52 bab 2 sumatera utara dan pemuda pancasila

58
Universitas Indonesia 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA: PERSPEKTIF HISTORIS, DINAMIKA SOSIAL, EKONOMI, DAN POLITIK Bab ini akan menjelaskan latar belakang berdirinya Pemuda Pancasila di Sumatera Utara terkait dengan situasi politik nasional setelah Indonesia merdeka hingga Orde Lama yang menyebabkan banyak kelompok organisasi yang berada di Jakarta dan daerah membutuhkan dukungan massa yang besar. Ketidakstabilan politik pada masa Demokrasi Parlementer juga menimbulkan pengelompokan di tingkat akar rumput. Tidak terkecuali di Sumatera Utara, kekuatan-kekuatan politik nasional berusaha untuk “menggarap” seluruh satuan sosial masyarakat. Salah satu organisasi yang dibentuk untuk memobilisasi anak-anak jalanan yang berusia muda dan para preman di Sumatera Utara itu adalah Pemuda Pancasila. Dalam perkembangannya Pemuda Pancasila menjadi salah satu organisasi yang banyak membantu militer untuk mendukung pemerintah Orde Baru di daerah-daerah termasuk di Sumatera Utara. Setelah jatuhnya pemerintahan Orde Baru, Pemuda Pancasila harus beradaptasi dengan sistem politik yang telah berubah. Tidak ada kekuatan mayoritas sejak reformasi digulirkan dan tokoh-tokoh lokal mendapat peran tersendiri di daerahnya masing-masing sejalan dengan kebijakan otonomi daerah. Pada saat itulah, Pemuda Pancasila yang dikenal selalu mengandalkan kekuatan kekerasan memberikan pengaruhnya kepada otoritas politik lokal seperti partai politik, lembaga legislatif, dan eksekutif. 2.1. Sejarah Lahirnya Pemuda Pancasila Sumatera Utara dulunya dikenal dengan nama Sumatera Timur yang menjadi salah satu wilayah perkebunan di Indonesia. Sumatera Timur adalah daerah dataran rendah yang sangat luas. Menurut Karl J. Pelzer luas seluruh daerah Sumatera Timur mencapai 31.715 km 2 . Di daerah ini terdapat hutan-hutan Payau (Mangrove) yang ditumbuhi oleh pohon bakau dan nipah. Banyak sekali ditemukan sungai-sungai yang bermuara ke Selat Malaka. Di sepanjang sungai-sungai itu, tertutama di muara sungai, tumbuh dengan lebat pohon nipah dan bakau. Sungai yang berhulu di Dataran Tinggi Karo dan Simalungun itu membawa sisa-sisa debu halus, pasir, tanah gembur dan 52

Upload: vutuyen

Post on 12-Jan-2017

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

52

BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA:

PERSPEKTIF HISTORIS, DINAMIKA SOSIAL, EKONOMI, DAN POLITIK

Bab ini akan menjelaskan latar belakang berdirinya Pemuda Pancasila di

Sumatera Utara terkait dengan situasi politik nasional setelah Indonesia merdeka

hingga Orde Lama yang menyebabkan banyak kelompok organisasi yang berada di

Jakarta dan daerah membutuhkan dukungan massa yang besar. Ketidakstabilan politik

pada masa Demokrasi Parlementer juga menimbulkan pengelompokan di tingkat akar

rumput. Tidak terkecuali di Sumatera Utara, kekuatan-kekuatan politik nasional

berusaha untuk “menggarap” seluruh satuan sosial masyarakat. Salah satu organisasi

yang dibentuk untuk memobilisasi anak-anak jalanan yang berusia muda dan para

preman di Sumatera Utara itu adalah Pemuda Pancasila. Dalam perkembangannya

Pemuda Pancasila menjadi salah satu organisasi yang banyak membantu militer untuk

mendukung pemerintah Orde Baru di daerah-daerah termasuk di Sumatera Utara.

Setelah jatuhnya pemerintahan Orde Baru, Pemuda Pancasila harus beradaptasi

dengan sistem politik yang telah berubah. Tidak ada kekuatan mayoritas sejak

reformasi digulirkan dan tokoh-tokoh lokal mendapat peran tersendiri di daerahnya

masing-masing sejalan dengan kebijakan otonomi daerah. Pada saat itulah, Pemuda

Pancasila yang dikenal selalu mengandalkan kekuatan kekerasan memberikan

pengaruhnya kepada otoritas politik lokal seperti partai politik, lembaga legislatif, dan

eksekutif.

2.1. Sejarah Lahirnya Pemuda Pancasila

Sumatera Utara dulunya dikenal dengan nama Sumatera Timur yang menjadi

salah satu wilayah perkebunan di Indonesia. Sumatera Timur adalah daerah dataran

rendah yang sangat luas. Menurut Karl J. Pelzer luas seluruh daerah Sumatera Timur

mencapai 31.715 km2. Di daerah ini terdapat hutan-hutan Payau (Mangrove) yang

ditumbuhi oleh pohon bakau dan nipah. Banyak sekali ditemukan sungai-sungai yang

bermuara ke Selat Malaka. Di sepanjang sungai-sungai itu, tertutama di muara sungai,

tumbuh dengan lebat pohon nipah dan bakau. Sungai yang berhulu di Dataran Tinggi

Karo dan Simalungun itu membawa sisa-sisa debu halus, pasir, tanah gembur dan

52

Page 2: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

53

endapan lumpur.1 Akibatnya daerah Pantai Timur bertambah luas masuk ke Selat

Malaka. Tanah-tanah di sepanjang Pantai Timur Sumatera ini menjadi lahan subur

untuk pertanian, terutama untuk mendukung industri perkebunan. Dampak

perkembangan ekonomi perkebunan juga telah mengubah komposisi demografis.

Mengalirnya ratusan ribu buruh dan kaum pendatang lainnya ke ”Het Dollar Land”

Sumatera Timur, akhirnya menyebabkan penduduk asli turun menjadi minoritas. Suku

Jawa menjadi komunitas tunggal yang terbesar, sedangkan orang China menempati

urutan ketiga.

Penduduk kota itu telah melahirkan suatu budaya baru yang terlepas dari

lingkungan budaya asalnya dan wewenang Kerajaan Melayu. Mereka adalah rakyat

gubernemen, bukan rakyat kerajaan.2 Komunikasi di antara mereka semakin lancar

dengan diakuinya Bahasa Melayu sebagai Bahasa Nasional pada tahun 1928.

Pengakuan ini penting artinya dalam menumbuhkan budaya baru yang bersifat

nasional di kota Medan. Hamka dalam ”Merantau ke Deli” mendeskripsikan, bahwa

Anak Deli adalah tunas yang paling mekar dalam pembangunan bangsa Indonesia.

Anak Deli adalah keturunan campuran dari berbagai etnis yang bebas dari kungkungan

budaya tradisional.3 Kaum pendatang sebagian besar tinggal di kota-kota besar.

Mereka bekerja sebagai kerani, guru sekolah, pedagang kaki lima, dan sebagainya.

Penduduk asli Sumatera Timur adalah kelompok etnis Melayu, Batak Karo dan

Batak Simalungun.4 Etnis Melayu Pesisir Sumatera Timur mendiami daerah Pantai

Timur Sumatera. Bahwa yang dimaksud dengan etnis Melayu adalah golongan bangsa

yang menyatukan dirinya dalam pembauran ikatan perkawinan antar etnis serta mema-

kai adat resam Melayu serta mayoritas beragama Islam. Keahlian khas raja-raja

Melayu adalah kemampuannya menjalin hubungan yang saling menguntungkan

dengan penduduk dari suku-suku lainnya tanpa mengorbankan identitas mereka.

Keahlian inilah yang memungkinkan Kerajaan Melayu berkuasa di Bandar-Bandar

                                                                                                                         1 Karl J. Pelzer. 1985. Toen Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan. Jakarta: Sinar Harapan. hal. 34. 2 Orang China, Keling, dan orang asing lainnya yang tinggal di wilayah kerajaan menjadi rakyat gubernemen. Mededeelingen van den Burgerlijken. Geneeskundigen Dienst in Nederlandsch- Indie (MBGD), 1912-1925 hal. 34, 96, dan 162; Mahadi. 1978. Sedikit Sejarah Perkembangan Hak-hak Suku Melayu Atas Tanah di Sumatera Timur (Tahun 1800-1975), Bandung: Alumni. hal. 76. 3 Hamka. 1966. Merantau ke Deli. cet. ke-3. Kuala Lumpur: Pustaka Antara. hal. 56. 4 Anthony Reid menyebut Sumatera Timur sebagai kampung halamannya penduduk Melayu, Batak Karo dan Batak Simalungun yang bekerja sebagai petani. Anthony Reid. 1987. Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera. Jakarta: Sinar Harapan. hal. 87.

Page 3: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

54

Pantai Timur Sumatera, menggantikan pengaruh Aceh yang pernah memperkenalkan

gagasan kerajaan di kalangan suku-suku Batak Karo dan Simalungun.5

Tumbuh kembangnya pelbagai perkumpulan atau organisasi, baik yang bersifat

kedaerahan, keagamaan, kepemudaan, kemahasiswaan, kepartaian dan lain-lain tidak

dapat dilepaskan dari situasi politik pada masanya. Masa awal kemerdekaan, terutama

antara 1950-an hingga tahun 1960, sering disebut masa Demokrasi Liberal.

Bermacam-macam organisasi atau perkumpulan tumbuh di mana-mana. Gejala ini

tentu tidak dapat dilepaskan dari dorongan pemerintah, sebagaimana termuat dalam

“MAKLUMAT PEMERINTAH” yang ditandatangani pada 3 November 1945 oleh

Wakil Presiden Mohammad Hatta.6 Implikasi dari Maklumat tersebut di Sumatera

Utara, khususnya Kota Medan, adalah berdiri berbagai cabang organisasi untuk

merekrut anggota sebanyak-banyaknya. Tujuannya tidak lain adalah untuk

memenangkan pemilihan umum nasional yang sejak 5 Oktober 1945 sudah dijanjikan

akan dilaksanakan pemerintah pada Januari tahun 1946.7

Keadaan Kota Medan semakin rumit dan tidak menentu setelah timbulnya

gerakan sebagaimana diistilahkan dengan kata “revolusi sosial’ di Sumatera Timur

(April 1946). Sebagian besar anggota keluarga sultan-sultan Melayu ditangkap,

dibunuh dan hartanya dirampok. Revolusi sosial ini diumumkan oleh Wakil

Gubernur Sumatera, DR. Amir, yang mendapat tekanan dari kelompok kiri

(komunis). Kelompok kiri berusaha meyakinkan massa rakyat bahwa Kesultanan

Melayu berkhianat pada Revolusi Indonesia, karena beberapa hari setelah sekutu

mendarat pihak Kesultanan mengundang seorang pejabat tinggi Belanda untuk

menghadiri upacara penobatan Sultan Osman Sani dan pemakaman almarhum

ayahnya yang digantikannya.8 Revolusi sosial yang belakangan diketahui diatur

dan disusupi oleh unsur-unsur PKI (Partai Komunis Indonesia) ini, walaupun

singkat sempat mengakibatkan berlakunya “keadaan darurat” di seluruh Sumatera

Timur.9

                                                                                                                         5 Ibid. hal.24. 6 Anonimous, Kepartaian di Indonesia. 1951. Jakarta: Kementerian Penerangan Republik Indonesia. Pepora 8. 7 Daniel Dhakidae. 1981. “Partai Politik dan Sistem Kepartaian di Indonesia” dalam Jurnal PRISMA, Desember 1981. hal. 18. 8 Usman Pelly dan Darmono. 1981. Pandangan tentang Makna Hidup Transisionalitas Masyarakat: Studi Kasus Sumatera Utara. Jakarta: IDSN Depdikbud.hal. 202-203. 9 Sjahnan. 1982. Dari Medan Area ke Pedalaman dan Kembali ke Kota Medan. Medan: Dinas Sejarah Kodam-II/BB hal. 30

Page 4: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

55

Era revolusi kemerdekaan hingga tahun 1950, cukup kuat memberi alasan

betapa keadaan saat itu dikatakan amat tidak aman. Masyarakat Sumatera Utara

umumnya, khususnya di Medan, merasakan situasi yang demikian mencekam itu.

Sehingga begitu memasuki era 1950-an, sekalipun di sana-sini masih terjadi

berbagai pergolakan, namun secara historis masyarakat mengenalnya sebagai masa

aman. Pada era inilah implementasi Maklumat Pemerintah 3 November 1945

mendapat momentum baru. Organisasi masa, perkumpulan-perkumpulan, serta

organisasi partai tumbuh dan berkembang menjalankan misi dan program-program

politiknya. Pertarungan antar partai untuk merebut pusat-pusat kekuasaan dan

penentuan kebijakan negara berlangsung secara terbuka. Pergolakan-pergolakan

yang terjadi di seluruh Indonesia itu bukan lagi dalam rangka menghadapi musuh

dari luar. Akan tetapi pergolakan itu lebih disebabkan oleh perbedaan-perbedaan

pendapat dan kepentingan antar partai politik yang berpengaruh dan bermassa

besar di dalam negeri.

Di antara partai-partai politik yang terbilang jumlahnya di masa itu,

pertikaian ideologi dan kompetisi untuk menghimpun kekuatan dengan

mengumpulkan anggota sebanyak-banyaknya dari masyarakat merupakan isu

sentral. Tiap-tiap organisasi/partai berlomba-lomba untuk tampil di panggung

politik, menentukan format dan arah kebijakan Republik Indonesia yang baru

merdeka. Ada yang muncul sebagai partai dengan ideologi agama, ideologi

kebangsaan, dan ada pula dengan ideologi luar. Sebagian berbasis umat dan

sebagian lagi berbasis okupasi dan kelas sosial. Seluruhnya tampil dengan

mengklaim satu kerangka politik umum mempertahankan dan mengisi

kemerdekaan.

Perbedaan-perbedaan di antara partai politik dan organisasi itu selalu

bermuara pada pertikaian yang berlarut-larut dan sulitnya mencapai kesepakatan.

Setiap partai tidak peduli dengan masalah yang timbul akibat ketidaksepakatan

mereka. Mereka hanya peduli pada upaya memperkuat basis-basis sosial partainya

di kalangan masyarakat. Bermacam-macam instrumen digunakan untuk merekrut

anggota partai sebanyak-banyaknya. Salah satu di antara instrumen yang paling

populer adalah setiap partai politik mendirikan organisasi masyarakat agar dapat

menjangkau massa yang lebih luas. Praktik perluasan massa pendukung di semua

lapisan masyarakat, menyebabkan terjadinya pertikaian di antara kelompok

Page 5: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

56

masyarakat. Pertikaian tidak lagi hanya terbatas di dalam parlemen, tetapi meluas

di dalam kehidupan masyarakat.

Mahasiswa, pelajar, pekerja/karyawan (buruh), petani, nelayan, seniman,

pers dan lain-lain adalah kelompok masyarakat yang selalu menjadi sasaran partai

politik untuk memperluas massa pendukungnya. Sasarannya tidak terbatas pada

masyarakat yang tinggal di perkotaan tetapi juga pada masyarakat yang tinggal di

pedesaan. Sehingga tidak ada satu kelompok sosial pun dalam masyarakat yang

tidak disentuh oleh partai politik, kecuali kelompok sosial yang pada masa itu

dipandang sangat tidak mempunyai “greget” untuk merekrut massa, yakni anak

jalanan. Di Medan kelompok anak jalanan terdiri dari para preman dan anak-anak

cross-boys yang berpusat di seputar kota. Kelompok ini nampaknya tidak tergarap

oleh kekuatan-kekuatan partai politik yang mendekati seluruh satuan sosial di

masyarakat. Para anak jalanan atau preman yang berlainan kampung ini sering

terlibat perkelahian antar sesamanya.

Anak-anak jalanan yang menghuni perkampungan-perkampungan di seputar

pusat kota, bermain ke daerah pusat, untuk menguasai wilayah di sekitar bioskop

dan pusat-pusat pertokoan. Situasi itu mendorong pihak keamanan untuk

mengantisipasi berbagai kemungkinan perkelahian yang dapat menimbulkan

kerusakan-kerusakan di pusat kota. Kecuali karena alasan itu, adanya petugas

penjaga malam disebabkan oleh pengumuman darurat perang di Sumatera Utara

akibat keputusan yang dilakukan Kolonel Simbolon, Panglima Daerah Militer I,

pada 22 Desember 1956 memutuskan hubungan Sumatera Utara dan Kabinet Ali

Sastroamidjoyo.

Pada malam hari daerah kota terpaksa diawasi oleh petugas jaga malam dari

anggota militer. Pasukan jaga malam ini dipimpin Kolonel Sukardi dari Kodam I

Bukit Barisan. Sebagai pelaksana, pihak militer merekrut anak-anak jalanan untuk

ditugaskan sebagai penjaga malam (hermandat). Hal ini dimungkinkan karena pada

masa itu telah terdapat suatu perkumpulan yang bernama Perkumpulan Pemuda

Kotamadya Medan (P2KM). Perkumpulan ini melibatkan banyak anggota

kelompok anak jalanan yang tersebar di perkampungan sekeliling kota. Kelompok

ini dibentuk di Jalan Amaliun, di rumah salah seorang anggota, dan diketuai oleh

Effendi Nasution dengan sekretaris bernama Anwar. Karena pada masa itu isu

mengenai pembebasan Irian Barat juga telah mengemuka, di mana setiap kabinet

Page 6: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

57

pada masa itu mencantumkan masalah Irian Barat sebagai salah satu programnya,

maka P2KM juga dinamakan PDIB (Pasukan Djibaku Irian Barat). Pada saat inilah,

politik yang menjadi pembicaraan keseharian masyarakat, mulai masuk dalam

kehidupan para anak jalanan alias preman Kota Medan.

Begitu kuatnya keingingan warga untuk berpolitik, dalam arti merebut

pengaruh dan kekuasaan dalam negara, menyebabkan perhatian pada ekonomi

nyaris terabaikan. Strategi-strategi untuk mengembangkan sumber daya ekonomi

negara kurang mendapat perhatian dalam arus pemikiran umum elit politik pada

masa itu. Aktivitas-aktivitas ekonomi kurang terprogram secara berarti dalam

kebijakan pemerintah. Ia dibiarkan berkembang begitu saja seperti sediakala,

meniru dan mengikuti keadaan yang ada di masa-masa sebelumnya. Tetapi dalam

keadaan itu sentralisasi ekonomi oleh negara justru terus berlangsung sehingga

ketimpangan ekonomi antara pusat dan daerah menjadi begitu terasa. Akibatnya

kekuatan ekonomi di masing-masing daerah semakin melemah untuk

mensejahterakan penduduk yang hidup di daerah tersebut. Orang-orang

menganggur (preman) makin bertambah jumlahnya, baik karena kehilangan

pekerjaan maupun karena ketinggalan dalam pendidikan akibat kemiskinan atau

tiadanya kesempatan. Pemberontakan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik

Indonesia) tahun 1959 di Sumatera Barat, adalah salah satu pemberontakan yang

menuntut desentralisasi kebijakan ekonomi. Begitu pula pemberontakan

PERMESTA Sulawesi Selatan yang disebabkan oleh penolakan kebijakan

sentralisasi ekonomi oleh pemerintah pusat.10

Penurunan dominasi partai politik dalam kegiatan politik nasional, juga

tampak ketika Presiden Soekarno mengangkat Ir. Djuanda menjadi Perdana

Menteri. Susunan kabinet dibentuk tidak lagi berdasarkan kekuatan-kekuatan partai

melainkan diangkat berdasarkan hubungan pribadi masing-masing. Hubungan                                                                                                                          10 Koentjaraningrat. 1993. Masalah Kesukubangsaan dan Integrasi Nasional. Jakarta: Universitas Indonesia. hal. 24. Pemberontakan tersebut terjadi karena adanya pertikaian politik yang bukan saja telah menghalangi konsensus di parlemen, tetapi juga menyebabkan terabaikannya aspek ekonomi/ kesejahteraan rakyat banyak. Oleh karena itu, atas prakarsa dan dukungan Angkatan Darat, Presiden menunjukkan kekuasaannya lewat Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan sekaligus mengakhiri era Demokrasi Liberal. Lihat juga Adnan Buyung Nasution. 1998. The Transition to Democracy Lessons from the Tragedy of Konstituante. Center for Political and Regional Studies, Indonesian Institute of Science: Ford Foundation; Ahmad Syafi'i Ma'arif. 1988. Islam dan Politik di Indonesia: Pada Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965). Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. hal. 32; Alfian 1977. (ed). Segi-Segi Sosial Budaya Masyarakat Aceh: Hasil-Hasil Penelitian dengan Metode Grounded Research. 1977. hal. 10; Deliar Noer. 2000. Partai Islam di Pentas Nasional: Kisah dan Analisis Perkembangan Politik Indonesia 1945-1965. Bandung: Penerbit PT. Mizan. hal. 31.

Page 7: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

58

kedekatan dengan presiden jauh lebih menentukan karena peranan parlemen sudah

lumpuh sama sekali. Tetapi konflik antar partai bukannya mereda, beberapa partai

seperti PKI yang dekat dengan presiden, makin berkibar dan menggilas partai-

partai lain disekitarnya. Termasuk Partai Masyumi yang turut dibubarkan tahun

1960 karena alasan keterlibatan tokohnya dalam pemberontakan.

Lain halnya dengan IPKI yang kecil –karena kalah dalam Pemilu 1955– di

masa ini justru dapat membangun kekuatan. Kekalahan IPKI yang didukung

kalangan Angkatan Darat pada Pemilu 1955 itu, seakan memberi pelajaran banyak

pada elit partainya. Konsolidasi IPKI dalam kongresnya di Lembang (Jawa Barat),

pada tanggal 28 Oktober 1959, memunculkan gagasan untuk merekrut pemuda

sebagai salah satu pilar pendukungnya. Kongres itu juga mengeluarkan mandat

kepada fungsionaris partai di seluruh Indonesia untuk membentuk organisasi masa

pendukung partai (onderbouw), yang dinamakan “karyawan” IPKI. Partai yang

diresmikan menjadi partai politik pada tahun 1961 inilah yang kemudian menjadi

bukti bahwa, hanya angkatan bersenjata sajalah yang bisa lebih leluasa bergerak

menandingi kekuatan PNI dan PKI yang dekat dengan Bung Karno pada era

Demokrasi Terpimpin.

