5. pembahasan samsul.docx

20
BAB II PEMBAHASAN A.SURAT PERMINTAAN VISUM Makassar, 3 Desember 2014 Nomor : A.901 / 256 / XII / 2014 / SPKT Lampiran : - Perihal : Permintaan Visum et Repertum Kepada Yth. Kepala RS Bhayangkara Di Makassar PERMINTAAN VISUM ET REVERTUM 1. Dasar : a. Pasal 133 Ayat 1 dan 2 KUHP b. Laporan Polisi Nomor : LP/ 908/ XII/ 2014/ SPKT, Tanggal 03 Desember 2014 tentang PENGANIAYAAN 2. Bersama ini disampaikan kepada Kepala RS. BHAYANGKARA tentang Permintaan Visum Et Repertum, seorang Laki- laki / perempuan yang mengaku bernama : Nama : Samsul Umur : 32 Tahun Pekerjaan : Tukang Batu I KEPOLISIAN DAERAH SULAWESI SELATAN RESOR KOTA BESAR MAKASSAR SEKTOR TALLO I. a

Upload: hann07

Post on 16-Sep-2015

4 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB IIPEMBAHASAN

A. SURAT PERMINTAAN VISUM KEPOLISIAN DAERAH SULAWESI SELATANRESOR KOTA BESAR MAKASSARSEKTOR TALLO

I.a

Makassar, 3 Desember 2014

Nomor : A.901 / 256 / XII / 2014 / SPKTLampiran : -Perihal : Permintaan Visum et Repertum Kepada Yth. Kepala RS Bhayangkara Di Makassar

PERMINTAAN VISUM ET REVERTUM

1. Dasar :a. Pasal 133 Ayat 1 dan 2 KUHPb. Laporan Polisi Nomor : LP/ 908/ XII/ 2014/ SPKT, Tanggal 03 Desember 2014 tentang PENGANIAYAAN2. Bersama ini disampaikan kepada Kepala RS. BHAYANGKARA tentang Permintaan Visum Et Repertum, seorang Laki-laki / perempuan yang mengaku bernama :Nama : SamsulUmur : 32 TahunPekerjaan : Tukang BatuII

Alamat : Jl. Barukang II No.35 Kel. Pattengaloang Kec. Ujung tanah Kota MakassarOrang tersebut diatas diduga mengalami luka robek dan berdarah pada bagian pantat sebelah kiri diduga keras akibat benda tajam yang terjadi pada hari Rabu tanggal 03 Desember 2014, sekitar Jam 21.30 Wita, di belakang pasar Pannampu Kec. Tallo Kota Makassar, mohon dijelaskan sifat luka pada korban tersebut di atas

3. Mohon kiranya Kepala RS. BHAYANGKARA dapat memeriksa keadaan korban dan selanjutnya menerbitkan hasil Visum Et Repertum yang dimaksud

I.c

Diterima oleh: Nama : Taufiq M. RazisJabatan : Dokter Muda ForensikTanggal/jam : 03 Desember 2014, pukul 23.30 WITATanda tangan : I.b

B. Multiple Cause of DamageDamage: Luka iris tungkai atas kiri sisi belakangPenyebab damage yg langsung (A-1): Kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, jaringan lemak, dan jaringan ototPenyebab dasar (A-2): Trauma benda tajamKeadaan komorbid lain (B): Tidak ada

C. Hasil PemeriksaanDari hasil pemeriksaan luar, didapatkan luka iris pada tungkai atas kiri sisi belakang berbentuk lonjong dengan ukuran panjang empat koma delapan sentimeter dan lebar nol koma empat sentimeter. Setelah dirapatkan luka berbentuk garis lurus dengan ukuran lima sentimeter. Ujung pertama luka dua puluh sentimeter dari sendi lutut, ujung kedua luka dua puluh satu sentimeter dari sendi lutut. Tepi luka rata, tebing luka terdiri dari jaringan kulit, jaringan lemak dan jaringan ikat. Dasar luka terdiri dari jaringan ikat. Tidak tampak jembatan jaringan dan benda asing di antara kedua tepi luka. Tidak tampak kemerahan disekitar luka.Luka iris adalah luka akibat benda / alat yang bermata tajam yang terjadi dengan suatu tekanan ringan dan goresan pada permukaan tubuh. Contoh alat yang bisa digunakan yaitu pisau, pecahan kaca, dan pisau silet. Adapun bentuk dari luka iris tergantung dari lokasi yang dikenai. Misalnya, bila luka sejajar arah serat elastis / otot luka maka luka berbentuk menganga. Dan ciri-ciri dari luka iris, yaitu tepi dan permukaan luka rata, sudut luka lancip, tidak ada jembatan jaringan, rambut terpotong, tidak ditemukan luka memar atau luka lecet disekitarnya, tidak mengenai tulang, dan panjang luka lebih besar dari dalam luka. Semua ciri-ciri dari luka iris ini terdapat pada luka yang ada pada korban.

D. Diagnosa dan PemeriksaanDiagnosa dibuat secara klinis dan anamnesis tentang riwayat dapat membantu penegakkan diagnosa dan penatalaksanaan tindakan lebih lanjut.

E. PenatalaksanaanDalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.a. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi).b. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik seperti alkohol, povidone iodine. c. Pembersihan Luka, bertujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris.d. Penjahitan luka. Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertiam.e. Pembalutan. Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom.f. Pemberian Antibiotik. Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik. g. Pengangkatan Jahitan. Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi

F. Aspek MedikolegalPada kitab Undang undang Hukum Pidana, yang berasangkutan dengan Bab XX (tentang penganiayaan), terutama 351 dan pasa; 352 dan Bab IX pasal 90.Pasal 351, berbunyi :(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama lima tahun(3) Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan(5) Percobaan untuk melakukan ini tidak dipidanaPasal 352, berbunyi:(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian, diancam sebagai penganiayaan ringan dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya atau menjadi bawahannya.(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidanaPasal 90Luka berat berarti: Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak member harapan akan sembuh sama sekali atau menimbulkan bahaya maut Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencaharian Kehilangan salah satu panca indra Mendapat cacat berat (vermingking) Terganggunya daya piker selama empat minggu atau lebih Gugurnya atau matinya kandungan dari seorang perempuan.

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

Luka akibat benda tajam pada umumnya mudah dibedakan dari luka yang disebabkan oleh benda tumpul dan oleh senjata api. Pada kematian yang disebabkan oleh benda-benda tajam pada umumnya disebabkan karena peristiwa pembunuhan, bunuh diri, atau kecelakaan. Luka yang disebabkan oleh benda tajam dapat dibedakan dari luka yang disebabkan oleh benda lainnya yaitu keadaan sekitar luka yang tenang, tidak ada luka lecet atau luka memar, tepi luka yang rata, dari sudut-sudutnya yang runcing, serta tidak adanya jembatan jaringan.1Macam kelainan akibat benda tajam:2a. Luka iris (Incised Wound)b. Luka tusuk (Stab Wound)c. Luka bacok (Chop Wound)Tabel 1. Perbedaan luka akibat benda tumpul dan benda tajamTraumaTumpulTajam

Bentuk lukaTidak teraturTeratur

Tepi lukaTidak rataRata

Jembatan jaringanAda Tidak ada

Rambutan Tidak ikut terpotongIkut terpotong

Dasar lukaTidak teraturBerupa garis atau titik

Sekitar lukaAda luka lecet atau memarTidak ada luka lain

Tabel 2. Ciri-ciri luka akibat kekerasan benda tajam pada kasus pembunuhan/percobaan pembunuhan, bunuh diri, atau kecelakaanPembunuhan/percobaan pembunuhanBunuh diriKecelakaan

Lokasi lukaSembarang Terpilih Terpapar

Jumlah lukaBanyak Banyak Tunggal/banyak

Pakaian Terkena Tidak terkenaTerkena

Luka tangkisAda Tidak adaTidak ada

Luka percobaanTidak adaAda Tidak ada

Cedera sekunderMungkin ada Tidak adaMungkin ada

Luka iris adalah luka akibat benda / alat yang bermata tajam yang terjadi dengan suatu tekanan ringan dan goresan pada permukaan tubuh. Contoh alat yang bisa digunakan yaitu pisau, pecahan kaca, dan pisau silet. Adapun bentuk dari luka iris tergantung dari lokasi yang dikenai. Misalnya, bila luka sejajar arah serat elastis / otot luka maka luka berbentuk menganga. Dan ciri-ciri dari luka iris, yaitu tepi dan permukaan luka rata, sudut luka lancip, tidak ada jembatan jaringan, rambut terpotong, tidak ditemukan luka memar atau luka lecet disekitarnya, tidak mengenai tulang, dan panjang luka lebih besar dari dalam luka.2A. Diagnosis dan PemeriksaanDiagnosis dibuat secara klinis dan anamnesis tentang riwayat dapat membantu penegakan diagnosis dan terapi lebih lanjut. 3

B. Penatalaksanaan Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.4a. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi).b. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik seperti alcohol, betadine c. Pembersihan Luka, bertujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris.d. Penjahitan luka. Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertiam.e. Pembalutan. Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom.f. Pemberian Antibiotik. Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik. g. Pengangkatan Jahitan. Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksic. KomplikasiKomplikasi dan penyembuhan luka timbul dalam manifestasi yang berbeda-beda. Komplikasi yang luas timbul dari pembersihan luka yang tidak adekuat, keterlambatan pembentukan jaringan granulasi, tidak adanya reepitalisasi dan juga akibat komplikasi post operatif dan adanya infeksi.4Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah : hematoma, nekrosis jaringan lunak, dehiscence, keloids, formasi hipertropik scar dan juga infeksi luka (InETNA,2004:6)Aspek HukumDi dalam melakukan pemeriksaan terhadap korban kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari permasalahan sebagai berikut: Jenis luka apa yang ditemui Jenis kekerasan atau senjata apakah yang menyebabkan luka Bagaimana kualifikasi dari luka ituUntuk memahami yang dimaksud dengan kualifikasi derajat luka sebaiknya mempelajari terlebih dahulu pasal-pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yang bersangkutan dengan penganiayaan. Pasal-pasal tersebut antara lain:5Pasal 351 1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, dikenakan pidana penjara lima tahun.3. Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara tujuh tahun.4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.5

Pasal 3521. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian, diancam sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan, atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.5Menentukan penyimpulan terhadap satu rentang waktu luka adalah hal yang sangat penting dalam mendiagnosis forensik terhadap luka dan perdarahan. Hal ini mencakup kriteria apakah perlukaan terjadi saat intravital atau postmortem. Penentuan umur luka dan perdarahan dari kedokteran forensik harus dapat dipertahankan di sidang, maka dibutuhkan diagnosis yang reliabel. Derajat luka dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:1. Luka ringan (luka derajat pertama), yaitu luka yang tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan atau jabatan untuk sementara waktu.2. Luka sedang (luka derajat kedua), yaitu luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan atau jabatan untuk sementara waktu.3. Luka berat (luka derajat ketiga), luka yang termasuk dalam pengetian huku luka berat (pasal 90 KUHP), terdiri atas: Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh dengan sempurna. Pengertian tidak akan sembuh dengan sempurna lebih ditujukan pada fungsinya. Contohnya trauma pada satu mata yang menyebabkan kornea robek. Sesudah dijahit sembuh, tetapi mata tersebut tidak dapat melihat. Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut. Dapat mendatangkan bahaya maut pengertiannya memiliki potensi untuk menimbulkan kematian, tetapi sesudah diobati dapat sembuh. Luka yang dapat menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan pekerjaan, jabatan, atau mata pencahariannya. Luka yang dari sudut medik tidak membahyakan jiwa, dari sudut hukum dapat dikategorikan sebagai luka berat. Contohnya trauma pada tangan kiri pemain biola atau pada wajah seorang peragawati dapat dikategorikan luka berat jika akibatnya mereka tidak dapat lagi menjalankan pekerjaan tersebut selamanya. Kehilangan salah satu dari panca indera. Jika trauma menimbulkan kebutaan satu mata atau kehilangan pendengaran satu telinga, tidak dapat digolongkan kehilangan indera. Meskipun demikian tetap digolongkan sebagai luka berat berdasarkan butir (a) di atas. Cacat berat Lumpuh Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan daya pikir tidak harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat juga berupa amnesia, disorientasi, anxietas, depresi atau gangguan jiwa lainnya. Keguguran atau kematian janin seorang perempuan. Yang dimaksud dengan keguguran adalah keluarnya janin sebelum masa waktunya, yaitu tidak didahului oleh proses sebagaimana umumnya terjadi seorang wanita ketika melahirkan. Sedangkan kematian janin mengandung pengertian bahwa janin tidak lagi menunjukkan tanda-tanda hidup, tidak dipersoalkan bayi keluar atau tidak dari perut ibunya. Identifikasi senjata tajamSeorang patologist sering diminta untuk memberikan pendapat tentang karakteristik senjata yang digunakan dalam pembunuhan/ penganiayaan. Pertanyaan yang sering diajukan adalah berapa panjang dan lebar senjata, apakah pisaunya bermata satu atau dua, dan lain-lain. Seorang dokter harus berhati-hati dalam memberikan jawabannya karena akan digunakan sebagai petunjuk ataupun keterangan yang memiliki kekuatan hukuk dalam pengadilan. Seseorang tidak dapat menghubungkan secara pasti antara luka dan senjata yang digunakan secara pasti kecuali ujung senjata tersebut tertinggal pada luka atau patah. Apabila senjatanya ditemukan, ujung senjata dapat dicocokkan. Setiap senjata yang dicurigai merupakan senjata pelaku harus diperiksa apakah terdapat darah ataupun jaringan yang tertinggal. Dalam melakukan pemeriksaan terhadap korban yang menderita luka akibat kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan mengenai jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan/ senjata atau benda yang menyebabkan luka dan derajat luka.

DAFTAR PUSTAKA1. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Binarupa Aksara,1997;p.131-1682. Apuranto H. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Edisi tujuh. Surabaya: Departement Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 1997;p.30-353. American College of Occupational And Enviromental Medecine,.Contusion Eye. 2004 [Cited : 25 Desember 2013] Available from URL : http://www.mdguidelines.com/contusion-eye.4. Walton,Robert L. 1990. Perawatan Luka dan Penderita Perlukaan Ganda, Alih bahasa. Sonny Samsudin, Cetakan I. Jakarta : EGC.5. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).