua tahun terakhir masa anak akhir dimana terjadi periode lemak, terjadi pembengkokkan tulang karena tulang belum/tidak cukup keras menompang berat badan.

5. Pergantian gigi susu menjadi gigi tetap terjadi pada peserta didik usia SD/MI menjadi peristiwa penting karena dapat mempengaruhi perilaku anak.

6. Perkembangan susunan syaraf pada otak dan tulang belakang mempengaruhi perkembangan indra dan berpikir anak yang berdampak pada kemampuan anak dalam belajar.

7. Sebagian peserta usia SD/MI juga berbeda pada masa awal remaja/puber.

Masa ini terjadi perubahan fisik yang sangat pesat dalam ukuran tinggi, berat badan, proporsi tubuh.

Kematangan kelenjar dan hormone yang berkaitan engan pertumbuhan seksual. Mengalami ketidakseimbangan, terlalu memperhatikan perubahan fisik, menarik

diri dari pergaulan, perubahan minat/aktivitas bermain, bersikap negative/menentang, kurang PD, dsb.

v     Faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik

Pertumbuhan fisik peserta didik usia SD/MI lebih lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan masa sebelumnya (masa bayi dan TK awal) dan sesudahnya (masa puber dan remaja). Jadwal waktu pertumbuhan fisik tiap anak tidak sama, ada yang berlangsung cepat, sedang atau lambat. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik anak a.n:

1. 1.   Pengaruh keluarga

ü       Faktor keturunan

Membuat anak menjadi gemuk dari pada anak lainnya. Perbedaan ras suku bangsa (orang Amerika,Eropa, dan  Australia cenderung lebih tinggi dari pada orang Asia).

ü       Faktor lingkungan        

Akan membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan anak tersebut. Lingkungan lebih banyak pengaruhnya terhadap berat tubuh daripada tinggi tubuh.

1. 2.   Jenis Kelamin

Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dibandingkan dengan anak perempuan, kecuali pada usia 12-15 tahun.

1. 3.   Gizi dan kesehatan

Anak yang memperoleh gizi cukup biasanya lebih tinggitubuhnya dan relatif lebih cepat mencapai masa puber dibandingkan dengan anak yang bergizi kurang.

Anak yang sehat dan jarang sakit biasanya mempunyai tubuh sehat dan lebih berat dibanding dengan anak yang sering sakit.

1. 4.   Status sosial dan ekonomi

Fisik anak dari kelompok ekonomi rendah cenderung lebih kecil dibandingkan dengan keluarga ekonomi cukup atau tinggi.

Keadaan status ekonomi mempengaruhi peran keluarga dalam memberi makan, gizi dan pemeliharan kesehatan serta kegiatan pekerjaan yang dilakukan anak.

1. 5.   Gangguan Emosional

Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenalin yang berlebihan. Hal ini menyebabkan berkurangnya hormon pertumbuhan pada kelenjar pituitary, akibatnya anak mengalami keterlambatan perkembangan memasuki masa puber.

Bagi anak usia SD atau MI, reaksi yang diperlihatkan orang lain terutama oleh teman-teman sebayanya terhadap ukuran dan proporsi tubuhnya mempunyai makna penting. Apabila ukuran-ukuran dan proporsi tubuh anak berbeda jauh dengan teman sebayanya anak akan merasa kelainan, tidak mampu dan rendah diri.

 

1. B.     PERKEMBANGAN INTELEK

 

v     Struktur pengetahuan

Pengertian kognitif meliputi aspek struktur intelek yang dipergunakan untuk mengetahui sesuatu, dan dalamnya terdapat aspek: persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan persoalan. Perkembangan kognitif merupakan proses dan hasil individu dengan lingkungannya.

Selain itu, struktur pengetahuan juga menjelaskan tentang tingkat kecerdasan peserta didik pada usia SD. Dengan adanya beberapa kecerdasan tiap individu, maka memungkinkan terjadinya kecerdasan ganda (multiple intelligence),  sehingga perlu diadakannya semacam tes untuk mengetahui tingkat intelegensi tiap individu yang biasa disebut dengan IQ (Intelligence Quotient). IQ merupakan hasil bagi usia mental dengan usia kronologis atau kalender dikalikan seratus. Dengan berpegang pada satuan ukuran IQ, maka kecerdasan dikategorikan dalam tabel berikut (Sukmadinata, 2003):

IQ Kategori

140-…… Genius

130-139 Sangat cerdas

120-129 Cerdas

110-119 Di atas normal

90-109 Normal

80-89 Di bawah normal

70-79 Bodoh

50-69 Debil

25-49 Imbecil

……..-25 Idiot

 

vTahap perkembangan kogntif

Pada anak usia SD, mereka mengalami tahap ketiga dan keempat dari 4 tahap, yaitu:

Tahap 3: Konkret Operasional (7-11 tahun)

Pada masa ini anak sudah bisa melakukan berbagai macam tugas, menkonservasi angka melalui 3 macam proses operasi, yaitu:

1. Negasi sebagai kemampuan anak dalam mengerti proses yang terjadi di antara kegiatan dan memahami hubungan antara keduanya.

2. Resiprokasi sebagai kemampuan untuk melihat hubungan timbal balik.3. Identitas dalam mengenali benda-benda yang ada.

Dengan demikian, pada tahap ini anak sudah mampu berfikir konkret dalam memahami sesuatu sebagaimana kenyataannya, mampu mengkonservasi angka, serta memahami konsep melalui pengalaman sendiri dan lebih objektif.

Tahap 4 : Formal Operasional (11 – 12 tahun)

Pada fase ini, anak sudah dapat berfikir abstrak, hipotesis dan sistematis mengenai sesuatu yang abstrak dan memikirkan hal-hal yang akan dan mungkin terjadi. Jadi, pada tahap ini anak sudah mampu meninjau masalah dari berbagai sudut pandang dan mempertimbangkan alternatif dalam memecahkan masalah, bernalar berdasarkan hipotesis, menggabungkan sejumlah informasi secara sistematis, menggunakan rasio dan logika dalam abstraksi, memahami, dan membuat perkiraan di masa depan.

Dengan mengetahui tahap perkembangan kognitif tersebut, diharapkan orang tua dan guru dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan intelektual anak dengan tepat sesuai dengan usia perkembangan kognitifnya.

v     Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelek

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan intelek peserta didik usia SD atau MI, antara lain:

1. Kondisi organ penginderaan sebagai saluran yang dilalui pesan indera dalam perjalanannya ke otak (kesadaran).

2. Intelegensi mempengaruhi kemampuan anak untuk mengerti dan memahami sesuatu.

3. Kesempatan belajar yang diperoleh anak.4. Tipe pengalaman yang didapat anak secara langsung akan berbeda jika anak

mendapat pengalaman seara tidak langsung dari orang lain atau informasi dari buku.

5. Jenis kelamin karena pembentukan konsep anak laki-laki atau perempuan telah dilatih sejak kecil dengan cara yang sesuai dengan jenis kelamin.

6. Kepribadian pada anak dalam memandang kehidupan dan menggunakan suatu kerangka acuan berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.

 

Dalam perkembangan intelek, dapat juga terjadi kendala dan berbahaya yang mempengaruhi perkembangan anak secara keseluruhan, di antaranya :

1. Kelambanan perkembangan otak yang dapat mempengaruhi kemampuan bermain dan belajar di sekolah serta penyesuaian diri dan social anak, yang dikarenakan oleh tingkat kecerdasan di bawah normal dan kurangnya mendapat kesempatan memperoleh pengalaman.

2. Konsep yang salah yang disebabkan oleh informasi yang salah, pengalaman terbatas, mudah percaya, penalaran yang keliru, dan imajinasi yang sangat berperan, pemikiran tidak realistis, serta salah menafsirkan arti.

3. Kesulitan dalam membenarkan konsep yang salah dan tidak relistik. Hal ini biasanya berkenaan dengan konsep diri dan sosial yang bisa membingungkan anak.

 

1. C.     PERKEMBANGAN AFEKTIF

 

Erikson melahirkan teori perkembangan afektif yang terdiri atas delapan tahap.

1. a.      Trust vs Mistnis/Kepercayaan dasar (0;0 -1;0).  

Yang kebutuhannya terpenuhi waktu ia bangun, keresahannya segera terhapus, selalu dibuai dan diperlakukan sebaik-baiknya, diajak main dan bicara, akan turnbuh perasaannya bahwa dunia ini tempat yang aman dengan orang-orang di sekitarnya yang selalu bersedia menolong dan dapat dijadikan tempat ia menggantungknn nasibnya. Jika pemeliharaan terhadap bayi itu tidak menetap, tidak memadai sebagaimana mestinya, serta terkandung di dalarnnya sikap-sikap menolak, akan turnbuhlah pada bayi itu rasa takut serta ketidak-percaya.in yang mendasar terhadap dunie sekelilingnya dan terhadap orang-orang di sekitarnya. Perasaan ini akan terus terbawa pada tingkat-tingkat ptrkembanpan berikutnya.

1. b.        Autonomy vs Shame and Doubt/Otonomi (1;0 – 3;0)

Pada tahap ini Erikson melihat munculnya autonomy. Dimensi autonomy ini timbulnya karena adanya kemampuan motoris dan mental anak. Pada saat ini bukan hanya berjalan, tetapi juga memanjat, menutup-membuka menjatuhkan, menarik dan mendorong, memegang dan melepaskan. Anak sangat bangga dengan kemampuannya ini dan ia ingin melakukan banyak hal sendiri. Orang tua sebaiknya menyadari bahwa anak butuh melakukan sendir hal-hal yang sesuai dengan kemampuannya menurut langkah dan waktunya; sendiri. Anak kemudian akan mengembangkan perasannya bahwa ia dapat mengendalikan otot-ototnya, dorong-dorongannya, serta mengendalikan diri dan lingkungannya. Jika orang dewasa yang mengasuh dan membimbing anak tidak sabar dan selalu membantu mengerjakan segala sesuatu yang sesungguhnya dapat dikerjakannya sendiri oleh anak itu, maka akan tumbuh pada anak itu rasa; malu-malu dan ragu-ragu. Orang tua yang terlalu melindungi dan selalu mencela hasil pekerjaan anak-anak, berarti telah memupuk rasa malu dan ragu yang berlebihan sehingga anak tidak dapat mengendalikan dunia dan dirinya sendiri, Jika anak, meninggalkan masa perkembangan ini dengan autonomi yang lebih kecil daripada rasa malu dan ragu, ia akar mengalami kesulitan untuk memperoleh autonomi pada masa remaja dan masa dewasanya. Sebaliknya anak yang dapal melalui masa ini dengan adanya keseimbangan serta dapat

mengatasi rasa malu dan ragu dengan rasa outonomus, maka ia sudah siap menghadapi siklus-siklus kehidupan berikutnya. Namun demikian keseimbangan yang diperoleh pada masa ini dapat berubah ke arah positif maupun negatif oleh perisliwa-peristiwa di masa selanjutnya.