Menurut Spego Goni, dalam kapasitasnya sebagai fungsionaris IPKI, ia

telah merintis pembentukan Pemuda Pancasila sejak dini.11 Nama “Pemuda

Pancasila” itu sudah pernah dicantumkannya dalam buku tamu di sebuah acara

resmi, yakni pada Peringatan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1959 di Gedung

LAN Jl. Veteran Jakarta. Kehadiran Spego Goni dalam acara tersebut sebetulnya

mewakili IPKI Jakarta Raya. Oleh sebab itu, menurut Spego Goni, dialah orang

yang pertama mencetuskan nama Pemuda Pancasila dan dia pula orang yang

membawa delegasi Pemuda Pancasila (Mei 1961) pertama menjadi onderbouw

IPKI ke hadapan Ny. Ratu Aminah Hidayat (Ketua Umum DPP IPKI) ketika itu.12

                                                                                                                         11 Spego Goni. 1964. Sekali Lajar Terkembang, Surut Kita Berpantang. Djakarta: Pemuda Pantjasila. hal. 63. 12 Ny. Ratu Aminah saat itu adalah istri dari Kolonel Hidayat Martaatmadja (Kepala Staf Komandemen). Ia aktif di bidang politik dan salah seorang pengagum ajaran-ajaran dan pemikiran Soekarno. Kedudukan Ratu Aminah sebagai Ketua IPKI, yang sangat dekat dengan para perwira ketika itu, membuat Pemuda Pancasila menjadi organisasi pemuda yang baru lahir namun diperhitungkan dalam konstelasi politik nasional. Lihat H. Rosihan Anwar. Mengenang Jendral Hidayat Martaatmadja. dalam http://www.kompas.com/kompas-cetak/0512/02/opini/2256766.htm. Diakses tanggal 10 Mei 2012.

Page 8: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

59

Sampai tanggal 28 Oktober 1960 embrio organisasi Pemuda Pancasila versi

Spego Goni belum diizinkan mengikuti Kongres Pemuda di Bandung.

Penyebabnya adalah Pemuda Pancasila belum terdaftar sebagai organisasi pemuda.

Tetapi pada tanggal 27 April 1961, kira-kira enam bulan kemudian, Pemuda

Pancasila diterima sebagai anggota “Front Pemuda”. Namun Spego Goni tidak

menjelaskan alasan yang menyebabkan Pemuda Pancasila pada saat itu dapat

diterima, jika pada tahun 1960 masih ditolak mengikuti Kongres Pemuda.

Diterimanya Pemuda Pancasila ke dalam Front Pemuda terkait dengan

keberadaan Ny. Ratu Aminah Hidayat (Ketua Umum IPKI).13 Sehingga tidak

mengherankan kalau organisasi pemuda yang bernaung di bawah bendera partainya

itu diterima menjadi anggota Front Pemuda. Namun yang perlu disimak adalah

bahwa di dalam Front Nasional itu sendiri terdapat unsur PKI yang diketahui

sangat anti kepada Pancasila. Tentu saja unsur PKI tersebut dengan sangat berat

hati menerima keanggotaan Pemuda Pancasila. Tetapi dengan konsep NASAKOM

yang digulirkan Presiden Soekarno serta didukung sepenuh hati oleh PKI maka

secara formal unsur komunis di Front Nasional tak berdaya menolaknya.

Sampai saat ini sejarah tentang penggunaan nama Pemuda Pancasila versi

lain selain dari yang sudah dibuat Spego Goni, secara tertulis belum dapat

ditemukan. Oleh sebab itu pendapat-pendapat yang bernada menggugat

kebenarannya, seperti banyak beredar di kalangan anggota Pemuda Pancasila

dewasa ini, sulit diyakini kekuatannya. Memang kemungkinan adanya kekeliruan

tentang hal itu sebetulnya masih sangat terbuka. Intensitas komunikasi antar daerah

pada masa itu dapat dibayangkan masih sangat terbatas. Sehingga informasi

tentang perkembangan dari pelaksanaan mandat kongres IPKI Lembang (1959)

guna mendirikan organisasi pemuda IPKI di daerah-daerah di luar Jawa umumnya

atau Jakarta khususnya, tidak dapat diketahui seluruhnya. Inilah alasan yang umum

dikemukakan untuk menggugat lukisan sejarah yang diajukan Spego Goni. Apalagi

jika dalam kongres Lembang sendiri sebetulnya sudah ada dibicarakan nama dari

wadah pemuda IPKI yang akan didirikan adalah Pemuda Pancasila, maka klaim

Spego Goni patut diragukan. Ada kemungkinan di daerah lain telah didirikan

Pemuda Pancasila menyusul mandat yang dikeluarkan kongres. Akan tetapi,                                                                                                                          13 Ketika itu Ratu Aminah Hidayat sangat disegani oleh para tentara. Kedudukannya sebagai pendiri Persatuan Kaum Ibu Tentara (PKIT) yang kemudian dikenal sebagai Persit, menjadikannya sosok wanita yang diperhitungkan di kalangan para tentara yang menolak keberadaan PKI.

Page 9: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

60

disinilah kekurangannya, dokumen kongres IPKI Lembang sendiri pada saat ini

tidak tersimpan di tangan para aktivitas Pemuda Pancasila yang ingin menggugat.

Pemuda Pancasila lahir tak lama setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959

ditetapkan. Kesepakatan tentang hal itu di antara anggota Pemuda Pancasila dapat

diyakini bahwa Pemuda Pancasila lahir di tengah-tengah situasi politik nasional

yang tidak demokratis. Kelompok yang tidak setuju terhadap Nasakom dan

komunis, dapat diduga akan mengalami kesulitan untuk berkembang. Tantangan

yang dihadapi oleh “bayi” Pemuda Pancasila tentu tidak kecil. Partai Komunis

Indonesia yang diketahui sangat “mesra” berhubungan dengan Bung Karno

menjadi penghalang bagi gerakan yang dilakukan Pemuda Pancasila. Sejarah

membuktikan tidak sedikit aparat pemerintahan, sipil maupun militer, pada masa

itu bersimpati kepada Partai Komunis Indonesia. Mereka bahkan terlibat langsung

dalam usaha PKI untuk menggantikan Pancasila dengan Komunisme sebagai Dasar

Negara Republik Indonesia.

Setelah Dekrit Presiden, pemerintah mengeluarkan kebijakan

menyederhanakan partai-partai politik yang ada melalui Penpres 7 Tahun 1959 dan

Penpres 13 Tahun 1959. Partai-partai diwajibkan menerima Manifesto Politik

Republik Indonesia (Manipol) dan USDEK (Undang-Undang Dasar 1945,

Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin dan Kepribadian

Indonesia) disamping ideologi masing-masing partai. Semua partai politik

diwajibkan melaporkan kembali partainya kepada pemerintah. Setiap partai harus

mendaftar kembali sesuai persyaratan yang ditentukan oleh pemerintah. Syarat-

syaratnya antara lain harus mempunyai cabang yang tersebar paling sedikit

seperempat jumlah daerah Tingkat I dan jumlah cabang di daerah Tingkat I

bersangkutan minimal sebanyak seperempat daerah Tingkat II, jumlah anggota

seluruhnya minimal 150.000 orang, lengkap dengan catatan nama, umur dan

pekerjaan anggota dari setiap cabang disertai pengesahan polisi.14

Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) sebagai organisasi yang

dibentuk oleh TNI sangat menyambut keputusan itu. Tekad pengurusnya untuk

mengabadikan Pancasila sebagai dasar negara dan cita-cita kemerdekaan,

sebagaimana keputusan kongresnya yang ke-II di Lembang (Jawa Barat) 17-21

Maret 1959, mendapat sambutan dari Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan                                                                                                                          14 Spego Goni. 1964. Op. Cit.

Page 10: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

61

Perang. Menghadapi kebijakan pemerintah yang baru ini, internal IPKI mengalami

perpecahan. Pihak pertama menyatakan IPKI tidak perlu dipertahankan dan karena

itu sebaiknya dibubarkan lalu bergabung dengan Angkatan 45 dan Legiun Veteran.

Sebab secara ideologis Republik Indonesia telah kembali kepada Pancasila dan

UUD 1945. Akan tetapi pihak kedua merasa IPKI masih perlu dipertahankan untuk

mengawal pelaksanaan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Atas

dasar inilah IPKI mendaftar sebagai partai politik dan dinyatakan lulus oleh

Keppres No. 128/1961.

Perpecahan ini menyebabkan pusat kegiatan (sekretariat) IPKI terbelah dua.

Sebagian berkegiatan di Jalan Menteng Raya No. 60 dan sebagian lagi berkegiatan

di Jalan Kebon Sirih No. 39. Di Menteng Raya berkantor kelompok Achmad

Sukarmadijaya yang menginginkan IPKI menjadi partai politik sedangkan di

Kebon Sirih berkantor Sugirman dan kelompoknya, yang tidak ingin IPKI jadi

partai politik. Generasi muda IPKI yang berinduk di Menteng Raya melahirkan

organisasi massa Pemuda Pancasila sedangkan dari Kebon Sirih lahir organisasi

pemuda bernama Pemuda Patriotik. Dualisme generasi muda IPKI ini sempat

menyebar ke seluruh wilayah IPKI di daerah-daerah. Tidak terkecuali di kalangan

generasi muda IPKI Sumatera Utara. Namun beberapa pertanyaan masih belum

terjawab secara tuntas mengenai hubungan pembentukan organisasi Pemuda

Pancasila di Medan dengan Pemuda Pancasila bentukan Spego Goni di Jakarta.

Almarhum Kerani Bukit barangkali tidak sempat menuturkan hal itu kepada para

penerusnya.15 Tidak ada dokumen ataupun catatan-catatan yang dapat menjadi

rujukan untuk mengetahui keterkaitan tersebut. Akibatnya, masalah itu hilang

bersamaan dengan kepulangan almarhum Kerani Bukit sebagai pelopor dan orang

yang mencari pemuda-pemuda untuk dimasukkan menjadi pengurus Pemuda

Pancasila di Sumatera Utara.

Setahun sebelumnya, persisnya pada tanggal 28 Oktober 1960, Ketua DPD

IPKI Sumatera Utara, Kerani Bukit, melantik Effendi Nasution sebagai Ketua dan

Yansen Hasibuan sebagai Sekretaris pengurus organisasi Pemuda Pancasila di

Medan. Effendi Nasution, selaku orang yang dilantik ketika itu, tidak mengetahui

                                                                                                                         15 Kerani Bukit adalah seorang purnawirawan Angkatan Bersenjata dan Ketua IPKI Sumatera Utara yang pertama tahun 1959. Pada masa kemerdekaan, ia dikenal sebagai pejuang kemerdekaan. Di kalangan Pemuda Pancasila Sumatera Utara, Kerani Bukit, dianggap sebagai pemimpin induk Pemuda Pancasila yang memiliki kemampuan berpidato yang baik dan sangat membenci PKI.

Page 11: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

62

pada saat yang sama di tempat lain juga, ada organisasi Pemuda Pancasila di luar

Kota Medan. Effendi Nasution hanya tahu bahwa nama organisasi Pemuda

Pancasila saat itu disebutkan oleh Kerani Bukit. Nama Pemuda Pancasila diketahui

Effendi Nasution beberapa hari sebelum pelantikan, pada saat dia bertemu dengan

Kerani Bukit di kantor IPKI Jalan Sutomo Medan, di depan Medan Bioskop.

Pertemuan itu, menurut Effendi, dilakukan setelah Rosiman (teman Johan Bukit,

putra Ketua IPKI) mengajaknya bergabung dengan IPKI yang akan mendirikan

organisasi Pemuda Pancasila di Medan.

Pilihan kepada Effendi Nasution sebagai Ketua Pemuda Pancasila Kota

Medan diduga sebagai hasil diskusi dan pengamatan yang mendalam di kalangan

pucuk pimpinan IPKI Sumatera Utara ketika itu. Tepatnya pilihan itu terletak pada

dua hal. Pertama, Effendi Nasution adalah simbol dari pemuda jalanan, anak

bioskop, yang selama ini belum sempat tergarap oleh organisasi-organisasi

kekuatan politik. Pada saat itu jumlah anak jalanan di Kota Medan cenderung

meningkat bersamaan dengan kebijakan program rasionalisasi dan sentralisasi

ekonomi sejak Kabinet Wilopo. Kedua, pada saat yang bersamaan Effendi

Nasution dan Rosiman telah menjadi anggota perkumpulan P2KM (Persatuan

Pemuda Kotamadya Medan), yang bertugas sebagai penjaga malam (hermandat) di

pusat kota.

Organisasi P2KM telah menjadi arena sosial bagi para preman dan cross-

boys untuk bekerjasama, membangun saling pengertian, baik dalam pergaulan

maupun dalam aktivitas dan dinamika kehidupan kota Medan. Secara taktis tidak

salah Efendi Nasution dipilih sebagai pimpinan organisasi yang sudah mulai

berkibar sebagai penjaga malam menyusul pengumuman Presiden tentang darurat

perang 1957. Kolonel Sukardi dari Kodam I Bukit Barisan, Ketua Umum Jaga

Malam ketika itu, dan yang diduga kuat mempunyai hubungan baik dengan Kerani

Bukit selaku purnawirawan angkatan bersenjata, berkemungkinan besar ikut

mempengaruhi pilihan IPKI dalam membentuk organisasi Pemuda Pancasila di

Medan.

Kehadiran Pemuda Pancasila di Kota Medan juga merekrut para anak

jalanan dan preman itu sebagai anggota organisasi. Hampir seluruh anggota P2KM

menjadi anggota Pemuda Pancasila. Ketika Effendi Nasution beserta pengikut-

pengikutnya dari P2KM beralih kepada Pemuda Pancasila, suasana bersatu di

Page 12: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

63

kalangan pemuda preman sudah terbentuk. Perkelahian preman antar kampung,

untuk sebagian sudah dapat dihindari. Para preman yang pada mulanya hanya

terikat menurut kesamaan teritori sudah dapat berkawan dan bergaul secara lintas

teritori kampung. Oleh sebab itu, kehadiran Pemuda Pancasila sudah lebih mudah

diterima di kalangan preman serta malahan diharapkan akan memberi sentuhan

organisasi yang lebih sistematis melalui kegiatan-kegiatan yang telah direncakan.

Dalam perkembangannya, jumlah anggota Pemuda Pancasila di Kota Medan telah

mencapai ribuan hingga tahun 1962.

Pada masa-masa awal pembentukan Pemuda Pancasila, sistem organisasinya

belum sebaik sekarang. Upaya penataan organisasi diutamakan pada usaha

pembentukan organisasi di seluruh wilayah Kota Medan. Pelaksanaan

pembentukan organisasi tidak terbatas hanya oleh pengurus Pemuda Pancasila yang

sudah ada sebelumnya. Pengurus IPKI masih sangat berperan dalam pembentukan

itu. Jika di suatu pemukiman ada kemungkinan Pemuda Pancasila dibentuk, maka

disanalah organisasi itu dibentuk. Oleh sebab itu tidak mengherankan bila pada

saat yang sama, terjadi dua peristiwa pelantikan pengurus di dua pemukiman yang

berbeda. Tentang hubungan organisatoris atau hirarkis antara Pemuda Pancasila di

tempat yang satu dan di tempat yang lain pada dasarnya tidak begitu jelas.

Hubungan antara mereka hanya karena sama-sama berinduk kepada organisasi

IPKI. Kegiatan nyata yang dikelola oleh organisasi Pemuda Pancasila sangat boleh

jadi tidak ada. Kegiatan yang dilakukan hanya untuk menyatukan Partai IPKI.

“dulu mana kita tahu dek…. Organisasi kata orang, ya organisasi. Lantik

katanya ya lantik lah, kan sekarang baru kita tahu itu apa. Setelah pelantikan

lalu ada latihan atau penataran dan sebagainya. Sebelumnya mana ada tatar-

tatar karena semua preman, crossboy, pencuri, perampok dan pembunuh ada

semua di situ. Apa itu DPW, DPC mana kita tahu itu, iya kan? Yang penting

bikin saja dulu, dirikan di mana-mana. Jadi lain dek…tidak seperti

sekarang, sekarang ini orang sudah banyak yang tahu bahwa DPW melantik

DPC. DPC melantik anak cabang. Dulu mana ada itu… Preman semuanya

di situ.”16

                                                                                                                         16 Meski kebanyakan anak muda “jalanan” yang direkrut tidak memiliki pekerjaan tetap, namun sebagian pimpinan Pemuda Pancasila berasal dari orang-orang yang memiliki semangat pionir dan

Page 13: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

64

Pada tanggal 14 April 1961 IPKI dinyatakan lulus seleksi dan diakui

keberadaannya sebagai sebuah partai politik yang berhak mengikuti pemilu.

Pengakuan tersebut dinyatakan dalam KEPRES No. 128 Tahun 1961. Bagi IPKI

peningkatan statusnya menjadi sebuah partai disambut dengan kegembiraan.

Kegembiraan itu sangat beralasan karena hal itu mencerminkan prestasi IPKI yang

sangat besar di masa itu. Sebab peningkatan status menjadi partai memudahkan

konsolidasi organisasi IPKI yang telah memiliki beberapa cabang di wilayah

nusantara. Ketika itu tantangan dari partai-partai lain menjadi salah satu persoalan

bagi internal IPKI terkait dukungan dari para pemuda, seperti PNI dengan Pemuda

Marhaennya dan PKI dengan Pemuda Rakyatnya.

Pemuda Pancasila dinyatakan secara resmi sebagai organisasi yang berada

di bawah binaan (onderbouw)17 IPKI, ketika Kongres III IPKI yang berlangsung

tanggal 7–11 Juli 1961 di Surabaya. Sejak itu mulai dilakukan penataan struktur

organisasi sebagai upaya perluasan dan pemekaran organisasi ke seluruh tanah air.

Partai IPKI berperan sangat penting dalam proses konsolidasi Pemuda Pancasila di

seluruh wilayah Indonesia. Demikian pentingnya, sehingga pada tanggal 20

Agustus 1962 tanpa melalui rapat umum Pemuda Pancasila se-Indonesia, Ketua

Umum IPKI melantik Pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Pemuda Pancasila di

bawah pimpinan Ketua Umum Spego Goni SP dan Sekretaris Umum Arief Zen.

Selain membentuk Pemuda Pancasila, Kongres IPKI ke-III Surabaya juga

membentuk onderbouw IPKI lainnya yaitu Mahasiswa Pancasila, Ikatan Sarjana

Pancasila, Karyawan Wanita Pancasila, Gerakan Pelajar Pancasila, Karyawan Tani

Pancasila, Karyawan Nelayan Pancasila, Karyawan Guru Pancasila, Lembaga

Kebudayaan Pancasila, dan Kubu Pancasila. Secara bertahap dan

berkesinambungan, orgnisasi onderbouw IPKI terus didirikan hingga menjelang

Gestapu 1965 keseluruhan organisasi binaan tersebut telah berdiri di Medan,

Sumatera Utara.

Pada bulan Juli 1963 pengurus Dewan Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila

Sumatera Utara dibentuk. Effendi Nasution ditunjuk sebagai Ketua dan dilantik di

Gedung Selecta, Jalan Listrik Medan, oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Wilayah                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                kepeloporan yang mumpuni di antara pemuda lainnya. Lihat Syamsul Bahri Nasution dan Saifuddin Mahyudin. 1999. The Lion of North Sumatera. Medan: USU Press. hal. I-III. 17 Istilah Onderbouw berasal dari bahasa Belanda yang artinya sub-struktur. Kata onderbouw sering digunakan oleh para aktivis partai politik untuk menyatakan suatu organisasi masyarakat yang menjadi binaannya.

Page 14: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

65

IPKI Sumatera Utara. Lima jam kemudian di rumah Kusen Tjokrosentono, Ketua

IPKI Sumatera Utara, memberikan tugas kepada Yan Paruhum Lubis alias Ucok

Majestik sebagai koordinator Pemuda Pancasila Kotamadya Medan. Kusen

Tjokrosentono, yang pada saat itu menjabat Kepala Jawatan Penerangan Provinsi

Sumatera Utara, tampaknya ingin mempersiapkan pembentukan Dewan Pimpinan

Cabang Kotamadya Medan. Ketika itu, di beberapa wilayah kecamatan Kotamadya

Medan telah dibentuk Pemuda Pancasila, di antaranya Pemuda Pancasila Ranting

Pulau Brayan ketuanya Suaibun Usman, Pemuda Pancasila Anak Cabang

Kecamatan Medan Barat dengan ketua Nico Pulungan, dan lain-lain. Seluruh

pengurus Pemuda Pancasila di tingkat ranting hingga anak cabang dilantik oleh

pengurus IPKI, bukan oleh pengurus Pemuda Pancasila dari instansi yang lebih

tinggi.

Effendi Nasution, selaku Ketua DPW, dan Amran Ys mulai membentuk

Anak Ranting Pemuda Pancasila di sekitar Jalan Medan Area Selatan tahun 1964.

Waktu itu di jalan tersebut sudah ada kelompok pemuda dengan nama Seri-Boys.

Anggotanya terdiri dari anak-anak sekitar Jalan Medan Area Selatan, yang sering

nongkrong di bawah pohon Seri dan dikenal dengan sebutan Pemuda Roman.

Sebagian mereka sudah tidak bersekolah dan sebagian lagi masih bersekolah.

Umumnya belum memiliki pekerjaan tetap, kecuali membantu pekerjaan orang tua

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari misalnya berjualan.

