59507355 laporan voltmeter tembaga
DESCRIPTION
copperTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II
VOLTAMETER TEMBAGA
Disusun Oleh :
Esti Andarini
Risanto Retaadji
Yuniasari
0621.10.009
0621.10.027
0621.10.011
Asisten Praktikum:
1. Trirakhma S., M.Si
2. Verayanti
Tanggal Praktikum 18 Juni 2011
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
A
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Umum
1. Memahami prinsip kerja sebuah voltameter
B. Tujuan Khusus
1. Menera sebuah Amperemeter dengan menggunakan Voltameter tembaga.
C. Dasar Teori
Zat cair dipandang dari sudut hambatan listrik, dapat dibagi dalam tiga
golongan:
1. Zat cair isolator: seperti air murni, minyak dan sebagainya.
2. Larutan yang mengandung ion-ion sebagai penghantarnya dan disertai
perubahan-perubahan kimia.
3. Air raksa, logam-logam cair dapat dilalui arus listrik tanpa perubahan-
perubahan kimia di dalamnya.
Pada percobaan di sini, dipakai larutan garam CuSO4, di dalam bejana
seperti pada gambar 1
220V
variac
Sumber Dc
Bila pada rangkaian di atas dialiri arus, maka akan terjadi endapan Cu
pada katoda. Jumlah Cu yang mengendap sebanding dengan arus yang
lewat, sehingga voltmeter dapat dipakai sebagai Amperemeter.
BAB II
ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Power Supply
2. Ampereter
3. Voltameter Tembaga
4. Katoda
5. Kertas amplas
6. Neraca
B. Bahan
1. Alkohol
2. Larutan tembaga sulfat
BAB III
METODE PERCOBAAN
1. Digosokkan katoda dengan kertas ampelas hingga cukup bersih.
2. Dicuci katoda dengan air, siramlah dengan alkohol kemudian bakarlah.
3. Ditimbang katoda itu dengan teliti dengan menggunakan neraca teknis.
4. Dibungkus katoda dengan kertas yang bersih, sehingga tidak kotor lagi.
5. Dibuat rangkaian seperti gambar 2. (Ingat pergunakan dahulu katoda
pertolongan).
N 220V
- variac
Sumber DC
+
- +
Voltameter
6. Dituangkan larutan tembaga sulfat ke dalam bejana.
7. Dijalankan arus dan aturlah Rg, sehingga Amperemeter menunjukkan kuat
arus sebagai I dalam Ampere. (Ditentukan oleh Assisten).
8. Diperiksa sekali lagi apakah arus sudah benar (akan terjadi endapan temnaga
pada katoda).
9. Diputus hubungan dengan sumber-sumber arus dan jangan mengubah
rangkaiannya lagi.
10. Diganti katoda pertolongan dengan katoda yang sebenarnya (yang telah
dicuci).
11. Diusahakan supaya luas permukaan katoda yang tercelup ke dalam larutan
sama dengan permukaan katoda pertolongan yang tercelup larutan.
12. Rangkaian jangan diubah-ubah lagi.
13. Dijalankan arus selama n menit (ditentukan Assisten) Diusakahan kuat arus
agar tetap dengan mengatur Rg.
14. Setelah n menit, diputuskan arus, diambil katoda dan dicuci dengan air,
disiram dengan alkohol dan dibakar sampai kering.
15. Ditimbang lagi katoda dengan teliti.
16. Diulangi percobaan no.1 s.d. 15 untuk beberapa kuat arus yang berlainan pula
(ditentukan oleh Assisten).
17. Setelah selesai, dikembalikan larutan ke dalam botolnya semula,
dikembalikan pula alat-alat yang lain.
BAB IV
DATA PENGAMATAN
No.
