5. peranan modal sosial dan pemberdayaan rumah tangga miskin melalui pengembangan kelembagaan seb

19
50 PERANAN MODAL SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN RUMAH TANGGA MISKIN MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN (Studi Kasus: Rumah Tangga Miskin Di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang) Oleh : Budi Yanti, SE.Akt. MSi. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana peran modal sosial dan pemberdayaan rumah tangga miskin melalui pengembangan kelembagaan lokal sebagai upaya mengentaskan kemiskinan dan sekaligus dalam rangka mendorong peningkatan kesejahteraan di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Dalam konteks ini, kebijakan pemerintah dalam upaya pemberdayaan masyarakat perlu melibatkan kerjasama lebih intensif dengan kelembagaan lokal atau modal sosial yang ada di masyarakat. Nilai-nilai budaya lokal dan pengetahuan lokal yang telah lama tertanam pada masyarakat itu diharapkan senantiasa terpelihara dan berkembang menjadi modal yang bernilai harganya dalam peningkatan kesejahteraan dan proses pembangunan. Kelembagaan baik berupa organisasi maupun bukan merupakan salah satu penggerak pembangunan terutama dalam pengentasan kemiskinan. Pemberdayaan masyarakat melalui kelembagaan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan lembaga terutama lembaga lokal dalam melaksanakan pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanan hingga tahap evaluasi. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan kelembagaan seiring sejalan dengan semakin meningkatnya modal social. Dari uji hipotesa dapat disimpulkan lembaga persatuan dalam masyarakat mempunyai peranan dalam perkembangan kesejahteraan masyarakat kelurahan yang diproyeksikan dengan pengeluaran rumah tangga. Hal ini dapat memberikan kemungkinan bahwa semakin luas interaksi rumah tangga dalam persatuan kelompok/lembaga maka semakin tinggi pula kesejahteraan rumah tangga tersebut. Kepemilikan tanah dan penghasilan rumah tangga memiliki hubungan yang kuat dengan kesejahteraan rumah tangga. Pada umumnya, rumah tangga miskin memiliki karakteristik lemahnya jaringan sosial terhadap antar kelembagaan (interlinkage institution) yang ada, baik secara horizontal maupun secara vertikal. Lemahnya akses terhadap jaringan ekonomi dan modal sosial lainnya umumnya disebabkan karena mereka tidak memiliki persyaratan sosial yang cukup, misalnya lemahnya pendidikan, pengetahuan, dan kemampuan berkomunikasi. Hal ini terbukti dengan hasil penelitian yang diperoleh yaitu tidak signifikannya variable akse menabung dan akses meminjam dengan variable kesejahteraan rumah tangga bagi masyarakat miskin di Kelurahan Lubuk Minturun Kecamatan Koto Tangah. Kata kunci: Social capital, kelembagaan, adat istiadat, kepercayaan, partisipasi. 1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan ekonomi utama yang dirasakan oleh setiap daerah di Indonesia, khususnya di Kota Padang. Kesenjangan pendapatan antara kelompok penduduk, salah satunya merefleksikan masih banyaknya penduduk yang

Upload: intan-diane-binangkit

Post on 04-Jan-2016

234 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

modal sosial

TRANSCRIPT

Page 1: 5. Peranan Modal Sosial Dan Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin Melalui Pengembangan Kelembagaan Seb

50

PERANAN MODAL SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN RUMAH TANGGA

MISKIN MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN SEBAGAI SALAH

SATU UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN

(Studi Kasus: Rumah Tangga Miskin Di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang)

Oleh : Budi Yanti, SE.Akt. MSi.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana peran modal sosial dan

pemberdayaan rumah tangga miskin melalui pengembangan kelembagaan lokal sebagai

upaya mengentaskan kemiskinan dan sekaligus dalam rangka mendorong peningkatan

kesejahteraan di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Dalam konteks ini, kebijakan

pemerintah dalam upaya pemberdayaan masyarakat perlu melibatkan kerjasama lebih

intensif dengan kelembagaan lokal atau modal sosial yang ada di masyarakat. Nilai-nilai

budaya lokal dan pengetahuan lokal yang telah lama tertanam pada masyarakat itu

diharapkan senantiasa terpelihara dan berkembang menjadi modal yang bernilai

harganya dalam peningkatan kesejahteraan dan proses pembangunan.

Kelembagaan baik berupa organisasi maupun bukan merupakan salah satu

penggerak pembangunan terutama dalam pengentasan kemiskinan. Pemberdayaan

masyarakat melalui kelembagaan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan lembaga

terutama lembaga lokal dalam melaksanakan pembangunan, mulai dari perencanaan,

pelaksanan hingga tahap evaluasi. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan

kelembagaan seiring sejalan dengan semakin meningkatnya modal social.

Dari uji hipotesa dapat disimpulkan lembaga persatuan dalam masyarakat

mempunyai peranan dalam perkembangan kesejahteraan masyarakat kelurahan yang

diproyeksikan dengan pengeluaran rumah tangga. Hal ini dapat memberikan

kemungkinan bahwa semakin luas interaksi rumah tangga dalam persatuan

kelompok/lembaga maka semakin tinggi pula kesejahteraan rumah tangga tersebut.

Kepemilikan tanah dan penghasilan rumah tangga memiliki hubungan yang kuat dengan

kesejahteraan rumah tangga.

Pada umumnya, rumah tangga miskin memiliki karakteristik lemahnya jaringan sosial

terhadap antar kelembagaan (interlinkage institution) yang ada, baik secara horizontal

maupun secara vertikal. Lemahnya akses terhadap jaringan ekonomi dan modal sosial

lainnya umumnya disebabkan karena mereka tidak memiliki persyaratan sosial yang

cukup, misalnya lemahnya pendidikan, pengetahuan, dan kemampuan berkomunikasi.

