thaharah 52

33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap kegiatan Ibadah umat Islam pasti melakukan membersihkan (thaharah) terlebih dahulu mulai dari Wudhu, Mandi ataupun tayyamum dan tak banyak umat Islam sendiri belum mengerti ataupun udah mengerti tapi dalam praktiknya menemui sebuah masalah ataupunkeraguan atas hal yang menimpanya. Disini kami ingin membahas serta mengulas lagi tentang hal tersebut. Setiap sendi kehidupan yang dijalani manusia mempunyai muatan ibadah di sisi Allah SWT. Di dalam terminologi fiqih. Ibadah di bedakan menjadi dua macam yaitu ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang mempunyai tata cara tertentu dan aturan-aturan yang tertentu pula. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang tidak di tentukan tata cara dan bersifat umum. Pada pembahasan tentang ibadah k hususnya shalat – thaharah menempati posisi yang sangat penting dalam pelaksanaannya karena thaharah adalah syarat mutlak 1

Upload: dahlia-tambajong

Post on 15-Jan-2016

67 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

dwsf

TRANSCRIPT

Page 1: thaharah 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap kegiatan Ibadah umat Islam pasti melakukan membersihkan (thaharah)

terlebih dahulu mulai dari Wudhu, Mandi ataupun tayyamum dan tak banyak

umat Islam sendiri belum mengerti ataupun udah mengerti tapi dalam praktiknya

menemui sebuah masalah ataupunkeraguan atas hal yang menimpanya. Disini

kami ingin membahas serta mengulas lagi tentang hal tersebut.

Setiap sendi kehidupan yang dijalani manusia mempunyai muatan ibadah di

sisi Allah SWT. Di dalam terminologi fiqih. Ibadah di bedakan menjadi dua

macam yaitu ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah

ibadah yang mempunyai tata cara tertentu dan aturan-aturan yang tertentu pula.

Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang tidak di tentukan tata cara

dan bersifat umum.

Pada pembahasan tentang ibadah k hususnya shalat – thaharah menempati

posisi yang sangat penting dalam pelaksanaannya karena thaharah adalah syarat

mutlak sah dan tidaknya shalat yang dilaksanakan oleh seorang muslim.

Thaharah secara bahasa berarti nazhafah (kebersihan) atau bersih dari kotoran

baik yang bersifat nyata seperti najis maupun yang bersifat maknawiyah seperti

aib.

Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap Tuhannya

dan dengan ibadah manusia akan mendapat ketenangan dan kebahagiaan di dunia

dan di akhirat nanti. Bentuk dan jenis ibadah sangat bermacam – macam, seperti

Sholat puasa, naik haji, jihad, membaca Al-Qur'an, dan lainnya. Dan setiap ibadah

memiliki syarat – syarat untuk dapat melakukannya, dan ada pula yang tidak

memiliki syarat mutlak untuk melakukannya. Diantara ibadah yang memiliki

syarat – syarat diantaranya haji, yang memiliki syarat–syarat, yaitu mampu dalam

biaya perjalannya, baligh, berakal, dan sebagainya. Dan contoh lain jika kita akan

1

Page 2: thaharah 52

melakukan ibadah sholat maka syarat untuk melakukan ibadah tersebut ialah kita

wajib terbebas dari segala najis maupun dari hadats, baik hadats besar maupun

hadats kecil.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian thaharah ?

2. Bagaimana bunyi daill-dalil mengenai thaharah?

3. Apa Tujuan thaharah ?

4. Bagaimana Pembagian thaharah?

5. Apa saja Alat-alat yang digunakan untuk berthaharah?

6. Bagaimana Klafikasi air dan penggunaanya dalam bersuci ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Apa pengertian thaharah

2. Untuk mengetahui Bagaimana bunyi daill-dalil mengenai thaharah

3. Untuk mengetahui Apa Tujuan thaharah

4. Untuk mengetahui Bagaimana Pembagian thaharah

5. Untuk mengetahui Apa saja Alat-alat yang digunakan untuk berthaharah

6. Untuk mengetahui Bagaimana Klafikasi air dan penggunaanya dalam bersuci

2

Page 3: thaharah 52

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Thaharah

Secara bahasa thaharah berasal dari bahasa Arab yang berarti suci atau

bersih, baik itu suci dari kotoran lahir maupun kotoran batin berupa sifat dan

perbuatan tercela. Pengertian ini bisa dilihat dari penegasan al-Qur’an, misalnya

Q.S. as-Syams/91: 9-10; 1

Artinya: ” Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan

Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”

Firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah/2:222

Artinya; ”Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan

menyukai orang-orang yang mensucikan diri”.

