5.2 pedoman teknis spip evaluasi terpisah

41

Click here to load reader

Upload: sutikno-tumingan

Post on 18-Jul-2015

245 views

Category:

Government & Nonprofit


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah
Page 2: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

PEDOMAN TEKNIS

PENYELENGGARAAN SPIP

SUB UNSUR

EVALUASI TERPISAH

(5.2)

NOMOR : PER-1326/K/LB/2009

TANGGAL : 7 DESEMBER 2009

Page 3: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah
Page 4: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah i

KATA PENGANTAR

Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) adalah tanggung jawab Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP), sesuai dengan pasal 59

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah. Pembinaan ini merupakan salah

satu cara untuk memperkuat dan menunjang efektivitas sistem

pengendalian intern, yang menjadi tanggung jawab

menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota sebagai

penyelenggara sistem pengendalian intern di lingkungan masing-

masing.

Pembinaan penyelenggaraan SPIP yang menjadi tugas dan

tanggung jawab BPKP tersebut meliputi:

1. penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP;

2. sosialisasi SPIP;

3. pendidikan dan pelatihan SPIP;

4. pembimbingan dan konsultasi SPIP; dan

5. peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern

pemerintah.

Kelima kegiatan dimaksud diarahkan dalam rangka

penerapan unsur-unsur SPIP, yaitu:

1. lingkungan pengendalian;

2. penilaian risiko;

3. kegiatan pengendalian;

4. informasi dan komunikasi; dan

5. pemantauan pengendalian intern.

Page 5: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah ii

Untuk memenuhi kebutuhan pedoman penyelenggaraan

SPIP, BPKP telah menyusun Pedoman Teknis Umum

Penyelenggaraan SPIP. Pedoman tersebut merupakan pedoman

tentang hal-hal apa saja yang perlu dibangun dan dilaksanakan

dalam rangka penyelenggaraan SPIP. Selanjutnya, pedoman

tersebut dijabarkan ke dalam pedoman teknis penyelenggaraan

masing-masing sub unsur pengendalian. Pedoman teknis sub unsur

ini merupakan acuan langkah-langkah yang perlu dilaksanakan

dalam penyelenggaraan sub unsur SPIP.

Pedoman Teknis Penyelenggaraan SPIP Sub unsur Evaluasi

Terpisah pada unsur Pemantauan merupakan acuan yang

memberikan arah bagi instansi pemerintah pusat dan daerah dalam

menyelenggarakan sub unsur tersebut, dan dapat disesuaikan

dengan karakteristik masing-masing instansi, yang meliputi fungsi,

sifat, tujuan, dan kompleksitas instansi tersebut.

Pedoman ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

masukan dan saran perbaikan dari pengguna pedoman ini, sangat

diharapkan sebagai bahan penyempurnaan.

Jakarta, Desember 2009

Plt. Kepala,

Kuswono Soeseno

NIP 19500910 197511 1 001

Page 6: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................... 1

B. Sistematika Pedoman ............................................... 2

BAB II GAMBARAN UMUM

A. Pengertian ................................................................ 6

B. Tujuan dan Manfaat .................................................. 8

C. Parameter Penerapan .............................................. 9

D. Peraturan Perundang-undangan Terkait .................. 14

BAB III LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN

A. Tahap Persiapan ..................................................... 16

B. Tahap Pelaksanaan .................................................. 19

C. Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Audit dan Reviu

Lainnya ..................................................................... 22

D. Tahap Pelaporan ...................................................... 29

BAB IV PENUTUP

Page 7: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah iv

Page 8: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun

2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP),

para menteri/pimpinan lembaga, gubernur, bupati/walikota wajib

melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan

pemerintahan. Pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan

pemerintahan tersebut dilaksanakan dengan berpedoman

kepada sistem pengendalian intern pemerintah, sebagaimana

diatur dalam peraturan pemerintah tersebut.

Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan

pemantauan terhadap kinerja sistem pengendalian intern

pemerintah untuk memastikan bahwa sistem telah berjalan

efektif. Pemantauan sistem pengendalian intern dilaksanakan

melalui pemantauan berkelanjutan (on-going monitoring),

evaluasi terpisah (separate evaluation), tindak lanjut

rekomendasi hasil audit, dan reviu lainnya.

Untuk meningkatkan efektivitas pemantauan sistem

pengendalian intern tersebut, diperlukan Pedoman Teknis

Pemantauan SPIP. Sesuai dengan amanah Peraturan

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, BPKP memiliki kewajiban

untuk menyusun pedoman teknis dimaksud. Pedoman ini

merupakan pedoman tentang hal-hal apa saja yang harus

dibangun dan dilaksanakan dalam rangka pemantauan SPIP.

Page 9: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 2

Buku ini merupakan pedoman teknis evaluasi terpisah

atas Sistem Pengendalian Intern di lingkungan pemerintah

pusat dan daerah, yang merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari Pedoman Teknis Penyelenggaraan SPIP

lainnya. Buku pedoman ini juga berisi pedoman teknis dari

pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu

lainnya.

Pedoman ini disusun dengan tujuan agar tersedia standar

acuan yang memberi arah bagi instansi pemerintah pusat dan

daerah dalam melakukan evaluasi terpisah atas

penyelenggaraan sistem pengendalian intern dan tindak lanjut

rekomendasinya. Dalam penerapannya, pedoman ini dapat

disesuaikan dengan karakteristik masing-masing instansi yang

meliputi fungsi, sifat, tujuan, dan kompleksitas instansi tersebut.

B. Sistematika Pedoman

Sistematika penyajian pedoman teknis Evaluasi Terpisah

dan Tindak Lanjut Rekomendasi ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang perlunya pedoman,

tujuan dan ruang lingkup pedoman, serta sistematika

pedoman.

Bab II Gambaran Umum Evaluasi Terpisah dan Tindak

Lanjut Rekomendasi

Bab ini menguraikan pengertian, maksud, tujuan,

indikator pelaksanaan sub unsur evaluasi terpisah, dan

tindak lanjut rekomendasi.