Hal ini terbukti dengan hasil penelitian yang diperoleh yaitu tidak signifikannya

variable akse menabung dan akses meminjam dengan variable kesejahteraan rumah

tangga bagi masyarakat miskin di Kelurahan Lubuk Minturun Kecamatan Koto Tangah.

Kata kunci: Social capital, kelembagaan, adat istiadat, kepercayaan, partisipasi.

1. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan permasalahan ekonomi utama yang dirasakan oleh setiap

daerah di Indonesia, khususnya di Kota Padang. Kesenjangan pendapatan antara

kelompok penduduk, salah satunya merefleksikan masih banyaknya penduduk yang

Page 2: 5. Peranan Modal Sosial Dan Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin Melalui Pengembangan Kelembagaan Seb

51

hidup dalam kemiskinan. Penduduk miskin adalah penduduk yang pendapatan atau

pengeluaran per kapita per bulannya berada di bawah angka garis kemiskinan yang

ditetapkan oleh BPS. Jumlah penduduk miskin dihitung oleh BPS dengan menggunakan

hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).

Selama ini di daerah telah ada seperangkat lembaga-lembaga yang muncul dan

timbul dari inisiatif masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Umumnya

lembaga-lembaga lokal ini masih bersifat sangat tradisional dengan berbagai

kekurangan-kekurangan yang ada dari segi organisasi atau kelembagaan modern.

Padahal di sisi lain pemerintah sebagai Stakeholder dari program pembangunan sangat

memerlukan lembaga yang sangat mampu untuk menjadi wadah atau saluran

pembangunan bahkan sarana paling tepat untuk percepatan pembangunan. Berpijak

pada realita semacam inilah maka pemerintah pun mengeluarkan kebijakan mengenai

perlunya pembentukan lembaga kemasyarakatan modern dalam rangka pelaksanaan

pembangunan dengan pertimbangan, bahwa lembaga kemasyarakatan modern yang

dibuat pemerintah yang memang dirancang secara khusus untuk kegiatan pembangunan

akan lebih memberikan peluang besar guna keberhasilan pembangunan itu sendiri dari

pada pemerintah menggunakan lembaga kemasyarakatan yang sudah ada yang

umumnya bercorak kultural, agamis dan tradisional.

Pada umumnya, rumah tangga miskin memiliki karakteristik lemahnya jaringan

sosial terhadap antar kelembagaan (interlinkage institution) yang ada, baik secara

horizontal maupun secara vertikal. Lemahnya akses terhadap jaringan ekonomi dan

modal sosial lainnya umumnya disebabkan karena mereka tidak memiliki persyaratan

sosial yang cukup, misalnya lemahnya pendidikan, pengetahuan, dan kemampuan

berkomunikasi. Modal sosial (social capital) merupakan salah satu modal dasar yang

kurang diperhatikan selama ini. Dengan dasar ini, maka upaya pemberdayaan rumah

tangga miskin melalui pengembangan kelembagaan, harus didasarkan kepada

pemahaman yang utuh terhadap ragam dan sifat modal sosial yang mereka miliki,

sehingga proses pembangunan akan menjadi lebih tepat.

Kecamatan Koto Tangah adalah salah satu daerah perkotaan yang mempunyai

banyak penduduk yang miskin. Berdasarkan data BPS, 2008, terdapat 5.988 rumah

tangga miskin atau sekitar 16% di Kecamatan Koto Tangah, yang merupakan

kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk miskin tertinggi di Kota Padang.

Page 3: 5. Peranan Modal Sosial Dan Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin Melalui Pengembangan Kelembagaan Seb

52

Dengan demikian, maka penting untuk dilakukan riset agar dapat dianalisis sejauh

mana peran modal sosial dan pemberdayaan rumah tangga miskin melalui

pengembangan kelembagaan lokal sebagai upaya mengentaskan kemiskinan dan

sekaligus dalam rangka mendorong peningkatan kesejahteraan di Kecamatan Koto

Tangah Kota Padang. Dalam konteks ini, kebijakan pemerintah dalam upaya

pemberdayaan masyarakat perlu melibatkan kerjasama lebih intensif dengan

kelembagaan lokal atau modal sosial yang ada dimasyarakat. Nilai-nilai budaya lokal

dan pengetahuan lokal yang telah lama tertanam pada masyarakat itu diharapkan

senantiasa terpelihara dan berkembang menjadi modal yang bernilai harganya dalam

peningkatan kesejahteraan dan proses pembangunan.

2. Perumusan Masalah

Berawal dari pemahaman konsep social capital dan kelembagaan, kedua konsep

tersebut sangat terkait satu dengan lainnya. Kelembagaan baik berupa organisasi

maupun bukan merupakan salah satu penggerak pembangunan. Pemberdayaan

masyarakat melalui kelembagaan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan lembaga

terutama lembaga lokal dalam melaksanakan pembangunan, mulai dari perencanaan,

pelaksanan hingga tahap evaluasi. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan

kelembagaan seiring sejalan dengan semakin meningkatnya modal sosial. Colleta

(2000) memberikan gambaran tentang pentingnya social capital dalam pembangunan

terutama dalam pengembangan kelembagaan. Pada tingkat social capital tinggi, mampu

memunculkan lembaga baru yang memiliki tingkatan organisasi mantap. Pada tingkat

social capital yang rendah ternyata membawa dampak pada hancurnya kelembagaan

yang telah ada.

Oleh karena itu rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

a. Bagaimanakah karakteristik modal sosial yang dimiliki masyarakat khususnya

rumah tangga miskin di Kecamatan Koto Tangah.

b. Bagaimanakah karakateristik jaringan sosial dan kelembagaan yang dimiliki

rumah tangga miskin, baik formal maupun nonformal.

Page 4: 5. Peranan Modal Sosial Dan Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin Melalui Pengembangan Kelembagaan Seb

53

c. Bagaimanakah kontribusi dan peranan modal sosial masyarakat melalui

pengembangan kelembagaan sebagai upaya pengentasan kemiskinan di

Kecamatan Koto Tangah.

