51901133 persiapan prabedah fix

Upload: grace-simarmata

Post on 04-Mar-2016

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

prabedah fix

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Persiapan PrabedahPersiapan bedah yang baik akan memberi pengaruh baik pula terhadap kondisi pasca operasi. Persiapan sebelum bedah sangat diperlukan untuk berbagai hal, diantaranya untuk indikasi operasi, untuk evaluasi dan mengatasi kecemasan pasien, untuk kejelasan hukum dan perjanjian, serta yang terpenting adalah untuk meminimalisir komplikasi pada pasien setelah pembedahan dilaksanakan.Tidak semua operasi membutuhkan langkah-langkah persiapan yang sama. Ada operasi yang memerlukan persiapan yang mendetail dengan memerlukan waktu beberapa hari, dari persiapan fisik dengan pemeriksaan laboratorium, rontgen, jantung dan lain-lain bahkan hingga menentukan hari baik dalam pelaksanaannya.Persiapan prabedah ini erat kaitannya dengan komunikasi yang baik antara dokter dan pasien. Komunikasi antara dokter dan pasien ini dapat memastikan bahwa pasien benar-benar memahami masalah yang ada, mengapa tindakan operasi ini diambil, dan hasil operasi yang diharapkan. Waktu khusus antara dokter dan pasien serta keluarga pasien merupakan unsur penting dari persiapan prabedah. Pada saat diskusi ini juga disampaikan mengenai resiko yang dapat ditimbulkan setelah pembedahan. Persiapan prabedah ini terdiri dari tiga persiapan, yaitu persiapan pasien, persiapan operator staf, dan persiapan alat dan ruangan.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persiapan pasienSecara umum persiapan pasien sebelum pembedahan dapat dilakukan pada ruang perawatan dan ruang operasi. Selain itu sebelum memasuki ruang operasi pasien berada diruangan khusus untuk pemeriksaan ulang dan dimanfaatkan untuk pemeriksaan akhir sebelum masuk ke meja operasi, seperti pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan, dan evaluasi dari dokter anestesi. Persiapan pasien ini terdiri dari berbagai macam untuk mendapatkan proses dan hasil pembedahan yang baik serta mengurangi resiko terjadinya komplikasi. Persiapan prabedah pada pasien tersebut antara lain:2.1.1 Persiapan mentalPersiapan mental merupakan hal yang penting dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Kecemasan merupakan reaksi normal yang dapat dihadapi dengan sikap terbuka dan penerangan yang cukup. Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis. (Barbara C. Long).Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan atau ketakutan antara lain; sulit tidur dan tekanan darah meningkat (pada pasien hipertensi) dan menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda (pada wanita).