Page 10: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 3

Bab III Langkah-Langkah Penerapan Evaluasi Terpisah dan

Tindak Lanjut Rekomendasi

Bab ini menguraikan langkah-langkah yang perlu

dilaksanakan dalam menerapkan sub unsur evaluasi

terpisah dan tindak lanjut rekomendasi, yang terdiri dari

tahap persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan

Bab IV Penutup

Bab ini merupakan penutup yang berisi hal-hal penting

yang perlu diperhatikan dan penjelasan atas

penggunaan pedoman ini.

Page 11: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 4

Page 12: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 5

BAB II

GAMBARAN UMUM

Pemantauan sistem pengendalian intern adalah suatu proses

penilaian kualitas kinerja pengendalian intern dalam suatu periode

tertentu. Pemantauan pengendalian intern itu, pada dasarnya

adalah memastikan bahwa sistem pengendalian intern pada suatu

instansi pemerintah berjalan sesuai dengan yang diharapkan, dan

perbaikan-perbaikan yang diperlukan telah dilaksanakan sesuai

dengan perkembangan.

Guidelines for Internal Control Standards for the Public Sector

INTOSAI mengemukakan mengenai perlunya evaluasi

pengendalian intern, dengan menyatakan bahwa auditor internal

secara berkala menyediakan informasi mengenai berfungsi atau

tidaknya pengendalian intern, dengan perhatian yang lebih besar

pada evaluasi rancangan dan pelaksanaan pengendalian intern.

Penjelasan di atas menunjukkan pentingnya evaluasi

pengendalian intern. Oleh karena itu, pimpinan instansi pemerintah

harus memahami bahwa:

1. Penilaian atau evaluasi atas SPI adalah sesuatu hal yang biasa

dilakukan.

2. Pihak yang dapat melakukan penilaian tersebut adalah pihak

yang tidak terkait dengan kegiatan dan independen, seperti unit

lain dalam organisasi, APIP, konsultan, atau auditor eksternal.

3. Dalam penilaian atas SPI, fokus perhatian yang besar diarahkan

kepada rancangan/desain dan operasional dari pengendalian

intern. Rancangan dan operasional dari pengendalian tersebut

merupakan tanggung jawab pimpinan instansi pemerintah.

Page 13: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 6

Pemantauan atas kinerja sistem pengendalian tersebut dapat

dilakukan dalam bentuk pemantauan berkelanjutan, evaluasi

terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi. Pedoman teknis ini akan

menguraikan lebih lanjut mengenai evaluasi terpisah dan tindak

lanjut rekomendasi.

A. Pengertian

Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara Nomor PER/O5/M.PAN/03/2008 tanggal

31 Maret 2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan

Internal Pemerintah, disebutkan bahwa evaluasi adalah

rangkaian kegiatan membandingkan hasil/prestasi suatu

kegiatan dengan rencana, standar, atau norma yang telah

ditetapkan, dan menentukan faktor-faktor yang memengaruhi

keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai

tujuan.

Makna kata “terpisah”, lebih ditekankan pada pelaku

evaluasi yang berbeda dari pelaksana kegiatan pengendalian

yang dievaluasi. Dengan demikian, evaluasi terpisah adalah

kegiatan membandingkan kinerja sistem pengendalian dengan

standar yang seharusnya dan dilakukan oleh pihak di luar unit

kerja/instansi pemerintah yang melaksanakan sistem

pengendalian.

Dalam konteks penyelenggaraan SPIP, pengertian evaluasi

terpisah adalah kegiatan membandingkan pelaksanaan SPIP

dengan standar yang telah ditentukan dalam daftar uji atau

instrumen lain, yang telah ditetapkan pimpinan instansi

pemerintah atau pelaksana evaluasi terpisah.

Page 14: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 7

Evaluasi terpisah mencakup penilaian yang dilakukan

secara terpisah melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian

efektivitas sistem pengendalian intern. Evaluasi terpisah dapat

dilakukan pada tiap komponen sistem pengendalian intern.

Evaluasi terpisah ini, dapat dicapai melalui penilaian yang

dilakukan oleh instansi pemerintah itu sendiri, aparat

pengawasan intern pemerintah (APIP) atau pihak eksternal yang

independen. Penilaian sendiri yang dilaksanakan secara reguler,

membantu pimpinan untuk mengetahui lebih awal permasalahan

yang sedang terjadi, sehingga dapat meminimalkan dampak

atau akibatnya.

Adapun evaluasi yang dilaksanakan oleh pihak independen

dapat dilakukan oleh auditor ekstern, konsultan, atau auditor

internal yang secara organisasi independen terhadap operasi

lembaga yang dievaluasi. Namun, evaluasi yang dilakukan

secara independen ini, hendaknya tidak menghilangkan

penilaian sendiri yang telah dijadwalkan secara rutin oleh

instansi pemerintah.

Frekuensi pelaksanaan evaluasi terpisah merupakan

kebijakan manajemen, namun dalam menentukannya,

manajemen hendaknya mempertimbangkan hasil pemantauan

berkelanjutan, pengendalian yang ada, serta penilaian risiko

yang dilakukan, serta kejadian yang ada, baik di dalam maupun

di luar instansi tersebut.

Hasil pelaksanaan evaluasi terpisah adalah simpulan

mengenai pelaksanaan sistem pengendalian intern dan

rekomendasi untuk meningkatkan efektivitasnya. Semua

pelaksana evaluasi terpisah akan memberikan rekomendasi

untuk perbaikan sistem pengendalian intern. Oleh karena itu,

Page 15: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 8

instansi pemerintah harus segera menindaklanjuti rekomendasi

penyempurnaan sistem pengendalian, yang diyakini akan

meminimalkan terjadinya penyimpangan yang sama di masa

datang. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya

adalah upaya untuk memastikan bahwa temuan audit dan reviu

lainnya telah dan segera diselesaikan. Hal ini dilakukan sesuai

dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan

reviu lainnya yang ditetapkan pimpinan instansi pemerintah.

