585-575-1-pb

23
Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of Control Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat) Gustati (Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Padang) Abstrak Penelitian ini merupakan survey atas persepsi responden,dengan menggunakan teknik sensus dalam pengambilan sampel. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuisioner yang diadopsi dari beberapa peneliti terdahulu. Sampel penelitian adalah auditor BPKP yang berpredikat Pejabat Fungsional Auditor (PFA), yang berhasil dikumpulkan sebanyak 43 orang responden. Untuk memudahkan pengolahan data, peneliti menggunakan dua model regresi yaitu Simple Regression Model (SRM), dan Multiple Regression Model (MRM) yang dibantu oleh SPSS versi 19.0 for Windows dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil pengujian hipotesis adalah secara partial tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel Locus of Control (LOC) Internal Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit. Sementara itu LOC Eksternal berpengaruh positif terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit. Begitu juga halnya dengan pengujian secara simultan ditemukan bahwa LOC Internal dan LOC Eksternal berpengaruh secara signifikan terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit. Maka dapat dikatakan bahwa untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik, seorang auditor harus mempunyai kesatuan dari LOC yang baik, sehingga dapat menghindari perilaku disfungsional dalam pelaksanaan audit. Kata Kunci : Survey, Locus of Control Internal, Locus of Control Eksternal, dan Perilaku Disfungsional Audit. PENDAHULUAN Latar Belakang Dengan dikeluarkannya PP60/2008 mengakibatkan tuntutan dan tantangan berat bagi auditor pemerintah untuk menghasilkan audit yang berkualitas, mewujudkan pemerintahan yang good governance, menciptakan akuntabilitas aparat pemerintahan yang berada dibawah presiden, dan memiliki visi menjadi katalisator pembaharuan manajemen pemerintahan. Untuk itu praktek profesional auditor pemerintah yang bertugas sebagai pengawas perlu ditingkatkan, meskipun auditor memiliki keterbatasan dari kemampuan dari diri sendiri, waktu yang ditetapkan, biaya, dan beban kerja cukup besar. Sikap profesional ini diperlukan karena BPKP dengan posisinya sebagai internal auditor pemerintah memiliki peranan penting. Untuk itu dalam tugas pengawasan/audit yang berhasil akan sangat ditentukan oleh faktor sumber daya manusiayang profesional, yang merupakan salah satu penggerak utama atas kelancaran jalannya kegiatan dan mempunyai peranan penting baik secara perorangan ataupun kelompok. Terdapat tiga pengertian profesionalisme (Hassanuddin, 2002) yaitu pertama, profesionalisme bisa berarti suatu keahlian, mempunyai kualifikasi tertentu, berpengalaman sesuai dengan bidang keahliannya, atau memperoleh imbalan karena keahliannya. Yang kedua, merujuk pada suatu standar pekerjaan, prinsip-prinsip moral, dan etika profesi. Yang ketiga, profesionalisme juga berarti moral, dalam hal ini akuntan/auditor berupaya mempertahankan atau menjaga martabat dan kepercayaan yang diberikan masyarakat. Sikap profesionalisme ini harus dijunjung tinggi oleh auditor agar

Upload: lalaaprila

Post on 16-Jan-2016

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

JJJJ

TRANSCRIPT

Page 1: 585-575-1-PB

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of Control Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit

(Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat)

Gustati

(Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Padang)

Abstrak Penelitian ini merupakan survey atas persepsi responden,dengan menggunakan teknik

sensus dalam pengambilan sampel. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuisioner yang diadopsi dari beberapa peneliti terdahulu. Sampel penelitian adalah auditor BPKP yang berpredikat Pejabat Fungsional Auditor (PFA), yang berhasil dikumpulkan sebanyak 43 orang responden. Untuk memudahkan pengolahan data, peneliti menggunakan dua model regresi yaitu Simple Regression Model (SRM), dan Multiple Regression Model (MRM) yang dibantu oleh SPSS versi 19.0 for Windows dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil pengujian hipotesis adalah secara partial tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel Locus of

Control (LOC) Internal Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit. Sementara itu LOC Eksternal berpengaruh positif terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit. Begitu juga halnya dengan pengujian secara simultan ditemukan bahwa LOC Internal dan LOC Eksternal berpengaruh secara signifikan terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit. Maka dapat dikatakan bahwa untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik, seorang auditor harus mempunyai kesatuan dari LOC yang baik, sehingga dapat menghindari perilaku disfungsional dalam pelaksanaan audit.

Kata Kunci : Survey, Locus of Control Internal, Locus of Control Eksternal, dan

Perilaku Disfungsional Audit.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Dengan dikeluarkannya PP60/2008 mengakibatkan tuntutan dan tantangan berat bagi auditor pemerintah untuk menghasilkan audit yang berkualitas, mewujudkan pemerintahan yang good governance, menciptakan akuntabilitas aparat pemerintahan yang berada dibawah presiden, dan memiliki visi menjadi katalisator pembaharuan manajemen pemerintahan. Untuk itu praktek profesional auditor pemerintah yang bertugas sebagai pengawas perlu ditingkatkan, meskipun auditor memiliki keterbatasan dari kemampuan dari diri sendiri, waktu yang ditetapkan, biaya, dan beban kerja cukup besar. Sikap profesional ini diperlukan karena BPKP dengan posisinya sebagai internal auditor pemerintah memiliki peranan penting.

Untuk itu dalam tugas pengawasan/audit yang berhasil akan

sangat ditentukan oleh faktor sumber daya manusiayang profesional, yang merupakan salah satu penggerak utama atas kelancaran jalannya kegiatan dan mempunyai peranan penting baik secara perorangan ataupun kelompok.

Terdapat tiga pengertian profesionalisme (Hassanuddin, 2002) yaitu pertama, profesionalisme bisa berarti suatu keahlian, mempunyai kualifikasi tertentu, berpengalaman sesuai dengan bidang keahliannya, atau memperoleh imbalan karena keahliannya. Yang kedua, merujuk pada suatu standar pekerjaan, prinsip-prinsip moral, dan etika profesi. Yang ketiga, profesionalisme juga berarti moral, dalam hal ini akuntan/auditor berupaya mempertahankan atau menjaga martabat dan kepercayaan yang diberikan masyarakat.

Sikap profesionalisme ini harus dijunjung tinggi oleh auditor agar

Page 2: 585-575-1-PB

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of ControlTerhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat)

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 46-68 47

menghasilkan kualitas audit yang baik. Menurut Hall (1968, dalam Hassanuddin 2002) terdapat dua aspek yang berkaitan dengan profesionalisme yaitu aspek struktural, yang dibentuk melalui pendidikan formal, pelatihan, pembentukan asosiasi profesional, dan pembentukan kode etik, dan aspek sikap dan perilaku, yang berkaitan dengan pembentukan jiwa profesionalisme.

Dalam penelitian Wahyudin (2011) dinyatakan bahwa perilaku professional auditor/akuntan publik salah satunya diwujudkan dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional audit behavior). Perilaku disfungsional yang dimaksud di sini adalah perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seorang auditor dalam bentuk manipulasi, kecurangan ataupun penyimpangan terhadap standar audit. Perilaku ini bisa mempengaruhi kualitas audit baik secara langsung maupun tidak langsung.

Perilaku yang mempunyai pengaruh langsung, menurut Wahyudin (2011), diantaranya adalah premature sign off atau penghentian prosedur audit secara dini, pemerolehan bukti yang kurang, pemrosesan yang kurang akurat, dan kesalahan dari tahapan-tahapan audit. Sementara perilaku yang mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap kualitas audit adalah underreporting of time.

Penghentian prematur atas prosedur audit adalah tindakan penghentian terhadap prosedur audit atau tidak melengkapi langkah prosedur audit yang disyaratkan tetapi auditor berani mengungkapkan opini atas laporan keuangan yang diauditnya (Weningtyas,et. al, 2006 dalam Indarto, 2011).

Hasil penelitian senada juga dikemukakan oleh Alderman & Deitrick, 1982; Raghunathan, 1991;Weningtyas, Setiawan, & Triatmoko, 2007;Sososutiksno, 2005; Herrbach, 2005; Heriningsih,2002; Sumekto, 2001; Nugroho, 2008; Widianto, 2008 dalam Wahyudi, 2011). Penghentian prematur atas prosedur audit yangtimbul dari

perilaku RAQ semakin banyak terjadi. Penghentian prematur atas prosedur audittersebut menyebabkan pengurangan kualitas dalamaudit yang diartikan sebagai pengurangan mutu dalampelaksanaan audit yang dilakukan secara sengajaoleh auditor (Coram et al., 2008 dalam Wahyudin, 2011).

Corem (2008, dalam Wahyudi, Lucyanda, dan Loekman (2011)) juga menyatakan bahwa terdapat dua dampak aspek yang disebabkan oleh adanya RAQ, yaitu aspek pertama adanya dampak terhadap pemakai laporan keuangan, yaitu opini audit yang tidak benar sehingga akan menghasilkan kemungkinan adanya penyampaian kinerja audit yang tidak benar. Aspek kedua, adalah dampak terhadap auditor itu sendiri, yaitu adanya perhatian atau keinginan auditor untuk melakukan perilaku RAQ. Untuk itu disarankan lebih baik meningkatkan pengendalian mutu dan meninjau kembali prosedur audit daripada melakukan pengawasan kepada auditor.

