62 bab iv hasil dan pembahasan 4.1 gambaran umum

32
62 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian Tukad Yeh Ho merupakan salah satu wilayah sungai yang mengalir di Kabupaten Tabanan. Daerah aliran sungai ini termasuk dalam sub Wilayah Sungai 03.01.02 yang meliputi 10.59% dari luas Pulau Bali yang didominasi oleh daerah aliran sungai (DAS) Tukad Yeh Ho. Tukad Yeh Ho memiliki panjang sungai 45,15 km dan luas DAS 162,60 km 2 . Kondisi aliran Tukad Yeh Ho memiliki aliran kontinyu sepanjang tahun dengan tingkat penggunaan lahan di daerah ini didominasi oleh pemanfaatan pertanian lahan basah. Satuan wilayah sungai merupakan gabungan dari beberapa sungai yang mengalir ke dalam satu sungai induk. Wujud nyata satuan wilayah sungai (SWS), yakni merupakan kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai. Keterkaitan sungai dalam satuan wilayah sungai sangat menentukan besarnya debit air yang mengalir dari hulu sampai hilir, di samping sangat tergantung kondisi vegetasi yang tumbuh pada catchment area (DISIMP, 2005:12-17). Dalam kaitan ini Tukad Yeh Ho termasuk jenis sungai dengan kondisi air yang mengalir sepanjang tahun sehingga eksistensi Subak, Subak Gede, dan Subak Agung yang berada di sepanjang Tukad Yeh Ho dapat melakukan kegiatan kulturalnya dalam bidang budidaya pertanian lahan sawah. Masyarakat petani pada setiap subak secara alamiah telah memiliki pengetahuan dalam mendayagunakan sumber daya air yang tersedia pada Tukad Yeh Ho, dimanfaatkan untuk memenuhi kepentingan kehidupan subak yang tersebar dari dari hulu sampai hilir. Bukti konkret

Upload: dodan

Post on 31-Dec-2016

225 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

62

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Tukad Yeh Ho merupakan salah satu wilayah sungai yang mengalir di

Kabupaten Tabanan. Daerah aliran sungai ini termasuk dalam sub Wilayah Sungai

03.01.02 yang meliputi 10.59% dari luas Pulau Bali yang didominasi oleh daerah

aliran sungai (DAS) Tukad Yeh Ho. Tukad Yeh Ho memiliki panjang sungai 45,15

km dan luas DAS 162,60 km2. Kondisi aliran Tukad Yeh Ho memiliki aliran

kontinyu sepanjang tahun dengan tingkat penggunaan lahan di daerah ini didominasi

oleh pemanfaatan pertanian lahan basah. Satuan wilayah sungai merupakan

gabungan dari beberapa sungai yang mengalir ke dalam satu sungai induk. Wujud

nyata satuan wilayah sungai (SWS), yakni merupakan kesatuan wilayah pengelolaan

sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai. Keterkaitan sungai dalam

satuan wilayah sungai sangat menentukan besarnya debit air yang mengalir dari hulu

sampai hilir, di samping sangat tergantung kondisi vegetasi yang tumbuh pada

catchment area (DISIMP, 2005:12-17).

Dalam kaitan ini Tukad Yeh Ho termasuk jenis sungai dengan kondisi air

yang mengalir sepanjang tahun sehingga eksistensi Subak, Subak Gede, dan Subak

Agung yang berada di sepanjang Tukad Yeh Ho dapat melakukan kegiatan

kulturalnya dalam bidang budidaya pertanian lahan sawah. Masyarakat petani pada

setiap subak secara alamiah telah memiliki pengetahuan dalam mendayagunakan

sumber daya air yang tersedia pada Tukad Yeh Ho, dimanfaatkan untuk memenuhi

kepentingan kehidupan subak yang tersebar dari dari hulu sampai hilir. Bukti konkret

63

keberadaan aspek teknis irigasi yang berkembang pada subak adalah terbangunnya

berbagai artefak yang dalam bahasa teknis irigasi disebut dengan prasarana irigasi.

Hal ini dapat dilihat dalam wujud bendungan, bangunan bagi, pintu air, saluran

irigasi, abangan, dan terowongan (Mulyana, 2004; Soenarno, 2003:23; DISIMP,

2005:6-11).

Wilayah Tukad Yeh Ho merupakan daerah tangkapan air, termasuk beberapa

subdaerah aliran sungai yang lokasinya tersebar pada bagian kiri, dan kanan Tukad

Yeh Ho. Keberadaan sub-DAS yang mengalirkan airnya ke Tukad Yeh Ho

memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap kehidupan masyarakat petani

pada subak-subak yang terdapat pada Tukad Yeh Ho. Pembangunan yang dilakukan

pemerintah dalam upaya melakukan pengembangan dan perbaikan infrastruktur

irigasi di sepanjang Tukad Yeh Ho tidak bisa mengabaikan peran masyarakat petani.

Lingkup Wilayah Penelitian adalah desa-desa yang berada pada DAS Tukad

Yeh Ho yang secara administratif berada dalam wilayah Kecamatan Penebel,

Kecamatan Kerambitan dan Kecamatan Selemadeg Timur Kabupaten Tabanan.

Penelitian ini dilakukan pada 36 (tiga puluh enam) Subak yang terdiri dari 1 (satu)

Subak Agung, 5 (lima) Subak Gede, 11 (sebelas) Subak di DI Caguh dan 19

(Sembilan belas) Subak di DI Gadungan Lambuk di Kabupaten Tabanan yang

menerima air irigasi dari aliran Tukad Yeh Ho.

64

4.1.1 Subak-subak yang menjadi lokasi penelitian

Subak Agung Tukad Yeh Ho dengan jumlah anggota subak gede yang terdiri

atas:

A. Subak Gede Batu Agung,

B. Subak Gede Meliling,

C. Subak Gede Tirta Nadi

D. Subak Gede Caguh, yang terdiri atas 11 subak diantaranya meliputi:

1. Subak Caguh

2. Subak Kesiut

3. Subak Penatih

4. Subak Sambean

5. Subak Samsaman

6. Subak Anyar kumpi

7. Subak Dukuh ancak

8. Subak Mumbu

9. Subak Batuaji

10. Subak Sembung kelating

11. Subak Lumajang

65

E. Subak Gede Gadungan Lambuk, yang anggotanya terdiri atas Sembilan belas

subak diantaranya:

1. Subak Gadungan Delod Desa,

2. Subak Pupuan Luah,

3. Subak Bantas Bale Agung Kelod,

4. Subak Bantas Bale Agung Kaja,

5. Subak Penarukan,

6. Subak Mambang Gede,

7. Subak Babakan Anyar Mambang,

8. Subak Aseman I,

9. Subak Aseman II,

10. Subak Aseman III,

11. Subak Aseman IV,

12. Subak Aseman Va,

13. Subak aseman Vb,

14. Subak Aseman VI,

15. Subak Lanyah Delod Jalan,

16. Subak Gebang Gading Atas,

66

17. Subak Gebang Gading Bawah,

18. Subak Begawan Kaja, dan

19. Subak Begawan Kelod.

Institusi subak gede melaksanakan kegiatan sesuai dengan isi awig-awig yang

sudah disepakati oleh para anggotanya, diantaranya secara rutin melaksanakan

pemeliharaan jaringan terutama ruas primer dan sekunder yang diatur secara

bergiliran, kecuali jika ada tingkat kerusakan yang parah semua anggota subak ikut

berperan aktif melakaksanakan perbaikan. Demikian juga untuk alokasi anggaran

perbaikan didukung oleh semua anggota subak gede yang besarnya disesuaikan

dengan luas areal usahatani yang digarap. Untuk kegiatan pengelolaan jaringan

irigasi primer dan skunder yang semestinya menjadi kewenangan dan tanggung

jawab pemerintah provinsi, akan tetapi anggota subak gede selalu berperan aktif

melakukan kegiatan operasional dan pemeliharan jaringan irigasi yang berada pada

daerah irigasi Caguh dan Gadungan Lambuk. Koordinasi dan konsolidasi antara

subak gede dengan subak agung rutin dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan. Salah

satu kegiatan rutin yang dilakukan adalah melaksanakan upacara ritual yang

berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya air yaitu mapag toya, dan upacara pada

Pura Bedugul.