Cara mensucikan kotoran lahir dengan membersihkan diri, pakaian dan

tempat dari segala kotoran (najis) dan hadats. Sedangkan cara mensucikan batin

dengan bertaubat dari segala noda dosa dan penyakit hati yang menjauhkan

manusia dari Tuhannya.

Sedangkan secara istilahi, thaharah adalah ”bersuci dengan cara-cara

yang telah ditentukan oleh syara’ guna menghilangkan segala najis dan hadats”

(Musthafa Kamal Pasha, dkk.2003:9). Atau ”Mensucikan diri dari najis dan

hadats yang menghalangi shalat dan ibadah-ibadah sejenisnya dengan air, debu,

atau batu”. (Syakir Jamaluddin, 2008; 16).2

1 H. Moch. Anwar, Fiqih Islam  Tarjamah Matan Taqrib, (Bandung: PT Alma’arif,

1987) Hal 92 Ibid hal 46

3

Page 4: thaharah 52

Di antara beberapa istilah yang menunjukkan pada pengertian kesucian

dapat ditemukan antara lain istilah bara’ah, tazkiyah, nadlafah, dan thaharah.

Akan tetapi para ahli fikih menggunakan istilah yang lazim dalam al-Qur’an,

yaitu thaharah untuk menunjuk masalah ajaran kesucian yang berhubungan

dengan ibadah khusus (mahdliyah) 3

B. Cara Cara Thaharah

1. Wudhu

wudhu secara termologi berasal dari kata shigat artinya bersih.

Menurut wahbah al-zuhaili pengeriannya adalah mempergunkan air pada

anggota tubuh tertuntu dengan maksud untuk membersihkan dan

mensucikan.

 Wudhu menurut syara’ yaitu mensucikan atau membersihkan

anggota tubuh tertentu dengan air melalui suatu rangkaian aktivitas dengan

syarat-syarat tertentu . Wudhu dilakukan untuk menghilangkan hadats

kecil ketika kita akan menunaikan shalat. Rasulullah saw menganjurkan

ummatnya untuk selalu menjaga dan menyempurnakan wudhu-nya.4

                                                  

     

3 Al Ust. H Muqarrabin, Fiqih awam, (Demak:Cv. Media Ilmu, 1997), Hal4 Syekh Muhamad Arsyad Al-banjari, Ibid,Hal 25

4

Page 5: thaharah 52

       

Artinya : 6. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak

mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai

dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan

kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu

sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)

atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka

bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan

tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi

Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya

bagimu, supaya kamu bersyukur.

1. Syarat-syarat wudhu5                   

a. Islam,

b. Mumayyiz,

c. Tidak berhadats besar,

d. Dengan air yang mensucikan,

e. Tidak ada yang menghalanginya air sampai ke kulit badan.

2. Rukun Wudlu

a. Niat,

b. Membasuh muka,

c. Membasuh dua tangan sampai siku-siku,

d. Menyapu sebagian kepala,

e. Membasuh dua kaki hingga mata kaki,

f. Tertib (berurutan).

3. Hal-hal yang membatalkan wudlu, yaitu:

a. Keluamya sesuatu dari dua pintu buang air atau salah satunya

5 Imam Taqiyuddin Abu Bakar Bin Muhammad Alhusaini , Kifayatul Akhyar, (Surabaya: Bina Imam, 2003) Juz 1,Hal  19

5

Page 6: thaharah 52

b. Hilang akal, karena mabuk atau gila atau tidur

c. Menyentuh kemaluan..atau pititu dubur dengan batik telapak

tangan

d. Bersentuhan antara kulit laki-laki . dengan kulit perempuan dengan

syarat keduanya sudah dewasa dan bukan muhrim, pertalian susu

ataupun muhrim sebab perkawinan

4. Keutamaan wudhu 

a. menjadikan wajah putih cemerlang dari atsar whudu

b. penghapus dosa-dosa yang lalu

c. penghapus dosa-dosa antar waktu sholat

d. penghapus dosa sepanjangmayat

e. salah satu kunci masuk surga

f. penggur dosa bersama denagn mengalirnya air

g. pintu pengeluaran kotoran / dosa

h. pengangkat derajat6

5. Tata Cara Wudhu

Adapun tata cara wudhu secara ringkas berdasarkan hadits

Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam dari Humroon budak sahabat

