6 mempelajari daya tahan simpan beberapa jenis makanan
DESCRIPTION
laporan sensoriTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
PENILAIAN INDERA
Mempelajari Daya Tahan Simpan
Beberapa Jenis Makanan
KELOMPOK 3B
Disusun oleh :
Indri Hadiansyah
240210100100
UNIVERSITAS PADJAJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2013
Tanggal Praktikum : 04 April 2013 Tanggal Penyerahan : 21 April 2013 Asisten : Lusiana Devi
I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum mempelajari daya tahan simpan beberapa jenis
makanan ini adalah sebagai berikut:
a. Belajar mengenal beberapa tanda yang menunjukkan bahwa suatu bahan
makanan mengalami kebusukan.
b. Mengidentifikasi sebagian dari kandungan bahan pangan yang diperkirakan
berpengaruh baik ataupun buruk terhadap daya tahan simpan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Banyak makanan yang mudah busuk, tapi ada pula yang tidak. Kebusukan
dapat terjadi karena adanya kontaminasi mikroorganisme dikarenakan makanan
tersebut merupakan media pertumbuhan yang baik untuk mikroorganisme. Media
pertumbuhan yang baik memiliki kadar air atau aktivitas air yang cocok/masih
dapat ditumbuhi mikroorganisme, sehingga bahan-bahan yang memiliki aktivitas
air yang cukup tinggi akan mudah sekali mengalami kebusukan. Selain itu,
kebusukan juga dapat terjadi karena proses respirasi. Contohnya pada jenis
makanan buah-buahan dan sayuran, respirasi akan terus berlanjut walaupun
tanaman tersebut sudah dipanen. Dengan demikian, tanaman tersebut lama
kelamaan akan mencapai kebusukan karena sudah tidak ada persediaan/cadangan
makanan lagi bagi tanaman untuk melakukan respirasi. Dalam pelajaran ini akan
menemukan segala sesuatu mengenai kebusukan makanan mengapa ada yang
tahan lama dan ada pula yang tidak tahan lama.
Komponen penyusun bahan makanan sangat mempengaruhi terhadap daya
tahan simpan suatu bahan makanan, misalnya bahan makanan yang banyak
mengandung kadar air tinggi sangat rentan terhadap kerusakan. Hal ini disebabkan
air dapat sebagai media pertumbuhan mikroba yang akan dapat merusak bahan
makanan / produk yang disimpan tersebut dimana pertumbuhannya dibantu oleh
udara. Contohnya pada beras dan nasi, dari hasil pengamatan terhadap beras
memiliki kandungan air yang rendah, disimpan dalam kantong plastik rapat lebih
lama dibandingkan dengan nasi sebab nasi mengandung kadar air yang sangat
tinggi
Daya tahan makanan ketika disimpan sebelum dikonsumsi hal ini
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya:
a. Faktor jenis kemasan.
b. Jenis makanan.
c. Kondisi lingkungan, seperti : suhu, kelembaban, Aw makanan.
d. Mikroorganisme, dll.
Kebanyakan bahan pangan dalam kondisi penyimpanan normal akan
mengalami reaksi-reaksi atau perubahan sehingga bahan pangan tersebut tak dapat
dipakai lagi. Pembusukan bahan pangan dapat diartikan sebagai setiap perubahan
dari bahan pangan yang masih segar maupun telah diolah dimana perubahan sifat-
sifat kimiawi, fisik, atau organoleptik dari bahan pangan tersebut mengakibatkan
ditolaknya bahan pangan ini oleh konsumen. Secara umum pembusukan bahan
pangan dapat terjadi melalui :
1. Kerja mikroorganisme, serangga, binatang pengerat, dan lain-lain.
2. Proses metabolisme dalam jaringan bahan pangan menuju pada pembusukan
(buah-buahan dan sayur-sayuran), perubahan otolitik (daging dan ikan
segar),dan berkecambahnya biji-bijian.
3. Oksidasi yang menyebabkan ketengikan dan reaksi kimia nonenzimatik
lainnya.
4. Pengeringan dan pelayuan makanan basah.
5. Penyerapan bau dan cita rasa dari luar.
6. Kesalahan dalam persiapan dan pengolahan
7. Kerusakan mekanis dan kontaminasi dengan senyawa-senyawa yang tidak
diingini.