Subak Agung Tukad Yeh Ho yang pengurus dan anggotanya berasal dari

anggota subak gede secara rutin melaksanakan koordinasi untuk mengevaluasi

kondisi air yang tersedia pada Tukad Yeh Ho. Subak agung secara bersama sama

telah memiliki jadwal untuk melaksanakan upacara ritual pada Pura Ulun Danu, dan

67

kegiatan ini biasanya dikoordinasikan pemerintah daerah. Akan tetapi upacara ritual

yang dilaksanakan oleh subak gede pada masing-masing daerah irigasi

kewenangannya pada umumnya jarang melibatkan institusi pemerintah. Semua

pembiayaan untuk berbagai upacara ritual yang dilaksanakan oleh subak gede

bersumber dari para anggota subak gede.

4.1.2 Pengelolaan Jaringan Irigasi oleh berbagai pihak

Kondisi riil pada tingkat lapangan terutama peran para pihak seperti

pemerintah, subak gede dan subak agung dalam melaksanakan pengelolaan jaringan

irigasi pada daerah irigasi Caguh dan daerah irigasi Gadungan Lambuk pada wilayah

Sungai Yeh Ho berdasarkan data sekunder, hasil diskusi dan observasi lapangan

masing-masing pihak menunjukan kondisi riil bahwa Wilayah Sungai Yeh Ho

semestinya secara lebih intensif dikelola oleh institusi dewan sumberdaya air

kabupaten sesuai dengan kewenangannya. Karena Wilayah Sungai Yeh Ho hanya

mengalir pada wilayah Kabupaten Tabanan maka semestinya Dewan sumber daya air

kabupaten yang mempunyai wewenang untuk ikut berperan dalam mengelola Tukad

Yeh Ho. Pemerintah kabupaten belum menindaklanjuti amanat undang-undang

Sumber Daya Air No. 7/2004 untuk membentuk institusi dewan sumber daya air

kabupaten, demikian juga dengan pemerintah provinsi.

Komisi irigasi yang merupakan institusi dengan keanggotaan yang bersifat

multi stakeholder yang dapat memudahkan terjadinya komunikasi dan konsolidasi

sampai saat ini belum ada komitmen pemerintah provinsi/kabupaten untuk

membentuknya. Oleh karena itu koordinasi para pihak (pemerintah, subak

gede/subak agung) dalam melaksanakan pengelolaan jaringan irigasi pada daerah

68

irigasi Caguh dan Gadungan Lambuk masih bersifat sektoral, tidak sesuai dengan

amanat Permen PPSIP yang bersifat partisipatif.

Penyusunan anggaran kebutuhan nyata operasional dan pemeliharaan

(AKNOP) untuk masing-masing DI belum tersusun, sehingga kebutuhan anggaran

riil untuk pengelolaan ruas primer belum jelas. Karena pengelolaannya bersifat

sektoral belum bersifat terpadu maka penyusunan O-P partisipatif sulit dilaksanakan,

dengan demikian dana pengelolaan irigasi (DPI) untuk daerah irigasi Caguh dan

Gadungan Lambuk pada saat ini belum terumuskan oleh para pihak yang memiliki

kewenangan.

4.2 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Kuisioner merupakan intrumen utama yang dipergunakan mengumpulkan

data-data dan informasi yang diperlukan untuk mengetahui dan menjawab tiga pokok

permasalahan yang menjadi pokok fokus penelitian untuk mengetahui efektivitas

pengelolaan jaringan irigasi pada daerah aliran Tukad Yeh Ho khusus pada Daerah

Irigasi Caguh dan Daerah Irigasi Gadungan Lambuk. Agar data dan informasi yang

diperlukan Suatu Instrumen dalam penelitian dikatakan valid apabila memiliki

tingkat akurasi yang dapat dipercaya dan memiliki tingkat kebenaran yang mewakili

representasi komunitas masyarakat petani/subak/subak gede/subak agung maka

sebelum disebarkan kepada responden maka instrumen penelitian yang berupa

kuisner diuji tingkat validitas dan reabilitasnya dengan mempergunakan uji statistik

dengan mempergunakan SPSS.

69

Lima jenis kuisioner yang dipergunakan untuk mengumpulkan data telah

diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya dengan hasil uji seperti yang terlihat pada

tabel 4.1. Kelima jenis instrumen yang diuji memiliki tingkat validitas yang dapat

dipergunakan untuk mengumpulkan data dari responden. Tingkat validitas kuisioner

menunjukan bahwa pertanyaan-pertanyaan pada kuisioner relevan dengan pokok

permasalah penelitian, sehingga hasilnya akan dapat memberikan hasil analisis yang

menggambarkan kondisi riil tingkat efektivitas pengelolaan jaringan irigasi pada DI

Caguh dan DI Gadungan Lambuk. Suatu Instrumen dikatakan valid apabila memiliki

koefisien korelasi antara butir dengan skor total dalam instrument tersebut lebih

besar dari 0,300 dengan tingkat kesalahan alpha 0,05.

Uji tingkat reliabilitas kuisioner sebagai instrumen penelitian dilakukan untuk

mengetahui bahwa kuisioner yang dipergunakan untuk menumpulkan data atau

mengukur gejala yang sama bersifat konsisten. Sehingga data-data yang diperlukan

memiliki tingkat hubungan yang relevan diantara parameter yang diukur. Suatu

instrument dikatakan reabel apabila memiliki koefisien Alpha Cronbach minimal

0,600.

4.2.1 Validitas Instrumen Penelitian

Hasil uji tingkat validitas instrumen penelitian yang berupa kuisioner dengan

lima parameter dilakukan dengan mempergunakan SPSS maka hasil analisis

kuisioner diperoleh hasil seperti tabel 4.1 dibawah ini.