B. Tujuan dan Manfaat

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah diselenggarakan

dengan tujuan untuk memberikan keyakinan memadai atas

tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan

efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset

negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Evaluasi terpisah atas sistem pengendalian intern bertujuan

untuk menilai kinerja sistem tersebut apakah sudah berjalan

sebagaimana mestinya. Dengan adanya evaluasi terpisah,

diharapkan dapat mengidentifikasi kelemahan dari pengendalian

yang dirumuskan oleh manajemen, menentukan penyebab

gagalnya aktivitas pengendalian, serta pengaruhnya terhadap

pencapaian tujuan instansi. Evaluasi terpisah juga dimaksudkan

untuk menilai efisiensi prosedur yang telah ditetapkan

manajemen. Prosedur yang tidak efisien akan dikomunikasikan

kepada manajemen untuk diperbaiki.

Selanjutnya, tindak lanjut dilakukan atas setiap

rekomendasi yang dihasilkan oleh evaluasi terpisah. Tujuannya

adalah untuk memperbaiki dengan segera kelemahan sistem

pengendalian intern. Bila evaluasi terpisah dan tindak lanjut

Page 16: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 9

rekomendasinya diterapkan dengan baik, instansi pemerintah

akan mendapatkan manfaat, yaitu:

Menghasilkan informasi yang akurat dan terpercaya untuk

pengambilan keputusan.

Menghasilkan laporan keuangan yang akurat dan tepat

waktu.

Meningkatkan efektivitas pengamanan aset.

Dipenuhinya ketentuan yang berlaku.

Tercapainya tujuan instansi pemerintah.

C. Parameter Penerapan

Dalam menyelenggarakan SPIP, terdapat faktor-faktor

utama atau hal-hal penting yang dipertimbangkan sebagai

penentu berfungsinya pengendalian intern. Sebagai parameter

penerapan penyelenggaraan evaluasi terpisah adalah sebagai

berikut:

1. Ruang lingkup dan frekuensi evaluasi pengendalian intern

secara terpisah telah memadai bagi instansi pemerintah. Hal-

hal yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

a. Hasil penilaian risiko dan efektivitas pemantauan yang

berkelanjutan dipertimbangkan saat menentukan lingkup

dan frekuensi evaluasi terpisah.

b. Kegiatan evaluasi terpisah seringkali diperlukan pada saat

adanya kejadian, misalnya perubahan besar dalam

rencana atau strategi manajemen, pemekaran atau

penciutan instansi pemerintah, atau perubahan

operasional, atau pemrosesan informasi keuangan dan

anggaran.

Page 17: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 10

c. Evaluasi secara berkala dilakukan terhadap bagian dari

pengendalian intern secara memadai.

d. Evaluasi terpisah dilakukan oleh pegawai yang mempunyai

keahlian tertentu yang disyaratkan dan dapat melibatkan

aparat pengawasan intern pemerintah atau auditor

eksternal.

2. Metodologi evaluasi pengendalian intern instansi pemerintah

haruslah logis dan memadai.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

a. Metodologi yang dipergunakan telah mencakup self

assessment, dengan menggunakan daftar periksa (check

list), daftar kuesioner, atau perangkat lainnya.

b. Evaluasi terpisah tersebut meliputi suatu reviu terhadap

rancangan pengendalian intern dan pengujian langsung

(direct testing) atas kegiatan pengendalian intern.

c. Dalam instansi pemerintah yang menggunakan sistem

informasi berbasis komputer, evaluasi terpisah dilakukan

dengan menggunakan teknik audit berbantuan komputer

untuk mengidentifikasi indikator inefisiensi, pemborosan,

atau penyalahgunaan.

d. Tim evaluasi terpisah menyusun suatu rencana evaluasi

untuk meyakinkan terlaksananya kegiatan tersebut secara

terkoordinasi.

e. Jika proses evaluasi terpisah dilakukan oleh pegawai

instansi pemerintah, maka harus dipimpin oleh seorang

pejabat dengan kewewenangan, kemampuan, dan

pengalaman memadai.

Page 18: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 11

f. Tim evaluasi terpisah harus memahami secara memadai

mengenai visi, misi, dan tujuan instansi pemerintah, serta

kegiatannya.

g. Tim evaluasi terpisah sudah memahami bagaimana

pengendalian intern instansi pemerintah seharusnya

bekerja dan bagaimana implementasinya.

h. Tim evaluasi terpisah menganalisis hasil evaluasi

dibandingkan dengan kriteria yang sudah ditetapkan.

i. Proses evaluasi didokumentasikan sebagaimana mestinya.

3. Jika evaluasi terpisah dilaksanakan oleh aparat pengawasan

intern pemerintah, maka aparat pengawasan intern

pemerintah tersebut harus memiliki sumber daya,

kemampuan, dan independensi yang memadai. Hal-hal yang

perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

a. Aparat pengawasan intern pemerintah memiliki staf

dengan tingkat kompetensi dan pengalaman yang cukup.

b. Aparat pengawasan intern pemerintah secara organisasi

independen dan melapor langsung ke pimpinan tertinggi

di dalam instansi pemerintah.

c. Tanggung jawab, lingkup kerja, dan rencana pengawasan

aparat pengawasan intern pemerintah harus sesuai

dengan kebutuhan instansi pemerintah yang bersangkutan.

4. Kelemahan yang ditemukan selama evaluasi terpisah segera

diselesaikan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah

sebagai berikut:

Page 19: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 12

a. Kelemahan yang ditemukan segera dikomunikasikan

kepada orang yang bertanggung jawab atas fungsi

tersebut dan atasan langsungnya.

b. Kelemahan dan masalah pengendalian intern yang serius

segera dilaporkan ke pimpinan tertinggi instansi

pemerintah.

Hal-hal penting dalam penerapan tindak lanjut rekomendasi

audit dan reviu lainnya, berikut parameter penerapan

pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

1. Instansi pemerintah sudah memiliki mekanisme untuk

meyakinkan ditindaklanjutinya temuan audit atau reviu lainnya

dengan segera. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah

sebagai berikut:

a. Pimpinan instansi pemerintah segera mereviu dan

mengevaluasi temuan audit, hasil penilaian, serta reviu

lainnya yang menunjukkan adanya kelemahan dan yang

mengidentifikasi perlunya perbaikan.

b. Pimpinan instansi pemerintah menetapkan tindakan yang

memadai untuk menindaklanjuti temuan dan rekomendasi.

c. Tindakan korektif untuk menyelesaikan masalah yang

menarik perhatian pimpinan instansi pemerintah

dilaksanakan dalam jangka waktu yang ditetapkan.

d. Dalam hal terdapat ketidaksepakatan dengan temuan atau

rekomendasi, pimpinan instansi pemerintah menyatakan

bahwa temuan atau rekomendasi tersebut tidak tepat atau

tidak perlu ditindaklanjuti.