1. c.       Initiatives vs Guilt/Inisiatif (3;0 – 5;0)

Pada masa ini anak sudah menguasai badan dan geraknya. la dapat mengendarai sepeda roda tiga, dapat lari, memukul, memotong. Inisialif anak akan lebih terdorong dan terpupuk bila orang tua member! respons yang baik terhadap keinginan anak untuk bebas dalam melaknkan. kegiatan-kegiatan motoris sendiri dan bukan lianya bereaksi atnu nienirn anak-anak lain. Hal yang sama terjadi pada kemampuan anak nnluk menggunakan bahasa dan kegiatan fantasi.

1. d.      Industry vs litferioriry/Produkttvltns (6;0 – 11 ;00)

Anak mulai mampu berpikir deduktif, bermain dan belajar menurut peraturan yang ada. Dimensi psikososial yang rnuncul pada masa ini adalah: sense of industry, sense of inferiority Anak didorong untuk membuat, melakukan dan mengerjakan dengan benda-benda yang praktis. dan mengerjakannya sampai selesai sehingga menghasilkan sesuatu. Berdasarkan hasilnya mereka dihargai dan di mana perlu diberi hadiah. Dengan demikian rasa/sifat ingin menghasilkan sesuatu dapat dikembangkan. Pada usia sekolah dasar ini dunia anak bukan hanya lingkungan rumah saja melainkan meneakup juga lembaga-iembaga lain yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan individu. Pengalaman-pengalaman sekolah anak mempengaruhi industry dan inferiority anak. Anak dengan IQ 80 atau 90 akan mempunyai pengalaman sek’olah yang kurang memuaskan walaupun sifat indtistri dipupuk dan dikembangkan di ruitiah. Ini dapat menimbulkan rasa inferiority (rasa tidak” mampu). Keseimbangan industry dan inferiority bukan hanya bergantung kepada orang tuanya, tetapi dipengaruhi pula oleh orang-orang dewasa lain yang berhubungan dengan anak itu

1. e.      Identity vs Role Confusion/Identitas (12;0 – 18;0)

Pada saat ini anak sudah menuju kematangan fisik dan mental. la mempunyai perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan baru sebagai akibat perubahan-perubahan itubuhnya. Pandangan dan pemikirannya tentang dunia sekelilingnya mengilami perkembangan. la mulai dapat berpikir tentang pikiran orang lain. la berpikir puh apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. la mulai mengrrti tentang keluarga yang ideal, agama, dan masyarakat, yang dapat diperbandingkannya dengan apa yang dialaminya sendiri.

Menurut Erikson, pada tahap ini dimensi interpersonal yang muncul adalah: ego identity -4 •–>• role confusion. Pada masa ini siswa harus dapat ‘mengirtegrasikan apa yang telah dialami dan dipelajarinya tentang dirinya sebagai anak, siswa, teman, anggota pramuka, dan lain sebagainya menjadi suatu kesatuan sehingga menunjukkan kontinuitas dengan masa lalu dan siap menghadapi masa datang. Peran orang tua yang pada masa lalu berpengaruh secara langsung pada krisis perkembangan, maka pada masa ini

pengaruhnya tidak langsung. Jika anak mencapii masa remaja dengan rasa terima kasih kepada orang tua, dengan penuh kepercayaan, mempunyai autonomy, berinisiatif, memiliki sifat-sifat industry, maka kesempatannya kepada ego indentiti sudah berkembang.

1. f.        Intimacy vs Isolation/Keakraban (19;0 – 25;0)

Yang dimaksud dengan intimacy oleh Erikson selain hubungan antara suami istri adalah juga kemampuan untuk berbagai rasa dan memperhatikan orang lain. Pada tahap ini pun keberhasilan tidak bergantung secara langsung kepada orang tua. Jika intimacy ini tidak terdapat di antara sesama teman atau suami istri, menurut Erikson, akan terdapat apa yang disebut isolation, yakni kesendirian tanpa adanya orang lain untuk berbagai rasa dan saling memperhatikan.

1. g.      Generavity vs Self Absorption/Generasi Berikut (25;0 – 45;0)

Generativity berarti bahwa orang mulai memikirkan orang-orang lain di luar keluarganya sendiri, memikirkan generasi yang akan datang serta hakikat masyarakat dan dunia tempat generasi ifi liidnp. Generativily ini bukan hanya terdapat pada orang tua (ayah dan ibu), tetapi terdapat pula pada individu-individu yang secara aktif memikirkan kesejahteraan kaum muda serta berusaha membuat tempat bekerja yang lebih baik untuk mereka hidup. Orang yang tidak berhasil mencapai gereralivily berarti ia berada dalam keadaan self absorption dengan hanyr memutuskart perhatian kepada kebutuhan-kebutuhan dan kesenang’an pribadinya saja.

1. h.      Integrity vs Despair/Integritas (45;0)

Pada tahap ini usaha-tisaha yang pokok pada individu sudah mendekati kelengkapan, dan merupakan masa-masa untuk menikmati pergaulan dengan cucu-cucu. Integrity timbul dari kemampupn individu untuk melihat kembali kehidupannya yang lalu dengan kepuasan. Sedangkan kebalikannya adalah despair, yaitu keadaan di mana individu yang menengok ke belakang dan meninjau kembali kehidupannya masa lalu sebagai rangkaian kegagalan dan kehilangan arah, serta disadarinya bahwa jika ia memulai lagi sudah terlambat.

Sebagai rekapitulasi dapat dinyatakan bahwa penahapan perkembangan afektif manusia merupakan perpaduan dari tugas-tugas perkembangan dan tugas-tugas sosial. Perkembangan afektif suatu tahap dapat berpengaruh secara positif maupun negatif terhadap tahap berikutnya. Jika anak mencapai tahap ketiga yang bergaul dengan anak bukan hanya orang tuanya saja melainkan juga orang dewasa lainnya di sekolah, yaitu guru. Guru yang membimbing dan mengasuh peserta didiknya pada berbagai aspek tingknt kelas perlu memahami dan menyadari sikap, kebutuhan dan perkembangan mereka.

1. D.    PERKEMBANGAN  MINAT  ANAK  SD

 

Meichati (1975) mengartikan minat adalah perhatian yang kuat, intensif, dan menguasai individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu aktivitas.

Secara operasional, Lilawati (1988) mengartikan minat adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap suatu kegiatan sehingga mengarahkan anak untuk melakukan kegiatan tersebut dengan kemauan sendiri.

Sinambela (1993) mengartikan minat adalah sikap positif dan adanya rasa ketertarikan dalam diri anak terhadap suatu aktivitas tertentu.

Jadi dapat diartikan bahwa minat adalah kekuatan yang mendorong anak untuk memperhatikan, merasa tertarik, dan cenderung senang terhadap suatu aktivitas sehingga mereka mau melakukan aktivitas tersebut dengan kemauannya sendiri.

Minat terdiri dari dua aspek, yaitu :

1. Aspek kognitif, berupa konsep positif terhadap suatu obyek dan  berpusat pada manfaat dari obyek tersebut.

2. Aspek afektif, nampak pada rasa suka atau tidak senang dan kepuasan pribadi terhadap obyek tersebut.

Minat pada anak dipengaruhi oleh dua faktor :

1. Faktor personal, merupakan faktor-faktor  yang ada pada diri anak itu (meliputi usia, jenis, kelamin, intelegensi, sikap, dan kebutuhan psikologi).                                                                                                                                          

2. Faktor instusional, merupakan faktor-faktor di luar diri anak (melalui pengaruh orang tua, guru, dan teman sebaya).

Dari segi materi dan  pengamatan lapangan, kami dapat menyimpulkan bahwa minat pada anak SD pada pada sesuatu umumnya tergantung pada beberapa hal, yaitu :

1. Kemauan anak terhadap kegiatan tersebut (meskipun ada dorongan yang besar dari orang-orang tertentu, misalnya orang tua, kalau dia tidak mempunyai keinginan yang tinggi terhadap kegiatan tersebut dia tidak akan melakukan kegiatan tersebut)

2. Karakter masing-masing anak.3. Suasana hati / keinginan hati (mood)

 

Minat anak SD terhadap suatu kegiatan lebih tergantung pada pengaruh teman sebayanya. Mereka lebih cenderung “ikut-ikutan“ dalam melakukan suatu kegiatan (pengaruh

lingkungan). Pada dasarnya mereka lebih mempunyai minat yang tinggi kepada suatu aktivitas yang menarik perhatian mereka dan yang memberi kesenangan pada mereka. Anak sekolah dasar kurang begitu tertarik kepada hal-hal yang menimbulkan kebosanan dan kejenuhan.  

1. E.     PERKEMBANGAN BAHASA

 

Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan, pendapat, perasaan dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat, bahasa dapat dibedakan menjadi 3, yaitu bahasa lisan, bahasa tulis, dan bahasa isyarat.