Kebiasaan anak muda masa itu adalah mereka bermusuhan dengan anak-

anak muda di lingkungan yang lain di antaranya anak-anak Jalan Puri. Berkelahi

secara keroyokan dengan anak-anak Puri, adu jotos dan lempar batu pun sering

terjadi. Walaupun sebab perkelahian itu hanya karena soal plotot-plototan mata

secara individual saat berpapasan. Pasa masa kepemimpinan Effendy Nasution,

untuk menjadi ketua Pemuda Pancasila di semua tingkatan, ia selalu bertanya "Apa

kau sudah pernah masuk penjara? Sudah berapa orang yang kau tikam/bunuh?

Berapa anggotamu?” dan pertanyaan lainnya yang terkadang menyesakkan dada.

Jika memenuhi syarat itu langsung diterbitkan surat keputusan tanpa ada

musyawarah.

Pertumbuhan Pemuda Pancasila di Sumatera Utara tak dapat dilepaskan dari

keadaan sosial budaya dan sosial politik ketika itu. Semangat revolusi yang

dihembuskan oleh para pejuang bekas tentara dan lasykar rakyat berkobar di bawah

Page 15: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

66

panji IPKI dan ormas-ormasnya. Semangat anak muda yang mengidolakan para

jagoan pun menemukan salurannya di dalam organisasi. Pemuda Pancasila menjadi

wadah berkumpulnya para preman dan jagoan yang selama ini menjadi perhatian

anak muda. Keberanian dan kesetiaan kelompok menjadi simbol Pemuda Pancasila

dalam menantang musuh-musuhnya.

Pemuda Pancasila yang berbasis para anak jalanan mulai bangkit merekrut

pemuda-pemuda di kampung-kampung bumiputera sekitar Kota Medan. Hal ini

menjadi perhatian pihak lawan, terutama dari kelompok pemuda yang mendukung

PKI yakni Pemuda Rakyat. Apalagi pada waktu itu kata-kata Pancasila mulai

lenyap dari telinga dan ada ketakutan orang menyebutkan itu. Orang takut

menyebutnya karena tidak bersesuaian dengan ideologi Nasakom yang telah

menyebar ke seluruh wilayah nusantara. Akan tetapi oleh anak jalanan, kata

“Pancasila” bukan saja sekedar disebut, ditanamkan dalam hati, melainkan

ditabalkan pada nama organisasinya Pemuda Pancasila.

Pemuda Rakyat paling tidak suka melihat orang mengagung-agungkan

Pancasila. Dengan segala cara mereka tempuh agar lawan jatuh dan terpuruk.

Mereka tebar intrik dan ejekan-ejekan untuk mengecilkan marwah lawan. Mereka

sebar benih permusuhan, bersembunyi di balik kata revolusi untuk menghabisi

lawan. Dengan jumlah massa ribuan mereka gelar demonstrasi-demonstrasi,

intimidasi, dan propaganda menjatuhkan lawan. Mereka teriakkan NASAKOM

yang menyudutkan agama. Mereka ciptakan idiom-idiom politik untuk menistakan

lawan. Lewat spanduk mereka tuliskan dan lewat koran mereka sebarluaskan

seperti HMI “kaum sarungan”, SOKSI “kapitalis birokrat” alias “kabir”, Pemuda

Pancasila “perampok kota”, serta slogan lainnya seperti Bubarkan HMI, Bubarkan

SOKSI, Ganyang Pemuda Pancasila.

Intimidasi dan intrik-intrik yang disebar Pemuda Rakyat18/PKI tidak pula

membuat Pemuda Pancasila takut. Dengan semboyan “Kamput19 di Kiri Tombak di

                                                                                                                         18 Pemuda Rakyat adalah sayap pemuda dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Organisasi ini mula-mula dibentuk dengan nama Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo). Pertama kali organisasi ini diciptakan atas inisiatif Menteri Pertahanan saat itu, yaitu Amir Sjarifuddin, sebagai sayap pemuda dari Partai Sosialis Indonesia (PSI). Kongres yang diadakan pada 10 November-11 November 1945, mempersatukan tujuh organisasi setempat. Keanggotaannya dengan cepat berkembang menjadi sekitar 25.000 orang. Organisasi ini ikut serta dalam perjuangan bersenjata untuk merebut kemerdekaan dalam revolusi nasional Indonesia. Satuan-satuan Pesindo terlibat dalam pertempuran melawan pasukan-pasukan Britania. Bersama-sama dengan PKI dan FDR ikut serta di dalam Peristiwa Madiun 1948. Pada 1950 organisasi ini membentuk hubungannya dengan PKI dan mengubah namanya menjadi Pemuda Rakyat.

Page 16: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

67

Kanan” dan “Nyawa dibalas Nyawa, Darah dibalas Darah”, Pemuda Pancasila

dengan berani melawan musuhnya. Esprite de corps, setia kawan, “Tangan Kanan

kuburan, Tangan Kiri Rumah Sakit” menjadi semboyan Pemuda Pancasila maju

menentang Pemuda Rakyat dan PKI. Tidak sekali dua perkelahian terjadi di antara

mereka. Suatu hari di antara tahun 1964–1965 seorang anggota Pemuda Pancasila,

Yan Paruhum Lubis atau Ucok Majestik, diculik Pemuda Rakyat. Sebagai gantinya

Pemuda Pancasila mengambil Ketua Pemuda Rakyat wilayah Medan Barat. Di hari

yang lain, ketika sebuah upacara nasional digelar di lapangan Benteng, Pemuda

Rakyat yang berjumlah ribuan ingin menyingkirkan barisan Pemuda Pancasila

yang hanya berjumlah 40 orang. Melihat sikap Pemuda Rakyat yang arogan itu,

Pemuda Pancasila di bawah pimpinan Ucok Majestik melaksanakan aksi yang

sangat emosional. Dengan kayu, batu dan tiang bendera yang ada di tangan,

Pemuda Pancasila menghajar barisan Pemuda Rakyat hingga kocar-kacir.20

Suasana mencekam dan mengkawatirkan mulai timbul setelah PKI/BTI

membunuh seorang anggota ABRI yang kemudian dikenal sebagai (Alm.) Letda

Soedjono di Perkebunan Bandar Betsy, Simalungun, 14 Mei 1965. Hiruk pikuk dan

kekacauan terus-terusan memuncak setelah itu. Demonstrasi, agitasi, dan

propaganda semakin banyak digelar. Rakyat di kota ataupun di pedesaan makin

ditakut-takuti. PKI merasa semakin kuat, apalagi beberapa pejabat teras, sipil dan

militer Sumatera Utara telah berhasil dirangkulnya. Kehidupan rakyat makin

mencekam, siapa kawan dan siapa lawan semakin tidak jelas, saling curiga

merajalela.

Berita tentang terbunuhnya para Jenderal di Jakarta telah disiarkan oleh RRI

pada 2 Oktober 1965 malam. Kabar tersebut didengar oleh sebagian anggota

Pemuda Pancasila yang sedang berada di Medan Bioskop. Isi berita mengabarkan

bahwa telah terbunuh satu perwira, lima jenderal dan seorang bocah oleh satu

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               Pada kongres November 1950 Francisca C. Fanggidaej diangkat menjadi ketua, sementara Sukatno menjadi sekretaris jenderal. Pada 1965 keanggotaannya mencapai sekitar 3 juta orang. Organisasi ini ditindas secara brutal bersama-sama dengan PKI pada 1965-1966. Lihat di http://id.wikipedia.org/wiki/Pemuda_Rakyat 19 Kamput singkatan dari kambing putih merupakan merek minuman keras yang bisa memabukkan, dengan harga yang relatif murah menjadi minuman sehari-hari para anak muda jalanan di kota Medan dan sekitarnya. 20 Wawancara dengan Yan Paruhuman Lubis atau Ucok Majestik (Pini Sepuh Pemuda Pancasila), 5 November 2011, pukul 15.05 Wib di rumah pribadinya, Perumnas Helvetia Medan. Lihat juga Sarmadan Pasaribu. 2002. “Peranan Pemuda Pancasila Menentang Gerakan Partai Komunis Indonesia di Kotamadya Medan Tahun 1960-1966”. Skripsi. Medan: Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Page 17: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

68

gerakan tertentu di Jakarta. Tanpa pikir panjang, apalagi setelah ada peringatan

sebelumnya, anggota Pemuda Pancasila yang berkumpul di tempat itu menafsirkan

bahwa gerakan dimaksud adalah PKI. Maka pada malam itu juga, “pasukan”

Pemuda Pancasila tanpa berkonsultasi dengan pihak manapun langsung bergerak

menyerang kantor dan rumah-rumah anggota PKI. Kegiatan ini terus dilaksanakan

pada hari-hari berikutnya.

Pembentukan Komando Aksi dalam rangka penumpasan PKI dan ormas-

ormasnya dilakukan di Sumatera Utara. Gerakan pembentukan Komando Aksi ini

diprakarsai oleh Pemuda Pancasila yang dibentuk pada 29 Oktober 1965 dengan

ormas-ormas pemuda, mahasiswa dan pelajar untuk menumpas PKI.21 Masyarakat

pemuda semakin menggandrungi organisasi Pemuda Pancasila, sehingga pada masa

itu banyak sekali tumbuh pengurus-pengurus Pemuda Pancasila mulai dari Anak

Ranting, Ranting, Anak Cabang, serta Cabang di Sumatera Utara.

Komando Aksi mengadakan rapat umum di Gedung Olahraga Medan,

dengan membahas isu masuknya senjata sebanyak 1.000 pucuk dari RRT (Republik

Rakyat China). Usai rapat seluruh peserta berdemonstrasi ke kantor Konsulat RRT

yang dipimpin Pemuda Pancasila. Massa demonstran menurunkan bendera RRT

dan mendesak pihak konsulat untuk menjelaskan perihal kebenaran isu tersebut di

atas. Dalam demontrasi yang emosional itu, tiba-tiba sebuah peluru bersarang di

kepala seorang anggota demonstran dan korban tak dapat diselamatkan sehingga

menghembuskan nafas terkahirnya dalam perjalanan menuju rumah sakit. Korban

tersebut adalah seorang anggota IPTR (Ikatan Pemuda Tanah Rencong) bernama

Ibrahim Umar yang juga merangkap sebagai anggota Pemuda Pancasila.

Peristiwa 10 Desember 1965 yang menyebabkan kematian Ibrahim Umar itu

memicu kemarahan massa Pemuda Pancasila dan pemuda lainnya. Mereka

melampiaskan kemarahannya hampir secara membabi buta. Semua orang China

yang dilihat, sekalipun tidak tahu menahu peristiwa itu ditangkapi, dipukuli,

hartanya dirampok, setelah itu dihabisi nyawanya. Tak kurang 150 orang China

Medan tewas dalam peristiwa berdarah itu. Akibat dari tindakan mengganyang

China ini, fungsionaris Pemuda Pancasila seperti Effendi Nasution ditahan oleh                                                                                                                          21 Mereka yang terlibat dalam Komando Aksi ini antara lain A. Manaf Lubis, Kusen Tjokrosentono, A. Sukardi, Effendi Nasution, Rosiman, Amril YS, Amran YS, Sinambela, dan Nur Nikmat. Komando aksi ini ditandaskan hanya bersifat regional Sumatera Utara. Keterlibatan Pemuda Pancasila dalam setiap aksi yang dibentuk sebetulnya telah menunjukkan kebesarannya di antara ormas-ormas yang ada ketika itu.

Page 18: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

69

pihak berwajib selama kurang lebih 21 hari. Rosiman dan Mansyur Azis yang tidak

ditahan akibat peristiwa itu, dipanggil ke Jakarta menemui Jenderal A.H. Nasution

untuk menjelaskan duduk perkara peristiwa tersebut. Pemerintah pusat menyebut

peristiwa itu sebagai peristiwa rasialis. Sehingga selepasnya dari tahanan, Effendi

Nasution dipanggil ke Jakarta menghadap Bung Karno. Di Jakarta ia disambut

Jenderal Sukendro, yang saat itu menjabat Ketua Umum IPKI, dan bersamanya

menghadap Bung Karno.

Bung Karno sempat menuduh Effendi Nasution sebagai Rasialis. Namun

Effendi tetap menyatakan tidak, Effendi menyatakan keanekaragaman anggotanya

di dalam organisasi Pemuda Pancasila yaitu “Ada China, Keling, Menggali22 yang

menjadi anggota saya. Mana mungkin saya rasialis”, jelas Effendi. Presiden

Soekarno sendiri menerima penjelasan Effendi Nasution setelah hampir dua jam

dialog terjadi di antara mereka. Di akhir pertemuan Soekarno berpesan kepada

Effendi, “Effendi! Saya harap kamu bantu Saya untuk mengamankan kawasan

Sumatera Utara”. 23 Penjelasan serupa dia ajukan kepada Jenderal Nasution dan

juga Jenderal Alamsyah Ratuprawiranegara. Sehingga ketika rapat Front Nasional

diadakan, keluar pernyataan resmi dari pemerintah, bahwa peristiwa 10 Desember

1965 bukan peristiwa rasial melainkan hanya peristiwa kriminal biasa.

2.2. Pemuda Pancasila Masa Orde Baru

Keluarnya Supersemar 1966 membawa nafas baru bagi penumpasan PKI.

Pejabat Presiden Jenderal Soeharto memerintahkan pembubaran PKI dan atas

perintah tersebut Komando Aksi mengarahkan serangannya antara lain ke

Kampung Kolam. Serangan ini konon diawali oleh Pemuda Pancasila dari Ranting

Sei Kera. Serangan ini mendapat tantangan sehingga tertangkapnya dua orang

penyerang, yakni Adlin Prawira (anggota Pemuda Pancasila merangkap anggota

HMI) dan M. Yakob. Menurut keterangan yang diperoleh, M. Yacob adalah

seorang anak yang masih di bawah umur. Ketika rencana penyerangan Kampung

Kolam disusun, M. Yacob minta ikut tetapi dilarang oleh anggota yang sudah

dewasa. Namun tanpa diduga-duga, remaja M. Yacob ternyata menyusup di antara                                                                                                                          22 Keling dan Menggali digunakan dalam bahasa sehari-hari warga kota Medan kepada orang India Tamil atau orang Keling. Di Medan kaum Keling dan Menggali banyak tinggal di Jalan Zainul Arifin atau lebih dikenal dengan istilah Kampung Keling. 23 Syamsul Bahri Nasution dan Saifuddin Mahyudin. 1999. The Lion….. hal. 217-235.

Page 19: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

70

rombongan dan terlibat dalam aksi penyerangan. Ia bersama Adlin menemui

ajalnya setelah terlebih dahulu disiksa. Mayatnya ditemukan 12 hari kemudian

dalam keadaan sangat mengenaskan. Telinga dan alat vitalnya hilang serta mata

terburai dengan posisi terikat ke sepotong besi (rel lori) yang ditenggelamkan ke

dalam air parit, di bawah rakit batang pisang sebagai pelampungnya. Untuk

mengelabui pencari mayat “pahlawan” Orde Baru ini, PKI meletakkan bangkai

kambing di atas rakit pohon pisang yang mengapung-apung tersebut.

Kecuali penumpasan antek-antek komunis di Kampung Kolam, Komando

Aksi terlibat aktif dalam pengambilalihan gedung-gedung pusat kegiatan partai

terlarang PKI.24 Menyusul Supersemar, organisasi masyarakat se-Sumatera Utara

berkumpul di Kodim guna membentuk Kesatuan Aksi Masyarakat Pengganyang

Antek-antek Komunis (KAMPAK). Dalam kesatuan ini Pemuda Pancasila kembali

terlihat mendominasi. Kesatuan ini pada dasarnya dibentuk dalam rangka

implementasi kehendak rakyat Sumatera Utara untuk mendukung pemerintah Orde

Baru.

Perubahan konstelasi politik nasional pertama yang paling mendasar selama

usia kemerdekaan adalah bergantinya Orde Lama ke Orde Baru. Perubahan tatanan

politik yang menjadi kerangka seluruh kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara itu bukan hanya memberi jalan bagi hubungan politik di dalam maupun

luar negeri. Tetapi perubahan tersebut juga dapat melahirkan suasana yang dapat

menentukan mati hidupnya sebuah partai politik. Kondisi itu seringkali timbul di

luar perkiraan dan ramalan-ramalan sebelumnya. Sebabnya tidak lain karena gejala

sosial politik yang terjadi bisa berjalan di luar aturan-aturan normal yang dapat

diantisipasi.

Pemuda Pancasila selaku organisasi massa dengan mudah dapat terimbas

oleh perubahan-perubahan tatanan sosial politik yang terbentuk. Sifat rentan yang

dimilikinya itu terkait erat dengan kedudukannya sebagai salah satu orderbouw

partai politik IPKI. Sehingga jika kesehatan “induknya” terganggu maka terganggu

pula kesehatan “anaknya”. Dengan kata lain permasalahan yang dialami IPKI akan

sekaligus menjadi masalah Pemuda Pancasila.                                                                                                                          24 Ada sejumlah gedung yang dapat diidentifikasi digunakan oleh PKI, yaitu Gedung BAPERKI Jalan Merbabu, Meranti, Universitas RES Publika (CGMI), Penjara Jalan Gandi, Gedung PKI Jalan Sisingamangaraja, Kantor SOBSI Jalan Simpang Iskandar Muda, Sekretariat PKI Kodya Medan di Jalan Terendam, Kantor BAPERKI Jalan Tilak, Mess PKI Jalan Bromo, Rumah kediaman Tan Holan Jalan Gandi, Kantor CV. Kartam sekarang, Kantor MPW Pemuda Pancasila sekarang dan lain-lain.

Page 20: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

71

Di puncak-puncak kejayaannya, usai masa penumpasan sisa-sisa Gerakan

30 September 1965, Pemuda Pancasila sempat mengadakan Kongres/Musyawarah

Besar yang pertama tahun 1968 di Medan. Beberapa wilayah Pemuda Pancasila

yang tersebar di seluruh Indonesia, hadir pada kesempatan itu. Kota Medan yang

dikenal karena keberanian basis massa Pemuda Pancasila menghadapi PKI,

menjadi bukti kepercayaan pengurus pusat memilihnya sebagai tuan rumah

penyelenggaraan kongres pertama. Sementara Pemuda Pancasila di daerah-daerah

lain, termasuk Jakarta, belum tentu memiliki kekuatan massa yang sama seperti

kekuatan yang telah didapat Pemuda Pancasila Sumatera Utara. Maka pada saat

kongres berlangsung, tujuan utama adalah menaikkan popularitas Effendi Nasution

sebagai tokoh Pemuda Pancasila yang sedang sangat tenar ketika itu. Hampir

dalam semua kegiatan, Effendi Nasution, ikut terlibat dan bertindak sebagai

pemimpin aksi.

Ketenaran tokoh Pemuda Pancasila Sumatera Utara ini tidak dapat

dipungkiri sebagai salah satu modal yang telah membawanya berkantor di Gedung

DPRGR/MPRS/BP-MPRS tahun 1968 mewakili unsur pemuda. Namun berkat

ketenarannya itu pula pekerjaannya menjadi semakin banyak. Ia Ketua Umum

DPW Pemuda Pancasila dan dia pula anggota DPR. Keputusan Effendi Nasution

menunaikan tugas rangkap di Jakarta, bukanlah tanpa resiko baik kepada dirinya

sendiri maupun kepada organisasi Pemuda Pancasila di Sumatera Utara. Di masa-

masa ia harus meninggalkan Sumatera Utara, disitu pula Walikota Medan,

Aminurrasyid, yang tersangkut peristiwa G 30/S tidak mungkin lepas dari

perhatiannya. Ia pun terlibat dalam kompetisi dan percaturan politik pemerintahan

kota ketika itu. Akibat keterlibatannya itu pula, tugas-tugasnya di Jakarta tidak

dapat diselesaikan sesuai periode yang ditentukan.

Keterlibatan Effendi Nasution dalam pemilihan Walikota Medan adalah

mendukung Syurkani sebagai calon walikota yang ingin dimenangkan. Lawan

Syurkani dalam pemilihan itu berasal dari kelompok tentara yaitu Letkol MS

Rangkuti. Ketika itu pemilihan dilakukan melalui pemungutan suara anggota

DPRD Kota Medan. Dukungan Pemuda Pancasila dalam pemilihan itu terbelah

dalam dua kubu yaitu pengurus wilayah mendukung Syurkani, sedangkan pimpinan

cabang Medan mendukung Letkol MS Rangkuti. Perbedaan dukungan itu lebih

disebabkan karena adanya pertikaian etnis calon walikota di antara para

Page 21: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

72

pendukungnya. Akhirnya, Syurkani terpilih sebagai Walikota Medan melalui

proses pemilihan suara anggota DPRD Medan yang dinilai mendapat tekanan dari

kelompok preman. Kelompok yang kalah kemudian menyebarkan isu bahwa

kemenangan Syurkani karena adanya intimidasi terhadap anggota DPRD Medan.

DPC Pemuda Pancasila Kotamadya Medan termasuk kelompok yang menyebarkan

isu tersebut. Atas sikap itu, pimpinan wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara

memberikan sanksi kepada pengurus cabang Medan dengan membekukan DPC

Pemuda Pancasila Kotamadya Medan dan ketuanya diberikan sanksi skorsing dan

pemecatan.

Selama rentang waktu 1968 hingga 1971 kegiatan Pemuda Pancasila

mengalami kemunduran di seluruh Indonesia. Ketika itu Angkatan Bersenjata

sedang menyusun “skenario” besar untuk menata sistem pemerintahan Orde Baru.

Di antaranya adalah menggarap partai politik, golongan Islam, mensahkan RUU

Pemilu tahun 1969 yang menjamin posisi ABRI menjadi anggota DPR dan DPRD

tanpa dipilih, mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 12 tentang

pelarangan pegawai negeri menjadi anggota partai politik, membesarkan Golongan

Karya, dan lain-lainnya. Skenario tersebut secara tidak langsung mengeluarkan

IPKI dari kekuatan politik yang selama ini telah mendukung ABRI. Hasilnya

adalah IPKI tidak memperoleh satu kursi parlemen pun dalam Pemilu 1971.