3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis modal sosial rumah

tangga dan dampaknya terhadap peningkatan kesejahteraan rumah tangga miskin di

Kecamatan Koto Tangah. Secara spesifikasi tujuan penelitian adalah:

(1) Mempelajari karakteristik dan menganalisis modal sosial yang dimiliki

masyarakat Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.

(2) Mempelajari karakateristik jaringan sosial dan kelembagaan yang dimiliki rumah

tangga miskin, baik formal maupun nonformal, terutama kelembagaan ekonomi

yang merupakan sarana utama untuk peningkatan kesejahteraan.

Melihat dari tujuan maka diharapkan nantinya tulisan ini akan memberikan

manfaat diharapkan adanya pemecahan masalah untuk mengurangi kemiskinan dan

meningkatkan kesejahteraan rumah tangga miskin di Kecamatan Koto Tangah. Dan

sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan dalam

pengentasan kemiskinan, khususnya di Kota Padang. Selain itu juga sebagai tambahan

informasi dan bahan perbandingan untuk penelitian lebih lanjut yang meneliti mengenai

modal sosial terhadap kesejahteraan rumah tangga.

4. Hipotesis

Tidak terdapat hubungan antara indikator variabel kelembagaan, adat istiadat,

kepercayaan, partisipasi terhadap variabel kesejahteraan rumah tangga

5. Landasan teori dan tinjauan pustaka

1. Modal Sosial (Social Capital)

Modal sosial (Social Capital) awalnya dipahami sebagai suatu bentuk di mana

masyarakat menaruh kepercayaan terhadap komunitas dan individu sebagai bagian

didalamnya. Mereka membuat aturan kesepakatan bersama sebagai suatu nilai dalam

komunitasnya. Di sini aspirasi masyarakat mulai terakomodasi, komunitas dan jaringan

Page 5: 5. Peranan Modal Sosial Dan Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin Melalui Pengembangan Kelembagaan Seb

54

lokal (kelembagaan) teradaptasi sebagai suatu modal pengembangan komunitas dan

pemberdayaan masyarakat.

Menurut World Bank (1998), social capital adalah “…a society includes the

institutions, the relationships, the attitudes and values that govern interactions among

people and contribute to economic and social development”. Namun, social capital

tidaklah sederhana hanya sebagai jumlah dari seluruh institusi yang ada, namun ia

adalah juga semacam perekat yang mengikat semua orang dalam masyarakat. Dalam

social capital dibutuhkan adanya “nilai saling berbagi” (shared values) serta

pengorganisasian peran-peran (rules) yang diekspresikan dalam hubungan-hubungan

personal (personal relationships), kepercayaan (trust), dand common sense tentang

tanggung jawab bersama; sehingga masyarakat bukan hanya sekedar kumpulan individu

belaka.

Putnam (1995) mengartikan modal sosial sebagai “features of social

organization such as networks, norms, and social trust that facilitate coordination and

cooperation for mutual benefit”. Modal sosial menjadi perekat bagi setiap individu,

dalam bentuk norma, kepercayaan dan jaringan kerja, sehingga terjadi kerjasama yang

saling menguntungkan, untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini juga mengandung

pengertian bahwa diperlukan adanya suatu social networks (“networks of civic

engagement”) - ikatan/jaringan sosial yang ada dalam masyarakat, dan norma yang

mendorong produktivitas komunitas. Bahkan lebih jauh, Putnam melonggarkan

pemaknaan asosiasi horisontal, tidak hanya yang memberi desireable outcome (hasil

pendapatan yang diharapkan) melainkan juga undesirable outcome (hasil tambahan).

Menurut Woolcock dan Narayan (2000), Sosial Capital adalah merupakan

bagaimana hubungan diantara pelaku ekonomi dan hubungannya dengan lembaga-

lembaga ekonomi. Dalam penelitian sosial capital dan ekonomi pembangunan dapat

dikateorikan kepada 4 perspektif yang nyata:

1. The Commutarian View

Perspektif sosial capital masyarakat yang ada pada organisasi tingkat lokal,

dimana dilihat dari jumlah anggotanya dan kepadatan grup-grup membentuk

masyarakat. Didalam kelompok yang kecil ini biasanya sosial capital akan melekat

dengan baik, makin baik dan nantinya akan membawa efek yang positif terhadap

kesejahteraan masyarakat. Perspektif ini mempunyai kontribusi yang penting untuk

Page 6: 5. Peranan Modal Sosial Dan Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin Melalui Pengembangan Kelembagaan Seb

55

menganalisis kemiskinan yang disebabkan oleh tekanan perkotaan, dengan ikatan sosial

membantu kemiskinan dalam menghadapi resiko.

2. The Networks View

Perspektif yang kedua dalam sosial capital ini dilihat dari bertambahnya ikatan

atau jaringan kesatuan yang terjadi diantara orang-orang, organisasi grup-grup

masyarakat dan perusahaan-perusahaan baik secara vertikal maupun secara horizontal

yang menyebabkan kuatnya persatuan atau kerja sama dalam perusahaan, grup bisnis

tersebut. Network view dari sosial capital adalah suatu bentuk dalam assosiasi yang

tertutup, dimana sosial capital disini merupakan 2 mata pisau, dapat meningkatkan nilai

jasa bagi anggota masyarakat, tetapi juga merupakan biaya-biaya non ekonomi dalam

masyarakat dengan konsekuensi negatif bagi ekonomi. Bagi grup yang kuat hal tersebut

mereka tutupi dengan informasi tentang kesempatan kerja, menggalakkan iklim usaha

dan kerja keras.