Keterampilan dalam berbahasa memiliki 4 aspek atau ruang lingkup, yaitu:

1. 1.   Keterampilan mendengarkan2. 2.   Keterampilan berbicara3. 3.   Keterampilan membaca4. 4.   Keterampilan menulis

Di sekolah dasar, keterampilan mendengarkan meliputi kemampuan memahami bunyi bahasa, perintah, dongeng, drama, petunjuk, denah, pengumuman, beruta, dan konsep materi pelajaran. Keterampilan berbicara meliputi kemampuan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan mengenai perkenalan, tegur sapa,pengenalan benda, fungsi anggota tubuh, kegiatan bertanya, percakapan, berita, deklamasi, memberi tanggapan, pendapat/saran, dan diskusi. Keterampilan membaca meliputi ketrampilan memahami teks bacaan melalui membaca intensif dan sekilas. Keterampilan menulis meliputi kemampuan menulis permulaan, dikte, mendeskripsikan benda, mengarang, menulis surat, undangan, dan ringkasan paragraf.

v     Pola Perkembangan Bahasa Anak

Anak dikatakan siap atau matang berbicara dan belajar bahasa apabila aspek motorik bicara (koordinasi otot bicara) dan aspek mental bicara (kemampuan berpikir) anak sudah mulai berfungsi dengan baik. Pada saat anak mulai masuk sekolah merupakan masa yang paling baik untuk belajar bahasa. Anak selalu bertanya mengenai segala yang dilihat dan ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Anak mulai membangun kosakata yang biasanya merupakan kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata merangkai/pengganti dari apa saja yang dijumpai anak dalam kehidupan sehari-hari khususnya mengenai warna, waktu, uang, dan kata popular yang digunakan kelompok anak atau teman sebaya. Selanjutnya perkembangan bahasa dengan pembentukan kalimat, dimulai dengan kalimat sederhana menjadi kalimat lengkap.

Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan berbicara atau berbahasa anak semakin baik. Isi pembicaraan anak pada umumnya dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Kegiatan berbicara yang berpusat pada diri sendiri (eosentrik), meskipun anak itu sedang berada dalam kelompok.Anak type ini lebih banyak berbicara tentang hal yang berhubungan dengan dirinya sendiri dan cenderung mendominasi pembicaraan sehingga kurang berminat dan sulit mendekatkan atau menerima pendapat orang lain.

2. Kegiatan bicara yang berpusat pada orang lain (sosialisasi). Anak type ini cenderung menyesuaikan isi dan cara berbicaranya dengan orang yang sedang berinteraksi dengannya. Sehingga anak mampu melibatkan diri dengan kegiatan social dan mampu berkomunikasi.

 

v     Faktor Kendala dalam Mempelajari Ketrampilan Berbahasa

Meskipun pada umumnya pula perkembangan keterampilan berbahasa anak sama, namun tetapada perbedaan individual.berikut ini adalah beberapa faktor penyebab perbedaan tersebut: 

1. 1.      Kesehatan

Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara dibandingkan dengan anak yang kurang sehat, sebab perkembangan aspek aspek motorik dan aspek mental berbicaranya lebih baik sehingga lebih siap untuk belajar berbicara.

1. 2.      Kecerdasan

Anak yang memiliki kecerdasan tinggi, akan belajar berbicara lebih baik dan memiliki penguasaan bahasa erat kaitannya dengan kemampuan berpikir.

1. 3.      Jenis kelamin

Anak perempuan lebih dalam belajar bahasa daripada anak laki-laki, baik dalam pengucapan, kosa kata maupun  keseringan berbahasa.

1. 4.      Keluarga

Semakin banyak jumlah anggota keluarga akan semakin sering anak mendengar dan berbicara. Demikian pula anak pertama lebih baik perkembangan berbicaranya karena orang tua lebih banyak memiliki waktu untuk berbicara dan berbahasa.

1. 5.      Keinginan dan Dorongan Komunikasi

Semakin kuat keinginan dan dorongan untuk berkomunikasi dengan orang lain terutama teman sebaya, akan semakin kuat pula usaha anak untuk berbicara dan berbahasa.

1. 6.      Kepribadian

Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dan memiliki kepribadian yang baik cenderung memiliki kemampuan bicara dan berbahasa lebih baik daripada anak yang mengalami masalah dalam penyesuaian diri.

1. F.      PERKEMBANGAN SOSIAL

 

Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Tuntutan sosial pada perilaku sosial anak tergantung dari perbedaan harapan dan tuntutan budaya dalam masyarakat tempat anak tumbuh kembangkan tugas perkembangannya. Dalam belajar hidup bermasyarakat diperlukan tiga proses dalam bersosialisasi, yaitu:

1. Belajar berperilaku yang dapat diterima social.2. Memainkan  peran social yang dapat diterima3. Perkembangan sikap social.

Jika peserta didik tidak mampu melakukan 3 proses sosialisasi diatas maka peserta didik tersebut berkembang menjadi orang yang nonsosial, asosial, dan anti sosial.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan peserta didik melakukan sosialisasi adalah sebagai berikut:

1. Kesempatan dan waktu untuk bersosialisai dengan orang lain.2. Kemampuan berkomunikasi dengan kata-kata yang dapat dimengerti peserta didik

maupun orang dewasa lain.3. Motivasi peserta didik untuk mau belajar bersosialisasi.4. Metode belajar efisien dan bimbingan bersosialisasi.

   Pengalaman sosial awal memegang peranan penting bagi perkembangan dan perilaku sosial selanjutnya. Sebab pengalaman sosial awal cenderung menetap. Jadi mudah atau sulitnya perkembangan sosial anak selanjutnya tergantung pada baik buruknya si anak mempelajari sikap dan perilaku sosial. Selain itu, pengalaman sosial awal juga berpengaruh terhadap partisipasi sosial anak. Anak yang mempunyai pengalaman sosial awal yang baik cenderung lebih aktif dalam kegiatan kelompok social begitu juga sebaliknya.

   Para peserta didik usia SD atau MI yang berada pada posisi anak akhir akan mulai membentuk kelompok bermain yang selanjutnya berkembang menjadi kelompok belajar dan melakukan aktifitas pada masa anak. Sedangkan peserta didik kelas 5 atau 6 kadang-

kadang sudah mengalami masa puber. Pada masa ini seorang peserta didik mengalami perubahan fisik sensual yang pesat. Sehingga seorang anak cenderung menarik diri dari kelompoknya, kurang dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Juga terjadi kemunduran minat untuk bermain dan melakukan aktifitas kelompok serta cenderung bersikap antisocial.

v     Peranan Kelompok dan Permainan

Pada masa anak akhir, kelompok atau geng anak memegang peranan penting dalam perkembangan social. Jika pada masa anak awal terbentuk kelompok bermain yang terbentuk secara spontan, informal dan sementara, maka kelompok yang terbentuk pada masa anak akhir mempunyai struktur yang lebih tegas dan formal. Ada yang menjadi pemimpin dan pengikut. Mereka melakukan beberapa aktivitas seperti bermain, hiburan, minat dan hoby, bahkan kadang mencoba menggangu orang lain. Kelompok pada masa anak akhir merupakan usaha anak untuk menciptakan suatu masyarakat yang sesuai bagi pemenuhan kebutuhannya.

Pengaruh kelompok terhadap sosialisasi anak dilakukan dalam hal :

1. Membantu anak bergaul dengan teman sebaya dan berperilaku yang dapat diterima secara social dan kelompoknya.

2. Membantu anak mengembangkan kesadaran yang rasional dan skala nilai untuk melengkapi atau mengganti nilai orang tua yang sebelumnya cenderung diterima anak sebagai kata hati yang otoriter.

3. Mempelajari sikap social yang pantas melalui pengalamannya dalam menyukai orang an cara menikmati kehidupan serta aktivitas kelompok.

4. Membantu kemandirian anak dengan cara memberikan kepuasan emosional melalui persahabatan dengan teman-teman sebaya.

        Permainan atau bermain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir, dilakukan dengan sukarela tanpa ada paksaan/tekanan dari luar apalagi kewajiban.

Melalui permainan atau bermain, anak tidak hanya memperoleh kesenangan tetapi mereka juga dapat mempelajari sesuatu. Permainan atau bermain mempunyai empat manfaat yaitu :

1. Latihan fungsi baik fungsi motorik maupun kognitif.2. Sarana sosialisasi, anak dapat belajar bekerjasama dan saling tolong menolong

dalam bermain.3. Mengukur kemampuan terutama untuk permainan yang dilombakan.4. Menempa emusi/sikap melalui kegiatan untuk mentaati aturan permainan dan

bersikap sportif.

v  Penyesuaian Sosial

Penyesuaian sosial berarti keberhasilan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok paa khusunya. Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik mempelajari berbagai ketrampilan seperti kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Di bawah ini adalah beberapa criteria penyesuaian social yang baik.

1. 1.        Ketrampilan nyata

Perilaku social anak sesuai dengan standar kelompok dan memenuhi harapan kelompok.    

1. 2.        Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok.

Anak dapat menyesuaikan diri bukan hanya dalam kelompoknya sendiri, tetapi juga dengan kelompok lainnya.     

1. 3.        Sikap social

Anak menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap orang lain serta ikut berpartisipasi dan berperan dalam kelompok serta kegiatan social.

1. 4.        Kepuasan pribadi

Karena anak dapat bersosialisasi dengan baik dan dapat berperan dalam kelompok, maka anak akan merasa kepuasan tersendiri.

Teman sebaya sangat berperan dan berpengaruh terhadap kemampuan penyesuaian sosial peserta didik usia SD. Penerimaan atau penolakan teman kelompok akan berdampak pada perkembangan aspek-aspek lainnya seperti emosi, konsep diri, dan kepribadiannya. Pada masa anak akhir, ada teman biasa yang hanya memenuhi kebutuhan anak untuk berada dalam kelompoknya, teman bermain yang dapat melakukan aktivitas bermain bersama-sama, dan teman akrab yang memungkinkan anak dapat berkomunikasi melalui pertukaran ide, rasa percaya, meminta nasehat dan berani mengkritik. Jumlah teman peserta didik usia SD sangat bervariasi, tetapi seiring bertambah usia maka jumlah temanpun semakin banyak. Pemilihan teman biasanya terjadi karena adanya kesamaan sifat, minat, nilai-nilai dan kedekatan geografis/lokasi. Pergantian teman dapat terjadi karena perubahan minat, mobilitas social, atau perpindahan likasi tempat tinggal. Melalui pergantian teman, anak dapat belajar hal-hal yang penting dalam perkembangan sosial.

v     Penyesuaian Diri Pada  Anak Sekolah Dasar

Penyesuaian diri pada anak sekolah dasar terlihat dalam proses sosialisasi, anak menunjukkan perilaku sesuai aturan-aturan sosial yang ditentukan. Anak pun mulai membutuhkan teman dekat. Yaitu teman sebagai orang yang dapat membantu jika dibutuhkan. Umumnya teman dekat ini adalah kelompok sebayanya. Kelompok sebaya dapat sebagai model dalam berperilaku, di mana anak cenderung meniru perilaku

kelompoknya. Jika mempunyai teman berperilaku sesuai tuntutan masyarakat, anak pun akan mengikutinya. Berbagai karakteristik dari kelompok sebaya menunjukkan bahwa kelompok sebaya memiliki keunikan tersendiri yang mungkin tidak dijumpai di kelompok yang lain. Hal ini pula yang membuat anak sebagai anggota kelompok dapat mempelajari pola-pola perilaku anggota kelompoknya.