Utsman bin Affan rodhiyallahu ‘anhu

م�ان� د�ع�ا �ى ع�ث أ �ه� ر� ن� ن� ع�ف�ان� أ م�ان� ب ان� م�ول�ى ع�ث ع�ن ح�مر�

�ث� �ال �ه�م�ا ث ل �ه� ، ف�غ�س� �ائ �ن ه� م�ن إ �د�ي غ� ع�ل�ى ي �فر� �و�ض�وء- ، ف�أ ب�م�ضم�ض� ، �م� ت و�ض�وء� ، ث �ه� ف�ى ال �م�ين �دخ�ل� ي �م� أ ات- ، ث م�ر�

�ل�ى ه� إ �د�ي :ا و�ي �ث �ال ل� و�جه�ه� ث �م� غ�س� �ر� ، ث ث �ن ت ق� ، و�اس ش� �ن ت و�اس:ا ، �ث �ال �ل� ر�جل- ث �م� غ�س�ل� ك ه� ، ث س� أ �ر� ح� ب �م� م�س� :ا ، ث �ث �ال ن� ث ف�ق�ي م�ر ال

�حو� � ن �و�ض�أ �ت �ى� – صلى الله عليه وسلم – ي �ب ت� الن �ي أ �م� ق�ال� ر� ث�م� ص�ل�ى �ى ه�ذ�ا ث �حو� و�ض�وئ � ن �و�ض�أ �ى ه�ذ�ا و�ق�ال� » م�ن ت و�ض�وئ

6 Imam Taqiyuddin  Abu bakar Bin Muhammad Alhusaini, ibid, Hal 21.

6

Page 7: thaharah 52

�ق�د�م� م�ن �ه� م�ا ت �ه� ل ه� ، غ�ف�ر� الل �فس� �ح�دOث� ف�يه�م�ا ن � ي ن� ، ال �ي ع�ت ك ر��ه� ب ذ�ن

Dari Humroon -bekas budak Utsman bin Affan-, suatu

ketika ‘Utsman memintanya untuk membawakan air wudhu (dengan

wadahpent.), kemudian ia tuangkan air dari wadah tersebut ke kedua

tangannya. Maka ia membasuh kedua tangannya sebanyak tiga kali, lalu

ia memasukkan tangan kanannya ke dalam air wudhu kemudian

berkumur-kumur, lalu beristinsyaq dan beristintsar. Lalu beliau

membasuh wajahnya sebanyak tiga kali, (kemudian) membasuh kedua

tangannya sampai siku sebanyak tiga kali kemudian menyapu kepalanya

(sekali sajapent.) kemudian membasuh kedua kakinya sebanyak tiga

kali, kemudian beliau mengatakan, “Aku melihat Nabi shallallahu

‘alaihi was sallam berwudhu dengan wudhu yang semisal ini dan beliau

shallallahu ‘alaihi was sallam mengatakan, “Barangsiapa yang

berwudhu dengan wudhu semisal ini kemudian sholat 2 roka’at (dengan

khusyuked.)dan ia tidak berbicara di antara wudhu dan sholatnya maka

Allah akan ampuni dosa-dosanya yang telah lalu”

Dari hadits yang mulia ini dan beberapa hadits yang lain dapat

kita simpulkan tata cara wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi was

sallam secara ringkas sebagai berikut7

1. Berniat wudhu (dalam hati) untuk menghilangkan hadats.

2. Mengucapkan basmalah (bacaan bismillah).

3. Membasuh dua telapak tangan sebanyak 3 kali.

4. Mengambil air dengan tangan kanan kemudian memasukkannya ke

dalam mulut dan hidung untuk berkumur-kumur dan istinsyaq

(memasukkan air dalam hidung). Kemudian beristintsar

(mengeluarkan air dari hidung) dengan tangan kiri sebanyak 3 kali.