Berbagai alasan yang dapat menyebabkan kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain : Takut nyeri setelah pembedahan (body image), takut keganasan, takut cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain, takut ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas, dan takut operasi gagal.Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui. Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga orang terdekat pasien. Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga dapat mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan dengan kata-kata yang menenangkan hati dan meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi. Peranan dokter dan dibantu perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dijalani sebelum operasi, memberikan informasi tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami selama proses operasi, dan menunjukkan tempat kamar operasi. Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien menjadi lebih siap menghadapi operasi. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas, misalnya: jika pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan sampai kapan, manfaatnya untuk apa. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap, kecemasan pasien akan dapat diturunkan.Untuk menimbulkan kenyamanan lagi, dokter memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala prosedur yang ada. Dokter juga dapat mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.2.1.2 Persiapan FisikSelain mempersiapkan mental, waktu dan biaya, pembedahan berencana juga mewajibkan pasien untuk menyiapkan kondisi fisik demi lancarnya operasi yang akan berlangsung. Persiapan fisik ini berhubungan dengan kelainan atau penyakit yang akan dibedah tersebut, dan juga persiapan fisik berkenaan dengan pembiusan, agar obat-obat bius yang nantinya diberikan tidak menimbulkan efek negatif akibat kemampuan respon tubuh yang tidak normal lagi.Persiapan fisik ini berkenaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien; denyut nadi, tekanan darah, respirasi, dan suhu tubuh pasien. Dipastikan semua tanda-tanda vital pasien dalam batasan normal. Pemeriksaan fisik lengkap antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Tinggi dan berat badan pasien diperiksa untuk memperkirakan dosis obat, terapi, cairan yang diperlukan, serta jumlah urine selama dan sesudah pembedahan. Jantung, paru-paru, abdomen, ekstremitas, punggung, neurologis, dan saluran nafas juga merupakan pemeriksaan fisik yang diperlukan. Untuk jangka pendek, setidaknya 8 jam sebelum masuk ke dalam kamar operasi, fisik penderita diharapkan sudah fit, tidak sedang pilek, batuk atau yang lainnya, dalam keadaan bersih hingga ke cuci rambut dan siap menanggalkan asesoris seperti perhiasan, gigi palsu, tidak bergincu dan cat kuku mesti dihapus. Ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi operasi dan menunjang sterilitas proses operasi. Selain itu pasien juga harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil.2.1.3 Riwayat PenyakitJawaban pasien mengenai penyakit-penyakit sistemik yang kita ajukan tidaklah menjamin bahwa pasien mengatakan yang sebenarnya. Ia mungkin tidak meyadari bahwa keadaan itu terjadi. Setidaknya kita harus mengetahui riwayat kesehatan pasien yang meliputi kesehatan umum, rasa sakit yang ada, obat-obatan dan pengobatan, alergi, dan tekanan darah. Pertanyaan yang berkenaan dengan perawatan terakhir dan dokter yang merawat merupakan informasi tambahan yang bermanfaat.Jika ahli laboratorium menemukan sejarah dan pemeriksaan fisik dalam keadaan abnormal, maka operasi harus dibatalkan dan hanya dilakukan medical treatment saja hingga kondisi fisik pasien memungkinkan untuk dilakukan operasi dengan resiko yang seminimal mungkin. Jika seluruh hasil pemeriksaannya ditemukan dalam keadaan normal, segera lakukan tindakan operasi.Bagi penderita yang memiliki penyakit lain selain kasus bedah akan menjadi perhatian khusus bagi tim bedah sebelum menjalankan tindakan operasinya. Gangguan atau penyakit lain, akan berpengaruh terhadap kelangsungan proses operasi. Penyakit seperti gangguan jantung, penderita diabetes, gangguan fungsi ginjal, fungsi pembekuan darah dan lainnya jika tidak harus menjalani operasi emergensi, sedapat mungkin dipastikan dulu bahwa penyakitnya tersebut dalam keadaan stabil. Keadaaan inilah yang mengakibatkan seorang penderita butuh waktu relatif lama dalam masa preoperatifnya dan juga dapat menyebabkan timbulnya resiko komplikasi pembedahan maupun pasca pembedahan.

2.1.4 Pemeriksaan Penunjang dan Skrining

Diagnosa penyakit diharapkan sejelas mungkin sebelum pembedahan dijalankan, sehingga diperlukan pemeriksaan tambahan di luar pemeriksaan fisik untuk menuju kepastian itu. Mungkin akan diperlukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium saja atau dibutuhkan lagi pemeriksaan penunjang yang masih taraf sederhana sampai yang sudah canggih.Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien, sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita. Untuk itu dokter memerlukan berbagai macam pemerikasaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang biasa digunakan adalah pemeriksaan rutin, yang terdiri dari pemeriksaan darah (hemoglobin, leukosit, jenis leukosit, golongan darah, perdarahan, bledding time, clotting time, trombosit, LED), pemeriksaan urine (protein, reduksi dan sedimen), pemeriksaan radiologi dan diagnostik berupa foto fraktur, abdomen, dan thoraks (untuk bedah mayor) USG, EKG, CT scan (computerized Tomography Scan) , MRI (Magnrtic Resonance Imagine) dan bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah. 2.1.5 Konsultasi MedisKonsultasi medis meliputi, konsultasi bedah, konsultasi anestesi, konsultasi dengan sejawat anestesi dan spesialis lain, konsultasi untuk mendapat dan memberi informasi tambahan, konsultasi untuk dapat menghilangkan kecemasan dan ketakutan pasien, dan konsultasi untuk mempertimbangkan apakah pasien perlu melakukan pemeriksaan tambahan.Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka dokter anstesi berperan untuk menentukan apakan kondisi pasien layak menjalani operasi. Hal ini diperlukan konsultasi antara dokter bedah dan dokter anestesi. Selain itu, dokter bedah juga harus dapat berkonsultasi masalah kesehatan dan kondisi pasien terhadap dokter bedah lain yang terkait dalam pelaksanaan pembedahan. Konsultasi yang saling berkaitan ini bertujuan untuk mempersiapkan pasien untuk tindakan pembedahan agar tidak menimbulkan komplikasi atau kecelakaan saat pembedahan, dan dapat membantu untuk mempermudah dalam pengelolaan pasca operasinya.2.1.6 Keadaan GiziKebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit.Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian. Kondisi malnutris dan obesitas atau kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan dibandingkan dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase penyembuhan.Pada orang malnutrisi maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut antara lain adalah protein, kalori, air, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin K, zat besi dan seng (diperlukan untuk sintesis protein). Pada pasien yang mengalami obesitas selama pembedahan jaringan lemak sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan permasalahan teknik dan mekanik. Pasien obesitas sering sulit dirawat karena tambahan berat badan dapat menyebabkan pernafasan tidak optimal saat berbaring miring, mudah mengalami hipoventilasi, dan komplikasi pulmonari pascaoperatif. 2.1.7 Persediaan DarahPada persiapan ruangan juga ada pemeriksaan kelengkapan penunjang operasi, adanya persediaan darah merupakan hal yang vital di dalam ruangan operasi. Persedian darah ini dimaksudkan untuk menjadi cadangan apabila saat pembedahan terjadi komplikasi atau perdarahan sekunder, sehingga dokter dapat menangani pasien dengan efektif dan efisien.2.1.8 PuasaPenderita yang akan dipersiapkan operasi dengan pembiusan umum membutuhkan puasa beberapa jam sebelum operasi dijalankan. Lamanya puasa berkisar antara 6 sampai 8 jam sebelum operasi dilakukan. Tujuan dari puasa ini adalah untuk pengosongan lambung dan kolon agar terhindar dari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) atau reflek muntah di saat penderita tidak sadar, dan untuk menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Pada pembiusan lokal masalah ini bisa diabaikan.