70

Tabel 4.1

Hasil Analisis Validitas Kuesioner

Variabel Butir

Kuesioner R p Keterangan

X1. Sumber Daya

Manusia dalam

Pengelolaan

Jaringan Irigasi

Butir ke 1 0,408 0,048 valid

Butir ke 2 0,721 0,000 valid

Butir ke 3 0,465 0,004 valid

Butir ke 4 0,400 0,016 valid

Butir ke 5 0,677 0,000 valid

X2. Organisasi Subak

dalam Pengelolaan

Jaringan Irigasi

Butir ke 1 0,480 0,042 valid

Butir ke 2 0,523 0,024 valid

Butir ke 3 0,495 0,002 valid

Butir ke 4 0,711 0,000 valid

Butir ke 5 0,431 0,009 valid

Butir ke 6 0,495 0,002 valid

Butir ke 7 0,591 0,000 valid

Butir ke 8 0,397 0,016 valid

Butir ke 9 0,821 0,000 Valid

Butir ke 10 0,665 0,000 valid

Butir ke 11 0,808 0,000 valid

X3. Pendanaan dalam

Pengelolaan

Jaringan Irigasi

Butir ke 1 0,774 0,000 valid

Butir ke 2 0,420 0,017 valid

Butir ke 3 0,796 0,000 valid

Butir ke 4 0,590 0,000 valid

Butir ke 5 0,766 0,000 valid

X4. Sarana dan

Prasarana dalam

Pengelolaan

Jaringan Irigasi

Butir ke 1 0,728 0,000 valid

Butir ke 2 0,560 0,001 valid

Butir ke 3 0,687 0,000 valid

Butir ke 4 0,410 0,013 valid

Butir ke 5 0,471 0,010 valid

X5. Sumber air (air

permukaan) dalam

Pengelolaan

Jaringan Irigasi

Butir ke 1 0,508 0,002 valid

Butir ke 2 0,480 0,018 valid

Butir ke 3 0,812 0,000 valid

Butir ke 4 0,376 0,024 Valid

71

4.2.2 Reliabilitas Kuesioner

Hasil analisis reliabilitas kuesioner terhadap lima parameter menunjukan

bahwa semua parameter yang menunjukan tingkat reliabilitas yang sama yaitu

bersifat reliabel seperti yang terlihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Analisis Reliabilitas Kuesioner

Kuesioner Banyaknya

Butir

Cronbach’s

Alpha Keterangan

X1. Sumber Daya

Manusia dalam

Pengelolaan

Jaringan Irigasi

5 0,877 Reliabel

X2. Organisasi Subak

dalam Pengelolaan

Jaringan Irigasi

11 0,779 Reliabel

X3. Pendanaan dalam

Pengelolaan

Jaringan Irigasi

5 0,825 Reliabel

X4. Sarana dan

Prasarana dalam

Pengelolaan

Jaringan Irigasi

5 0,776 Reliabel

X5. Sumber air (air

permukaan) dalam

Pengelolaan

Jaringan Irigasi

4 0,784 Reliabel

Hasil analisis menunjukkan semua butir pertanyaan adalah valid dan reliabel

maka kuesioner tersebut layak untuk digunakan mengumpulkan data dan informasi

yang berkaitan permasalah dan hipotesa yang dijadikan fokus penelitian. dalam

penelitian. Isian kuisioner X1, X2, X3, X4, dan X5, setelah dianalisis menunjukan hasil

yang valid dan reliabel ini berarti bahwa item pertanyaan pada setiap parameter yang

diukur dengan mempergunakan kuisioner bersifat saling mendukung dan memiliki

relevansi yang saling memberikan pengaruh. Sehingga ketiga pokok permasalahan

72

secara umum dapat tergambarkan tingkat efektivitas pengelolaan jaringan irigasi

pada Subak Agung Yeh Ho, validitas dan reliabilitas kuisioner juga dapat

menggambarkan realitas pengelolaan ruas primer dan sekunder khususnya pada

daerah irigasi Caguh dan daerah irigasi Gadungan Lambuk.

Validitas dan reliabilitas isian kuisioner sumberdaya manusia, sarana dan

prasarana, organisasi subak dalam pengelolaan irigasi, sumberdaya air dalam

pengelolaan irigasi khususnya irigasi air permukaan, dan pendanaan yang

dialokasikan oleh pemerintah maupun anggaran yang bersumber dari masyarakat

petani. Secara umum kelima parameter yang terukur memiliki relevansi untuk

memberikan gambaran mengenai tingkat efektivitas pengelolaan jaringan irigasi

pada daerah aliran Tukad Yeh Ho khususnya pada daerah irigasi Caguh dan daerah

irigasi Gadungan Lambuk. Akan tetapi secara spesifik beberapa parameter hanya

dipergunakan untuk menganalisis atau mengkaji satu pokok permasalah.

Kuisioner yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dan informasi

setelah dilakukan uji terhadap tingkat validitas dan reliabilitas dengan

mempergunakan SPSS dinyakan valid dan reliabel. Dengan demikian data hasil

penelitian yang sudah dianalisis dengan mempergunakan SPSS tingkat akurasinya

layak untuk dipergunakan pokok bahasan dari masing-masing masalah. Data-data

hasil analisis mengenai peran pemerintah dalam melaksanakan pengelolaan jaringan

irigasi pada aliran Tukad Yeh Ho, khususnya pada daerah Caguh dan daerah irigasi

Gadungan Lambuk; pengelolaan yang dilaksanakan oleh institusi subak; dan

pembagian yang dilaksanakan oleh Subak Agung Yeh Ho, disajikan pada bagian

pokok bahasan dibawah ini.

73

4.3 Pengelolaan Jaringan Irigasi oleh Pemerintah Provinsi

Berdasarkan analisis hasil penelitian terhadap efektivitas pengelolaan

Jaringan Irigasi yang dilaksanakan oleh Pemerinth Provinsi pada DI Caguh dan DI

Gadungan Lambuk di Tukad Yeh Ho diperoleh hasil seperti pada tabel 4.3 yaitu

termasuk dalam kategori kurang efektif, hal ini berdasarkan komitmen pemerintah

daerah untuk menyediakan dana pengelolaan irigasi secara rutin sesuai dengan

kebutuhan untuk pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi Tukad Yeh Ho pada ruas

primer dan sekunder yang dimiliki subak gede pada Daerah Irigasi Caguh dan

Daerah Irigasi Gadungan Lambuk. Kurang efektifnya peran pemerintah provinsi

dalam melakukan pengelolaan jaringan irigasi karena pola penyediaan anggaran yang

bersumber dari APBD Pemerintah Provinsi belum dapat dianggarkan pada setiap

tahun anggaran. Oleh karena itu perbaikan kerusakan yang terjadi pada ruas jaringan

irigasi primer dan sekunder pada DI Caguh dan DI Gadungan Lambuk tidak dapat

diperbaiki sesuai dengan kebutuhan atau pemerintah tidak atau belum melakukan

pemeliharaan secara rutin. Sesuai dengan SK. Menteri PU No. 390/2009 mengenai

DI kewenangan bahwa DI Caguh dan DI Gadungan Lambuk luas diatas 1000 ha, ini

berarti kewenangan pengelolaannya berada pada pemerintah provinsi, dengan

demikian anggaran operasional dan pemeliharaannya semestinya dianggarkan oleh

pemerintah provinsi dengan mempergunakan APBD Provinsi Bali. Akan tetapi

sesuai dengan PP No. 20/2006 tentang Irigasi dan Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No. 30/PRT/M/2007 tentang Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi

Partisipatif (PPSIP) masyarakat petani/subak/subak gede/subak agung dapat ikut

74

berperan sesuai dengan kemampuannya. Hal ini yang belum terfasilitasi oleh

pemerintah sehingga biaya OP hanya menjadi beban pemerintah.