Pernyataan ini dikuatkan oleh penelitian (Indarto, 2011) bahwa pengurangan kualitas audit sering disebut sebagai Reduced Audit Quality (RAQ) yang berarti kegagalan auditor untuk melengkapi langkah program audit yang dilakukan secara sengaja. Perilaku pengurangan kualitas audit dapat digolongkan kedalam pengurangan kualitas audit golongan rendah yang masih dapat diterima, ataupun masuk dalam kategori golongan tinggi yang dapat menyebabkan tuntutan hukum bagi auditor atau menyebabkan pemecatan bagi auditor.

Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan seorang auditor melakukan perilaku menyimpang dalam audit ini. Seperti dalam penelitian Wahyudi, Lucyanda, dan Loekman (2011) mengemukakan bahwa ada beberapa alasan auditor melakukan penghentian prematur atas prosedur audit yaitu (1).Terbatasnya jangka waktu pengauditan yang ditetapkan; (2).Anggapan bahwa prosedur audit yang dilakukan tidak penting; (3). Prosedur audit tidak material;

Page 3: 585-575-1-PB

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of Control Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat)

48 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 46-68

(4).Prosedur audit yang kurang dimengerti; (5). Terbatasnya waktu penyampaian laporan audit; dan (6). Faktor kebosanan auditor (Alderman & Deitrick, 1982; Raghunathan, 1991).

Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan Wahyudin (2011) menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perbedaan penerimaan auditor atas dysfunctional audit behavior diantaranya adalah karakteristik personal auditor yang mempengaruhi penerimaan auditor atas dysfunctional audit behavior secara langsung diantaranya adalah locus of control, turnover intention, dan kinerja (Donnelly et al., 2003; Maryanti, 2005; Anastasia & Mukhlasin, 2005 dalam Wahyudin, 2011). Pernyataan ini juga memperkuat penelitian Reed et al. (1994) bahwa locus of control memiliki pengaruh terhadap perilaku.

Definisi locus of control yang telah dikemukakan beberapa pakar sebagai berikut. Menurut Rotter (2006, dalam Wiriani 2011) seperti dikutip dari Brownell (1982) mengatakan bahwa locus of control adalah tingkatan dimana seseorang menerima tanggung jawab personal terhadap apa yang terjadi pada diri mereka. Locus of control dibedakan menjadi dua, yaitu locus of control internal dan eksternal. Locus of control internal mengacu kepada persepsi bahwa kejadian baik positif maupun negatif, terjadi sebagai konsekuensi dari tindakan atau perbuatan diri sendiri dan dibawah pengendalian diri, sedang locus of control eksternal mangacu kepada keyakinan bahwa suatu kejadian tidak mempunyai hubungan langsung dengan tindakan oleh diri sendiri dan berada di luar kontrol dirinya.

Orang-orang yang memiliki locus of control internal faktor kemampuan dan usaha terlihat dominan, oleh karena itu apabila individu dengan locus of control internal mengalami kegagalan mereka akan menyalahkan dirinya sendiri karena kurangnya usaha yang dilakukan. Sebaliknya pada orang yang memiliki locus of control external melihat keberhasilan dan kegagalan dari faktor kesukaran dan nasib, oleh karena itu apabila mengalami kegagalan mereka

cendrung menyalahkan lingkungan sekitar yang menjadi penyebabnya (Wiriani, 2011).

Menurut Wahyudin (2011), seorang auditor yang memiliki locus of control internal akan berusaha lebih keras ketika ia meyakini bahwa usahanya akan mendatangkan hasil sehingga tingkat kinerjanya juga tinggi. Sehingga dapat dipahami juga bahwa locus of control eksternal sebagai kebalikan dari locus of control internal menunjukkan kinerja yang rendah bila dibandingkan dengan individu dengan locus of control internal. Disamping itu Wahyudi, Lucyanda, dan Loekman (2011) menyatakan bahwa individu dengan locus of control eksternal lebih mudah merasa terancam dan tidak berdaya serta strategi yang dipilih dalam menyelesaikan sebuah permasalahan cenderung bersifat reaktif (Ardiansah, 2003, dalam Wahyudi, Lucyanda, dan Loekman, 2011).

Begitu banyaknya penelitian tentang perilaku disfungsional auditor di Kantor Akuntan Publik yang dilihat dari berbagai sisi. Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan yang merupakan replikasi dan gabungan dari beberapa penelitian yang dilakukan antara lain oleh : 1). Kartika, danWijayanti(2007); “Locus

Of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai Dan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Studi Pada Auditor Pemerintah Yang Bekerja Pada BPKP Di Jawa Tengah Dan DIY). Hasil penelitiannya adalah a). Locus of control eksternal berpengaruh positif terhadap penerimaaan perilaku disfungsional audit. b). Locus of control eksternal berhubungan negatif terhadap kinerja pegawai; c). Locus of control sebagai anteseden hubungan kinerja pegawai penerimaan perilakudisfungsional audit.Auditor yang memiliki kecenderungan locus ofcontrol eksternal akan memiliki kinerja yang rendah dan auditor yang memiliki kinerja yang rendah akan lebih menerima perilaku disfungsional auditfaktor eksternal yang

Page 4: 585-575-1-PB

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of ControlTerhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat)

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 46-68 49

mempengaruhi penerimaan perilaku disfungsional audit seperti time budget pressure, gayakepemimpinan, budaya organisasi dan program audit.

2). Silaban (2009), dengan penelitian berjudul “Perilaku Disfungsional Auditor Dalam Pelaksanaan Program Audit (Studi Empiris Di Kantor Akuntan Publik), yang menguji model perilaku audit disfungsional dengan menghubungkan karakteristik individual auditor (locus of control dan komitmen profesional multi-dimensi) dengan tekanan anggaran waktu yang dirasakan. Salah satu hasil penelitian menunjukkan locus of control eksternal berpengaruh positif signifikan dengan tekanan anggaran waktu yang dirasakan dan perilaku audit disfungsional (RKA dan URT). Hasil penelitian juga menunjukkan pengaruh langsung locus of control dan dimensi komitmen profesional terhadap perilaku audit disfungsional (RKA dan URT) lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh tidak langsung yaitu melalui tekanan anggaran waktu yang dirasakan.

3).Engko, dan Gudono (2007) dengan penelitian berjudul “Pengaruh Kompleksitas Tugas Dan Locus Of Control Terhadap Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Dan Kepuasan Kerja Auditor”.

Dengan mengacu pada latar belakang dan beberapa penelitian tersebut diatas, peneliti membuat penelitian replikasi dari penelitian yang pernah diteliti sebelumnya. Dalam hal ini peneliti mengambil variabel independen yang terdiri dari Locus of Control Internal (X1), Locus of Control Eksternal (X2), dan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Y) sebagai variabel dependen. Pada penelitian ini peneliti menggunakan responden yang bekerja sebagai auditor pemerintah yang bekerja pada BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah dan penelitian-penelitian sebelumnya, rumusan masalah untuk

penelitian ini adalah bagaimana Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of Control Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Studi Pada Auditor Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Barat).Analisis persepsi ini dilihat baik secara partial ataupun simultan.

KONTRIBUSI DAN MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan : a) Bagi peneliti, diharapkan dapat

menambah pengetahuan, pemahaman tentang Pengaruh Locus of Control, Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Studi Pada Auditor Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Barat).

b) Bagi Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Barat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran tentang pengelolaan Locus of Control, gunamenghindari Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit, dalam menjalankan tugas pengawasan.

c) Bagi Pemerintah Provinsi khususnya Provinsi Sumatera Barat penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam memahami fungsi, peran, tanggungjawab, dan tugas BPKP.

d) Bagi Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya Teori Akuntansi Perilaku dan hasil penelitian serta bahan referensi penelitian lain yang akan meneliti topik yang sama.

TINJAUAN TEORI LOCUS OF CONTROL Menurut Rotter (2006) seperti dikutip dari Brownell (1982) dalam Wiriani (2011) mengatakan bahwa locus of control adalah tingkatan dimana seseorang menerima tanggung jawab personal terhadap apa yang terjadi pada diri mereka. Locus of control dibedakan menjadi dua, yaitu locus of control internal dan eksternal. Locus of control internal mengacu kepada persepsi bahwa kejadian baik positif maupun negatif, terjadi sebagai konsekuensi dari

Page 5: 585-575-1-PB

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of Control Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat)

50 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 46-68

tindakan atau perbuatan diri sendiri dan dibawah pengendalian diri, sedang locus of control eksternal mangacu kepada keyakinan bahwa suatu kejadian tidak mempunyai hubungan langsung dengan tindakan oleh diri sendiri dan berada di luar kontrol dirinya. Locus of control internal

Lee (1990) yang dikutip oleh Julianto (2002) dalam Wiriani (2011) adalah keyakinan seseorang bahwa didalam dirinya tersimpan potensi besar untuk menentukan nasib sendiri, tidak peduli apakah lingkungannya akan mendukung atau tidak mendukung. Individu seperti ini memiliki etos kerja yang tinggi, tabah menghadapi segala macam kesulitan baik dalam kehidupannya maupun dalam pekerjaannya. Meskipun ada perasaan khawatir dalam dirinya tetapi perasaan tersebut relatif kecil dibanding dengan semangat serta keberaniannya untuk menentang dirinya sendiri sehingga orang–orang seperti ini tidak pernah ingin melarikan diri dari tiap–tiap masalah dalam bekerja. Locus Of Control eksternal

Lee (1990) yang dikutip oleh Julianto (2002) dalam Wiriani (2011) adalah individu yang eksternal locus of controlnya cukup tinggi akan mudah pasrah dan menyerah jika sewaktu-waktu terjadi persoalan yang sulit. Individu semacam ini akan memandang masalah-masalah yang sulit sebagai ancaman bagi dirinya, bahkan terhadap orang-orang yang berada disekelilingnya pun dianggap sebagai pihak yang secara diam-diam selalu mengancam eksistensinya. Bila mengalami kegagalan dalam menyelesaikan persoalan, maka individu semacam ini akan menilai kegagalan sebagai semacam nasib dan membuatnya ingin lari dari persoalan.

PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT Pengertian Perilaku Audit Disfungsional.

Menurut Robbins dan Judge (2008:92) perilaku merupakan salah

satu komponen sikap. Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, terhadap objek, individu, atau peristiwa. Tiga komponen dalam sikap adalah kesadaran, perasaan dan perilaku (Hidayat, 2010).

Hasil-hasil penelitian terdahulu menunjukkan terdapat ancaman terhadap penurunan kualitas audit sebagai akibat perilaku audit disfungsional yang kadang-kadang dilakukan auditor dalam praktik audit (misalnya; Alderman dan Deirtick, 1982; Kelley dan Margheim, 1990; Pierce dan Sweeney, 2004 dalam Silaban, 2009). Perilaku audit disfungsional adalah setiap tindakan yang dilakukan auditor selama pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi kualitas audit baik secara langsung maupun tidak langsung (Kelley dan Margheim, 1990; Otley dan Pierce, 1996 dalam Silaban 2009). Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Acceptance Dysfunctional Audit Behavior).

SAS No 82 dalam Donelly et al (2003) menyatakan bahwa sikap auditor menerima perilaku disfungsional merupakan indikator perilaku disfungsional aktual. Dysfunctional Audit Behaviormerupakan reaksi terhadap lingkungan (Donelly et al, 2003). Beberapa perilaku disfungsional yang membahayakan kualitas audit yaitu : Underreporting of time, premature sign off, altering/ replacement of audit procedure. Underreporting of timemenyebabkan keputusan personel yang kurang baik, menutupi kebutuhan revisi anggaran, dan menghasilkan time pressureuntuk audit di masa datang yang tidak di ketahui (Kartika Dan Dwijayanti, 2007) Perilaku Premature Sign Off (PSO) Temuan dari penelitian-penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Kelley dan Margheim (1990), Malone dan Robert (1996), Otley dan Pierce (1996a), Herrbach (2001) dan Pierce dan Sweeney (2004) menunjukkan selain penghentian prematur prosedur

Page 6: 585-575-1-PB

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of ControlTerhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat)

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 46-68 51

audit, berbagai bentuk tindakan lainnya yang dilakukan auditor dalam pelaksanaan program audit yang berpotensi mereduksi kualitas audit. Tindakan tindakan tersebut meliputi (Silaban, 2009) : 1. Review yang dangkal terhadap

dokumen klien. 2. Pengujian terhadap sebahagian

item sampel. 3. Tidak menginvestigasi lebih lanjut

item yang diragukan. 4. Penerimaan atas penjelasan klien

yang lemah. 5. Tidak meneliti prinsip akuntansi

yang diterapkan klien. 6. Pengurangan pekerjaan audit pada

level yang lebih rendah dari yang disyaratkan dalam program audit.

7. Penggantian prosedur audit dari yang ditetapkan dalam program audit.

8. Pengandalan berlebihan terhadap hasil pekerjaan klien.

9. Pendokumentasian bukti audit yang tidak sesuai dengan kebijakan KAP.

Perilaku Underreporting of Time Bentuk lain perilaku audit disfungsional yang terjadi dalam praktek audit adalah tindakan auditor dengan memanipulasi laporan waktu audit yang digunakan untuk pelaksanaan tugas audit tertentu. Perilaku URT terutama dimotivasi oleh keinginan auditor menyelesaikan tugas audit dalam batas anggaran waktu audit dalam usaha mendapatkan evaluasi kinerja personal yang lebih (Lightner et al., 1982; Otley dan Pierce, 1996a).Dalam praktek perilaku URT juga disebut sebagai the practice of eating time (Smith, Hutton dan Jordan, 1996). Perilaku URT dapat dilakukan melalui tindakan seperti; mengerjakan pekerjaan audit dengan menggunakan waktu personal (misalnya bekerja pada jam istirahat), mengalihkan waktu audit yang digunakan untuk pelaksanan tugas audit tertentu pada tugas lain yang pengerjaannya dilakukan pada waktu yang bersamaan, dan tidak melaporkan waktu lembur yang digunakan dalam mengerjakan prosedur atau tugas audit tertentu (Lightner et al., 1982; Otley dan

Pierce 1996a; Smith et al., 1996) dalam Silaban (2009). RINGKASAN PENELITIAN TERDAHULU Berikut adalah beberapa hasil penelitian terdahulu, diantaranya : 1). Penelitian yang dilakukan oleh

Wahyudin (2011) Analisis Dysfunctional Audit Behavior: Sebuah Pendekatan, Karakteristik Personal Auditor memperoleh bukti empiris pengaruh locus of control terhadap kinerja auditor, turnover intention dan pengaruh kinerja pada perilaku dysfunctional audit. Hasil dari penelitian ini adalah locus of control berpengaruh secara bermakna pada kinerja auditor, turnover intention, sangat berpengaruh pada dysfunctional audit behavior. Sebaliknya, locus of control dan turnover intention tidak berpengaruh pada dysfunctional audit behavior.

2). Penelitian yang dilakukan oleh Adanan Silaban (2009) yang meneliti tentang Perilaku Disfungsional Auditor Dalam Pelaksanaan Program Audit (Studi Empiris Di Kantor Akuntan Publik). Penelitian dilakukan dengan metode survei pada auditor yang bekerja di KAP Afiliasi dan KAP Non-Afiliasi pada tiga kota besar di Indonesia yaitu; Jakarta, Surabaya, dan Medan. Salah satu hasil penelitian tersebut menunjukkan locus of control eksternal berpengaruh positif signifikan dengan tekanan anggaran waktu yang dirasakan dan perilaku audit disfungsional (RKA dan URT). Hasil penelitian juga menunjukkan pengaruh langsung locus of control dan dimensi komitmen profesional terhadap perilaku audit disfungsional (RKA dan URT) lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh tidak langsung yaitu melalui tekanan anggaran waktu yang dirasakan.

KERANGKA PENELITIAN Pada beberapa penelitian

terdahulu dibahas alasan-alasan yang

Page 7: 585-575-1-PB

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of Control Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat)

52 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 46-68

Locus Of Control

Internal (X1) Perilaku

Disfung

sional

Audit

(Y) H2

H3

Locus Of Control

Eksternal (X2)

H1

menyebabkan seorang auditor melakukan perilaku menyimpang dalam audit ini.

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran Penelitian

Menurut Wahyudin (2011),

perilaku ini bisa mempengaruhi kualitas audit baik secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku yang mempunyai pengaruh langsung, diantaranya adalah premature sign off atau penghentian prosedur audit secara dini, pemerolehan bukti yang kurang, pemrosesan yang kurang akurat, dan kesalahan dari tahapan-tahapan audit. Sementara perilaku yang mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap kualitas audit adalah underreporting of time.

Penelitian yang dilakukan Wahyudin (2011) menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perbedaan penerimaan auditor atas dysfunctional audit behavior diantaranya adalah karakteristik personal auditor yang mempengaruhi penerimaan auditor atas dysfunctional audit behavior secara langsung diantaranya adalah locus of control, turnover intention, dan kinerja (Donnelly et al., 2003; Maryanti, 2005; Anastasia & Mukhlasin, 2005 dalam Wahyudin, 2011). Pernyataan ini juga memperkuat penelitian Reed et al. (1994) bahwa locus of control memiliki pengaruh terhadap perilaku. PENGEMBANGAN HIPOTESIS PengaruhLocus of Control TerhadapPerilaku Disfungsional Audit.

Pengaruh Locus Of Control (LOC) terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit Individu yang memiliki locus of control internal cenderung menghubungkan hasil atau outcome dengan usaha-usaha mereka

atau mereka percaya bahwa kejadian-kejadian adalah dibawah pengendalian atau kontrol mereka dan mereka

memiliki komitmen terhadap tujuan organisasi yang lebih besar dibanding individu yang memiliki locus of control eksternal. Sedangkan individu yang memiliki locus of control eksternal adalah individu yang percaya bahwa mereka tidak dapat mengontrol

kejadian-kejadian dan hasil atau outcome (Spector, 1982 dalam Donelly et al, 2003 dalam Silaban, 2009).

Hasil penelitian dalam bidang psikologi menunjukkan locus of control berpengaruh terhadap strategi penanggulangan yang dipilih individu untuk mengelola setiap masalah dan stres (Tanck dan Robbin, 1979). Sebagai contoh penelitian yang mengkaji pengaruh locus of control terhadap strategi penanggulangan mengindikasikan individu yang memiliki locus of control internal memandang stressors sebagai keadaan yang dapat dikontrol, dan mereka cenderung menggunakan strategi penanggulangan berfokus-masalah (Anderson, 1977; Parkes, 1984 dalam Silaban, 2009).