(3) Institutional view

Institutional view merupakan variabel dependent dalam sosial capital. Menurut

pandangan ini, Jaringan masyarakat dan kelompok-kelompok masyarakat merupakan

produk dari politik, dan lingkungan institusi formal. Dimana perspektif commutarian

dan network menciptakan sosial capital sebagai independent variabel, apakah hasil yang

diperoleh baik atau buruk. Institutional view menggantikan pandangan sosial capital

sebagai sebuah variabel dependent..

(4) The Synergy View

yaitu sinergi yang timbul dari hubungan semua kelompok dalam jaringan

masyarakat dengan pihak-pihak lain seperti perusahaan, pemerintah, dan asosiasi

lainnya. Dengan kata lain merupakan gabungan perspektif antara network view dengan

institutional view. Menurut evans (1996 dalam Woolcock 2000), salah satu kontribusi

terbesar dalam pandangan ini adalah sinergi yang muncul dari aksi pemerintah dan

penduduk kota didasarkan pada kelengkapan.

Secara umum, ada delapan elemen yang berbeda dalam social capital, yaitu

partisipasi pada komunitas lokal, proaktif dalam konteks sosial, perasaan trust dan

safety, hubungan ketetanggaan (neighborhood connection), hubungan kekeluargaan dan

pertemanan (family and friends connection), toleransi terhadap perbedaan (tolerance of

Page 7: 5. Peranan Modal Sosial Dan Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin Melalui Pengembangan Kelembagaan Seb

56

diversity), berkembangnya nilai-nilai kehidupan (value of life), dan ikatan-ikatan

pekerjaan (work connection).

Dari uraian di atas dapat disebutkan beberapa fungsi dan peran modal sosial

sebagai berikut;

1. Membentuk solidaritas sosial masyarakat dengan pilar kesukarelaan.

2. Membangun partisipasi masyarakat .

3. Penyeimbang hubungan sosial dalam masyarakat .

4. Sebagai Pilar demokrasi.

5. Agar masyarakat mempunyai bargaining position (posisi tawar) dengan

pemerintah.

6. Membangkitkan keswadayaan dan keswasembadaan ekonomi.

7. Sebagai bagian dari mekanisme manajemen konflik.

8. Menyelesaikan konflik sosial yang terjadi dalam masyarakat.

9. Memelihara dan membangun integrasi sosial dalam masyarakat yang rawan

konflik.

10.Memulihkan masyarakat akibat konflik, yaitu guna menciptakan dan

memfasilitasi proses rekonsiliasi dalam masyarakat pasca konflik.

11. Mencegah disintegrasi sosial yang mungkin lahir karena potensi konflik sosial

tidak dikelola secara optimal sehingga meletus menjadi konflik kekerasan.

2. Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Bank Dunia (2001), empowerment adalah “…. the process of increasing

the capacity of individuals or groups to make choices and to transform those choices

into desired actions and outcomes”. Jadi, empowerment adalah proses untuk

meningkatkan asset dan kemampuan secara individual maupun kelompok. Masyarakat

yang telah berdaya (empowered) memiliki kebebasan dalam membuat pilihan dan

tindakan sendiri. Pemberdayaan mengacu kepada pentingnya proses sosial selama

program berlangsung. Jadi, ia lebih berorientasi pada proses, bukan kepada hasil.

Tujuan filosofis dari ini adalah untuk memberikan motivasi atau dorongan kepada

masyarakat dan individu agar menggali potensi yang ada pada dirinya untuk

ditingkatkan kualitasnya, sehingga akhirnya mampu mandiri. Terlihat bahwa proses

pembelajaran dan adanya proses menuju pembuatan perubahan yang permanen

merupakan kunci utama dalam pemberdayaan.

Page 8: 5. Peranan Modal Sosial Dan Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin Melalui Pengembangan Kelembagaan Seb

57

Bank Dunia selama ini telah memberi perhatian besar kepada tiga hal untuk

meningkatkan hasil-hasil pembangunan, yaitu “empowerment, social capital, and

community driven development (CDD)”. Ketiga konsep ini menekankan kepada

inklusifitas, partisipasi, organisasi, dan kelembagaan. Empowerment merupakan hasil

dari aktifitas pembangunan, social capital dapat diposisikan sekaligus sebagai proses

dan hasil, sedangkan CDD berperan sebagai alat operasional (World bank, 2005).

3. Konsep Kemiskinan

Pengertian kemiskinan sebagai tolak ukur kemakmuran yang sering digunakan

dalam telaahan ilmu ekonomi meliputi tinjauan terhadap aktivitas-aktivitas untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari oleh manusia sebagai pelaku ekonomi. Namun

menurut Arief (1983), kemiskinan itu pertama-tama adalah peristiwa sosial dan kedua

baru merupakan peristiwa fisik dan material.

Ciri-ciri penduduk miskin menurut Salim (1982) yaitu:

1. Rata-rata tidak mempunyai faktor produksi, seperti tanah, modal, peralatan

pekerjaan dan keterampilan.

2. Mempunyai tingkat pendidikan yang rendah

3. Kebanyakan bekerja atau berusaha sendiri dan bersifat usaha kecil (sektor

informal), setengah menganggur atau menganggur.

4. Kebanyakan berada di pedesaan atau daerah tertentu perkotaan (slum arae).

5. Kurangnya kesempatan untuk memperoleh (dalam jumlah cukup) bahan

kebutuhan pokok, pangan, pakaian, fasilitas kesehatan, air minum, pendidikan,

angkutan, komunikasi dan kesejahteraan sosial lain.

Kriteria yang digunakan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) untuk mengukur garis

kemiskinan tersebut adalah pengeluaran minimum yang diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari. Kebutuhan minimum untuk hidup ini diukur dengan

pengeluaran untuk makanan setara 2,100 kalori perkapita perhari ditambah pengeluaran

untuk kebutuhan makanan yang meliputi perumahan, sebagai barang jasa, pakaian dan

barang tahan lama. Garis kemiskinan untuk daerah perkotaan sebesar Rp.248.525 per

kapita per bulan, sedangkan garis kemiskinan untuk daerah pedesaan sebesar Rp.