Tabel 4.3

Nilai Tingkat Efektivitas Pengelolaan Jaringan Irigasi yang Dikelola oleh

Pemerintah Provinsi pada Ruas Primer dan Sekunder pada

DI Caguh dan DI Gadungan Lambuk

Rumusan Nilai Skor Kategori

Mi + 2 Sdi s.d Mi + 3 Sdi 780 900 Sangat Efektif

Mi + 1 Sdi s.d Mi + 2 Sdi 660 780 Efektif

Mi – 1 Sdi s.d Mi + 1 Sdi 420 660 Cukup Efektif

Mi – 2 Sdi s.d Mi -1 Sdi 300 420 Kurang Efektif

Mi – 3 Sdi s.d Mi - 2 Sdi 180 300 Sangat Kurang

Efektif

Berdasarkan hasil perhitungan mengenai pendanaan dalam pengelolaan

jaringan irigasi diperoleh total skor 417 berada pada nilai skor 300 s/d 420 sehingga

Tingkat Efektivitas pengelolaan Jaringan Irigasi yang dikelola oleh Pemerintah

Provinsi pada ruas primer dan sekunder pada DI Caguh dan DI Gadungan Lambuk

dikategorikan Kurang Efektif seperti yang disajikan pada tabel 4.3 Pengelolaan

jaringan irigasi yang dilaksanakan oleh pemerintah khususnya pada DI Caguh dan DI

Gadungan Lambuk kurang efektif ditinjau dari aspek pendanaan yang bersumber dari

pemerintah maupun sumber dana yang berasal dari swadaya petani.

75

4.3.1 Sumber Dana dari Subak

Subak Gede/Subak Agung termasuk dalam kategori masih kurang efektif

dalam membangun sumber-sumber dana yang dapat dipergunakan untuk memenuhi

kebutuhan organisasi subak dalam melaksanakan pengelolaan jaringan irigasi pada

wilayah Tukad Yeh Ho bagi Subak Agung, dan pada daerah irigasi bagi subak gede.

Pada umumnya sumber keuangan yang bersumber dari institusi subak dapat dalam

bentuk iuran rutin yang dibayarkan setelah panen selesai yang besarnya disesuaikan

dengan hasil musyawarah anggota subak. Anggaran yang bersumber dari petani

dipergunakan untuk membiayai pelaksanaan upacara ritual untuk bangunan-

bangunan suci yang terdapat pada lingkungan areal subak.

Sumber dana yang bersumber dari krama subak pada umumnya tidak

mencukupi untuk dianggarkan untuk pembiayaan operasional dan pemeliharaan

jaringan irigasi primer dan sekunder. Oleh karena itu jika ada kerusakan ruas

jaringan primer dan sekunder pada masing-masing daerah irigasi Caguh dan daerah

irigasi Gadungan Lambuk diusulkan perbaikan kepada pemerintah provinsi sesuai

dengan kewenangannya (PP No. 20/2006 tentang Irigasi).

4.3.2 Perencanaan Dana Pengelolaan Irigasi

Berdasarkan PP No. 20 Tahun 2006 pasal 75 berturut-turut menyatakan

sebagai berikut : Ayat (1) Pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi primer dan

sekunder menjadi tanggung jawab Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah

kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. Ayat (2) Pembiayaan pengelolaan

jaringan irigasi primer dan sekunder didasarkan atas angka kebutuhan nyata

pengelolaan irigasi pada setiap daerah irigasi. Ayat (3) Perhitungan angka kebutuhan

76

nyata pengelolaan irigasi pada setiap daerah irigasi dilakukan Pemerintah,

pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya

bersama dengan perkumpulan petani pemakai air berdasarkan penelusuran jaringan

dengan memperhatikan kontribusi perkumpulan petani pemakai air. Ayat (4)

Prioritas penggunaan biaya pengelolaan jaringan irigasi pada setiap daerah irigasi

disepakati Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota sesuai

dengan kewenangannya bersama dengan perkumpulan petani pemakai air.

Berdasarkan PP No. 20 Tahun 2006 pasal 76 menyatakan sebagai berikut :

Ayat (1) Pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder sebagaimana

dimaksud dalam pasal 75 merupakan dana pengelolaan irigasi yang pengelolaannya

menjadi tanggung jawab Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah

kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. Ayat (2) Penggunaan dana

pengelolaan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Ayat (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai dana

pengelolaan irigasi yang pengelolaannya menjadi tanggung jawab pemerintah

provinsi dan pemerintah kabupaten/kota diatur dengan peraturan daerah.

Selanjutnya dalam PP No. 20 Tahun 2006 pasal 80 menyatakan : Ayat (1)

Komisi irigasi provinsi mengkoordinasikan dan memadukan perencanaan

pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi yang menjadi tanggung jawab Pemerintah,

pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 75 ayat (1) yang berada dalam satu provinsi. Ayat (2) Komisi irigasi antar

provinsi mengkoordinasikan dan memadukan perencanaan pembiayaan pengelolaan

jaringan irigasi lintas provinsi. Ayat (3) Koordinasi dan keterpaduan perencanaan

77

pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada usulan prioritas

alokasi pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi yang disampaikan oleh komisi

irigasi kabupaten/kota. Ayat (4) Koordinasi dan keterpaduan perencanaan

pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengacu pada usulan prioritas

alokasi pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi yang disampaikan oleh komisi

irigasi provinsi.

Sesuai Undang-Undang Sumber Daya Air Nomor 7 Tahun 2004 pasal 78 ayat

(3) mengamanatkan bahwa pembiayaan Operasi dan Pemeliharaan sistem irigasi

primer dan sekunder menjadi tanggungjawab Pemerintah dan pemerintah daerah

sesuai dengan kewenangannya, dan dapat melibatkan peran serta masyarakat petani,

sedangkan pembiayaan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi tersier menjadi

tanggungjawab petani dan dapat dibantu Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

Besaran alokasi DPI (dana pengelolaan irigasi) yang bersumber dari APBD

provinsi ditetapkan oleh gubernur, sedangkan yang bersumber dari APBD

kabupaten/kota ditetapkan oleh bupati/walikota sesuai dengan Keputusan Menteri

Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan Pertanggung

Jawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah dari Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah.

Sesuai dengan Undang-Undang Sumber Daya Air Nomor 7 Tahun 2004

tentang Sumber Daya Air pasal 41 ayat (3) dan penjelasannya, dan PP Nomor 20

Tahun 2006 tentang Irigasi pasal 17 dan 75, menyatakan pemerintah provinsi harus

menyediakan DPI yang bersumber dari APBD provinsi akan mencakup kegiatan

78

pengelolaan untuk DI lintas kabupaten/kota dan DI yang luasan arealnya antara

1.000-3.000 ha. Pada DI Caguh dan DI Gadungan Lambuk komitmen pemerintah

untuk menyediakan anggaran rutin untuk pengelolaan jaringan irigasi primer dan

sekunder belum sesuai dengan amanat yang terdapat pada pasal dan ayat Undang-

undang Sumber Daya Air No. 7 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No 20 tahun

2006 tentang Irigasi terutama mengenai DPI (dana pengelolaan irigasi).

Pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi yang berkesinambungan

memerlukan keterpaduan yang terintegrasi antara investasi jangka pendek (untuk

kegiatan OP) dan jangka panjang untuk kegiatan rehabilitasi dari sistem irigasi.

