6020-keadaan-sosial-budaya (1)

4
Keadaan Sosial Budaya Provinsi Papua Barat Sudah sejak lama ujung barat laut Irian dan seluruh pantai utara penduduknya dipengaruhi oleh penduduk dari kepulauan Maluku (Ambon, Ternate, Tidore, Seram dan Key), maka adalah tidak mengherankan apabila suku-suku bangsa disepanjang pesisir pantai (Fak-Fak, Sorong, Manokwari dan Teluk Cenderawasih) lebih pantas digolongkan sebagai Ras Melanesia dari pada Ras Papua. Zending atau misi kristen protestan dari Jerman (Ottow & Geissler) tiba di pulau Mansinam Manokwari 5 Februari 1855 untuk selanjutnya menyebarkan ajaran agama disepanjang pesisir pantai utara Irian. Pada tanggal 5 Februari 1935, tercatat lebih dari 50.000 orang menganut agama kristen protestan. Kemudian pada tahun 1898 pemerintah Hindia Belanda membuka Pos Pemerintahan pertama di Fak-Fak dan Manokwari dan dilanjutkan dengan membuka pos pemerintah di Merauke pada tahun 1902. Dari Merauke aktivitas keagamaan misi katholik dimulai dan pada umumnya disepanjang pantai selatan Irian. Pada tahun 1933 tercatat sebanyak 7.100 orang pemeluk agama katholik. Pendidikan dasar sebagian besar diselenggarakan oleh kedua misi keagamaan tersebut, dimana guru sekolah dan guru agama umumnya berasal dari Indonesia Timur (Ambon, Ternate, Tidore, Seram, Key, Manado, Sanger-Talaud, dan Timor), dimana pelajaran diberikan dalam bahasa Melayu. Pembagian kedua kelompok agama tersebut kelihatannya identik dengan keadaan di Negeri Belanda dimana Kristen Protestan di Utara dan Kristen Katholik di Selatan. Pendidikan mendapat jatah yang cukup besar dalam anggaran pemerintah Belanda, pada tahun-tahun terakhir masa penjajahan, anggaran pendidikan ini mencapai 11% dari seluruh pengeluaran tahun 1961. Akan tetapi pendidikan tidak disesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja disektor perekonomian modern, dan yang lebih diutamakan adalah nilai-nilai Belanda dan agama Kristen. Pada akhir tahun 1961 rencana pendidikan diarahkan kepada usaha peningkatan keterampilan, tetapi lebih diutamakan pendidikan untuk kemajuan rohani dan kemasyarakatan. Walaupun bahasa "Melayu" dijadikan sebagai bahasa "Franca" (Lingua Franca), bahasa Belanda tetap diajarkan sebagai bahasa wajib mulai dari sekolah dasar, bahasa-bahasa Inggris, Jerman dan Perancis merupakan bahasa kedua yang mulai diajarkan di sekolah lanjutan. 1 / 4

Upload: imam-nugraha

Post on 15-Jan-2016

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

keadaan sosial budaya

TRANSCRIPT

Page 1: 6020-keadaan-sosial-budaya (1)