Setiap bahan pangan memiliki umur simpannya masing-masing, sehingga
apabila melewati umur simpannya tersebut, maka dapat menyebabkan perubahan
karakteristik pada bahan tersebut. Perubahan karakteristik tersebut antara lain
terjadinya kerusakan atau penyimpangan dari sifat bahan makanan tersebut.
Perubahan sifat tersebut dapat meliputi sifat fisik, kimia dan biologis. Kerusakan
pada bahan makanan dapat disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal
dari bahan makanan. Faktor internal yang dapat mengakibatkan kerusakan antara
lain enzim, genetik, dan bahan kimia yang dikandung bahan makanan. Sedangkan
faktor eksternal yang berpengaruh antara lain suhu, persediaan oksigen,
kelembaban udara, cahaya, dll.
Untuk mengurangi tingkat kerusakan pada bahan makanan biasanya
diberikan perlakuan-perlakuan seperti penyimpanan suhu dingin (cold storage),
penyimpanan beku, pengeringan, pengemasan, dll. Penginderaan terhadap tekstur
makanan yang berasal dari sentuhan dapat ditangkap oleh seluruh permukaan
kulit, akan tetapi biasanya apabila seseorang menilai tekstur suatu bahan,
digunakan ujung jari tangan. Bahan yang dinilai tersebut daletakkan diantara
permukaan ibu jari, telunjuk, jari tengah, atau terkadang jari manis. Selain dengan
kulit, penilaian terhadap tekstur juga dapat dilakukan dengan mata, pendengaran
dan dengan cara dikunyah.
Penyebab pembusukan yang paling utama adalah mikroorganisme dan
pelbagai perubahan enzimatis maupun nonenzimatis yang terjadi setelah panen,
penyembelihan, atau pengolahan. Pada komoditi susu, dapat dilihat bahwa daya
tahan simpan susu bubuk lebih baik dibandingkan dengan susu cair. Hal ini
dikarenakan susu cair memiliki kadar air yang tinggi, sehingga sangat cepat
terkontaminasi oleh mikroorganisme, sedangkan pada susu bubuk telah
mengalami proses pengeringan sehingga kadar airnya sedikit.
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
- Baki - Gelas
- Pisau - Piring
- Sendok - Label
3.2 Bahan
- Beras - Nasi - Kedele
- Roti - Roti kering - Tempe
- Gula - Larutan Gula - Abon
- Pisang - Kripik pisang - Susu segar
- Daging - Susu tepung
IV. PROSEDUR
a. Periksalah semua contoh, dan buatlah daftar dari kenampkan, bau dan tekstur
tanpa mencicipinya. Bandingkan hasilnya dengan teman anda.
b. Beri label etiket pada setiap wadah/baki yang berisi contoh, kemudian
simpanlah. Periksa kembali setelah disimpan selama 3 hari untuk mengetahui
adanya perubahan sifat. Lakukan pada waktu luang anda. Diskusikan hasil
yang diperoleh, baik mengenai warna, konsistensi/kekentalan, pertumbuhan
khamir, kemasaman bau busuk, ropinese (bentuk seperti tali), penyusutan,
pelayuan, dll. Yang mana contoh yang busuk dan mana yang tidak.