Terbatasnya kemampuan pemerintah dari segi dana untuk menangani kegiatan

operasi dan pemeliharaan (OP) irigasi, maka pemerintah mencanangkan kebijakan

iuran pengeloaan air (IPAIR) sepenuhnya dikelola oleh subak. Tujuan IPAIR adalah

untuk mencapai pemulihan biaya secara penuh atas biaya OP dari sistem jaringan

irigasi. Hal ini merupakan tantangan dan peluang bagi subak/subak gede/subak

agung dalam memperluas kegiatan usaha ekonominya yang diharapkan dapat

meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Untuk meningkatkan kapasitas

institusi subak dalam mengelola jaringan irigasi secara mandiri, diperlukan adanya

penyesuaian dalam fungsi kelembagaan subak-subak yang ada disepanjang wilayah

Sungai Yeh Ho. Secara umum kebijakan pengelolaan irigasi yang dikeluarkan

pemerintah memuat tentang perlindungan sumberdaya air dan pengaturan

pemanfaatannya. Perubahan fenomenal terlihat dari kebijakan pemerintah terbaru

dalam pengelolaan air irigasi yaitu Inpres No. 3/1999 tentang pembaharuan

kebijakan pengelolaan irigasi yang memuat 5 (lima) isi pokok sebagai berikut : (1)

79

Redefinisi tugas dan tanggung jawab lembaga pengelola irigasi, (2) Pemberdayaan

Perkumpulan Petani Pemakai Air, (3) Penyerahan Pengelolaan Irigasi (PPI) kepada

P3A, (4) Pembiayaan operasional dan pemeliharaan (OP) jaringan irigasi melalui

IPAIR, dan (5) keberlanjutan sistem irigasi.

Terlaksananya pembaharuan kebijakan pengelolaan irigasi ini sangat

bergantung pada upaya pemerintah dalam pemberdayaan P3A/subak, khususnya

menyangkut tiga aspek pokok yaitu: (1) penyerahan pengelolaan irigasi (PPI), (2)

pelaksanaan IPAIR, dan (3) pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi. Dari sisi petani

(subak) pelaksanaan PPI dapat memberi manfaat sebagai berikut: (a) meningkatkan

kemampuan subak/P3A sebagai lembaga petani yang mandiri, dan mampu

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, dan (b) petani mempunyai kewenangan

dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan dana IPAIR. Sedangkan dari sisi

pemerintah adalah : (a) beban pemerintah daerah dalam kegiatan OP jaringan

berkurang, (b) pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator, dan (c) pemerintah

bersifat koordinatif dan menjaga keberlanjutan sumberdaya air.

Implementasi kebijakan pemerintah tersebut membawa perubahan besar

dalam pola pengelolaan irigasi, baik dalam aspek peran dan tanggung jawab lembaga

pengelola irigasi serta pendanaan terhadap kegiatan OP jaringan irigasi. Mengingat

setiap daerah memiliki kondisi teknis jaringan dan sosiokultur yang beragam, maka

perlu adanya pedoman penyerahan pengelolaan irigasi (PPI) yang secara jelas dan

rinci sesuai dengan kondisi dan situasi daerahnya. Dengan adanya pedoman tersebut

diharapkan dapat terwujud pelaksanaan OP jaringan irigasi yang efisien dan efektif

serta berkelanjutan melalui peran aktif masyarakat dan pemberdayaan kelembagaan

subak gede/subak agung. Fakta menunjukkan bahwa kemampuan dan kondisi sosio-

80

kultural masyarakat maupun lembaga pemerintah pengelola irigasi relatif heterogen,

maka kegiatan PPI harus dilakukan dengan asas selektif, bertahap dan demokratis

disesuaikan dengan kondisi jaringan irigasi dan tingkat kesiapan subak. Disamping

itu, jaringan irigasi yang akan diserahkan merupakan jaringan irigasi yang secara

teknis siap untuk diserahkan. Dengan demikian, diperlukan kriteria yang jelas serta

disepakati bersama antara pemerintah dan subak.

Disamping ketersediaan anggaran yang belum dialokasikan secara rutin pada

setiap tahun anggaran oleh pemerintah provinsi, yang menyebabkan kurang

efektifnya peran pemerintah dalam melakukan pengelolaan ruas primer dan sekunder

pada daerah irigasi Caguh dan daerah irigasi Gadungan Lambuk karena jumlah

daerah irigasi kewenangan provinsi yang ada di Bali jumlahnya relatif banyak.

Kurang efektifnya pengelolaan jaringan irigasi pada Tukad Yeh Ho disamping

masalah anggaran juga disebabkan belum difasilitasinya pembentukan Dewan

Sumber Daya Air Provinsi dan Kabupaten yang memiliki tugas dan fungsi

melakukan analisis terhadap permasalah sumber daya air (Permen PU No.

11/PRT/M/2008 tentang Dewan Sumber Daya Air).

Komisi irigasi (Komir) juga merupakan institusi yang keanggotaannya terdiri

dari representasi pemerintah, institusi petani yang keberadaanya belum

ditindaklanjuti pembentukannya oleh pemerintah. Oleh karena itu interaksi antara

pemerintah dengan institusi petani belum berinteraksi secara intensif dalam

melakukan pengelolaan jaringan irigasi pada daerah irigasi Caguh dan daerah irigasi

Gadungan Lambuk pada wilayah Tukad Yeh Ho (Permen PU No. 31/PRT/M/2007

tentang Komisi Irigasi).

Pengelolaan jaringan irigasi yang diatur dengan Peraturan Menteri Pekerjaan

81

Umum No. 30/PRT/M/2007 tentang Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi

Partisipatif (PPSIP) pada Bab II, pasal 3 dinyatakan bahwa pengembangan dan

pengelolaan system irigasi yang bertujuan untuk mewujudkan kemanfaatan air dalam

bidang pertanian diselenggarakan secara partisipatif dan pelaksanaannya dilakukan

dengan berbasis pada peran serta masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A (subak/subak

gede/subak agung). Hal ini menunjukan bahwa pengelolaan jaringan irigasi akan

dapat lebih dari ukuran kurang efektif dengan mengimplementasikan peraturan

pemerintah dan peraturan menteri yang relevan dengan pengelolaan jaringan irigasi.

4.4 Pengelolaan Jaringan Irigasi DI Caguh dan DI Gadungan Lambuk oleh

Institusi Subak

Hasil analisis mengenai efektifitas pengelolaan jaringan irigasi pada Tukad

Yeh Ho khususnya pada DI Caguh dan DI Gadungan Lambuk yang dilaksanakan

oleh Subak Agung Tukad Yeh Ho dan masing-masing Subak Gede Caguh dan Subak

Gede Gadungan Lambuk dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan air irigasi

dilakukan pendekatan dengan variabel bebas (independent variabel) yang

mempengaruhi yaitu Sumber Daya Manusia, Sarana dan Prasarana, serta Sumber Air

(air permukaan). Tabel 4.4 menunjukan bahwa pengelolaan jaringan irigasi yang

dilaksanakan oleh Subak Agung Tukad Yeh Ho termasuk kategori efektif, ini berarti

bahwa semua komponen yang menjadi bagian dari system pengelolaan jaringan

irigasi berfungsi sesuai dengan keberadaannya.

82

Tabel 4.4

Perhitungan Skor Nilai Tingkat Efektivitas pengelolaan jaringan irigasi dalam

memenuhi kebutuhan air irigasi pada DI Caguh dan DI Gadungan Lambuk

Rumusan Nilai Skor Kategori

Mi + 2 Sdi s.d Mi + 3 Sdi 2184 2520 Sangat Efektif

Mi + 1 Sdi s.d Mi + 2 Sdi 1848 2184 Efektif

Mi – 1 Sdi s.d Mi + 1 Sdi 1176 1848 Cukup Efektif

Mi – 2 Sdi s.d Mi -1 Sdi 840 1176 Kurang Efektif

Mi – 3 Sdi s.d Mi - 2 Sdi 504 840 Sangat Kurang

Efektif

Dari perhitungan hasil kuesioner yang diberikan kepada responden diperoleh

total skor 1851 berada pada nilai skor 1848 s/d 2184 sehingga Tingkat Efektivitas

pengelolaan jaringan irigasi dalam memenuhi kebutuhan air irigasi pada DI Caguh

dan DI Gadungan Lambuk dikategorikan Efektif.