Hasil penelitian Wahyudin (2011) bahwa LOC eksternal berpengaruh positif terhadap Disfungsional Audit Behaviour. Hasil ini mendukung hasil penelitian oleh Hidayat(2010) bahwa interaksi antara locus of control dan Pertimbangan Etis berpengaruh signifikan terhadap Perilaku Auditor Dalam Situasi Konflik Audit; secara simultan variabel time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas serta locus of control auditor berpengaruh secara signifikan terhadap premature sign off, sehingga berdampak terhadap pengurangan kualitas laporan audit yang dihasilkan auditor (Heriningsih, 2002 dalam Lestari, 2010).

Mengutip hasil penelitian Silaban (2009) bahwa bukti empiris yang menunjukkan hubungan antara locus of control dengan perilaku audit disfungsional (RKA dan URT) masih terbatas dan belum konklusif. Malone dan Robert (1996) menemukan

Page 8: 585-575-1-PB

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of ControlTerhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat)

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 46-68 53

pengaruh locus of control terhadap perilaku RKA tidak signifikan, meskipun demikian hubungan yang mereka temukan searah dengan yang dihipotesakan.

Sementara hasil-hasil penelitian Donnelly et al., (2003), Irawati et al., (2005), dan Shapeero et al., (2003) menunjukkan terdapat hubungan positif signifikan antara locus of control eksternal dengan perilaku audit disfungsional. Temuan yang mirip dilaporkan Shapeero et al., (2003) yang menemukan auditor dengan locus of control eksternal memiliki intensi yang lebih tinggi melakukan perilaku audit disfungsional dibandingkan dengan auditor yang memiliki locus of control internal.

Berdasarkan penjelasan di atas, diprediksi dalam pelaksanaan program audit auditor yang memiliki locus of control eksternal cenderung melakukan perilaku audit disfungsional (RKA dan URT) dibandingkan dengan auditor yang memiliki locus of control internal.

Dengan mengacu pada uraian diatas, maka hipotesis penelitian dapat dibentuk alternatif sebagai berikut : Ho1:Tidak terdapat pengaruh Locus of Control Internal terhadap Perilaku Disfungsional Audit. Ha1: Terdapat pengaruh Locus of Control Internal terhadap Perilaku Disfungsional Audit. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian suryey atas persepsi responden dengan menggunakan metode sensus dalam pengumpulan data primer yang diperoleh secara langsung dari sumbernya. Jika peneliti menggunakan seluruh elemen populasi menjadi datapenelitian maka disebut jenis penelitian sensus (Erlina dan Mulyani, 2007 dalam Dalmy, 2009), dan sensus digunakan jika elemen populasi relatif sedikit dan bersifat heterogen. Lokasi dan Waktu Penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan pada APIP yaitu Kantor Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) Provinsi Sumatera Barat. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah seluruh Pejabat Fungsional Auditor (PFA) dan yang pernah menjabat sebagai PFA yang masih aktif di Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Barat. Metode Pengumpulan Data. Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh dengan melakukan wawancara (interview) dan penyebaran daftar pertanyaan (quesionaire).Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa kuesioner, yang diadopsi dari beberapa penelitian terdahulu dan akan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Kuisioner diantar langsung ke Pejabat Fungsional Auditor (PFA) yang berkerja pada Kantor Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Barat yang menjadi responden penelitian. Metode Analisis Dan Pengujian Hipotesis. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel.

Berdasarkan tipe skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini, data yang diperoleh didefinisikan sebagai berikut :

Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Data Responden. a). Data Demografi responden meliputi

kelamin, umur, pendidikan terakhir, bidang studi, kepangkatan, Jabatan Fungsional Auditor, masa kerja, bidang penugasan saat ini,jumlah audit yang telah dilakukan, dan gelar profesi yang pernah diperoleh.

Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel.

Variabel yang diteliti adalah Locus of Control Internal (X1), dan Locus of Control Eksternal (X2), serta Penerimaan Perilaku Disfungsional

Page 9: 585-575-1-PB

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of Control Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat)

54 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 46-68

Audit (Y). Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini diadopsi dari beberapa instrumen yang dipakai oleh peneliti terdahulu, dan skala pengukuran adalah Likert. Menurut Manning (2007) bahwa “Likert-type are usually treated as interval scale, rather than as ordinal scale variables”. 1). Variabel Locus of Control diadopsi

dariRotter (1996) dalam Chi Hsinkuang at al. (2010) dan Reffiani (2009) yang dimodifikasi oleh Wayan Wiriani 2011).

Yang mendefinisikan LOC sebagaikarakteristik psikologis sebagai keyakinan masing-masing individu karyawan tentang kemampuannya untuk bisa mempengaruhi semua kejadian yang berkaitan dengan dirinya dan pekerjaannya.Locus of Control ini dibedakan menjadi 2 yaitu : 1.1) Locus of Control Internal :

Persepsi atau pandangan individual terhadap kemampuan menentukan nasib sendiri. Indikatornya adalah : (1) Segala yang dicapai individu

hasil dari usaha sendiri (2) Menjadi pimpinan karena

kemampuan sendiri (3) Keberhasilan individu karena

kerja keras (4) Segala yang diperoleh

individu bukan karena keberuntungan

(5)Kemampuan individu dalam menentukan kejadian dalam hidup

(6) Kehidupan individu ditentukan oleh tindakannya.

(7) Kegagalan yang dialami individu akibat perbuatan sendiri.

1.2) Locus of Control Eksternal : Persepsi atau pandangan individu terhadap sumber-sumber diluar dirinya yang mengontrol kejadian hidupnya, seperti nasib, keberuntungan, kekuasaan atasan, dan lingkungan sekitar. Indikatornya adalah :

(1). Kegagalan yang dialami individu karena ketidakmujuran

(2) Perencanaan jauh ke depan pekerjaan yang sia-sia

(3) Kejadian yang dialami dalam hidup ditentukan oleh orang yang berkuasa

(4) Kesuksesan individu karena faktor nasib

2) Variabel Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Y), diadopsi dari Kelley dan Seiler (1982), Lightner et.al ., (1982), Otley dan Pierce (1996a), dan Pierce dan Sweeney (2004) dalam Adanan Silaban, 2009. Perilaku Disfungsional didefinisikan sebagai setiap tindakan yang dilakukan auditor selama pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi kualitas audit baik secara langsung maupun tidak langsung (Kelley dan Margheim, 1990; Otley dan Pierce, 1996a). Perilaku-perilaku yang mereduksi kualitas audit secara langsung dilakukan melalui tindakan seperti; penghentian prematur prosedur audit, review yang dangkal terhadap dokumen klien, bias dalam pemilihan sampel, tidak memperluas scope pengujian ketika terdeteksi ketidak beresan, dan tidak meneliti kesesuaian perlakuan, akuntansi yang diterapkan klien. Indikatornya adalah : (1). Penghentian prematur prosedur

audit. (2). Review yang dangkal terhadap

dokumen klien. (3). Pengujian terhadap sebagian item

sampel. (4). Tidak memperluas scope pengujian

ketika terdeteksi suatu pos atau akun yang meragukan.

(5). Menerima penjelasan klien yang kurang memadai.

(6). Tidak menginvestigasi kesesuaian perlakuan akuntansi yang diterapkan klien.

(7). Mengurangi pekerjaan audit dari program audit.

(8). Mengubah atau mengganti proseudr audit.

(9). Pengandalan lebih terhadap hasil pekerjaan klien.

(10). Mengurangi dokumentasi bukti audit.

Page 10: 585-575-1-PB

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of ControlTerhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat)

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 46-68 55

(11). Melaporkan waktu audit yang lebih singkat dari waktu aktual.

(12).Melaksanakan tugas audit pada waktu pribadi (personal).

(13).Mengalihkan waktu audit untuk klien tertentu kepada klien lain

Model dan Teknik Analisis Data. Metode Analisis Data Uji Kualitas Data 1). Uji Validitas

Tujuan uji validitas adalah untuk mengukur construct sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Jika nilai Correlated Item-Total Correlation (r

hitung) > nilai r tabel dan nilainya positif, maka butir pertanyaan pada setiap variabel penelitiandinyatakan valid (Ghozali, 2007).

2). Uji Realibilitas Reabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Pengukuran reabilitas kuisioner dalam penelitian ini menggunakan one shot atau pengukuran sekali saja dan untuk pengujian reabilitasnya digunakan uji statistik Cronbach Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha> 0,60 (Ghozali, 2007). Untuk melakukan pengujian realibilitas kuisioner dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 19.0 for windows.

Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis yang menggunakan analisis regresi berganda maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi : a) Uji Normalitas, yaitu bertujuan untuk

mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Jika distribusi data adalah normal, maka diagram batang masih pada sekitar garis ditribusi normal (Ghozali, 2007)

b) Uji Multikolonearitas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk analisis matrik korelasi,

multikolonieritas dideteksi dengan melihat korelasi antar variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas sementara dengan melihat nilai VIF dan tolerance masalah multikolonieritas ditentukan dengan pertimbangan jika nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance tidak lebih kecil dari 0,10 maka tidak terdapat gejala multikolinearitas dan begitu pula sebaliknya (Fontanella, 2010).

c) Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variansi dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan pengujian grafik deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Ghozali, 2007).

Metode Analisis Data. 1). Untuk Data Demografi Responden,

peneliti melakukan analisis deskriptif. Teknik analisanya menggunakan matriks dengan melakukan tabulasi silang data-data.