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Praktikum penilaian sensori kali ini dilakukan untuk mengetahui daya
simpan dari beberapa jenis makanan, seperti beras, nasi, roti, roti kering, gula,
larutan gula, susu segar, susu bubuk, daging, abon, pisang, kripik pisang, kedele,
dan tempe. Setiap sampel tersebut dilakukan pengamatan krakteritik pada hari ke-
1 dan dilihat setipa perubahan karakteristik pada hari ke-4. Hasil yang didapat
adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengujian Daya Simpan pada Beberapa Sampel
Sampel Hari Ke-1 Hari Ke-4
Beras- Putih keabuan- Sedikit menyengat- Keras
- Putih kusam- Sedikit menyengat- Agak lonjong- Keras
Nasi- Putih- Tidak menyengat- Benyek & lengket
- Abu-abu hitam (kapang)- Tajam (basi)- Keras & lengket
Roti- Pinggir: coklat, dalam: krem- Agak tajam- Kasar
- Putih kekuningan- Keras, kering, kasar- Agak tajam
Roti kering- Kuning kecoklatan- Agak tajam- Renyah berpasir
- Kuning keemasan- Lembek- Agak tajam
Gula- Putih sedikit krem- Tidak tajam- Berpasir
- Putih kekuningan- Tidak tajam- Lembab & menggunpal
Larutan gula
- Bening sedikit krem- Tidak tajam- Halus, encer
- Bening, putih kekuningan (khamir)
- Tidak tajam- Halus, encer
Susu segar- Putih susu- Agak menyengat- Encer halus
- Kuning muda- Tajam - Encer pecah (menggumpal)
Susu tepung- Putih krem- Menyengat- Berpasir
- Putih kekuningan- Tajam - Berpasir & menggumpal
Daging- Merah muda segar- Menyengat (khas daging)- Empuk berair
- Hitam bintik putih- Menyengat (busuk)- Keras & kering
Abon- Coklat tua keemasan- Menyengat- Berpasir/berserat
- Coklat- Menyengat- Lembab berpasir
Pisang - Luar: kuning semburat hitam; dalam : putih
- Kuning kecoklatan- Tajam
- Tajam- Empuk
- Lembek & lembab
Keripik pisang
- Kekuninga- Menyengat - Renyah
- Kuning tidak seragam- Tajam- Rapuh & lembab
Kedelai- Krem- Tidak menyengat- Keras
- Keras- Tidak tajam- Coklat muda
Tempe- Putih-krem tidak rata- Menyengat- Empuk & halus
- Putih hitam (kapang)- Keras- Tidak tajam
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, setiap sampel mengalami beberapa
perubahan pada karakteristik fisik yang diujikan. setiap sampel yang diujikan
adalah sampel asli dengan olahan hannya. Pengamatan dilakukanan seperti
sebagai berikut.
1. Beras dan Nasi
Beras mengalami sedikit perubahan karateristik dibandingkan dengan nasi.
Awal pengujian pada beras menunjukan warna putih keabuan, dengan aroma
sedikit menyengat dan tekstur yang keras, setelah disimpan beberapa hari sampel
beras menjadi berwarna putih kusam, dengan aroma dan tekstur masih sama
yakni sedikit menyengat dan keras, serta bentuknya lonjong. Sedangkan nasi
mengalami perubahan yang cukup banyak dibandingkan dengan beras. Sampel
awalnya memiliki warna putih, dengan aroma tidak menyengat, serta tekstur yang
benyek dan lengket. Setelah disimpan beberapa hari sampel berubah menjadi
berwarna abu-abu dengan ada beberapa bagian berwarna hitam karena ditumbuhi
oleh kapang, serat bau menjadi menyengat, dan tektur menjadi keras dan lengket.
Dibandinglan dengan beras, nasi memiliki masa simpan yang lebih pendek
dengan ditunjukan pada perubahan karakteristik yang lebih drastis dibandingkan
dengan beras. Hal ini disebabkan, nasi sudah mengalam pemasakan dan
penambahan kadar air sehingga bila dilakukan penyimpanan tanpa pengemasan
akan mudah mengalami perubahan karena adanya aktivitas mikroorganisme yang
mempengaruhi perubahan-perubahan pada karakteristik nasi tersebut, sedangkan
beras merupakan bahan pangan yang memiliki kadar air cukup kecil, karena
beras merupakan padi yang dilakukan pengeringan sampai kadar air tertentu dan
dilakukan penggilingan.
2. Roti dan Roti Kering
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel diatas, baik roti maupun roti kering
memiliki daya simpan yang tidak tahan. Perubahan-prubahan terjadi pada tekstur
dan warna sampel tersebut. Tekstur roti semula kasar dan empuk, berubah
menjadi kering, keras, serta kasar, dan tekstur pada sampel roti kering berubah
menjadi lebih lembek. Tektur pada kedua roti tersebut berubah bertolak belakang,
pada roti berubah menjadi lebih keras karena hilangnya kadar air selama
penyimpanan, sedangkan pada roti kering tekstur menjadi lebih lembek karena
bmenyerapnya air selama penyimpanan, karena sampel tersebut lebih higroskopis.
Sedangkan warna dan aroma kedua sampel tersebut, perubahan yang terlihat tidak
terlalu besar dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada tekstur.