Page 20: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 13

e. Pimpinan instansi pemerintah mempertimbangkan untuk

melakukan konsultasi dengan auditor (seperti BPK, aparat

pengawasan intern pemerintah, dan auditor eksternal

lainnya) dan pereviu jika diyakini akan membantu dalam

proses penyelesaian audit.

2. Pimpinan instansi pemerintah tanggap terhadap temuan dan

rekomendasi audit dan reviu lainnya guna memperkuat

pengendalian intern. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan

adalah sebagai berikut:

a. Pimpinan instansi pemerintah yang berwenang

mengevaluasi temuan dan rekomendasi dan memutuskan

tindakan yang layak untuk memperbaiki atau meningkatkan

pengendalian.

b. Tindakan pengendalian intern yang diperlukan, diikuti

untuk memastikan penerapannya.

3. Instansi pemerintah menindaklanjuti temuan dan rekomendasi

audit dan reviu lainnya dengan tepat. Hal-hal yang perlu

dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

a. Masalah yang berkaitan dengan transaksi atau kejadian

tertentu dikoreksi dengan segera.

b. Penyebab yang diungkapkan dalam temuan atau

rekomendasi diteliti oleh pimpinan instansi pemerintah.

c. Tindakan diambil untuk memperbaiki kondisi atau

mengatasi penyebab terjadinya temuan.

d. Pimpinan instansi pemerintah dan auditor memantau

temuan audit dan reviu, serta rekomendasinya untuk

meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telah

dilaksanakan.

Page 21: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 14

e. Pimpinan instansi pemerintah secara berkala mendapat

laporan status penyelesaian audit dan reviu sehingga

pimpinan dapat meyakinkan kualitas dan ketepatan waktu

penyelesaian setiap rekomendasi.

Setiap pimpinan instansi pemerintah harus menetapkan dan

mengembangkan parameter penerapan penyelenggaraan SPIP,

dengan mengacu kepada daftar uji PP 60 Tahun 2008, yang

disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan risiko di masing-masing

instansi pemerintah (lihat lampiran PP 60 Tahun 2008 tentang

Daftar Uji Pengendalian Intern Pemerintah – Pendahuluan,

paragraf ke-6).

D. Peraturan Perundang-undangan Terkait

Ketentuan yang terkait dengan evaluasi terpisah dan tindak

lanjut rekomendasi audit antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara.

2. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara.

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara.

4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor PER/O5/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008

tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Internal

Pemerintah.

Page 22: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 15

BAB III

LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN

Penerapaan sub unsur evaluasi terpisah dan tindak lanjut

rekomendasi audit pada suatu instansi pemerintah merupakan

bagian yang melekat pada tahap penyelenggaraan SPIP.

Penerapan sub unsur ini, ditandai dengan adanya kebijakan

instansi pemerintah untuk melakukan evaluasi secara terpisah

terhadap sistem pengendalian intern yang ada, perencanaan dan

pelaksanaan evaluasi terpisah, diikuti dengan tindak lanjut atas

rekomendasi dari evaluasi tersebut, serta tindak lanjut dari hasil

audit dan reviu lainnya.

Pedoman ini memberikan panduan dalam melakukan evaluasi

terpisah dalam tiga tahap utama, yaitu:

1. Tahap Persiapan, merupakan tahap awal implementasi, yang

ditujukan untuk memberikan pemahaman atau kesadaran yang

lebih baik, serta pemetaan kebutuhan penerapan.

2. Tahap Pelaksanaan, merupakan langkah tindak lanjut atas hasil

pemetaan, yang meliputi pembangunan infrastruktur dan

internalisasi.

3. Tahap Pelaporan, merupakan tahap pelaporan kegiatan dan

upaya pengembangan berkelanjutan.

Page 23: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 16

A. Tahap Persiapan

1. Penyiapan Peraturan, SDM dan Rencana Penyelenggaraan

Tahap ini dimaksudkan untuk menyiapkan peraturan

pelaksanaan penyelenggaraan SPIP di setiap kementerian,

lembaga, dan pemerintah daerah. Berdasarkan peraturan

penyelenggaraan SPIP, selanjutnya instansi pemerintah

membuat rencana penyelenggaraan yang antara lain

memuat:

jadwal pelaksanaan kegiatan;

waktu yang dibutuhkan;

dana yang dibutuhkan; dan

pihak-pihak yang terlibat.

Berdasarkan peraturan tersebut, perlu dibentuk tim

satuan tugas penyelenggaraan (Tim Satgas) SPIP, yang

ditugaskan mengawal pelaksanaan penyelenggaraan SPIP,

termasuk penerapan evaluasi terpisah. Tim Satgas tersebut

terlebih dulu diberi pelatihan tentang SPIP, khususnya sub

unsur terkait agar dapat menyelenggarakan sub unsur dalam

unsur SPIP.

2. Pemahaman (Knowing)

Tahap pemahaman adalah suatu langkah untuk

memberikan pemahaman kepada pimpinan dan pegawai

instansi pemerintah bahwa evaluasi terpisah dapat

memberikan kontribusi dalam meningkatkan efektivitas

pengendalian. Sistem pengendalian intern yang sudah

dibangun perlu dievaluasi apakah sudah berjalan sesuai

dengan yang diinginkan.

Page 24: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 17

Tahap ini, diawali dengan pengomunikasian

pentingnya aktivitas evaluasi terpisah, yang mencakup

pengertian, maksud dan tujuan, kapan dilaksanakan, siapa

yang dapat melaksanakan, dan hasil yang dapat diperoleh.

Pengomunikasian pentingnya evaluasi terpisah akan

menghasilkan kesamaan persepsi dan kepedulian

pentingnya kegiatan evaluasi terpisah. Instansi pemerintah

dapat memberikan pemahaman dan komitmen seluruh

pegawai melalui sosialisasi, pendidikan dan pelatihan

(diklat), pelatihan di kantor sendiri (PKS), dan sebagainya.