201.257 per kapita per bulan.

Page 9: 5. Peranan Modal Sosial Dan Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin Melalui Pengembangan Kelembagaan Seb

58

6. Metode penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang dilaksanakan di Kecamatan Koto

Tangah yang dilakukan secara purposif diambil Kelurahan Lubuk Minturun dengan

pertimbangan Kelurahan tersebut termasuk daerah pinggiran Kota yang mempunyai

persentase tertinggi rumah tangga miskin di Kecamatan Koto Tangah, dimana

Kecamatan Koto Tangah adalah Kecamatan dengan tingkat persentase rumah Tangga

miskin tertinggi di Kota Padang (BPS, REKAPPLS, 2008).

Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala rumah tangga miskin yang tinggal di

Kecamatan Koto Tangah. Jumlah rumah tangga miskin yang terdapat di Kecamatan

Koto Tangah adalah 5.988 rumah tangga (BPS, 2008). Metode pengambilan sampel

dilakukan dengan cara Simple Random Sampling di Kelurahan Lubuk Minturun. Untuk

penentuan jumlah sampel dari beberapa sumber bacaan tentang social capital tidak

menentukan dengan jelas cara penentuannya, namun pada umumnya tergantung pada

populasi yang dituju. Grootaert (1999), mengambil sampel dengan populasi masyarakat

Indonesia dengan cara acak menjadi 1200 rumah tangga.

Berdasarkan rumus pengambilan sampel maka didapat jumlah sampel sebanyak

84 rumah tangga miskin. Untuk menentukan rumah tangga yang dijadikan sebagai

sampel dilakukan dengan metode simple random sampling dengan cara acak, dimana

masing-masing rumah tangga mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk

dijadikan sebagai sampel.

7. Instrumen Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder.

Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan alat pengumpulan

data berupa kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari dinas-dinas terkait

seperti Kantor Camat Koto Tangah, kantor Kelurahan Lubuk Minturun, BPS dan

sebagainya.

Berbagai metode yang dipakai adalah wawancara informasi (informal interviews),

pengamatan langsung (direct observation), diskusi secara group (collective discussions),

studi dokumen, self-analysis, dan studi historik (life-histories). Meskipun

mengutamakan bentuk studi kualitatif (qualitative research), namun dukungan data-data

kuantitatif juga merupakan komponen yang penting. Participant observation dipilih

Page 10: 5. Peranan Modal Sosial Dan Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin Melalui Pengembangan Kelembagaan Seb

59

agar peneliti dapat memperoleh data secara detail dan akurat kelembagaan-kelembagaan

yang telah ada (existing institutions) menjadi objek studi, untuk mempelajari

permasalahan dan kapabilitasnya. Pendekatan “penelitian berperan serta” (participant

observation) merupakan langkah awal untuk memahami kondisi dan keberadaan modal

sosial, yang selanjutnya menjadi titik tolak untuk membangun inovasi kelembagaan

(agribisnis) untuk mereka (Syahyuti, 2003).

Ada dua analisa pokok yang dilakukan dalam participant observer kegiatan ini,

yaitu:

(1) Social capital dipelajari melalui alat SOCAT (Social Capital Assessment

Tool).

SOCAT mempelajari keseluruhan kondisi dan bentuk-bentuk modal social yang

terbangun dalam masyarakat dengan menggunakan kuesioner “Community Profile”.

Interview difokuskan pada rumah tangga miskin dengan key informan adalah kepala

rumah tangga. Kuesioner ini terdiri atas enam komponen, yaitu:

1. Gambaran informasi tentang keanggotaan rumah tangga

2. Partisipasi rumah tangga dalam institusi lokal

3. Karakteristik dari grup

4. Bentuk pelayanan

5. Persepsi masyarakat terhadap kerjasama dan kepercayaan

6. Ekonomi masyarakat dan bentuk strateginya

Pada intinya pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner meliputi:

a. Kontribusi modal sosial terhadap kesejahteraan rumah tangga yaitu rumah

tangga yang mempunyai tingkat modal sosial yang lebih tinggi, ketika diukur oleh

berbagai indikator social capital sejauh ini, memiliki keadaan kesejahteraan yang lebih

baik

b. Bagaimana pentingnya modal sosial untuk mengurangi kemiskinan

c. Faktor-faktor apa yang menjadi penentu modal sosial

(2) Analisis Jaringan Sosial (Social Network Analysis/SNA).

Jaringan sosial sebagai cikal bakal kelembagaan, terutama kelembagaan

pemasaran dipalajari dalam konteks sebagai sebuah jaringan sosial dengan alat SNA.

Social network analysis [SNA] adalah “…the mapping and measuring of relationships

Page 11: 5. Peranan Modal Sosial Dan Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin Melalui Pengembangan Kelembagaan Seb

60

and flows between people, groups, organizations, animals, computers or other

information/knowledge processing entities”. Jadi analisa jaringan sosial adalah upaya

memetakan dan mengukur kesalinghubungan dan aliran antara orang, kelompok orang,

maupun organisasi dalam sebuah sistem sosial (dapat berupa sistem ekonomi).

Sehingga Objek keseluruhan pada penelitian ini adalah rumah tangga miskin,

kelembagaan yang ada, pelaku agribisnis di Kelurahan Lubuk Minturun Kecamatan

Koto Tangah.

8. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat empat variabel diantaranya dua kelompok besar

variabel yaitu : Variabel modal sosial masyarakat miskin terdiri dari indikator-indikator

(variabel independen) yaitu: Persatuan kelompok/kelembagaan, Adat istiadat,

Trust/kepercayaan, Partisipasi.