7 Ibnu Qosim Al-Gazzi, Hasiyah Asy-Syekh Ibrahim Al-Baijuuri, (Baerut: Dar Al-

Fikr, 2005) juz 1, hal 34.

7

Page 8: thaharah 52

5. Membasuh seluruh wajah dan menyela-nyelai jenggot sebanyak 3

kali.

6. Membasuh tangan kanan hingga siku bersamaan dengan menyela-

nyelai jemari sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan yang kiri.

7. Menyapu seluruh kepala dengan cara mengusap dari depan ditarik ke

belakang, lalu ditarik lagi ke depan, dilakukan sebanyak 1 kali,

dilanjutkan menyapu bagian luar dan dalam telinga sebanyak 1 kali.

8. Membasuh kaki kanan hingga mata kaki bersamaan dengan menyela-

nyelai jemari sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan kaki kiri.

2. Mandi

1. Pengertian

Mandi menurut arti bahasa adalah: mengalirkan air secara mutlak

terhadap sesuatu. Menurut arti syara’ adalah: sampainya air yang suci

keseluruh badan dengan cara tertentu.

Sedangkan menurut ulama’ bermadzhab Sayafi’I mendefisikan

mandi yaitu: mengalirkan air keseluruh badan disertai dengan niat.

Adapun ulama’ bermadzhab Maliki juga membuat suatu pengertian

yaitu: sampainya air keseluruh badan disertai dengan proses menggosok

dengan niat diperbolehkannya untuk melakukan sholat. 8

Adapun tujuan dari mandi itu sendiri yaitu selain kita

melaksanakan suatu ‘ibadah yang berupa bersuci dari hadats besar, tapi

kita juga membersihkan tubuh kita dari segala kotoran dan itu sangat

dianjurkan oleh nabi.seperti dlm haditsnya:

اإليمان شطر الطهور

Artinya : “ Kesucian adalah sebagian dari iman “

2. Perkara-perkara yang mewajibkan mandi

8 Syekh Muhamad Arsyad Al-banjari, Ibid,Hal 25

8

Page 9: thaharah 52

Perkara-perkara yang mewajibkan seseorang harus mandi ada

tiga yaitu:

a. Jinabat

Seseorang dalam keadaan jinabat adakalanya:

1) Keluarmani, adapun mani seseorang bisa diketahui lewat cara

keluarnya disertai dengan rasa yang enak, baunya yang seperti

adonan roti ketika basah dan seperti putih telur ketika kering.

Jadi apabila tidak ditemukan sifat-sifat yang seperti diatas maka

tidakwajib untuk mandi.

2) Memasukkan penis (baik keseluruh ataw sebagian) kedalam farji,

meskipun farjinya orang yang sudah mati atau hewan, baik

disertai paksaan atau dalam keadaan tidur, baik keluarnya terasa

enak atau tidakdan meski tanpa keluar mani.Tapi imam Abu

Hanifah dan Imam Maliki berpendapat bahwa apabila mani

tersebut keluarnya tanpa ada rasa enak maka tidak wajib mandi.

b. Haidh

Masa sedikitnya haidh yaitu sehari semalam, umumnya 6-7 hari ,

sedangkan masa maksimalnya 15 hari

c. Nifas

Masa sedikitnya nifas seketika, umumnya 40 hari dan masa

paling banyaknya yaitu 60 hari

3. Syarat – Syarat Mandi

a. Islam.

b. Tamyiz (berakal sehat).

c. Mengetahui pekerjaan yang fardlu dalam mandi.

d. Air yang digunakan harus dengan air yang suci dan mensucikan (air

mutlak).

e. Tidak ada sesuatu pada lahirnya yang menghalangi sampainya air ke

seluruh kulit tubuh.

9

Page 10: thaharah 52

f. Tetap niatnya hingga akhir sempurnanya mandi.

g. Tidak ada sesuatu akibat yang dapat merubah sifat air sampai ke

kulit tubuh.

h. Mengalir airnya sampai ke seluruh tubuh.

4. Fardlu Mandi

a. Niat melaksanakan mandi wajib atau menghilangkan hadats besar di

sertai dengan mengalirkan air kesekujur badan . jika seorang

melaksanakan niat setelah melaksanakan basuhan mandi maka ia

wajib untuk mengulangi basuhannya.

b. Meratakan air keseluruh badan sampai pada sela-sela badan serta

bagian bawah rambut yang tebal.