2.1.9 Kebutuhan Cairan Basal dan ElektrolitKeseimbangan cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmoll), kadar kalium serum (normal : 3,5 / 5 mmoll) dan kadar kreatinin serum (0,70 / 1,50 mgdl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oligurianuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.2.1.10 Antibiotik ProfilaksisYang dimaksud dengan antibiotik profilaksis pada pembedahan ialah antibiotik yang diberikan pada pasien yang menjalani pembedahan sebelum adanya infeksi, tujuannya ialah untuk mencegah terjadinya infeksi akibat tindakan pembedahan yaitu infeksi luka operasi (ILO) atau surgical site infection (SSI). Antibiotik profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di operasi. Antibiotik profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca beda 2- 3 kali. Antibiotik profilaksis harus aman, bakterisid dan efektif melawan bakteri yang menyebabkan infeksi. Antibiotik yang dapat diberikan bermacam-macam sesuai indikasi pasien, biasanya pada kedokteran gigi digunakan Clindamycin 300mg intravena. Faktor pasien dapat mempermudah terjadinya ILO adalah pasien obesitas, diabetes, mengalami pembedahan kontaminasi, rawat inap pre-operatif yang panjang, menjalani operasi yang lama (>2 jam), bakteri Staphylococcus aureus, skil yang kurang terampil, dan pertahanan tubuh yang lemah.2.1.11 PremedikasiSebelum operasi dilakukan, pasien akan diberikan obat-obatan premedikasi untuk memberikan kesempatan kepada pasien untuk istirahat yang cukup. Obat-obatan premedikasi ini juga berfungsi untuk menurunkan sekresi cairan tubuh, mengurangi kecemasan dan ketakutan, mengurangi mual dan muntah, mengurangi keasaman lambung, serta berfungsi untuk memperkuat efek hipnotik pada penggunaan anestesi umum. Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah Benzodazepine, fenotiazin, analgetik, dan untuk operasi yang cukup berat dapat diberikan valium. Pemberian obat-obat premedikasi ini dapat menginduksi obat-obat anestesi, memelihara, dan memberikan pemulihan yang baik. Pemberian dosis dan jenis obat premedikasi ini dipertimbangkan dengan usia, berat badan pasien, keadaan fisik dan psikis, serta teknik anestesi dan pembedahan yang akan dilakukan.