Menurut penjelasan tokoh-tokoh Pemuda Pancasila Sumatera Utara,

kekalahan IPKI dalam Pemilu 1971 seharusnya tidak menyebabkan menurunnya

kegiatan Pemuda Pancasila jika Pemuda Pancasila itu berani melepaskan

keterikatannya dari IPKI. Gagasan ingin melepaskan keterikatan kepada IPKI ini

lama menjadi bahan renungan dan pertimbangan tokoh Pemuda Pancasila Sumatera

Utara. Semakin hari gagasan itu semakin menguat dan setelah 1973, IPKI

bersepakat memfusikan diri ke dalam sebuah partai yakni Partai Demokrasi

Indonesia. Tuntutan independensi organisasi akhirnya menjadi pembicaraan serius

di kalangan aktivis Pemuda Pancasila.

Ketika Effendi Nasution memimpin Pemuda Pancasila Sumatera Utara,

independensi organisasi menjadi pedoman bagi pengurus untuk menyusun dan

melaksanakan kegiatan. DPP Pemuda Pancasila dalam keadaan vakum, sebagian

aktivis dan para anggotanya sudah tak aktif dalam kegiatan organisasi. Atas tekad

dan semangat independensi Pemuda Pancasila dari IPKI maka pada Musyawarah

Page 22: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

73

Wilayah ke-III, Pemuda Pancasila Sumatera Utara kembali menegaskan

independensi organisasi. Pernyataan tersebut memiliki arti sejarah yang sangat

penting bagi perkembangan Pemuda Pancasila saat ini. Keistimewaan pernyataan

independensi itu juga akhirnya tidak mengubah AD/ART Pemuda Pancasila yang

berlaku secara nasional.25 Dengan kata lain Pemuda Pancasila Sumatera Utara

masih menggunakan AD/ART yang lama dan menjadi rujukan dalam pengambilan

keputusan di tingkat nasional.

Keputusan yang diambil itu, seolah-olah menimbulkan kesan telah terjadi

kesepakatan politik dengan pemerintah Orde Baru. Pengertian independen yang

dipakai dalam kesempatan tersebut lebih bersifat politis ketimbang yuridis.

Peluang untuk terlepas dari partai IPKI yang kalah pemilu, dilakukan untuk

memperoleh akses ke kontestan pemilu yang lain, yang secara mutlak jauh lebih

kuat. Setelah musyawarah usai, disampaikan pernyataan kebulatan tekad satuan-

satuan pengurus Pemuda Pancasila di pelbagai wilayah untuk memenangkan

Golkar pada Pemilu 1977. Akan tetapi begitu daftar caleg (calon anggota legislatif)

diumumkan, sebagian pengurus Pemuda Pancasila kecewa karena wakil mereka

tidak terdaftar dalam usulan caleg.

Selain menghasilkan keputusan independen, Musyawarah III ini kembali

menetapkan M.Y. Effendi Nasution menduduki jabatan Ketua DPW Pemuda

Pancasila Sumatera Utara periode 1974–1978. Namun kebiasaan kembali berulang,

ketua terpilih tidak menyelesaikan tugasnya hingga akhir periode. Ketua terpilih

mengundurkan diri dari jabatan ketua tahun 1976 setelah yang bersangkutan

kembali dari menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah 1975. Untuk

menyelesaikan kepengurusan hingga akhir periode (1978), rapat pleno melakukan

reshuffle menunjuk Amran Y.S. sebagai ketua dan Amril Y.S. sebagai sekretaris.

Sejak Pemilu 1971, DPP Pemuda Pancasila tidak pernah melakukan

kegiatan, meskipun Maurits L. Tobing masih tercatat sebagai Ketua DPP Pemuda

Pancasila. Ketika susunan pengurus Dewan Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila

Sumatera Utara dilantik, Maurits L. Tobing ikut menghadiri. Namun pada waktu

itu statusnya bukan sebagai Ketua DPP Pemuda Pancasila, melainkan sebagai salah

seorang utusan/wakil dari Komite Nasional Pemuda Pancasila (KNPI). Kenyataan

                                                                                                                         25 Mercusuar, 22 April 1977.

Page 23: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

74

ini semakin mempertegas bahwa kepengurusan DPP Pemuda Pancasila dalam

keadaan vakum.

Amran YS26, penerus kepemimpinan periode 1974-1978, menjabarkan

konsep tersebut dalam bentuk kegiatan-kegiatan. Namun dalam babak awal

kepengurusan, pihaknya masih sangat berhati-hati karena tak lama lagi pemilu

akan berlangsung pada tanggal 2 Mei 1977. Segala bentuk perbedaan pendapat dan

sikap individual kepada salah satu kontestan pemilu masih sangat terasa, walaupun

Pemuda Pancasila telah berikrar untuk bertekad memenangkan Golkar dalam

Pemilu 1977.

Kebijakan pencabutan surat izin cetak untuk pers yang dilakukan oleh

Laksus Kopkamtibda setelah Pemilu 1977 mempunyai implikasi terhadap strategi

perjuangan pengurus Pemuda Pancasila Sumatera Utara terkait pendekatan dengan

kelompok media. Ketika aturan tersebut dicabut usai pemilu, serta merta Pengurus

Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara mengeluarkan pernyataan kepada

pemerintah dan ucapan selamat kepada PWI Sumatera Utara. Pernyataan itulah

yang mengawali debut kepengurusan pada periode 1974-1978. Sejak itu kegiatan-

kegiatan dan sikap-sikap Pemuda Pancasila, baik di tingkat wilayah maupun di

tingkat cabang, muncul lebih sering di media cetak lokal.

Hubungan pengurus Pemuda Pancasila dengan pers tampak lebih intim

sehingga kegiatan sekecil apapun di daerah misalnya, mulai terlihat di media.

Popularitas Pemuda Pancasila secara perlahan-lahan menanjak. Mereka ikut

menanggapi dan malahan turun langsung menyelesaikan persoalan-persoalan di

masyarakat. Pemuda Pancasila Sumatera Utara sering melontarkan pernyataan

tentang tindakan penyelewengan yang terjadi di lingkungan pemerintahan. Sebagai

contoh, pada tahun 1977 Pemuda Pancasila berdelegasi ke gedung DPRD Deli

Serdang terkait isu korupsi yang melibatkan bupati daerah itu.27 Selain itu, sikap

protes juga disampaikan Pemuda Pancasila saat berdelegasi ke DPRS Sumatera

Utara tentang penggunaan pukat harimau yang meresahkan masyarakat nelayan.

                                                                                                                         26 Amran YS dikenal sebagai tokoh pemuda di Sumatera Utara yang ikut dalam aksi pemberantasan PKI di Sumatera Utara. Sebutan “preman” juga melekat dalam diri Amran karena dikenal sebagai pemuda yang berani dan pandai berkelahi. Para pemuda di Sumatera Utara yang dikenal sebagai “preman” sangat menghormati Amran YS. 27 Sinar Indonesia Baru, 29 Nopember 1977.

Page 24: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

75

Termasuk mengenai masalah Pabrik Pengolahan Udang PT. Indra Deli di

Belawan.28

Melihat aktivitas Pemuda Pancasila tersebut, pemerintah daerah memberi

perhatian secara khusus terkait dengan organisasi. Pemuda Pancasila diminta untuk

menghambat kemungkinan menjalarnya demonstrasi mahasiswa menyambut

Sidang MPR 1978. Peristiwa yang menarik perhatian nasional dan internasional

itu, sempat mengkhawatirkan pemerintah daerah Sumatera Utara. Pemuda

Pancasila, sebagai salah satu unsur organisasi pemuda, telah menunjukkan loyalitas

kepada pemerintah Orde Baru. Pemuda Pancasila memanfaatkan kesempatan

tersebut, dengan cara menggerakkan kekuatan eksponen 66 di daerah Sumatera

Utara menandingi demonstrasi 1978 di Sumatera Utara. Ketika itu, Pemuda

Pancasila Sumatera Utara mengeluarkan pernyataan dengan judul Buku Putih dan

langsung memberikannya kepada Menteri Dalam Negeri Amir Machmud, Ketua

DPR/MPR Adam Malik, dan juga kepada sekretaris pribadi Presiden Soeharto di

Jakarta. Amran Y.S. mengutip salah satu pernyataan Amir Machmud ketika itu,

“Saya bangga bahwa masih ada pemuda yang memikirkan negara dan pemerintah

Orde Baru”. Pernyataan ini, tambah Amran, keluar dari mulut Amir Machmud

sambil menitikkan air mata.29

Peristiwa tersebut ikut menaikkan nama Pemuda Pancasila karena di dalam

kepengurusan eksponen 66 itu sendiri, terdapat banyak anggota Pemuda Pancasila.

Secara tidak langsung hubungan Pemuda Pancasila dengan pemimpin-pemimpin

sipil dan militer di wilayah pemerintahan Sumatera Utara menjadi semakin erat.

Dari relasi itu, Pemuda Pancasila sempat mendapatkan fasilitas khusus berupa

sumber dana organisasi dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Fasilitas khusus

yang diberikan itu adalah Pemuda Pancasila diberikan kebebasan untuk mengelola

beberapa wilayah di Sumatera Utara untuk mendapatkan uang dengan caranya

sendiri. Cara-cara yang dilakukan oleh anggota Pemuda Pancasila seperti

mengancam, merusak, dan bahkan membunuh untuk mendapatkan uang menjadi

penyebab dikenalnya Pemuda Pancasila sebagai organisasi yang menggunakan

kekerasan di masyarakat.

                                                                                                                         28 Mimbar Umum, 2 November 1977; Mercusuar, 2 November 1977; Waspada, 2 November 1977; Analisa, 2 November 1977. 29 Wawancara dengan Amran YS, 6 Nopember 2011, pukul 10.00 WIb, di Jalan Ampera Medan.

Page 25: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

76

Konstelasi organisasi pemuda di Sumatera Utara sedikit berbeda dari

sebagian besar kota lain di Indonesia. Pada masa Orde Baru kekuasaan organisasi

pemuda berakar dari kedekatan mereka dengan komandan militer lokal.

Perlindungan militer yang terbesar diberikan kepada Pemuda Pancasila ketimbang

organisasi pemuda lainnya di Sumatera Utara. Hal ini memungkinkan mereka

untuk menjalankan segala aktivitas yang menguntungkan karena mendapat

perlindungan dari militer. Saat militer mengalami kesulitan untuk mengendalikan

aktivitas Pemuda Pancasila berkaitan dengan keuntungan ekonomi, maka harus ada

penyeimbang organisasi pemuda lainnya yang dibentuk dan dibesarkan oleh

kalangan tentara sendiri.

Oloan Panggabean, yang sering disapa Olo, adalah mantan anggota Pemuda

Pancasila yang memiliki bisnis perjudian di kota Medan. Pada tahun 1969, Olo

keluar dari organisasi Pemuda Pancasila dan memilih profesi sebagai pengusaha,

yang dikenal dengan usaha perjudian. Ia dipilih oleh petinggi militer sebagai figur

yang mampu membentuk kekuatan organisasi pemuda selain Pemuda Pancasila.

Sejak akhir tahun 1970, Olo pernah mengajak Ucok Majestik untuk ikut

memberikan dukungan bisnis judi yang dikelola dengan teman-temannya. Ketika

itu, Olo pun kemudian menawarkan imbalan yang cukup besar kepada Ucok

Majestik berupa uang yang akan diterima setiap bulan jika bersedia memberikan

jaminan keamanan dari masyarakat.30 Namun, Ucok Majestik menolak tawaran Olo

tersebut dan tetap saja bertindak sebagai “penguasa” wilayah di kawasan Majestik

Medan.

Untuk mendapatkan perlindungan keamanan dari bisnis perjudian, Olo

Panggabean mendirikan organisasi pemuda yang bernama IPK (Ikatan Pemuda

Karya) pada tanggal 28 Agustus 1969. Pada awalnya, pendirian IPK merupakan

kelanjutan dari berdirinya Sentral Organisasi Buruh Pancasila (SOB Pancasila)

pada tanggal 19 Juni 1954 di Jakarta yang berinduk pada Ikatan-Ikatan Pancasila

(KODI) dan merupakan salah satu pendukung Penegak Amanat Rakyat Indonesia

(GAKARI). Dalam aktivitasnya, IPK banyak mendapatkan dukungan dari kalangan

tentara khususnya Angkatan Darat di Sumatera Utara. Oleh karena itu, IPK

mengambil pusat aktivitas organisasi di Kota Medan sekaligus sebagai tempat

                                                                                                                         30 Wawancara dengan Yan Paruhuman Lubis atau Ucok Majestik (Pini Sepuh Pemuda Pancasila), 5 November 2011, pukul 15.05 Wib di rumah pribadinya, Perumnas Helvetia Medan.

Page 26: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

77

kedudukan Dewan Pembina dan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) IPK. Kota Medan

menjadi pusat pengendali seluruh kebijakan dan kegiatan organisasi IPK yang ada

di hampir seluruh provinsi di Indonesia yang diberi nama Dewan Pimpinan Daerah

(DPD) IPK.31

Setelah berdiri IPK, Pemuda Pancasila tidak begitu bebas menguasai suatu

lokasi wilayah atau lahan yang dapat menghasilkan uang. Pada lokasi wilayah yang

sebelumnya dikuasai oleh anggota Pemuda Pancasila, harus berbagi dengan

anggota IPK. Akibatnya sering terjadi benturan kekerasan fisik seperti perkelahian,

penculikan, bahkan pembunuhan di antara kedua anggota organisasi pemuda itu

untuk merebut wilayah yang ingin dikuasai. Pertikaian yang terjadi pada umumnya

berada di lokasi wilayah yang berpotensi menghasilkan uang, misalnya lahan

parkir kendaraan, pasar atau tempat berjualan dan pusat-pusat perbelanjaan

lainnya.

Selain karena penguasaan lahan, pertikaian terjadi disebabkan karena

mempertahankan eksistensi organisasi masing-masing. Sedapat mungkin masing-

masing anggota IPK dan Pemuda Pancasila saling menjatuhkan satu sama lain agar

menang di setiap perlawanan. Kemenangan di setiap pertikaian akan dianggap

sebagai kemenangan organisasi, dan kelompok yang menang akan disegani pihak

lain. Anggota dari kedua organisasi ini apabila terkena musibah seperti kena bacok,

tikaman atau meninggal dunia akan mendapatkan bantuan dana dari organisasinya

masing-masing. Loyalitas anggota dari satu kelompok akan terlihat saat mereka

dihadapkan pada satu masalah yang besar dan membawa-bawa nama organisasi.

Maka saat itulah rasa kebersamaan muncul.

Penyebab lain dari pertikaian antara IPK dan Pemuda Pancasila adalah

karena rebutan lahan pekerjaan. Adanya kecemburuan dan sakit hati dari para

anggota IPK yang banyak dipekerjakan menjadi penjaga pabrik dan satuan

pengaman di perusahaan yang ada di sekitar kota Medan. Akibatnya, anggota

Pemuda Pancasila menjadi tersaingi oleh kehadiran anggota IPK yang mengambil

alih wilayah kekuasaannya. Banyak anggota Pemuda Pancasila yang berpindah ke

IPK karena merasa tidak diperhatikan oleh organisasinya dan akhirnya

menggembosi keberadaan organisasi Pemuda Pancasila.

                                                                                                                         31 Wawancara dengan Syamsul Sianturi, 10 Desember 2012 di Medan. Ia adalah salah seorang tokoh dan sesepuh Ikatan Pemuda Karya yang sangat dekat dengan Olo Panggabean.

Page 27: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

78

Dampak dari pertikaian antara IPK dan Pemuda Pancasila menyebabkan

masyarakat menjadi antipati atau benci dan merasa ketakutan terhadap keberadaan

kedua organisasi ini. Sering terjadi apabila ada keributan atau perkelahian,

masyarakat yang selalu memberikan informasi kepada pihak keamanan agar cepat

mengambil tindakan yang dianggap dapat meredam keributan tersebut. Masyarakat

juga telah membuat kesepakatan di antara mereka, apabila aparat keamanan tidak

dapat mengambil tindakan tegas maka masyarakatlah yang akan bertindak untuk

melawan kelompok pemuda yang telah menimbulkan keonaran dan kekacauan di

sekitar daerah mereka tinggal ataupun daerah tempat mereka mencari nafkah.32

Perlindungan yang diberikan militer kepada IPK dan Pemuda Pancasila

memungkinkan mereka untuk menjalankan aktivitas yang sangat menguntungkan

secara ekonomi seperti perjudian dan jaringan perlindungan yang kebal hukum.

Perubahan kedudukan militer sejak reformasi tidak berarti juga memutuskan

keterkaitan ini. Pada satu kesempatan, polisi membalas pembunuhan salah satu

anggota kesatuannya yang dilakukan anggota IPK dengan cara menembaki rumah

kediaman Olo. Namun, polisi “ditegur” oleh pihak militer atas perintah bos dunia

kriminal itu.33

Persepsi masyarakat tentang kiprah organisasi pemuda lambat laun

mengalami pergeseran. Banyak masyarakat yang merasa dirugikan karena

terganggu aktivitas ekonomi dan keamanannya oleh ulah sebagian besar anggota

organisasi pemuda termasuk Pemuda Pancasila. Bagi pengurus Pemuda Pancasila

sendiri, persepsi itu akan banyak menimbulkan persoalan untuk pengembangan

organisasi, sehingga perlu ada revaluasi, redefinisi serta reaktualisasi peran dan

fungsi organisasi di masyarakat. Sejak dibentuknya hingga saat ini, aktivitas

organisasi Pemuda Pancasila banyak melibatkan masyarakat, terlihat dari program

peningkatan aspek kualitas massa. Itulah sebabnya komposisi pengurus hasil

musyawarah wilayah tidak lagi seluruhnya berasal dari anak jalanan dan preman,

melainkan kalangan intelektual 20%, pengusaha 30%, dan massa atau kalangan

umum sebesar 50%.

Pemuda Pancasila Sumatera Utara berusaha mengubah citra organisasi dari

organisasi kekerasan menjadi organisasi masyarakat yang aktif dalam kegiatan-

                                                                                                                         32 Nina Karina. 2008. Loc.Cit. hal. 105. 33 Loren Ryter. 2000. Loc. Cit.

Page 28: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

79

kegiatan sosial. Terpilihnya Marzuki34 dalam Musyawarah Wilayah ke VIII sebagai

ketua mengharuskan kegiatan organisasi lebih banyak dilakukan untuk pembinaan

internal terkait anggota dan pengurus organisasi. Orientasi kegiatan periode ini

lebih diarahkan pada pemantapan independensi organisasi, penyaluran aspirasi

politik Pemuda Pancasila kepada Golongan Karya, dan pengembangan serta

konsolidasi wawasan anggota. Kegiatan-kegiatan organisasi yang pada mulanya

digerakkan oleh pengurus wilayah sudah mulai didelegasikan kepada satuan-satuan

pengurus di tingkat bawahnya. Basis-basis kegiatan berada pada satuan-satuan

pengurus yang terkecil yang terkait langsung dengan lingkungan masyarakat.

Dukungan politik Pemuda Pancasila yang diberikan kepada pemerintah Orde Baru

menjadi kegiatan penting organisasi.

2.3. Pemuda Pancasila Sumatera Utara Pasca Orde Baru

Pada masa periode kepemimpinan Ajib Shah35, gerakan reformasi telah

mulai berjalan di semua daerah tidak terkecuali di Sumatera Utara. Situasi politik

nasional mengalami ketidakpastian, demonstrasi terjadi di Jakarta dan berbagai

daerah. Pemerintahan Soeharto kemudian memerlukan dukungan politik dari

lembaga-lembaga masyarakat, tidak terkecuali Pemuda Pancasila, untuk

mempertahakan posisinya. Desakan tuntutan agar Soeharto mundur dari jabatan

Presiden Republik Indonesia pun terjadi pada 21 Mei 1998. Setelah itu, reformasi

menjadi pembicaraan umum di masyarakat dan mengubah tatanan politik Orde

Baru yang berlangsung sejak 32 tahun silam. Pada masa transisi itulah, Pemuda

Pancasila mereposisi keberadaannya dari organisasi pemuda pendukung Orde Baru

menjadi organisasi masyarakat yang independen.36

                                                                                                                         34 Marzuki merupakan tokoh eksponen ’66 yang aktif semasa pemberantasan komunis di Sumatera Utara. Aksi massa untuk membunuh aktivis PKI juga turut disaksikannya. Ia ikut membidani Pemuda Pancasila di awal pendiriannya. Masa Orde Baru menjadi anggota DPRD Kota Medan Periode 1987-1992. Setelah menjadi ketua wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara tahun 1999, Marzuki memilih profesi sebagai politisi Golkar dan terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara (2004-2009) dari Partai Golkar. 35 Masa kecil Ajib Shah dilalui oleh lingkungan pergaulan para preman. Namun, Ajib kecil dikenal sebagai anak yang rajin bersekolah dan pernah menjadi qori (pembaca Al-Qur’an) terbaik di kota Medan. Ajib Shah dianggap sebagai salah seorang tokoh di Sumatera Utara yang berkarir di Pemuda Pancasila dari tingkat kecamatan hingga provinsi. Berprofesi sebagai politisi Partai Golkar dan pernah menjadi anggota DPRD Kota Medan tahun 1999 dari Fraksi Golkar dan terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi pada Pemilu 2009 dari fraksi yang sama. 36 Ryter menjelaskan bahwa Pemuda Pancasila adalah organisasi terakhir yang menunjukkan loyalitasnya kepada rezim Soeharto. Lihat Ryter. 1998. Loc. Cit. 66, Oktober. Keputusan tentang

Page 29: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

80

Kebijakan organisasi yang diputuskan secara nasional itu kemudian berlaku

di daerah-daerah. Di Sumatera Utara proses perubahan dan penyesuaian di bidang

organisasi berjalan secara normal. Materi perubahan yang paling penting adalah

mengenai aspirasi politik Pemuda Pancasila yang tidak lagi diberikan kepada

Golongan Karya dan membebaskan pilihan politik anggota organisasi. Tokoh

senior Pemuda Pancasila, terutama yang aktif di Golongan Karya, mulai harus

menentukan sikap politik pribadinya akibat keputusan ini. Tidak lama setelah itu,

tokoh Pemuda Pancasila mendirikan Partai Patriot Pancasila. Pada saat yang sama,

dinamika organisasi terkait dengan perkelahian anggota Pemuda Pancasila dengan

Ikatan Pemuda Karya semakin sering terjadi. Kondisi tersebut membutuhkan

perhatian serius bagi ketua DPW Pemuda Pancasila saat itu, sehingga beban tugas

yang harus diselesaikan oleh ketua wilayah menjadi bertambah.