Supaya air dapat benar-benar merata, maka orang yang mandi harus

melepaskan pilinan rambut supaya air bias masuk pada kulit rambut.

Adapun mandi bias di lakukan dengan berbagai cara. Bisa dengan

menyilam di air, mengucurkan air kesekujur badan, atau dengan cara

apapun sekiranya air bisa masuk ke seluruh tubuh.

5. Sunnah Mandi

a. Membaca basmala pada permulaan mandi.

b. berkumur.

c. Menghirup air kedalam hidung.

d. Menghilangkan kotoran yang berada pada badan.

e. Berwudlu sebelum mandi.

f. Meneliti lekukan seperti dua telinga atau meneliti bawah kuku,

supaya tidak ada sesuatupun yang menghalangi air masuk pada kulit.

g. Menggosokkan tangan keseluruh badan, imam malik berpendapat

bahwa menggosokkan tangan keseluruh badan hukumnya wajib.

h. Mengulang tiga kali.

i. Menghadap kiblat.

6. Macam-macam Mandi

10

Page 11: thaharah 52

a. Mandi Wajib / Mandi Junub :

1) Mandi yang dilakukan setelah bersetubuh (melakukan hubungan

suami istri)

2) Setelah Haid/Menstruasi (Wanita)

3) Setelah Melahirkan/Nifas (Wanita)

4) Meninggal Dunia

b. Mandi Sunat/Sunah :

1) Mandi untuk Shalat jum’at

2) Mandi untuk Shalat hari raya

3) Sadar dari kehilangan kesadaran akibat pingsan, gila, dbb

4) Muallaf (baru memeluk/masuk agama islam)

5) Setelah memendikan mayit/mayat/jenazah

6) Saat hendak Ihram, sa’i, thawaf, dan lain sebagainya.

7. Hal-Hal yang Dimakruhkan ketika Mandi

a. Berlebih-lebihan dalam menggunakan air. Rasulullah saw. mandi

dengan air satu sha’ (sekitar 3,5 liter).

b. Mandi di tempat yang najis, karena dikhawatirkan akan terkena

najisnya.

c. Mandi dengan air sisa bersucinya wanita. Rasulullah saw. melarang

mandi dengan air sisa bersucinya wanita, seperti yang telah

disebutkan sebelumnya.

d. Mandi tanpa penutup, misalnya dengan tembok atau yang lainnya.

Berdasarkan dalil-dalil berikut. Maimunah r.a. berkata, “Aku

persiapkan air untuk Rasulullah saw. dan menutupi beliau, kemudian

beliau mandi.” (HR Bukhari). Jika sekiranya mandi tanpa

menggunakan penutup tidak dimakruhkan, pasti Maimunah tidak

menutupi Rasulullah saw. ketika sedang mandi. Rasulullah saw.

bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla bersifat malu, dan

menutup (kesalahan hamba-Nya), menyukai sifat malu. Maka, jika

11

Page 12: thaharah 52

salah seorang dari kalian mandi, hendaklah menggunakan penutup.”

(HR Abu Dawud).

e. Mandi dengan air yang tidak mengalir. Rasulullah saw. bersabda,

“Janganlah seseorang di antara kalian mandi di air yang tidak

mengalir, sedang dia junub.” (HR Muslim).

8. Permasalahan bersuci .

Dalam roda kehidupan yang selalu berputar seiring

berkembangnya zaman, seorang pasti suatu ketika akan medapat

problem,salah satunya yaitu ketika seseorang tidak mendapatkan dua

alat untuk bersuci yaitu air dan debu

Dalam kitab Nihayatuz zain Hal. 32 dijelaskan bahwa orang tidak

menemukan dua alat untuk bersuci diperbolehkan melaksanakan sholat

fardlu karena menghormati waktu sholat ( الوقت dan mengulang (لحرمة

sholatnya ketika sudah menemukan salah satu dari keduanya (air dan

debu ) .Dalam redaksi kitab kifayatul akhyar juga di sebutkan ketika

seseorang tidak menemukan air atupun debu, maka dia tetap

melaksanakan sholat hurmatul waqti ( menghormati waktu ) dan ia wajib

mengulangi sholatnya ketika ia bisa mengusahakkan air. Ketiaka ia

mampu untuk mengusahakannya sebelum habisnya waktu. Tetapi ketika

ia tidak bisa mengusahakannya sampai waktu sholat habis, ia tidak wajib

mengulang sholatnya.