Dalam kasus pembedahan apabila selama praevaluasi pasien dianggap tidak layak untuk melakukan operasi bedah, maka operasi harus ditunda sampai waktu kedepan ketika pasien dinilai layak untuk menjalani operasi bedah tersebut, kecuali pada kasus pembedahan yang mengancam jiwa. Oleh karena itu, demi kelancaran kinerja operasi bedah maka persiapan pasien secara menyeluruh sebelum operasi bedah harus benar-benar dilaksanakan dengan baik.2.2 Persiapan Tim Bedah / Surgical Team (Dokter Dan Stafnya)Tim bedah terdiri dari operator (dokter) dan asistennya, dokter anastesi / anesthetist, scrub nurse dan circulating nurse.Operator bertindak sebagai kepala tim, dimana operator memiliki tanggung jawab dan instruksinya dipatuhi oleh semua anggota tim bedah.Tugas asisten adalah: a) menjaga kondisi mulut dan kawasan operasi bersih dari darah, lendir, saliva, dan debris dengan tepat dan sesuai, b) melakukan retraksi untuk membuka bagian yang dioperasi dengan tepat, c) memotong sutura, menggunakan mallet, memperhatikan dinding orofaringeal dan mengingatkan dokter bedah jika terjadi perubahan atau penyesuaian, d) meminta operator memperhatikan hal-hal yang seharusnya diperhatikan.Tugas dokter anastesi meliputi menjaga kadar bius yang sesuai, memperhatikan kondisi pasien secara konstan, dan memberi tahu kepada operator jika ada reaksi yang janggal dari pasien. Dokter anastesi harus memberi tahu operator mengenai kerusakan jalan nafas yang disebabkan oleh tindakan bedah, sehingga operator dan asistennya dapat mengambil langkah cepat untuk menghilangkan atau memperbaiki penyebab obstruksi tersebut.Tugas scrub nurse meliputi memperhatikan instrument dan kain steril, dan persediaan yang tersedia serta layak pakai di meja operasi. Suster ini harus memberikan instrument, sponge, dan sutura yang diminta operator. Suster harus menjaga instrument operasi dalam keadaan layak pakai dan menyusunnya selama operasi dan terkadang diminta untuk membantu retraksi.Circulating nurse mengikatkan baju bedah operator dan asistennya dari belakang. Suster ini biasanya menyesuaikan letak lampu dan meja operasi. Sebagai tambahan, suster inilah yang membawa instrument dan perlengkapan yang dibutuhkan.2.3 Persiapan Operator Staf

Penentu keberhasilan rencana pengontrolan infeksi di bedah mulut ialah dokter gigi. Tindakan kontrol infeksi yang rutin yang dibuat untuk membatasi atau mengurangi kontaminasi silang ialah cerminan langsung dari sikap dokter gigi. Dokter bedah dental harus menyiapkan dirinya untuk prosedur pembedahan dalam ruang operasi sama dengan cara dokter bedah umum menyiapkan dirinya untuk bekerja. Walaupun tidak mungkin untuk mensterilkan rongga mulut, ritual teknik steril sangat penting dalam meminimalisir kemungkinan masuknya organism pathogen kedalam luka bedah. Selain itu, keistimewaannya adalah untuk membantu menyediakan kenyamanan dan perlindungan pada dokter bedah mulut. Persiapan prabedah untuk operator dan staff adalah sebagai berikut:2.3.1 Dressing operator dan asistenOperator dan masing-masing asistennya, memakai pakaian katun bersih yang terdiri dari celana panjang dan baju. Pakaian katun tidak menghasilkan percikan dari elektrik statis yang dapat berkembang ketika pakaian nylon atau wool dikenakan. Percikan elektrik statis dapat menyebabkan ledakan tragis pada ruang operasi. Clean scrub suits, juga mengeliminasi baju penuh debu dari ruang operasi, menyediakan kenyamanan untuk operator, dan melindungi pakaian dokter dari kerusakan. Dipilih yang lengannya tidak melebihi siku sehingga memungkinkan tangan dicuci hingga ke siku. Apabila pembedahan yang dilakukan kemungkinan menyebabkan darah atau saliva mengotori pakaian, maka dapat digunakan baju dengan lengan panjang, baik yang dapat digunakan ulang, atau lebih baik lagi bila digunakan yang disposable. Apabila dipakai baju yang digunakan ulang, maka sesudah dipakai harus dicuci dengan air panas dan detergen. Pakaian klinik harus diganti setiap hari apabila tercemar oleh darah. Selanjutnya operator mengenakan sepasang sepatu atau boots konduktif disposable. Saat ini peralatan Rumah Sakit yang baik memiliki lantai ruang operasi kondiktif khusus untuk mencegah ledakan atau letupan dan seluruh personel harus menggunakan sol sepatu konduktif atau boots konduktif khusus yang menutupi seluruh sepatu jalanan. Hal ini mencegah elektrik statis dari akumulasi pada operator, yang dapat menghasilkan sebuah percikan ketika dokter mendekati lingkungan grounded. 2.3.2 Persiapan tangan dan lenganPencucian tangan yaitu menggosok, mengawali teknik asepsis/sterilisasi, digunakan pada bedah mulut. Pemakaian sabun anti kuman harus sesuai dengan rekomendasi pabriknya. Biasanya diperlukan paling tidak penggosokan 5-6 menit menggunakan sikat disposable/ yang sudah diautoklaf, baik yang sederhana atau yang berisi sabun. Untuk prosedur non bedah, sabun biasa sudah dianggap cukup layak oleh CDC (Centre for Disease Control). Alternative lain ialah mencuci tangan dengan sabun antikuman (chlorhexidine gluconat 4%) selama satu menit.