Meskipun kelompok sebaya merupakan hal yang diutamakan dalam perkembangan seorang anak, namun peran guru maupun orang tua tetap diperlukan dalam menanamkan norma yang sesuai dengan tuntutan lingkungan agar apa yang dituntut oleh kelompok seimbang dengan apa yang dituntut oleh lingkungan 

Dalam menyesuaikan diri dengan kelompoknya, anak pun belajar tentang peran jender. Adanya peran yang berbeda, membuat adanya aturan bagi anak laki-laki dan perempuan. Proses perkembangan jender dalam diri seseorang sebenarnya bisa dikarenakan faktor biologis, kemampuan kognitif dan sosial. Namun dari kesemuanya itu justru lingkungan sosiallah misalnya bagaimana interaksi dan pengalaman anak dengan orang tua, pengaruh dari guru, teman sebaya, media masa, pelajaran, dan lain-lain yang paling berperan dalam perkembangan jender.

Walaupun kenyataan menunjukkan bahwa peran jender tidak bisa diabaikan di lingkungan masyarakat, namun sebagai orang tua maupun guru hendaknya dapat mengajarkan pada anak bahwa peran tersebut dapat berganti karena semua itu sangat tergantung dari kebutuhan, situasi, minat dan keterampilan yang dimiliki. Itulah sebabnya kadangkala dijumpai seorang pria yang menekuni karirnya di bidang seni tari, sementara seorang wanita menekuni karirnya di bidang keteknikan, dan lain-lain. Yang perlu ditanamkan adalah bahwa kita harus menghargai apa yang dilakukan anak, bukan karena anak itu laki-laki atau perempuan.

1. G.    TUGAS PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK USIA SD

            Tugas perkembangan atau development tasks menurut  Havighurst adalah “tugas – tugas yang harus dipecahkan dan diselesaikan oleh setiap individu pada setiap periode perkembangannya agar supaya individu menjadi berbahagia”.

Tujuan mempelajari tugas perkembangan ialah:

1. Mendapatkan petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada periode usia – usia tertentu

2. Memberikan motivasi kepada individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka oleh kelompok social pada usia tertentu sepanjang kehidupannya.

3. Menunjukkan kepada individu tentang apa yang akan dihadapi dan tindakan apa yang diharapkan kalau sampai pada tingkat perkembangan berikutnya

Selain itu ada Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia, faktor – faktor itu antara lain: 

1)      Faktor tuntutan kebudayaan yang berbentuk kekuatan, norma hidup, harapan serta nilai – nilai ideal pada kehidupan individu yang sedang berkembang.

2)      Kematangan fisik, merupakan salah satu faktor penentu munculnya tugas – tugas perkembangan pada periode usia – usia tertentu, di samping kondisi kesehatan dan kecacatan.

3)      Kepribadian seseorang, antara lain intelegensi, minat, sikap, kecenderungan sosial emosional, sifat dan karakter.

Setelah mengetahui tujuan dan faktor perkembangan. Berikut akan dijelaskan mengenai karakteristik perkembangan pada periode anak usia Sekolah Dasar, yakni antara lain:

1. Dorongan untuk ke luar dari rumah dan masuk ke dalam kelompok anak – anak sebaya.

2. Dorongan yang bersifat kejasmanian untuk memasuki dunia permainan anak yang menuntut  keterampilan tertentu.

3. Dorongan untuk memasuki dunia orang dewasa yang yaitu dunia konsep – konsep logika, simbol dan komunikasi, serta kegiatan mental lainnya.

Dilihat dari karakteristik yang ada, maka untuk tugas perkembangan pada anak usia Sekolah Dasar antara lain:

1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan – permainan yang umum. Hakikat dari tugas perkembangan ini adalah mempelajari keterampilan – keterampilan yang bersifat fisik/jasmani untuk dapat melakukan permainan.

2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluq yang sedang tumbuh. Hakikat tugas perkembangan ini adalah belajar mengembangkan sikap kebiasaan untuk hidup sehat.

3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman – teman seusianya. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak belajar memberi dan menerima dalam kehidupan sosial antar teman sebaya, dan belajar membina persahabatan dengan teman sebaya, termasuk juga bergaul dengan musuhnya.

4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita dengan tepat. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak belajar dan bertindak sesuai dengan peran seksnya yaitu sebagai anak laki – laki atau anak perempuan.

5. Mengembangkan keterampilan – keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak belajar mengembangkan  tiga keterampilan dasar yaitu membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan untuk hidup di masyarakat.

6. Mengembangkan pengertian – pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari – hari. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak harus mempelajari berbagai konsep agar dapat berpikir efektif mengenai permasalahan sosial di sekitar kehidupan sehari – hari.

7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, serta tata dan tingkatan nilai. Hakikat tugas perkembangan ini adalah mengembangkan moral yang bersifat batiniah yaitu hati nurani, serta mengembangkan pemahaman dan sikap moral terhadap peraturan dan tata nilai yang berlaku dalam kehidupan anak.

8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok – kelompok sosial dan lembaga – lembaga. Hakikat tugas perkembangan ini adalah mengembangkan sikap sosial yang demokratis dan menghargai orang lain. 

9. Mencapai kebebasan. Hakikat tugas perkembangan ini adalah  anak menjadi individu yang otonom atau bebas, dalam arti dapat membuat rencana untuk masa sekarang dan masa yang akan datang, bebas dari pengaruh orang tua atau orang lain.

 

2.2     CARA BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR

 

1. A.     PENGERTIAN CARA BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR

 

Memahami cara belajar anak adalah kunci pokok untuk menunjang keberhasilan anak. Sebaliknya, jika cara belajar anak tidak dipahami, maka hasilnya akan kurang maksimal. Secara umum, cara belajar adalah bagaimana seseorang menangkap, mengerti, memproses, mengungkapkan, dan mengingat suatu informasi.

Cara belajar anak SD dibanding orang dewasa mempunyai perbedaan yang besar. Menurut Piaget (1950), setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata. Schemata adalah sistem konsep yang merupakan hasil pemahaman anak atas objek yang berada di sekitar anak. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi yaitu menghubungkan objek baru dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran, sedangkan akomodasi adalah proses memanfaatkan konsep-konsep yang sudah ada dalam pikiran untuk menafsirkan objek baru.

Kedua proses tersebut akan berlangsung secara terus menerus sehingga membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan demikian anak akan dapat membangun pengetahuan melalui interaksi secara langsung dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya. Demikianlah “Cara Belajar Anak Sekolah Dasar”.

1. B.     TAHAPAN BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR

 

Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia sekolah dasar tersebut, anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut:

1. Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak.

2. Mulai berpikir secara operasional.3. Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-

benda.4. Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah

sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat.5. Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.

 

Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:

1. Konkret.

Konkret mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkret yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.

1. Integratif

Pada tahap usia sekolah dasar, anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.

1. Hierarkis

Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi.

 

1. C.     MACAM-MACAM CARA PENERIMAAN INFORMASI  ANAK SEKOLAH DASAR

 

Ada tiga cara seseorang anak menerima sebuah informasi :

1. Melalui indra penglihatan/ visual 1. Melalui indra pendengaran/ auditorial2. Melalui indra peraba/ kinestetik

Walaupun ketiga indra tersebut selalu digunakan bersamaan dalam menerima sebuah informasi, umumnya ada satu cara yang lebih disukai (preferred style of learning).

 

1. 1.      VISUAL – belajar melalui penglihatan

Anak-anak visual umumnya senang dengan hal-hal yang dapat dilihat, termasuk melihat bagaimana sesuatu hal dikerjakan. Mereka senang melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka guru untuk mengerti isi suatu pelajaran. Anak-anak ini lebih senang duduk di depan supaya pandangannya tidak terhalang, misalnya oleh kepala teman.  

Anak-anak visual berpikir dalam bentuk visual dan lebih cepat mengerti jika melihat tampilan gambar misalnya diagram, buku bergambar, transparansi, video presentasi dan flipchart yang berwarna. Cara belajar orang-orang visual sering disebut sebagai ”Tunjukkan Caranya/ Show Me”.

 Ciri-ciri anak visual :

Senang bereksperimen dengan warna Senang menonton Sering melamun terutama saat kegiatan verbal Lebih banyak mengamati daripada berbicara Lebih mudah mengingat dengan melihat gambar Umumnya rapi dan bisa memadukan warna Sering menggunakan kata-kata yang berhubungan dengan indra penglihatan,

misalnya ”Kelihatannya …”

 

1. 2.      AUDITORIAL  – belajar melalui pendengaran

Anak-anak auditorial menggunakan bahasa secara efektif untuk menggambarkan sesuatu dengan kata-kata. Fokus mereka adalah pada perkataan dan suara. Seringkali anak-anak auditorial tidak melihat kepada pembicara, (menutup mata, menunduk, dsb.) karena pada

saat itu mereka sedang fokus mendengarkan perkataan yang diucapkan oleh pembicara. Mereka memiliki kemampuan yang baik dalam melakukan sintesis informasi.  

Anak-anak auditorial menginterpretasikan arti yang tersirat dari suatu perkataan dengan mendengarkan nada suara, tinggi rendahnya nada, kecepatan berbicara, intonasi, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan bunyi.  