Keadaan Sosial Budaya Provinsi Papua Barat

Sudah sejak lama ujung barat laut Irian dan seluruh pantai utara penduduknya dipengaruhi olehpenduduk dari kepulauan Maluku (Ambon, Ternate, Tidore, Seram dan Key), maka adalah tidakmengherankan apabila suku-suku bangsa disepanjang pesisir pantai (Fak-Fak, Sorong,Manokwari dan Teluk Cenderawasih) lebih pantas digolongkan sebagai Ras Melanesia daripada Ras Papua. Zending atau misi kristen protestan dari Jerman (Ottow & Geissler) tiba dipulau Mansinam Manokwari 5 Februari 1855 untuk selanjutnya menyebarkan ajaran agamadisepanjang pesisir pantai utara Irian. Pada tanggal 5 Februari 1935, tercatat lebih dari 50.000orang menganut agama kristen protestan. Kemudian pada tahun 1898 pemerintah HindiaBelanda membuka Pos Pemerintahan pertama di Fak-Fak dan Manokwari dan dilanjutkandengan membuka pos pemerintah di Merauke pada tahun 1902. Dari Merauke aktivitaskeagamaan misi katholik dimulai dan pada umumnya disepanjang pantai selatan Irian. Padatahun 1933 tercatat sebanyak 7.100 orang pemeluk agama katholik. Pendidikan dasar sebagianbesar diselenggarakan oleh kedua misi keagamaan tersebut, dimana guru sekolah dan guruagama umumnya berasal dari Indonesia Timur (Ambon, Ternate, Tidore, Seram, Key, Manado,Sanger-Talaud, dan Timor), dimana pelajaran diberikan dalam bahasa Melayu. Pembagiankedua kelompok agama tersebut kelihatannya identik dengan keadaan di Negeri Belandadimana Kristen Protestan di Utara dan Kristen Katholik di Selatan.

Pendidikan mendapat jatah yang cukup besar dalam anggaran pemerintah Belanda, padatahun-tahun terakhir masa penjajahan, anggaran pendidikan ini mencapai 11% dari seluruhpengeluaran tahun 1961. Akan tetapi pendidikan tidak disesuaikan dengan kebutuhan tenagakerja disektor perekonomian modern, dan yang lebih diutamakan adalah nilai-nilai Belanda danagama Kristen. Pada akhir tahun 1961 rencana pendidikan diarahkan kepada usahapeningkatan keterampilan, tetapi lebih diutamakan pendidikan untuk kemajuan rohani dankemasyarakatan. Walaupun bahasa "Melayu" dijadikan sebagai bahasa "Franca" (LinguaFranca), bahasa Belanda tetap diajarkan sebagai bahasa wajib mulai dari sekolah dasar,bahasa-bahasa Inggris, Jerman dan Perancis merupakan bahasa kedua yang mulai diajarkandi sekolah lanjutan.

1 / 4

Page 2: 6020-keadaan-sosial-budaya (1)

Keadaan Sosial Budaya Provinsi Papua Barat

Pada tahun 1950-an pendidikan dasar terus dilakukan oleh kedua misi keagamaan tersebut.Tercatat bahwa pada tahun 1961 terdapat 496 sekolah misi tanpa subsidi dengan kurang lebih20.000 murid. Sekolah Dasar yang bersubsidi sebanyak 776 dengan jumlah murid pada tahun1961 sebanyak kurang lebih 45.000 murid, dan seluruhnya ditangani oleh misi, dan pelajaranagama merupakan mata pelajaran wajib dalam hal ini. Pada tahun 1961 tercatat 1.000 muridbelajar di sekolah menengah pertama, 95 orang Irian Belajar diluar negeri yaitu Belanda, PortMoresby, dan Australia dimana ada yang masuk Perguruan Tinggi serta ada yang masukSekolah Pertanian maupun Sekolah Perawat Kesehatan (misalnya pada Nederland NasionalInstitut for Tropica Agriculture dan Papua Medical College di Port Moresby).