Ketika faaqiduth thohuroini jinabat, maka yang harus dilakukan

adalah tetap melaksanakan sholat karena menghormati waktu sholat.

Ketika ia mampu mendapatkan sarana bersuci sebelum waktu sholat

habis, maka ia wajib mengulangi sholatnya. Tetapi jika tidak, maka ia

tidak perlu mengulangi sholatnya.

Dapatkah Faaqiduth Thohuroini Membaca Surat Al Fatiha Ketika

Sholat Lihurmatil Waktu Dalam Keadaan Junub?Menyikapi masalah

diatas, imam rofi’i menjelaskan bahwah orang tersebut dapat membaca

12

Page 13: thaharah 52

surat al fatiha dengan niat Dzikir. Pendapat ini diikuti oleh imam

nawawi. 9

C. Sabda Sabda Thaharah

Thaharah hukumnya wajib berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah. Allah

swt. berfirman dalam Q.S. al-Ma’idah/5: 6:

Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan

shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku,

dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata

kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit[403]

atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau

menyentuh[404] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka

bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu

dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan

kamu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan

nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”.

Dalil-dalil tentang thaharah, yaitu:

البقرة . ( : المتطهرين ويحب التوابين يحب الله )122ان

Artinya : sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat

dan menyukai orang-orang yang bersuci. (Al-Baqarah : 122).

9 Syekh Muhamad Arsyad Al-banjari, Ibid,Hal 25

13

Page 14: thaharah 52

( ) " المسلم " رواه م�ان اإلي شطر� الطهور الخدرى سعيد ابي عن

 Artinya: Kebersihan itu sebagian dari iman (riwayat muslim)

: , مريض وهو سعوده ابن على عمر بن الله عبد دخل قال عد- س� بن م�صع�ب عن

: , عليه: الله صلى الله رسول سمعت� [ي إن قال عمر؟ ابن يا لي الله تدعو اال فقال

. , : البصرة, على وكنت غلول- من صدقة وال طهور- بغير الصالة تقبل ال يقول وسل[م

Artinya: dari mus”ab bin sa,id berkata: Abdullah bin umar pernah

menjenguk ibnu amir yang sedang sakit. Ibnu amir berkata: “Apakah kamu

tidak mau mendo’akan aku, hai ibnu umar?”. Ibnu umar berkata: “saya pernah

mendengar Rasulullah SAW. Bersabda: “Shalat yang tanpa bersuci tidak

diterima begitu pula sedekah dari hasil korupsi”. Sedang kamu adalah

penguasa bashrah”.10

D. Alat Thaharah

1. Air mulak (air yang suci lagi mensucikan)

Tidak boleh dan tidak sah mengangkat hadas dan menghilangkan najis

melainkan dengan air mutlak.11 Air mutlak itu ada 7 jenis, yaitu:

a. Air hujan

b. Air laut

c. Air sungai

d. Air sumur

e. Air yang bersumber (dari mata air)

f. Air es

g. Air embun.12

Ketahuilah tidak sah berwudu dengan fardhu, mandi wajib, mandi

sunnat, menghilangkan najis dengan benda cair seperti cuka atau benda beku

10 Abid Bishri mushtafa, Tarjamah Shahih Muslim, (Semarang: CV Asy-Syifa, 1993) juz 1. Hal 325

11 Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Sabilal Muhtadin, (Surabaya: PT Bina Ilmu,   ) juz 1, hal 17

12 H. Moch. Anwar, Long Cit

14

Page 15: thaharah 52

lainnya seperti tanah dalam bertayamum. Air mutlak mempunyai tiga sifat ,

yaitu :

a.Tha’mun (Rasa)

b. Launun (Warna)

c.Rihun (Bau)

Dan kalau dikatakan air itu berubah maka yang dimaksudkan ialah

berubah sifatnya, air mutlak itu terkadang berubah rasanya, warnanya,

atau baunya sebab dimasuki oleh sesuatu benda dan benda yang masuk

kedalam air itu kadang-kadang mukhlath dan kadang-kadang mujawir,

Menurut istilah, para ulama berbeda pendapat sebagian mereka

mengatakan “ Al-mukhtalat itu ada yang tidak dapat diceraikan dari air”.