Pengamatan pada kedua sampel tersebut menunjukan bahwa, baik roti
maupun roti kering memiliki masa simpan yang pendek sehingga penyimpanan
kedua sampel tersebut harus menggunakan kemasan yang sesuai dengan
karakteristik masing-masing sampel.
3. Gula dan Larutan Gula
Gula dan larutan gula memiliki karakteristik yang berbeda. Gula berbentuk
padat, sedangkan larutan gula berbentuk cair. Berdasarkan hasil pengamatan
diatas, kedua sampel tersebut mengalami perubahan pada tekstur dan
kenampakan (warna). Gula yang berbentuk pada memiliki tektur berpasir karena
adanya butiran-butiran gula yang terasa, setelah dilakukan penyimpanan tekstur
gula berubah menjadi lembab dan menggumpal. Gula merupakan salah satu
bahan pangan higroskopis atau mudah menyerap air dari lingkungan, sehingga
jika disimpan diruangan terbuka kadar air pada gula akan meningkan yang
mengakibataka perubahan tekstur pada gula tersebut.
Sampel larutan gula memiliki warna bening sedikit krem dan setelah
disimpan beberapa hari warna sampel berubah karena adanya mikroba sehingga
terdapat warna bintik putih kekuningan. Biasanya jenis mikroba yang tumbuh
pada bahan pangan yang memiliki kadar gula tinggi adalah jenis bakteri
kelompok osmofil. Contoh mikro osmofil ini adalah khamir osmofil yang mampu
tumbuh pada larutan gula dengan konsentrasi lebih dari 65 % wt/wt (aw = 0,94).
4. Susu Segar dan Susu Tepung
Seperti halnya sampel gula, susu segar dan susu tepung memiliki bentuk fisik
yang berbeda. Susu segar berbentuk cair, sedangkan susu tepung berbentuk padat.
Berdasarkan hasil pengamatan kedua sampel ini mengalami perubahan selama
proses penyimpanan baik pada warna, aroma, maupun tekstur. Susu segar pada
awalnya memiliki warna putih khas susu, dengan aroma agakmenyengat dan
tekstur cair halus, setelah disimpan beberapa hari, sampel berubah menjadi lebih
kekuningan dengan teksur encer pecah (menggumpal), dan aroma menjadi lebih
tajam. Perubahan-perubahan ini disebabakan karena adanya mikroorganisme
pada susu yang aktif selama penyimpanan, serta dapat memecah karbohidrat,
protein, dan lemak sehingga memicu pembusukan (susu basi).
Susu tepung awalnya memiliki warna putih krem, dengan aroma menyengat
khas susu, dan tekstur berpasir. Setelah dismipan karakteristik susu tepung
berubah menjadi lebih kekuningn, dengan tekstur berpasir tetapi menggumpal,
dan aroma yang tajam. Seperti halnya sampel gula pasir dan roti kering, susu
tepung ini merupakan salah satu bahan pangan yang bersifat higroskopis
sehingga dapat menyerap air yang mengkibatkan sampel menjadi menggumoal
5. Daging dan Abon
Daging mengalami perubahan karakteristik lebih banyak dibandingkan
dengan abon. Perubahan karakteristik pada abon terjadi hanya pada teksturnya
saja yang menjadi lebih lembab karena bertambahnya kadar air. Sedangkan
karakteristik pada daging, perubahan yang didapat cukup signifikan baik pada
warna, tekstur, serta aroma. Perubahan yang terjadi ini adalah bau menyimpang
(off-odor) dan rasa menyimpang (off-flavour) atau perubahan warna pada daging.
Hal ini bisa disebabkan karena adanya aktivitas bakteri akibat pembusukan dan
pembentukan metabolisme yang disebabkan oleh pertumbuhan dari jasad renik.
6. Pisang dan Keripik Pisang
Dibandingkan dengan keripik pisang, perubahan karakteristik pada pisang
jauh lebih banyak. Terihat pada tabel, perubahan pada keripik pisang hanya
terjadi pada tekstur yang menjadi lebih lembek, sedangkan perubahan karateristik
pada pisang terjadi pada semua aspek, baik pada warna, aroma, maupun pada
tekstur pisang. Perubahan-pperubahan ini karena pisang merupakan salah satu
jenis buah klimateriks yang mengalami respirasi meskipun sudah dipanen atau
disimpan, sehingga jika disimpan terlalu lama akan menyebabkan perubahan-
perubahan pada pisang ini.