Informasi tertulis mungkin tidak terlalu berarti sampai mereka mendengar informasi tersebut melalui suara. Agar anak-anak auditorial lebih tertarik untuk belajar, yang perlu kita lakukan adalah menggunakan cerita atau pengalaman pribadi untuk menjelaskan suatu poin, penjelasan dalam bentuk narasi, membandingkan kata-kata.

Ciri-ciri anak auditorial :

Senang mendengar musik/irama. Sensitif terhadap keributan atau suara yang keras. Bisa mengikuti pembicaraan yang sedang berlangsung walaupun terlihat tidak

memperhatikan. Senang dengan peralatan yang bisa mengeluarkan bunyi, misalnya MP3 player

atau iPod. Sering menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan indra pendengaran.

Misalnya, ” Kedengarannya ….”

 

1. 3.   KINESTETIK – belajar melalui bergerak, melakukan, dan meraba

Anak-anak yang cenderung kinestetik adalah anak-anak yang perlu terlibat secara fisik dalam sebuah proses. Mereka tidak akan mendapatkan apa-apa dari sebuah proses yang isinya cuma ”duduk, diam, dan dengar”. Pembelajaran dari pengalaman adalah cara paling efektif untuk menarik perhatian mereka.  

Anak-anak kinestetik senang bergerak. Agar anak-anak kinestetik tertarik, yang perlu kita lakukan adalah membuat aktivitas yang memaksa mereka bergerak, membuat latihan dimana mereka membuat dan melakukannya sendiri.

Ciri-ciri anak kinestetik :

Senang bergerak dan tidak bisa duduk diam di dalam kelas. Mau mencoba hal baru. Lebih memilih pakaian berdasarkan bahan yang nyaman, bukan warna yang

sesuai. Tangannya tidak bisa diam dan selalu mencoba untuk ’memegang’ sesuatu. ’Mencari’ sesuatu barang dengan ’meraba’. Sensitif terhadap lingkungan yang terlalu panas atau dingin. Sering menggunakan kata-kata berdasarkan perasaan. Misalnya, ”Rasanya…”.

 

1. C.     PENGEFEKTIFAN CARA BELAJAR ANAK SD

 

Agar proses pembelajaran efektif, artinya pengajar harus mampu memberikan pelajaran yang menggunakan semua indera tersebut di atas untuk bisa menjangkau semua murid.

Yang dapat dilakukan:

Beberapa ide agar anak-anak yang cenderung visual dapat belajar dengan lebih baik :

1. Pilihkan buku dengan gambar yang berwarna-warni, namun bukan buku komik.2. Menonton video dan melihat foto.3. Membuat kliping dari majalah bekas.4. Mewarnai, menggambar dan membuat kolase.5. Menghias : ajak anak anda memilih hiasan rumah, kebun, hadiah atau hiasan apa

saja.6. Gunakan flash card untuk belajar warna, bentuk, pola, huruf dan angka.

 

Beberapa ide agar anak-anak yang cenderung auditorial dapat belajar dengan lebih baik :

1. Mendengarkan musik. Cari tahu musik apa yang mereka sukai dan gunakan musik untuk mengatur suasana hati mereka sebelum, saat (sebagai latar belakang) dan sesudah (sebagai hadiah/reward) belajar.

2. Masukkan musik ke dalam topik yang sedang dipelajari, misalnya irama tertentu untuk mengingat suatu pelajaran. Mereka akan lebih cepat menyerap pelajaran tersebut.

3. Bicaralah dengan nada tenang dan teratur. Anak-anak auditorial membedakan guru mereka dari nada dan tinggi rendahnya suara para guru.

4. Berceritalah dalam mengajarkan sesuatu dan gunakan nada yang berbeda untuk menekankan topik tersebut.

 

Beberapa ide agar anak-anak yang cenderung kinestetik dapat belajar dengan lebih baik:

1. Menari : gunakan lagu dengan irama yang menyenangkan.2. Memasak : biarkan mereka berkreasi dan belajar mengukur, menghitung,

membaca sambil mengaduk sesuatu.3. Pekerjaan tangan (art & craft) : menggunting, menempel, menggambar, finger

painting, membuat sesuatu dengan ’play dough’.

4. Gunakan metode ’hands-on’ dimana anak harus mecoba melakukan sesuatu sendiri dan bukan hanya menyaksikan demo.

 

Yang Perlu Diingat:

1. Apapun cara belajar anak anda, pastikan suasana yang mendukung. Jangan paksa anak anda untuk belajar disaat ia (dan juga anda) sedang kelelahan.

2. Pilih topik yang menarik baginya, jangan berasumsi apa yang menarik untuk anda, akan membuat ia tertarik. Kaitkan pembelajaran tersebut dengan sesuatu yang disukai si anak. Jika anda bisa mengaitkan suatu informasi baru dengan apa yang sudah pernah dipelajarinya, mereka akan lebih cepat mengerti.

3. Buatlah informasi baru tersebut relevan dengan situasiu anak-anak. Contohnya, mereka tidak suka pelajaran matematika dan merasa belajar matematka tidak ada gunanya. Tetapi jika anda membantu mereka untuk mengatur anggaran untuk membeli mainan, mereka akan jauh lebih tertarik untuk mempelajarinya.

4. Usahakan agar suasana belajar menyenangkan dan tidak terlalu berlarut-larut.5. Jangan lupa untuk mengulang hal yang sudah dipelajari. Lebih baik mengulang

hal sedikit-sedikit daripada sekaligus banyak.

 

1. D.    CARA BELAJAR ANAK

 

1. 1.      Anak belajar secara kontinyu (terus-menerus).

Anak senantiasa belajar. Tak pernah mereka berhenti belajar. Bahkan mereka mungkin mempelajari beberapa hal sekaligus, padahal kita tidak pernah bermaksud mengajarkan hal tersebut kepada mereka. Kalau pengajaran kita tidak menantang mereka, boleh jadi mereka “belajar” bahwa Sekolah Minggu sangat membosankan dan tidak menarik. Jika penelitian Alkitab tidak membangkitkan minat, boleh jadi mereka “belajar” bahwa Alkitab adalah buku kuno yang menjemukan dan tidak ada hubungannya dengan masa sekarang. Jika mereka secara pribadi tidak terlibat dalam bagian doa dan penyembahan, boleh jadi mereka “belajar” bahwa saat doa adalah waktu yang baik untuk mengganggu teman yang duduk di sampingnya karena guru sedang menutup mata.

Kita sekali-kali tidak akan sengaja mengajarkan hal-hal ini. Namun demikian anak-anak mungkin akan mempelajarinya. Dengan mengetahui bahwa para murid kita belajar secara kontinyu, mungkin akan menolong kita untuk lebih berhati-hati mengenai apa yang kita ajarkan secara tidak langsung melalui suasana kelas.

1. 2.      Anak belajar melalui panca inderanya.

Mereka belajar:

                                                               i.      1 persen dari apa yang mereka baca.

                                                             ii.      20 persen dari apa yang mereka dengar.

                                                            iii.      30 persen dari apa yang mereka lihat.

                                                           iv.      50 persen dari apa yang mereka lihat dan dengar.

                                                             v.      70 persen dari apa yang mereka katakan sementara mereka melihat.

                                                           vi.      80 persen dari apa yang mereka katakan sementara mereka melakukannya.

Anak hanya mempunyai satu cara belajar, yakni melalui panca inderanya. Panca indera itu merupakan pintu masuk ke dalam kesadarannya. Fakta ini menunjukkan pentingnya penggunaan bermacam-macam bahan bantuan untuk mengajar.

1. 3.      Anak belajar melalui kegiatan.

Inilah prinsip yang terpenting tentang cara belajar para murid. Belajar bukanlah pengalaman yang pasif. Hal belajar bukanlah sesuatu yang sekedar terjadi pada anak itu, melainkan adalah sesuatu yang dilakukan oleh anak itu. Anak dapat mengingat paling banyak dari sesuatu yang dipelajarinya dengan cara mengatakan dan melakukan.

Anak dapat terlibat dalam proses belajar melalui beberapa cara. Ia bisa belajar secara langsung dalam kegiatan-kegiatan, misalnya mengerjakan proyek-proyek, pekerjaan tangan, diskusi dan drama. Atau melalui lukisan-lukisan cerita ia bisa terlibat, secara tidak langsung karena menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Perasaannya dapat dibangkitkan, khayalannya digiatkan, emosinya digerakkan.

1. 4.      Anak akan belajar sebaik-baiknya bila ia mempunyai dorongan atau alasan untuk belajar.

Anak akan paling cepat belajar bila hal itu dijadikan sesuatu yang menyenangkan dan memuaskan. Dalam proses belajar ada dua macam dorongan. Yang pertama adalah dorongan dari luar, secara lahir. Beberapa contoh dari dorongan sejenis ini ialah ganjaran, hadiah, penghargaan, dan pujian. Dalam mengajar di Sekolah Minggu ada tempat bagi dorongan sejenis ini, tetapi jangan sampai merupakan dorongan satu-satunya.

Dorongan yang kedua adalah dari dalam, secara batin. Keinginan, hasrat, dorongan hati pribadi adalah contoh-contoh dorongan sejenis ini. Dalam hal terlibat kebutuhan dan kepentingan yang dirasakannya. Dorongan inilah yang bekerja bila anak itu dipimpin

untuk memahami bagaimana kebutuhannya dipenuhi melalui penerapan prinsip-prinsip Alkitab dalam kehidupannya. Sungguh penting bagi kaum remaja dan orang dewasa menginsafi bahwa ajaran Alkitab dapat dipraktekkan bagi keperluan hidup mereka.

1. 5.      Anak akan belajar paling baik bila mereka sudah siap untuk belajar.

Ini berarti bahwa sebelum pengajar menarik perhatian anak dan membangkitkan rasa ingin tahu mereka, mereka harus disiapkan untuk menerima kebenaran Alkitab. Juga, para murid siap untuk belajar bila mereka dapat melihat hubungan bagian-bagian pelajaran itu dengan keseluruhan pengajaran tersebut. Mungkin sebelumnya pengajar harus memberi uraian pendahuluan tentang seri pelajaran yang baru dan menghubungkan pelajaran-pelajaran yang dahulu dengan keseluruhannya melalui ulangan secara berkala. Suatu prinsip belajar lainnya yang terpaut di sini adalah bahwa para murid belajar hal-hal yang belum diketahuinya berdasarkan hal-hal yang sudah diketahuinya. Ini berarti pengajar harus mengetahui taraf pengertian murid-muridnya dalam hal-hal rohani. Kita harus mengetahui apa yang sudah diketahui para murid kita.