2). Untuk pengujian hipotesis penelitian, peneliti menggunakan dua model regresi, yaitu: a) Untuk pengujian pengaruh

variabel independen (X1, dan X2,) terhadap variabel dependen (Y), peneliti menggunakan Simple Regression Model (SRM).

b) Untuk pengujian pengaruh variabel independen X1,dan X2

secara simultan terhadap Y, peneliti menggunakan Multiple Regression Model (MRM).

Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi (α) 0.05 atau 5%. Untuk menguji apakah hipotesis yang

Page 11: 585-575-1-PB

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of Control Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat)

56 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 46-68

diajukan diterima atau ditolah, maka dilakukan pengujian terhadap variabel-variabel penelitian dengan cara menguji secara simultan melalui uji signifikansi simultan (uji statistik F) yang bermaksud untuk dapat menjekaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Sedangkan untuk menguji masing-masing variabel secara parsial digunakan uji t statistik yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian Hipotesis Pengujian statitik yang dilakukan adalah uji-t untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, uji F untuk menguji hubungan regresional antara variabel dependen dengan variabel-variabel independen sebagai sebuah kelompok. Sebelum dilakukan uji t dan uji-F ditentukan terlebih dahulu nilai koefisien determinasi (R2) untuk menilai goodness of fit dari model yang diajukan. Semua analisis tersebut dilakukan dengan analisis regresi berganda dengan menggunakan software SPSS 19.0 for windows. PEMBATASAN LINGKUP PENELITIAN Penelitian ini hanya survey atas persepsi responden tentang Pengaruh Locus of Control (LOC) Internal dan LOC Eksternal Terhadap Perilaku Disfungsional Audit yang diujikan pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat dan berpredikat/pernah berpredikat sebagai Pejabat Fungsional Auditor.

KETERBATASAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup hanya untuk auditor dan berstatus sebagai Pejabat Fungsional Auditor (PFA) ataupun pegawai BPKP yang pernah menjabat sebagai PFA yang bekerja pada Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Barat.PFA. HASIL PENELITIAN Pengambilan Sampel.

Peneliti mendistribusikan kuisioner pada populasi yang diteliti yaitu auditor BPKP yang berstatus Pejabat Fungsional Auditor (PFA) dan auditor yang pernah menjabat sebagai PFA.

Dari total kuisioner yang disebar sebanyak 70 eksemplar, kuisioner yang kembali hanya sebanyak 43 eksemplar, sedangkan sebanyak 27 eksemplar tidak kembali.

Karakteristik Responden Hasil tabulasi silang data diperoleh mayoritas responden penelitian adalah adalah laki-laki yaitu 69,8%, kisaran umur responden mayoritas antara 41-50 tahun (39,5%), dan responden mayoritas bermasa kerja lebih dari 20 tahun ke atas. Responden juga mayoritas berpredikat sebagai Anggota Tim (37,2%) dan disamping itu terdapat Auditor Madya sebanyak 27,9%. Jika dilihat dari jenjang pendidikan auditor dari sampel yang diambil, mayoritas adalah berpendidikan S1. Disamping itu mayoritas responden saat ini bertugas di bidang Pengawasan Akuntabilitas Pemerintah Daerah yaitu 37,2%, dan umumnya (44,2%) auditor telah melakukan audit sebanyak lebih dari 110 kali. Model dan Teknik Analisis Data. Metode Analisis Data Uji Kualitas Data

Penelitian ini menggunakan sample sebanyak 43 orang responden, maka derajat bebas atau db = N – 2= 43–2 = 41, sedangkan taraf signifikan yang digunakan peneliti adalah 5%. Maka berdasarkan daftar nilai kritik r

tabeluntuk product moment, nilai kritik yang digunakan adalah 0,308.

Dari uji validasi, dari 7 item pernyataan berkenaan LOC Internal terdapat 5 item valid, 2 item invalid.Sedangkan LOC Eksternal terdiri 4 item pernyataan, semua item valid. Sedangkan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit terdiri dari 13 item pernyataan, ditemukan hanya 10 item pernyataan yang valid.

Bagi keperluan penelitian, instrumen yang diolah selanjutnya

Page 12: 585-575-1-PB

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of ControlTerhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat)

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 46-68 57

adalah yang dinyatakan valid. Setelah dilakukan uji validasi, peneliti juga melakukan uji reliabilitas data. Dari hasil uji reliabilitas, ketiga set instrumen untuk Locus of Control Interna, Locus of Control Eksternal dan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit dinyatakan reliabel, karena menghasilkan Cronbach Alpha besar dari 0,600. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis yang menggunakan analisis regresi berganda maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi : 1). Uji Normalitas Untuk pengujian normalitas data, peneliti menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan dengan melihat kurva normal untuk keempat variable independen. Dari table One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test menunjukkan bahwa penyebaran data secara normal. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,947 (lebih besar dari 5%).

Tabel 4.1 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Standardized Residual

N 43

Normal Parameters

a

Mean .0000000

Std. Deviation .92582010

Most Extreme Differences

Absolute .080

Positive .080

Negative -.060

Kolmogorov-Smirnov Z .524

Asymp. Sig. (2-tailed) .947

a. Test distribution is Normal.

2). Uji Multikolonearitas

Masalah multikolonieritas ditentukan dengan melakukan analisis matrik korelasi variabel-variabel independen dan dengan melihat nilai variation inflation factor (VIF) dan tolerance. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas.Sementara dengan melihat nilai VIF dan tolerance masalah multikolonieritas ditentukan dengan pertimbangan jika nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance tidak lebih kecil

dari 0,10 maka tidak terdapat gejala multikolinearitas dan begitu pula sebaliknya.

Tabel 4.2 Correlations

Tot_PDA

Tot_Loc_Eksternal

Tot_Loc_Internal

Pearson Correlation

Tot_PDA 1.000 .369 .021

Tot_Loc_Eksternal .369 1.000 .285

Tot_Loc_Internal .021 .285 1.000

Sig. (1-tailed) Tot_PDA . .007 .448

Tot_Loc_Eksternal .007 . .032

Tot_Loc_Internal .448 .032 .

N Tot_PDA 43 43 43

Tot_Loc_Eksternal 43 43 43

Tot_Loc_Internal 43 43 43

Tabel 4.3 Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Tolerance VIF

1 (Constant) 19.134 3.073 6.227 .000

Tot_Loc_Eksternal .636 .246 .395 2.588 .013 .919 1.089

Tot_Loc_Internal -.101 .167 -.092 -.604 .550 .919 1.089

a. Dependent Variable: TOT_PDA

Sumber : Pengolahan Data tahun 2012

Dari matriks korelasi diatas menunjukkan bahwa tidak ditemukan korelasi yang melebihi 0,90, dengan demikian tidak ada indikasi adanya multikolonieritas. Tidak adanya korelasi tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinieritas.

Untuk pengujian lebih lanjut dapat juga dilakukan nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan diperoleh nilai tolerance yang tidak kurang dari 0.50, sebagaimana yang ditunjukkan pada table di bawah ini. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara variabel independen tidak terjadi multikolonieritas.

3). Uji Heteroskedastisitas

Hasil pengujian heteroskedastisitas pada grafik scatterplot terlihat tidak adanya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang diprediksi, dan sumbu X adalah residual. Maka dapat dikatakan

Page 13: 585-575-1-PB

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of Control Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat)

58 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 46-68

bahwa model regresi tidak terjadi heterokedastisitas.

Gambar : Uji Heterokedastisitas Sumber : Pengolahan Data tahun 2012

Pengujian Hipotesis.

Untuk pengujian hipotesis pengaruh variabel independen X1, dan X2, terhadap variabel dependen (Y) peneliti menggunakan software SPSS versi 19.0 for Windows.Dalam mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independendigunakan koefisien determinasi (R

2).Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R

2 yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel bebas amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk mem memprediksikan variasi variabel dependen. Menurut Insukindro (1998 dalam Ghozali, 2007) menekankan bahwa koefisien determinasi hanyalah salah satu dan bukan satu-satunya kriteria memilih model yang baik.

Kelemahanmendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R

2 pasti meningkat

tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R

2 pada

saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R

2,nilai Adjusted

R2 dapat naik atau turun apabila satu

variabel independen ditambahkan ke dalam model.

Dalam melakukan pengujian hipotesis terhadap locus of control ini dilakukan secara partial ataupun simultan terhadap penerimaan perilaku disfungsional. Locus of Control disini dimaksudkan adalah keyakinan masing-masing individu tentang kemampunannya untuk bisamempengaruhi semua kejadian yang berkaitan dengan dirinya dan pekerjaannya. Menurut Rotter (2006) seperti dikutip dari Brownell (1982) dalam Wiriani (2011) menyatakan bahwa LOC adalah tingkatan dimana seseorang menerima tanggung jawab personal terhadap apa yang terjadi pada diri mereka. LOC ini terbagi 2 macam yaitu LOC internal mengacu kepada persepsi bahwa kejadian baik positif maupun negatif, terjadi sebagai konsekuensi dari tindakan ataupun perbuatan diri sendiri dan dibawah pengendalian diri.

Berikut adalah hasil pengujian hipotesa dengan menggunakan SPSS versi 19.0 for Windows :

Pengaruh Locus Control Internal Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit

Berdasarkan pengolahan data menunjukkan bahwa Adjusted R Square Locus of Control Internal adalah sebesar 2.4% dan bernilai negatif. Artinya bahwa penerimaan perilaku disfungsional audit dapat dijelaskan oleh variabel locus of control internal sebesar 2.4% dan bersifat negatif, sedangkan sebesar 97,6% (100%-2,4%) dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam model.