Walaupun Belanda harus mengeluarkan anggaran yang besar untuk menbangun Irian Barat,namun hubungan antara kota dan desa atau kampung tetap terbatas. Hubungan laut dan luarnegeri dilakukan oleh perusahaan Koninklijk Paketvaart Maatschappij (KPM) yangmenghubungkan kota-kota Hollandia, Biak, Manokwari, Sorong, Fak-Fak, dan Merauke,Singapura, Negeri Belanda. Selain itu ada kapal-kapal kecil milik pemerintah untuk keperluantugas pemerintahan. Belanda juga membuka 17 kantor POS dan telekomunikasi yang melayaniantar kota. Terdapat sebuah telepon radio yang dapat menghubungi Hollandia-Amsterdammelalui Biak, juga ditiap kota terdapat telepon. Terdapat perusahaan penerbangan NederlandNieuw Guinea Luchvaart Maatschappij (NNGLM) yang menyelenggarakanpenerbangan-penerbangan secara teratur antara Hollandia, Biak, Manokwari, Sorong,Merauke, dan Jayawijaya dengan pesawat DC-3, kemudian disusul oleh perusahaanpenerbangan Kroonduif dan Koniklijk Luchvaart Maatschappij (KLM) untuk penerbangan luarnegeri dari Biak. Sudah sejak tahun 1950 lapangan terbang Biak menjadi lapanganInternasional. Selain penerbangan tersebut, masih terdapat juga penerbangan yangdiselenggarakan oleh misi protestan yang bernama Mission Aviation Fellowship (MAF) danpenerbangan yang diselenggarakan oleh misi Katholik yang bernama Associated MissionAviation (AMA) yang melayani penerbangan ke pos-pos penginjilan di daerah pedalaman.Jalan-jalan terdapat disekitar kota besar yaitu di Hollandia 140 Km, Biak 135 Km, Manokwari105 Km, Sorong 120 Km, Fak-Fak 5 Km, dan Merauke 70 Km.

Mengenai kebudayaan penduduk atau kultur masyarakat di Irian Barat dapat dikatakanberaneka ragam, beberapa suku mempunyai kebudayaan yang cukup tinggi danmengagumkan yaitu suku-suku di Pantai Selatan Irian yang kini lebih dikenal dengan suku"ASMAT" kelompok suku ini terkenal karena memiliki kehebatan dari segi ukir dan tari. Budayapenduduk Irian yang beraneka ragam itu dapat ditandai oleh jumlah bahasa lokal khususnya diIrian Barat. Berdasarkan hasil penelitian dari suami-isteri Barr dari Summer Institute ofLinguistics (SIL) pada tahun 1978 ada 224 bahasa lokal di Irian Barat, dimana jumlah itu akanterus meningkat mengingat penelitian ini masih terus dilakukan. Bahasa di Irian Baratdigolongkan kedalam kelompok bahasa Melanesia dan diklasifikasikan dalam 31 kelompokbahasa yaitu:

2 / 4

Page 3: 6020-keadaan-sosial-budaya (1)

Keadaan Sosial Budaya Provinsi Papua Barat

Tobati, Kuime, Sewan, Kauwerawet, Pauwi, Ambai, Turu, Wondama, Roon, Hatam, Arfak,Karon, Kapaur, Waoisiran, Mimika, Kapauku, Moni, Ingkipulu, Pesechem, Teliformin, Awin,Mandobo, Auyu, Sohur, Boazi, Klader, Komoron, Jap, Marind-Anim, Jenan, dan Serki. Jumlahpemakai bahasa tersebut diatas sangat bervariasi mulai dari puluhan orang sampai puluhanribu orang.

Secara tradisional, tipe pemukiman masyarakat Irian Barat dapat dibagi kedalam 4 kelompokdimana setiap tipe mempunyai corak kehidupan sosial ekonomi dan budaya tersendiri.

1. Penduduk pesisir pantai;

Penduduk ini mata pencaharian utama sebagai Nelayan disamping berkebun danmeramu sagu yang disesuaikan dengan lingkungan pemukiman itu. Komunikasi dengan kotadan masyarakat luar sudah tidak asing bagi mereka. 2. Penduduk pedalaman yang mendiami dataran rendah;

Mereka termasuk peramu sagu, berkebun, menangkap ikan disungai, berburu dihutadisekeliling lingkungannya. Mereka senang mengembara dalam kelompok kecil. Mereka adayang mendiami tanah kering dan ada yang mendiami rawa dan payau serta sepanjang aliransungai. Adat Istiadat mereka ketat dan selalu mencurigai pendatang baru. 3. Penduduk pegunungan yang mendiami lembah;