4.4.1 Sumber Daya Manusia Dalam Lingkungan Subak Gede

Tingkat efektivitas pengelolaan jaringan irigasi yang dilaksanakan oleh

Subak Agung Tukad Yeh Ho sangat ditentukan oleh kapasitas keberadaan sumber

daya manusia dalam lingkungan subak agung yang ada pada Tukad Yeh Ho. Sesuai

dengan hasil analisis yang diperoleh peran sumber daya manusia dalam pengelolaan

jaringan irigasi disepanjang wilayah Sungai Yeh Ho termasuk kategori efektif. Ini

berarti bahwa sumber daya manusia pada institusi subak agung memiliki kemampuan

yang cukup untuk melaksanakan pengelolaan jaringan irigasi. Hal ini dapat

dibuktikan kemampuan koordinasi yang dibangun oleh para pengurus subak agung

untuk membangun koordinasi antar subak gede telah terwadahi. Pengurus subak

83

agung secara rutin telah melakukan koordinasi dan komunikasi dalam bentuk

pertemuan rutin minimal dua kali per tahun.

Potensi sumber daya manusia pada tingkat subak gede pada Daerah Irigasi

Caguh dan Daerah Irigasi Gadungan Lambuk juga memiliki kemampuan yang cukup

efektif dalam mengelola jaringan irigasi terutama pada ruas primer dan ruas skunder.

Tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai eksistensi sumber daya manusia

dalam mengelola jaringan irigasi pada tingkat daerah irigasi, khususnya sumber daya

manusia yang terdapat pada Subak Gede Caguh dan Subak Gede Gadungan Lambuk

dengan kapasitas sumber daya manusia yang terdapat pada Subak Agung Yeh Ho.

Sesuai dengan Kepmen PU No. 30/2007 mengenai Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A

atau di Bali setara dengan subak/subak gede/subak agung bahwa IP3A atau subak

agung merupakan wadah dari GP3A atau subak gede. Subak gede anggotanya terdiri

atas subak-subak yang terdapat pada satu daerah irigasi. Oleh karena itu secara

generik subak agung dan subak gede adalah subak-subak yang terdapat dalam satu

sistem jaringan irigasi. Sehingga tingkat kapasitas sumber daya manusia dalam

pengelolaaan jaringan irigasi pada wilayah sungai, dan pada daerah irigasi memiliki

pengetahuan yang sama termasuk dalam kategori efektif.

4.4.2 Sarana dan Prasarana Irigasi

Efektivitas pengelolaan sarana dan prasarana jaringan irigasi pada Tukad Yeh

Ho dan pengelolaan sarana prasarana yang terdapat pada Daerah Irigasi Caguh dan

Daerah Irigasi Gadungan Lambuk yang dilaksanakan oleh subak/subak gede/subak

agung termasuk pada tingkat kategori efektif. Menurut Permen PU No.

33/PRT/M2007 yang dimaksud dengan sarana dan prasarana irigasi pada jaringan

84

irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkap yang merupakan satu

kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan,

dan pembuangan air irigasi. Berdasarkan hasil analisis bahwa subak/subak

gede/subak agung memiliki tingkat pengelolaan jaringan irigasi yang terdapat pada

Tukad Yeh Ho, Daerah Irigasi Caguh dan Daerah Irigasi Gadungan Lambuk dapat

dikelola dengan baik sehingga dapat berfungsi efektif untuk menyediakan dan

memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat petani.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi kajian

mengenai sarana dan prasarana jaringan irigasi merupakan bagian dari pengelolaan

aset irigasi (PAI) atau lebih dikenal dengan sebutan sistem informasi pengelolaan

aset irigasi (SIPAI). Berdasarkan hal tersebut jaringan irigasi yang dikelola oleh

masyarakat petani/subak/subak gede/subak agung diwilayah Sungai Yeh Ho, dan

pada daerah irigasi Caguh dan daerah irigasi Gadungan Lambuk semestinya

mengadopsi pola yang diturunkan dari PP 20/1006 tentang Irigasi dan mengacu pada

kewenangan luas daerah irigasi sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum

No. 390/KPTS/M/2007 tentang penetapan status daerah irigasi yang pengelolaannya

menjadi kewenangan dan tanggung jawab pemerintah, pemerintah provinsi dan

pemerintah kabupaten/kota. PP No. 20 tahun 2006 mengamanatkan perlu adanya

Pengelolaan Aset Irigasi, karena banyak anggapan bahwa pengelolaan irigasi saat ini

mengalami penurunan karena kondisi jaringan irigasi yang mengalami kerusakan.

Pasal 66 pada PP No. 20 tahun 2006 menetapkan bahwa pengelolaan aset irigasi

mencakup jenis-jenis kegiatan: inventarisasi, perencanaan pengelolaan, pelaksanaan

pengelolaan, evaluasi pelaksanaan pengelolaan aset irigasi, dan pemutakhiran hasil

inventarisasi aset irigasi.

85

Walaupun hasil analisis menunjukan bahwa pengelolaan sarana dan prasarana

jaringan irigasi Tukad Yeh Ho, dan pengelolaan ruas primer dan sekunder pada

Daerah Irigasi Caguh dan Daerah Irigasi Gadungan Lambuk sudah efektif akan tetapi

masih sangat perlu dilakukan berbagai upaya agar menjadi lebih baik. Kegunaan

pengelolaan aset irigasi atau sarana dan prasarana adalah meningkatkan kinerja

sistem irigasi, meningkatkan kepuasan pengguna air, meningkatan keandalan sistem

irigasi, meningkatkan efisiensi biaya operasi dan pemeliharaan, dan mengurangi

penghapusan aset irigasi (Anonim, 2009).

Pengelolaan aset irigasi bagi masyarakat petani/subak/subak gede/subak

agung diwilayah Sungai Yeh Ho, daerah irigasi Caguh dan daerah irigasi Gadungan

Lambuk belum dilaksanakan seperti amanat PP No. 20/2006 tentang Irigasi. Hal ini

yang menyebabkan tingkat pengelolaan sarana dan prasarana jaringan irigasi

termasuk kategori efektif, dan kategori tersebut masih sangat mungkin dapat

ditingkatkan menjadi kategori sangat efektif. Sehingga output dan outcome yang

dapat dinikmati oleh masyarakat petani menjadi meningkat, karena fungsi sarana dan

prasarana jaringan irigasi terutama ruas primer dan skunder pada masing-masing

daerah irigasi tidak mengalami kerusakan, sehingga kehilangan air menjadi sangat

kecil. Hal ini secara makro akan memberikan implikasi positif terhadap hasil

usahatani masyarakat petani.

Fungsi Jaringan Irigasi yang dikelola oleh masyarakat petani/subak/subak

gede/subak agung termasuk kategori efektif, hal ini disebabkan oleh tingginya peran

masyarakat petani dalam melakukan pemeliharaan dan kontrol terhadap fungsi

jaringan irigasi sehingga tindakan yang dilaksanakan petani untuk mengatasi

kerusakan ruas jaringan dilaksanakan dengan cepat sehingga tingkat kerusakan tidak

86

parah. Sehingga fungsi jaringan untuk mengalirkan air ke areal petani tidak

terganggu.