Nilai Adjusted R square ini maksudnya jika auditor memiliki LOC internal yang baik, maka individu auditor kecenderungan tidak akan mentolerir perilaku disfungsional selama proses audit. Semakin tinggi LOC internal auditor, maka auditor juga akan semakin cenderung menghindari sikap perilaku disfungsional audit. Karena sebagaimana yang dikemukakan Crider

Page 14: 585-575-1-PB

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of ControlTerhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat)

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 46-68 59

(1983, dalam Wiriani, 2011) bahwa karakteristik LOC Internal meliputi suka bekerja keras, memiliki inisiatif yang tinggi, selalu berusaha untuk menemukan pemecahan masalah, selalu mencoba untuk berfikir seefektif mungkin, selalu mempunyai persepsi bahwa usaha harus dilakukan jika ingin berhasil.

Sementara itu hasil pengujian ANOVA (Ftest), diperoleh nilai F adalah 0,017 dengan tingkat signifikansi 0,895. Dengan demikian Fhitung lebih kecil dari Ftabel(4,079). Maka untuk pengujian hipotesis 1 lebih lanjut dapat diartikan bahwa model regresi tidak termasuk kriteria cocok untuk memprediksikan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit dengan bentuk model Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit = 22,712 + 0,023LOCIntrn. Ini artinya bahwapada individu auditor terdapat sebesar 22,712 sikap mentolerir tindakan disfungsional audit, dan sikap ini akan terus meningkathanya sebesar 0,023 dari setiap pengalaman ataupun kejadian-kejadian yang dialami selama proses audit. Semakin tinggi LOC Internal seorang auditor, maka semakin kecil kecenderungannya untuk melakukan perilaku disfungsional dalam audit. Artinya auditor harus menjalankan proses audit sebagaimana yang ditentukan dalam perencanaan audit, dan komitmen terhadap organisasi.

Hal senada juga dikemukan oleh Spector (1982) dalam Donelly et al, (2003) dikutip oleh Silaban (2009) individu yang memiliki locus of control internal cenderung menghubungkan hasil atau outcome dengan usaha-usaha mereka atau mereka percaya bahwa kejadian-kejadian adalah dibawah pengendalian atau kontrol mereka dan mereka memiliki komitmen terhadap tujuan organisasi yang lebih besar dibanding individu yang memiliki locus of control eksternal. Sedangkan individu yang memiliki locus of control eksternal adalah individu yang percaya bahwa mereka tidak dapat mengontrol kejadian-kejadian dan hasil atau outcome.

Hasil penelitian ini menguatkan penelitian Lee (1990) dikutip Julianto

(2002) dalam Wiriani (2011) bahwaindividu yang memiliki LOC Internal ini menyakini bahwa didalam dirinya tersimpan potensi besar untuk menentukan nasib sendiri, tidak peduli apakah lingkungannya akan mendukungnya atau tidak mendukung. Individu seperti ini memiliki etos kerja yang tinggi, tabah menghadapi segala macam kesulitan baik dalam kehidupannya maupun dalam pekerjaannya. Meskipun ada perasaan khawatir dalam dirinya tetapi perasaan tersebut relatif kecil dibanding dengan semangat serta keberaniannya untuk menentang dirinya sendiri sehingga orang-orang seperti ini tidak pernah ingin melarikan diri dari tiap-tiap masalah dalam bekerja. Hal akan menjadikan kinerja auditor menjadi lebih baik. Karena auditor tidak hanya bertanggung jawab pada dirinya sendiri, tapi juga pada klien, instansi tempatnya bekerja, dan pemakai laporan hasil audit.

Begitu juga dengan penelitian yang dilaporkan Shapeero et al., (2003 dalam Silaban, 2009) yang menemukan auditor dengan locus of control eksternal memiliki intensi yang lebih tinggi melakukan perilaku audit disfungsional dibandingkan dengan auditor yang memiliki locus of control internal. Berdasarkan penjelasan di atas,diprediksi dalam pelaksanaan program audit auditor yang memiliki locus of control eksternal cenderung melakukan perilaku audit disfungsional (RKA dan URT) dibandingkan dengan auditor yang memiliki locus of control internal.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Anderson, (1977); Parkes, 1984 dalam Silaban (2009) ditemukan bahwa dalam bidang psikologi menunjukkan locus of control berpengaruh terhadap strategi penanggulangan yang dipilih individu untuk mengelola setiap masalah dan stres (Tanck dan Robbin, 1979). Sebagai contoh penelitian yang mengkaji pengaruh locus of control terhadap strategi penanggulangan mengindikasikan individu yang memiliki locus of control internal memandang

Page 15: 585-575-1-PB

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of Control Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat)

60 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 46-68

stressors sebagai keadaan yang dapat dikontrol, dan mereka cenderung menggunakan strategi penanggulangan berfokus-masalah.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menurut sudut pandang responden,Locus of ControlInternal sebagai salah satu komponen pembentuk Locus Of Control harus tetap dijaga dan dipertahankan oleh seorang auditor meskipun tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit.

Dengan demikian Hipotesa 1 ditolak, karena hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh locus of control internal terhadap penerimaal perilaku disfungsional audit.

Pengaruh Locus of Control Eksternal (LOC Eksternal) Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit. Berdasarkan pengolahan data menunjukkan bahwa Adjusted R Square Locus of Control Eksternal adalah sebesar 11,5%. Artinya bahwa penerimaan perilaku disfungsional audit dapat dijelaskan oleh variabel locus of control eksternal sebesar 11,5%, sedangkan sebesar 88,5% (100% - 11,5%) dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam model. Untuk hasil pengujian ANOVA (Ftest), diperoleh nilai F adalah 6,454 dengan tingkat signifikansi 0,015. Dengan demikian Fhitung lebih besar dari Ftabel(yaitu 4,079). Maka untuk pengujian hipotesis 1 lebih lanjut dapat diartikan bahwa model regresi untuk LOC Eksternal termasuk kriteria cocok untuk memprediksikan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit dengan bentuk model Penerimaan Perilaku DisfungsionalAudit=17,809 + 0,593LOCEkstrn. Ini artinya seorang auditor dapat mentolerir perilaku disfungsional audit sebesar 17,809 dan sikap toleransi ini akan terus meningkat sebesar 0,593 setiap pengalaman dalam pelaksanaan audit, atau kejadian-kejadian selama proses audit yang tidak

dapat dikontrol dan bersumber dari luar dirinya.

LOC Eksternal ini berpengaruh signifikan terhadap perilaku disfungsional selama proses audit. Semakin tinggi LOC Ekstenal seorang auditor, maka semakin besar kecenderungan untuk mentolerir perilaku disfungsional selama proses audit. Dengan demikian dapat dikatakan LOC Eksternal berbanding lurus dengan penerimaan perilaku disfungsional audit.

Hasil penelitian ini menguatkan hasil penelitian Kartika dan Wijayanti (2007), yng mana salah satu hasil penelitiannya adalah Locus of Control Eksternal berpengaruh positif terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit pada Auditor BPKP Jawa Tengah dan Yogyakarta. Auditor yang memiliki kecenderungan Locus of Control Eksternal akan lebih memberikan toleransi/menerima perilaku disfungsional audit.

Begitu juga dengan hasil-hasilpenelitian Donnelly et al., (2003), Irawati et al., (2005), dan Shapeero et al., (2003) menunjukkan terdapat hubungan positif signifikan antara locus of control eksternal dengan perilaku audit disfungsional. Temuan yang mirip dilaporkan Shapeero et al., (2003) yang menemukan auditor dengan locus of control eksternal memiliki intensi yang lebih tinggi melakukan perilaku audit disfungsional dibandingkan dengan auditor yang memiliki locus of control internal.

Penelitian yang dilakukan oleh Spector (1982) dalam Donelly et al (2003) sebagaimana yang dikutip Silaban, (2009) juga menemukan bahwa individu yang memiliki locus of control eksternal adalah individu yang percaya bahwa mereka tidak dapat mengontrol kejadian-kejadian dan hasil atau outcome.

Maka dapat disimpulkan bahwamenurut sudut pandang responden bahwaLocus of Control Eksternal sebagai salah satu komponen pembentuk Locus Of Control mempunyai pengaruh signifikan terhadap toleransi penerimaan perilaku disfungsional selama proses audit.Untuk

Page 16: 585-575-1-PB

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of ControlTerhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat)

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 46-68 61

itu agar dapat melaksanakan tugas dengan baik dan dapat menghindari perilaku disfungsional selama melaksanakan audit, individu auditor sebaiknya mempunyai persepsi atau pandangan yang baik terhadap sumber-sumber diluar dirinya yang mengontrol hidupnya (seperti nasib, keberuntungan, kekuasaan atasan, dan lingkungan sekitar).

Dengan demikian hipotesa 2 diterima yaitu terdapat pengaruh locus of control eksternal terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit.

Secara Bersama-sama Pengaruh Locus Control Internal dan Locus Control Eksternal Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit.