Variabel perkembangan ekonomi rumah tangga miskin terdiri dari indikator

(variabel independen) yaitu: Kepemilikan tanah, Penghasilan rumah tangga, Aliran

modal dan variabel kesejahteraan rumah tangga sisi pengeluaran (dependent variabel)

Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif dengan

menggunakan statistik non-parametrik dalam program. Analisis melalui beberapa tahap

yaitu Analisis univariat, untuk melihat distribusi frekuensi masing-masing variabel

yang telah ditentukan dalam penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Analisis bivariat, untuk melihat perbedaan proporsi, hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat menggunkan uji Chi-Square.

9. Hasil dan Pembahasan

Bab ini mendiskripsikan temuan dan hasil penilaian terhadap peranan modal

sosial masyarakat kelurahan Lubuk Minturun Kecamatan Koto Tangah melalui

pengembangan kelembagaan, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan

keberlanjutan modal sosial serta hubungan antara modal sosial dengan tingkat

kesejahteraan untuk pengentasan kemiskinan. Dalam hal ini, penekanannya bagaimana

modal sosial yang ada selama ini mempengaruhi pembangunan ekonomi masyarakat

dan daerah secara umum. Untuk mengolah dan menganalisis data digunakan Program

SPSS. Selanjutnya data yang telah diolah, dianalisa dengan menggunakan metode

Page 12: 5. Peranan Modal Sosial Dan Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin Melalui Pengembangan Kelembagaan Seb

61

Analisis univariat dan Analisis bivariat, untuk melihat perbedaan proporsi, hubungan

antara variabel bebas dengan variabel terikat menggunkan uji Chi-Square.

Hasil pengujian Chi-square antara indikator variabel kelembagaan dengan

variabel kesejahteraan rumah tangga didapatkan bahwa nilai Chi-square hitung

(20,348) > nilai Chi-square tabel (15,507) dan Signifikansi (0,009) < 0,05. Hasil

pengujian Chi-square antara indikator variabel kepercayaan dengan variabel

kesejahteraan rumah tangga didapatkan bahwa nilai Chi-square hitung (2,388) < nilai

Chi-square tabel (9,488) dan Signifikansi (0,665) > 0,05. Hasil pengujian Chi-square

antara indikator variabel partisipasi dengan variabel kesejahteraan rumah tangga

didapatkan bahwa nilai Chi-square hitung (2,319) < nilai Chi-square tabel (9,488) dan

Signifikansi (0,677) > 0,05.

Pengujian keeratan hubungan antara indikator variabel adat istiadat dengan

variabel kesejahteraan rumah tangga miskin tidak menghasilkan keputusan. Hal ini

disebabkan tingginya pencapaian indikator adat istiadat yang dilihat dari total skor per-

responden dari seluruh jawaban pada pertanyaaan seputar adat istiadat.

Dari hasil pengujian maka Hopotesis Nol (Ho) yang menyatakan tidak terdapat

hubungan antara indikator variabel kelembagaan dengan variabel kesejahteraan rumah

tangga dapat ditolak. Sedangkan indikator variabel kepercayaan dan partisipasi

mempunyai hubungan yang tidak signifikan terhadap variabel pengeluaran rumah

tangga. sehingga Hipotesis Nol (Ho) yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara

indikator variabel kepercayaan, partisipasi terhadap variabel pengeluaran rumah tangga

dapat diterima.

Dari uji hipotesa dapat disimpulkan lembaga persatuan dalam masyarakat

mempunyai peranan dalam perkembangan kesejahteraan masyarakat kelurahan yang

diproyeksikan dengan pengeluaran rumah tangga, karena faktor ini merupakan tingkat

kemajuan manusia dalam menguasai alam dan lingkungannya. Hal ini dapat

memberikan kemungkinan bahwa semakin luas interaksi rumah tangga dalam persatuan

kelompok/lembaga maka semakin tinggi pula kesejahteraan rumah tangga tersebut.

Hasil pengujian Chi-square antara indikator variabel kepemilikan tanah dengan

variabel kesejahteraan rumah tangga didapatkan bahwa nilai Chi-square hitung

(21,920) > nilai Chi-square tabel (15,507) dengan signifikansi (0,005) < 0,05. Artinya

terdapat hubungan yang signfikan diantara dua variabel tersebut. Hasil pengujian Chi-

Page 13: 5. Peranan Modal Sosial Dan Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin Melalui Pengembangan Kelembagaan Seb

62

square antara indikator variabel penghasilan rumah tangga dengan variabel

kesejahteraan rumah tangga didapatkan bahwa nilai Chi-square hitung (96,911) > nilai

Chi-square tabel (26,296) dengan signifikansi (0,000) < 0,05. Artinya terdapat

hubungan yang signifikan anatar dua variabel tersebut. Hasil pengujian Chi-square

antara indikator variabel akses menabung dengan variabel kesejahteraan rumah tangga

didapatkan bahwa nilai Chi-square hitung (2,401) < nilai Chi-square tabel (9,488)

dengan signifikansi (0,662) > 0,05. Artinya terdapat hubungan yang tidak signifikan

antara dua variabel tersebut. Hasil pengujian Chi-square antara indikator variabel akses

meminjam dengan variabel kesejahteraan rumah tangga didapatkan bahwa nilai Chi-

square hitung (3,988) < nilai Chi-square tabel (9,488) dengan signifikansi (0,408) >

0,05. Artinya terdapat hubungan yang tidak signifikan antara dua variabel tersebut.

Dari hasil pengujian, maka Hopotesis Nol (Ho) yang menyatakan tidak terdapat

hubungan antara indikator variabel kepemilikan tanah, penghasilan rumah tangga

dengan variabel kesejahteraan rumah tangga dapat ditolak. Sedangkan indikator

variabel akses menabung dan akses meminjam mempunyai hubungan yang tidak

signifikan terhadap variabel pengeluaran rumah tangga. sehingga Hipotesis Nol (Ho)

yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara indikator variabel kepercayaan,

partisipasi terhadap variabel pengeluaran rumah tangga dapat diterima.