Ketika tugas konsolidasi organisasi semakin meningkat, justru Ketua DPW

Pemuda Pancasila Sumatera Utara mengundurkan diri. Mundurnya Ajib Shah

sebagai ketua DPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara menjadi “catatan pinggir”

tersendiri di kalangan tokoh Pemuda Pancasila. Pada masa kepemimpinan Ajib

Shah konsolidasi internal organisasi berjalan dan komunikasi dengan pihak

eksternal semakin baik. Namun, pada masa itu juga, konflik kekerasan seperti

perkelahian, penculikan, bahkan pembunuhan semakin sering terjadi khususnya

antara anggota Pemuda Pancasila dengan Ikatan Pemuda Karya.

Penyebab terjadinya perkelahian antara anggota organisasi itu di antaranya

adalah perebutan penguasaan lahan atau daerah tertentu, persaingan di tempat

pekerjaan, plotot-plototan mata, dan lain-lainnya. Meskipun masing-masing

anggota organisasi berkelahi, tetapi para pimpinannya masih bisa saling bertegur

sapa dan duduk bersama di satu meja. Ketika itu pula tidak jarang aparat keamanan

seperti unsur tentara melalui Komando Daerah Militer (Kodam) I Bukit Barisan

dan Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Utara memanggil pimpinan kedua

organisasi untuk menertibkan para anggotanya. Motifnya tidak lain hanya berkisar

tentang sumber uang yang bisa diraih di daerah tertentu untuk kepentingan anggota

dan kelancaran program organisasi.

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               independensi Pemuda Pancasila dalam saluran aspirasi politik ditetapkan pada Musyawarah Besar Luar Biasa (Mubeslub) di Cipayung pada tanggal 28-30 April 1999. Ada tiga keputusan penting yang ditetapkan yaitu membebaskan pilihan politik bagi anggota organisasi, perubahan status organisasi pemuda menjadi organisasi kemasyarakatan, dan terkait Dwifungsi ABRI.

Page 30: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

81

Untuk meminimalisir perselisihan dan perkelahian di antara anggota

Pemuda Pancasila dan Ikatan Pemuda Karya banyak cara yang bisa dilakukan oleh

Ajib Shah. Namun, keinginan untuk mengundurkan diri lebih besar ketimbang

menyelesaikan satu periode kepemimpinan di Pemuda Pancasila. Ajib Shah sendiri

mengatakan bahwa pengunduran dirinya disebabkan karena ia ingin lebih

berkonsentrasi untuk pengembangan usahanya di Jakarta sekaligus berkarir sebagai

politisi di Partai Golkar.37 Namun, berbagai sumber menyebutkan mundurnya Ajib

Shah karena ketidakmampuannya untuk merespon permintaan sebagian tokoh

Pemuda Pancasila agar berhadapan secara langsung dengan Ikatan Pemuda

Karya.38

Setelah Ajib Shah menyatakan pengunduran dirinya sebagai Ketua

Presidium DPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara, maka digelar musyawarah luar

biasa (muswilub). Saat musyawarah itu, terpilihlah Donald Sidabalok sebagai ketua

menggantikan Ajib Shah. Terpilihnya Donald juga mendapatkan dukungan dan

“restu” dari kelompok Ajib Shah. Donald bergabung di Pemuda Pancasila

Sumatera Utara pada tahun 1982. Merantau ke Jakarta dan bekerja sebagai buruh di

Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 1977. Sejak itu, Donald sudah mengenal

Pemuda Pancasila. Tidak lama setelah kembali ke Medan, Donald terpilih menjadi

Ketua Ranting Pemuda Pancasila di Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur

Kota Medan. Sejak muda kehidupan jalanan yang keras telah dikenal oleh Donald,

karena itu pula tidak sulit baginya untuk beraktivitas di Pemuda Pancasila. Karir

organisasi di Pemuda Pancasila dilakukannya mulai dari pimpinan tingkat ranting

hingga provinsi. Pada tahun 1997, Donald pernah menjadi salah satu calon ketua

                                                                                                                         37 Wawancara dengan Ajib Shah, 20 Oktober 2011, di kantor DPRD Provinsi Sumatera Utara, pukul 12.30 Wib. 38 Ada catatan tersendiri mengenai pengunduran diri Ajib Shah yang disampaikan beberapa narasumber. Mereka menyatakan bahwa adanya kepentingan bisnis dan marwah keluarga besar Shah serta ketidakberanian menghadapi kekerasan yang terjadi merupakan penyebab mundurnya Ajib Shah sebagai Ketua Pemuda Pancasila Sumut. Namun, pernyataan itu tidak dibenarkan oleh sebagian narasumber lainnya dan menyatakan bahwa mundurnya Ajib Shah karena harus konsentrasi untuk mengurus usahanya di Jakarta dan memilih profesi sebagai politisi Partai Golkar. Menurut Nazaruddin Sihombing (Ketua GM FKPPI Sumut) mundurnya Ajib Shah dari Ketua Presidium PP Sumatera Utara karena tidak dapat memenuhi keingingan Anif Shah untuk mengamankan lahan di sekitar daerah Petisah Kota Medan. Namun, Ajib Shah menjelaskan alasan pengundurannya karena ingin berkonsentrasi di bisnis dan menjadi politisi Partai Golkar agar tidak terjadi konflik kepentingan di PP. Wawancara dengan Ajib Shah, 20 Oktober 2011, di kantor DPRD Provinsi Sumatera Utara, pukul 12.30 Wib. Keterangan yang sama juga diperoleh dari wawancara dengan Syamsul Arifin, 17 September 2011, pukul 09.00 Wib, di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta.

Page 31: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

82

Dewan Pimpinan Cabang Kota Medan, tapi kalah dalam pemilihan karena tidak

didukung oleh kelompok Ajib Shah.39

Selain aktif di Pemuda Pancasila, profesi Donald sehari-harinya adalah

wartawan. Sebagai jurnalis, tentu banyak hal yang bisa dilakukan oleh Donald

terutama memberitakan peristiwa yang harus atau tidak ditulis di media lokal.

Jaringan antara sesama jurnalis, membawanya dekat dengan Anif Shah begitu juga

Ajib Shah. Hubungannya dengan keluarga Shah berlangsung bukan hanya urusan

keorganisasian namun juga berkaitan dengan keperluan publikasi mengenai

kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan bisnis dan politik.

Perlahan-lahan hubungan yang awalnya seperti simbiosis mutualisme

(saling menguntungkan) berubah menjadi bentuk kepercayaan antara keluarga Shah

dengan Donald Sidabalok. Tidak sedikit urusan keluarga Shah yang berkaitan

dengan media mampu dibantu penyelesaiannya oleh Donald. Sehingga pada saat

muswilub untuk menggantikan Ajib Shah, resistensi dari keluarga Shah mengenai

pencalonan Donald sebagai ketua wilayah relatif kecil. Di samping itu, Donald

juga tidak tertarik untuk masuk menjadi politisi meskipun Golkar dan Partai Patriot

Pancasila –pada waktu itu – menawarinya untuk menjadi calon anggota legislatif.

Atas dasar itulah, pencalonan Donald sebagai Ketua Wilayah Pemuda Pancasila

dalam Muswilub Pemuda Pancasila Sumatera Utara tidak memiliki penolakan yang

cukup kuat dari keluarga Shah ini.

Pada masa kepemimpinan Donald, kekerasan di lapangan seperti soal judi,

perebutan lahan, penguasaan perparkiran semakin meningkat. Pertentangan

Pemuda Pancasila dengan organisasi Ikatan Pemuda Karya (IPK) hampir setiap

hari terjadi di antara anggota kedua organisasi itu. Namun, Donald dikenal sebagai

sosok pemimpin yang selalu memperhatikan anggotanya ketika berhadapan dengan

penegak hukum seperti polisi atau anggota TNI. Oleh karena kedekatannya dengan

anggota Pemuda Pancasila dan para pengurus pusat di Jakarta, Donald terpilih

kembali dalam Musyawarah ke X pada tanggal 26-27 Juni 2002 di Sibolga sebagai

ketua wilayah Provinsi Sumatera Utara.

                                                                                                                         39 Saat itu, Ajib Shah adalah Ketua MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara. Ketika wawancara dengan Donald Sidabalok, 21 Desember 2011 pukul 11.00 Wib di rumahnya disampaikan bahwa meskipun memperoleh dukungan dari pimpinan anak cabang, namun pada saat Ajib Shah membacakan surat suara namanya sedikit disebutkan dan pemenangnya adalah Boyke Turangan serta tidak ada saksi saat pembacaan surat suara itu. Kertas suara kemudian dibakar selesai pembacaan dan tidak diserahkan kepada pimpinan sidang saat itu.

Page 32: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

83

Pada periode kedua kepemimpinanya, Donald mulai dituntut untuk menjaga

independensi organisasi sesuai amanah mubes sebagai respon dari perubahan

politik yang terjadi di Indonesia. Proses transformasi itu menyebutkan bahwa

Pemuda Pancasila bukan lagi disebut sebagai organisasi yang berorientasi

kepemudaan melainkan organisasi kemasyarakatan. Selain itu, aspirasi politik dari

Pemuda Pancasila bukan lagi disalurkan ke Partai Golongan Karya, namun

membebaskan anggotanya untuk menentukan pilihan partai politik apapun yang

sesuai dengan keinginannya.40 Atas dasar kebijakan strategis organisasi ini, maka

tuntutan dari tokoh penting Pemuda Pancasila semakin kuat kepada Donald

Sidabalok agar menjaga organisasi tetap independen dari kekuatan apapun. Donald

tetap merespons tuntutan tersebut sebagai bentuk tanggung jawab

kepemimpinannya terutama pada saat digelarnya musyawarah cabang sebagai

bentuk konsolidasi organisasi untuk tetap menjaga independensinya.

Konflik internal terjadi pada masa kepemimpinan Donald, berawal saat

digelarnya Musyawarah Cabang ke XIV kota Medan tahun 2006. Saat itu, ketua

lama yaitu Bangkit Sitepu41 berniat untuk maju kembali menjadi kandidat ketua

cabang dan pesaingnya adalah Anuar Shah42. Donald diminta oleh Anif Shah dan

Ajib Shah untuk mendukung dan memilih Anuar Shah sebagai ketua MPC Pemuda

Pancasila Kota Medan. Sebagai ketua wilayah, maka tidak begitu sulit bagi Donald

untuk mempengaruhi peserta musyawarah agar memilih Anuar Shah sebagai ketua

MPC Pemuda Pancasila. Namun, tidak juga mudah untuk mengalahkan Bangkit

Sitepu dalam pemilihan itu. Bangkit memiliki akar yang kuat di kalangan pemilik

suara dan dukungan senior Pemuda Pancasila. Dari 23 Pimpinan Anak Cabang

(PAC) yang memiliki hak suara, Bangkit Sitepu didukung oleh 11 PAC dan 2 PAC

Khusus yaitu Perumnas Mandala dan Simalingkar. Sedangkan Anuar Shah

                                                                                                                         40 Penjelasan mengenai hal ini, secara lengkap lihat Nina Karina. 2008. “Dinamika….”. Tesis. hal. 77-99. 41 Bangkit Sitepu dikenal sebagai anggota DPRD Kota Medan dari Partai Golkar (1999-2004, 2004-2009) dan sekarang tercatat sebagai anggota DPRD Kota Medan dari Partai Patriot (2009-2014). Sebelum aktif sebagai anggota legislatif, Bangkit dikenal sebagai penguasa wilayah di kawasan Simalingkar (sebuah kawasan permukiman berupa perumahan nasional/perumnas pertama di Kota Medan). 42 Anuar Shah, akrab disapa Aweng, merupakan saudara bungsu dari keluarga Shah (Anif Shah dan Ajib Shah). Aktivitasnya di organisasi pemuda bermula dari pengurus tingkat kecamatan di Kota Medan sebagai Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) Medan Barat Pemuda Pancasila. Oleh keluarganya diharapkan dapat memimpin Pemuda Pancasila.

Page 33: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

84

didukung oleh 9 PAC dan 1 PAC di Medan Tembung yang belum memiliki surat

ketetapan kepengurusan.

Meskipun hasil Musyawarah Cabang Pemuda Pancasila di Kota Medan itu

memilih Bangkit Sitepu sebagai ketua, namun anggota Pemuda Pancasila Kota

Medan terbelah menjadi dua kubu. Kubu Bangkit Sitepu dan kubu Anuar Shah

yang membentuk Pemuda Pancasila Khusus (PPK) di Kota Medan. Kekecewaan

Ajib Shah dan Anif Shah kepada Donald Sidabalok mulai muncul karena dinilai

tidak mampu memenuhi permintaan mereka. Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila

Khusus (PPK) kota Medan pimpinan Anuar Shah dideklarasikan pada bulan Mei

2007 dan membentuk dan melantik pimpinan anak cabang di tingkat kecamatan.

Pada saat itulah, terjadi perebutan dan perkelahian antara anggota pimpinan

Bangkit Sitepu dengan Anuar Shah. Perebutan pimpinan anak cabang ini akhirnya

dapat diredakan setelah campur tangan pihak keamanan.

Tidak berselang lama, Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila

Sumatera Utara akan berakhir masa kepengurusannya dan dijadwalkan

menyelenggarakan Musyawarah Wilayah ke XI tanggal 22-24 Juni 2007.

Penyelenggaraan Muswil tersebut dihadiri oleh Ketua Majelis Pimpinan Nasional

Pemuda Pancasila (MPN PP), Yapto S. Soerjosoemarno, dan menampilkan dua

kandidat calon ketua wilayah yaitu H. Donal Sidabalok (ketua MPW PP saat itu)

dan Anuar Shah (ketua DPC PP Khusus Kota Medan). Suasana pelaksanaan

musyawarah saat itu, penuh dengan dinamika yang mungkin berbeda dari

musyawarah sebelumnya.

Banyaknya unsur aparat keamanan baik dari kepolisian dan TNI yang

berjaga-jaga di sekitar arena pelaksanaan musyawarah memunculkan sejumlah

pertanyaan dari para pimpinan cabang Pemuda Pancasila. Personil kepolisian dan

TNI yang bertugas saat itu justru mengenakan seragam satuan tugas (satgas)

Pemuda Pancasila. Tindakan itu dilakukan karena telah beredar informasi bahwa

pelaksanaan Muswil ke XI akan mengalami kerusuhan. Lebih dari separuh ketua

cabang tetap menginginkan Donald Sidabalok melanjutkan kepemimpinan Pemuda

Pancasila Sumatera Utara. Namun Anuar Shah telah mendapatkan dukungan dari

Ketua MPN Pemuda Pancasila. Oleh karena dukungan itu, maka sebagian besar

ketua cabang yang memiliki hak suara, harus memilih Anuar Shah.

Page 34: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

85

Kabar mengenai munculnya kerusuhan dalam musyawarah tersebut tidak

terjadi, meskipun terdapat insiden kecil seperti perkelahian di luar ruangan

musyawarah. Pendukung Donald Sidabalok yang melakukan aksi demonstrasi di

luar ruangan musyawarah harus berhadapan dengan personil kepolisian dan TNI

yang telah mengenakan seragam satgas Pemuda Pancasila. Para pendukung Donald

Sidabalok dan kelompok yang merasa tidak senang dengan suasana musyawarah

saat itu pun kemudian berlarian. Sedangkan, suasana di dalam ruangan

musyawarah berlangsung sangat dinamis. Banyak dari peserta musyawarah yang

memberikan kritik dan mengoreksi kepengurusan Pemuda Pancasila terkait cara

kerja pimpinan. Pendapat itu kemudian selalu direspons oleh peserta yang lain

dengan cara yang keras seperti membanting meja dan dengan suara yang keras.

Musyawarah memilih Anuar Shah sebagai ketua Majelis Pimpinan Wilayah

Pemuda Pancasila Provinsi Sumatera Utara.

Dengan terpilihnya Anuar Shah dalam Musyawarah Wilayah Pemuda

Pancasila Provinsi Sumatera Utara ke XI menunjukkan bahwa keluarga Shah

dengan jaringan yang dimiliki masih sangat berpengaruh di Pemuda Pancasila.

Banyak kalangan yang menilai bahwa keluarga Shah khususnya Anif Shah dan

Ajib Shah menggunakan Pemuda Pancasila sebagai bagian dari upayanya untuk

memberikan dukungan kepada bisnis yang sedang dijalaninya. Sebagian

menganggap bahwa tidak ada tindakan yang salah dilakukan oleh keluarga Shah

berkaitan dengan aktivitasnya di Pemuda Pancasila karena mereka juga memiliki

kontribusi yang tidak kecil terhadap pengembangan organisasi. Keberhasilan bisnis

keluarga Shah merupakan upaya yang telah dilakukannya sendiri dan tidak

berkaitan secara langsung dengan Pemuda Pancasila meskipun terkadang mereka

membutuhkan kekuatan organisasi untuk menjaga keberlangsungan bidang usaha

mereka. Beberapa narasumber menjelaskan yang terjadi saat ini adalah perubahan

gaya kepemimpinan yang relatif mengganggu independensi Pemuda Pancasila dari

cita-cita idealisme saat organisasi pemuda ini didirikan.

2.4. Menguatnya Kepentingan Bisnis di Pemuda Pancasila Sumatera Utara

Setiap berlangsungnya musyawarah yang akan memilih pucuk pimpinan

Pemuda Pancasila di Sumatera Utara selalu saja muncul kelompok pendukung yang

berbeda. Tidak pula dapat dipungkiri bahwa di antara kelompok tersebut selalu

Page 35: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

86

menggunakan kekuatan Pemuda Pancasila untuk kepentingan tertentu seperti

kepentingan bisnis. Kepentingan bisnis sering menjadi pemicu terbelahnya

kekuatan Pemuda Pancasila. Banyak kelompok yang berkepentingan dengan

Pemuda Pancasila untuk memperoleh keuntungan ekonomi dari usaha yang

dijalankan terutama yang berkaitan dengan anggaran pemerintah atau pemberian

izin mengelola satu kawasan tertentu. Ada yang bersifat pribadi, kelompok, dan

unit usaha yang dikelola oleh Pemuda Pancasila sendiri.

Sebagian pengurus Pemuda Pancasila berprofesi sebagai kontraktor dan

pemborong yang sangat tergantung dari anggaran pemerintah untuk menjalankan

usahanya. Usaha-usaha pribadi pengurus Pemuda Pancasila itu, secara tidak

langsung, diperoleh dari upayanya melakukan lobi terhadap kepala daerah untuk

memperoleh pekerjaan yang bersumber dari APBN dan APBD. Sebagian

keuntungan dari pekerjaan itu mereka sumbangkan untuk menanggulangi kegiatan

organisasi atau biaya yang diperlukan anggota Pemuda Pancasila seperti bantuan

kemalangan, selamatan, dan bahkan uang saku anggota. Mereka yang berprofesi

sebagai kontraktor di pengurus Pemuda Pancasila cukup banyak sehingga pengurus

wilayah harus mengatur pembagian pekerjaan, yang diberikan oleh kepala daerah

di wilayah Sumatera Utara, secara proporsional.

Di samping para pengurus, secara kelembagaan, Pemuda Pancasila juga

memiliki unit usaha seperti pengelolaan perparkiran dan jasa keamanan. Unit usaha

jasa pengelolaan perparkiran selalu bekerja sama dengan pemerintah

kabupaten/kota untuk mendapatkan pekerjaan jasa perpakiran tersebut. Di Kota

Medan misalnya, Badan Pengelolaan Perparkiran (BPP) bekerja sama dengan

perusahaan jasa perparkiran untuk mengelola wilayah kerja yang meliputi areal

kota Medan. Tidak banyak perusahaan yang mengikuti tender pengelolaan parkir

mampu memberikan jaminan keamanan tanpa melibatkan organisasi pemuda.43

Begitu juga dengan layanan jasa keamanan yang diperlukan perusahaan swasta

seperti pabrik, pergudangan, pertokoan, dan lain-lain. Pemuda Pancasila melalui

unit usaha itu mengerahkan anggotanya untuk bekerja memberikan jasa

pengamanan tersebut. Usaha-usaha tersebut juga bekerjasama dengan aparat

kepolisian seperti pengadaan satuan pengamanan (satpam). Sebagian pendapatan

                                                                                                                         43 Wawancara melalui telepon dengan Mustafa Sutan Nasution, Kepala Badan Pengelola Perparkiran Kota Medan, 25 Nopember 2011, pukul 10.00 Wib.

Page 36: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

87

dari usaha itu disisihkan untuk keperluan aktivitas organisasi setelah masing-

masing anggota mendapatkan penghasilan dari bagian pekerjaan yang dilakukan.

Usaha-usaha yang dilakukan oleh individu sebagai kader Pemuda Pancasila

untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, tidak begitu dipersoalkan oleh para

senior, selama tidak mendominasi.44 Dominasi terjadi jika ada individu atau

kelompok yang hendak menguasai Pemuda Pancasila dengan maksud memperoleh

keuntungan politik dan ekonomi secara sepihak. Keuntungan politik berupa

intervensi kepada pengurus MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara terhadap

keputusan atau kebijakan strategis organisasi. Sedangkan keuntungan ekonomi

berkaitan dengan manfaat ekonomi yang diperoleh akibat dari keputusan atau

kebijakan strategis tersebut.