Dan sebagian lagi mengatakan “Al-Mukhtalat itu barang yang tidak

dapat dibedakan  air menurut pandangan mata”.

Kalau air berubah dengan sesuatu benda yang mujawir yang,

cendana, minyak bunga-bungaan, kapur barus yang keras, maka air itu

masih dianggap suci yang dapat dipakai untuk ber bercuci, sekalipun

banyak perubahannya. Karena perubahan yang sesuatu mujawir itu, ia

akan menguap jua. Karena itu air yang seperti ini dinamakan air yang

mutlak, ban  dingannya air yang berubah karena diasapkan dengan dupa

atau berubaah baunya karena berdekatan dengan  bangkai. Maka air yang

seperti ini masih dianggap air yang suci dan dapt dipergunakan untuk

bersuci, baik berubah sifatnya.13

2. Air suci tidak mensucikan

air yang berubah sebab bercampur dengan benda-benda suci lainnya

(seperti teh, kopi, dan sirup). Misalnya juga dengan sabun, tepung, dan lain-

lain yang biasanya terpisah dengan air. Hukumnya tetap menyucikan selama

kemutlakan nya masih terpelihara, jika sudah tidak, hingga tidak dapat lagi

13 Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Ibid.21

15

Page 16: thaharah 52

dikatakan mutlak maka hukumnya ialah suci pada dirinya sendiri, tidak

menyucikan bagi lainnya.14

3. Air Mutlak yang Makruh memakainya (air yang suci lagi mensucikan tetapi

makruh memakainya)

Air yang makruh memakainya menurut hokum syara’ atau juga

dinamakan kahariyatut tanzih ada delapan macam , yaitu:

a. Air yang sangat panas

b. Air yang sangat dingin

c. Air yang berjemur

d. Air di negeri Tsamud selain dari air sumur naqah

e. Air di negeri kaum Luth

f. Air telaga Barhut

g. Air didaerah Babel dan

h. Air ditelaga Zarwan

4. Air musta’mal

Air musta’mal adalah air yang bekas dipakai (dipakai berwudhu atau 

mencuci najis) atau air yang sudah digunakan untuk menghilangkan hadas

atau najis, kalau memang tidak berubah dan tidak bertambah timbangannya.

Jadi airnya suci.

5. Air  yang terkena najis

Air najis adalah air yang kemasukan benda najis dan air itu kurang dua

kolah, atau air itu ada dua kolah tetapi berubah.15 Maksudnya air yang

kemasukan benda najis didalamnya, andai kata air tersebut hanya tertulari

bau busuk dari najis yang dibuang dipinggirnya maka air yang demikian ini

tidak najis, sebab tidak bertemu langsung dengan najisnya. Dan yang

dimaksud dengan berubah andai kata air yang banyak tersebut tidak berubah

dengan adanya najis atau najisnya hanya sedikit dan hancur dalam air maka

14 H. Moch . Anwar, Op Cit, hal 1015 Said Sabiq, fiqh Sunnah 1, (Bandung: PT Alma’arif, 1973) juz 1

16

Page 17: thaharah 52

air yang demikian ini juga tidak najis. Dan seluruh air itu boleh digunakan

menurut mazhab yang shahih.

E. Tujuan Thaharah

Ada beberapa hal yang menjadi tujuan disyariatkannya thaharah,

diantaranya:

1. Guna menyucikan diri dari kotoran berupa hadats dan najis.

2. Sebagai syarat sahnya shalat dan ibadah seorang hamba.

Nabi Saw bersabda yang artinya:  “Allah tidak  menerima shalat seorang

diantara kalian jika ia berhadas, sampai ia wudhu”, karena termasuk yang

disukari Allah, bahwasanya Allah SWT memuji orang-orang yang bersuci :

firman-Nya, yang  artinya : “sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertaubat dan mensucikan dirinya”.(Al-Baqarah:122)

Thaharah memiliki hikmah tersendiri, yakni sebagai pemelihara serta

pembersih diri dari berbagai kotoran maupun hal-hal yang mengganggu dalam

aktifitas ibadah seorang hamba.