1. 6.     Anak belajar dengan jalan meniru.

Fakta ini sekali menunjukkan pentingnya kehidupan pengajar. Kita mengajar, baik dengan perbuatan dan sikap maupun dengan perkataan atau gagasan. Segala sesuatu mengenai diri kita mengajarkan sesuatu. Dalam arti yang sesungguhnya, kita ini adalah “surat … yang dapat dibaca oleh semua orang.”

DAFTAR RUJUKAN

 

Anonim. 2007. Cara Belajar Anak, (Online), (http://beingmom.org/2009/05/cara-belajar-anak/, diakses tanggal 13 Februari 2010).

Anonim. 2008. Ciri Kecenderungan Belajar dan Cara Belajar Anak SD dan MI, (Online), (http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/20/ciri-kecenderungan-belajar-dan-cara-belajar-anak-sd-dan-mi/, diakses tanggal 13 Februari 2010).

Anonim. 2009. Ciri Cara Belajar Anak SD, (Online), (http://eduyuk.wordpress.com/2009/03/05/ciri-cara-belajar-anak-sd/, diakses tanggal 13 Februari 2010).

Anonim. Tanpa tahun. Tahapan Cara Belajar Anak, (Online), (http://mitanggel.blogspot.com/2009/08/tahapan-cara-belajar-anak.html, diakses tanggal 13 Februari 2010).

News Aggregator. 2006. Pahami Cara Belajar Anak, (Online), (http://www.samarinda.go.id/node/9613, diakses tanggal 13 Februari 2010).

Putra, Winata Udin S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Semiawan, Conny R. 1999. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud.

Search

Translator

Jumat, 23 Oktober 2009

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD RINGKASAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK (MKDK4302)Oleh : Muh Rosyid,S.Pd.,M.M.Pd.Tutor UT-UPBJJ PurwokertoKarakteristik Anak Usia SD§ Usia 6-12 tahun adalah masa usia sekolah tingkat SD bagi anak yang normal.§ Perkembangan anak pada usia sekolah masih sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga.§ Pertumbuhan anak-anak yang sangat pesat harus diimbangi dengan pemberian nutrisi dan gizi yang seimbang.§ Kebanyakan anak di negara barat lebih cerdas dan sehat, karena nutrisi yang diterima anak berhubungan dengan keadaan ekonomi.§ Anak-anak yang kegemukan sangat terpengaruh aktifitasnya, oleh karenanya harus banyak berolah-raga sehingga obesitasnya dapat dikurangi atau bahkan dapat dicegah.§ Anak usia 6 tahun ke bawah cenderung memiliki pandangan jarak jauh karena mata mereka belum matang dan belum terbentuk seperti mata oaring dewasa.§ Kebiasaan anak mengunyah makanan yang manis-manis berakibat kerusakan gigi.

Perkembangan Intelektual dan Emosional§ Pada umumnya stress disebabkan oleh rasa cemas dan takut dan kebanyakan terjadi pada anak-anak.§ Ibu yang hamil dan merasa stress akibatnya timbul berbagai masalah dan berdampak negative pada bayinya.§ Sumber penyebeb stress adalah:o Penyakito Tidak senango Frustasi§ Rasa takut sering kali disebabkan karena:o Menghadapi benda-benda besaro Ditinggalkan oleh orang tuanyao Sangat dimanjakan oleh orang tuanya§ Menurut Piaget anak usia 5-7 tahun memasuki tahap operasi konkret, ini berarti anak telah dapat berfikir secara logis untuk hal-hal yang nyata.

§ Konservasi dapat dikembangkan melalui 3 tahapan yaitu:o Preoperationalo Transisitionalo OperasionalKonservasi tidak berdasarkan keadaan situasi lingkungan§ Beberapa hambatan perkembangan anak ketika ibu sedang hamil mengalami stress yaitu:o Pertumbuhan fisik kurang baiko Kurang menguasai ketrampilan motoriko Kesulitan belajar di sekolah§ Sumber stress yang dialami anak adalah oaring tua, misalny:o Anak harus rajin sekolaho Anak harus mandi pada pagi hario Anak harus membatu pekerjaan orang tuao Tingkat kecemasan orang tua.§ Penyebab strtes pada anak usia sekolah yaitu:o Harus berhasil dalam pendidikannyao Bersaing dalam aktifitas olah raga o Harus dapat bersosialisasi dengan lingkungannya§ Ketakutan yang dirasakan oleh anak pada setiap Negara dengan alasan tertentu, yaitu anak merasa takut dalam ruan yang gelap.

Perkembangan Bahasa§ Beberapa fase harus dilalui dalam periode linguistic yaitu:o Satu kata atau holofraseo Lebih dari satu katao Diferensial§ Fungsi bicara antara lain untuk mencapai tujuan, yaitu sebagai alat untuk:o mengevaluasi dirio menarik perhatiano mempengaruhi perilaku orang lain§ Terdapat beberapa pendukung potensi anak berbicara yaitu:o Kematangan alat bicarao Kesempatan berlatiho Motivasi untuk belajar dan berlatih§ Komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan 2 bahasa disebut bilingual.§ Anak yang kurang mendapata latihan ketrampilan berbicara seringkali menimbulkan masalah yaitu frustasi.

Perkembangan Sosial, Moral dan Sikap§ Peranan orang tua sangat penting dalam perkembangan social anak, sehingga perlu dikembangkan ketrampilan bergaul melalui kontak dengan lingkungannya§ Pemberian hadiah kepada anak yang berprestasi akan dapat meningkatkan nilai pelajaran§ Pelanggaran yang dilakukan anak perlu mendapat hukuman agar anak jera dan tidak mengulangi lagi

§ Pada umumnya anak usia SD suka meniru perbuatan orang tuanya, karena:o Ingin mendapat perhatian dari orang tuanya,o Dorongan naluri untuk meniru,o Sebagai alat untuk mendapatkan sesuatu.§ Pemberian hadiah tidak selamanya baik, karena menjadi tujuan utama perbuatan, sehingga tidak dilakukan secara terus-menerus.§ Pemberian hadiah amat penting dalam pendidikan karena:o Memberikan motivasi kepada anak,o Memiliki nilai pendidikan,o Memperkuat perilaku.§ Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan bakat antara lain:o Menyediakan sarana yang cukup,o Memperkaya pengalaman anak,o Memberikan pujian.§ Kegiatan anak untuk selalu belajar melalui proses peniruan perilaku disebut dengan imitasi.

Perkembangan Anak SDJun 14, '09 11:48 PMuntuk semuanya

 Anak usia SD masih memasuki tahap perkembangan yang sangat pesat. Berbagai otot dan tulang mengalami penguatan sehingga anak cenderung aktif dalam melakukan kegiatan fisik seperti bergerak, berlari, dan tidak pernah diam di tempat. Secara kognitif, pemikiran anak SD sedang mengalami pertumbuhan sangat cepat. Menurut Peaget (dalam Sanrock (1995:308) perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin kompleks lah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif di dalam struktur kognitifnya. Sanrock tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Piaget menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif untuk itu perlu perlakuan dan dukungan yang berbeda. Perkembangan kognitif anak SD dalam fase operasional konkrit (6-12 tahun), anak memiliki pengetahuan melalui operasi benda-benda konkrit. Pembelajaran dengan menggunakan referensi benda konkrit sangat membantu anak memahami simbol-simbol abstrak. perkembangan intelektual anak sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Ketika anak-anak beradaptasi dengan lingkungan, mereka menambah informasi baru tentang pengalaman mereka yang mengharuskan mereka memperbesar kategori yang ada atau membuat kategori baru. Bagaimana anak-anak memperluas tata bahasa mereka dengan begitu cepat? Sebenarnya mereka melakukannya dengan pemetaan secara cepat, yang memungkinkan mereka untuk menyerap arti kata baru setelah mendengarnya sekali atau dua kali dalam percakapan. Pada basis konteks tersebut, anak-anak tampaknya membentuk hipotesis yang cepat mengenai arti kata dan menyimpannya dalam ingatan. Ahli bahasa tidak yakin bagaimana pemetaan secara cepat terjadi, tetapi tampaknya kemungkinan anak-anak menarik apa yang mereka tahu tentang aturan untuk membentuk kata-kata, tentang kata-kata yang sama, tentang konteks yang cepat, dan tentang subyek yang dibahas. Nama-nama obyek (kata benda) tampaknya lebih mudah untuk dipetakan secara cepat dibandingkan dengan nama-nama tindakan (kata kerja), yang kurang kongkret. Pada usia 5 hingga 7 tahun, kemampuan bicara anak-anak menjadi sangat mirip dengan orang dewasa. Mereka berbicara dalam kalimat yang lebih panjang dan lebih rumit. Mereka menggunakan lebih banyak kata hubung, kata depan, dan artikel. Mereka menggunakan kalimat kompleks dan susunan dan dapat menangani semua bagian pembicaraan. Masih lagi, saat anak-anak pada usia ini berbicara secara lancar, dapat dimengerti dan benar menurut tata bahasa, mereka harus menguasai beberapa poin bahasa. Ada dua proses yang memungkinkan perubahan ini. Asimilasi merupakan proses kognitif yang menggabungkan informasi dari lingkungan ke dalam skemata yang ada. Sebaliknya, akomodasi adalah proses kognitif yang mengubah skemata yang ada atau membuat skemata baru untuk menyesuaikan dengan lingkungan. Melalui asimilasi, anak-anak menambahkan informasi baru ke dalam gambaran mereka tentang dunia; melalui akomodasi, mereka mengubah gambaran mereka tentang dunia berdasarkan informasi baru. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu; a)

Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun) Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah. Kemampuan yang dimilikinya antara lain: 1) Melihat dirinya sendiri sebagai mahkluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya. 2) Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara. 3) Suka memperhatikan sesuatu lebih lama. 4) Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya. 5) Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya. b) Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun) Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan simbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif Tahap itu dibagi menjadi dua, yaitu pemikiran simbolis dan pemikiran intuitif. Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah: 1) Self counter nya sangat menonjol. 2) Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok. 3) Tidak mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda. 4) Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar. 5) Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan. Tahap intuitif (umur 4-8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Karakteristik tahap ini adalah: 1) Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya. 2) Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal hal yang lebih kompleks. 3) Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide. 4) Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah objek yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia 7 tahun. Anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu dikelompokkan dengan cara yang berbeda. c) Karakteristik Tahap Operasional konkret (umur 7/8 – 11/ 12 tahun) Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Karakteristik tahap operasional konkret : 1) Sistem kekekalan 2) Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh 3) Melihat dari berbagai segi 4) Seriasi 5) Klasifikasi 6) Bilangan 7) Ruang, waktu dan kecepatan 8) Kausalitas 9) Probabilitas 10) Penalaran 11) Egosentrisme dan sosialisme d) Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun) Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”. Model berpikir ilmiah sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat: 1) Bekerja secara efektif dan sistematis 2) Menganalisis secara kombinasi 3) Berpikir secara proporsional 4) Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. Materi pembelajaran sebaiknya dalam bentuk yang mudah dipahami oleh anak, kalimatnya sederhana, lugas, dan jelas. Kalau perlu materi disertai gambar dan ilustrasi menarik dan menyenangkan. Unsur problematik dalam materi juga akan membuat sajian materi tidak monoton dan menjemukan, tetapi menantang penalaran kritis anak. Supaya memiliki kebermaknaan pada anak, materi diangkat dari realitas kehidupan anak sehari-hari. Dengan demikian materi yang dikembangkan disesuaikan dengan pekermbangan dan kebutuhan anak.Menjumpai

sesuatu yang tidak dipahami atau tidak bisa dimengerti, seorang anak bisa mengalami ketidaksetimbangan, atau konflik kognitif. Ketidaksetimbangan biasanya menimbulkan kebingungan dan pergolakan, perasaan yang mendorong anak-anak untuk mendapatkan kesetimbangan, yakni keseimbangan yang menyenangkan dengan lingkungan. Dengan kata lain, ketika dihadapkan dengan informasi baru atau berbeda, anak-anak (dan juga orang dewasa) secara intrinsik termotivasi untuk mencoba memahaminya. Jika anak-anak dapat menyesuaikan dengan informasi baru, maka ketidaksetimbangan yang ditimbulkan oleh pengalaman baru akan memotivasi si anak untuk mempelajari.

Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD

Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.

Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu, perkembangan sosial anak yang berada pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri.

Perkembangan emosi anak usia 6-8 tahun antara lain anak telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.

Cara Anak Belajar

Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.

Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1) Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan

memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir secara operasional, (3) Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.

Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:

1. Konkrit Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.

2. Integratif Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.

3. Hierarkis Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi .

Belajar dan Pembelajaran Bermakna

Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya.

Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya

hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan.

Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan.

Pengertian Pembelajaran Tematik

Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awl SD sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, 2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama; 3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; 5) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; 6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain; 7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

Landasan Pembelajaran Tematik

Landasan Pembelajaran tematik mencakup:

Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan

memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.

Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.

Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).

Arti Penting Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan

pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik).

Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: 1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, 2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, 3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah. 4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat,

Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1. Berpusat pada siswaPembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 2. Memberikan pengalaman langsungPembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelasDalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 5. Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswaSiswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

RAMBU-RAMBU

1. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester3. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.4. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.5. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral6. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat

http://www.wanitaimpian.com/2009/masa-kanak-%E2%80%93kanak-akhir-late-childhood/

Masa Kanak –Kanak Akhir ( Late Childhood )December 26, 2009 Leave a Comment

 

masa-akhir-kanak-kanak

Perkembangan Mental Yang Penting  Pada Akhir Masa Kanak – Kanak

 

Perkembangan Emosi : anak mulai tahu ungkapan – ungkapan emosi yang diterima dan tidak diterima sekaligus belajar katarsis emosional tapi pada masa ini tidak jarang terjadi ledakan emosi yang disebabkan oleh faktor fisik dan lingkungan yang tidak mendukung

Perkembangan Berbicara (komunikasi)

Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi pada akhir  masa kanak – kanak :

1.  Kosa kata yang kurang dari rata – rata dapat menghambat tugas

– tugas disekolah dan komunikasi dengan orang lain

2.  Kesalahan dalam berbicara misalnya :   salah ucap, cacat dalam bicara ( gagap, pelat ) membuat anak rendah diri atau tidak percaya diri

3.  Bahasa yang berbeda yang membuat    anak sulit berkomunikasi

4.  Pembicaraan yang bersifat egosentris,   mengkritik, merendahkan orang lain,   membual akan ditentang/ tidak diterima           oleh   teman- teman sebayanya

Perkembangan Sosial : akhir masa kanak merupakan usia berkelompok, semakin banyak mempunyaii teman akan semakin populer dan bahagia .Anak – anak yang cenderung tidak diterima dalam kelompok social   diantaranya:

>   Anak yang tidak serupa cenderung akan ditolak atau diabaikan oleh  kelompok sebaya dan         kurang mempunyai  kesempatan untuk  belajar bersosialisasi

>  Anak – anak yang mempunyai  mobilitas sosial yang sangat tinggi      (hyperaktif), akan mengalami kesulitan diterima dalam kelompok

>  Anak yang berasal dari kelompok ras atau agama yang terkena prasangka

>   Anak yang mempunyai perilaku yang  tidak baik

Bermain

Bagi anak – anak bermain  adalah sesuatu yang sangat penting untuk  perkembangan fisik dan psikologis. Selama bermain anak – anak mengembangkan berbagai ketrampilan sosial ex : aturan, pengendalian  emosi, pentingnya kerja sama, kekompakan, belajar menerima kekalahan dan kemenangan, kreatifitas, kompetisi, motivasi dll.

Moral : akhir masa – masa kanak secara moral masuk pada tingkat moralitas konvensional yang terbagi dalam dua tahap yaitu :

>  Anak mengikuti peraturan untuk mengambil hati orang lain untuk mempertahankan hubungan yang baik

>  Menerima aturan yang sesuai untuk semua kelompok untuk menghindari penolakan.

Incoming search terms: perkembangan kanak-kanak akhir masa kanak-kanak akhir perkembangan sosial masa kanak-kanak akhir perkembangan sosial masa anak-anak akhir perkembangan sosial kanak-kanak akhir perkembangan moral kanak-kanak akhir perkembangan keterampilan pada masa kanak-kanak akhir artikel akhir masa kanak kanak Masa Kanak-kanak Akhir (Later Chilhood) masa akhir anak-anak

http://tafany.wordpress.com/2007/10/30/awal-masa-kanak-kanak-by-fitri-rahma-lia/

30 Okt 2007 5 Komentar

by tafany in Psikoper

By Fitri, Rahma & Lia

PEMBAHASAN

Awal Masa Kanak – Kanak

Masa ini berlangsung mulai dari umur 2 tahun sampai 6 tahun. Pada masa ini pun

peranan ibu kini beralih dari perpanjangan evolusi alamiah kekuatan budaya. Tugas ibu

kini adalah mendorong pola – pola kelakuan yang memungkinkan anak mengambil

tempat dalam masyarakat manusia. Masa ini pun kita akan melihat bagaimana bayi yang

sebelumnya sangat tergantung penuh pada sang ibu, kini mereka harus berusaha bergerak

untuk melepaskan kemandiriannya secara perlahan – lahan, tetapi tidak dipungkiri

seorang ibu akan selalu membantunya walaupun tidak secara penuh.

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan dengan masalah perubahan dalam ukuran

fisik seseorang. Sedangkan perkembangan (development) berkaitan dengan pematangan

dan penambahan kemampuan (skill) fungsi organ atau individu. Kedua proses ini terjadi

secara sinkron pada setiap individu.

Proses tumbuh kembang seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling

terkait, yaitu: faktor genetik / keturunan, lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial dan perilaku.

Proses ini bersifat individual dan unik sehingga memberikan hasil akhir yang berbeda dan

ciri tersendiri pada setiap anak. Ada beberapa faktor yang mempegaruhi pertumbuhan

anak :

1. Faktor heredo konstitusional ; tergantung ras, genetic, jenis kelamin dan

kelainan bawaan

2. Faktor hormonal ; insulin , tiroid, hormon sex dan steroid.

3. Faktor lingkungan selama dan sesudah lahir: gizi, trauma, sosio – ekonomi,

iklim, aktivitas fisik, penyakit, dll.

Setiap anak memiliki perkembangan mental dan fisik yang berbeda-beda. Bahkan,

di dalam satu keluarga, perbedaan perkembangan tersebut bisa amat ekstrem. Misalnya,

si kakak pandai bergaul sementara adiknya luar biasa pemalu. Perkembangan yang

optimal sangat dipengaruhi oleh peranan lingkungan dan interaksi antara anak dan orang

tua / orang dewasa lainnya. Interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak

pada berbagai tahap perkembangan, bahkan sejak bayi dalam kandungan. Adapun

Kebutuhan dasar seorang anak adalah :

1. ASUH ( kebutuhan biomedis)

Menyangkut asupan gizi anak selama dalam kandungan dan sesudahnya,

kebutuhan akan tempat tinggal, pakaian yang layak dan aman , perawatan

kesehatan dini berupa imunisasi dan deteksi dan intervensi dini akan timbulnya

gejala penyakit.

2. ASIH ( kebutuhan emosional)

Penting menimbulkan rasa aman (emotional security) dengan kontak fisik dan

psikis sedini mungkin dengan ibu. Kebutuhan anak akan kasih sayang,

diperhatikan dan dihargai, ,pengalaman baru, , pujian, tanggung jawab untuk

kemandirian sangatlah penting untuk diberikan. Tidak mengutamakan hukuman

dengan kemarahan , tetapi lebih banyak memberikan contoh – contoh penuh kasih

sayang adalah salah satunya.