Kondisi yang disebutkan di atas itu selalu menjadi pembicaraan serius di

kalangan Pemuda Pancasila begitu juga pihak eksternal. Kelompok yang selalu

disebut-sebut memperoleh keuntungan politik dan ekonomi dari Pemuda Pancasila

Sumatera Utara adalah keluarga Shah.45 Anif Shah yang memiliki binis

perkebunan, pertanian, dan perumahan berkepentingan untuk memiliki dan

mengelola lahan di daerah Sumatera Utara seperti Kabupaten Langkat, Deli

Serdang, Madina, Tapanuli Selatan, dan lain sebagainya. Pemilk perusahaan Grup

Anugerah Langkat Makmur (Alam) itu adalah figur yang tidak asing lagi di

kalangan pendiri Pemuda Pancasila sejak Effendi Nasution menjadi Ketua MPW

Pemuda Pancasila Sumatera Utara pada tahun 1970-an.

Bagi Anif Shah sendiri, bisnis pertanian, perkebunan, dan perumahan

memerlukan lahan sebagai sumber utama dalam menggerakkan roda usahanya.

                                                                                                                         44 Para pengurus MPW Pemuda Pancasila memiliki perusahaan kontraktor atau penyedia jasa yang sangat bergantung dari proyek pemerintah daerah. Sebagai pengurus Pemuda Pancasila, tidak begitu sulit bagi mereka untuk mendapatkan proyek pemerintah. Data tentang perusahaan yang selalu digunakan oleh pengurus MPW Pemuda Pancasila dalam mengerjakan proyek pemerintah ada pada penulis. 45 Disebut keluarga Shah karena mereka memiliki postur tubuh yang mirip keturunan Afganistan dan saat ini dipandang sebagai keluarga terhormat di Sumatera Utara. Saudara paling tua, Anif Shah, dikenal sebagai pengusaha sukses sekaligus pemilik Grup Anugerah Langkat Makmur (Alam) yang bisnisnya mencakup bidang perkebunan dan pabrik kelapa sawit, properti, kompos, SPBU, sarang burung walet, dan lain-lain. Anif dan keluarganya juga aktif di berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan di Sumatera Utara. Pada awal-awal memulai usahanya, H. Anif, dikenal sebagai pengusaha yang sering berurusan dengan pembebasan lahan untuk usaha perkebunan, pertanian, dan perumahan. Sedangkan saudara kandungnya seperti Rahmat Shah (menjabat sebagai anggota DPDRI Periode 2009-2014), Ajib Shah (tokoh PP, politisi Partai Golkar, dan anggota DPRDSU 2009-2014), Maherban Shah (pengusaha pertambangan dan pendiri Masyarakat Pancasila Indonesia/MPI), Anwar Shah (kader Pemuda Pancasila dan menjabat sebagai Ketua Wilayah Propinsi Sumatera Utara).

Page 37: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

88

Sementara, banyak lahan-lahan perkebunan yang masih bermasalah sejak

pemerintahan kolonial hingga saat ini. Persoalan tanah di Sumatera Utara menjadi

salah satu isu yang harus dituntaskan oleh pemerintah daerah, badan usaha negara,

dan instansi lain yang terkait.46 Untuk dapat menguasai lahan-lahan yang masih

bermasalah diperlukan pendekatan kepada pemilik kekuasaan dan mobilisasi massa

yang besar. Kekuatan hukum dalam penguasaan lahan relatif bisa diselesaikan

dengan cara kekerasan jika lahan yang sedang bermasalah tersebut dikuasai dengan

cara dijaga oleh para preman.47 Untuk penguasaan lahan itulah, Anif Shah, sangat

berkepentingan dengan massa yang dimiliki oleh Pemuda Pancasila agar menjaga

lahan-lahan yang akan dikelola perusahaannya. Selain itu, melalui Pemuda

Pancasila, lebih mudah meminta perlindungan aparat keamanan untuk menguasai

lahan yang diperlukan.

Menggerakkan massa untuk menguasai lahan-lahan yang sedang bermasalah

kepemilikannya, membutuhkan kekuatan tersendiri. Massa itu bisa didatangkan

dari sekitar wilayah lahan yang akan dikelola. Namun, tidak semua jenis massa

yang bisa ditugaskan untuk menjaga lahan yang ingin dimiliki. Massa itu harus

berani melakukan perlawanan termasuk kepada aparat hukum, mengintimidasi,

menjaga, bahkan melukai ketika terjadi pertikaian di lahan tersebut. Massa yang

bertipe seperti itu dimiliki oleh Pemuda Pancasila dengan cara memberikan

pekerjaan atau uang setiap hari untuk kebutuhan hidupnya. Agar memudahkan

memobilisasi massa anggota Pemuda Pancasila Sumatera Utara, maka tindakan

untuk merebut pimpinan Pemuda Pancasila menjadi sangat penting.48

Hubungan yang sangat intens antara Anif dengan pengurus Pemuda

Pancasila Sumatera Utara terjadi saat Marzuki terpilih sebagi ketua pada tahun

1984. Ketika itulah suasana keorganisasian menjadi lebih modern. Secara ekonomi

kemampuan organisasi berkembang lebih baik, rapat-rapat pun selalu

diselenggarakan di hotel berbintang. Jaringan ke para politisi, birokrat, dan kepala

                                                                                                                         46 Syarifuddin Kalo. 2004. “Perbedaan Persepsi Mengenai Penguasaan Tanah dan Akibatnya Terhadap Masyarakat Petani di Sumatera Timur: Pada Masa Kolonial Yang Berlanjut Pada Masa Kemerdekaan, Orde Baru dan Reformasi”. Makalah. Program Studi Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. hal 1-4. 47 Syafruddin Kalo. 2003. “Masyarakat dan Perkebunan: Studi Mengenai Sengketa Pertanahan Antara Masyarakat Versus PTPN II di Sumatera Utara”. Desertasi. Medan: Pogram Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. hal. 7-8. 48 Wawancara dengan Nazaruddin Sihombing, Ketua FKPPI Sumatera Utara, 13 November 2011, Pukul 12.30 Wib, di Hotel Candi Medan.

Page 38: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

89

daerah semakin luas dan kegiatan konsolidasi organisasi hingga tingkat ranting

atau kelurahan dan desa berjalan dengan baik. Tidak dapat dipungkiri, ada tokoh

Pemuda Pancasila menyatakan bahwa kontribusi Anif Shah sangat membantu

kelancaran konsolidasi organisasi baik internal maupun eksternal. Untuk hal ini

mereka menyebut ada investasi Anif Shah di Pemuda Pancasila. Kedekatannya

dengan Marzuki, pada saat menjabat ketua wilayah Pemuda Pancasila, membuat

Anif Shah lebih leluasa berdiskusi dan menjalin relasi yang saling memberi

manfaat. Namun, bukan tidak mungkin investasi itu juga akan menghasilkan

keuntungan yang diharapkan oleh Anif Shah sendiri.

Salah satu alasan Anif Shah menempatkan orang-orangnya di Pemuda

Pancasila adalah agar lebih mudah meminta bantuan pengamanan dari bisnis yang

dikelolanya. Bisnis Anif Shah mulai berkembang pesat awal 1980-an, di antaranya

adalah perkebunan sawit di Kabupaten Langkat, Madina, dan Deli Serdang,

perumahan di Cemara Asri yang lokasinya berbatasan antara kota Medan dengan

Deli Serdang, serta usaha ternak burung wallet di Kabupaten Madina. Saat ini

bisnis tersebut telah berjalan dan berkembang terus menerus pada bidang lainnya

seperti pembuatan kompos, SPBU, dan lain sebagainya. Dikelola oleh keluarga

sendiri dengan perkiraan omset puluhan milyar rupiah setiap bulannya,

mengharuskan Anif Shah juga menyisihkan keuntungan perusahaan untuk kegiatan

sosial seperti bantuan kepada masyarakat miskin, memberikan beasiswa, membantu

pembangunan gendung-gedung kampus di Sumatera Utara, dan lain-lainnya.

Hampir semua keluarga Shah berprofesi sebagai pengusaha, meskipun ada

yang tertarik menjadi politisi seperti Rahmat Shah dan Ajib Shah. Rahmat Shah

memilih untuk tidak menjadi pengurus partai politik namun sangat akrab dengan

pimpinan partai politik baik di provinsi maupun di pusat. Karena pergaulannya itu,

ia terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-

RI) pada Pemilu 2009. Sementara adik kandungnya, Ajib Shah, lebih memilih

profesi sebagai politisi di Partai Golkar. Untuk urusan-urusan yang berkaitan

dengan politik, Anif Shah, lebih percaya kepada Ajib Shah ketimbang saudara

kandungnya yang lain. Meskipun sulit membuktikan adanya pengaruh atau

intervensi Anif Shah kepada pengurus Pemuda Pancasila di Sumatera Utara untuk

kepentingan bisnisnya, namun keadaan itu menjadi pembicaraan hangat dan serius

Page 39: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

90

di kalangan internal dan eksternal Pemuda Pancasila.49 Terpilihnya Ajib Shah dan

Anif Shah sebagai Ketua MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara menegaskan

adanya pengaruh tersebut.

Pengaruh yang dimiliki oleh Anif Shah dan keluarganya di Pemuda

Pancasila Sumatera Utara memberikan tafsiran tersendiri di internal Pemuda

Pancasila. Pelaksanaan musyawarah Pemuda Pancasila Sumatera Utara yang

diselenggarakan di daerah tertentu mengindikasikan adanya campur tangan

keluarga Shah untuk menentukan ketua terpilih. Hampir seluruh tokoh Sumatera

Utara menyatakan bahwa kalau membicarakan, menganalisa dan menyimpulkan

Pemuda Pancasila di Sumatera Utara, saat ini, tidak terlepas dari keluarga Shah.

Sebagian besar tokoh menyatakan tidak menjadi masalah jika ada pengaruh

keluarga Shah di Pemuda Pancasila karena sama-sama saling menguntungkan.

Sebagian kecil menyatakan tidak sependapat atas kondisi itu karena akan

mengganggu independensi organisasi Pemuda Pancasila dan tentu ada keuntungan

ekonomi yang tidak seimbang akibat pengaruh itu.

Perbedaan pendapat tersebut sering selalu menimbulkan keributan di

internal Pemuda Pancasila. Beberapa tokoh Pemuda Pancasila seperti Amran YS,

Rajab Napolis Tanjung, Rudi Hartawan Tampubolon, dan lain sebagainya merasa

dominasi keluarga Shah terhadap Pemuda Pancasila dilakukan karena motif

ekonomi. Keadaan ini tentu akan mengaburkan independensi organisasi dan lebih

mengutamakan kepentingan kelompok tertentu. Mereka memprotes gaya

kepemimpinan ketua wilayah Pemuda Pancasila yang harus mengikuti selera

keluarga Shah. Mereka kemudian membentuk Pemuda Pancasila 1959 untuk

menandingi kepengurusan MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara yang telah

didominasi kepentingan tertentu.50

Sementara, sebagian besar tokoh dan senior Pemuda Pancasila menyatakan

kontribusi keluarga Shah khususnya Anif Shah terhadap pengembangan Pemuda                                                                                                                          49 Saat wawancara dengan beberapa tokoh Pemuda Pancasila seperti Yan Paruhum Lubis (Ucok Majestik), Amir Siahaan, Amran YS, dan Syamsul Arifin, terucap bahwa pengaruh keluarga Shah kepada pengurus Pemuda Pancasila terus berlangsung terutama untuk kepentingan bisnis Anif Shah. Beberapa senior Pemuda Pancasila menyatakan tidak menjadi masalah karena kontribusi Anif Shah kepada PP juga cukup besar, namun sebagian tokoh PP merasa bahwa intervensi itu tidak bisa dibenarkan. 50 Pembentukan Pemuda Pancasila 1959 yang diprakarsai oleh kader Pemuda Pancasila seperti Amran YS, Rudi Hartawan Tampubolon, dan lain-lainnya mendapat perlawan dari MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara pimpinan Anuar Shah. Bentrokan pun terjadi di antara kedua anggota organisasi tersebut ketika deklarasi PP 1959 dilangsungkan di Kota Medan pada tahun 2011.

Page 40: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

91

Pancasila cukup banyak. Perhatiannya untuk aktivitas organisasi cukup besar

meskipun ada keuntungan ekonomi yang diperolehnya secara tidak langsung.

Kondisi ini wajar saja dilakukan oleh keluarga Shah karena mereka memiliki

kaitan sejarah yang tidak terlupakan antara pendiri Pemuda Pancasila dengan Anif

Shah. Meskipun Anif Shah bukanlah pendiri Pemuda Pancasila, namun

interaksinya dengan para sesepuh Pemuda Pancasila cukup baik sebut saja seperti

Effendi Nasution, Yan Paruhum Lubis, Marzuki, dan lain sebagainya. Ini juga yang

membuat keberadaan Anif Shah dan adik-adiknya di Pemuda Pancasila

diperhitungkan dalam setiap kegiatan Pemuda Pancasila.

2.5. Konfigurasi Politik Hasil Pemilu 2004 di Provinsi Sumatera Utara

Pemilu Legislatif 2004 yang dilaksanakan pada 5 April 2004, menggunakan

sistem proporsional terbuka yang sedikit berbeda dari pemilu sebelumnya. Sistem ini

masih memberikan kedudukan yang kuat pada partai politik melalui sistem daftar urut

namun sistem ini juga memberikan peluang bagi calon yang populer tanpa melihat

nomor urut.51 Peserta Pemilu 2004 diikuti oleh 24 partai politik, di antaranya akan

berkompetisi merebut 85 kursi yang tersedia di DPRD Provinsi Sumatera Utara, selain

kursi untuk DPR-RI dari daerah pemilihan Sumatera Utara.52

Pada Pemilu 2004, Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 25

kabupaten/kota dan memiliki jumlah penduduk yang bervariasi itu terlaksana dengan

damai, meskipun proses sengketa hasil pemilu terjadi di daerah hingga ke ranah meja

hijau. Ada daerah yang tergolong sangat padat serta daerah yang jumlah penduduknya

sedikit. Sehingga memerlukan berbagai pendekatan yang berbeda dalam

mengakomodasi berbagai kepentingan masing-masing daerah baik dari segi suku,

agama dan ras. Mengingat penduduk di Sumatera Utara yang multikultural, Komisi

Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara, menetapkan jumlah daerah pemilihan

sebanyak sembilan.53

                                                                                                                         51 Lihat Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang No. 12 Tahun 2003 yang menyebutkan, “Pemilu untuk anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota dilaksanakan dengan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka.” 52 Jumlah penduduk Sumatera Utara tahun 2004, menurut BPS Provinsi Sumatera Utara, sebanyak 11.890.399 juta jiwa. Sesuai dengan Pasal 5 ayat (2) huruf f disebutkan bahwa Daerah Tingkat I yang jumlah penduduknya di atas 9.000.000 (sembilan juta) jiwa sampai dengan 12.000.000 (dua belas juga) jiwa mendapat 85 (delapan puluh lima) kursi. 53 Daerah Pemilihan (dapil) dalam Pemilu Legislatif 2004 juga mengalami perubahan dari pemilu sebelumnya. Jika sebelum Pemilu 2004 dapil selalu identik dengan wilayah administratif pemerintahan

Page 41: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

92

Tabel 2.1

Daftar Daerah Pemilihan DPRD Provinsi Sumatera Utara pada Pemilu 2004

No. Daerah Pemilihan (Dapil) Wilayah Jumlah Kursi

1. Dapil 1 Medan 14 kursi 2. Dapil 2 Deli Serdang 11 kursi 3. Dapil 3 Serdang Bedagai, Tebing Tinggi 5 kursi 4. Dapil 4 Asahan, Tanjung Balai 8 kursi 5. Dapil 5 Labuhan Batu 7 kursi 6. Dapil 6 Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan,

Mandailing Natal 8 kursi

7. Dapil 7 Nias, Nias Selatan 5 kursi 8. Dapil 8 Tapanuli Tengah, Sibolga, Tapanuli

Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir, Samosir

8 kursi

9. Dapil 9 Siantar, Simalungun 7 kursi 10. Dapil 10 Dairi, Pakpak Bharat, Karo 4 kursi 11. Dapil 11 Langkat, Binjai 8 kursi

Sumber: Data KPU Provinsi Sumatera Utara, 2004.

Jumlah pemilih yang terdaftar dalam Pemilu 2004 di Sumatera Utara sebesar

7.490.581 jiwa, namun hanya 5.248.681 pemilih yang memberikan hak suaranya

(70,7%). Sementara sebanyak 2.241.900 jiwa yang tidak memilih (29,93%). Tingginya

angka yang tidak menggunakan hak pilih ini mengisyaratkan masih lemahnya

kesadaran pemilih untuk berpartisipasi dalam pemilu di samping lemahnya sosialisasi

pelaksanaan pemilu dari pemerintah dan penyelenggara pemilu, kesalahan teknis dan

kecurangan turut memberikan kontribusi terhadap eskalasi jumlah yang tidak ikut

memilih.

Konversi suara menjadi kursi dalam Pemilu 2004 menggunakan sistem kuota

murni. Dari sistem ini perolehan kursi tergantung dari daerah pemilihan, bisa saja

partai yang memperoleh suara sama atau hampir sama belum tentu memiliki kursi

yang sama pula. Dari 24 partai politik peserta Pemilu 2004, hanya 14 partai politik

yang memiliki kursi di DPRD Provinsi Sumatera Utara Periode 2004-2009.

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               yaitu provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan untuk setiap tingkatan lembaga legislatif. Namun, pada Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum mengatur bahwa daerah pemilihan anggota DPR adalah provinsi atau bagian-bagian provinsi. Daerah pemilihan anggota DPRD Provinsi adalah kabupaten/kota atau gabungan kabupaten/kota, dan daerah pemilihan anggota DPRD kabupaten/kota adalah kecamatan atau gabungan kecamatan.

Page 42: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

93

Tabel 2.2

Perolehan Kursi DPRD Provinsi Sumatera Utara Hasil Pemilu 2004

No. Nama Partai Politik Perolehan Suara

Perolehan Kursi

Persentase Kursi (%)

1. Golongan Karya 1.089.810 19 22,4 2. PDIP 779.455 13 15,3 3. Partai Demokrat 379.860 10 11.8 4. Partai Persatuan Pembangunan 377.467 8 9,4 5. Partai Keadilan Sejahtera 376.843 8 9,4 6. Partai Amanat Nasional 313.555 8 9,4 7. Partai Damai Sejahtera 315.795 6 7,1 8. Partai Bintang Reformasi 221.492 5 5,7 9. Partai Bulan Bintang 138.306 3 3,5 10. Partai Perhimpunan Indonesia Baru 146.846 1 1,2 11. PNBK 116.232 1 1,2 12. Partai Patriot Pancasila 122.455 1 1,2 13. PBSD 101.235 1 1,2 14. Partai Pelopor 94.732 1 1,2 15. Partai Kebangkitan Bangsa 93.973 - - 16. PKPB 87.501 - - 17. PKPI 86.856 - - 18. Partai Sosialis Indonesia (PSI) 65.002 - - 19. PNI-Marhainisme 64.648 - - 20. PPDK 64.474 - - 21. Partai Merdeka 63.408 - - 22. PPDI 56.013 - - 23. Partai Pembangunan Daerah (PPD) 55.872 - - 24. PNUI 36.896 - -

Sumber: KPU Provinsi Sumatera Utara, 2004.

Dari 24 partai politik peserta Pemilu 2004, hanya 14 partai politik yang

berhasil menempatkan calon legislatornya di DPRD Provinsi Sumatera Utara dan 10

partai politik yang tidak mencukupi suara untuk terpilih menjadi anggota legislatif.

Hasil Pemilu 2004 sekaligus akan menentukan dinamika dalam setiap pengambilan

keputusan pemerintah yang memerlukan persetujuan DPRD Provinsi Sumatera Utara.

Begitu juga saat mengusulkan calon kepala daerah, komposisi kursi partai politik di

parlemen menentukan jumlah besaran dukungan saat mengusulkan calon kepala

daerah. Partai Golongan Karya dan PDIP adalah partai yang memperoleh suara lebih

dari 15% dan memenuhi syarat untuk mengusulkan calon kepala daerah tanpa harus

bersama-sama dengan partai politik lain. Sedangkan partai politik lainnya memperoleh

Page 43: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

94

suara di bawah 15% dan harus mencari dukungan dari partai lain untuk secara

bersama-sama mengusulkan calon Gubernur Provinsi Sumatera Utara.54

Pemilu 2004 memberikan kesempatan kepada kader Pemuda Pancasila yang

berprofesi sebagai politisi menjadi anggota DPRD. Dari 80 anggota DPRD Provinsi

yang terpilih, ada 6 yang tercatat sebagai kader Pemuda Pancasila. Mereka adalah

Marzuki dan Syahrul Pasaribu terpilih dari Partai Golkar, Kamaluddin Harahap dan

Abdul Hakim Siagian dari PAN, Eddi Rangkuti dari PDIP, dan Edison Sianturi dari

Partai Patriot. Meskipun jumlahnya sedikit, namun posisi mereka di DPRD Provinsi

Sumatera Utara sangat strategis. Syahrul Pasaribu menjabat sebagai Ketua Fraksi

Partai Golkar Periode 2004-2009, Eddi Rangkuti terpilih sebagai Ketua Fraksi PDIP,

Kamaluddin Harahap sebagai Ketua Fraksi PAN. Terpilihnya kader Pemuda Pancasila

sebagai anggota legislatif tentu akan membantu kepentingan organisasi dalam

kebijakan strategis di daerah, walaupun mereka harus berkoordinasi dengan ketua

partai politik masing-masing.

Tabel 2.3

Kader Pemuda Pancasila yang Menjadi

Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara Periode 2004-2009

No. Nama Asal Fraksi Jabatan di DPRD Sumut 1. Syahrul Pasaribu Partai Golkar Ketua Fraksi Golkar 2. Marzuki Partai Golkar Sekretaris Fraksi Golkar 3. Kamaluddin Harahap PAN Ketua Komisi E 4. Abdul Hakim Siagian PAN Anggota 5. Eddi Rangkuti PDIP Ketua Fraksi PDIP 6. Edison Sianturi Bersama Anggota

Sumber: Hasil Wawancara, 2011.