Seorang hamba yang seanantiasa gemar bersuci ia akan memiliki

keutamaan-keutamaan yang dianugerahkan oleh Alloh di akhirat nanti.

Thaharah juga membantu seorang hamba untuk mempersiapakan diri sebelum

melakukan ibadah-ibadah kepada Alloh. Sebagai contoh seorang yang shalat

sesungguhnya ia sedang menghadap kepada Alloh, karenanya wudhu membuat

agar fikiran hamba bisa siap untuk beribadah dan bisa terlepas dari kesibukan-

kesibukan duniawi, maka diwajibkanlah wudhu sebelum sholat karena wudhu

adalah sarana untuk menenangkan dan meredakan fikiran dari kesibukan-

kesibukan duniawi untuk siap melaksanakan sholat..16

16 Ibnu Qosim Al-Gazzi, Hasiyah Asy-Syekh Ibrahim Al-Baijuuri, (Baerut: Dar Al-

Fikr, 2005) juz 1, hal 34.

17

Page 18: thaharah 52

18

Page 19: thaharah 52

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Thaharah merupakan salah satu ibadah yang disyariatkan oleh Alloh

kepada hamba sebelum melakukan ibadah yang lain. Thaharah hanya

dilakukan dengan sesuatu yang suci dan dapat menyucikan. Thaharah juga

menunjukan bahwa sesungguhnya islam sangat menghargai kesucian dan

kebersihan sehingga diwajibkan kepada setiap muslim untuk senantiasa

menjaga kesucian dirinya, hartanya serta lingkungannya. Hal ini dibuktikan

dengan bab thaharah adalah bab pertama yang dibahas dalam setiap kitab fiqih

yang ada.

B. Saran

Penulis telah berusaha maksimal dengan kemampuan yang ia punya, tentu

masih banyak kekurangan yang tanpa sengaja, untuk itu penulis terbuka untuk

menerima kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan penulisan-

penulisan selanjutnya.

19

Page 20: thaharah 52

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Thaharoh” tepat pada

waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah

membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi

motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak

terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan

saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Begkulu, Mei 2015

Penulis

20

i

Page 21: thaharah 52

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar......................................................................................................i

Daftar Isi ...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................1

C. Tujuan.....................................................................................................1

BAB II  PEMBAHASAN

A. Pengertian thaharah ..............................................................................2

B. Cara Cara Thaharah ..............................................................................4

C. Sabda Sabda Thaharah......................................................................... 13

D. Alat Thaharah .......................................................................................16

E. Tujuan Thaharah ..................................................................................17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...........................................................................................18

B. Saran .....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... iii

21

ii

Page 22: thaharah 52

MAKALAHFIQIH IBADAH

Thaharoh

DISUSUN OLEH :Reska Repita Sari

DOSEN PEMBIMBING :Suhilman Mastofa, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS TARBIYAH DAN TADRISINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERIINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

IAIN (BENGKULU)IAIN (BENGKULU)20152015

22

Page 23: thaharah 52

DAFTAR PUSTAKA

Rifa’I, Moh. Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang: Karya Toha Putra, 1978

Anwar Moch, Fiqih Islam  Tarjamah Matan Taqrib, Bandung: PT Alma’arif, 1987

 H. Muqarrabin, Fiqih awam, Demak: Cv. Media Ilmu, 1997,

Mushtafa, Abid Bishri, Tarjamah Shahih Muslim,Semarang: CV Asy-Syifa, 1993Al-Gazzi Ibnu Qosim, Hasiyah Asy-Syekh Ibrahim Al-Baijuuri, Baerut: Dar Al-Fikr,

2005Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Salim Al-Kafi, Taqrirqtus Sadidah Fi Masailil

Mufidah,Surabaya: Dar Al-Ulum Al-Islamiyah, 2006

Abu Bakar Imam Taqiyuddin, Bin Muhammad Alhusaini , Kifayatul Akhyar, Surabaya: Bina Imam, 2003

Muhammad Arsyad Al-Banjari Syekh, Sabilal Muhtadin, (Surabaya: PT Bina Ilmu)

23

iii