I (Ampere)
Wawal
(gram)Wakhir
(gram)Wendapan
(gram)t
(detik)I
(Ampere)1 0.4 48.90 49.15 0.25 1200 0.632 0.6 58.20 58.50 0.30 1200 0.763 0.8 54.20 54.65 0.45 1200 1.14
Percobaan 1 :
W =BA Cun
.1
96500. I . t
0.25=63.52
.1
96500. I .1200
I=0.63 Ampere
Percobaan 2 :
W =BA Cun
.1
96500. I . t
0.30=63.52
.1
96500. I .1200
I=0.76 Ampere
Percobaan 3 :
W =BA Cun
.1
96500. I . t
0.45=63.52
.1
96500. I .1200
I=1.14 Ampere
Keadaan ruangan P (cm)Hg T (°C) C (%)Sebelum percobaan 74,7 29 84Sesudah percobaan 74,7 29 84
BAB V
PEMBAHASAN
Untuk mengukur besarnya kuat arus yang mengalir dalam suatu rangkaian,
kita dapat menggunakan suatu alat yang disebut amperemeter. Dengan melihat
penunjukan jarum amperemeter, kita bisa mengetahui besarnya kuat arus. Namun
nilai yang ditunjuk oleh jarum penunjuknya sebenarnya bukan nilai kuat arus yang
sebenarnya, karena amperemeter merupakan salah satu contoh dari secondary
instrument, yang artinya bahwa harga yang ditunjukkan tidak mutlak tepat sehingga
nilai tersebut masih perlu disesuaikan.
Untuk mengetahui keseksamaan dari jarum ampermeter, maka dilakukan
percobaan dengan menggunakan voltameter. Dengan voltameter kita dapat
mengetahui besarnya arus yang mengalir dalam rangkaian melalui suatu perhitungan
dari pertambahan massa katodanya, sebagai akibat adanya endapan.
Kita sering melihat orang menyepuh logam dengan logam lain. Proses penyepuhan
logam yang terjadi dengan perantara suatu larutan (media) tersebut terjadi karena
adanya arus listrik (beda potensial listrik). Dari proses penyepuhan itu sendiri kita
dapat mengetahui berapa endapan logam dengan menggunakan sebuah alat yaitu
voltameter. Voltameter ini diberi nama sesuai dengan nama endapan yang terjadi
pada katodanya (sebagai indikator). Karena dalam percobaan terjadi endapan
tembaga (Cu), maka disebut voltameter tembaga.
Elektrokimia mempelajari tentang perubahan energi listrik menjadi energi
kimia didalam sel elektrolisis sebagaimana terjadinya perubahan energi kimia
menjadi energi listrik didalam sel galvani atau sel volta. Dalam percobaan ini akan
dipelajari tentang elektrolisis yang prosesnya terjadi karena adanya arus yang
mengalir dalam larutan, kemudian energi yang dihasilkan menyebabkan terjadinya
reaksi oksidasi-reduksi spontan.
Pada proses elektrolisis ini dipakai larutan elektrolit sebagai
konduktor/penghantar, misalnya asam-basa atau garam karena larutan-larutan
tersebut mengandung ion-ion positif dan negatif dalam larutannya.
Percobaan ini menggunakan CuSO4 yang bersifat garam sebagai larutan
(mediator), pada katoda dipakai lempeng Cu dan Pb pada anoda. Dengan
mengalirkan sejumlah arus dari sumber tegangan dan ditunggu selama waktu tertentu
maka akan terjadi endapan Cu di katoda yang besarnya dapat kita hitung. Karena
endapan yang terjadi pada katoda adalah Cu maka percobaan ini dinamakan
voltameter tembaga.
Dari data-data yang dihasilkan (seperti waktu, besar arus, dan selisih berat),
kemudian diolah, dapat digunakan untuk mengetahui banyaknya endapan pada
katoda dan menghitung perbandingan arus ampermeter dengan arus sesungguhnya.