Dari hasil pengujian hipotesa dapat disimpulkan kepemilikan tanah dan

penghasilan rumah tangga memiliki hubungan yang kuat dengan kesejahteraan rumah

tangga. Tanah dikelola dengan baik dapat menjadi infestasi yang dapat mempengaruhi

atau menambah income/pendapatan seseorang atau rumah tangga yang pada akhirnya

akan meningkatkan kemampuan konsumsi seseorang atau rumah tangga.

Hasil pengujian Chi-square antara indikator variabel Anggota rumah tangga

dengan variabel kesejahteraan rumah tangga didapatkan bahwa nilai Chi-square hitung

(31,014) > nilai Chi-square tabel (15,507) dengan sifnifikansi (0,000) < 0,05. Artinya

terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel tersebut. Dari hasil pengujian,

maka Hopotesis Nol (Ho) yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara variabel

jumlah anggota rumah tangga dengan variabel kesejahteraan rumah tangga dapat

ditolak. Hasil ini menguatkan dugaan jumlah anggota rumah tangga yang banyak,

menyebabkan tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi seluruh

kebutuhan anggota rumah tangga.

Page 14: 5. Peranan Modal Sosial Dan Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin Melalui Pengembangan Kelembagaan Seb

63

10. Kesimpulan dan saran

1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Keikutsertaan dalam persatuan/lembaga masyarakat miskin Kelurahan Lubuk

Minturun tergolong masih rendah dengan tingkat pencapaian 41,2%. Rendahnya

keikutsertaan rumah tangga miskin dalam persatuan kelembagaan disebabkan

rendahnya pendidikan responden dan kurangnya pengetahuan tentang fungsi suatu

bentuk persatuan/kelembagan yang merupakan salah satu kekuatan masyarakat untuk

mau bersatu dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan

masyarakat.

Aliran modal rumah tangga miskin tergolong sangat rendah. Akses rumah tangga

untuk memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan sangat minim. Dilihat dari sisi

karakteristik rumah tangga miskin, pada umunya memiliki pedidikan rendah yang

berujung pada rendahnya pengetahuan dalam memperoleh modal atau pinjaman.

Sedangkan dari sisi lembaga keuangan terutama bank, lebih banyak menerapkan profit

orientation, dan berupaya untuk menghindari resiko kredit macet (NPL).

Dari hasil penelitian, salah satu indikator variabel sosial kapital yaitu persatuan

kelompok/kelembagaan memiliki hubungan yang erat terhadap kesejahteraan rumah

tangga. Namun dilihat dari tingkat pencpaiannya maka masih rendah. Hal ini

kemungkinan disebabkan kurangnya pengetahuan rumah tangga miskin terhadap

keuntungan mengikuti dan aktif dalam persatuan kelompok/kelembagaan, dimana

interaksi dalam kelembagaan akan menyebabkan lahirnya transformasi informasi dan

pengetahuan, persatuan, kerjasaman, insentif ekonomi dan keuntungan lainnya.

Dari kesimpulan diatas dapat dirangkum bahwa modal sosial melekat pada

seperangkat hubungan antar manusia dalam suatu kelompok sosial. Hubungan antar

masyarakat bisa menjadi produktif sejauh yang diharapkan bersama, seperangkat nilai

yang disepakati dan adanya sara saling percaya antara satu sama lain. Modal sosial yang

lemah mengundang munculnya pertentangan nilai dan menonjolnya rasa saling tidak

percaya. Akan tetapi bila modal sosial yang tidak dikaitkan dengan pembangunan yang

berkelanjutan (sustainable Development), bisa berakibat perhatian terhadap pentingnya

kelangsungan hidup bersama dalam masyarakat menjadi terabaikan. Modal sosial dapat

mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kemampuan masyarakat, tidak sekedar

Page 15: 5. Peranan Modal Sosial Dan Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin Melalui Pengembangan Kelembagaan Seb

64

jumlah tetapi kehidupan masyarakat yang lebih berarti. Dengan dimensi yang ada dalam

sosial capital, persatuan, budaya/adat istiadat, kepercayaan dan partisipasi.

Peningkatan kesejahteraan masyarakat berasal dari kemauan masyarakat tersebut,

artinya bila keinginan masyarakat untuk meningkatkan modal sosial lebih tinggi akan

membawa dampak terhadap peningkatan kesejahteraannya, begitu juga halnya dengan

kemauan untuk meningkatkan pendidikan dan kepemilikan tanah, yang berarti

peningkatan terhadap kualitas keluarga dan pendapatan keluarga, peningkatan tersebut

juga akan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tetapi

peningkatan jumlah anggota keluarga justru menurunkan kesejahteraan keluarga, karena

itu dengan diperolehnya hasil penelitian ini diharapkan masyarakat memikirkan

keluarga berencana dan kualitas anggota keluarga.

2. Saran

Dari temuan penelitian, pembahasan, dan kesimpulan yang yang telah

dikemukakan maka dapat diambil beberapa rekomendasi yang diusulkan untuk

mengatasi masalah kemiskinan dalam proses pembangunan ekonomi Kec Koto Tangah :

1. Dengan semangat peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat maka

salah satu komponen penting dalam masyarakat adalah modal sosial dalam

pembangunan ekonomi. Agar modal sosial ini menjadi terarah perlu adanya

pengorganisasian yang baik untuk kemajuan ekonomi maupun sosial budaya.

Pengorganisasian ini dibentuk benar-benar berakar dari masyarakat yang didasari

oleh persamaan nilai dan norma-norma.

2. Memanfaatkan seoptimal mungkin potensi-potensi yang dimiliki oleh masyarakat

maupun potensi yang dimiliki oleh daerah. Melaksanakan proses pembangunan

yang disesuaikan dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat, seperti tradisi,

nilai historis, agama dan sebagainya.