LOC Internal dan LOC Eksternal secara simultan memberikan kontribusi sebesar 10,1% terhadap penerimaan perilaku disfungsional selama proses audit, dan sisanya dijelaskan oleh variable-variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Disamping itu kedua variable LOC ini berpengaruh signifikan dalam mempengaruhi penerimaan perilaku disfungsional ini sebesar 0,045. Sementara itu hasil pengujian ANOVA (Ftest), diperoleh nilai F adalah 3,359 dengan tingkat signifikansi 0,045. Karena Fhitung lebih kecil dari Ftabel(4,079), berartimodel regresi tidak termasuk kriteria cocok untuk memprediksikan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit dengan bentuk model Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit = 19,134 + 0,636LOCEktrn – 0,101LOCIntrn. Ini artinyaindividu auditor pada dasarnya terdapat sebesar 19,134 dalam mentolerir sikap disfungsional audit. Sikap ini akan terus meningkat sebesar 0,636 dari setiap pengalaman atau kejadian hidup yang bersumber dari luar dirinya, dan diimbangi oleh sebesar 0,101 setiap kemampuannya; kontrol mereka dan komitmen terhadap tujuan organisasi yang lebih besar. Diantara kedua variable LOC ini, hanya LOC Eksternal yang berpengaruh signifikan dalam perilaku disfungsional

ini yaitu signifikansi menunjukkan 0,07. Semakin tinggi LOC Eksternal, semakin meningkatkan toleransi auditor dalam menerima perilaku disfungsional audit.Namun meskipun tidak berpengaruh signifikan, LOC Internal individu auditor mampu memperkecil kecenderungan melakukan perilaku disfungsional ini.Hal ini ditunjukkan oleh nilai β LOC Internal adalah -0,101. Hasil penelitian ini menguatkan hasil penelitian Kartika dan Wijayanti (2007), penelitian Silaban (2009) bahwa Locus of Control Eksternal berpengaruh positif signifikan perilaku disfungsional audit (Reduksi Kualitas Audit dan Underreporting Time).

Penelitian ini mendukung pernyataan Lee (1990) dikutip Julianto (2002) dalam Wiriani (2011) menyatakan bahwa individu yang memiliki LOC Internal menyakini bahwa didalam dirinya tersimpan potensi besar untuk menentukan nasib sendiri, tidak peduli apakah lingkungannya akan mendukungnya atau tidak mendukung. Individu seperti ini memiliki etos kerja yang tinggi, tabah menghadapi segala macam kesulitan baik dalam kehidupannya maupun dalam pekerjaannya. Meskipun ada perasaan khawatir dalam dirinya tetapi perasaan tersebut relatif kecil dibanding dengan semangat serta keberaniannya untuk menentang dirinya sendiri sehingga orang-orang seperti ini tidak pernah ingin melarikan diri dari tiap-tiap masalah dalam bekerja.

Sedangkan LOC Eksternal mengacu kepada keyakinan bahwa suatu kejadian tidak mempunyai hubungan langsung dengan tindakan oleh diri sendiri dan berada diluar kontrol dirinya. Menurut Lee (1990) yang dikutip oleh Julianto (2002) dalam Wiriani (2011) adalah individu yang memiliki LOC Eksternal-nya cukup tinggi akan memandang masalah-masalah yang sulit sebagai ancaman bagi dirinya, bahkan terhadap orang-orang yang berada disekelilingnya pun dianggap sebagai pihak yang secara diam-diam selalu mengancam eksistensinya.Bila mengalami kegagalandalam menyelesaikan

Page 17: 585-575-1-PB

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of Control Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat)

62 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 46-68

persoalan, maka individu semacam ini akan menilai kegagalan sebagai semacam nasib dan membuat dirinya ingin lari dari persoalan. Sedangkan pada hasil penelitian Wahyudin (2011) yang melakukan Analisis Dysfunctional Audit Behavior: Sebuah Pendekatan, Karakteristik Personal Auditor menemukan bukti empiris bahwa locus of control dan turnover intention tidak berpengaruh pada dysfunctional audit behavior. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk dapat melaksanakan tugas audit ataupun pengawasan yang baik, seorang auditor harus mempunyai satu kesatuan dari Locus of Control yang baik, sehingga dapat menghindari perilaku disfungsional dalam audit. Sikap profesional ini diperlukan karena BPKP dengan posisinya sebagai internal auditor pemerintah memiliki peran penting yaitu menciptakan akuntabilitas aparat pemerintahan yang berada di bawah presiden untuk mewujudkan pemerintahan yang good governance.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini merupakan penelitian kausal dengan menggunakan teknik sensus dalam pengambilan sampel. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuisioner yang diadopsi dari beberapa peneliti terdahulu. Sampel penelitian adalah auditor BPKP yang berpredikat Pejabat Fungsional Auditor (PFA),yang berhasil dikumpulkan sebanyak 43 orang responden. Untuk memudahkan pengolahan data, peneliti menggunakan dua model regresi yaitu Simple Regression Model (SRM), dan Multiple Regression Model (MRM) yang dibantu oleh SPSS versi 19.0 for Windows dengan tingkat signifikansi 5%.

Hasil pengujian hipotesis adalah : 1) Secara partial tidak terdapat

pengaruh yang signifikan masing-masing variabel Locus of Control (LOC) Internal terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit. Sedangkan LOC Eksternal

memiliki pengaruh signifikan dalam Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit.

2) Secara simultan, LOC Internal dan LOC Eksternal berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit.

3) Dapat dikatakan bahwa untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik, individu auditor harus mempunyai kesatuan LOC yang baik. Karena hal ini dapat berpengaruh secara signifikan dalam menghindari perilaku disfungsional dalam audit.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak luput dari beberapa keterbatasan diantaranya: 1. Menggunakan kuisioner, dan hanya

difokuskan pada auditor BPKP Provinsi Sumatera Barat. Unsur bias dapat saja terjadi akibat salah persepsi responden dalam menginterpretasikan pernyataan dalam kuisioner.

2. Kuisioner dapat saja menjadi kurang representatif untuk menyelesaikan hipotesa yang diteliti.

3. Peneliti tidak membagi penelitian ini berdasarkan tingkatan pada Jabatan Fungsional Auditor, sehingga persepsi auditor terhadap pernyataan mengandung unsur bias. Sehingga hasil pengujian hipotesa jadi terpengaruh dengan jawaban responden.

Saran untuk Penelitian Selanjutnya 1) Banyak faktor-faktor lain yang

menentukan penerimaan perilaku disfungsional audit ini misalnya stress kerja, time budget pressure, gaya kepemimpinan, tingkat independensi dan objektifitas, etika profesi auditor, pengalaman, motivasi kerja, komitmen profesional, dan komitmen organisasi.

2) Menjadikan variabel penerimaan perilaku disfungsional audit ini sebagai variabel pemoderasi atau variabel intervening dan menambahkan variabel kinerja auditor atau kualitas hasil audit sebagai variable dependen.

Page 18: 585-575-1-PB

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of ControlTerhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat)

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 46-68 63

Daftar Referensi

Aji, Bima Bayu, 2010, Analisis Dampak Dari Locus Of Control Pada Tekanan Kerja, Kepuasan Kerja, Dan Kinerja Auditor Internal, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang, Skripsi

Dalmy, Darlisman, Pengaruh SDM, Komitmen, Motivasi Terhadap Kinerja Auditor Dan Reward Sebagai Variabel Moderating Pada Inspektorat Provinsi Jambi, Tesis, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009.

Engko, Cecilia dan Gudono, 2007, Pengaruh Kompleksitas Tugas Dan Locus Of Control Terhadap Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Dan Kepuasan Kerja Auditor, Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas.

Fontanella, Amy,2010 “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengguna Dalam Memanfaatkan Laporan Keuangan Pemda, Pascasarjana – Akuntansi Universitas Andalas Padang, Tesis

Ghozali, Imam, Prof, DR. H., M.Com, Ak, 2007, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Cetakan IV, Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gustati, 2011, Hubungan Antara Komponen Standar Umum Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), Motivasi, Dan Komitmen Organisasi Dengan Kinerja Auditor BPKP (Studi Pada Auditor Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan Provinsi Sumatera Barat), Program Pascasarjana, Universitas Andalas, Padang, Tesis.

Hassanuddin, Abdul Fatah, 2002, Anteseden Dan Konsekuensi Variabel-variabel Profesionalisme

(Studi Empiris Pada Internal Auditor Sektor Publik di Lingkungan Badan Pengawas Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Program Studi Magister Sains Akuntansi, Universitas Diponegoro, Semarang, Tesis.

Hamid, Arifuddin, Revitalisasi Lembaga Pengawas Internal Pemerintah (Peran Dan Kedudukan Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan Dalam Sistem Pengawasan Keuangan Negara), 2010.

Hidayat,Widi, 2010,Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Airlangga Surabaya; Sari Handayani, Alumni Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Airlangga Surabay, Peran Faktor-Faktor Individual dan Pertimbangan Etis Terhadap Perilaku Auditor dalam Situasi Konflik Audit pada Lingkungan Inspektorat Sulawesi Tenggara, Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol.1, No. 1, April, 83-112 ISSN 2087-1090

Indarto, Stefani Lily; 2011, Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Katolik Soegijapranata Dinamika Sosial Ekonomi Volume 7 Nomor 2, Edisi November 2011.

Kartika, Indri & Wijayanti, Provita, Maret 2007, “Locus of Control and Accepting Disfungtional Behaviour on Public Auditors of DFAB” , Jurnal Akuntabilitas, , hal. 158 – 164, Vol. 6 No. 2, ISSN 1412-0240

Kartika, Indri, Dra., M.Si, Akt dan Wijayanti, Provita, SE; 2007, “Locus Of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai Dan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Studi Pada Auditor Pemerintah Yang Bekerja Pada BPKP Di Jawa Tengah Dan DIY) UNISSULA, Semarang, SNA X, Makasar.

Page 19: 585-575-1-PB

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of Control Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat)

64 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 46-68

Lestari, Ayu Puji, 2010,Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Auditor Dalam Penghentian Prematur Prosedur Audit, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang, Skripsi.

Marganingsih, Arywarti dan Martani, Dwi,Analisis Variabel Anteseden Perilaku Auditor Internal Dan Konsekuensinya Terhadap Kinerja: Studi Empiris Pada Auditor Di Lingkungan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah – Lembaga Pemerintah Non Departemen, Artikel.

Manning, Mark, and Munro, Don, “The Survey Researcher’s SPSS CookBook” 2

nd Edition, Pearson

Education, Australia, 2007.

Peraturan Kepala BPKP No. PER-211/K/JF/2010 Tentang Standar Kompetensi Auditor, Tanggal 13 April 2010.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 60 Tahun 2008, Tentang, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Tanggal 28 Agustus 2008.

Sekaran, Uma Research Methods For Business, Buku 2, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2006

Sekaran, Uma, Research Methods For Business, Buku 1, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2006

Silaban, Adanan, 2009, Perilaku Disfungsional Auditor Dalam Pelaksanaan Program Audit (Studi Empiris Di Kantor Akuntan Publik), Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas, Diponegoro, Semarang, Disertasi

Sujana, Edy; dan Suwarjuwono, Tjiptohadi, 2006,“Perilaku Disfungsional Auditor: Perilaku yang Tidak Mungkin Dihentikan”Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 8 No. 3, 247-259.

Wahyudi,Imam; Lucyanda,Jurica;dan Loekman H. Suhud, 2011, Praktik Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit, Program Studi Akuntansi Institut Keuangan Perbankan Dan Informasi Asia Perbanas, Jl. Perbanas, Karet Kuningan, Setiabudi, Jakarta 12920.

Wahyudin,September, 2011 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia; Indah Anisykurlillah, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia; Dwi Harini, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia, Gedung C6, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia 50229; Analisis Dysfunctional Audit Behavior: Sebuah Pendekatan, Karakteristik Personal Auditor, Diterima: 22 Mei 2010. Disetujui: 9 Juni 2010. Dipublikasikan.

Wilopo, 2006, Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Perilaku Disfungsional Auditor : Studi Pada KAP di Jawa Timur, STIE Perbanas, Surabaya, Jurnal Akuntansi dan Teknologi Informasi, Vol.5 No. 2.

Wiriani, Wayan, 2011, “Efek Moderasi Locus Of Control Pada Hubungan Pelatihan Dan Kinerja Pada Bank Perkreditan Rakyat Di Kabupaten Badung”, Progam Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar, Tesis.

Zoraifi, Renata, Februari 2005, Pengaruh Locus of Control, Tingkat Pendidikan, Pengalaman Kerja, dan Pertimbangan Etis Terhadap Perilaku Auditor Dalam Situasi Konflik Audit, Staf Bagian Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, Jurnal

Akuntansi & Bisnis Vol. 5, No. 1; 12–26.

Page 20: 585-575-1-PB

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of ControlTerhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat)

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 46-68 65

Lampiran Regresi Pengaruh LOC Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

TOT_PDA 23.0930 3.30810 43

TOT_LOC_EKSTERNAL 8.9070 2.05651 43

TOT_LOC_INTERNAL 16.8372 3.01528 43

Correlations

TOT_PDA TOT_LOC_EKSTERNAL TOT_LOC_INTERNAL

Pearson Correlation TOT_PDA 1.000 .369 .021

TOT_LOC_EKSTERNAL .369 1.000 .285

TOT_LOC_INTERNAL .021 .285 1.000

Sig. (1-tailed) TOT_PDA . .007 .448

TOT_LOC_EKSTERNAL .007 . .032

TOT_LOC_INTERNAL .448 .032 .

N TOT_PDA 43 43 43

TOT_LOC_EKSTERNAL 43 43 43

TOT_LOC_INTERNAL 43 43 43

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables

Removed Method

1 TOT_LOC_INTERNAL, TOT_LOC_EKSTERNALa . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: TOT_PDA

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .379a .144 .101 3.13662 .144 3.359 2 40 .045 1.431

a. Predictors: (Constant), TOT_LOC_INTERNAL, TOT_LOC_EKSTERNAL

b. Dependent Variable: TOT_PDA

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 66.092 2 33.046 3.359 .045a

Residual 393.535 40 9.838

Total 459.628 42

a. Predictors: (Constant), TOT_LOC_INTERNAL, TOT_LOC_EKSTERNAL

b. Dependent Variable: TOT_PDA

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 19.134 3.073 6.227 .000

TOT_LOC_EKSTERNAL .636 .246 .395 2.588 .013 .919 1.089

TOT_LOC_INTERNAL -.101 .167 -.092 -.604 .550 .919 1.089

a. Dependent Variable: TOT_PDA

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant) Tot_Loc_Eksternal Tot_Loc_Internal

1 1 2.954 1.000 .00 .01 .00

2 .031 9.733 .07 .96 .22

3 .015 14.037 .92 .04 .77

Page 21: 585-575-1-PB

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of Control Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat)

66 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 46-68

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

TOT_PDA 23.0930 3.30810 43

TOT_LOC_EKSTERNAL 8.9070 2.05651 43

a. Dependent Variable: TOT_PDA

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 21.4603 27.2811 23.0930 1.25444 43

Residual -6.57221 8.13537 .00000 3.06103 43

Std. Predicted Value -1.302 3.339 .000 1.000 43

Std. Residual -2.095 2.594 .000 .976 43

a. Dependent Variable: TOT_PDA

Regression Pengaruh LOC – Eksternal Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

TOT_PDA 23.0930 3.30810 43

TOT_LOC_EKSTERNAL 8.9070 2.05651 43

Correlations

TOT_PDA TOT_LOC_EKSTERNAL

Pearson Correlation TOT_PDA 1.000 .369

TOT_LOC_EKSTERNAL .369 1.000

Sig. (1-tailed) TOT_PDA . .007

TOT_LOC_EKSTERNAL .007 .

N TOT_PDA 43 43

TOT_LOC_EKSTERNAL 43 43

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 TOT_LOC_EKSTERNALa . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: TOT_PDA

Model Summaryb

Model R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson

R Square

Change

F

Change df1 df2 Sig. F Change

1 .369a .136 .115 3.11221 .136 6.454 1 41 .015 1.421

a. Predictors: (Constant), TOT_LOC_EKSTERNAL

b. Dependent Variable: TOT_PDA

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 62.509 1 62.509 6.454 .015a

Residual 397.119 41 9.686

Total 459.628 42

a. Predictors: (Constant), TOT_LOC_EKSTERNAL

b. Dependent Variable: TOT_PDA

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

Page 22: 585-575-1-PB

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of ControlTerhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat)

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 46-68 67

1 (Constant) 17.809 2.133 8.348 .000

TOT_LOC_EKSTERNAL .593 .234 .369 2.540 .015 1.000 1.000

a. Dependent Variable: TOT_PDA

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue

Condition

Index

Variance Proportions

(Constant) TOT_LOC_EKSTERNAL

1 1 1.975 1.000 .01 .01

2 .025 8.877 .99 .99

a. Dependent Variable: TOT_PDA

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 21.3686 27.3007 23.0930 1.21996 43

Residual -6.96177 8.03823 .00000 3.07493 43

Std. Predicted Value -1.414 3.449 .000 1.000 43

Std. Residual -2.237 2.583 .000 .988 43

a. Dependent Variable: TOT_PDA

Regression Pengaruh LOC – Internal Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

TOT_PDA 23.0930 3.30810 43

TOT_LOC_INTERNAL 16.8372 3.01528 43

Correlations

TOT_PDA TOT_LOC_INTERNAL

Pearson Correlation TOT_PDA 1.000 .021

TOT_LOC_INTERNAL .021 1.000

Sig. (1-tailed) TOT_PDA . .448

TOT_LOC_INTERNAL .448 .

N TOT_PDA 43 43

TOT_LOC_INTERNAL 43 43

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 TOT_LOC_INTERNALa . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: TOT_PDA

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .021a .000 -.024 3.34749 .000 .017 1 41 .895 1.304

a. Predictors: (Constant), TOT_LOC_INTERNAL

b. Dependent Variable: TOT_PDA

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .196 1 .196 .017 .895a

Residual 459.432 41 11.206

Total 459.628 42

a. Predictors: (Constant), TOT_LOC_INTERNAL

b. Dependent Variable: TOT_PDA

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

Page 23: 585-575-1-PB

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of Control Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat)

68 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 46-68

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 22.712 2.929 7.754 .000

TOT_LOC_INTERNAL .023 .171 .021 .132 .895 1.000 1.000

a. Dependent Variable: TOT_PDA

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant) TOT_LOC_INTERNAL

1 1 1.985 1.000 .01 .01

2 .015 11.388 .99 .99

a. Dependent Variable: TOT_PDA

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 22.9381 23.2100 23.0930 .06831 43

Residual -8.18733 6.90329 .00000 3.30739 43

Std. Predicted Value -2.268 1.712 .000 1.000 43

Std. Residual -2.446 2.062 .000 .988 43

a. Dependent Variable: TOT_PDA