Berikut ini merupakan urutan yang dilakukan dalam mempersiapkan tangan dan lengan:1) Persiapan, menempatkan topi untuk menutupi rambut selutuhnya, dan menempatkan masker unutk menutupi hidung dan mulut. Gulung lengan sampai diatas siku. Lepaskan seluruh perhiasan dan jam tangan. Kuku harus pendek dan halus.2) Prosedur, Alirkan air dari watafel sampai suhu yang diinginkan. Cuci tangan dan lengan bawah dengan seksama, dan bersihkan kuku jari dengan orangewood stik. Sikat sekarang disuplai dalam container steril atau kemasain steril individu dilengkapi dengan konsentrat germicidal dan mengandung pembersih kuku plastik. Dimulai dengan menyikat telapak tangan, mengunakan parallel strokes. Sikat telapak dalam tiga bagian : dari kelingking ke ibu jari sikat seluruh empat permukaan tiap jari; kemudian balik tangan dan sikat buku-buku jari; kemudian sikat lengan dan siku, yakinkan untk menggosok ruang interdigital secara seksama ketika menggosok punggung masing masing jari, sampai ke pergelangan tangan. Setelah menggosok satu tangan dan lengan, lakukan prosedur yang sama untuk tangan yang lain. Pembilasan tangan dan lengan, secara seksama menguras mereka dari ujung jari sampai siku. Bilas sikat. Matikan air dengan dikat dan singkirkan sikat. Berjalanlah ke ruang operasi, angkat tangan ke atas, dan perawat akan menyediakan handuk kering.3) Jubah ( pakaian ) dan sarung tangan, Tangan dan lengan dikeringkan dengan handuk bersih, dan tiap anggota dari timbedah memakai jubah steril. Tangan diberikan bedak steril oleh suster sebelum menggunakan sarung tangan steril. Teknik aseptic yang sempurna mengharuskan sarung tangan dipasang tanpa menyentuh permukaan luar dengan tangan. Dari poin ini operator dan semu personel steril harus peduli bahwa lingkungan dibawah bidang operasi dipertimbangkan kontaminasinya dan tidak boleh disentuh.

2.3.3 Triad barrierUntuk membatasi kontaminasi silang pada dokter gigi, staf dan pasiennya, maka digunakan triad barrier yaitu masker, sarung tangan dan kacamata pelindung. Sarung tangan uji disposable yang non steril bisa digunakan untuk kebanyakan prosedur bedah mulut. Apabila sterilitas sangat diperlukan, misalnya pemasangan implan atau bahan aloplastik untuk menambah linggir (ridge), dapat digunakan sarung tangan steril. Kekurangan sarung tangan uji ialah bahwa hanya mempunyai satu ukuran saja atau berukuran S, M, L yang membatasi akurasi pemakaian dengan tepat. Juga agak sedikit tebal dibandingkan sarung tangan bedah, sehingga mengurangi sensasi taktil pada tangan. Meski demikian, keuntungan utamanya ialah harganya yang murah. Masker dapat dengan mudah dibeli di toko. Masker dengan tali lebih mudah digunakan untuk jangka panjang daripada yang menggunakan elastik. Keuntungan masker elastik ialah dapat dilepas dengan cepat dan mudah bila ingin dibuka sewaktu-waktu. Seperti halnya sarung tangan masker harus diganti setiap kali ganti pasien. Kacamata pelindung yang terbuat dari plastic dan ringan melengkapi triad barier tersebut. Perlindungan mata dari saliva, mikroorganisme, aerosol, dan debris sangat diperlukan untuk operator maupun asistennya.2.3.4 Imunisasi