3. Mengembangkan dan menyertakan modal sosial dalam setiap kegiatan

pembangunan selain human capital (modal manusia) dan modal fisik (aset) untuk

menumbuhkan inisiatif dan dinamika masyarakat sehingga tumbuh rasa tanggung

jawab terhadap pelaksanaan pembangunan di segala bidang.

4. Meningkatkan Peranan Pemerintah yang merupakan pengayom masyarakat di

Kec. Koto Tangah dalam bentuk pengembangan kelembagaan ekonomi

masyarakat, dengan memiliki kebijakan yang strategis, terpadu, dan jelas yang

Page 16: 5. Peranan Modal Sosial Dan Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin Melalui Pengembangan Kelembagaan Seb

65

menempatkan masyarakat sebagai kawan seiring, sebagai pihak yang juga

memiliki kepentingan.

5. Pemerintah perlu menjaga dan membina kelembagaan sosial masyarakat yang ada

dengan melakukan tindakan berorientasi ke bawah, mendorong inisiatif, tanggung

jawab dan swadaya masyarakat lokal.

6. Peranan masyarakat lokal perlu ditingkatkan dalam merencanakan dan

menentukan kebijakan yang menyangkut kepentingan masyarakat dalam

pembangunan agar dapat menumbuhkan tanggung jawab dan kreativitas

masyarakat dalam pembangunan.

7. Menumbuhkan tingkat kepercayaan di dalam masyarakat terhadap pemerintahnya

dan terhadap pemimpin informalnya dengan jalan menumbuhkan kewajiban moral

secara timbal balik.

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, Ivanovich. 2002. Assumption of Empowerment at Workplace in Rural

Indonesia. Makalah: The XVth International Sociological Association (ISA)

Congress of Sociology, Brisbane, Australia. 7-13 Juli 2002.

Badan Pusat Statistik, Kecamatan Koto Tangah Dalam Angka, 2008

Badan Pusat Statistik, Kota Padang Dalam Angka 2008

Badan Pusat Statistik, REKAPPLS, 2008.

Badan Pusat Statistik.”Survei Sosial Ekonomi Nasional”. Jakarta: BPS

Coleman, James. 1990. Foundation of Social Theory. Cambridge, Mass.: Harvard

University Press, England.

Eriyatno. 2003. Sistem Ekonomi Kerakyatan: Suatu Tinjauan Dari Ilmu Sistem,

Majalah Perencanaan Pembangunan, No.04, Maret 2003.

Fukuyama, Francis. 2002. Social Capital and Development: The Coming Agenda. SAIS

Review - Volume 22, Number 1, Winter-Spring 2002, The Johns Hopkins

University Press

Page 17: 5. Peranan Modal Sosial Dan Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin Melalui Pengembangan Kelembagaan Seb

66

Grootaert, C. 1999. Social Capital, Household Walfare and Poverty In Indonesia. Social

Development Department. Washington DC: World Bank.

Grootaert, C. 2001. Social Capital: The Missing Link. The World Bank. Social Capital

Initiative. Working Paper no.3. Washington DC: World Bank.

Grootaert, C. and T. Van Bastelear. 2002. The Role of Social Capital In Development:

An Empirical Assesment. New York: Cambridge University Press.

Hadi Sutrisno, 1999. Metode Research dan Aplikasinya dalam Pemasaran, Jilid 2,

Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta.

Latifah, Siti. 2000. Tesis : Analisa Modal Sosial Masyaarakat Desa (Studi Kasus Nagari

Kolok, Sawahlunto), Pascasarjana Unand, Padang.

Levine, 2002. Did Industrialization Destroy Social Capital in Indonesia?, Social Capital

for Development, World Bank.

Narayan, D. 1999. Bonds and Bridges; Social Capital and Poverty. Washington DC.

World Bank.

Payne, Malcom. 1997. Modern Social Work Theory. Second Edition. MacMillan Press

Ltd., London. Hal. 266.

Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah, 2005. Metode Penelitian Kuantitatif:

teori dan aplikasi, PT Raja Grafindi Persada, Jakarta

Putnam, R. 1995. The Prosperous Community - Social Capital and Public Life”.

American Prospect. Washington DC: World Bank.

Rusdi, Zaili, 2001. Tesis : Analisis Partisipasi Masyarakat, Pascasarjana Unand,

Padang.

Sajogyo, 1992. Sosiologi Pedesaan, Gajah Mada University Press, Jokjakarta.

Serageldin. 1996. “Sustainability and The Wealth of Nation”. Fisrt Step In An On

Going Journey. Environmentally Sustainable Development (ESD) Studies and

Monographs.

Subejo. 2004. Peranan Social Capital Dalam Pembangunan Ekonomi: Suatu Pengantar

Studi Social Capital di Pedesaan Indonesia. Majalah Agro Ekonomi vol. 11. No.1

juni 2004.

Supranto, J. 1998. Metode Riset dan Aplikasinya Dalam Pemasaran, LPFE UI, Jakarta.

Page 18: 5. Peranan Modal Sosial Dan Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin Melalui Pengembangan Kelembagaan Seb

67

Woolcock, Michael & Narayan, Deepa, 2000. "Social Capital: Implications for

Development Theory, Research, and Policy". World Bank Research Observer,

Oxford University Press

Woolcock, Michael, 2000. "Microenterprise and social capital: A framework for theory,

research, and policy," The Journal of Socio-Economics, Elsevier, vol. 30(2).

World Bank. 2001. Empowerment and Poverty Reduction – A Sourcebook..

Washington DC: World Bank.

World Bank. 2005. Social Capital, Empowerment, and Community Driven

Development.

ttp://info.worldbank.org/etools/bspan/PresentationView.asp?PID=936&EID=482, 11

Mei 2005.

Page 19: 5. Peranan Modal Sosial Dan Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin Melalui Pengembangan Kelembagaan Seb

68