3. ASAH ( kebutuhan akan stimulasi mental dini)

Cikal bakal proses pembelajaran , pendidikan , dan pelatihan yang diberikan

sedini dan sesuai mungkin. Terutama pada usia 4 – 5 tahun pertama ( golden year)

sehingga akan terwujud etika, kepribadian yang mantap, arif, dengan kecerdasan,

kemandirian ,ketrampilan dan produktivitas yang baik.

Pola Tingkah laku Kanak – kanak dan hubungannya dengan pertumbuhan

Ketika anak mulai mampu bergerak merangkak sendiri dan melakukan

lebih banyak lagi kegiatan, mereka lebih bisa berkelakuan agresif kecuali

anak itu dibantu oleh orang tua yang mendampinginya.

ketika anak itu belajar tanggap terhadap sesamanya, maka pada saat itu ia

telah mulai memilih orang – orang yang hendak ditanggapinya. Dia

tersenyum kepada wajah – wajah yang dikenalnya dan menangis apabila

wajah – wajah yang tidak dikenalnya menghampirinya. Anak itu telah

belajar utnuk menghubungkan senyum dengan rasa senang.

mereka suka memasukkan hampir semua apa yang diraih dan

digenggamnya ke dalam mulutnya sebagai satu cara untuk

menyelidikinya.

ketika anak – anak mulai tumbuh gigi mereka cenderung untuk menggigit

dengan giginya itu, hingga mereka bisa menyadari kalau menggigit itu

bisa melukai.

anak – anak juga cenderung menghendaki meneruskan setiap kegiatan

yang sedang dilakukannya, utnuk melanjutkan tanpa gangguan hingga

mereka mendapat kepuasaan sendiri.

Anak umur 2 sampai 6 tahun

Usia 2 -4 tahun merupakan masa pembentukan rasa percaya diri, kebanggaan dan

dasar-dasar kemandirian., namun belum dapat menerima pendapat orang lain. Pada

usia ini si Kecil sudah bisa berjalan, mulai bergerak kesana- kemari dan berbicara

untuk mewujudkan keinginannya dalam bentuk ucapan dan perbuatan yang masih

bersifat impulsif. Pada awalnya anak masih mempertahankan sifat egosentriknya.

Bicaranya pun lebih banyak digunakan untuk kebutuhan dirinya, seperti minta

makan, minum dan sebagainya.

Sedangkan usia 5 – 6 tahun merupakan masa pengembangan inisiatif, meniru

norma dan perilaku orang dewasa dan mulai bermasyarakat. Pada usia ini anak akan

sangat aktif bergerak, berbicara dan berinteraksi dengan anak lain dan orang yang

lebih tua. Ia mulai belajar mengembangkan kemampuannya untuk bermasyarakat,

namun masih belum mampu berpikir secara timbal balik. Inisiatifnya juga mulai

berkembang dan ia mulai belajar merencakan suatu permainan bersama bersama

teman-temanya, berkelompok serta melakukannya dengan gembira.

<!–[if !supportLists]–>E. <!–[endif]–>Pemilihan Pendidikan kanak-kanak

Pada usia 4 tahun seorang anak telah membentuk 50% dari intelegensi yang akan

dimilikinya, pada waktu dia dewasa seblum berusia 8 tahun anak telah membentuk

80% dari intelegensi yang akan dimilikinya pada waktu dewasa (Bichler, 1971).

Selanjutnya Freud mengatakan bahwa kepribadian sebenarnya telah terbentuk pada

akhir tahun kelima dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan

penghalusan struktur dasar.

Memperhatikan pendapat Bichler dan Freud tersebut, dapat dikatakan bahwa

penanaman dasar-dasar kepada anak usia 4 sampai 6 tahun (masa kanak-kanak) akan

sangat menentukan perkembangan selanjutnya. Apabila penanaman dasar-dasar ini

baik, maka akan membantu perkembangan dan pertumbuhan di masa yang akan

datang. Sebaliknya apabila penanaman dasar-daar ini kurang baik atau bahkan sangat

kurang maka akan mengganggu perkembangan serta pertumbuhan anak selanjutnya.

Cara bagaimana menanamkan dasaar-dasar yang baik kepada anak, akan

mempengaruhi tingkat pemahaman dan ketertarikan anak. Disamping itu penggunaan

sarana atau alat yang menarik akan membuat anak menjadi senang dan tidak merasa

terpaksa. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock, bahwa pada awal masa kanak-

kanak anak senang dibacakan dan melihat gambar-gambar dari buku, dongeng-

dongeng, nyanyian anak-anak, cerita-cerita tertentu tentang hewan dan kejadian

sehari-hari (Hurlock, 1998).

Menurut Jean Piaget, bahwa perkembangan intelektual anak usia 5-6 tahun

termasuk fase pra-operasional, yaitu suatu masa prasekolah. Pada masa ini anak

belum bisa membedakan dengan tegas antara perasaan dan motif pribadinya dengan

realita dunia luar, sehingga pada taraf ini kemungkinan utnuk menyampaikan konsep-

konsep tertentu kepada anak masih terbatas (Nasution 1998). Oleh karena itu

bagaimana cara memberikan konsep dasar kepada anak yang menarik dan membuat

anak merasa senang (tidak trpaksa), memegang peranan yang sangat penting.

Penanaman dasar-dasar kepada anak pada usia 4 tahun sampai 6 tahun ini akan

sangat efektif, apabila anak seusia ini dimasukkan pada pendidikan prasekolah yaitu

Taman Kanak-Kanak. Taman Kanak-Kanak (TK) didirikan sebagai usaha

mengembangkan seluruh segi kepribadian anak dalam rangka menjembatani

pendidikan dalam keluarga ke pendidikan sekolah. TK merupakan salah satu bentuk

pendidikan prasekolah yang ada dijalur pendidikan sekolah. Pendidikan prasekolah

adalah pendidikan utnuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani anak didik diagram luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan

dasar. (peraturan pemerintah no. 27 th 1990 ).

<!–[if !supportLists]–>F. <!–[endif]–>Macam – Macam Emosi pada anak – anak

Amarah Takut Cemburu Ingin tahu Iri hati Gembira Sedih Kasih sayang

<!–[if !supportLists]–>G. <!–[endif]–>Pola bermain pada anak – anak

Membaca

Film, radio dan televise

Pertanyaan :

<!–[if !supportLists]–>1. <!–[endif]–>Dari Nunuk Ponco, Kel 3 : Apa faktor dari heredokontitutional ?

<!–[if !supportLists]–>a. <!–[endif]–>Gen yang terdapat didalam nekleus, dari telur yang dibuahi pada masa embrio mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen ini terkenal sebagai hereditas, DNA yang membentuk gen mempunyai peran penting dalam trasmisi sifat-sifat herediter.; Menurut psikikologi hereditas lbh byk mempengaruhi intelegensi daripada lingkungan

<!–[if !supportLists]–>b. <!–[endif]–>Ras,jenis kelamin dankelainaa bawaan

<!–[if !supportLists]–>2. <!–[endif]–>Maya Inayah

Pada umur 2-6 tahun adalah masa anak meniru segala hal,bagaimana jika ada seorang anak berada dalam lingkungan yang buruk,sikap apa yang harus dilakukan oleh orang tua?

Perkembangan anak tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan saja namun orang tua juga berperan sebagai kontroling untuk sang anak,asuhan dari orang tua sangat dibutuhkan bagi anak,dan seharusnya orang tua melihat lingkungan mana yang baik bagi sang anak. Kewajiban orang tua juga mengajarkan mana hal baik yang harus dilakukan atau tidak bagi si anak.

<!–[if !supportLists]–>3. <!–[endif]–>Siksha Putri

Dengan orangtua yang otoriter bagaiman cara menumbuhkan/menambah minat anak?

Orang tua yang otoriter akan membuat anak menjadi pendiam,pemalu dan penakut. Dan dapat kemungkinan anak akan menjadi tidak penurut (membangkang) karena orang tua yang selalu mengatur gerak langkah sang anak, Bila kemungkinan-kemungkinan itu terjadi biasanya orang tua langsung Intropeksi diri untuk merubah sikap. Peran guru juga dapat membantu anak tampil berani dan tidak pemalu.

<!–[if !supportLists]–>4. <!–[endif]–>Listiyati Sugiono

Adakah pengaruh terhadap anak atas ibu yang mempunyai jenjang sekolah lebih tinggi dengan ibu yang tidak sekolah?

Ada, karena akan berpengaruh juga terhadap daya tangkap anak. Tapi semua itu harus disertai dari kemauan dan kemampuan seorang ibu,bisa jadi ibu yang tidak sekolah mempunyai kemauan untuk mengurusi anak.

<!–[if !supportLists]–>5. <!–[endif]–>Ikah Sari

Bagaimana memanage anak yang selalu ingin sesuatu barang tetapi ia sudah mempunyainya

Orang tua harus memberi pemahaman terhadap anak dan Tidak mengutamakan hukuman dengan kemarahan , tetapi lebih banyak memberikan contoh – contoh penuh kasih sayang dan pengertian terhadap anak.

<!–[if !supportLists]–>6. <!–[endif]–>Yuniarsih H

Bagaimana dengan anak yang takut dengan ayah dan cendrung manja terhadap ibu?

Setiap anak pasti membutuhkan kasih sayang dan kenyamanan, orang tua adalah tempat kasi sayang itu jadi pola asuh yang diberikan oleh ibu dan ayah haruslah seimbang.

<!–[if !supportLists]–>7. <!–[endif]–>Mengapa anak kecil senang sekali dengan boneka dan mobil-mobilan?

Awal masa kanak-kanak adalah masa permaian, masa meniru,tahap mainan.

Jadi anak memvisualisasikan mainan tersebut sebagai teman pengganti dan disanalah bisa meniru peran – peran yang ia lihat,, contoh : ketika ia bermain boneka, dia menganggap bahwa dia sebagai ibu dari boneka tersebut dan ia meniru tingkah laku yang dilakukan seorang ibu untuk sang anak.

Daftar Pustaka

HurlockB.Elizabeth, Psikologi perkembangan, Jakarta, Erlangga

Kramer Rita,salk lee.Dr,Cara membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi manusia sehat mental dan cedas,Jakarta,Gunung jati

Arstein holene, Perkembangan jiwa anak,Sinar Kumala,Bandung

Majalah Ibu dan anak

Tabloid Nova