Pelindung yang paling mudah digunakan dan yang paling jarang digunakan sebagai sumber perlindungan untuk dokter gigi dan staf adalah imunisasi, misalnya Heptavax-B untuk perlindungan terhadap hepatitis B.2.4 Persiapan Alat dan RuanganKarena semua pasien yang terinfeksi tidak bisa dengan mudah diidentifikasi, baik secara historik, pemeriksaan fisik, maupun laboratorium, maka pencegahan secara rutin sebagai berikut harus digunakan pada semua pasien. Apabila dilakukan tindakan bedah mulut, darah yang keluar dan meningkatnya kemungkinan tumbuhnya kuman oleh karena pemakaian instrumen yang tajam (pemaparan parenteral), dapat dikurangi hanya dengan tindakan kontrol yang efektif.2.4.1 Ruangan1) DekontaminasiKebersihan saja tidaklah cukup untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kontaminasi silang. Dekontaminasi permukaan-permukaan yang tersentuh sekresi mulut pasien, instrumen atau tangan operator biasanya bisa diatasi dengan bahan kimia antikuman (Tabel 1-1). Semua permukaan kerja yang terkontaminasi, pertama-tama dilap dengan handuk pengisap untuk menghilangkan bahan-bahan organik kemudian didesinfeksi dengan larutan pemutih (clorox diencerkan dalam perbandingan 1:10 sampai dengan 1:100 tergantung bahan organik yang ada). Hal tersebut dilakukan setiap hari. Pemutih adalah salah satu bahan anti-kuman yang murah dan efektif, namun perlu diperhatikan bahwa bahan ini bersifat korosif terhadap logam khususnya alumunium.2) Pelindung permukaanKertas dengan lapisan kedap air, alumunium foil atau plastik yang jernih bisa dipergunakan sebagai penutup permukaan yang mudah tcrkontiminasi dengan darah atau saliva, yang sulit didesinfeksi secara efektif misalnya pegangan lampu dan kepala unit sinar-X. Penutup ini dibuka oleh personel yang menggunakan sarung tangan pada akhir suatu tindakan pembedahan, kemudian diganti dengan yang bersih (sesudah melepas sarung tangan atau mengganti sarung tangan). Selama prosedur pembedahan, permukaan yang tidak terlindung misalnya pengontrol kursi atau lampu operasi bisa diatur atau digunakan tanpa menimbulkan kontaminasi dengan menggunakan sponge bedah 4x4 dan tangan yang memakai sarung tangan sebagai barier tambahan. Idealnya pengontrolan dengan tangan sebaiknya dihindarkan atau di-kurangi. Tempat kumur, dispenser untuk sabun dan pengontrol kursi sebaiknya menggunakan peralatan yang bisa dioperasikan dengan kaki.3) Peralatan yang tajam Peralatan tajam yang biasanya digunakan di dalam prosedur bedah mulut dan sering terkontaminasi darah dan saliva misalnya, jarum suntik, jarum jahit, Man (blade) skapel, elevator periosteal, dan elevator akar, dianggap berpotensi untuk menginfeksi dan harus ditangani dengan can khusus untuk mencegah luka yang tidak sengaja. Untuk menghindari kontak yang tidak diperlukan, semua peralatan disposibel ditempatkan di dalam wadah yang diletakkan sedekat mungkin dengan tempat pengguna-annya. Jarum yang kotor jangan dibengkokkan, dipatahkan/ditutup, atau dengan kata lain jangan dipegang dengan tangan. Untuk pengulangan suntikan anestesi lokal, sebaiknya jarum ditempatkan terbuka di atas tempat yang steril ketimbang harus melepas tutup jarum sekali lagi. Kunci keberhasilan penanganan alat-alat tajam yang terkontaminasi adalah mengurangi frekuensi pemakaiannya sehingga menurunkan kesempatan terjadinya tusukan atau goresan yang tidak disengaja. Secara umum, semua alat yang disposibel diautoklaf dulu sebelum dibuang. Pada kasus perawatan pasien yang menular, peralatan disposibel dibungkus rangkap dua sesegera mungkin sesudah digunakan.2.4.2 Alat