Pemuda Pancasila memiliki pengaruh langsung kepada Partai Patriot Pancasila

yang memperoleh satu kursi di DPRD Provinsi Sumatera Utara. Dengan perolehan

kursi tersebut, maka Partai Patriot Pancasila tentu memiliki bagian dari kekuatan

parlemen di Sumatera Utara. Sebagai partai baru, Partai Patriot Pancasila yang

dideklarasikan di Jakarta tahun 2007, tentu akan lebih memudahkan pimpinan Pemuda

Pancasila Provinsi Sumatera Utara untuk berkordinasi dalam kaitannya dengan

kebijakan pemerintah daerah. Selalu ada ruang untuk memberikan warna dalam setiap

                                                                                                                         54 Lihat UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Komisi Pemilihan Umum No. 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah BAB II Bagian Kesatu Pasal 3 ayat (1) huruf a dan b.

Page 44: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

95

kebijakan di daerah sejalan dengan otonomi daerah yang sedang diberlakukan.

Otonomi daerah memberikan ruang terhadap partisipasi Pemuda Pancasila dalam

proses penetapan kebijakan publik di daerah. Kondisi ini mempermudah Pemuda

Pancasila karena terkait dengan perolehan satu kursi Partai Patriot di DPRD Provinsi

Sumatera Utara. Melalui jaringan organisasi yang dibangun, pimpinan Pemuda

Pancasila bisa berperan aktif untuk mencari solusi dari permasalahan yang terjadi di

lembaganya.

Perubahan situasi politik itu, yang menyebabkan Pemuda Pancasila harus

beradaptasi dalam menjalankan organisasinya agar dapat memberikan pengaruh secara

terus menerus dalam konstelasi politik di Sumatera Utara. Kemudian memberikan

kebebasan kepada pimpinan organisasi di daerah untuk mengambil keputusan

sekaligus sebagai latihan dalam mengatasi persoalan yang ada di setiap tingkatan

kepemimpinan. Membentuk jaringan kepada para pengambil keputusan di daerah baik

legislatif dan eksekutif serta memelihara basis massa organisasi secara berkelanjutan.

Langkah-langkah yang dilakukan Pemuda Pancasila tersebut menjadi bagian dari

konsolidasi organisasi.

2.6. Partai Patriot Pancasila dan Pemuda Pancasila Provinsi di Sumatera Utara

Independensi Pemuda Pancasila memberikan arti bahwa berpolitik adalah

sarana untuk memajukan dan membesarkan eksistensi organisasi secara konkrit

melalui pengakuan, kiprah, peran serta kedudukan para kader dan tokoh Pemuda

Pancasila di berbagai elemen dan lembaga masyarakat. Dalam pandangan organisasi

ini juga independensi bukanlah berarti bahwa Pemuda Pancasila dapat dianggap

sebagai mesin politik untuk mencapai kepentingan kekuasaan atau politik tertentu.

Tetapi, Pemuda Pancasila berdiri di atas kepentingan sosial sesuai dengan pokok-

pokok perjuangannya yang tercantum dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah

Tangga (AD/ART). Secara tegas tertulis dalam AD/ART bahwa Pemuda Pancasila

memposisikan partisipasi politik sebagai kelompok yang menciptakan akuntabilitas

publik serta secara konsisten dan konsekuen melakukan kontrol sosial terhadap

penyelenggaraan pembangunan nasional demi terwujudnya kepentingan umum.

Pelaksanaan kebijakan independensi Pemuda Pancasila Sumatera Utara terlihat

dari tidak sedikit kader Pemuda Pancasila yang telah menduduki berbagai jabatan

publik yang cukup strategis di lingkungan legislatif, eksekutif, organisasi profesi dan

Page 45: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

96

pimpinan berbagai institusi masyarakat lainnya. Sebut saja seperti anggota DPRD di

tingkat provinsi dan kabupaten/kota, bupati/wakil bupati, pengurus teras partai politik,

asosiasi pengusaha, rektor perguruan tinggi, dosen dan lain sebagainya. Praktik

independensi yang sudah berjalan itu juga memberikan ruang kreativitas dan prospek

bagi para anggota maupun pengurus yang berprofesi sebagai pengusaha, pengacara,

pegawai negeri sipil dan swasta termasuk pelaku sektor informal. Hal ini dirasakan

sebagai salah satu manfaat positif dan telah menjadikan Pemuda Pancasila Sumatera

Utara sebagai instrumen sosial yang mampu mengakomodasikan berbagai aspirasi

kelompok masyarakat yang multikultural di Sumatera Utara.55

Namun demikian, praktik independensi Pemuda Pancasila Sumatera Utara

tidak berhenti di situ saja seiring dengan perkembangan dinamika bangsa dan

masyarakat Indonesia. Sejak bergulirnya reformasi dan demokratisasi serta

desentralisasi di Indonesia, praktik independensi Pemuda Pancasila juga mengalami

persoalan internal. Oleh karena Pemuda Pancasila memiliki jumlah anggota dan kader

yang besar baik secara kuantitas dan kualitas serta karakteristiknya yang heterogen

menyebabkan tidak semua kader Pemuda Pancasila terdistribusi dengan baik untuk

berperan di berbagai lembaga masyarakat. Konsekuensi dari itu semua, maka sejumlah

pimpinan dan kader Pemuda Pancasila berinisiatif membentuk Partai Patriot Pancasila

yang diharapkan dapat mengakomodir potensi organisasi dalam saluran aktivitas

politiknya. Dalam rangka mengoptimalkan potensi partisipasi politik para kader

Pemuda Pancasila maka kehadiran Partai Patriot Pancasila dinilai menjadi relevan.

Melalui proses sosialisasi yang panjang, akhirnya pimpinan organisasi di

tingkat nasional mendeklarasikan Partai Patriot Pancasila pada 1 Juni 2001 di Jakarta.

Tampil sebagai pimpinan deklarator adalah Yapto S. Soerjosoemarno dan pengurus

Majelis Pimpinan Nasional Pemuda Pancasila, para senior, dan ketua wilayah Pemuda

Pancasila se-Indonesia. Sejalan dengan kebijakan sistem multi partai maka kehadiran

Partai Patriot Pancasila yang dibidani oleh sejumlah elit Pemuda Pancasila di Jakarta

dan dari daerah diharapkan dapat berperan dan berfungsi sejalan dengan aktivitas dan

saluran aspirasi politik anggota Pemuda Pancasila di seluruh Indonesia. Partai Patriot

Pancasila kemudian dibentuk dengan modal dasar struktur Pemuda Pancasila yang

telah ada di seluruh Indonesia. Meskipun hasil Musyawarah Besar Luar Biasa                                                                                                                          55 Mengenai hal ini lihat Daftar Kader yang Berprofesi sebagai Eksekutif, Legislatif, Yudikatif, Organisasi Bisnis, dan Organisasi Masyarakat di Sumatera Utara yang ditulis oleh MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara dalam lampiran disertasi ini.

Page 46: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

97

(Mubeslub) tahun 1999 dan Musyawarah Besar ke VII tahun 2001 di Bogor yang

menegaskan bahwa Pemuda Pancasila adalah organisasi masyarakat dan bersifat

independen dalam aspirasi politiknya, namun secara informal pengurus di daerah

diharapkan membantu pembentukan Partai Patriot Pancasila.

Hampir seluruh ketua Pemuda Pancasila pada level provinsi dan

kabupaten/kota memperoleh mandat untuk membentuk Partai Patriot Pancasila di

wilayahnya masing-masing. Bagi para ketua Pemuda Pancasila yang telah menjadi

ketua atau pengurus partai politik lain, memiliki kewajiban moral untuk membantu

pembentukan Partai Patriot Pancasila di wilayahnya. Tidak terkecuali di Sumatera

Utara, proses pembentukan Partai Patriot Pancasila di wilayah ini juga dibidani oleh

pengurus Pemuda Pancasila Provinsi Sumatera Utara hingga di tingkat

kabupaten/kota. Meskipun tidak semua ketua Pemuda Pancasila yang tertarik untuk

menjadi pengurus partai politik, namun mereka memiliki kewajiban moral sebagai

bentuk loyalitas kepada elit Pemuda Pancasila di tingkat nasional. Setidaknya mereka

memberikan rekomendasi kepada kader Pemuda Pancasila lainnya yang telah berkarir

di wilayah politik. Kriteria untuk menjadi ketua Partai Patriot Pancasila telah menjadi

pedoman bersama di antara pimpinan Pemuda Pancasila Sumatera Utara.

Mandat pembentukan Partai Patriot Pancasila Provinsi Sumatera Utara

diberikan kepada Donald Sidabalok, sekitar tahun 2002, selaku Ketua Majelis

Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara. Secara pribadi, Donald

termasuk kader yang tidak pernah tertarik untuk aktif di partai politik atau menjadi

politisi. Namun, karena Donald turut menjadi deklarator Partai Patriot Pancasila

sekaligus pemegang mandat karena dirinya menjabat sebagai Ketua Majelis Pimpinan

Wilayah Pemuda Pancasila maka tugas itu harus ditunaikannya. Hampir semua kader

dan pimpinan Pemuda Pancasila mengetahui secara persis bahwa Donald tidak ingin

menjadi ketua Partai Patriot Pancasila dan dia mencari figur yang tepat untuk

menerima mandat tersebut.

“…iya saya menerima mandat untuk membentuk Partai Patriot Pancasila di

Sumut. Walaupun partai ini didirikan oleh pimpinan Pemuda Pancasila, tetapi

tidak menyalurkan aspirasi politiknya ke Partai Patriot Pancasila, anggota

dibebaskan memilih. Cuma ada himbauan Partai Patriot Pancasila yang

dilahirkan Pemuda Pancasila, kenapa tidak anggota Pemuda Pancasila memilih

partai ini. Itu hanya himbauan namun tidak ada garis harus Pemuda Pancasila

Page 47: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

98

itu ke Partai Patriot Pancasila, gak ada. Karena itu saya pada saat itu masih

mencari orang yang tepat…”56

Figur yang saat itu ada dalam benak Donald adalah Ajib Shah yang dapat

membentuk dan mengembangkan partai baru ini. Selain pengalaman politik Ajib Shah

cukup baik, Donald pun melihat jasa dukungan Ajib saat ia terpilih menjadi ketua

wilayah Pemuda Pancasila pada Muswil IX. Hubungan Donald dengan Ajib Shah

terjalin cukup akrab dan bersahabat, karena pergantian kepemimpinan di Pemuda

Pancasila dari Ajib ke Donald berlangsung secara damai. Namun, Yapto

Soerjosoemarno sendiri telah menitipkan pesan kepada Donald untuk tidak

memberikan mandat tersebut kepada keluarga Shah khususnya Ajib Shah. Tidak

begitu jelas alasan yang menyebabkan terjadinya perbedaan antara Yapto dengan

keluarga Shah. Donald sendiri tidak menjelaskannya secara terus terang.

“….bukan karena saya ada masalah dengan Ajib. Hubungan saya dengan dia

baik-baik saja. Saya buka sikit lah ya, namanya kita megang mandat pasti ada

bisikan juga sikit sebetulnya. Saya kalau sudah aman saya pegang. Dulu Yapto

sama keluarga ini (baca: keluarga Shah) hubungannya sikit tidak baik. Saya

sulit juga mengatakannya, termasuk aib orang. Jadi saya gak mau buka…”57

Sementara, Ajib Shah sendiri menginginkan pembentukan Partai Patriot

Pancasila berada dalam kewenangannya. Meskipun saat itu, dia adalah kader Partai

Golkar dan pernah menjadi anggota DPRD Kota Medan dari Fraksi Golkar. Sedikit

banyaknya persoalan ini menyebabkan Donald tidak segera menunaikan tugasnya

sebagai pemegang mandat untuk membentuk Partai Patriot Pancasila di Provinsi

Sumatera Utara. Sementara, hampir seluruh daerah kabupaten/kota di Provinsi

Sumatera Utara sudah terbentuk Partai Patriot Pancasila. Menurut Donald, Pengurus

Pusat Partai Patriot Pancasila di Jakarta menyatakan ketidaksetujuan mandat diberikan

kepada Ajib Shah menjadi Ketua Partai Partai Patriot Pancasila karena Ajib Shah

pernah mengundurkan dari Ketua MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara tahun

1999. Ini yang menjadi alasan pengurus pusat dan wilayah Pemuda Pancasila

Sumatera Utara yang menyebabkan lama terbentuknya Partai Patriot Pancasila di

Sumatera Utara.                                                                                                                          56 Wawancara dengan Donald Sidabalok, Ketua MPW Pemuda Pancasila Periode 1999-2002 dan 2002-2007, di rumahnya Medan Denai, 21 Desember 2011 pukul 11.00 Wib. 57 Ibid.

Page 48: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

99

Dalam perjalanan selanjutnya, terdengar kabar bahwa Yapto Soerjosoemarno

memberikan mandat kepada Ajib Shah untuk membentuk Partai Patriot Pancasila di

Sumatera Utara. Donald pun kemudian merespons kabar itu dan mendiskusikannya

dengan pengurus MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara seperti Muchtar Aritonang

(Sekretaris), Darwin Nasution (Bendahara) dan pengurus harian lainnya. Pertemuan

itu sepakat memberikan mandat kepada Darwin Nasution, untuk diusulkan kepada

Yapto (selaku Ketua Umum Partai Patriot Pancasila), menjadi Ketua Partai Patriot

Pancasila Provinsi Sumatera Utara.

Darwin Nasution termasuk kader junior yang menjadi pengurus di MPW

Pemuda Pancasila Sumatera Utara. Sebelum menjadi pengurus di Pemuda Pancasila

Sumatera Utara pada masa kepemimpinan Donald Sidabalok, Darwin bekerja pada

salah satu perusahaan Jepang di Kawasan Industri Medan. Pengalaman Darwin

sebagai pengacara menjadi pertimbangan Donald untuk menunjuk Darwin sebagai

Ketua Lembaga Penyuluhan dan Pembelaan Hukum Pemuda Pancasila (LPPH PP)

Provinsi Sumatera Utara. Tidak lama setelah itu, Darwin pun kemudian ditunjuk

menjadi wakil bendahara MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara pada periode

pertama kepemimpinan Donald Sidabalok. Jabatan yang diberikan kepada Darwin

Nasution termasuk jabatan yang strategis dalam aktivitas keseharian Pemuda

Pancasila.

Bukan tanpa alasan, Donald memberikan Darwin jabatan sebagai wakil

Bendahara MPW PP Sumut dan Ketua LPPH PP. Sebagai kader junior yang langsung

menduduki jabatan strategis di pengurus harian tentu saja menimbulkan sejumlah

pertanyaan bagi kader-kader lama. Darwin Nasution dikenal sebagai salah seorang

pengurus yang selalu memberikan kontribusi berupa materi untuk aktivitas yang

diperlukan organisasi termasuk kebutuhan Ketua Pemuda Pancasila. Dalam waktu

yang relatif tidak lama, Darwin Nasution menunjukkan kesetiaan pada ketua wilayah

saat itu. Tidak lama berselang jabatan sebagai bendahara pun dipercayakan Donald

kepadanya. Bahkan, Darwin dipercaya menjadi Ketua Partai Patriot Pancasila dengan

mempertimbangkan saran Muchtar Aritonang dan pengurus harian lainnya.

“…dia kan begini, awalnya Darwin di LPPH Pemuda Pancasila, bagian hukum.

Saya gak kenal dia, jadi kebetulan ekonomi dia bagus tempo hari, dia salah

seorang direktur Mari Matsu. Jadi, dia membiayai LPPH itu. Yah… merapatlah

dia ke saya, yang membawanya itu kan Amir Gemuk sama Adek Muchtar

Page 49: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

100

Aritonang. Saya gak kenal kan. Jadi, orang itu lah yang minta ‘dia aja lah

ketua’. Jadi bukan karena saya benci sama Ajib…enggak...banyak orang salah

itu. Ada semacam titipan warning lah ke saya…”58

Penjelasan Donald mengenai Ajib Shah, yang berminat untuk mendapatkan

mandat pembentukan Partai Patriot Pancasila, tidak konsisten. Di satu sisi, Donald

menyatakan hubungannya dengan Ajib Shah sangat baik dan setuju untuk memberikan

mandat tersebut. Di sisi lain, menurut Donald, karena Ajib Shah memiliki resistensi

dengan sebagian tokoh Pemuda Pancasila di Jakarta atau deklarator Partai Patriot

Pancasila maka mandat pembentukan Partai Patriot Pancasila tidak segera diberikan

kepadanya. Bahkan mandat itu akhirnya diberikan Donald kepada Darwin Nasution.

Jika melihat penjelasan yang disampaikan pengurus Pemuda Pancasila saat itu,

ada perbedaan pandangan politik antara Donald dengan Ajib Shah. Namun, tidak ada

penjelasan khusus mengenai penyebab perbedaan di antara kedua tokoh Pemuda

Pancasila itu. Beberapa narasumber sepertinya enggan memberi informasi mengenai

hal itu karena terkait dengan keluarga Shah.59 Ajib Shah sendiri menyatakan hubungan

pribadinya dengan Donald berjalin baik, namun ada perselisihan pandangan di antara

keduanya. Terkait dengan mandat pembentukan Partai Patriot Pancasila, Ajib Shah

menjelaskan bahwa dia menerima mandat itu dari Yapto sebagai Ketua Umum Partai

Patriot Pancasila karena terkesan lambannya Donald bertindak. Penjelasan Ajib Shah

sekaligus menepis informasi yang disampaikan Donald tentang keengganan pengurus

Partai Patriot Pancasila di Jakarta memberikan mandat kepada dirinya.

Perbedaan pandangan yang terjadi di antara kedua tokoh Pemuda Pancasila

menjadi sebab lambannya pembentukan Partai Patriot Pancasila di Provinsi Sumatera

Utara. Tindakan Yapto Soerjosoemarno mengalihkan pemberian mandat dari Donald

kepada Ajib Shah merupakan salah satu cara untuk menyatukan kedua tokoh yang

berbeda pandangan mengenai aktivitas Pemuda Pancasila di Sumatera Utara. Begitu

Donald mendengar kabar bahwa Ajib Shah memiliki mandat pembentukan Partai

Patriot Pancasila, segera dia menggelar rapat internal dan mengusulkan Darwin

Nasution sebagai Ketua Partai Patriot Pancasila untuk disetujui oleh Yapto. Setelah

                                                                                                                         58 Ibid. 59 Mengenai hal ini, beberapa narasumber yang diwawancarai menyatakan bahwa dominasi keluarga Shah melalui Anif Shah dan Ajib Shah kepada pengurus Pemuda Pancasila menyebabkan organisasi ini relatif tidak bebas dalam mengambil keputusan. Artinya setiap ketua wilayah Pemuda Pancasila tidak mau diatur oleh keluarga Shah untuk mengambil keputusan dan bertindak atas nama organisasi.

Page 50: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

101

bertemu Yapto, mereka disarankan untuk membahas secara bersama-sama dengan

Ajib Shah mengenai pembentukan pengurus Partai Patriot Pancasila Sumatera Utara.

Kesepakatan antara Donald Sidabalok, Ajib Shah, dan Darwin Nasution adalah

secara bersama-sama menyusun kepengurusan DPW Partai Patriot Pancasila. Porsi

Ajib Shah lebih besar dalam memberikan nama-nama yang masuk menjadi pengurus

Partai Patriot Pancasila Provinsi Sumatera Utara, sisanya usulan yang disampaikan

Donald dan Darwin. Pertemuan tokoh Pemuda Pancasila itu secara bersama sepakat

menunjuk Darwin Nasution dan Subandi menjadi Ketua dan Sekretaris MPW Partai

Patriot Pancasila Provinsi Sumatera Utara. Kesepakatan lainnya, Partai Patriot

Pancasila akan memberikan dukungan penuh kepada Ajib Shah untuk membantu

kemenangannya menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia

(DPD RI) dari Provinsi Sumatera Utara pada Pemilu 2004. Bersatunya Ajib Shah dan

Donald Sidabalok dalam Partai Patriot Pancasila menjadi catatan tersendiri dalam

sejarah Pemuda Pancasila Sumatera Utara.

Hasil kesepakatan itu kemudian mengharuskan Darwin Nasution bekerja

membentuk kepengurusan partai hingga ke tingkat kecamatan di seluruh Provinsi

Sumatera Utara dalam kurun waktu 2 tahun. Pembentukan itu dilakukan untuk

memenuhi syarat menjadi peserta Pemilu 2004. Tugas lainnya adalah menyusun daftar

calon anggota legislatif untuk menjadi anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara pada

Pemilu 2004. Membantu pemenangan Ajib Shah agar terpilih dalam Pemilihan Umum

2004 untuk menjadi anggota DPD RI. Meskipun aturan melarang partai politik

membantu kampanye calon anggota DPD RI, namun dukungan dari Partai Patriot

Pancasila tetap diberikan kepada Ajib Shah. Hasil Pemilu 2004 gagal mengantarkan

Ajib Shah terpilih menjadi anggota DPD RI. Sementara, Partai Patriot Pancasila yang

bernomor 21 berhasil mengantarkan satu calon legislatif yang diusulkan menjadi

anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara dan 13 orang terpilih menjadi anggota DPRD

di kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara.