Metal/logam dapat bertindak sebagai konduktor listrik, akibat adanya pergerakan
bebas dari elektron-elektron pada strukturnya. Secara sederhana konduksinya disebut
konduksi metalik.
Jika kedua elektrode dihubungkan dengan arus listrik searah (DC), maka ion-
ion pada larutan akan bergerak berlawanan arah. Artinya, ion-ion positif akan
bergerak ke elektrode negatif, sebaliknya ion-ion negatif akan bergerak kearah
elektrode positif. Pergerakan-pergerakan muatan ion dalam larutan akan membawa
energi listrik. Kondisi demikian ini disebut elektrolitik. Apabila ion-ion dalam
larutan terkontak dengan elektrode maka reaksi kimia akan terjadi. Pada katode akan
mengalami reduksi dan pada anoda akan mengalami oksidasi.
Sifat hantaran listrik zat cair dapat dibedakan
1. Isolator, misal : air murni, minyak, dll.
2. Larutan ion, misal :
a. mengalami perubahan kimia, misal : asam-basa, garam.
b. tidak mengalami perubahan kimia, misal : air raksa, logam cair.
Sesuai dengan tujuan percobaan ini, maka untuk menghitung arus, diperlukan
endapan logam di katoda. Maka, akan ditinjau aspek kuantitatif pada elektrolisis ini
dengan mengggunakan hukum Faraday, yaitu :
“ Dalam elektrolisis, lewatnya 1 Faraday pada rangkaian menyebabakan oksidasi
satu bobot ekivalen suatu zat pada satu elektrode dan reduksi satu bobot ekivalen
pada elektrode yang lain.”
Dan dinyatakan dalam rumus :
W = a . I . t
Dimana :
W = jumlah endapan logam (gr)
a = ekivalen elektrokimia (gr/coloumb)
I = arus (Ampere)
t = waktu (detik)
Dengan “I . t” adalah jumlah arus yang akan disuplai, secara kuantitatif
dinyatakan sebagai 1 Faraday, sehingga sesuai pula dengan kuantitas satuan standar
kelistrikan yang menyatakan banyaknya elektron yang melewati elektrolit adalah
coloumb maka :
1 Faraday = 1 mol elektron = 96500 Coloumb
Sehingga rumus diatas menjadi :
W = a . I . t96500
Karena larutan yang dipakai adalah dalam percobaan adalah CuSO4, maka reaksi
kimia yang terjadi bila terdapat arus listrik adalah :
CuSO4 → 2 Cu++ + SO42-
Pada anoda : SO42- → 2 e + SO4
Pada katoda: Cu2+ + 2e → Cu
Artinya Cu2+ dari larutan garam bergerak menuju katoda dan anoda kehilangan Cu2+
yang dipakai untuk menetralkan SO42- .
Sesuai dengan reaksi diatas, dan definisi ekivalensi elektrokimia, yaitu bobot
zat yang diperlukan untuk memperoleh atau melepaskan 1 mol elektron, maka harga
elektrovalensi kimia untuk Cu dapat ditentukan sebagai berikut:
Dari hukum Faraday, rumus untuk “a” adalah :
a = W / (I . t) ; dimana I . t adalah 1 Faraday
maka:
a = W / 1 Faraday = W / (96500 C)
Karena 1 mol Cu (63,5) gr menghasilkan 2 mol elektron, maka hanya diperlukan 0,5
mol Cu (63,5/2) gr untuk menghasilkan 1 mol elektron. Sehingga harga “a” untuk Cu
dapat dicari :
a =G gram2.96500
= 0,3294 mg / C
Setelah harga “a” diketahui maka harga I ditentukan berdasar persamaan :
I = W / (a . t)
I = W / (0,3294 . t), dengan : W = dalam miligram
a = dalam miligram/C
t = dalam detik
I = dalam ampere
Dengan persamaan tersebut, akan dapat dihitung besarnya “I” sesungguhnya
yang nantinya akan dibandingkan dengan angka “I” pada amperemeter. Dengan
demikian, besarnya keseksamaan dari penunjukkan jarum amperemeter dengan
voltameter tembaga dapat diperhitungkan dengan ralat perhitungan.