Langkah persiapan alat adalah sebagai berikut:1) Menghilangkan debrisDiperlukan ruangan atau tempat terpisah untuk mempersiapkan peralatan. Bak yang dibuka untuk menyikat alat biasanya dianggap sudah terkontaminasi dan tidak boleh digunakan untuk mencuci tangan. Apabila bak cuci tangan yang terpisah tidak ada, maka bak tersebut harus diguyur dan didekontaminasi dahulu dengan menggunakan desinfektan yang terdapat dalam EPA. Orang yang menyikat peralatan harus memakai sarung tangan yang tebal. Semua saliva, darah, atau sisa jaringan dibersihkan sebelum dilakukan sterilisasi dan desinfeksi. Dianjurkan memakai pembersih ultrasonic.2) Pengemasan peralatanMembungkus peralatan yang benar, baik menggunakan kain yang bisa dipakai ulang, atau menggunakan bungkus sekali pakai ialah dengan dua lapis. Semua peralatan yang berengsel harus dalam keadaan terbuka. Pengemasan ini dilengkapi dengan pita indikator yang peka panas atau uap yang dengan perubahan warnanya bisa menunjukkan bahwa bungkusan tersebut sudah diautoklaf. Sebaiknya alat dibungkus dalam plastik jernih yang diklip, diplester, atau direkat dengan pita indicator. Tanggal dilakukannya autoklaf dicatat pada bagian luar setiap bungkusan. Peralatan yang dibungkus hanya satu lapis harus diautoklaf lagi dalam 30 hari, sedangkan yang dibungkus rangkap dua dapat bertahan sampai enam bulan. 3) Peralatan siap pakai/disposableSterilitas dapat dengan mudah dipastikan pada keadaan kritis alat-alat siap pakai. Yang paling penting ialah jarum suntik yang digunakan untuk anestesi local atau bahan yang lain. Jarum tersebut terbungkus sendiri-sendiri dan disterilkan, sehingga dijamin ketajaman dan sterilitasnya. Pemasangan jarum pada selubungnya jangan dilakukan dengan tangan. Apabila tidak ada alternatif lain untuk memasang selubung jarum, maka bisa digunakan hemostat/needle holder. Benang dan jarum jahit juga tersedia dalam bentuk siap pakai. Ini ialah yang disebut armed suture yaitu jarum yang disatukan dengan benang jahitnya. Bilah skapel dan kombinasi bilah tangkai juga tersedia dalam bentuk steril untuk sekali pemakaian. Sarung tangan steril baik yang panjang maupun yang pendek menjamin adanya asepsis dan dibungkus rangkap dua untuk menjamin bahwa pada waktu pemakaian tidak terkontaminasi. Sebagian besar agen hemostatik, bahan pengganti tulang aloplastik, dan material untuk implan tidak membutuhkan sterilisasi lagi.Sponge dan bahan-bahan dressing biasanya tersedia dalam bungkusan steril yang terpisah. Penutup yang steril, idealnya dengan pelindung plastic digunakan apabila diperkirakan akan terjadi kontaminasi oleh darah atau saliva. Sebagian peralatan dibungkus dengan system peel down. Dibungkus rangkap dua sehingga memungkinkan orang yang tidak menggunakan sarung tangan membuka dan menyerahkan isinya kepada orang lain yang sudah memakai sarung tangan atau menaruh isinya di atas tempat yang steril. Apabila bungkusnya sobek, peralatan tersebut sebaiknya jangan digunakan. Meskipun bisa diautoklaf, tidak ada peralatan disposable yang boleh digunakan ulang. 4) Meja tempat instrumen sterila. Meja instrumen diatur oleh scrub nurse.b. Terdiri dari alat-alat yang steril dan semua instrumen yang dapat digunakan dalam bedah mulut.

c. Meja ini tidak boleh sampai terkontaminasi selama operasi sedang berjalan.