Mereka bercocok tanam, dan memelihara babi sebagai ternak utama, kadang kalamereka berburu dan memetik hasil dari hutan. Pola pemukimannya tetap secara berkelompok,dengan penampilan yang ramah bila dibandingkan dengan penduduk tipe kedua (2). Adatistiadat dijalankan secara ketat dengan "Pesta Babi" sebagai simbolnya. Ketat dalammemegang dan menepati janji. Pembalasan dendam merupakan suatu tindakan heroismedalam mencari keseimbangan sosial melalui "Perang Suku" yang dapat diibaratkan sebagaipertandingan atau kompetisi. Sifat curiga tehadap orang asing ada tetapi tidak seketatpenduduk tipe 2 (kedua). 4. Penduduk pegunungan yang mendiami lereng-lereng gunung;

Melihat kepada tempat pemukimannya yang tetap di lereng-lereng gunung, memberikesan bahwa mereka ini menempati tempat yang strategis terhadap jangkauan musuh dimanasedini mungkin selalu mendeteksi setiap makhluk hidup yang mendekati pemukimannya. Adatistiadat mereka sangat ketat, sebagian masih "KANIBAL" hingga kini, dan bunuh dirimerupakan tindakan terpuji bila melanggar adat karena akan menghindarkan bencana dariseluruh kelompok masyarakatnya. Perang suku merupakan aktivitas untuk pencarikeseimbangan sosial, dan curiga pada orang asing cukup tinggi juga.

Dalam berbagai kebudayaan dari penduduk Irian ada suatu gerakan kebatinan yang dengansuatu istilah populer sering disebut cargo cults. Ada suatu peristiwa gerakan cargo yang palingtua di Irian Jaya pada tahun 1861 dan terjadi di Biak yang bernama "KORERI". Peristiwa ataugerakan cargo terakhir itu pada tahun 1959 sampai tahun 1962 di Gakokebo-Enarotali(kabupaten Paniai) yang disebut "

3 / 4

Page 4: 6020-keadaan-sosial-budaya (1)

Keadaan Sosial Budaya Provinsi Papua Barat

WERE/WEGE" sebagaimana telah dikemukakan bahwa gerakan ini yang semula bermotif politik.

Pada waktu Belanda meniggalkan Irian Barat, posisi-posisi baik dibidang pemerintahan,pembangunan (dinas-jawatan) baik sebagai pimpinan maupun pimpinan menengahdiserahterimakan kepada putra daerah (orang Papua/Irian Barat) sesuai dengan kemampuanyang mereka miliki. Juga seluruh rumah dan harta termasuk gedung dan tanah milik orangBelanda itu diserahkan kepada kenalan mereka orang Papua (pembantu dan teman sekerja)untuk dimiliki, karena mereka tidak bisa menjualnya dan juga tidak ada pembeli pada masa itu.

Belanda juga meninggalkan ekses konflik antara suku-suku besar sebagai akibat dari aktivitaspolitik yaitu pertentangan antara "Elite Pro-Papua" dan "Elite Pro-Indonesia" yang ditandaidengan pertentangan antara "Suku Biak lawan Suku Serui, Suku tanah Merah-Jayapura lawan Suku Serui", sekalipun dalam hal ini tidak semua orang Biak itu pro-Papua, tidak semua orang Serui itupro-Indonesia dan tidak semua orang Tanah Merah-Jayapura itu pro-Papua dan pro-Indonesia. Berdasarkan pengalaman Belanda di Indonesia atau Hindia-Belanda dalam kemerdekaantahun 1945, maka Belanda didalam menjajah Irian Barat sangat hati-hati sekali dalammeningkatkan kehidupan Masyarakat di berbagai bidang, dan Belanda sengaja memperlambatperkembangan di Irian Barat/Nieuw Guinea sesuai dengan permintahaan dan kebutuhanorang-orang Irian Barat. Katakanlah bahwa ini suatu bentuk "Etis-Politik Gaya Baru". Termasukdidalamnya usaha untuk membentuk "Nasionalisme Papua". Cara Belanda yang demikian itumenyebabkan orang-orang Irian Jaya tidak merasa bahwa mereka sedang dijajah sebabmereka hidup dalam suatu keadaan perekonomian yang baik dan tidak merasakan adanyapenderitaan dan tekanan dari Belanda.

4 / 4