BAB VI
SIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan
yaitu :
1. Larutan elektrolit atau ion dapat menghantarkan listrik dengan disertai
perubahan kimia.
2. Besarnya arus yang terbaca oleh amperemeter selalu lebih kecil daripada
besar arus sesungguhnya.
Dari data yang diperoleh, dapat dihitung arus sebenarnya berdasarkan
endapan yang terbentuk sebagai berikut :
1. Arus yang dibaca = 0.40 Ampere
Arus sebenarnya = 0.63 Ampere
2. Arus yang dibaca = 0.60 Ampere
Arus sebenarnya = 0.76 Ampere
3. Arus yang dibaca = 0.80 Ampere
Arus sebenarnya = 1.14 Ampere
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2011. Buku Penuntun Praktikum Fisika Dasar 2. Bogor: Laboratorium
Fisika Universitas Pakuan.
http://dc122.4shared.com/img/w70dg60D/preview.html
http://komun1tas.wordpress.com/2009/05/07/lapres-voltameterl2/
Tugas Akhir
1. Hitunglah jumlah tembaga yang mengendap untuk tiap percobaan!
2. Berdasarkan jumlah endapan tembaga yang didapat, hitunglah jumlah muatan
yang telah dipergunakan untuk menguraikan larutan (untuk tiap-tiap
percobaan).
3. Buatlah grafik hasil peneraan, yaitu antara kuat arus hasil perhitungan no.2
dengan kuat arus yang terbaca pada Amperemeter.
4. Berikan perhitungan pada tiap pengukuran pada tiap percobaan beserta
kesalahannya.
Jawaban :
1. Jumlah tembaga yang mengendap :
Percobaan 1 = 49.15-48.90 = 0.25 gram
Percobaan 2 = 58,50-58.20 = 0.30 gram
Percobaan 3 = 54.65-54.20 = 0.45 gram
2. Jumlah muatan untuk menguraikan larutan :
Percobaan 1 :
W =BA Cun
.1
96500. I . t
0.25=63.52
.1
96500. I .1200
I=0.63 Ampere
Percobaan 2 :
W =BA Cun
.1
96500. I . t
0.30=63.52
.1
96500. I .1200
I=0.76 Ampere
Percobaan 3 :
W =BA Cun
.1
96500. I . t
0.45=63.52
.1
96500. I .1200
I=1.14 Ampere
3. Grafik hasil peneraan antara kuat arus hasil perhitungan no.2 dengan kuat
arus yang terbaca pada Amperemeter :
4. Perhitungan :
Percobaan 1 :
W =BA Cun
.1
96500. I . t
0.25=63.52
.1
96500. I .1200
I=0.63 Ampere
Kesalahan = (0.63−0.40)
0.63x100 % = 36.51%
Percobaan 2 :
0.63 0.76 1.140
0.10.20.30.40.50.60.70.80.9
0.4
0.6
0.8
Grafik Hasil Peneraan
Kuat arus hasil perhitungan (Ampere)
Kuat
aru
s ya
ng t
erba
ca
(Am
pere
)
Percobaan 1 2 3
Kuat arus hasil perhitungan (Ampere)
0,63 0,76 1,14
Kuat arus yang terbaca (Ampere)
0,4 0,6 0,8
W =BA Cun
.1
96500. I . t
0.30=63.52
.1
96500. I .1200
I=0.76 Ampere
Kesalahan = (0. 76−0.60)
0.76x100 % = 21.05%
Percobaan 3 :
W =BA Cun
.1
96500. I . t
0.45=63.52
.1
96500. I .1200
I=1.14 Ampere
Kesalahan = (1.14−0.80)
1.14x 100 % = 29.82%