Page 51: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

102

Tabel 2.4

Daftar Anggota DPRD Hasil Pemilu 2004 di Provinsi Sumatera Utara

dari Partai Patriot Pancasila

No. Nama Jabatan di Pemuda Pancasila Jabatan di Legislatif 1. Edison Sianturi Wakil Ketua Pemuda

Pancasila Provinsi Sumatera Utara

Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara

2. H. Hamdayani Anggota MPC Pemuda Pancasila Tanjung Balai

Anggota DPRD Kota Tanjung Balai

3. Encen STR Anggota MPC Pemuda Pancasila Tanjung Balai

Anggota DPRD Kota Tanjung Balai

4. Drs. Mura Siregar Ketua Bidang Ideologi Politik MPC PP Tapanuli Selatan

Anggota DPRD Kab. Tapanuli Selatan

5. Drs. Irwan Hasibuan

Wakil Ketua MPC Pemuda Pancasila Padang Lawas

Anggota DPRD Kab. Padang Lawas

6. Sukrianda Hasibuan

Anggota Pemuda Pancasila Padan Lawas

Anggota DPRD Kab. Padang Lawas

7. Saud Gurning Pengurus MPC Pemuda Pancasila Kab. Karo

Anggota DPRD Kab. Karo

8. H. Arjuman EE Harahap

Ketua MPC Pemua Pancasila Kab. Padang Lawas Utara

Ketua Fraksi P. Patriot DPRD Kab. Paluta

9. M. Sukri Harahap MPO Pemuda Pancasila Kab. Padang Lawas Utara

Anggota DPRD Kab. Paluta

10. Darwin, ST Anggota Pemuda Pancasila Kab. Batubara

Anggota DPRD Kab. Batubara

11. G. Mayanto Pengurus PAC Pemuda Pancasila Kualuh Hulu Kab. Batubara

Anggota DPRD Kab. Batubara

12. Hendra Gunawan, SE

Wakil Ketua MPC Pemuda Pancasila Kota Tebing Tinggi

Anggota DPRD Kota Tebing Tinggi

13. Ronald Darwin Tampubolon, SH

Ketua PAC Pemuda Pancasila Kecamatan Siantar Timur Kota Siantar

Anggota DPRD Kota Pematang Siantar

Sumber: Kantor Majelis Pertimbangan Pemuda Pancasila Provinsi Sumatera Utara, 2008.

Sebagai partai baru yang dibentuk pada tahun 2002 di Sumatera Utara, Tabel

3.1 menunjukkan hasil yang tidak begitu mengecewakan. Meskipun jika merujuk pada

jumlah anggota Pemuda Pancasila yang mencapai puluhan ribu di Provinsi Sumatera

Utara, hasil itu juga tidak sebanding. Kondisi tersebut terjadi karena anggota Pemuda

Pancasila sebenarnya dibebaskan dalam memberikan pilihan politiknya pada saat

pemilihan umum diselenggarakan, yang ada hanya berupa himbauan untuk memilih

Partai Patriot Pancasila. Darwin Nasution yang ditunjuk sebagai Ketua MPW Partai

Patriot Pancasila Sumatera Utara telah menunjukkan kerja-kerja politiknya untuk

Page 52: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

103

membesarkan partai sekaligus membuktikan kepada tokoh-tokoh Pemuda Pancasila

bahwa sebagai kader junior tidak sulit melaksanakan tugas berat itu.

2.7. Sumber Kekuasaan Pemuda Pancasila Provinsi Sumatera Utara

Pada masa pemerintah Orde Baru, para tokoh Pemuda Pancasila di

Sumatera Utara diberikan ruang untuk beraktivitas sesuai dengan keingingannya.

Sebagian dari mereka memilih berprofesi sebagai pengusaha dan sebagian lagi

menjadi politisi Golkar. Mereka yang memilih profesi sebagai pengusaha diberikan

kemudahan untuk mendapatkan akses modal dan fasilitas lainnya seperti perizinan.

Sedangkan yang menjadi politisi harus mengikuti tahapan penjenjangan yang

diatur oleh para penguasa Orde Baru. Di samping itu, bagi tokoh Pemuda Pancasila

yang memilih profesi sebagai pegawai negeri, juga diberikan kemudahan untuk

mencapai jenjang karir yang lebih tinggi jika mengikuti arahan pimpinan birokrasi.

Pada masa Orde Baru, anak-anak muda yang direkrut menjadi anggota

Pemuda Pancasila itu diharuskan memberikan dukungan kepada Golongan Karya.

Di antara mereka kemudian memilih aktif sebagai pengurus Golongan Karya,

meskipun latar belakang sebagai anak jalanan atau preman masih melekat pada

dirinya. Selain menjadi pengurus Golongan Karya, anak-anak muda tersebut

diberikan posisi penting sebagai pengurus organisasi pemuda (KNPI), buruh

(SPSI), nelayan (HNSI), dan lain-lainnya. Posisi mereka di organisasi tersebut

hanya berfungsi sebagai pelaksana lapangan dari suatu keputusan yang diambil.

Aparat militer di Sumatera Utara menjadi institusi yang melindungi mereka.

Dukungan politik yang diberikan pemerintah Orde Baru kepada Pemuda

Pancasila di Sumatera Utara memberi kekuatan tersendiri bagi para pimpinannya.

Bagi para kader yang memilih profesi sebagai politisi harus menunjukkan loyalitas

kepada pimpinan partai di daerah yaitu Ketua Golongan Karya Provinsi Sumatera

Utara.60 Untuk menjadi kader yang bisa dipercaya ada serangkaian tahapan yang

harus dilewati seperti penelitian khusus (litsus61), mengikuti jenjang pelatihan,

                                                                                                                         60 Masa Orde Baru, Ketua Golongan Karya Tk. I Sumatera Utara dan di hampir semua daerah tingkat II selalu berasal dari militer. Ini menunjukkan bahwa militer yang mengatur sirkulasi calon pemimpin di daerah atas dasar loyalitas kepada rezim Orde Baru. 61 Litsus adalah penelitian khusus yang digelar oleh pemerintah Orde Baru sebagai bagian dari operasi pemantapan pemerintahan terhadap pegawai eksekutif maupun legislatif. Kebijakan ini dilakukan untuk melihat anggota masyarakat yang terlibat PKI.

Page 53: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

104

penataran P462, dan lain-lainnya. Setelah lulus ujian tersebut maka ujian lapangan

pun menjadi penilaian seperti tugas-tugas untuk menertibkan basis massa dan

menjamin tidak ada demonstrasi menentang pemerintah Orde Baru.

Para kader Pemuda Pancasila di Provinsi Sumatera Utara relatif tidak

memiliki kebebasan untuk bertindak atas kehendaknya sendiri dan anggota

organisasinya. Semua tindakan organisasi harus mendapatkan persetujuan dari elit

di Jakarta. Bagi mereka yang dapat menunjukkan loyalitas seperti itu akan

dipercaya menjadi pemimpin organisasi masyarakat yang akan menaikkan status

sosial sekaligus status ekonominya. Tidak begitu sulit bagi mereka untuk menjadi

pengurus partai politik dan anggota legislatif di Provinsi Sumatera Utara. Setiap

pemilu berlangsung, mereka diletakkan pada posisi nomor urut jadi yang

dipastikan akan terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara.

Kondisi berbeda terjadi setelah jatuhnya pemerintahan Presiden Soeharto.

Ketika kebijakan demokrasi dan desentralisasi ditetapkan, suasana reformasi

mengubah posisi politik kader-kader Pemuda Pancasila. Setelah reformasi,

sebagian kader Pemuda Pancasila tidak hanya menjadi politisi Golkar, tetapi di

antara mereka beralih keanggotaan dan menjadi pengurus partai politik lainnya di

Sumatera Utara. Modal ekonomi dan politik yang dimiliki pada saat Orde Baru,

mereka gunakan pada masa reformasi untuk mendapatkan kekuasaan di partai

politik lainnya dengan cara memberikan sumbangan uang untuk dapat dicalonkan

menjadi anggota legislatif. Mereka relatif memiliki kewenangan dalam mengambil

keputusan sendiri untuk pengembangan karir politik dirinya dan organisasinya.

Sebagai contoh, di bidang politik, untuk mendukung calon yang akan

menjadi ketua partai atau kepala daerah mereka bebas menentukan calonnya

sendiri tanpa ada arahan dari elit politik di Jakarta.63 Sebelum reformasi, kebebasan

menentukan pilihan itu tidak terbuka bahkan arahan dari Jakarta harus dipatuhi

sebagai bentuk loyalitas kader kepada organisasi. Setidaknya aspirasi anggota dari

bawah (buttom up) harus didengar agar keputusan dapat dilaksanakan. Di bidang

ekonomi, kader Pemuda Pancasila yang berprofesi sebagai pengusaha menguasai

                                                                                                                         62 P4 singkatan dari Pedoman Penghayatan Pengalaman Pancasila. Setiap aktivis partai politik diwajibkan untuk mengikuti penataran P4 yang dilangsungkan dengan berbagai metode dan pola jam pengajaran. 63 Kasus ini terjadi pada saat pemilihan Walikota Medan pada tahun 2000 oleh DPRD Kota Medan. Ketika itu, anggota DPRD yang berasal dari kader Pemuda Pancasila relatif bebas mengambil putusan dari pilihannya sendiri. Lihat Vedi R. Hadiz. 2005. Dinamika Kekuasaan…..... hal. 237-240.

Page 54: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

105

proyek-proyek pemerintah daerah yang bersumber dari APBD dan APBN dengan

cara-cara kekerasan yang sebelumnya tidak pernah mereka lakukan karena telah

diatur oleh aparat pemerintah Orde Baru di daerah. Tindakan kekerasan itu

dilakukan karena penawaran proyek dilakukan secara terbuka.

Tabel 2.5

Tokoh Pemuda Pancasila yang Menjabat Pimpinan Partai Politik dan Birokrasi

di Sumatera Utara

No. Nama Profesi dan Asal Organisasi Pemuda

Jabatan di Partai Politik dan Publik

1. Syamsul Arifin - Pengusaha/Pemborong di Pertamina Pangkalan Berandan

- Pemuda Pancasila - FKPPI Sumatera Utara

- Pengurus Golongan Karya - Anggota DPRD Kabupaten

Langkat (1982-1987,1987-1999)

- Bupati Langkat (1999-2004, 2004-2009)

- Gubernur Provinsi Sumatera Utara (2008-2013)

- Ketua Partai Golkar Provinsi Sumatera Utara (2009-2015)

2. Ajib Shah - Pengusaha - Pemuda Pancasila - Ketua MPW Pemuda

Pancasila Sumatera Utara (1997-1999)

- Wakil Ketua DPD Golongan Karya Sumatera Utara

- Anggota DPRD Kota Medan dari Partai Golkar (1987-1992)

- Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara dari Partai Golkar (2009-2014)

3. Marzuki - Ketua MPW Pemuda Pancasila 1986-1996

- Wakil Ketua DPD Golkar Sumut

- Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara (1999-2004)

4. Bangkit Sitepu - Pengusaha - Pemuda Pancasila - Ketua DPC Pemuda

Pancasila Kota Medan

- Pengurus Golongan Karya - Anggota DPRD Kota

Medan dari Partai Golkar (1999-2004, 2004-2009)

- Anggota DPRD Kota Medan dari Partai Patriot (2009-2014)

5. Martius Latuperissa

- Politisi - Pemuda Pancasila - Ketua FKPPI Medan

- Pengurus Golongan Karya - Ketua PKPI Kota Medan - Anggota DPRD Kota

Medan (1999-2004) 6. Sjafri Chap - Pengusaha - Ketua DPD Partai Golkar

Page 55: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

106

- Pemuda Pancasila - Ketua DPC Pemuda

Pancasila Kota Tebing Tinggi

Tebing Tinggi - Ketua DPRD Kota Tebing

Tinggi (2004-2009, 2009-2014)

7. Syahrul Pasaribu

- Anggota MPO Pemuda Pancasila Sumatera Utara

- Wakil Ketua DPD Golkar Provinsi Sumatera Utara

- Sekretaris Fraksi Partai Golkar DPRD Provinsi Sumatera Utara Periode 2004-2009

- Bupati Tapanuli Selatan 2010-2015

8. Eddi Rangkuti - Pemuda Pancasila - Pengurus DPD PDIP Sumatera Utara

- Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara

Sumber: diolah dari berbagai informasi. Daftar tabel di atas hanya contoh dari beberapa tokoh Pemuda Pancasila yang awalnya dikenal sebagai preman masuk menjadi pemimpin partai politik, anggota legislatif dan pemimpin di eksekutif. Data lengkap mengenai anggota Pemuda Pancasila yang menduduki jabatan sebagai pimpinan partai politik, anggota legislatif, dan pejabat eksekutif setelah reformasi dapat dilihat dalam Lampiran 5 Disertasi.

Sumber kekuasaan yang dimiliki oleh para tokoh Pemuda Pancasila

diperoleh dengan berbagai macam cara, sebagaimana penjelasan sebelumnya

tentang tumbuh dan berkembangnya Pemuda Pancasila di Sumatera Utara. Pada

tahap pembentukan, sumber kekuasaan diperoleh dengan mengandalkan kekuatan

fisik atau otot. Tahap pembentukan itu berjalan selama sekitar 25 tahun yaitu 1959-

1984. Pada tahapan pemantapan, sumber kekuasaan tidak hanya berasal dari

kekuatan fisik, tetapi juga mengandalkan kekuatan ekonomi.

Sejak awal pembentukan Pemuda Pancasila di Sumatera Utara, rekrutmen

anggota didapat dari pemuda jalanan yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Jauh

sebelum pembentukan Pemuda Pancasila di Sumatera Utara, ada tokoh pemuda

yang memiliki pengaruh terhadap sekelompok pemuda lainnya.64 Pengaruh itu

terjadi karena mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup anggotanya sehari-hari.

Pimpinan Pemuda Pancasila memberikan kepada para anak muda -yang

kebanyakan menganggur itu– berupa pekerjaan seperti menjaga bioskop,

perparkiran, menjaga keamanan wilayah, dan lain sebagainya. Ketika itu, persoalan

                                                                                                                         64 Kebanyakan orang-orang di kota Medan dan sekitarnya menyebut mereka ini sebagai preman. Di antara mereka itu, selain berani dan nekad, namun ada yang memiliki kecerdasan yang cukup baik untuk membina para pemuda lainnya agar tidak melakukan tindakan yang dapat merusak seperti pencurian, perampokan, pembunuhan dan lain sebagainya. Pemuda yang dikenal sebagai preman dan memiliki kecerdasan yang baik itulah kemudian direkrut menjadi ketua Pemuda Pancasila.

Page 56: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

107

sulitnya mencari pekerjaan di sektor formal menjadi masalah utama khususnya di

kota-kota besar Sumatera Utara seperti kota Medan, Binjai, dan Lubuk Pakam.

Pada umumnya, anak-anak muda yang menganggur itu selalu nekad untuk

melakukan tindakan merusak seperti mencuri, merampok, bahkan membunuh jika

ingin memiliki sesuatu. Para ketua Pemuda Pancasila memberikan pekerjaan

kepada anak-anak muda yang menganggur agar memiliki penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hampir seluruh ketua Pemuda

Pancasila Provinsi Sumatera Utara dikenal dengan sebutan kepala preman. Selain

berani, mereka juga digunakan oleh aparat militer untuk menghambat pengaruh

komunis di Sumatera Utara sekaligus sebagai upaya merangkul dukungan kepada

pemerintah Orde Baru. Untuk menjalankan misi itulah, anak-anak muda itu

direkrut dan diberikan sedikit kewenangan tindakan mengatur daerah

kekuasaannya.

Keberanian dengan mengandalkan kekuatan fisik menjadi salah satu sumber

kekuatan yang dimiliki oleh anggota Pemuda Pancasila Sumatera Utara. Namun,

para pemimpinnya, yang kemudian sering disebut sebagai kepala preman, tidak

hanya mengandalkan kekuatan fisik saja. Para ketua Pemuda Pancasila Sumatera

Utara juga menggunakan kekuatan otak untuk mengatur anggota mereka agar

berbuat sesuai dengan keinginannya. Pada periode akhir Orde Lama dan menjelang

peristiwa G 30 S PKI65, pemimpin Pemuda Pancasila Sumatera Utara telah

memiliki pengaruh terhadap anggota organisasi dan diperhitungkan oleh organisasi

pemuda dan kelompok yang sedang berkuasa saat itu di Sumatera Utara. Dukungan

yang diberikan kepada kelompok tentara yang menentang PKI tidak hanya semata-

mata untuk mempertahankan ideologi Pancasila, tetapi lebih disebabkan konteks

lokal yang terjadi pada pertengahan tahun 1960.

Konteks lokal yang dimaksud adalah berkaitan dengan pengaruh kekuasaan

yang diinginkan para pemimpin pemuda itu. Mereka tidak mendapat peran oleh

para penguasa lokal di Sumatera Utara dan selalu berhadapan dengan kelompok

yang mendukung PKI seperti Pemuda Rakyat. Setiap kegiatan kenegaraan dan

pemerintahan di kota Medan, mereka selalu tidak dilibatkan bahkan sering diisukan                                                                                                                          65 Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia atau yang sering disingkat G-30S/PKI, Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah peristiwa yang terjadi pada malam tanggal 30 September sampai awal 1 Oktober 1965. Dalam peristiwa itu enam perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha percobaan kudeta yang kemudian dituduhkan dilakukan oleh anggota Partai Komunis Indonesia.

Page 57: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

108

membuat kekacauan. Perlakuan penguasa lokal kepada tokoh pemuda itu yang

kemudian membuat mereka bertambah marah kepada penguasa lokal dan menerima

tawaran kelompok tentara yang menentang PKI. Pada saat yang sama, kelompok

tentara memerlukan kekuatan pimpinan pemuda jalanan dan preman itu untuk

menambah dukungan ketika berhadapan secara langsung dengan massa PKI.

Dalam konteks itulah Pemuda Pancasila terbentuk di Sumatera Utara.

Pertemuan dua kepentingan tesebut kemudian berlangsung secara dinamis.

Kelompok pemuda jalanan dan preman yang mengandalkan kekuatan kekerasan

berupa otot dan omong bertemu dengan kekuatan tentara yang dapat memberikan

mereka ruang untuk menunjukkan eksistensinya. Pada tahapan pembentukan inilah

berbagai program kerjasama di antara kelompok yang menentang keberadaan PKI

semakin terjalin hingga munculnya pemerintah Orde Baru. Rezim pemerintahan

Orde Baru membutuhkan dukungan dari berbagai daerah dan kelompok

masyarakat. Pemuda Pancasila menjadi bagian yang mendukung pemerintah Orde

Baru. Para kader dan tokohnya diberikan peran untuk menjadi politisi, pengurus

Golongan Karya hingga menjadi anggota legislatif dan pimpinan eksekutif. Proses

ini yang disebut tahapan pematangan organisasi Pemuda Pancasila di Sumatera

Utara.

Berkurangnya kendali pusat yang terjadi setelah Orde Baru tidak mengurangi

pengaruh Pemuda Pancasila terhadap lembaga politik lokal di antaranya partai politik,

legislatif, eksekutif, dan kelompok bisnis. Kekuatan Pemuda Pancasila menyebar di

antara lembaga politik lokal tersebut dan tidak ada institusi atau tokoh dominan yang

dapat menguasai lembaga politik lokal di Sumatera Utara. Menurut Vedi R Hadiz

gejala ini disebutnya sebagai pembentukan jaringan patronase baru yang lebih otonom,

lebih cair dan saling bersaing satu sama lain. Bahkan beragam kepentingan untuk

merebut kekuasaan di tingkat lokal terlihat bervariasi ketimbang masa Orde Baru.66

Situasi tersebut membuat tokoh dan elit Pemuda Pancasila membentuk jaringan baru

di tingkat lokal yang tidak hanya mengandalkan kader dan tokoh Pemuda Pancasila

tetapi tokoh lokal lainnya. Jaringan itu adalah mereka yang berprofesi sebagai politisi

yang ambisius, kelompok-kelompok pebisnis baru yang berambisi tinggi, birokrat

negara yang lihai, serta beraneka ragam penjahat politik, kaum kriminal, dan barisan

keamanan sipil yang tumbuh pada masa Orde Baru sebagai eksekutor lapangan.

                                                                                                                         66 Vedi R. Hadiz. 2005. Dinamika Kekuasaan…. hal. 244.

Page 58: 52 BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA

 

Universitas Indonesia    

109

Mereka ini kemudian menjadi tokoh-tokoh penting dan berperan dalam proses

demokrasi dan otonomi daerah di Sumatera Utara.

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

tokoh Pemuda Pancasila di Sumatera Utara berasal dari kekuatan fisik dan keberanian

untuk mempengaruhi orang lain agar mengikuti kehendaknya. Dari kekuatan fisik itu,

pengaruh para tokoh Pemuda Pancasila semakin kuat pada saat mereka memperoleh

kekayaan atau ekonomi.67 Sedangkan cara-cara penggunaan kekuasaan paksaan,

mereka lakukan dengan cara paksaan seperti mengancam, melukai, bahkan membunuh

kepada orang lain yang tidak mengikuti keinginannya. Antonio Gramschi

menyebutnya sebagai praktek dominasi atau penindasan.68

Oleh karena praktik kekuatan fisik dan uang itu pula yang kemudian banyak

pihak menyebut sebagian besar prilaku anggota Pemuda Pancasila mirip dengan

premanisme. Namun, bukan berarti prilaku kekerasan dan uang yang sering dilakukan

membuat tokoh Pemuda Pancasila tidak disukai oleh masyarakat. Sebagian dari tokoh

Pemuda Pancasila itu menjadi anggota dan pengurus partai politik dan terpilih menjadi

anggota legislatif serta pejabat eksekutif di Provinsi Sumatera Utara. Jabatan formal

yang diperoleh kader Pemuda Pancasila digunakan secara lebih otonom dalam

menentukan pilihannya pada saat kebijakan otonomi daerah diberlakukan tanpa perlu

mendapatkan persetujuan dari para elit politik di Jakarta.

                                                                                                                         67 Lihat penjelasan Miriam Budiardjo tentang sumber-sumber kekuasaan. Miriam Budiardjo. 1984. “Konsep Kekuasaan: Tinjauan Pustaka”. dalam Miriam Budiardjo. Aneka Pemikiran tentang Kuasa dan Wibawa. Jakarta: Gramedia. hal. 13. Lihat juga Charles F. Andrain. 1992. Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana. hal. 130. 68 Penjelasan tentang cara-cara penggunaan kekuasaan lihat Antonio Gramsci. 1971. Selections from Prison Notebooks. London: Lawrence and Wishart. Dikutip dalam Muhadi Sugiono. 1999. Kritik Gramsci Terhadap Pembangunan Dunia Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; Roger Simon. 2000. Gagasan-gagasan Politik Gramsci. Yogyakarta: Insist Press.