7. Kedelai dan Tempe
Tempe lebih mudah terkontaminasi mikroorganisme, karena memiliki
kadar air lebih tinggi dibandingkan dengan kedele. Kadar air ini dapat
memungkinkan adanya aktivitas mikroorganisme yang lebih tinggi, sehingga
dapat menyebabkan perubahan pada karakteristik kedua sampel tersebut.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Beras mengalami sedikit perubahan karateristik dibandingkan dengan nasi.
2. Roti maupun roti kering memiliki daya simpan yang tidak tahan.
3. Gula yang berbentuk pada memiliki tektur berpasir karena adanya butiran-
butiran gula yang terasa, setelah dilakukan penyimpanan tekstur gula berubah
menjadi lembab dan menggumpal.
4. Larutan gula memiliki warna bening sedikit krem dan setelah disimpan
beberapa hari warna sampel berubah.
5. Susu segar pada awalnya memiliki warna putih khas susu, dengan aroma
agakmenyengat dan tekstur cair halus, setelah disimpan beberapa hari, sampel
berubah menjadi lebih kekuningan dengan teksur encer pecah (menggumpal),
dan aroma menjadi lebih tajam.
6. Susu tepung awalnya memiliki warna putih krem, dengan aroma menyengat
khas susu, dan tekstur berpasir. Setelah dismipan karakteristik susu tepung
berubah menjadi lebih kekuningn, dengan tekstur berpasir tetapi
menggumpal, dan aroma yang tajam.
7. Daging mengalami perubahan karakteristik lebih banyak dibandingkan
dengan abon.
8. Pisang mengalami perubahan karakteristik lebih banyak dinadingkan dengan
keripik pisang.
9. Tempe lebih mudah terkontaminasi mikroorganisme, karena memiliki kadar
air lebih tinggi dibandingkan dengan kedele.
6.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah sebaiknya suasana dalam ruang
pengujian dibuat lebih kondusif agar tidak mengganggu kosentrasi panelis dalam
menilai suatu uji
DAFTAR PUSTAKA
Achyar, C. S. dan Sofiah, D. Betty. 2008. Buku Ajar Penilaian Indera. Universitas Padjadjaran, Bandung.
Buckle, K.A., dkk. 1987. Ilmu Pangan. UI-Press, Jakarta.
Deman, John. M. 1997. Kimia Makanan. Penerjemah Prof. Dr. Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung.
Kartika, Bambang., Pudji Hastuti, Wahyu Suprapto. 1988. Pedoman Uji Indera Bahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi. UGM. Yogyakarta.
LAMPIRAN
JAWABAN-PERTANYAAN
A. Sdr.Mendapatkan beberapa pasang makanan,dalam aspek apakah
contoh tersebut mempunyai kesamaan.Yang mana dari kelompok
tersebut mengalami kebusukan lebih cepat? Jelaskan.
Jawab : Aspek kesamaan suatu bahan makanan dapat dilihat dari bahan dasar atau
komponen penyusun utamanya. Selain itu, kesamaannya yaitu ada
produk yang sama-sama dalam bentuk kering dan ada juga yang tidak.
Kebusukan akan lebih cepat terjadi pada produk yang kadar airnya tinggi
dan tidak mengalami pengolahan.
B. Apakah sifat kebusukan yang paling menyolok dari contoh-contoh
diatas?
Jawab: Sifat kebusukan yang paling mencolok adalah adanya pertumbuhan
mikroba karena Aw bahan yang tinggi dan ditandai dengan penampakan,
bau dan rasa yang menyimpang.
C. Bagaimanakah cara memperlambat kebusukan pada makanan tersebut
di rumah? Apakah hanya satu atau banyak cara, jelaskan !
Jawab: Banyak cara yang dilakukan untuk memperlambat kebusukan diantaranya
menyimpannya di tempat yang kering dan tidak lembab, tidak terkena
cahaya matahari secara langsung, seperti di kulkas/refrigerator, atau bisa
juga menggunakan kemasan yang baik dan kedap udara, seperti toples
atau plastik