Ayat 3 awig-awig Subak Agung Yeh Ho (1991) memberikan tugas kepada

Subak Agung melaksanakan koordinasi kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan

irigasi bilamana diperlukan. Hal ini mengamanatkan bahwa secara rutin

pemeliharaan jaringan irigasi harus dikoordinasikan kepada anggota subak agung,

tidak hanya dilaksanakan oleh para pengurus subak agung. Hal ini sesuai dengan

Permen PU No. 30/PRT/M/2008 yaitu tentang PPSIP yang prinsipnya operasional

dan pemeliharaan jaringan irigasi dikerjakan secara partisipatif dengan para pihak

yang berkepentingan.

Fungsi Teknis Jaringan Irigasi yang dikelola oleh masyarakat petani

dilaksanakan secara rutin secara partisipatif sehingga fungsi jaringan untuk

membawa air sampai pada areal usahatani daerah irigasi Caguh dan daerah irigasi

Gadungan Lambuk berfungsi cukup efektif. Jumlah air yang dibutuhkan petani dapat

memenuhi kebutuhan dan tepat waktu. Pemberian insentif oleh pemerintah untuk

pengelolaan sarana dan prasarana irigasi yang sudah dilaksanakan oleh Subak Agung

Yeh Ho dalam bentuk reward keberhasilan belum pernah dilaksanakan. Hanya saja

dukungan perbaikan terutama pada ruas primer dan sekunder dilakukan perbaikan

jika ada kerusakan, akan tetapi insentif keberhasilan pengelolaan jaringan irigasi

belum pernah diberikan kepada subak gede daerah irigasi Caguh dan subak gede

daerah irigasi Gadungan Lambuk.

Menurut Windia (2006), pelaksanaan kegiatan pada lingkungan subak

menganut filosofi Tri Hita Karana mempilah ruang dalam lingkungan subak yaitu

parhyangan, pawongan dan palemahan. Sehingga setiap sarana dan prasarana yang

87

ada dan dibangun baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat petani dimaknai

dengan fungsi dan nilai-nilai Tri Hita Karana. Pengaruh nilai-nilai THK ini tidak

dapat dilepaskan dari implementasi pengelolaan jaringan irigasi yang cukup efektif.

4.4.3 Sumber Air (Air Permukaan)

Air permukaan yang tersedia pada wilayah Tukad Yeh Ho sesuai dengan

hasil analisis termasuk dalam kategori efektif, ini berarti sumber air yang tersedia

yang mengalir disepanjang Sungai Yeh Ho tersedia cukup untuk memenuhi

kebutuhan bagi subak-subak yang ada di wilayah Sungai Yeh Ho.

Pengelolaan air irigasi yang tersedia memiliki makna bahwa jumlah air yang

tersedia dapat dikelola secara efektif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat petani

dan subak-subak yang menjadi anggota Subak Gede Caguh dan Subak Gede

Gadungan Lambuk. Secara umum ketersediaan air yang dikelola untuk air irigasi

khususnya pada Daerah Irigasi Caguh dan Daerah Irigasi Gadungan Lambuk yang

mengalir lewat ruas primer dan skunder dapat dikelola secara efektif. Hal ini sesuai

dengan hasil analisis yang menunjukan bahwa air permukaan yang dikelola untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat petani dapat mencukupi kebutuhan areal usahatani.

Debit Air pada Daerah Irigasi Subak Caguh dan Subak Gadungan Lambuk

berdasarkan hasil analisis statistik bahwa besarnya debit yang tersedia masuk efektif

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat petani dan subak-subak yang ada

disepanjang wilayah Sungai Yeh Ho, khususnya debit air yang dapat dimanfaatkan

oleh petani dan subak gede pada DI Caguh dan subak gede yang ada pada DI

Gadungan Lambuk. Makna efektif mengandung arti bahwa kebutuhan air yang

diperlukan oleh petani sebagai anggota subak-subak pada DI Caguh dan DI

88

Gadungan Lambuk dapat memenuhi keperluan usahatani pada areal tanam yang

dilakukan oleh masyarakat petani. Debit air yang tersedia dapat mendukung pola

tanam yang dilaksanakan masyarakat petani seperti pola tanam padi-padi-palawija

atau padi-palawija-padi bahkan karena jumlah air tersedia sepanjang tahun maka

pola tanam yang dilaksanakan masyarakat petani yaitu padi-padi-padi dengan

intensitas tanam 300%.

Kualitas air irigasi yang merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap

kebutuhan usahatani terutama terhadap pencemaran yang terjadi, di beberapa tempat

di wilayah Sungai Yeh Ho telah muncul keluhan-keluhan masyarakat petani tentang

adanya pencemaran air sungai dan air saluran irigasi akibat limbah pencucian

kendaraan bermotor. Dalam hal ini perlu dilakukan penelitian agar lebih jelas

seberapa jauh tingkat pencemaran yang terjadi dan dari mana saja sumbernya agar

dapat diambil langkah yang tepat siapa yang patut menanggung biaya

penanggulangan pencemaran tersebut. Rumah tangga juga sangat berpotensi dalam

menghasilkan limbah yang mencemari lahan sawah.

4.5 Pembagian Air oleh Subak Agung Yeh Ho

Subak Gede adalah kelembagaan sejumlah subak yang bersepakat bekerja

sama memanfaatkan air irigasi dan jaringan irigasi pada daerah layanan blok

sekunder, gabungan beberapa blok sekunder, atau satu daerah irigasi. Sedangkan

subak agung merupakan kelembagaan sejumlah subak gede yang ada disepanjang

wilayah sungai. Pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air merupakan upaya

penguatan dan peningkatan kemampuan subak gede/subak agung yang meliputi

89

aspek kelembagaan, teknis dan pembiayaan dengan dasar keberpihakan kepada

petani melalui pembentukan, pelatihan, pendampingan, dan menumbuhkembangkan

partisipasi. Pembentukan subak gede/subak agung merupakan proses membentuk

wadah petani secara demokratis dalam rangka pengembangan dan pengelolaan

sistem irigasi di wilayah kerjanya. Subak gede bertanggungjawab terhadap daerah

irigasi yang merupakan kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.

Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkap yang

merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian,

penggunaan, dan pembuangan air irigasi. Pembagian air irigasi adalah kegiatan

membagi air di bangunan-bagi dalam jaringan primer dan/atau jaringan sekunder.

Pemberian air irigasi adalah kegiatan menyalurkan air dengan jumlah tertentu dari

jaringan primer atau jaringan sekunder ke petak tersier. Jaringan irigasi primer

adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas bangunan utama, saluran

induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap,

bangunan sadap dan bangunan pelengkapnya. Jaringan irigasi sekunder adalah

bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas saluran sekunder, saluran

pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan

bangunan pelengkapnya. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang

berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri atas

saluran tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter,

serta bangunan pelengkapnya. Pemahaman partisipatif kondisi perdesaan adalah

salah satu metode untuk memudahkan masyarakat/petani agar dapat menggali

kebutuhan, permasalahan, dan dapat mengatasi permasalahan sesuai dengan potensi

yang tersedia. Profil sosioekonomi, teknik, dan kelembagaan yang selanjutnya

90

disebut PSETK adalah analisis dan gambaran keadaan sosial-ekonomi, teknis, dan

kelembagaan yang terdapat pada satu atau sebagian daerah irigasi dalam kurun waktu

tertentu.