3. Pemetaan (Mapping)

Setelah dilakukan sosialisasi pemahaman tentang

evaluasi terpisah, maka perlu dilakukan suatu pemetaan

terhadap evaluasi terpisah yang dijalankan di instansi

pemerintah. Pemetaan ini dapat dilakukan bersamaan

dengan pemetaan yang dilakukan pada unsur-unsur SPIP

lainnya (pemetaan dilakukan serentak terhadap semua unsur

dan sub unsur SPIP dengan mendasarkan pada Pedoman

Diagnostic Assessment)

Pemetaan dilakukan untuk melihat kondisi evaluasi

terpisah yang sudah diimplementasikan dan berjalan pada

instansi pemerintah, serta keberadaan infrastruktur dalam

bentuk kebijakan dan prosedur evaluasi terpisah. Dengan

pemetaan evaluasi terpisah akan diketahui kondisi yang

memerlukan perbaikan (areas of improvement).

Page 25: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 18

Pemetaan dilakukan dengan cara:

a. Melakukan inventarisasi atas struktur, kebijakan, prosedur

operasi baku (Standard Operating Procedure/SOP),

dokumentasi, serta kegiatan monitoring dan evaluasi atas

pengelolaan sistem informasi yang telah ada dan

dilaksanakan oleh instansi.

Dilakukan dengan mendasarkan pada pedoman

pelaksanaan diagnostic assessment.

Pelaksanaan diagnostic assessment dapat melalui

beberapa cara, antara lain melalui metode kuesioner,

interviu, dan diskusi kelompok terfokus (focus group

discussion).

Data yang diperoleh perlu dilakukan uji silang (cross

check) untuk memastikan validitasnya.

Keterlibatan seluruh pegawai pada saat pengumpulan

data ini sangat diperlukan guna mendapatkan gambaran

yang utuh mengenai evaluasi terpisah.

b. Melakukan inventarisasi/identifikasi atas struktur,

kebijakan, dan prosedur evaluasi terpisah yang

seharusnya ada dan dilaksanakan oleh instansi. Struktur,

kebijakan, dan prosedur evaluasi terpisah yang

seharusnya ada mengacu pada butir-butir yang terdapat

pada diagnostic assessment.

c. Membandingkan antara kondisi struktur, kebijakan, dan

prosedur yang ada (butir a) dengan kondisi yang

seharusnya ada (butir b).

Page 26: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 19

Hasil pembandingan ini merupakan daftar pertanyaan

pengendalian (dari hasil diagnostic assessment) yang

belum ada/dilaksanakan oleh instansi (negative list).

Negative list ini merupakan areas of improvement (AOI)

secara umum yang perlu dibangun oleh instansi dalam

tahap berikutnya (tahap pelaksanaan).

B. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan meliputi pembangunan infrastruktur,

internalisasi, dan tahap pengembangan berkelanjutan.

1. Pembangunan Infrastruktur (Norming)

Pada tahap ini, pimpinan instansi bertanggung jawab

untuk menetapkan kebijakan terkait evaluasi terpisah dan

tindak lanjut atas rekomendasi. Kebijakan terkait evaluasi

terpisah dan tindak lanjut atas rekomendasi audit dan reviu

lainnya yang harus dibangun, setidak-tidaknya meliputi

penetapan ruang lingkup dan frekuensi evaluasi pengendalian

intern secara terpisah, serta kebijakan terkait pelaksanaan

evaluasi terpisah, baik dari segi organisasi, personil, maupun

strukturnya.

Dalam tahap membangun infrastruktur, yang perlu

diperhatikan adalah hal-hal berikut:

a. Dalam menetapkan ruang lingkup dan frekuensi

pelaksanaan evaluasi terpisah, perlu memertimbangkan

hasil penilaian risiko, efektivitas pemantauan berkelanjutan,

perubahan yang signifikan dalam rencana dan strategi

manajemen, perubahan organisasi, operasi, serta

pemrosesan keuangan.

Page 27: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 20

b. Evaluasi terpisah dilakukan dengan menggunakan

metodologi yang logis dan dilaksanakan oleh pegawai yang

memiliki keahlian tertentu yang dipersyaratkan, serta

melibatkan APIP, atau auditor ekstern.

c. Bila dilaksanakan oleh APIP, maka APIP tersebut harus

memiliki sumber daya, kemampuan, dan independensi

yang memadai.

Bila ditemukan kelemahan sistem pengendalian intern

selama evaluasi terpisah, maka harus segera diselesaikan.

Oleh karena itu, pimpinan instansi pemerintah harus

menetapkan kebijakan terkait tindak lanjut atas semua

rekomendasi, untuk seluruh kelemahan sistem pengendalian

intern yang terdapat dalam laporan hasil audit, baik yang

dilaksanakan oleh internal auditor maupun pihak eksternal

auditor.

Contoh dalam membangun infrastruktur evaluasi terpisah

adalah sebagai berikut: Sebelum program/kegiatan

dilaksanakan, pimpinan instansi pemerintah melakukan

penilaian risiko atas seluruh program/kegiatan. Terhadap risiko

signifikan yang menghambat pencapaian tujuan, ditentukan

kegiatan pengendalian yang tepat, serta rencana monitoring

berkelanjutan atas program/kegiatan tersebut. Untuk

mendapatkan keyakinan memadai bahwa pengendalian

berjalan sebagaimana yang diharapkan, diperlukan penilaian

oleh pihak independen, sehingga pimpinan instansi pemerintah

harus merencanakan kegiatan audit, reviu, evaluasi,

pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya yang

diperlukan.

Page 28: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 21

2. Internalisasi (Forming)

Tahap internalisasi adalah proses mewujudkan

infrastruktur yang sudah dibangun, menyatu, atau menjadi

bagian dari kegiatan operasional instansi. Terwujudnya

internalisasi, tercermin pada sejauh mana infrastruktur yang

ada memengaruhi pimpinan instansi dalam mengambil

keputusan dan memengaruhi perilaku pegawai dalam

melaksanakan kegiatan.

