5. hasil dan pembahasan-skripsi uv

22
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jumlah Eritrosit Eritrosit pada unggas berbeda dibandingkan mamalia. Ukurannya lebih besar dengan waktu daur hidup yang lebih lama. Jumlah sel darah merah ayam ras petelur pada tingkat produksi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 2. 1--20 21-40 41-60 61-80 81-100 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 2.00 2.66 1.94 2.00 2.49 Produksi Telur (%) Jumlah Eritrosit (T/l) Gambar 2. Jumlah eritrosit darah ayam ras petelur Lohman Brown pada tingkat produksi telur yang berbeda (Garis vertikal mengindikasikan ± standar deviasi). Gambar 3 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat produksi telur dan jumlah eritrosit (P>0,05). Jumlah eritrosit 21

Upload: fajar-ahmad-prasetya

Post on 21-Jan-2016

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sadfsf

TRANSCRIPT

Page 1: 5. Hasil Dan Pembahasan-skripsi Uv

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jumlah Eritrosit

Eritrosit pada unggas berbeda dibandingkan mamalia. Ukurannya lebih

besar dengan waktu daur hidup yang lebih lama. Jumlah sel darah merah ayam

ras petelur pada tingkat produksi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 2.

1--20 21-40 41-60 61-80 81-1000

0.5

1

1.5

2

2.5

3

2.00 2.66 1.94 2.00 2.49

Produksi Telur (%)

Jum

lah

Eri

tros

it (T

/l)

Gambar 2. Jumlah eritrosit darah ayam ras petelur Lohman Brown pada tingkat produksi telur yang berbeda (Garis vertikal mengindikasikan ± standar deviasi).

Gambar 3 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara

tingkat produksi telur dan jumlah eritrosit (P>0,05). Jumlah eritrosit

mengindikasikan banyaknya sel darah dalam satuan liter darah, yang berhubungan

erat dengan kapasitas pengangkutan oksigen.

Nilai rataan jumlah eritrosit pada semua tingkat produksi telur adalah 2,18

T/l. Nilai ini tidak jauh berbeda dengan laporan Strakovă et al. (2001) bahwa

selama periode bertelur, jumlah eritrosit pada ayam buras sebanyak 2,16 T/l,

sementara pada kondisi tidak bertelur jumlah eritrosit sebanyak 2,51 T/l. Namun

21

Page 2: 5. Hasil Dan Pembahasan-skripsi Uv

demikian, hasil ini lebih rendah dengan jumlah eritrosit pada ayam ras petelur

strain Isa Brown yang berumur 75 minggu yakni 2,99 T/l (Pavlik dan

Lichovnikova, 2011), dan 3,15 T/l pada strain Hysex Brown berumur 28 – 44

minggu (Tůmovă et al., 2004).

Proses eritropoiesis pada sumsum tulang belakang mamalia hanya terbatas

pada daerah ekstravaskular, tetapi pada unggas terjadi juga dalam lumen sumsum

tulang belakang (Sturkie, 1976). Lebih lanjut Sturkie (1976) mengungkapkan

bahwa sel eritroid yang belum matang pada unggas tidak hanya ditemukan pada

daerah sumsum tulang belakang, tapi sekitar 2-3% sel tersebut juga ditemukan

daerah periperal. Pada unggas, terdapat substansi yang berperan dalam

eritropoiesis, disebut Erythropoiesis Releasing Factor (ESF). ESF merupakan

glikoprotein yang dibentuk di ginjal dan bekerja di sumsum tulang belakang untuk

meningkatkan produksi sel eritroid hingga berkembang menjadi eritrosit yang

matang.

Jumlah sel darah ternyata tidak berpengaruh terhadap penurunan nilai

hematokrit. Peningkatan volume plasma pada saat bertelur, tidak berdampak pada

menurunan maupun peningkatan jumlah maupun ukuran sel darah merah

(Challenger et al., 2001). Salah satu hal yang mengakibatkan rendahnya nilai

hematokrit selama bertelur adalah konstannya jumlah sel darah merah pada saat

volume plasma semakin meningkat.