d. Meja instrumen sebaiknya di tutupi oleh kain steril.e. Peralatan yang dibutuhkan di transfer ke rak mayo dengan penjepit instrumen yang steril.Untuk menentukan tingkat sterilisasi/desinfeksi yang layak, maka alat-alat digolongkan sesuai dengan penggunaan dan aplikasinya, yaitu:1) Alat-alat kritisUntuk menentukan tingkat sterilisasi/desinfeksi yang layak, maka alat-alat digolongkan sesuai dengan penggunaan dan aplikasinya. Alat-alat kritis ialah alat yang berkontak langsung dengan daerah steril pada tubuh yaitu semua struktur atau jaringan yang tertutup kulit/mukosa, karena semua ini mudah terserang infeksi. Peralatan kritis harus steril sebelum digunakan. Termasuk dalam kategori ini yaitu jarum suntik, scalpel, elevator, bur, tang, jarum jahit, dan peralatan untuk implantasi (misalnya implan, bahan aloplastik dan bahan hemostatik). Apabila memungkinkan sebaiknya peralatan disterilisasi dengan autoklaf.Kelayakan tingkat sterilitas bisa diuji seminggu sekali dengan menggunakan peralatan tes spora. Kontrol berikutnya untuk membuktikan bahwa autoklaf sudah dilakukan ialah menggunakan indikator yang peka terhadap panas/uap yang ditempelkan di luar pembungkus alat. Apabila penggunaan autoklaf tidak memungkinkan, desinfeksi yang sangat baik dapat dicapai dengan menggunakan bahan kimia yang terdaftar pada US Environmental Protection Agency (EPA), waktu pemaparan tergantung pada instruksi pabrik. Diikuti dengan pembasuhan menggunakan air steril. Cara lain untuk mensterilkan ialah dengan merendam dalam air mendidih selama paling sedikit 10 menit. 2) Alat-alat semi kritisPeralatan semikritis ialah alat-alat yang bisa bersentuhan tapi sebenarnya tidak dipergunakan untuk penetrasi ke membran mukosa mulut. Meskipun terkontaminasi oleh saliva dan darah, alat tersebut biasanya tidak membawa kontaminan ke daerah steril di dalam tubuh. Kaca mulut dan alat lain yang digunakan untuk pemeriksaan dan tes termasuk dalam kategori ini. Handpiece digunakan untuk bedah mulut idealnya bisa diautoklaf. Jika harus menggunakan handpiece yang lain, maka setiap selesai pemakaian sebaiknya dilakukan pengurasan air pendingin 20-30 menit, kemudian disikat di dalam air dan kotorannya dihilangkan dengan sabun. Kemudian dengan hati-hati dilap dengan bahan pengisap yang mengandung bahan antikuman yang terdaftar di EPA sebagai desinfektan rumah sakit dan mycobactericidal. 3) Alat-alat non kritisYaitu peralatan yang biasanya tidak berkontak dengan membrane mukosa. Meliputi countertops, pengontrol posisi kursi, kran yang dioperasikan dengan tangan, dan pengontrol kotak untuk melihat gambar sinar X. Apabila terkontaminasi dengan darah, saliva atau kedua-duanya, mula-mula harus dilap dengan handuk pengisap kemudian didesinfeksi dengan larutan antikuman yang cocok, misal 5000 ppm (pengenceran larutan pemutih 1:10, clorox) atau 500 ppm (pengenceran 1:100 sodium hipoklorit). Harus hati-hati karena sodium hipoklorit korosif terhadap logam.BAB III

KESIMPULAN

Persiapan bedah yang baik akan memberi pengaruh baik pula terhadap kondisi pasca operasi. Persiapan sebelum bedah sangat diperlukan untuk berbagai hal, diantaranya untuk indikasi operasi, untuk evaluasi dan mengatasi kecemasan pasien, untuk kejelasan hukum dan perjanjian, serta yang terpenting adalah untuk meminimalisir komplikasi pada pasien setelah pembedahan dilaksanakan. Persiapan prabedah ini terdiri dari tiga persiapan, yaitu persiapan pasien, persiapan operator staf, dan persiapan alat dan ruangan.

Persiapan pasien terdiri dari Persiapan Mental, Persiapan Fisik, Riwayat Penyakit, Pemeriksaan Penunjang dan Skrining, Konsultasi Medis, Keadaan Gizi, Persediaan Darah, Puasa, Kebutuhan Cairan Basal dan Elektrolit, Antibiotik Profilaksis, dan Premedikasi.

Persiapan dokter dan staff nya terdiri dari Dressing Operator dan Asisten, Persiapan Tangan dan Lengan, Triad Barrier, dan Imunisasi. Persiapan Alat dan ruangan terdiri dari Dekontaminasi Ruangan, Pelindung Permukaan, Peralatan yang Tajam. Alat-alat disterilisasi dengan cara Penghilangan Debris, Pengemasan Alat yang baik, Alat yang siap pakai dan sekali pakai, serta mempersiapkan meja untuk alt-alat steril. Alat-alat dalam pembedahan ini terdiri dari alat-alat kritis, alat semi kritis, dan alat non kritis yang berbeda-beda proses sterilisasinya.

DAFTAR PUSTAKAPederson, Gordon W. 1996. Buku ajar praktis Bedah Mulut. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC.

Archer W. H. 1975. Oral and Maxillofacial Surgery 5th ed. W.B. Saunders.

Sabiston.1992. Buku Ajar Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Pallasch TJ. 2003. Antibiotic prophylaxis. Endodontic.

Walling AD. 2005. Antimicrobial prophylaxis for surgical site infections. Am Fam Physician1