Internalisasi dalam evaluasi terpisah, terlihat antara lain,

pada:

a. Perencanaan atas evaluasi terpisah setiap periode.

Perencanaan ini mencakup ruang lingkup, frekuensi, unit

yang akan dievaluasi, pendanaan, metodologi, tim yang

melakukan evaluasi terpisah, serta kualifikasi

pelaksananya.

b. Pelaksanaan evaluasi terpisah memerhatikan hasil

pemantauan berkelanjutan dan penilaian risiko.

Tahap internalisasi tindak lanjut hasil audit adalah

pelaksanaan tindak lanjut hasil audit itu sendiri. Dalam hal ini,

perlu memerhatikan:

a. Mekanisme pelaksanaan tindak lanjut hasil audit.

b. Pimpinan menunjukkan sikap tanggap atas hasil audit.

c. Tindak lanjut dilaksanakan dengan tepat.

3. Pengembangan Berkelanjutan (Performing)

Penyelenggaraan pengendalian intern harus terus

dipantau dan dievaluasi secara terus menerus, untuk

mengetahui apakah pengendalian intern tersebut

terselenggara sesuai dengan yang diharapkan.

Page 29: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 22

Pemantauan dilaksanakan untuk membantu

meyakinkan bahwa pengendalian intern secara terus menerus

berfungsi dengan efektif. Pengendalian intern yang tidak

dipantau, makin lama cenderung semakin memburuk.

Lingkungan organisasi, baik lingkungan intern maupun

ekstern selalu berubah, sehingga pengendalian juga harus

berkembang sesuai dengan perkembangan organisasi.

Pemantauan diperlukan untuk melihat apakah pengendalian

yang ada, masih memadai sesuai dengan perkembangan

organisasi.

C. Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Audit dan Reviu Lainnya

Tindak lanjut atas rekomendasi hasil audit dan reviu

lainnya merupakan bagian dari unsur pemantauan (monitoring),

yang merupakan salah satu kekhasan dari Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah yang ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008.

Faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas tindak lanjut:

1. Peran Pimpinan Instansi Pemerintah

Beberapa hal yang perlu dibangun oleh pimpinan instansi

pemerintah agar prosedur tindak lanjut audit dan reviu lainnya

dapat berjalan secara efektif:

a. Kebijakan dari pimpinan instansi pemerintah tentang

pentingnya prosedur tindak lanjut audit dan reviu lainnya

harus dibuat secara tertulis dan dikomunikasikan kepada

seluruh pimpinan unit di bawahnya, sedapat mungkin

kebijakan dan pengomunikasian kebijakan tersebut

diperbarui setiap awal tahun anggaran.

Page 30: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 23

b. Pimpinan instansi pemerintah harus menunjuk salah satu

pimpinan unit di bawahnya yang bertanggung jawab untuk

mengoordinasikan pelaksanaan evaluasi, pemberian

tanggapan, dan proses perbaikan yang diperlukan dalam

rangka menindaklanjuti hasil audit serta reviu lainnya.

c. Pimpinan instansi pemerintah dapat meminta APIP untuk

membantu pelaksanaan tindak lanjut yang berkaitan

dengan perbaikan dan penyempurnaan sistem

pengendalian intern instansi pemerintah.

d. Pimpinan instansi pemerintah menetapkan pedoman

tertulis, yang berisi prosedur untuk memastikan bahwa

seluruh temuan audit dan reviu lainnya segera dievaluasi,

ditentukan tanggapan yang tepat, dan dilaksanakannya

tindakan perbaikan. Pedoman tersebut dikomunikasikan

kepada seluruh pejabat unit di bawahnya untuk

dilaksanakan dan dikoordinasikan oleh pimpinan unit yang

ditunjuk.

e. Kegiatan tindak lanjut yang dilakukan oleh setiap unit

dilaporkan secara berkala kepada pimpinan instansi

pemerintah.

f. Monitoring atas efektivitas pelaksanaan tindak lanjut perlu

dilakukan untuk mencegah agar temuan yang sama tidak

berulang di dalam organisasi instansi pemerintah.

2. Penilaian Risiko atas Temuan Audit dan Reviu Lainnya

Pimpinan instansi pemerintah harus segera mereviu dan

mengevaluasi temuan audit dan reviu lainnya, sehingga dapat

diberikan penilaian prioritas risiko dalam melakukan tindak

lanjutnya. Apabila pimpinan instansi pemerintah tidak

Page 31: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 24

melakukan tindak lanjut atas temuan audit dan reviu lainnya,

maka hal tersebut akan meningkatkan level risiko dari

organisasi pada proses penilaian risiko.

Langkah-langkah yang diperlukan oleh pimpinan instansi

pemerintah dalam melakukan reviu atas temuan audit, hasil

penilaian, dan reviu lainnya, yaitu:

a. Mengidentifikasi temuan audit dan hasil reviu lainnya

berdasarkan jenis temuan dan prioritas tindak lanjutnya,

berdasarkan signifikansi temuan dan pengaruhnya

terhadap pencapaian tujuan pengendalian intern,

b. Memastikan bahwa setiap rekomendasi sudah bersifat

spesifik, dapat diterapkan (applicable), dan memenuhi

asas kemanfaatan (cost-benefit analysis). Dalam hal

terdapat rekomendasi yang tidak memenuhi syarat untuk

ditindaklanjuti, pimpinan instansi pemerintah segera

menginformasikan dan mengomunikasikan secara tepat

dan cepat kepada pimpinan instansi auditor atau pereviu

terkait.

c. Memetakan rekomendasi temuan audit dan reviu lainnya

yang menarik perhatian berdasarkan nilai signifikansi

temuan, serta pengaruhnya terhadap laporan keuangan,

kaitannya dengan pengamanan aset instansi pemerintah,

efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan organisasi,

serta adanya potensi menimbulkan masalah hukum

di kemudian hari.