Kadar estrogen dalam darah akan mengakibatkan bertambahnya volume

plasma, disamping itu estrogen yang meningkat akan menghambat proses

eritropoiesis (pembentukan sel darah merah). Pengurangan jumlah eritrosit akan

mengurangi kapasitas pengangkutan oksigen, yang berakibat pada lambatnya

22

Page 3: 5. Hasil Dan Pembahasan-skripsi Uv

proses pengangkutan komponen-komponen telur menuju oviduk ( Wagner et al.,

2008).

Penelitian lain menunjukkan hasil yang sebaliknya, dilaporkan oleh Suchý

et al. (2004) bahwa jumlah eritrosit meningkat seiring dengan bertambahnya umur

ayam. Indikasi bahwa semakin tua umur ayam, maka proses haematopoiesis

semakin meningkat. Hasil penelitian Suchý et al. (2004) menunjukkan rata-rata

nilai parameter haematologis meningkat setiap 5 minggu, yang diukur dari umur

25 sampai 50 minggu.

B. Nilai Hematokrit

Nilai hematokrit merupakan persentase sel darah merah yang terdapat dalam

darah. Nilai hematokrit ayam ras petelur pada tingkat produksi yang berbeda

dapat dilihat pada Gambar 3.

1--20 21-40 41-60 61-80 81-1000

5

10

15

20

25

30

35

40

35.25 36.00 30.75 27.00 30.40

Produksi Telur(%)

Nil

ai H

emat

okri

t ( %

)

Gambar 3. Nilai hematokrit darah ayam ras petelur Lohman Brown pada tingkat produksi telur yang berbeda (Garis vertikal mengindikasikan ± standar deviasi).

23

Page 4: 5. Hasil Dan Pembahasan-skripsi Uv

Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai hematokrit pada kelompok ayam

dengan tingkat produksi yang berbeda, tidak memperlihatkan perbedaan yang

nyata. Namun demikian, terdapat kecenderungan penurunan nilai hematokrit pada

tingkat produksi telur yang semakin meningkat (r=0,42;b=-0,089,;P<0,05;

Lampiran 1).

Nilai hematokrit dari keseluruhan data di atas berkisar antara 27,00 –

36,00%. Penelitian sebelumnya yang dilaporkan oleh Pavlik dan Lichovnikova

(2011) bahwa nilai hematokrit pada ayam strain Isa Brown yang berumur 52

sampai 75 minggu berkisar antara 27,00 – 32,00%. Nilai ini tidak berbeda jauh

dengan hasil penelitian Suchý et al. (2004) yang melaporkan bahwa pengukuran

nilai hematokrit yang dilakukan pada ayam petelur strain Moravia BSL dari umur

25 minggu sampai 50 minggu cenderung menunjukkan peningkatan dari 26%

menjadi 36%. Perbedaan dari segi strain ayam, dan variasi berat badan yang

tinggi dalam satu kelompok ayam merupakan penyebab hasil yang berbeda.

Pada dasarnya nilai hematokrit menggambarkan kondisi sel eritrosit dalam

darah sehingga menjadi salah satu indikator penentuan kemampuan darah dalam

mengangkut oksigen (O2) yang biasa dikenal dengan istilah Oxygen Carrying

Capacity. Pada saat bertelur, nilai hematokrit cenderung mengalami penurunan

yang merupakan dampak tubuh ayam dalam mempertahankan homeostatis. Nilai

hematokrit yang rendah pada saat bertelur diakibatkan oleh peningkatan volume

plasma darah yang disebut proses Haemodilusi. Williams et al., (2004)

mengungkapkan pada tingkat produksi telur yang tinggi, jumlah prekursor yolk

dalam darah juga meningkat, akibatnya volume plasma meningkat untuk menjaga

agar tekanan osmotik dalam tubuh tetap stabil.

24

Page 5: 5. Hasil Dan Pembahasan-skripsi Uv

Pada kondisi ini, peningkatan volume plasma, tidak berpengaruh terhadap

jumlah maupun ukuran sel darah merah, akibatnya pada saat pengukuran, nilai

hematokrit cenderung lebih rendah seiring dengan produksi telur yang meningkat.

Namun, konsentrasi plasma akan kembali normal ketika folikel terakhir telah

mengalami ovulasi (Challenger et al., 2001;Vézina et al., 2003). Volume plasma

yang meningkat akan berakibat menurunnya kapasitas pengangkutan oksigen (O2)

dalam darah meskipun pada dasarnya jumlah eritrosit tidak berkurang (Wagner et

al., 2008; Williams et al., 2004).

Nilai hematokrit merupakan salah satu indeks penentuan banyaknya sel

darah merah dalam darah. Salah satu asumsi bahwa nilai hematokrit yang rendah

pada unggas yang sedang berproduksi adalah akibat tingginya kadar estrogen

dalam darah. Hormon estrogen diketahui memiliki sifat menghambat proses

pembentukan sel darah merah (eritropoietic) (Wagner et al., 2008). Bertambahnya

jumlah folikel yang sedang berkembang selama produksi telur akan meningkatkan

kadar estrogen dalam darah, yang diiringi dengan meningkatnya jumlah

komponen-komponen penyusun kuning telur dalam darah. Estrogen dibutuhkan

untuk penyesuaian terhadap perubahan metabolisme lemak dan peningkatan

komponen-komponen kuning telur dalam darah (Challenger et al., 2001).

Penurunan nilai hematokrit selama fase produksi juga disebabkan oleh

beberapa faktor lain, yakni ; tingkat stres oleh pengaruh nutrisi dan temperatur,

dehidrasi, maupun parasit dalam darah (Challenger et al., 2001). Tingginya level

prekursor yolk (William et al., 2004), dan akibat meningkatnya konsentrasi

hormon estrogen dalam darah (Wagner et al., 2008) merupakan asumsi yang

25

Page 6: 5. Hasil Dan Pembahasan-skripsi Uv

lebih sesuai dalam menggambarkan penurunan nilai hematokrit pada ayam dengan

tingkat produksi telur yang lebih tinggi.

C. Kadar Glukosa

Salah satu profil biokimia darah yang berhubungan dengan proses

metabolisme energi adalah glukosa. Kadar glukosa darah ayam ras petelur pada

tingkat produksi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 4.

1--20 21-40 41-60 61-80 81-100250

260

270

280

290

300

310

320

276.08284.14

297.6

310.26

292.18

Produksi Telur (%)

Kad

ar G

luko

sa (m

g/dL

)

Gambar 4. Kadar glukosa plasma darah ayam ras petelur Lohman Brown pada tingkat produksi telur yang berbeda (Garis vertikal mengindikasikan ± standar deviasi).

Gambar 4 menunjukkan bahwa kadar glukosa pada ayam petelur dengan

tingkat produksi telur yang berbeda tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>

0,05). Kadar glukosa merupakan indikasi penggunaan energi dalam tubuh ayam.

Kadar glukosa yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 276 – 311

mg/dL.

Hasil penelitian ini menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan hasil

yang diperoleh Pavlik dan Lichovnikova (2011) yang melaporkan bahwa selama

26

Page 7: 5. Hasil Dan Pembahasan-skripsi Uv

periode bertelur rata-rata level glukosa dalam plasma ayam strain Isa Brown

berkisar antara 224,64 – 253,44 mg/dL, yang diukur dari umur 22 sampai 75

minggu. Favlík et al., (2007) melaporkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan

rataan kadar glukosa 252 mg/dL pada ayam petelur Isa Brown berumur 75

minggu. Suchẏ et al. (2004) yang melakukan penelitian yang sama dengan

menggunakan ayam petelur strain Moravia BSL berumur 25-50 minggu

memperoleh nilai kadar glukosa pada kisaran 234-252 mg/dL.

Kadar glukosa yang lebih tinggi dalam penelitian ini dipengaruhi oleh salah

satu faktor yaitu; umur. Pavlik dan Lichovnikova (2011) mengungkapkan bahwa

semakin tua umur ayam, maka kadar glukosa dalam darah juga meningkat. Faktor

lain yang mungkin mempengaruhi adalah metode pengambilan sampel yang

dilakukan sesaat setelah ayam makan ( ± 1 jam ). Nilai kadar glukosa merupakan

parameter biokimia yang paling rentan mengalami perubahan oleh beberapa faktor

antara lain; suhu, penyakit, dan nutrisi.

Pengambilan sampel darah dengan metode pemuasaan maupun tanpa

pemuasaan dapat mempengaruhi parameter biokimia darah, terutama glukosa.

Penelitian yang dilakukan Farhat dan Chavez (2001) menggunakan bebek Pekin

betina yang berumur 6 minggu menemukan hasil yang berbanding terbalik dengan

penelitian ini. Farhat dan Chavez (2001) melaporkan bahwa bebek Pekin betina

yang dipuasakan selama 5 hari memiliki kadar glukosa plasma yang lebih tinggi

dibandingkan bebek Pekin betina yang tidak dipuasakan.

Swennen et al. (2005) menemukan hasil berbeda pada ayam broiler berumur

21 hari dengan membandingkan konsentrasi glukosa dalam plasma ayam yang

dipuasakan 24 jam, 5 jam setelah pemberian pakan, dan 48 jam setelah pemberian

27

Page 8: 5. Hasil Dan Pembahasan-skripsi Uv

pakan. Swennen et al. (2005) mengungkapkan bahwa konsentrasi glukosa dalam

plasma tidak dipengaruhi oleh berbagai jenis perlakuan pembatasan pakan.

Kadar glukosa darah berperan penting dalam produksi energi dalam tubuh.

Pada ayam petelur, penggunaan energi di bagi menjadi dua kelompok, yaitu;

energi pemenuhan hidup pokok dan energi untuk produksi. Energi untuk proses

reproduksi biasanya akan terpenuhi setelah energi untuk hidup pokok,

pertumbuhan, perbanyakan lemak, dan penyimpanan karbohidrat telah terpenuhi.

Dengan kata lain, organ reproduksi memperoleh energi yang paling akhir untuk

digunakan menghasilkan telur. Organ reproduksi menggunakan 22% dari total

energi yang diperoleh ayam petelur (Vézina et al., 2003).

Proses pengangkutan prokursor yolk oleh darah membutuhkan energi yang

cukup banyak. Energi dalam hal ini diperoleh dari glukosa. Kemampuan ayam

tua dalam penyerapan glukosa berbeda dengan ayam muda. Hal ini diakibatkan

oleh pada umur tua, kinerja organ reproduksi yang menurun, sehingga

membutuhkan energi yang lebih banyak.

Asumsi lain yang menyatakan tidak ada perubahan yang signifikan

terhadap nilai kadar glukosa, baik dipengaruhi oleh umur (Suchẏ et al., 2004)

maupun tingkat produksi (Gambar 4) yang berbeda. Pada dasarnya, deposisi

glukosa pada pembentukan telur sangat sedikit dibandingkan komponen lainnya.

Stadelman dan Cotterill (1995) melaporkan bahwa kadar glukosa dalam telur

segar berkisar antara 0,3 – 1,0% , sehingga perbedaan tingkat produksi maupun

umur tidak mempengaruhi kadar glukosa dalam darah.

28

Page 9: 5. Hasil Dan Pembahasan-skripsi Uv

D. Kadar Kolesterol

Konsentrasi kolesterol dalam plasma darah memiliki hubungan yang erat

dengan intensitas bertelur. Kadar kolesterol darah ayam ras petelur pada tingkat

produksi yang berbeda dapat dillihat pada Gambar 5.

1--20 21-40 41-60 61-80 81-1000

50

100

150

200

250

237.67 c

168.36 bc

106.79 ab

68.21 a93.70 ab

Produksi Telur(%)

Ka

da

r K

ole

ster

ol

(mg

/dL

)

Gambar 5. Kadar kolesterol plasma darah ayam ras petelur Lohman Brown pada tingkat produksi telur yang berbeda (Garis vertikal mengindikasikan ± standar deviasi). a-cmenunjukkan perbedaan yang nyata pada tingkat produksi berbeda (P < 0,01).

Gambar 5 menunjukkan bahwa kadar kolesterol pada tingkat produksi telur

yang berbeda, memperlihatkan berbedaan yang nyata (P<0,01). Kadar kolesterol

pada tingkat produksi 1-20% nyata lebih tinggi dibandingkan tingkat produksi

41-60%, 61-80%, dan 81-100%, tetapi tidak berbeda dengan ayam yang memiliki

tingkat produksi 21-40%. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa kadar kolesterol

dalam darah semakin menurun seiring dengan tingkat produksi telur yang semakin

tinggi (r=0,57;b=1,376;P<0,01; Lampiran 4).

Kisaran kadar kolesterol pada penelitian ini berkisar antara 68 – 238 mg/dL.

Nilai ini lebih tinggi dibandingkan nilai yang diperoleh Suchẏ et al. (2004) yang

29

Page 10: 5. Hasil Dan Pembahasan-skripsi Uv

berkisar antara 56 – 105 mg/dL pada ayam petelur strain Moravia BSL. Kadar

kolesterol yang tidak jauh berbeda dengan hasil yang diperoleh Favlík et al.,

(2007) yang menggunakan ayam Isa Brown berumur 75 minggu, yakni 104,4

mg/dL. Penelitian lain yang dilakukan Máchal (2000) melaporkan level

kolesterol selama ayam bertelur berkisar antara 45,36 mg/dL sampai 74,16

mg/dL, pada tiga strain ayam yang berbeda (BPR (Bared Plymouth Rock), dan

RIR (Rode Island Rade), yang berumur 51 minggu, sementara Tůmová et al.

(2004) memperoleh level kolesterol antara 43,14 – 111,24 mg/dL pada ayam

strain Hisex Brown yang berumur 44 minggu.

Tinggi rendahnya konsentrasi kolesterol dalam darah dipengaruhi oleh

tingkat produksi telur (Suchẏ et al., 1999). Produksi telur yang lebih tinggi akan

menghasilkan telur dengan kadar kolesterol yolk yang lebih tinggi, namun dengan

kadar kolesterol dalam plasma darah lebih rendah. Dilaporkan pula bahwa

terdapat korelasi negatif namun tidak nyata antara kadar kolesterol yolk dengan

kolesterol dalam plasma darah (r = -0,103; Basmacioglu dan Ergul, 2006; r =-

0,28; Hakim, 2008).

Kolesterol disuplai ke jaringan peripheral, baik secara eksogen maupun

endogen yang di dalamnya terdapat VLDL. Ketika VLDL mencapai jaringan

peripheral dan mengeluarkan fatty acid, banyak kolesterol yang diubah dalam

bentuk ester oleh HDL (high-density lipoprotein) yang mengandung enzim LCAT

(lecithin cholesterol acyl transferase). LDL (low density lipoprotein) yang

mengandung kolesterol dalam bentuk ester ini ditangkap oleh media reseptor

endositosis menuju jaringan peripheral. HDL berperan penting dalam

menyeimbangkan kondisi homeostatis kolesterol dan terlibat dalam proses

30

Page 11: 5. Hasil Dan Pembahasan-skripsi Uv

transpor kolesterol dari jaringan peripheral menuju hati. Kolesterol kembali ke

hati tidak terdegradasi atau masih dalam bentuk ester. Enzim O-acyltransferase

yang dihasilkan dalam jaringan endoplasmik dalam hati unggas berfungsi

mengkatalisasi kolesterol ini (Stevens, 1996).

Lebih lanjut Stevens (1996) mengungkapkan bahwa biosintesis kolesterol

terdapat dalam metabolisme ketone body formation. Salah satu tahap yang

terpenting adalah proses katalisis yang dilakukan oleh reduktase HMG-CoA

(reduktase hydroxymethylglutaryl-CoA) yang merupakan tahap pertama dan

berperan dalam metabolisme biosintesis kolesterol. Pada umur 40 minggu setelah

ayam menetas, terdapat peningkatan aktivitas reduktase HMG-CoA. Konsentrasi

kolesterol dalam plasma yang tinggi akan menghambat proses reduktase HMG-

CoA.

31

Page 12: 5. Hasil Dan Pembahasan-skripsi Uv

E. Kadar ALTL (Alanine Aminotransferase) dan ASTL (Aspartate Aminotransferase)

ALTL (Alanine Aminotransferase) dan ASTL (Aspartate Aminotrasferase)

merupakan enzim-enzim yang bekerja dan menjadi salah satu indikator kesehatan

hati. Kadar ALTL dan ASTL ayam ras petelur pada tingkat produksi yang

berbeda dapat dilihat pada Gambar 6.

.

Gambar 6. Kadar ASTL (Aspartate Aminotransferase) dan ALTL (Alanine Aminotransferase) plasma darah ayam ras petelur Lohman Brown pada tingkat produksi telur yang berbeda (Garis vertikal mengindikasikan ± standar deviasi).

32

160

165

170

175

180

185

190

195

200

205

210

197.95

203.98

176.27

181.04181.8200000000

01

Kad

ar A

STL

(U/L

)

1--20 21-40 41-60 61-80 81-1000

1

2

3

4

5

6

5.233.88 3.85 3.61 4.04

Produksi Telur (%)

Kad

ar A

LT

L (U

/L)

Page 13: 5. Hasil Dan Pembahasan-skripsi Uv

Gambar 6 menunjukkan aktivitas enzim-enzim dalam darah yang bekerja di

hati, yakni; kadar ASTL (Aspartate Aminotransferase) dan ALTL (Alanine

Aminotransferase). Kadar ASTL berada pada kisaran 181 – 204 U/l, dengan kadar

ALTL 3,6 – 5,3 U/l. Nilai tersebut masih dalam kisaran normal, terlihat dari tidak

adanya perbedaan yang nyata (P>0,05), baik kadar ASTL maupun ALTL. Nilai

ini tidak berbeda jauh dengan kadar ASTL 248,3 U/l dan ALTL 7,5 U/l pada

ayam indukan broiler strain Ross 308 berumur 58 minggu (Matur et al., 2010),

maupun pada hasil yang diperoleh Denli et al. (2008) bahwa ayam petelur strain

Hisex Brown yang berumur 47 minggu memiliki kadar ASTL 170,6 U/l dan

ALTL 1,1 U/l dalam plasma darah.

Konsentrasi ALTL dan ASTL yang relatif sama mengindikasikan kinerja

hati pada ayam dengan tingkat produksi yang berbeda dalam kondisi yang normal,

meskipun ada asumsi bahwa produksi telur yang rendah menandakan kinerja

enzim-enzim hati kurang maksimal, namun konsentrasi ALTL dan ASTL yang

normal mencerminkan kondisi ayam yang baik. Ernadi dan Kermanshahi (2007)

mengungkapkan bahwa enzim-enzim yang bekerja di hati seperti aspartate

amino-transfarase (ASTL), dan alanine-amino transaminase (ALTL) yang secara

langsung maupun tidak langsung mencerminkan kondisi kesehatan hati.

ALTL dan ASTL merupakan enzim-enzim dalam hati yang berperan

penting dalam sintesis asam amino dan pembentukan asam urat (Stevens, 1996).

Asam amino yang merupakan hasil perombakan protein. Dalam hati, protein akan

dibawa ke ovarium untuk perkembangan folikel melalui darah. Tinggi rendahnya

kadar ALTL dan ASTL dalam darah mengindikasikan kelancaran transpor

prekursor yolk, khususnya protein menuju ovarium.

33

Page 14: 5. Hasil Dan Pembahasan-skripsi Uv

F. Kadar Asam Urat

Asam urat merupakan sisa hasil metabolisme protein yang dihasilkan di

hati, ginjal, dan jaringan adiposa. Kadar asam urat dalam plasma darah ayam ras

petelur pada tingkat produksi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7.

1--20 21-40 41-60 61-80 81-1000

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

7.03 6.608.63

6.13

8.26

Produksi Telur (%)

Kad

ar A

sam

Ura

t (m

g/dL

)

Gambar 7. Kadar asam urat plasma darah ayam ras petelur Lohman Brown pada tingkat produksi telur yang berbeda (Garis vertikal mengindikasikan ± standar deviasi).

Gambar 7 menunjukkan kadar asam urat dalam plasma darah pada tingkat

produksi yang berbeda tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata (P>0,05),

dengan kisaran nilai antara 6 – 9 mg/dL. Asam urat merupakan indikasi

penggunaan asam amino, salah satunya untuk pembentukan telur. Hasil yang

diperoleh menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan penelitian Favlík et

al. (2007) yang melaporkan nilai asam urat ayam petelur Isa Brown yang berumur

75 minggu adalah 4,86 mg/dL.

Protein yang merupakan salah satu komponen utama dalam telur, sebagian

besar berasal dari hati. Asam urat dalam darah merupakan indikasi aktivitas

34

Page 15: 5. Hasil Dan Pembahasan-skripsi Uv

protein. Konsentrasi asam urat dalam serum merupakan nilai indeks dari

metabolisme protein (Stevens, 1996). Penelitian yang dilakukan Mori dan George

(1978) pada angsa yang melakukan migrasi. Sebelum migrasi, konsentrasi plasma

darah angsa yang melakukan hyperphagy meningkat. Hal ini mengindikasikan

metabolisme protein yang lebih tinggi.

35