Subak Agung Yeh Ho merupakan salah satu kelembagaan pengelolaan irigasi

(KPI) yang merupakan wadah terhimpunnya institusi subak/subak gede yang tersebar

pada wilayah Sungai Yeh Ho di Kabupaten Tabanan. Secara fungsional Subak

Agung Yeh Ho memiliki fungsi utama membangun koordinasi yang harmonis antara

subak yang ada pada bagian hulu, tengah dan hilir. Tugas pokok yang wajib

dilaksanakan oleh Subak Agung Yeh Ho adalah melakukan pembagian air yang ada

pada wilayah Sungai Yeh Ho. Hasil analisis statistik mengenai pengelolaan tingkat

efektivitas pembagian air irigasi yang dilakukan Subak Agung Yeh Ho yang

dilakukan dengan pendekatan variabel bebas (independent variabel) terhadap fungsi

pengelolaan pembagian air yang dilaksanakan oleh organisasi subak.

Subak Agung Yeh Ho telah dilaksanakan dengan cukup efektif, ini berarti

masih perlu adanya berbagai penguatan kapasitas terhadap institusi subak agung

yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan pembagian air di wilayah Sungai Yeh

Ho. Pengelolaan pembagian air efektif, diperlukan adanya penyesuaian kelembagaan

pengelolaan irigasi baik untuk kelembagaan pemerintah, maupun kelembagaan yang

mewadahi kepentingan masyarakat petani. Pada tingkat petani, dipandang penting

untuk mengembangkan kapasitas asosiasi pemakai air menjadi suatu organisasi yang

mampu berperan ganda, bukan hanya sebagai pengelola jaringan irigasi tetapi juga

kegiatan usaha ekonomi. Selain usaha perubahan di tingkat lokal, terjadinya

pengalokasian air yang efisien dan merata juga ditentukan oleh keberhasilan kinerja

91

kelembagaan pengelola irigasi di tingkat jaringan (distribusi) dan tingkat sungai

(alokasi). Dengan demikian, kelembagaan yang perlu mendapat perhatian adalah

eksistensi subak agung sebagai bagian dari kelembagaan pengelolaan irigasi. Hal ini,

mengisyaratkan bahwa organisasi sumberdaya lokal perlu diberi kesempatan untuk

mengelola pembagian air yang tidak hanya terbatas pada tingka wilayah sungai

namun dilibatkan secara lebih luas di tingkat distribusi dan alokasi pada ruas primer

dan skunder. Dalam konteks kelembagaan irigasi terdapat tiga aspek penting yang

sangat berperan yang menyangkut aspek: (1) batas yurisdiksi (jurisdiction of

boundary), (2) hak kepemilikan (property rights), dan (3) aturan representasi (rule of

representation). Sedangkan aspek teknis menyangkut: (1) alokasi air (water

allocation), dan (2) operasi dan pemeliharaan (operation and maintenance).

Keterpaduan aspek teknis dan sistem kelembagaan dalam pengelolaan irigasi akan

berpengaruh terhadap hasil (outcomes), efisiensi dan optimasi pengalokasian

sumberdaya air. Lemahnya keterpaduan aspek teknis dan sistem kelembagaan

seringkali menimbulkan management conflict sumberdaya air. Oleh karenanya,

kejelasan hak pemakai air akan merefleksikan hak dan tanggung jawab dalam

“maintenace” sistem irigasi, dan memberikan kemudahan untuk melakukan akses

dan kontrol terhadap sumberdaya air.

Pada tabel 4.5 mengenai efektivitas pembagian air yang dilaksanakan oleh

kelembagaan Subak Agung Yeh Ho menunjukan telah berjalan cukup efektif. Akan

tetapi berdasarkan kategori semestinya masih dapat dinaikan menjadi lebih baik agar

dapat menjadi sangat efektif. Sehingga tingkat kepuasan terlayani masyarakat petani

pada daerah irigasi Caguh dan daerah irigasi Gadungan Lambuk menjadi meningkat.

92

Dengan demikian akan dapat memberikan implikasi yang positip terhadap

peningkatan pendapatan hasil usahatani para anggota subak. Demikian juga

pengeluaran anggaran yang menjadi beban masyarakat petani menjadi berkurang

sebagai akibat langsung dari tingkat efektivitas yang tinggi pengelolaan jaringan

irigasi sehingga kerusakan yang terjadi pada sarana dan prasarana irigasi dapat

dikendalikan sehingga usia ekonomis sarana dan prasarana jaringan irigasi menjadi

lebih panjang.

Tingkat pengelolaan jaringan irigasi yang efektif berpengaruh terhadap pola

pembagian atau alokasi air yang dilaksanakan oleh Subak Agung, karena tingkat

kerusakan sarana dan prasarana jaringan irigasi yang sangat rendah menjadikan

tingkat kehilangan jumlah air yang dibawa lewat saluran primer dan skunder

menjadi sangat kecil, oleh karena itu jumlah air yang dapat dialokasikan oleh subak

agung dapat mencukupi kebutuhan subak gede/subak dan masyarakat petani.

Angka range kategori hasil analisis menunjukan bahwa kategori tingkat

efektivitas pembagian air irigasi oleh kelembagaan Subak Agung Yeh Ho berkisar

mulai dari sangat efektif, efektif, cukup efektif, kurang efektif dan sangat kurang

efektif. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukan bahwa peran kelembagaan

Subak Agung Yeh Ho berperan cukup efektif dalam melaksanakan pembagian air

irigasi untuk memenuhi kebutuhan para subak gede yang ada di wilayah Sungai Ho

khususnya bagi Subak Gede Caguh dan Subak Gede Gadungan Lambuk.

93

Tabel 4.5

Efektivitas Pembagian Air Irigasi oleh Kelembagaan “ Subak Agung Yeh Ho”.

Rumusan Nilai Skor Kategori

Mi + 2 Sdi s.d Mi + 3 Sdi 1716 1980 Sangat Efektif

Mi + 1 Sdi s.d Mi + 2 Sdi 1452 1716 Efektif

Mi – 1 Sdi s.d Mi + 1 Sdi 924 1452 Cukup Efektif

Mi – 2 Sdi s.d Mi -1 Sdi 660 924 Kurang Efektif

Mi – 3 Sdi s.d Mi - 2 Sdi 396 660

Sangat Kurang

Efektif

Dari perhitungan hasil kuesioner yang diberikan kepada responden diperoleh

total skor 1445 berada pada nilai skor 924 s/d 1452 sehingga Tingkat Efektivitas

pengelolaan jaringan irigasi dalam memenuhi kebutuhan air irigasi pada DI Caguh

dan DI Gadungan Lambuk dikategorikan Cukup Efektif. Hal sesuai dengan tugas

pokok dari Subak Agung Yeh Ho adalah mengatur pemanfaatan air Yeh Ho secara

lebih adil dan merata sebagai sumber air irigasi bagi subak-subak di sepanjang aliran

induk Yeh Ho, dan tugas pokok yang memberikan makna ritual untuk setiap kegiatan

yang dilaksanakan oleh para pengurus Subak Agung Yeh Ho adalah

mengkoordinasikan kegiatan upacara keagamaan bagi subak-subak yang

memperoleh air irigasi dari Yeh Ho (Anonim, 1991).