d. Mengidentifikasi pejabat yang mengoordinasikan tindak

lanjut dan pejabat yang bertanggung jawab untuk

melaksanakan tindak lanjut,

Page 32: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 25

3. Pengendalian atas Pelaksanaan Tindak lanjut Temuan

Audit dan Reviu Lainnya

Beberapa komponen aktivitas pengendalian yang harus

dibangun dan dipelihara oleh pimpinan instansi pemerintah

dalam melaksanakan tindak lanjut temuan audit dan reviu

lainnya, yaitu:

a. Setiap instansi pemerintah harus mempunyai pedoman

tertulis yang memuat prosedur untuk memastikan bahwa

seluruh temuan audit dan reviu lainnya segera dievaluasi,

ditentukan tanggapan yang tepat, dan dilaksanakan

tindakan perbaikannya.

b. Prosedur tindak lanjut harus dilaksanakan dalam waktu

sesegera mungkin, terutama untuk temuan audit dan reviu

lainnya yang memiliki nilai signifikan, memengaruhi

penyajian laporan keuangan, berkaitan dengan

pengamanan aset instansi pemerintah, memengaruhi

efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan organisasi,

serta berpotensi menimbulkan masalah hukum

di kemudian hari.

c. Pejabat yang ditunjuk untuk mengoordinasikan

pelaksanaan tindak lanjut, membuat daftar rencana tindak

lanjut, yang berisi temuan-temuan audit dan reviu lainnya,

serta jenis rekomendasi yang akan ditindaklanjuti oleh

pejabat terkait, waktu pelaksanaan tindak lanjut, dan hasil

atau output dari tindak lanjut yang dilaksanakan.

d. Terdapat mekanisme pelaporan berkala dari pejabat yang

mengoordinasikan pelaksanaan tindak lanjut, serta

komunikasi yang efektif dengan unit atau instansi yang

melaksanakan audit atau reviu lainnya.

Page 33: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 26

4. Pengomunikasian Tindak Lanjut Hasil Audit dan Reviu

Lainnya

Pengomunikasian tindak lanjut merupakan kegiatan

yang melibatkan pimpinan instansi pemerintah dan pejabat

unit di bawahnya dengan tim dan pimpinan unit/instansi yang

melaksanakan audit atau reviu lainnya. Beberapa hal yang

perlu dibangun dalam pengomunikasian tindak lanjut hasil

audit dan reviu lainnya adalah:

a. Komunikasi yang efektif harus dibangun dengan tim

audit/tim reviu pada saat pelaksanaan audit. Pimpinan

instansi pemerintah dan pejabat unit terkait dengan proses

audit dan reviu lainnya harus memastikan keandalan

temuan hasil audit atau reviu lainnya pada saat

pembahasan temuan tersebut dengan tim audit atau tim

reviu.

b. Pimpinan instansi pemerintah dan pejabat unit terkait

harus mengapresiasi temuan-temuan hasil audit atau reviu

lainnya yang bersifat memperkuat sistem pengendalian

intern, dan mendiskusikan dengan tim audit/tim reviu

terkait mengenai permasalahan yang ditemukan.

c. Dalam hal temuan hasil audit dan hasil reviu lainnya

berdasarkan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan

tidak tepat, maka informasi berupa tanggapan atas hasil

audit dan hasil reviu lainnya supaya segera disampaikan

kepada tim audit/tim reviu, dan diupayakan adanya

persepsi yang sama mengenai permasalahan tersebut,

sehingga dicapai kesepakatan bahwa temuan hasil audit

dan hasil reviu tersebut tidak perlu ditindaklanjuti.

Page 34: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 27

d. Pimpinan instansi harus memberi perhatian terhadap

semua temuan hasil audit dan hasil reviu lainnya, yang

sudah disepakati dan harus segera ditindaklanjuti. Untuk

mencapai tindak lanjut yang efisien dan efektif, pimpinan

instansi pemerintah atau pejabat unit terkait, terlebih

dahulu dapat melakukan konsultasi dengan pimpinan

instansi yang mengaudit atau mereviu.

e. Pimpinan instansi pemerintah dalam kesempatan pertama

segera menginformasikan kepada pimpinan instansi yang

melakukan audit dan reviu lainnya, berkaitan dengan

pelaksanaan tindak lanjut yang telah dilakukan oleh

instansi pemerintah atau unit di bawahnya.

f. Pimpinan instansi pemerintah harus memiliki database

yang mencatat semua informasi hasil audit dan hasil reviu,

berdasarkan laporan hasil audit dan hasil reviu yang

diterima dari instansi/unit yang melakukan audit dan reviu

lainnya. Database tersebut di-update berdasarkan tindak

lanjut hasil audit dan reviu lainnya yang telah dilaksanakan

dan disetujui oleh instansi yang melakukan audit dan reviu

lainnya. Hasil updating database tersebut dilaporkan oleh

pejabat yang mengoordinasikan tindak lanjut hasil audit

dan reviu lainnya kepada pimpinan instansi pemerintah.

5. Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut

Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut hasil audit

dan reviu lainnya merupakan tahap penting yang harus

dilakukan oleh instansi pemerintah, dengan maksud untuk

memastikan bahwa tindak lanjut yang dilakukan telah dapat

memperbaiki kondisi yang tidak diharapkan, atau

Page 35: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 28

menghilangkan penyebab dari kelemahan, serta memberikan

penekanan kepada pimpinan instansi pemerintah atau pejabat

unit di bawahnya bahwa dengan sudah dilaksanakannya

tindak lanjut atas temuan hasil audit dan hasil reviu tersebut,

maka temuan yang sama diharapkan tidak terjadi berulang-

ulang di tempat yang sama.

Beberapa hal yang harus dibangun dalam rangka

pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut hasil audit dan

hasil reviu adalah:

a. Pimpinan instansi pemerintah bersama-sama dengan

pimpinan instansi/unit yang melaksanakan audit dan reviu

lainnya, secara berkala melakukan koordinasi untuk

melakukan pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut

hasil audit dan hasil reviu lainnya.

b. Untuk efektivitas pemantauan tindak lanjut hasil audit,

pimpinan instansi pemerintah dapat mendelegasikan tugas

pemantauan tersebut kepada pejabat unit di bawahnya.

c. Secara berkala pejabat unit yang mempunyai tugas

melakukan koordinasi untuk pelaksanaan tindak lanjut,

melaporkan hasil tindak lanjut hasil audit dan reviu lainnya

kepada pimpinan instansi pemerintah.

d. Pimpinan instansi pemerintah harus melakukan analisis

yang cukup terhadap temuan-temuan hasil audit dan reviu

lainnya yang tidak dapat ditindaklanjuti secara tuntas.

Hasil analisis tersebut dapat digunakan oleh pimpinan

instansi pemerintah untuk memutuskan alternatif tindak

lanjut yang harus dilakukan agar permalahan temuan audit

dan reviu lainnya menjadi tuntas, dan kegiatan organisasi

dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif.

Page 36: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 29

e. Pimpinan instansi pemerintah juga harus melakukan

evaluasi yang cukup atas efektivitas pelaksanaan tindak

lanjut hasil audit, yang dilakukan dengan maksud agar

kondisi yang menunjukkan kelemahan sistem

pengendalian intern dan penyebab dari kelemahan yang

ditemukan, sudah dapat diatasi serta mencegah agar

permasalahan yang sama tidak terulang dalam

pelaksanaan kegiatan yang sama.

D. Tahap Pelaporan

Setelah tahap pelaksanaan selesai, seluruh hasil kegiatan

evaluasi harus disusun dalam bentuk laporan. Laporan ini

terpisah dari laporan berkala yang dibuat oleh pimpinan instansi

pemerintah, tetapi bagian dari pelaporan tentang

penyelenggaraan SPIP secara keseluruhan.

Laporan hasil evaluasi terpisah, sekurang-kurangnya

memberikan informasi sebagai berikut:

1. Pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari:

a. Kegiatan pemahaman, antara lain kegiatan sosialisasi

(ceramah, diskusi, seminar, rapat kerja, dan fokus grup)

mengenai pengendalian intern.

b. Kegiatan pemetaan keberadaan dan penerapan

infrastruktur, yang antara lain berisi: 1) pemetaan

keberadaan kebijakan dan prosedur yang mendukung

pengendalian intern, 2) rencana tindak yang tepat untuk

menyempurnakan pengendalian intern yang ada.

Page 37: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 30

c. Kegiatan pembangunan infrastruktur, yang antara lain

menyusun kebijakan dan prosedur yang diperlukan untuk

memperkuat pengendalian intern.

d. Kegiatan internalisasi, yang antara lain berisi: 1) kegiatan

sosialisasi kebijakan dan prosedur untuk memperkuat

pengendalian intern, 2) kegiatan yang memastikan seluruh

pegawai telah menerima informasi dan memahami

kebijakan dan prosedur untuk memperkuat pengendalian

intern.

e. Kegiatan pengembangan berkelanjutan, yang antara

lain berisi: 1) kegiatan pemantauan penerapan kebijakan

dan prosedur yang memperkuat pengendalian intern,

2) memantau pelaksanaan tindak lanjut hasil evaluasi

terpisah, audit, dan reviu lainnya.

2. Hambatan kegiatan

Apabila ditemukan hambatan-hambatan dalam

pelaksanaan kegiatan yang menyebabkan tidak tercapainya

target/tujuan kegiatan tersebut, agar penyebabnya dijelaskan.

3. Saran

Saran diberikan berkaitan dengan ditemukannya

kelemahan pengendalian intern atau pengendalian intern

yang tidak efektif. Saran yang diberikan berupa langkah-

langkah untuk mengatasi kelemahan pengendalian intern dan

menghilangkan terjadinya kelemahan pengendalian tersebut.

Saran yang diberikan agar yang realistis dan benar-benar

dapat dilaksanakan.

Page 38: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 31

4. Tindak lanjut atas saran periode sebelumnya

Bagian ini mengungkapkan tindak lanjut yang telah

dilakukan atas saran yang telah diberikan pada kegiatan

periode sebelumnya.

Laporan hasil evaluasi terpisah ini merupakan bahan

dukungan bagi penyusunan laporan berkala dan tahunan

(penjelasan penyusunan laporan dapat dilihat pada Pedoman

Teknis Umum Penyelenggaraan SPIP). Penyusunan laporan

hasil evaluasi terpisah menjadi tanggung jawab pelaksana

evaluasi terpisah. Laporan disampaikan kepada pimpinan

instansi pemerintah.

Page 39: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 32

Page 40: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah

5.2 Evaluasi Terpisah 33

BAB IV

PENUTUP

Evaluasi terpisah dan tindak lanjut yang efektif merupakan

salah satu unsur penting dalam pemantauan atas kinerja SPIP.

Dengan dilaksanakannya kedua hal ini secara efektif,

memungkinkan dilaksanakannya kewajiban pengendalian intern

dan tanggung jawab operasional secara optimal.

Evaluasi terpisah dan tindak lanjut menunjukkan arti strategis

aspek pemantauan pengendalian intern terhadap pelaksanaan

pengendalian intern secara keseluruhan. Tanpa melaksanakan

pemantauan yang teratur dan sistematis, keempat aspek lainnya

yang telah dibangun dengan sumber daya yang besar akan menjadi

tidak efektif, karena tidak mendapatkan umpan balik berupa

penilaian dan perbaikan guna penyempurnaan sistem pengendalian

intern pada suatu organisasi.

Pedoman ini disusun untuk memberikan acuan praktis bagi

pimpinan instansi pemerintah dalam menciptakan dan

melaksanakan sistem pengendalian intern, khususnya pada unsur

pemantauan dengan sub unsur evaluasi terpisah dan tindak lanjut

di lingkungan instansi yang dipimpinnya.

Hal-hal yang dicakup dalam pedoman teknis ini adalah acuan

mendasar yang berlaku secara umum bagi seluruh instansi

pemerintah, yang minimal harus dipenuhi dalam menerapkan

evaluasi terpisah dan tindak lanjut, namun tidak mengatur secara

spesifik bagi instansi tertentu. Instansi pemerintah hendaknya dapat

mengembangkan lebih jauh langkah-langkah yang perlu diambil,

sesuai dengan kebutuhan organisasi, dengan tetap mengacu dan tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sesuai dengan perkembangan teori dan praktik-praktik sistem

pengendalian intern, pedoman ini dapat disesuaikan di kemudian hari.

Page 41: 5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah